Anda di halaman 1dari 20

Teknologi Dalam Kesehatan

Reproduksi

Fakltas Kesehatan Masyarakat


Universitas Andalas
INSEMINASI BUATAN
Inseminasi buatan/ Intrauterine Insemination (IUI)
prosedur dimana sperma dari ejakulasi dicuci
untuk menempatkan konsentrasi terbaik dari
seluruh sperma ke dalam kateter. Kateter ini lalu
dimasukkan melalui leher rahim menuju rahim di
mana sperma akan disimpan. Setelah itu,
tergantung pada sperma, bagaimana agar ia bisa
menemukan cara untuk mencapai tuba falopi dan
menemukan telur untuk dibuahi.
INSEMINASI BUATAN
Prosedur ini hanya bisa dilakukan pada perempuan
dengan tuba falopi terbuka, dan biasanya
dikombinasikan dengan beberapa bentuk stimulasi
rahim, seperti Injectable Gonadotropins.
Ini semacam persiapan medis dari hormon-
hormon yang diproduksi oleh otak untuk
menstimulasi rahim mempersiapkan telurnya
untuk dilepaskan.
Perawatan ini bisa digunakan untuk menangani
beberapa kasus ketidaksuburan yang tidak bisa
dijelaskan, dan kasus jumlah sperma yang
cenderung rendah.
BAYI TABUNG
In Vitro Fertilization (IVF) / bayi tabung, :
Proses ovarium distimulasi untuk memproduksi
banyak telur yang kemudian diekstrasi dari rahim
melalui penyedotan. Prosedur ini dilakukan
dengan melakukan bius total
Sel telur dan sperma lalu diletakkan di suatu
cawan untuk membiarkan pembuahan terjadi, dan
diinkubasi selama 3-5 hari. Beberapa dari embryo
yang dihasilkan lalu diletakkan di dalam kateter
dan disimpan di dalam rahim bersama embryo
beku yang tersisa.
BAYI TABUNG
Untuk perempuan dengan tuba falopi yang tersumbat,
usia reproduksi yang lanjut, pria dengan jumlah
sperma yang rendah, atau ketidaksuburan yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya.
Kromosom embryo tersebut juga bisa dievaluasi
melalui prosedur terpisah yang disebut Pre-
implantation Genetic Diagnosis (PGD) untuk menilai
apakah sebuah embryo memiliki ketidaknormalan
genetik seperti Downs Syndrome. Meskipun program
bayi tabung ini biayanya cukup mahal, teknologi yang
digunakan kini makin memperbesar kemungkinan
keberhasilannya.
Inseminasi Buatan
Aspek Medis
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang menyinggung masalah ini.
Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang
Kesehatan, pada pasal 16 disebutkan, hasil
pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami
dari suami atau istri yang bersangkutan harus
ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu
berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang
kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika
mengacu pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan,
upaya pendonoran jelas tidak mungkin.
Aspek Legal
Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan
fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan
pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma
dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan
memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan
hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak
menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes
DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer.

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang


bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari
pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No.
1/1974 dan ps. 250 KUHPer
DILEMA INSEMINASI BUATAN

Permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan


bahan inseminasi berasal dari orang lain atau orang
yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada
penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk
peraturan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro
transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal
apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang
dilarang
Aspek Etik(Moral)
Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali
ketidaksesuaiannya dengan budaya dan tradisi ketimuran
kita. Sebagian agamawan menolak Fertilisasi invitro pada
manusia, sebab mereka berasumsii bahwa kegiatan tersebut
termasuk Intervensi terhadap karya Illahi. Dalam artian,
mereka yang melakukakan hal tersebut berarti ikut campur
dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak
prioregatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat
natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu
melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang sah
menurut agama.
Aspek Human Rigths
Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas
dengan martabat yang setara. Pengakuan hak-hak manusia
telah diatur di dunia international, salah satunya tentang
hak reproduksi.
Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan
dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami
wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri
tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum,
baik hukum perdata,hukum pidana ,hukum agama, hukum
kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang berlaku di
Indonesia .
PEMILIHAN BAYI BERDASARKAN
JENIS KELAMIN
Keinginan untuk mendapat anak dengan jenis kelamin
tertentu merupakan kecenderungan yang ada pada hampir
semua orang dan kebudayaan.
Sekarang ini, keinginan tersebut bisa diwujudkan dengan
bantuan ART (assisted reproductive technology).
Teknologi untuk mendapat anak dengan jenis kelamin
tertentu dipelopori oleh Genetics & IVF Institute in
Fairfax, Virginia, USA.
Pada prinsipnya sperma dengan kromosom seks Y akan
melahirkan anak dengan jenis kelamin laki-laki, sementara
sperma dengan kromosom seks X akan melahirkan anak
dengan jenis kelamin perempuan. Dengan pemahaman
dasar seperti ini, maka jika sperma Y dan sperma X bisa
dipisahkan, jenis kelamin anak yang diharapkan bisa
ditentukan.
PEMILIHAN BAYI BERDASARKAN
JENIS KELAMIN
Sperma X memiliki karakteristik jumlah DNA lebih
banyak dibanding dengan sperma Y. Dengan
menambahkan fluorescent dye, maka DNA akan bisa
diwarnai. Oleh karena DNA sperma X lebih banyak
dibanding dengan DNA sperma Y, maka sperma X akan
menyerap fluorescent dye lebih banyak dibandingkan
sperma Y, sehingga ketika sperma dilewatkan flow
cytometer, sperma X akan tampak lebih bercahaya
dibandingkan dengan sperma Y, dengan demikian
pemilihan jenis sperma bisa dilakukan. Setelah sperma
dipisahkan, selanjutnya bisa dilakukan AIH (artificial
insemination using husband's sperm). Kalau dikehendaki
anak perempuan, maka yang diinseminasikan ke dalam
rahim istri adalah sperma X. Jika yang dikehendaki anak
laki-laki, maka yang diinseminasikan adalah sperma Y.
PEMILIHAN BAYI BERDASARKAN
JENIS KELAMIN
Tingkat keberhasilan metode ini mencapai 91% bagi
pasangan yang menghendaki anak perempuan, dan 73 %
bagi pasangan yang menghendaki anak laki-laki.
Dalam perspektif bio-etika metode di atas lebih bisa
diterima dibandingkan dengan metode pre-implantation
genetic diagnosis and selective abortion (kehamilan tingkat
awal didiagnosa jenis kelaminnya, jika tidak sesuai dengan
yang diharapkan, maka digugurkan). Lebih mengerikan
lagi, praktek yang dilakukan oleh kebudayaan tertentu
pada masa lalu, dimana setelah terjadi kelahiran, maka
bayi dengan jenis kelamin yang tidak dikehendaki akan
ditelantarkan, dibuang bahkan dibunuh.
PENAPISAN GENETIK
Pengembangan metode genetik dan biologi molekuler telah
membuka peluang baru dalam diagnosis genetika pralahir.
Metode standar didasarkan pada kultur sel janin dan
kemudian menerapkan klasik dan teknik molekul
sitogenik atau metode molekular. Dibutuhkan rata-rata 1-3
minggu untuk memperoleh hasilnya. Akibatnya, waktu
yang dibutuhkan tergantung pada metode yang digunakan
Saat ini di Eropa ada sebuah diskusi yang sedang
berlangsung tentang perubahan yang memungkinkan untuk
diagnosis pralahir karena pengenalan diagnostik sudah
menggunakan teknik baru yang cepat (Rapid Tes - RT),
yang dipilih yaitu kromosom cacat.
Metode analisis ini tidak memerlukan kultur, jumlah
material sampel mungkin sangat kecil dan hasilnya dapat
diperoleh hanya dalam beberapa hari.
PENAPISAN GENETIK
Berdasarkan standar diagnostik baru analisis sitogenik
klasik dalam kasus-kasus struktural janin. Malformasi
ditemukan pada pemeriksaan USG, munculnya kromosom
yang melakukan translokasi secara seimbang di salah satu
orang tua atau kromosom yang cacat pada anak
sebelumnya.
Pengenalan teknik diagnostik baru membutuhkan
perubahan dalam prosedur standar saat ini. Di Negara
Inggris Komite Pemutaran Nasional rutin
merekomendasikan pelaksanaan RT dalam kehamilan
dengan tinggi risiko aneuploidies (21, 13, 18, X dan Y). Ini
merupkan pendekatan analisis sitogenetik termasuk musik
klasik yang ada hanya ketika curiga ada tempat selain
yang disebutkan dalam penyimpangan kromosom tersebut.

Hukum Dan Etika Reproduksi Buatan


Di Indonesia
Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik
reproduksi buatan diatur dalam:
1. UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127
menyebutkan bahwa upaya kehamilan di luar cara
alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri
yang sah dengan ketentuan:
a) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum
berasal;
b) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu;
c) pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
Hukum Dan Etika Reproduksi Buatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999
tentang Penyelenggaraan Teknologi Reproduksi Buatan,
yang berisikan: ketentuan umum, perizinan, pembinaan,
dan pengawasan, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan
Penutup.
Selanjutnya Keputusan MenKes RI tersebut dibuat Pedoman
Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit, oleh Direktorat
Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI, yang
menyatakan bahwa:
1. Pelayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat
dilakukan dengan sel sperma dan sel telur pasangan suami-
istri yang bersangkutan.
2. Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari
pelayanan infertilitas, sehingga sehinggan kerangka
pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan
infertilitas secara keseluruhan.3.
Hukum Dan Etika Reproduksi Buatan
3. Embrio yang dipindahkan ke rahim istri dalam satu waktu
tidak lebih dari 3, boleh dipindahkan 4 embrio dalam
keadaan:
Rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan intensif bayi baru lahir.
Pasangan suami istri sebelumnya sudah mengalami sekurang-
kurangnya dua kali prosedur teknologi reproduksi yang gagal.
Istri berumur lebih dari 35 tahun.
3. Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun
4. Dilarang melakukan jual beli spermatozoa, ova atau embrio
5. Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk
penelitian, Penelitian atau sejenisnya terhadap embrio
manusia hanya dapat dilakukan apabila tujuannya telah
dirumuskan dengan sangat jelas
6. Dilarang melakukan penelitian dengan atau pada embrio
manusia dengan usia lebih dari 14 hari setelah fertilisas
Hukum Dan Etika Reproduksi Buatan
8. Sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa manusia
tidak boleh dibiakkan in-vitro lebih dari 14 hari (tidak
termasuk waktu impan beku)
9. Dilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap
atau menggunakan sel ova, spermatozoa atau embrio tanpa
seijin dari siapa sel ova atau spermatozoa itu berasal.
10.Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies, kecuali
fertilisasi tran-spesies tersebut diakui sebagai cara untuk
mengatasi atau mendiagnosis infertilitas pada manusia.
Setiap hybrid yang terjadi akibat fretilisasi trans-spesies
harus diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai