KUHP
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan rencana, atau
karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348, dapat dijatuhkan pencabutan
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
75 ayat (2)
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
Perbedaan aborsi dalam hal dokter tidak dapat dituntut dalam tindakan aborsi
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 75
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 80 ayat 1 uu no.23/1992
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
Pasal 15
(1)Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyclamatkan jiwa ibu hamil dan atau
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
b. oleh tenaga keschatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang
di atas. Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan
medis tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat.
Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan media dalam bentuk pengguguran
kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai
upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan
medis tertentu. Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang
artinya menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan telah memberikan
kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan
kematian.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan
kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis,
seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain.
Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat
akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-
Hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran dari perempuan dan masyarakat tentang hak
pelayanan kesehatan yang memadai dan kewajiban negaralah untuk menyediakan hal
itu. Hak-hak ini harus dipandang sebagai hak-hak sosial sekaligus hak individu yang
merupakan hak untuk mendapatkan keadilan sosial termasuk didalamnya hak untuk
mendapatkan pelayanan. Hak atas pelayanan kesehatan ini ditegaskan pula dalam
mengenai reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan kekerasan seperti
Lembaga Konsumen Indonesia dan The Ford Foundation, (1997) merumuskan hak-
terjangkau
b. Hak untuk terbebas dari perlakuan diskriminatif, artinya tidak ada pembedaan
berulang)
5. Bagaimana Aborsi Yang Aman?
Melakukan aborsi pasti merupakan keputusan yang sangat berat dirasakan oleh
perempuan yang bersangkutan. Tapi bila itu memang menjadi jalan yang terakhir, yang
harus diperhatikan adalah persiapan secara fisik dan mental dan informasi yang cukup
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas
nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
Pasal 348
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain,
diancam hukuman empat tahun penjara. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap
ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12
Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila
ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.Jika yang melakukan dan atau
membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga
kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat
dicabut.
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk
mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan
atau jika dia seorang tabib, bidan,perawat atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan,perawat atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk
sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan
a. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam
hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun.
c. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu
d. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan
atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak
untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang
memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk
menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia
dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).
Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik
melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
I. Defenisi Aborsi
1. Menurut The World Book Encyclopedia yang dikeluarkan A Collectors Printing hal. 14
a tahun 1976 - Aborsi adalah berakhirnya kehamilan seseorang sebelum janin bayi dapat
Language Deluxe Edition, hal. 3 - Aborsi adalah pengeluaran janin bayi dari rahim baik
kandungan.
4. Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim
5. Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan
abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal
bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun
tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa
kehamilan).
6. Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari
tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis
untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang
7. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan
alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 349. Bahkan pasal
299
intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang yang
Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. (JNPK-KR, 1999)
aborsi sebagai berikut: Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau
sebelum janin mencapai berat 1.000 gram. Definisi lain menyatakan, aborsi adalah
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh (Kapita Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260).
sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu
akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi
buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil
tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas
dilakukan. Makin besar makin lebih sulit dan resikonya makin banyak bagi si ibu, cara-cara
yang dilakukan di kilnik-klinik aborsi itu bermacam-macam, biasanya tergantung dari besar
kecilnya janinnya.
1. Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan dengan MR/ Menstrual
Regulation yaitu dengan penyedotan (semacam alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali
lebih kuat).
2. Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara Dilatasi & Curetage.
3. Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya harus dibunuh lebih
dahulu dengan meracuni dia. Misalnya dengan cairan garam yang pekat seperti saline.
Dengan jarum khusus, obat itu langsung disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban,
4. Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan prostaglandin sehingga terjadi proses
kelahiran buatan dan anak itu dipaksakan untuk keluar dari tempat pemeliharaan dan
perlindungannya.
5. Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang biasa
(www.genetik2000.com).
Dengan berbagai alasan seseorang melakukan aborsi tetapi alasan yang paling utama
1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir menggangu karir, sekolah, atau tanggung jawab
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak
tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan
Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba
meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada di dalam kandungannya adalah boleh
dan benar. Semua alasan-alasan ini tidak berdasar. Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya
menunjukkan ketidak pedulian seorang wanita, yang hanya mementingkan dirinya sendiri
(www.genetik2000.com).
Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest
(1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest
(hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena
janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus aborsi adalah
karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk takut tidak
dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap
masyarakat.
Bentuk dari pelanggaran ini bermacam-macam. Seperti pemberian pelayanan yang
tidak sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur dalam Permenkes Nomor
keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Bidan tidak dapat
memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan
merugikan bidan itu sendiri.Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan
sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan
keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong
persalinan, disaat jadual pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang
memerlukan pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat
menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai
kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang
harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat menerapkan teori deontologi, namun pelayanan
Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah penangan kasus
kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong partus patologis dan yang lainnya.
Untuk kasus kelahiran sungsang jika bidan melakukan pertolongan sendiri maka
bertentangan dengan
a. Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang menyatakan bahwa ) Setiap orang
normal
Dalam kasus aborsi jika bidan melakukan tindakan aborsi maka akan melanggar
peraturan :
a. Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pelanggaran kode etik bidan yang telah ditetapkan. Pelanggaran yang terjadi bisa diproses
melalui hukum. Sedangkan jika melakukan pelanggaran kode etik belum tentu melakukan
pelanggaran yuridis.
E. Sanksi Pelanggaran
Setiap penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit
khusus yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut.
Dan bila terbukti melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan
mendapat sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya. Sanksi
adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan
oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan
hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan yang melaksanakan
pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan diberikan sanksi
Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan,
pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda. Selain itu bidan juga bisa mendapat
undangan.
Apabila seorang bidan melakukan pelanggaran kode etik maka penyelesaian atas hal
tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian sanksi dilakukan
apabila seorang bidan melakukan pelanggaran yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan.
Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah
benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan
atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan,
dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui
MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan