Anda di halaman 1dari 47

PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN INFEKSI
Orientasi Mentoring
Program HIV AIDS dan PIMS
Di 514 KAB/KOTA
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum:


Peserta mampu menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi di tempat bekerja

Tujuan Pembelajaran Khusus


Peserta mampu:
1. Melakukan Kewaspadaan standar
2. Melakukan Tatalaksana Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
Pokok Bahasan
1. Kewaspadaan standar
2. Tatalaksana Profilaksis Pasca Pajanan
(PPP)
KEWASPADAAN
STANDAR
Pengendalian
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang
memerlukan penerapan prosedur dan protokol.

• Pengendalian administratif. Penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur


dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan
kesehatan. Bukti terlaksananya pengendalian ini adalah ketersediaan SPO dan
Tim PPI
• Pengendalian dan rekayasa lingkungan. Untuk menurunkan risiko penularan
didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan
lingkungan yang memadai.

• Alat Perlindungan Diri (APD). Penggunaan secara rasional dan konsisten APD
yang tersedia.
Kewaspadaan Standar
Penerapan Kewaspadaan Standar antara lain :
1. Kebersihan Tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
3. Etika Batuk/ Kebersihan Pernafasan
4. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai
5. Pengendalian Lingkungan
6. Praktik Penyuntikan yang Aman
Kebersihan Tangan
• Kebersihan tangan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
• Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh/diduga
terpajan organisme berspora/setelah menggunakan toilet, tangan
harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan air mengalir.
• Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik
berbasis alkohol.
Indikasi Kebersihan Tangan :
5 Momen Kebersihan Tangan
Indikasi Lainnya
1. Segera: setelah tiba di tempat kerja
2. Sebelum:
a. Mempersiapkan obat-obatan;
b. Mempersiapkan makanan;
c. Memberi makan pasien;
d. Meninggalkan rumah sakit/ puskes
3. Di antara: Prosedur tertentu pada pasien yang sama
4. Setelah:
a. Melepas sarung tangan/APD
b. Menggunakan toilet
c. Melap hidung dengan tangan
Sarana Kebersihan Tangan
a. Air mengalir
b. Sabun cair / sabun cair antiseptik, yang memenuhi
kriteria
c. Pengeringan tangan (handuk sekali pakai atau tisu)
d. Tempat handuk bekas sekali pakai (dalam wadah
tertutup dgn injakan kaki)
e. Handrub Antiseptik (handrub berbasis alkohol)
Prosedur
Standar
Cuci Tangan
Alat Pelindung Diri
Jenis APD:
a. Sarung Tangan
b. Pelindung Mulut, Hidung dan Mata
c. Gaun Pelindung dan Apron
d. Pelindung kaki
Sarung Tangan
• Kapan Menggunakan
• Kapan Mengganti
• Kapan Melepaskan
• Membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
• Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien,
untuk menghindari kontaminasi silang (CDC 1987).
• Tujuan pemakaian sarung tangan :
Melindungi tangan petugas dari transmisi mikroorganisme pasien
dan mikroorganisme dari tangan petugas ke pasien.
Indikasi Penggunaan Sarung Tangan

• Kontak dengan darah/ cairan tubuh lain/selaput


mukosa / kulit yang tidak utuh
• Melakukan prosedur medis yang invasif
• Menangani bahan bekas pakai yang telah
terkontaminasi atau menyentuh permukaan
yang tercemar.
 Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
 Jaga agar kuku selalu pendek
 Tarik sarung tangan bedah ke atas manset gaun operasi.
 Gunakan pelembab mencegah kulit tangan kering/berkerut
 Jangan menggunakan lotion atau krim berbasis minyak
 Jangan gunakan cairan pelembab yang mengandung parfum
 Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu
yang terlalu panas atau terlalu dingin
 Jangan menggunakan sarung tangan pakai ulang
Pelindung Mulut, Hidung dan Mata
• Masker bedah dan pelindung mata atau pelindung
wajah untuk melindungi membran mukosa mata,
hidung, dan mulut selama tindakan
• Masker dipakai untuk menahan cipratan sewaktu
berbicara, batuk atau bersin. Diperlukan pelindung
wajah (face shield, goggles).
Gaun Pelindung dan Apron
• Bertujuan untuk memproteksi kulit dan mencegah
kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya
bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh,
sekret, dan ekskresi.
• Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera
mungkin dan bersihkan tangan.
Pelindung kaki
• Pelindung kaki: untuk melindungi kaki dari cidera
akibat benda tajam atau benda berat tercemar
darah atau cairan tubuh yang mungkin jatuh secara
tidak sengaja.
• Gunakan sepatu tertutup yang tahan tusukan dan
kedap air. Tidak dibenarkan menggunakan sandal
atau sepatu yang terbuka atau berlubang-lubang
Perlindungan Terhadap Pasien Perlindungan Terhadap Petugas Kesehatan
Alat Pelindung
Sarung tangan Mencegah kontak mikroorganisme yang Mencegah kontak tangan petugas kesehatan
terdapat pada tangan petugas kesehatan dengan darah dan cairan tubuh penderita lainnya,
kepada pasien selaput lendir, kulit yang tidak utuh atau alat
kesehatan/permukaan yang telah terkontaminasi

Masker Mencegah droplet dari mulut dan hidung Mencegah membran mukosa petugas kesehatan
petugas kesehatan yang mengandung (hidung dan mulut) kontak dengan percikan darah
mikroorganisme dan terpercik saat bernafas, atau cairan tubuh penderita
bicara atau batuk kepada pasien

Kacamata   Mencegah membran mukosa petugas kesehatan


pelindung (hidung dan mulut) kontak dengan percikan darah
atau cairan tubuh penderita

Tutup kepala Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari  


rambut dan kulit kepala petugas ke daerah
steril

Jas dan apron Mencegah kontak mikroorganisme dari Mencegah kulit petugas kesehatan kontak dengan
tangan, tubuh dan pakaian petugas percikan darah atau cairan tubuh penderita
kesehatan ke pasien

Sepatu pelindung Sepatu yang bersih mengurangi Mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang
kemungkinan terbawanya mikroorganisme terkontaminasi atau terjepit benda berat dan
dari ruangan lain atua luar ruangan mencegah kontak dengan darah dan cairan tubuh.
Etika
Batuk
Pemrosesan Alat
Tujuan: untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi
steril dan siap pakai.
Tatalaksana:
• Perendaman (precleaning)
• Pembersihan (cleaning)
• Disinfeksi
• Sterilisasi
Pemilihan cara pemrosesan alat kesehatan
Tingkat risiko Jenis Penggunaan Alat Cara Pengelolaan
Risiko tinggi Alat yang masuk kedalam Sterilisasi atau
pembuluh darah atau menggunakan alat
jaringan steril steril sekali pakai
Risiko sedang Alat yang masuk kedalam Minimal dilakukan
membran mukosa atau kulit disinfeksi tingkat
yang tidak utuh tinggi lebih baik
dengan sterilisasi

Risiko rendah Alat yang digunakan pada Dibersihkan


kulit utuh tanpa menembus
Karakteristik disinfektan yang ideal
1. Berspektrum luas 6. Meninggalkan lapisan
2. Membunuh kuman secara antimikrobial pada
cepat permukaan yang diproses
3. Tidak dipengaruh faktor ling
kungan: tetap aktif dengan ada 7. Mudah pemakaiannya
nya zat organik (darah, sputum, 8. Tidak berbau
feses), tidak rusak oleh sabun, 9. Ekonomis
deterjen, dan zat kimia lain
4. Tidak toksis 10. Larut dalam air
5. Tidak korosif atau merusak 11. Stabil dalam konsentrasi
bahan aktifnya
12. Mempunyai efek pembersih
Contoh disinfektan kimiawi
• Alkohol
• Klorin
• Formaldehid
• Glutaraldehid
• Hidrogen peroksida (H2O2)
• Yodofora.
• Asam Parasetat
• Fenol
Tahapan pembersihan percikan darah di
permukaan meja kerja dan lantai
• Menggunakan sarung tangan, (masker sesuai indikasi)
misalnya tumpahan permukaan luas
• Tumpahan darah diserap dengan bahan yang menyerap
(tisu, kain), kemudian dibuang dalam kantong infeksius
kuning
• Daerah permukaan tumpahan: tuangkan cairan
enzymatic/ cairan deterjen mengandung enzymatic
selama 5-10 menit , kemudian diserap sampai kering
• Selanjutnya tuangkan klorin, 0,5% selama 5-10 menit,
kemudian diserap dan dibersihkan kembali
• Kemudian dituang dengan air bersih dan lap sampai
kering
Sterilisasi
• Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau
bahan dengan tujuan mematikan semua
mikroorganisme termasuk endospora.
• Dapat digunakan dengan suhu tinggi dan suhu rendah
• Penting Penyimpanan yang baik
• Umur steril (shelf life) – selama alat masih terbungkus,
semua alat steril dianggap tetap steril.
Pengendalian Lingkungan
• Tujuan Pengendalian lingkungan
• Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat
di cegah
• Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
• Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
Pengendalian lingkungan meliputi:

• Udara
• Air
• Permukaan lingkungan
• Laundry dan pengelolaan linen ( sprei, selimut, sarung
bantal)
• Binatang
• Pengelolaan sampah
Limbah Fasyankes
1) Limbah non infeksius
2) Limbah infeksius:
• Limbah klinis
• Limbah laboratorium
3) Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat
beracun.

Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi


penanganan limbah cair dan limbah padat (sampah).
Teknik penanganan sampah meliputi pemisahan, penanganan,
penampungan sementara dan pembuangan
Pemilahan Limbah

tajam medis non-tajam non-medis


Penanganan Sampah
• Wadah tidak boleh penuh atau luber. Bila isi sudah mencapai ¾ segera
dibawa ke tempat pembuangan akhir
• Wadah berupa kantung plastik dapat diikat rapat pada saat
pengangkutan, dan akan dibuang berikut wadahnya.
• Pengumpulan sampah dari ruang perawatan atau pengobatan harus
tetap pada wadahnya dan jangan dituangkan pada gerobak (kereta
sampah) yang terbuka.
• Petugas yang menangani harus selalu menggunakan sarung tangan dan
sepatu, serta harus mencuci tangan dengan sabun setiap selesai
mengambil sampah.
Penampungan Sementara
• Ditempatkan pada daerah yang mudah dijangkau petugas,
pasien dan pengunjung
• Harus bertutup dan kedap air serta tidak mudah bocor agar
terhindar dari jangkauan serangga, tikus dan binatang lainnya
• Hanya besifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari
Wadah Limbah Padat
• Gunakan wadah yang mudah dicuci, tidak mudah bocor, (dapat dari jenis
plastik atau paling baik, logam galvanis)
• Dilengkapi dengan tutup, lebih baik jika tersedia wadah yang dilengkapi
dengan pedal pembuka.
• Tempatkan wadah limbah padat di tempat yang sesuai (gampang
dijangkau, tahan tusuk dan tahan air)
• Kosongkan wadah setiap hari atau saat ¾ bagiannya sudah penuh
• Cucilah wadah limbah medis dengan larutan desinfektan dan bilas dengan
air setiap hari atau lebih sering
Wadah Penampung Limbah Benda
Tajam
• Tahan bocor dan tahan tusukan
• Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
• Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
• Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
• Ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah
• Ditangani bersama limbah medis
Pembuangan Limbah Cair

• Sistem penyaluran harus tertutup.


• Kemiringan saluran 20-40 untuk menjaga endapan
dalam saluran
• Belokan (elbow) saluran harus lebih besar dari 900
• Bangunan penampung (septic tank) harus kedap air,
kuat, dilengkapi dengan mainhole dan lubang hawa
(ventilasi).
• Penempatan lokasi harus mempertimbangkan keadaan
muka air tanah dan jarak dari sumber air.
Praktik Penyuntikan yang Aman
TATALAKSANA PASCA
PAJANAN
Tujuan Tatalaksana Pajanan

Tujuan tatalaksana pajanan adalah:


Untuk mengurangi waktu kontak dengan darah,
cairan tubuh, atau jaringan sumber pajanan dan
untuk membersihkan dan melakukan
dekontaminasi tempat pajanan.
Upaya menurunkan risiko terpajan patogen
melalui darah
 Menggunakan APD sesuai indikasi
 Menggunakan peralatan dengan aman
 Membuang limbah pada wadah yang tepat
 Edukasi petugas tentang praktek aman
menggunakan jarum, benda tajam
TATALAKSANA PAJANAN BAHAN
INFEKSIUS DI TEMPAT KERJA
• Langkah 1: Cuci
• Tindakan darurat pada bagian terpajan
• Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang
berwenang yaitu atasan langsung dan Komite PPI atau K3.
Memulai PPP sebaiknya secepatnya (< 4 jam) dan tidak lebih
dari 72 jam.
• Langkah 2: Telaah pajanan
• Pajanan
• Bahan Pajanan
• Status Infeksi
• Kerentanan
• Pajanan
Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi :
• Perlukaan kulit
• Pajanan pada selaput mukosa
• Pajanan melalui kulit yang luka
• Bahan Pajanan
Bahan yang memberikan risiko penularan infeksi:
• Darah
• Cairan bercampur darah yang kasat mata
• Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan: vagina, serebrospinal, sinovia, pleura,
peritoneal, perickardial, amnion
• Virus yang terkonsentrasi
• Status Infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui),
dilakukan pemeriksaan:
• HbsAg untuk Hepatitis B
• Anti HCV untuk Hepatitis C
• Anti HIV untuk HIV
• Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya
faktor risiko yang tinggi atas ketiga infeksi di atas
• Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan
• Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B
• Status serologi terhadap HBV (titer Anti HBs) bila
pernah mendapatkan vaksin.
• Pemeriksaan Anti HCV (untuk hepatitis C)
• Anti HIV (untuk infeksi HIV)
LANGKAH DASAR TATALAKSANA KLINIS
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN HIV PADA
KASUS KECELAKAAN KERJA

1. Menetapkan kriteria yang dapat menerima Profilaksis Pasca


Pajanan HIV
2. Memberikan informasi singkat mengenai HIV untuk mendapatkan
persetujuan (informed consent)
3. Memastikan bahwa korban tidak menderita infeksi HIV dengan
melakukan tes HIV terlebih dahulu.
4. Pemberian obat-obat untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV
5. Melaksanakan evaluasi laboratorium
6. Menjamin pencatatan
7. Memberikan follow-up dan dukungan
Kriteria yang dapat menerima Profilaksis Pasca
Pajanan HIV
• Waktu terpajan (secepat mungkin)
• Status HIV orang terpajan
• Jenis dan risiko pajanan (mukosa dan kulit tidak utuh)
• Status HIV sumber pajanan
Pemberian obat untuk Profilaksis Pasca Pajanan

Panduan Obat ARV


Orang yang terpajan Paduan ARV
Pilihan TDF + 3TC (FTC) + LPV/r
Remaja dan dewasa Alternatif TDF + 3TC (FTC) + EFV
AZT + 3TC + LPV/r
Pilihan AZT + 3TC + LPV/r
Alternatif TDF + 3TC (FTC) + LPV/r
Anak (< 10 tahun)
Dapat menggunakan EFV/NVP
untuk NNRTI
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai