Anda di halaman 1dari 23

ASPEK HUKUM

ABORSI
Dr. Hj. Suci Nirmala

DEFINISI
Bahasa latin : abortus berhentinya kehamilan

sebelum usia kehamilan 20 minggu yang


mengakibatkan kematian janin
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang
sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar tubuh ibu
Bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan
apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu,
atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram

Abortus Provokatus
Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus.
Abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik, yaitu
demi menyelamatkan nyawa ibu
Syarat-syarat :
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian
dan kewenangan untuk melakukannya sesuai dengan
tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli.
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau
suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki
tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh
pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap

Indikasi :
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion)

2.
3.
4.
5.
6.
7.

disertai dengan perdarahan yang terus menerus,


atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir
Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang
mengandung

8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes

yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi


vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea
gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan
untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum
melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan
dengan psikiater

Abortus Provokatus
Kriminalis
yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi

medik (ilegal)
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu
tujuannya selain untuk menyelamatkan/mengobati
ibu, dilakukan oleh tenaga medis/non-medis yang
tidak kompeten, serta tidak memenuhi syarat dan
cara-cara yang dibenarkan oleh peraturan
perundangan
Biasanya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.

faktor-faktor dilakukan abortus provokatus kriminalis :


1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat
untuk hamil.
2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah
enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit
turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat
incest (hubungan antar keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan
kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang
tidak diinginkan.

Dari segi medis adapun tahapan-tahapan aborsi


spontan adalah sebagai berikut:
1. Aborsi iminens, yaitu adanya tanda-tanda
perdarahan yang mengancam adanya aborsi, di
mana janin sendiri belum terlepas dari rahim.
Keadaan seperti masih dapat diselamatkan
dengan pemberian obat hormonal serta istirahat
total.
2. Aborsi insipiens, yaitu aborsi yang sedang
berlangsung, di mana terjadi perdarahan yang
banyak disertai janin yang terlepas dari rahim
.Jenis seperti ini biasanya janin sudah tidak dapat
lagi diselamatkan.

3. Aborsi inkomplit, yaitu sudah terjadi pembukaan

rahim, janin sudah terlepas & keluar dari dalam


rahim namun masih ada sisa plasenta yang
menempel dalam rahim, & menimbulkan
perdahan yang banyak sebelum akhirnya plasenta
benar-benar keluar dari rahim. Pengobatannya
harus dilakukan kuretase untuk mengeluarkan
sisa plasenta ini.
4. Aborsi komplit, yaitu aborsi di mana janin &
plasenta sudah keluar secara lengkap dari dalam
rahim, walaupun masih ada sisa-sisa perdarahan
yang kadang masih memerlukan tindakan
kuretase untuk membersihkannya

ASPEK HUKUM
Aspek hukum pada aborsi mengenai :
1. Wanita yang menggugurkan kandungan
2. Orang lain yang menggugurkan kandungan si
wanita (bisa dokter, atau tenaga medis lainnya,
dan juga dukun beranak, atau orang lain)
3. Orang lain yang membantu atau turut serta
menggugurkan kandungan si wanita
4. Orang yang menyuruh menggugurkan kandungan
si wanita.

Di Indonesia adapun ketentuan-ketentuan yang


berkaitan dengan soal aborsi & penyebabnya dapat
dilihat pada:
A.
KUHP Bab XIX Pasal 229,346 s/d 349, 535:
Pasal 229: Barang siapa dengan sengaja mengobati
seorang perempuan atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak
tiga ribu rupiah.
2. Pasal 346: Seorang perempuan yang dengan
sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun
1.

Pasal 347:
(1)
Barang
siapa
dengan
sengaja
menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang perempuan tanpa persetujuannya,
diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
perempuan tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
3.

4.

Pasal 348:

(1)
Barang
siapa
dengan
sengaja
menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang perempuan dengan persetujuannya,
diancam dengan pidana penjara paling lama

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya


perempuan tersebut, diancam dengan pidana
penjara tujuh tahun.

5. Pasal 349: Jika seorang dokter, bidan

atau juru obat membantu melakukan


kejahatan berdasarkan pasal 346,
ataupun membantu melakukan salah
satu kejahatan dalam pasal 347 dan
348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencaharian
dalam mana kejahatan dilakukan.

6. Pasal 535 : Barang siapa secara terang-terangan

mempertunjukkan suatu sarana untuk


menggugurkan kandungan, maupun secara
terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangn atau dengan
menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk
sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan
yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah

B. UU HAM, pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam

kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup


& meningkatkan taraf kehidupannya.
C. UU Kesehatan:
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di
luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi
kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya
dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam
hal kedaruratan medis;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki


keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh Menteri

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan
dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan
sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu,
tidak aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi
yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan
perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti
standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif,
atau lebih mengutamakan imbalan materi dari pada
indikasi medis.

Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal


pun yang memperbolehkan seorang dokter
melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun
untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya
dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia
dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan
tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan
Pasal 15 ayat 1 dan 2
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya dapat
dilakukan tindakan medis tertentu.

2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan

diambilnya tindakan tersebut.


Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai
dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli.
Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
atau suami atau keluarganya.
Pada sarana kesehatan tertentu

D. UU Penghapusan KDRT
Pasal 10 mengenai hak-hak korban pada butir (b): Korban berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
Di sini dicoba disimpulkan sesuatu dan mempunyai persepsi dari
pernyataan butir-butir pasal UU KDRT sebelumnya yang saling
berkaitan:
1.Pasal 2(a): Lingkup rumah tangga ini meliputi: Suami, isteri, anak.
2.Pasal 5: Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah
tangga terhadap orang dalam lingkup rumahtangganya dengan cara:
1.Kekerasan fisik
2.Kekerasan psikis
3.Kekerasan seksual
4.Penelantaran rumah tangga
5.Pasal 8(a): Kekerasan seksual meliputi:

Pemaksaan

hubungan seksual yang


dilakukan terhadap orang yang menetap
dalam lingkup rumah tangga tersebut.
Pemaksaan hubungan seksual terhadap
salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersil dan/atau tujuan tertentu.

T ER

I MA

KAS
IH

Anda mungkin juga menyukai