1. DM GESTASI.....................................................................................
2. KEHAMILAN DENGAN INFEKSI HIV..........................................
3. KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG..........................
4. KEHAMILAN KEMBAR...................................................................
5. KEHAMILAN POST TERM
6. HIPEREMESIS GRAVIDARUM.......................................................
7. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN.............................................
8. PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT........................................
9. ASFIKSIA INTRA UTERIN..............................................................
10. KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM.............................................
11. KEHAMILAN / PERSALINAN DENGAN JARINGAN PARUT
UTERUS.............................................................................................
12. LETAK SUNGSANG.........................................................................
13. RUPTURA UTERI..............................................................................
14. KETUBAN PECAH DINI..................................................................
15. DISTOSIA...........................................................................................
16. PERSALINAN PRETERM.................................................................
17. PERSALINAN KASEP......................................................................
18. PERDARAHAN ANTE PARTUM....................................................
19. PLACENTA PREVIA.........................................................................
20. SOLUSIO PLASENTA.......................................................................
21. PERDARAHAN PASCA PERSALINAN..........................................
22. PERDARAHAN MASA NIFAS.........................................................
23. INFEKSI INTRA PARTUM...............................................................
24. INFEKSI POST PARTUM.................................................................
25. TERMINASI KEHAMILAN..............................................................
26. INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN SERTA PROTAP
OKSIITOSIN INFUS..........................................................................
27. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU.........................................
28. PEMBERIAN OBAT TOKOLITIK...................................................
29. KETENTUAN TENTANG PELAKSANAAN OPERASI SEKSIO
SAESAREA........................................................................................
30. PENATALAKSANAAN KELAINAN HIS (INERSIA UTERI).......
31. ADMISSION TEST, TEST TANPA KONTRAKSI (NST), TEST
DENGAN TEKANAN ATAU TEST DENGAN OKSTIOSIN
DAN RESUSITASI INTRA UTERIN................................................
32. PARTOGRAF WHO...........................................................................
33. AMENORE.........................................................................................
34. PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL................................
35. MENOPAUSE.....................................................................................
36. PENANGNAAN INFERTILITAS......................................................
37. INSEMINASI INTRA UTERI............................................................
38. TRANSLOKASI AKDR.....................................................................
39. PENYAKIT RADANG PANGGUL...................................................
40. ABSES TUBO OVARIAL..................................................................
41. LEKORE.............................................................................................
42. ABORTUS..........................................................................................
43. ASPIRASI VACUM MANUAL PADA ABORTUS INKOMPLIT
44. NEOPLASMA OVARIUM JINAK....................................................
45. MIOMA UTERI..................................................................................
46. LESI PRAKANKER SERVIKS.........................................................
47. MOLAHIDATIDOSA.........................................................................
48. PENYAKIT TROFOBLAS GANAS..................................................
49. KANKER SERVIKS...........................................................................
50. KARSINOMA VULVA......................................................................
51. KARSINOMA ENDOMEETRIUM...................................................
52. KANKER OVARIUM........................................................................
53. DM GESTASI (DMG)
Kode ICD : O 24.4
I. Pengertian
Adanya toleransi karbohidrat, baik ringan (Toleransi Glukosa Terganggu =
TGT), maupun berat (Diabetes Mellitus) yang terjadi atau diketahui
pertama kali pada saat kehamilan berlangsung.
Tidak memandang apakah pasien dikelola dengan insulin/perencanaan
makan saja, Diabetes Mellitus, tersebut menetap setelah persalinan atau
pasien yang sudah mengidap Diabetes Mellitus sebelum hamil.
II. Diagnosis
1) Tujuan
a. Menurunkan angka kesakitan / kematian ibu
b. Menurunkan angka kesakitan/kematian perinatal
c. Menurunkan risiko menjadi DM di kemudian hari, bagi mereka
dengan DM Gestasi sebelumnya
2) Cara penapisan
a. Sasaran penapisan adalah semua ibu hamil baik yang berisiko /
tidak berisiko
b. Faktor risiko DMG
Riwayat Kebidanan : Beberapa kali keguguran
Melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas
Melahirkan bayi dengan cacat bawaan
Preeklampsia
Polihidramnion
Riwayat Ibu :
Umur ibu hamil lebih dari 30 tahun
Riwayat DM dalam keluarga
DMG pada kehamilan sebelumnya
Infeksi saluran kemih berulang-ulang sebelum hamil
c. Waktu pemapasan
Untuk ibu hamil yang beresiko penapisan dilakukan pada umur
kehamilan kurang dari 24 minggu (pertemuan pertama dengan
ibu hamil)
Bila hasilnya negatif, pemeriksaan diulang pada umur
kehamilan 24-26 mg
Untuk ibu hamil yang tak beresiko penapisan dilakukan pada
umur kehamilan 24-26 minggu
d. Cara penapisam
Pemeriksaan gula darah sewaktu atau dengan tes Toleransi glukosa
3) Rersiapan penapisan
Pasien harus makan yang mengandung cukup karbohidrat minimal 3
hari sebelumnya kemudian puasa 8-12 jam, baru dilakukan
pemeriksaan gula darah puasa pada pagi hari, setelah itu diberikan
beban glukosa 5 gram dalam 200 ml air, dua jam kemudian diambil
contoh darah vena untuk dipastikan gula darah 2 jam
WANITA HAMIL
Makanan cukup karbohidrat + 3
hari
Puasa 8-12 jam
Gula dara puasa
Glukosa 75 gram
Glukosa = plasma vena dan jam
VI. Komplikasi
Sesuai kasus, bisa sampai Multi Organ Failure
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
VIII. UNIT YANG MELAYANI
Spesialis Kebidanan dan Kandungan
X. DAFTAR PUSTAKA
Sibas B.M. Preeklampsia-eklampsia. In Queenam ed. Management of
high-risk pregnancy, 3 rd ed. Blackwell Vienka, 1991; 381-3.
54. KEHAMILAN DENGAN INFEKSI HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)
Kode ICD : B 23.8 dan O 98.8
I. Pengertian
Infeksi sistemik oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh,
dengan manginvasi sel limfosit T (T helper), sehingga kerusakan sistem
kekebalan tubuh secara bertahap. Sekali orang terinfeksi oleh HIV maka
selama hidupnya virus tersebut akan ada di dalam tubuhnya, karena virus
HIV akan bergabung dengan DAN sel.
Orang yang terinfeksi HIV disebut dengan ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS) Perjalanan penyakit infeksi HIV berlangsung secara kronik
progresif dimana penyakit bekembang secara bertahap sesuai dengan
kerusakan sistem kckebalan tubuh yang berlangsung bertahap, oleh
karenu itu gejala penyakit ini bisa tanpa gejala sampai menimbulkan
keluhan dan tanda klinis yang berat
II. Diagnosis
Gambaran Klinis :
1) Tahap infeksi akut :
Tidak semua infeksi HIV mengalami tanda-tanda infeksi akut, hanya
sekitar 20-3Q% dari infeksi HIV menimbulkan tanda dan gejala akut
yaitu sakit pada otto dan sendi, sakit menelan, pembesaran kelenjar
getah bening. Gejala ini muncul pad 3 6 minggu pertama setelah
infeksi HIV dan biasanya hilang sendiri
2) Tahap Asimtomatik (tanpa gejala)
Tahap ini berlangsung tanpa gejala antara 6 minggu sampai 6 bulan
setelah infeksi
3) Tahap simtomatik ringan
Tahap ini muncul beberapa tahun kemudian dengan gejala berat
badan menurun, ruam pada kulit/mulut, infeksi jamur pada kuku,
sariawan berulang, ISPA herulang. Aktifitas masih normal, bila
makin berat akan terjadi penurunan berat badan yang Makin berat,
diare lebih dari 1 bulan, panas yang tidak diketahui penyebabnya,
radang paru dan TBC paru.
4) Tahap AIDS (tahap lanjut)
Mulai muncul adanya infeksi oportunistik misalnya, pneumonia
pneumonitis carinii, toksoplasma otak diare, infeksi virus CMV,
herpes, kandidiasis, kanker kelenjar getah bening dan sarkoma kaposi
Diognostik infeksi HIV/AIDS ditegakkan berdasarkan adanya tanda-anda
klinis serta pemeriksaan laboratorium.
Deteksi infeksi HIV dapat dilakukan dengan pemeriksaan langsung virus
HIVnya atau dengan pemeriksaan antibodi HIV.
Cara pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis HIV adalah sbb :
VI. Komplikasi
Penularan pada janin
VII. Wewenang
SpOG dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
55. KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG
Kode ICD : O 99.4
I. Pengertian
Kehamilan yang disertai dencian gangguan fungsi jantung (Pregnancy
complicated by impaired heart function)
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
Prinsip : jantung tidak mampu memberikan nutrisi dan oksigenasi pada
janin yang sedang tumbuh.
1) Akibatnya untuk bayi
a. Abortus
b. Prematuritas
c. PJT
d. Cacat bawaan
e. Asfiksia janin intra uterin
f. Tumbuh kembang akan terhambat setelah lahir
2) Untuk ibu
Terjadi payaki jantung (Decompensatio Cordis = DC) dan meningkat
II. Diagnosis
Pembagian Klinik Penyakit Jantung pada Kehamilan
Kelas Deskripsi
Kelas I Tidak ada keluhan
Bekerja berat-sedang mengakibatkan sesak, dyspnea
Kelas II
d'effort
Kelas III Kerja ringan, mengaibatkan sesak
Kelas IV Sesak terus-menerus
Saat-saat Kritis :
1) Hipergenesis Gravidarum :
Mual, muntah dan intake menurun, terjadi hemokonsentrasi,
sedangkan metrabolisme dan konsumsi 02 meningkat, paru-paru sulit
mengembang, menyebabkan beban jantung meningkat
2) Umur kehamilan 32-34 minggu :
Terjadi puncak hidremia (25-50%), mengakibatkan beban jantung
meningkat
3) Partus kala II
Venus retum meningkat, shunt berhenti, mengakibatkan beban jantung
tiba-tiba meningkat
4) Puerperium :
a. Dini (3-5 hari) :
Shunt yang berhenti mengakibatkan volume darah yang kembali ke
jantung mendadak berhenti
b. Lanjut :
Bahaya infeksi puerperalis, endometritis, infeksi organ lain,
berlanjut menyebar secara hematogen, mengakibatkan sub akut
bakterial enrlokarditis (SSE)
VI. Komplikasi
Tergantung kondisi perkasus
VII. Wewenang
SpOG dibantu dokter Umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
56. KEHAMILAN KEMBAR Kode ICD : O 30
I. Pengertian
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan lebih dari Satu embrio/anak
satu gestasi.
Fakta
1. Hukum Hellin, kejadian :
Twin / kembar dua : 1 : 89
Triple : 1 : 892
Quadriplet : 1 : 893
Quadriplet : 1 : 894 dan seterusnya
2. Ada tipe :
Identik / monovuler / monosigotik/homolog, 30%
Fratermal/biovuler/disgotik/heterolog, 70%
3. Faktor :
Bangsa, umur, paritas
Herediter (dizygotik, dari pihak ibu)
4. Kembar monozygot :
Cenderung lebih kecil Kemungkinan KDJR
Cacat bawaan
Sering timbul arterio-venous shurt
5. Cara membedakan :
II. Diagnosis
1. Pemeriksaan Leopold uterus lebih besar, teraba 3 bagian besar
2. Dua denyut jantung, di tempat berbeda
3. Konfirmasi dengan USG
VI. Komplikasi
A. Komplikasi pada ibu
Anemia , preeklampsia
Persalinan prematur
Inersialatania uteri
Pasenta previa
Solusio plasenta
Perdarahan post partum
B. Komplikasi pada anak
BBLR
KDJR
Cacat bawaan (kembar siam)
Morbiditas dan mortalitas perinatal
Distosia : kelainan letak "interlocking"
VII. Wewenang
SpOG dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
57. KEHAMILAN POSTERM
Kode ICD : 0.48
I. Pengertian
Adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari) atau
melebihi dua minggu dari perkiraan tanggal persalinan dihitung mulai
hari pertama haid terakhir (HPHT) menurut rumus Naegel.
II. Diagnosis
1) Diagnosis kehamilan posterm ditegakkan apabila kehamilan sudah
berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari)
2) Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menegakkan diagnosa
kehamilan posterm antara lain :
a. HPHT jelas
b. Tes kehamilan (urin) sudah positip dalam 6 minggu pertama telat
haid
c. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan
doppler dan 19-20 minggu dengan fetoskop)
d. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan (UK) 16-18
minggu
e. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan ultrasonografi
pada umur kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu
(CRL jelas).
VI. Komplikasi
1. Kematian janin, aspirasi mekoneum, gangguan pumbekuan darah.
2. Trauma kepala janin
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dokter Umum dan bidan
I. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita muntah-
muntah yang berlebihan (lebih dari 10 kali) dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mnengganggu kesehatan ponderita.
II. Diagnosis
Kriteria Diagnosis :
- Muntah-muntah yang sering sekali
- Perasaan tenggorokan yang kering dan rasa haus
- Kulit dapat menjadi kering (tanda defridrasi)
- Berat badan turun dengan cepat
- Pada keadaan yang lebih berat dapat timbul Ikterus dan gangguan saraf
VII. Wewenang
SpOg, dokter umum, dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Hiperemesis Gravidarum. Standar pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi bagian 1, Jakarta : Balai penerbit Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 66-67
59. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN (GESTOSIS)
Kode ICD : O 13
I. Pengertian
Preeklampsi :
timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan oedem akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu
Eklamsi :
Kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan, atau nifas yang
ditandai oleh timbulnya kejang dan atau koma, sebelumnya wanita tadi
mengalami gejala-gejala preeklamsi kejang-kejang timbul bukan akibat
kelainan neurologik ).
Hipertensi kronik:
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang
menetap setelah 6 minggu pasca salin.
Transient Hypertension :
Timbulnya hypertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan
darah sebelumnya normal dan tidak mempunyai gejala-gejala hipertensi
kronik atau preeklamsi/eklamsi. Gejaia ini hilang setelah 10 hari pasca
salin.
II. Diagnosa
Oedem, proteinuria, hipertensi (sistolik > 140 mmHg, diastolik > 90
mmHg atau kenaikan sistolik > 30 mmHg. Pada eklampsi ada kejang
dan atau koma.
Preekiamsi ringan :
1. Hipertensi
a. Tekanan darah > 140/90 mmHg dan < 160/110 mmHg
b. Kenaikan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 30
mmHg
c. Kenaikan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 15
mm/Hg
2. Proteinuria 0,3 gr/L dalam 24 jam atau secara kualitatif sampai (+)
Preeklamsi berat:
Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini preeklamsi
digolongkan berat :
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau distolik > 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil dirawat di
rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring
2. Proteinuria - 5g perhari atau +3 sampai +4 pada pemeriksaan
kualitatif
3. Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam yang
disertai kenaikan kadar kreatinin darah
4. Adanya keluhan subjektif :
a. Gangguan visus : mata berkunang-kunang
b. Gangguan serebral : kepala pusing
c. Nyeri epigastrium, pada kuadran kanan atas abdomen
d. Hiperefleks
5. Oedem paw dan Sianosis
6. Pertumbuhan janin terhambat
7. Adanya “HELLP Syndrom” (H:hemolysis, El:elevated liver
enzyme, LP:Low Platelet count)
Eklampsia
Sama dengan preeklampsia, dengan akibat yang lebih serius pada organ-
organ hati, ginjal, otak, paru, jantung, yakni terjadinya nekrosis dan
perdarahan pada organ –organ tersebut.
Gejala klinis
1. Usia kehamilan = 20 minggu
2. Tanda-tanda preeklampsia (hipertensi, proteinuria, edema)
3. Kejang-kejang dan atau koma, saat persalinan atau sampai 10 hari saat
nifas
4. Kadang-kadang disertai dengan gangguan fungsi orgn
Penatalaksanaan :
1) Rawat Jalan (pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu)
Banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
Diet biasa
Dilakukan pemeriksaan fetal assessment (USG dan NST) setiap 2
minggu
Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, fungsi hati, urine
lengkap, fungsi ginjal, gula darah acak
Kunjungan ulang setiap 1 minggu
Jika tedapat peningkatar proteinuria di rawat sebagai preeklamsia
berat
2) Rawat tinggal
a. Kriteria untuk rawat tinggal
Hasil fetal assessment meragukan atau jelek dilakukan
terminasi
Kecenderungan menuju gejala preeklamsia berat (timbul salah
satu atau lebih gejala pre eklampsia berat)
Bila dalam dua kali kunjungan tidak ada perbaikan (2 minggu)
b. Evaluasi / pengobatan selama rawat tinggal
Tirah baring total
Pemeriksaan Laboratorium
o Darah lengkap
o Albumin serum
o Fungsi hati / ginjal
o Urine lengkap
Dilakukan feta' Assessment (USG dan NST)
3) Evaluasi hasil pengobatan
Pada dasamya evaluasi pengobatan dilakukan berdasarkan hasil dari
fetal assessment. Bila didapatkan hasil :
a. Jelek, dilakukan terminasi kehamilan
b. Ragu-ragu, dilakukan evaluasi ulang NST kesejahteraan janin, 1
hari kemudian
c. Baik
o Penderita dirawat seekurang-kurangnya 4 hari
o Bila preterm penderita dipulangkan
o Bila aterm dengan PS baik lebih dari 5 melakukan dengan
oksitoksin drip
d. Bila didapatkan keluhan subyektif seperti di bawah ini dirawat
sebagai preeklamsi berat.
e. Bila umur kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu) langsung
dilakukan terminasi kehamilan (pervaginam atau perabdominam)
B. Pengobatan medisinal
- Infus Dextrose 5% yang tiap liternya diselingi larutan
Ashering 500cc (60-125cc/jam)
- Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
- Pengobatan obat : MgSO4
Penatalaksanaan
1. Segera masuk RS
2. Trao baring miring ke satu sisi ( kiri )
3. Infus Dextrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan
larutan Ashering 500cc (60 - 125cc/jam)
4. Antasida
5. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6. Pemberiian obat anti kejang : MgSO4
Cara pemberian :
a. Dosis awal ( Loading dose )
2-4 grain MgSO4 1V (40 dalam 10cc) kecepatan 1
gr/menit (kemasan 40% dalam dalam 25cclrt MgSO4
b. Dosis Pemeliharaan
Awal 1- 4 gram per drip (Perinfus)
C. Pengobatan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan
- Belum inpartu
1. Induksi persalinan
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 5
2. SC bila :
- Skor Bishop < 5
- Syarat Oksitosin drip tidak dipenuhi atau adanya kontra
indikasi oksitosin drip
- 12 jam sejak dimulainya oksitosin drip belum masuk
fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk
dilakukan terminasi dengan SC
- Sesudah inpartu :
Kala 1 :
Fase laten : SC
Bila tekanan darah tidak terkendali atau dengan penyakit lain
Fase Aktif :
1. Amniotomi
2. Bi1a 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap, dilakukan SC
D. Pengelolaan Konservatif
a. Indikasi :
Kehamilan kcurang bulan (<37 minggu) tanpa disertai tanda-
tanda impeding eklampsi dengan keadaan janin baik.
b. Pengobatan Medisinal
Sama denyan perawatan medicinal pengelolaan secara aktif,
hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan IV cukup IM saja
c. Pengobatan obstetrik :
- Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi
sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak ada
terminasi
- Sulfasmagnesikus dihentikan bila ibu sudah mencapai
tanda-tanda preeklampsi ringan, selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam.
- Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini
dianygap sebagai kegagalaan pengobatan medisinal dan
harus diter.ninasi
EKLAMPSIA
Prinsip Pengobatan
1. Menghentikan kejang-kejang yang terjadi dan mencegah kejang-
kejang ulangan
2. Mencegah dan mengatasi komplikasi
3. Memperbaiki keadaan umum ibu maupun anak seoptimal mungkin
4. Pengakhiri kehamilan/persalinan mempertimbangkan keadaan ibu
(vital score)
Pengobatan medisinal
1. Obat anti kejang Apabila diluar sudah diberikan pengobatan
diazepam, maka difanjutkan pengobatan dengan MgSO4.
A. MgSO4
Syarat :
a. Reflex patela harus positif
b. Tidak ada tanda tanda depresi pernafasan (respirasi lebih
dari 16 kali/menit)
c. Produksi urine tidak kurang dari 25cc/jam atau 150cc/6 jam
1. Loading dose :
- 4 gr MgSO4 40% dalam larutan 10 cc IV selama 4
menit
- disusui 8 gr IM NgSO4 40% dalam larutan 25cc
diberikan pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4
gr
2. Maintenance dose :
Tiap 6 jam diberikari lagi 4 gr IM MgSO4
3. Dosis tambahan
- bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat di berikan
MgSO4 2 gr IV selama 2 menit
- sekurang-kurangnya 20 menit satelah pemberian
terakhir
- dosis tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja. Bila
setelah selesai diberi dosis tambahan masih tetap
kejang maka diberikan penobarbital 3-5 mg/kg/BB/IV
pelan-pelan
a. Monitoring tanda-tanda keracunan MgSO4
Apabila ada kejang-kejang lagi, diberikan sekali saja
MgSO4 dan bila masih timbul kejang lagi maka
diberikan Pentotal 5 mg/kg berat badan/IV pelan-
pelan.
b. Diazepam drip 20-50 mg/5 Amp dalam 250 NaC1
0,9% dengan kecepatan 24 tts/menit selama 2 hari.
Atas anjuran bagian Syaraf dapat dilakukan : pemeriksaan
CT scan untuk menentukan ada tidaknya pendarahan otak.
Punksi 1umbal bila ada indikasi
Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, CI, Kadar Glukosa,
Urea N, Kreatinin, SGOT/PT, Analisa Gas Darah, dll.
untuk mencari penyebab kejang yang lain.
Perawatan pasien : Atas konsultasi dengan bagian Syaraf
1. Obat-obat Supportif
Lihat pengobatan supportif pre eklampsia berat
2. Perawatan pada serangan kejang
a. Dirawat di kamar Isolasi yang cukup terang (bukan
kamar gelap)
b. Masukan sudpi lidah ke dalam mulut penderita
c. Kepala direndahkan : daerah orofarink dihisap
d. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup
kendor guna menghindari fraktur
3. Perawatan penderita dengan koma
a. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma
"Glasgow-Pittsburgh Coma Scale"
b. Pada perawatan koma perlu diperhatikan
pencegahan decibitus dan makanan penderita
c. Pada coma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin
cukup diberikan dalam bentuk NGT (Nasogastrik
Tube).
4. Terapi lain sesuai bagian Neurologi, Kardiologi,
Penyakit dalam, atau bagian lain yang terkait
5. Pengobatan Obstetrik : Sikap terhadap kehamilan :
a. Sikap dasar :
Semua kektamilan dengan eklampsia harus diakhiri
tanpa memandang umur Kehamilan dan keadaan
janin
b. Bilamana diakhiri, sikap dasar :
- bila sudah terjadi “Stabilisasi" (pemulihan)
hemodinamika dan metabolisme ibu, yaitu 4-8
jam sell telah salahsatu atau lebih keadaan ini
- setelah pemberian obat antikejang terakhir
- setelah kejang terakhir
- setelah pemberian obat-obat antihipertensi
terakhir
- penderita mulai sadar (responsif & orientasi)
c. Cara terminasi kehamilan sesuai pre-eklamsia berat
A. Mencegah komplikasi
Mencegah Komplikasi
1) Obat-obat anti hipertensi, bila sistolik lebih
atau sama dengan 180 mmHg atau distolik
lebih atau sama dengan 110 mmHg digunakan
injeksi 1 amp. Donidine (lihat preeklampsia
berat)
2) Diuretika, hanya diberikan atas indikasi :
a. edema paru-paru
b. kelainan fungsi ginjal (bila faktor prerenal
sudah teratasi) diberikan Furonsemide inj.
40 mg/i.m
3) kardiotonika, diberikan atas indikasi :
a.Adanya tanda-tanda payah jantung
b. Edenta paru : diberikan digitalisasi cepat
dengan Cedilanide
4) Antibiotika spectrum luas intravenous.
5) Antipiretik, diberikan xyllomidon 2 cc/i.m. dan
atau kompres alkohol
B. Memperbaiki keadaaan umum ibu
1. Infus RL/dekstrose 5%
2. Pasang CVP untuk pemantauan keseimbangan
cairan
3. pemberian kalori (dekstrose 10%)
4. Koreksi keseimbangan asam basa (pada
keadaan asidosis maka diberikan Na.
Bic/Meylon 50 meq/iv)
C. Perawatan penderita dengan koma
1. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma
memakai GlasgowPittsburg Coma Scale
2. Paua perawatan koma, perlu diperhatikan
pencegahan dekubitus dan makanan penderita
3. Pada koma yang lama, nutrisi diberikan dalam
bentuk Naso Gastric Tube (NGT)
D. Pengobatan obsterik Sikap tehadap kehamilan
1. Sikap dasar adalah semua kehamilan dertgan
eklampsia harus diakhiri tanpa memandang
umur kehamilan dan keadaan janin
2. Bilamana diakhiri
Sikap dasar adalah kehamilan diakhiri bila
sudah terjadi stabilisasi (pemulihan). Stabilisasi
hemodinamik dan metabolisme ibu dicapai
dalam 4-8 jam setelah salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a. Setelah pemberian obat anti kejang terakhir
b. Setelah kejang terakhir
c. Setelah pemberian obat-obat anti
hipertertensi terakhir
d. Penderita mulai sadar (reponsif dan
orientasi)
3. Cara terminasi kehamilan
a. Induksi persalinan bila hasil KTG Normal
b. Drip oksitoksin, dengan syarat PS sama
dengan atau lebih dari 5
c. Seksio Sesarea bila :
Syarat drip oksitoksio tidak dipenuhi
atau adanya kontraindikasi drip
oksitoksin
Persalinan belum tejadi dalam waktu 12
jam Bila hasil KTG patologis
4. Perawatan pasca persalinan
a. Bila persalinan terjadi pervaginam,
monitoring tanda-tanda vital dilakukan
sebagimana mestinya
b. Pemeriiksaan belum terjadi dalam waktu 12
jam
Prognosis
Prognosis eklampsia ditentukan oleh kriteria
Eden
1) Koma yang lama
2) Nadi diatas 120 per menit
3) Suhu diatas 103° F = 39,5° C
4) Desakan darah sistolik di atas 200 mmHg
5) Kejang lebih dari 10 kali
6) Proteinuria lebih 10 gr/liter, dan
7) Tidak ada edema
Bila didapatkan dua atau lebih dari gejala
tersebut, maka prognosis ibu adalah buruk
VI. Komplikasi
Gagal ginjal, Gagal Jantung, Oedema Paru, Kelainan pembekuan darah,
pendarahan otak.
VII. Wewenang
SpOG dibantu dokter umum dan bidan
I. Pengertian
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ialah keadaan janin dengan berat dan
besar yang kurang dari 2 simpang baku menurutu gestasi.
II. Diagnosis
Diagnosis baru dapat ditegakan bila usia kehamilan telah mencapai 28
minggu keatas. Pertumbuhan janin dinyatakan terhambat bila secara
klinis dan USG didapatkan taksiran berat janin berada di bawah rata-rata
2 simpang baku normal. Adanya faktor risiko pada ibu seperti :
1. Hipertensi
2. Penyakit paru kronis
3. Penyakit jantung
4. Anemia berat
5. Kurang Gizi
6. Menggunakan obat-obatan
7. Merokok
8. Infeksi seperti campak
9. Riwayat PJT sebelumnya
10. Penambahan BB ibu selama kehamilan kurang dari 7 kg pada saat
aterm atau kurang dari 45 kg
11. Penambahan tinggi fundus uteri yang kurang dari 10 persentil
menurut kurva normal
Secara khusus :
misalnya penurunan tekanan darah pada kasus PEB hingga diastolic
mencapai 90 mmHg.
Terminasi Kehamilan : Bila pertumbuhan janin berdasarkan pemeriksaan
USG masih berlangsung, terminasi dilakukab pada kehamilan 38
minggu.
Bila pertumbuhan janin tidak ada, maturitas paru cukup (biasanya pada
kehamilan 3 5 m i n g g u ) l a k u k a n t e r m i n a s i dengan cara :
a. induksi persalinan dengan didahului pematangan serviks bila belum
inpartu
b. Janin non reaktif atau terdapat gejala gawat janin : SC
Bayi : Memerlukan perhatian khusu dalam penangannanya (Khususnya
bayi dengan Aspiksia )
Sambil menunggu ASI jumlahnya optimal, dapat diberikan pengganti
ASI
VI. Komplikasi
Tergantung keadaan janin :
- PJT Simetrik : aklbat kelainan genetic
- PJT asimetrik : Hipoxia akibat insufisiensi plasenta, infeksi dll
- Kematian janin dalam kandungan / di luar kandungan
- Cacat bawaan
VII. Wewenang
SpOG, dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkuntpuian Obstetri dan -Ginekologi Indonesia.
Pertumbuhan Janin Terhambat. Standar Pelayanan meciik Obstetri
dan Ginekologi bagian 1. Jakarta : Balai Penerbit Fakuftas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1991 : 63 – 65
2. Syaifuddin AB, Wiknyosastro GH, Affandi B, Waspodo C, Asuhan
Bayi Baru Lahir Bermasalah. BALI Panduan Praktis Pelayanan
Ksehatan Maternal dan Neonatal. Edisi 1, Cetakan 7, Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991 : M 116 -
M 124.
3. Magowan B. Small Fesus (SGA and Sugore.), Obstetrics and
Gynaecology 3rd Edinburgh-London, Newyork-Oxford-Philadelphia-
St Louis-Sydney - Toronto - Elsevier Churchill Livingstone, 2005:70-
72.
9. ASFIKSIA INTRA UTERIN
Kode ICD : P 21
I. Pengertian
Asfiksia Intra Uterine adalah keadaan kekurangan oksigen dan
penimbunan karbandiOksida yaylg menyebabkan asidosis intra uterine
sebagai gangguan perTUkaran gas melalui plasenta. Sehingga dapat
menyebabkan kerusakan CNS atau organ lain sampai dapat
menyebabkan kematian.
II. Diagnosis :
Kriteria diagnosis
a. Kehamilan risiko tinggi
b. Bunyi jantung bayi bradikardia/tachkardia
c. Gerakan janin kurang dari 4 kali dalam 10 menit sdengan alat CTG
d. Pertumbuhan janin terhambat
e. Mekonium dalam air ketuban
VI. Komplikasi
- Kematian janin
- Parut pada perut ibu karena tindakan operasi
VII. Wewenang
SpOG dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengusrus t3esar Perkumpuian Obstetri dan ginekologi Indonesia.
Asfiksia intra Uterine. Standar Pelayanan Media Obstetri dan
Ginekologi bagian I, Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia, 1991 : 74 – 75
2. The Society of Obstetricians and Gynaecologist of Canada Fetal
Well. Being in Labor. Alarm International : A Program to Reduce
Maternal Mortality and Morbidity. 2 rd ed, SOGC, 2001 : 98 - 107
10. KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (IUFD)
Kode ICD : O 35.8
I. Pengertian
Kematian janin dalam rahim ialah kematian janin dalam uterus yang
beratnya 500 gram atau lebih, usia kehamilan mencapai 20 minggu atau
lebih.
II. Diagnosis
Kriteria Diagnosis
Kandungan tidak bertambah besar bahkan terasa mengecil, gerakan anak
tidak dirasakan, bunyi janin tak ada pada pemeriksaan, terasa uterus
kurang tegas bentuknya dari uterus yang hail normal. Bila kleuar air
ketuban akan berwarna coklat kemerahan kental.
Terasa krepitasi pada pemeriksaan (tanda ada penimbunan gas dalam
tubuh). Denyut jantung janin tak terdeteksi dengan funduskop dan
Doppler.
Pemeriksaan human chrionic gonadotropin (HCG) urine menjadi
negative beberapa hari setelah kematian.
VI. Komplikasi
- Karena penyakit gngguan pembekuan darah (hipofibrinogenemia)
- Karena tindakan, prforasi uterus
VII. Wewenang
SpOG, dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
kematian Janin dalam Rahim. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi bagian 1. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 76 - 77.
2. Saifuddin AB, Wiknyosastro GH, Affiandi B, Waspado D. Gerak
Janin Tidak Dirasakan Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dtan Neonatal. Edisi 1 Cetakan 7, Jakarta : Yayasan Bina
pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004 : M 109 - M 111.
11. KEHAM1LAN / PERSALINAN DENGAN JARlNGAN PARUT
UTERUS
Kode ICD : O 82.0
I. Pengertian
Kehamilan yang disertai riwayat seksio sesaRea sekali lebih atau pasca
miomektomi/kuroneuktomi pada kehamilan sebelumnya.
II. Diagnosis
Hal-hal yang perlu dijawab “
1) Apa indikasi SC sebelumnya?
2) Berapa kali SC sebelumnya?
3) Jenis sayatannya bagaimana?
4) Apakah iada komplikasi pada SC sebelumnya?
5) Apakah pemah melahirkan bervaginam sebeiumnya?
VI. Komplikasi
1. Ruptura Uteri
2. Kematian Janin
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dokter umum dan bidan
I. Pengertian
Disebut letak sungsarig apabila janin membujur dalam uterus dengan
bokong/ kaki pada bagian bawah.
Tergantung dari bagian mana yang terendah, dapat dibedakan
menjadi :
1. Presentasi bokong murni
2. Presentasi bokong kaki
3. Presentasi kaki
II. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Palpasi
Leopold I : Kepala/ballotement di fundus
Leopoid II : Teraba punggung di satu sisi dan bagian kecil
disisi lain
Leopold III-IV: Bokong teraba di bagian bawah uterus
Pemeriksaan dalam
Pemerisaan penunjang
Ultrasonografi, diperlukan untuk :
Konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik tidak jelas
Menentukan letak plasenta
Menentukan kemungkinan cacat bawaan
Foto Rontgen (bila perlu), untuk :
menentukan posisi tungkai bawah
konfirmasi letak janin serta fleksi kepala
menentukan kemungkinan adanya kelainan bawaan anak
III. Diagnosis Banding
Tidak ada
Syarat :
1. ZA hanya berlaku untuk kehamilan aterm otau PBB > 250
gr
2. Skor kurang dari 3 persalinan perabdominal
3. Skor 4 oerlu evaluasi lebih cermat
4. Skor 5 atau lebih persalinan pervaginam
b. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida
c. Didapatkan distosia
d. Umur kehamilan :
- Prematur (EWF kurang dari 2.000 gr)
- Post date (umur kehamilan < 42 minggu)
e. Nilai anak (hanya sebagai per-timbangan ). Riwayat persalinan
- BOH
- HS\/B
f. Komplikasii kehamilan dan persalinan
- Hipertensi
- Ketuban pecah dini
VI. Komplikasi
Kematian Janin
VII. Wewenang
SpOG dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar pustaka
Cunningham FG, Gant NF, Levena KJ, Gleeshop III LC, hanth JC.
Wenatrom KD. Preterm birth. In williams Obstetrics, 21 st ed. Mc Graw-
Hill, New York, 2001:501-532
13. RUPTURA UTERI
Kode ICD: S 37.6
I. Pengertian
Robeknya dinding rahim pada saat kehamilan atau persalinart dengan
atau tanpa robeknya peritoneum viserale.
Klasifikasi:
1. Ruptura Uteri komplit, kalau semua lapisan dinding rahim robek
2. Ruptura uteri inkomplit; kalau perimetrium masih utuh
Predisposisi :
1. Luka robekan uterus sebelum terjadinya kehamilan sekarang
a. Seksio Caesaria atau histerektomi
b. Histerorafi
c. Miomektomi
d. Reseksi komu
e. Metroplasti (lihat Referensi )
f. Trauma oleh alat pada saat tindakan / pertolongan abortus (sonde,
kuretase)
2. Cidera uterus pada saat kehamilan sekarang
A. Sebelum persalinan :
- Trauma luar : tajam atau tumpul
- Versi luar
B. Saat persalinan
- Pemberian okstiosin / prostaglandin
- ekstrasi forseps
- tindakan embriotomi
- tindakan kristeier/dorongan pada fundus yang berlebihan
- hidrosefalus, sehingga segmen bawah sangat teregang
- disproporsi cefalopelvik
II. Diagnosis
- Adanya faktor predisposisi
- Nyeri perut mendadak dengan tanda-tanda perdarahan intra
abdominal
- Perdarahan pervaginam bisa sedikit yang biasanya tidak sesuai
dengan jumlah darah yang keluar karena adanya perdarahan intra
abdominal.
- Kadang-kadang disertai sesak nafas, cuping hidung dan nyeri bahu
- His negatif
- Bagian janin teraba langsung di bawah kulit dinding perut
- Bunyi jantung janin tidak terdengar
- Urine bercampur darah
VI. Komplikasi
- Sepsis
- Luka Yang meluas sampai ke kandung kencing dan vatina
- hematom pada daerah parametrium
- Syok ireversibei
VII. Wewenang
SpOG dibantu oleh dokter umm dan bidan
X. Daftar Pustaka
Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Ruptura Uteri. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universias
Indonesia, 1991 : 46 - 47
14. KETUBAN PECAH DINI
Kode ICD : O 42.2
I. Pengertian
Ketuban pecah yang terjadi sebelum proses persalinan disetiap saat usia
kehamilan.
II. Diagnosis
Kriteria Diagnosis:
- Umur kehamilan lebih 20 minggu
- Keluar cairan dari vagina
- Pada perrteriksaan fisik : Suhu normai bila tidak ada infeksi
- Pada pemeriksaan Obstetri : bunyi jantung janin biasanya normal
Inspeksi :
Keluar cairan pervaginam
Bila fundus uteri ditekan atau bagian terendah digoyangkan keluar Cairan
dari Ostium Uteri Internum
VI. Komplikasi
1. Infeksi Sepsis pada ibu dan bayi, tal.i pusat menumbung
2. kematian janin, karena infeksi atau prmaturitas, Amniotic band
Syndrome (Syndrome ditandai dengan kelainan bawaan akibat ketuban
pecah sejak hamil muda )
VII. Wewenang
SpOG, dibantu dokter umum dan atau bidan dan perawat
I. Pengertian
Distosia ialah persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau
tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam ukuran satuan waktu
tertentu.
II. Diagnosis
Kriteria Diagnosis Distosia terjadi dalam kala I dan kala II. Beberapa hal
yang harus diketahui dalam penerapan penilaian proses persalinan ialah
sbb :
d. Fase persalinan :
Fase persalinan dalam Kala I dan kala II sehubungan dengan proses
membukanya serviks ialah :
3. Fase laten : mulai pembukaan 0 - 3 cm
4. Fase Akselerasi : permukaan 3 cm menjadi 4 cm
5. Fase Dilatasi maksimal : pemukaan 4 cm menjadi 9 cm
6. fase Deselerasi : pembukaan 6 cm menjadi lengkap (10 cm)
7. kala 11 : pembukaan lengkap sampai bayi lahir
e. Ukuran satuan waktu :
3. Fase laten 8 jam
4. Fase akselerasi : 2 jam
5. Fase dilatasi maksimal : 2 jam
6. Fase deselerasi : 2 jam
7. Kala II : Primigravida 2 jam, multigravida 1 jam
f. Parameter untuk menilai proses kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks dihubungkan dengan fase persalinan
2. Ukuran satuab waktu setiap fase persalinan
3. Turunnya prersentase janin (bidang hodge atau station)
3. Perubahan posisi denominator
Persalinan normal adalah suatu proses yang progresif yang
berlangsung dalam batas waktu tertentu. Apabila batas waktu tersebut
dilampaui tanpa diikuti oleh kemajuan proses persalinan, maka
dianggap telah berlangsung persalinan abnormal atau distosia.
VI. Komplikasi
1. Pada ibu :
- partus lama
- Partus intra partum
- Ruptura Uteri
- Pistulasi
- Fistulasi
- Perlukaan, jalan lahir
2. Pada Janin/bayi :
- Asfiksia
- Cedera
- Kematian
VII. Wewenang
Dokter Spesialis, dokter umum, bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetrian dan Ginekologi Indonesia.
Distosia. Standar Pelayanan Medik Obstetrian Ginekologi bagian I
Jakarta : balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1991: 18-20
2. The Society of Obstetricians and gynecalogies of Canada. Obstructed
Labour. Alarm International : A Program to Reduce Maternal
Mortality and Morbidity. 2 nd ed, SOGC, 2001 : 30 -44
3. Magowan B, Induction and Augmentation of Labour - Obstetrics and
Gynaecology. 3rd ed, Edinburgh - t-ordon - Newyork Oxford --
Phiadelpia - St Louis - Sydney - Toronto : Elsevier Churchil
Livingstorle 2005 : 89 – 92
4. Syaifuddin SB, VViknyosastro GH, Affandi B, Waspodo B.
Persalinan Lama. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Edisi 1, Cetakan 7, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwona Prawirohardjo, 2004: M47 - M56.
16. PERSALINAN PRETERM
Kode ICD : O 60
I. Pengertian
Persalinan preterm adalah : persalinan neonatus pada usia kehamilan
antara 20 dan 37 minggu lengkap, atau antara 140 dan 259 hari,
dihitungdari hari pertama haid terakhir.
Factor resiko dibagi atas kriteria mayor dan minor untuk meramalkan
terjadinya persalinan preterm spontan.
Mayor :
1. Kehamilan multiple
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
4. serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32minggu
5. servisk mendatar / memendek kurang dari 1 cm pada kehamiln 32
minggu
6. Riwayt abortus pada trimestser II lebih dari 1 kali
7. Riwayat persalinan persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus
Minor :
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 32 minggu
3. Riwayat pieloneritis
4. Merokok lebih dari 10 batang / hari
5. Riwayat abortus trimester II
6. Riwayat abortus trimester 1 lebih dari 2 kali
Pasien tergolong risiko tinggi, bila dijumpai 1 atau lebih faktor risiko
mayor, atau 2 atau lebih faktor risiko minor atau keduanya.
II. Diagnosa
1. Usia kehamilan antar 20 dan 37 minggu lengkap, atau antar 140 dan
259 hari
2. Kontraksi uterus (his) teratur, sedikitnya setiap 7-8 menit sekali
3. Pemeriksaan serviks berkala menunjukanbahwa serviks telah
mendatar 50-80%, atau terbuka sediktiniya 2 cm
4. Selaput ketuban seringkali telah pecah
5. Meraskan gejala seperti : rasa kaku di perut menyerupai kaku
menstruasi, rasa tekanan intrapelvik, nyeri bagian belakang
6. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin tercampur darah
7. Adanya pembukaan serviks yang bermakna yaitu : ada kemajuan
pembukaan yang diperiksa oleh pemeriksa yang sama dalam selang
waktu 2 jam.
VI. Komplikasi
1. Sindroma gawat nafas (RIDS)
2. Perdarahan intracranial
3. Trauma persalinan
4. Paten duktus Arteriosus
5. Sepsis
6. Gangguan Neurologi
VII. Wewenang
Dokter Spesialis, dokter Umum, Bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Persalinan Preterm. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
ginekologi bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 59 – 62.
2. The Society of Obstetrician and Gynaecologiest of Canada.
Preterm Labour and Prelabour Rupture of Membranes (PROM).
Alarm International : A Program to Reduce Maternal Mortality and
Morbidity. 2 nd ed, SOGC, 2001: 120-125
3. Magowan B. Preterm Labour. Obstetrics and Gynaecology. 3~ d ed,
Edinburgh - London - Newyork - Oxford -- Philadelpia - St Louis -
Sydney - Toronto : Elevier Churchil Livingstone. 2005 : 92 - 96
17. PERSALINAN KASEP
Kode ICD: P 08.2
I. Pengertian
Partus kasep adakh suatu keadaan dimana persalinan mengalami
kemacetan dan berlangsung lama sehingga menimbulkan komplikasi
baik pada ibu atupun anaknya.
Gejala Klinis
7. Komplikasi pada Anak
I. Kaput suksedanium besar
II. Gawat janin
III. Kematian janin
8. Komplikasi pada ibu
I. Vagina/vulva edema
II. Porsio edema
III. Ruptura uteri
IV. Febris
V. Ketuban hijau
VI. Dehidrasi
9. Tanda-tanda Infeksi intrauterine
Kriteria Gibbs : temperatur rektal lebih dari 37,8 0 C, disertai dengan 2
atau lebih tanda-tanda berikut :
I. Maternal takikardia (> 100 kali/menit)
II. Fetal takikardia (> 160 kali/menit)
III. Uterine Tendemess
IV. Foul Odour of AMnionic Fluid
V. Maternal Leucocytosis (> 15.000 cel/m 3)
10. Tanda-tanda Ruptur Uteri
I. Perdarahan melalui OUE
II. His hilang
III. Bagian anak mudah teraba dari luar
IV. VT : bagian terendah janin mudah didorong kentas
V. Robekan dapat meluas ke serviks dan vagina
11. Tanda-tandai Gawat Janin
I. Air ketuban bercampur mekonium
II. Denyut jantung janin bradikarsi/takikardia/irregular
III. Gerak anak, berkurang
II. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya partus lama yaitu
terdapat perpantangan dari fase-fase persalinan ditambah dengan
komplikasi akibat dari partus lama yaitu :
a. Kelelahan ibu dan dehidrasi
b. Kaput suksedaneunm
c. Infeksi intra uterin
d. Ruptura Uteri
e. Gawat Janin
VI. Komplikasi
Sesuai pada komplikasi diatas
VII. Wewenang
SpOG dibantu oleh dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
18. PERDARAHAN ANTEPARTUM
Kode ICD: O 45.8
I. Pengertian
Perdarahan pervaginam pada usia keh-amilan 10 minggu atau lebih.
II. Diagnosis
Anamnesis :
1. Perdarhan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Timbulnya perdarahan pervaginam secara spontan tanpa melakukan
aktiftas atau akibat trauma pada abdomen
3. Disertai nyeri atau tanpa nyeri akibat kontraksi uterus
4. Beberapa factor predisposisi :
- Riwayat Solusio Placenta
- Perokok
- Hipertensi
- Multi partias
Pemeriksaan fisik umum : Keadaan tensi, nadi, pernafasan Obstetrik :
1. Periksa luar :
- Bagian terbawah janin belum/sudah masuk PAP
- Apakah ada keinginan letak/tidak
2. Inspekulo :
Apakah perdarahan berasal dari Ostium uteri atau dari kelainan
serviks dan vagina
3. Perabaan Fomises : Hanya dikerjakan pada presentasi kepala
4. PDMO : bila akan mengakhiri kehamilan / persalinan
5. USG
III. Diagnosis Banding
1. Solusio Placenta Batasan : terlepasnya placenta yang letaknya normal
pada fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir. Definisi ini
berlaku pada UK diatas 20 minggu atau berat badan janin 500 gram.
a. Ringan: Perdarahan kurang dari 100 - 200cc, uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang
dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari
250 mg%.
b. Sedang perdarahan lebih dari 200cc, uterus tegang, terdapat tanda
pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan placenta
1/4 sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-
150 mg%.
c. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda
renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta bisa terjadi
pada lebih dari bagian permukaan atau keseluruhan bagian
permukaan. Faktor predisposisi gambaran klinis dari Solusio
Placenta sesuai dengan tapik Solusio Placenta
2. Placenta Previa :
Batasan : Placenta yang letaknya tidak normal sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (lihat topic
Placenta Previa )
3. Vasa Previa :
Batasan : tali pusat berinsersi pada selaput ketuban dimana pembuluh
darahnya berjalan diantara lapisan amnion dan korion melalui
pembukaan serviks.
VI. Komplikasi
1. Karena penyakit :
A. Pada ibu :
- Renjatan
- Gagal ginjal akut/ Acut Tubular Nekrosis
- DIC (Dissemnated Intravascular Coagulation)
- Placenta akreta
- Atonia Uteri/Uterus Couvelaire
- Perdarahan pada implantasi uterus disegmen bawah
B. Pada janin
- Asfiksia
- BBLR
- RDS
2. Karena tindakan / terapi :
A. Pada ibu
- Reaksi Transfusi
- Kelebihan cairan
- Renjatan
- Infeksi
B. Pada Janin
- Asfiksia
- Infeksi
VII. Wewenang
Dokter Spesialis dibantu dokter umum / bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Perdarahan antepartum. Standar Pelayanan medik obstetri dan
Ginekologi bagian I. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia, 1991:9 -13
2. Syaifuddin AB, Wiknyosastm GH, Affandi B, Waspodo D.
Perdarahan pada Kehamilan lanjut dan Persalinan. Buku Panduan
praktis pelayanan Kesetan Maternal dan Neonatal : Edisi 1, cetakan
7, Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004 :
M18 - M 24.
3. The 'Society of Obstetricians and Gynaecologist of Canada.
Hemorage in Pregnancy : Antepartum and Postpartum. Alarm
International : A Program to Reduce Maternal Mortality and
Morbidity. 2nd ed, SOGC, 2001 -49.
4. Magowan B, Haemorhage. Obstetrics and Gynaecology. 3 rd ed,
Edinburgh - London - New York Oxford - Philadelpia - St Louis -
Sydney - Toronto : Elsevier Churchil lvingstone, 2005 : 106 -109.
19. PLACENTA PREVIA
Kode ICD : O 44
I. Pengertian
Suatu keadaaan dimana insersi plasenta di segmen bawah rahim (SBR)
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri intemum pada
kehamilan 28 minggu atau lebih.
Pembagian (berdasarken derajat penutupan OUI)
a. Placenta Previa Totalis
b. Placenta Previa Parsialis
c. Placenta Previa Marginalis
d. Placenta Letak Rendah
Gejala Klinis :
1. Kehamilan 28 minggu atau lebih dengan perdarahan pervaginam
yang sifatnya tidak nyeri, darah segar
2. Keadaan umum sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi
3. Sering disertai dengan kelainan letak janin
4. Bagian terendah masih tinggi/ tidak masuk pintu atas panggul (PAP)
II. Diagnosa
1. Anamnesis :
Hamil 28 minggu atau lebih dengan perdarahan pervaginam tanpa
nyeri, berulang, darah segar
2. Gejala klinis (lihat gejala klinis)
3. Menentukan letak placenta :
a. USG, dilakukan dalam keadaan kantungkencing terisi secukupnya
b. Menentukan asal perdar ahan untuk menyingkirkan kemungkinan
yang bukan placenta previa (inspekulo)
c. Periksa dalam diatas meja openasi (PDMO) / Double setup
(DSU/Examination in theatre) yaitu pemeriksaan dalam dikamar
operasi dengan persiapan Seksio Sesaria
III. Diagnasa Banding
Tidak ada
VI. Komplikasi
Dokter Spesialis Obsgyn, dibantu dokter umum dan Bidan
I. Pergertian
Terlepasnya plasenta dariposisinya yang normal pada Uterus, sebelum
janin dilahirkan
Faktor predisosisi
1. Trauma
2. Pecah ketuban
3. Versi luar
4. Abnormalisasi plasenta
Gambaran Khusus
1. Gambaran Klasik
a. Perdarahan pervaginam
b. Nyeri penat
c. Kontraksi uterus
d. Perut kaku seperti papan (wrocdly hard)
2. Ciri perdarahan wama kehitaman
3. Ciri nyeri perut
a. Tajam
b. Besar
c. Ber1angsung tiba-tiba (berbeda dengan his)
4. Keluhan lain : mual, gerak anak menurun sampai hilang
5. Bi1a kehilangan darah banyak, bisa terjadi syok
6. Pemeriksaan Palpasi, suiit teraba bagian-bagian Janin
7. Pemeriksaan Auskultasi, djj sulit didengar
8. Bisa terjadi gangguan hemostatis (35%)
II. Diagnosis
1. Tanda dan gejala yang jelas baru terjadi pada sulutio Plasenta yang
sedang / berat pada yang ringan seringkali tidak diketahui ante partum
2. USG tidak sensitive untuk diagnostic Solusio Plasenta, tetapi mampu
menyingkirkan Placenta Previa
3. Bila bekuan dara banyak, pada USG akan tampak daerah Hiperekoik
dibandingkan dengan daerah plasenta yang lain.
Grading solusio Plasenta
Asimtomatis ditemukan secara kebetulan adanya retro
Grade 0
plasenta coth yang kecil
Terdapat perdarahan pervaginam Tetani Uteri positif, tirlak
Grade 1
ada gawat janin, ibu dalam keadaan baik
Terdapat / tidak perdarahan pervaginam tetapi ada tanda-tanda
Grade 2
gawat janin, ibu masih dalam keadaan baik
Terdapat / tidak perdarahan perv,,,ginam Tetania Uteri jelas,
Grade 3
ibu syok, gawat janin, sampai meninggal, koagulapati
VI. Komplikasi
-
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dokter umum dibantu oleh bidan
X. Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Gant NF, Levena KJ, Gieeshop III LC, Hant JC,
Wenatrom KID, Preterm Birth. In William Obstetrics, 21 st ed. Mc
Graw-Hill, Newyork, 2001 : 621-39
2. Cark SL, Placental Abruptian. !n queenam, ed. Management of
High-risk Pregnancy 3r d ed. Blackweli, Vienna : 1994 : 492 - 4
21. PERDARAHAN PADA PERSALINAN
Kode ICD : O 72.1
I. Pengertian
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang lebih dari 500 ml
yang terjadi setelah janin lahir.
Klasifikasi :
1. Perdarahan paska salin dini (primer) yaitu perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama setelah lahir
2. perdarahan pasca salin lambat (sekunder) yaitu perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam sesudah janin lahir.
II. Diagnosis
A. Perdarahan pasca salin dini
- Atonia uteri
- Perlukaan jalan lahir
- Retensi plasenta/sisa plasenta
- Gangguan pembekuan darah
Kriteria Diagnosis
1. Atonia Uteri
- Kontraksi rahim buruk
- Perdarahan banyak
- Tidak ada perlukaan jalan lahir
- Tidak ada sisa plasenta
- Dapat disertai shock hipovolemik
2. Perlukaan Jalan Iahir :
- Perdarahan banyak
- Umumnya kontraksi rahim baik, kecuali pada robekan rahim
3. Sisa placenta :
- Perdarahan
- Kontraksi rahim bisa buruk
- Pada pemeriksaan teraba sisa plasenta
4. Gangguan Pembekuan darah:
- Kontraksi baik tidak ada perlukaan jalan lahir, tidak ada sisa
jaringan
- terdapat gangguan factor pembekuan darah
B. Perdarahan pada masa Nifas Etiologi :
1. Perlukaan jalan lahir
2. Gangguan Hemostatik pada daerah implantasi plasenta :
a. Hipotonik/atonik miometrium
b. Sisa plasenta
c. Gangguan faktor koagulasi
3. Inversio Uteri
Kriteria Diagnosis :
1. Perdarahan berulang
2. Pemeriksaan fisik, kadang pasien febris, nadi cepat., dan shock
3. Pemeriksaan obstetrik, fundus uteri masih tinggi, subinvolusi
4. terus lembek dan nyeri tekan bila ada infeksi, teraba ada sisa
plasenta
VI. Komplikasi
1. Syok Irreversibel
2. DIC
3. Komplikasi lain
4. Sindrom Sheehan
VII. Wewenang
Dokter spesialis Obsgyn doktor umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Perdarahan Pasca Persalinan. Standar Pelayanan Medik. Obstetri
dan Ginekologi bagian 1 Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 48 - 50.
2. Syaifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B. Waspodo D.
Perdarahan Pasca Persalinan. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi 1, Cetakan 7, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004 : M25 - M32.
3. Magowan B. Post Partum Problems. Obstetrics and Gynaecology 3 rd
ed. Edinburgh-London-New York Oxford - Philadelphia - St Louis -
Sydney - Toronto - Elsevier Churchill Livingstone, 2005 : 143 - 146.
Skema Diagrro; ;s dar1 Terapi Perdarahan Pasca Persalinan
Keterangan :
A. Apabila ratx;kan jalan lahir sudah terjahit dengan kaaik dan
perdarahan masih berlangsunrg, caba dievaluasi penyebab lainnya,
misalnya gangguan pembekuan darah.
B. Pada perdararian pasca persalinan primer oleh karena sisa plasenta,
pengeluaran sisa plasenta dengan digital biasanya memadai.
Kadangkala kuratase diperlukan seperti halnya pada perdarahan
pasca persalinan sekunder
C. Perdarahan pasca persalinan yang secara primer disebabkan atonia
uteri, ditangani so. cara khusus (lihat tabel)
D. Untuk caperasi uterus pada kasus-kasris inversio uteri lebih baik
memakai narkose (pasien tidak nyeri dan lebih mudah). Bila tidak
berhasil, pertimbangkan operasi
E. Perdarahan pasca persalinan karena gangguan faktor pembekua
darah, harus disiapkan darah segar dan kerja sama dengan Lab.
Penyakit Dalam serta Patologi Klinik
Jenis Uterotonika dan cara pemberiannya untuk Atonia Uteri
Jenis dan cara Oksitoksin Ergometran Misoprostol
Dosis dan cara IV: infus 20 unit IM atau IV Oral 600 meg atau
pemberian awal dalam 1 ltr larutan (secara perlahan) rektal 400 meg
garam fisiologik 0,2 mg
dengan 60 ttesan
permenit
IM : 10 unit
Dosis lanjutan IV : infus 20 unit Ulangi 0,2 mg 400 meg 2-4 jam
dalam 1 ltr larutan setelah 15 menit setelah dosis awal
garam fisiologik jika masih
dg 40 tetes / menit diperlukan, beri
IM/IV etiap 2-4
jam
Dosis maksimal Tidak lebih dari 3 Total 1 mg atau 5 Total 1200 meg
liter larutan dosis tau 3 dosis
dengan oksitosin
Indikasi kontra Tidak boleh Pre eklampsia, Nyeri kontraksi,
atau hati-hati memberi IV vitium kordis, asma
secara cepat atau hipertensi
bolus
22. PERDARAHAN MASA NIFAS
Kode ICD : N 92.2
I. Pengertian
-
II. Diagnosis
Knteria Diagnosis :
1. Perdarahan berulang dan tetap
2. Pemeriksaan Fisik kadang-kadang penderita febris, nadi naik dan
syok
3. Pemeriksaan Obstetri : fundus uteri masih tinggi dan kontraksi tidak
baik
4. Pemeriksaan Ginekologi : uterus masih besar, lembek dan nyeri tekan
kalau ada infeksi, tampak perdarahan pervaginam. Mungkin teraba
ada Sisa plasenta dalam kavum uteri
VII. Wewenang
Dokter spesialis Obsgyn, dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan obstetri dan Ginekologi Indonesia.
infeksi Intra Partum. Standar Pelayanan Medik, Obstetri dan
Ginekologi bagian 1. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Keciokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 57-58.
2. Syaifuddin AB, Wiknyosastro GH, Affand B, Waspodo D, Demam
Dalam Kehamilan dan Persalinan. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 1. Cetakan 1,
Jakarta yayasan Elina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004 : M84
- M89.
3. The Society of Obstetricians and Gynaecologistd of Canada.
Hemorrhage in Pregnancy : Antepatrum and Postpartum. Alarm
International : A Program to reduce Maternal Mortality and
Morbidity 2 nd ed, SOGC, 2001 : 54-58
4. Magowan B, Infection. Obstetrics and Ginaecoloyy 3 rd ed,
Edinburgh - London - New York Oxford - Philadelphia - St Louis -
Sydney - Toronto Eisevier Churchill Livingstone, 2005 : 186 -
196.
23. INFEKSI INTRA PARTUM
Kode ICD : O 23.9
I. Pengertian
Infeksi Intrapartum, yaitu infeksi yang terjadi dalam persalinan yang
ditandai suhu naik > 38°C, air ketuban keruh kecoklatan, berbau, dan
lekosit darah > 15.OOO/mm 3. Infeksi dapat terjadi antepartum, berupa
khrloamnionitis, yang mungkin asimptomatik.
II. Diagnosis
Kriteria Daignosis :
1. Biasanya ketuban sudah pecah
2. Suhu > 38°C
3. Air ketuban keruh dan berbau
Faktor predisposisi
1. Distosia
2. Pemeriksaan dalam lebih dari 2X
3. Keadaan umum lemah
4. Gizi kurang
5. Serrvisitis, vaginitis
VI. Komplikasi
1. Sepsis, Syok Septic
2. Luka Episiotomi/Operasi terinfeksi, terbuka sampai `Burst Abdomen'
3. Perdarahan
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan obstetri dan Ginekologi Indonesia.
infeksi Intra Partum. Standar Pelayanan Medik, Obstetri dan
Ginekologi bagian 1. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Keciokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 57-58.
2. Syaifuddin AB, Wiknyosastro GH, Affand B, Waspodo D, Demam
Dalam Kehamilan dan Persalinan. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 1. Cetakan 1,
Jakarta yayasan Elina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004 : M84
- M89.
3. Magowan B, Infection. Obstetrics and Ginaecoloyy 3 rd ed,
Edinburgh - London - New York Oxford - Philadelphia - St Louis -
Sydney - Toronto Eisevier Churchill Livingstone, 2005 : 186 -
196.
24. INFEKSI POST PARTUM
Kode ICD : 186.1
I. Pengertian
Infeksi alat genital pada masa nifas yang ditandai dengan
meningkatnya suhu > 38° C yang terjadi selama 2 hari berturut-turut
dalam waktu 10 hari pertama pasca salin, kecuali 24 jam pertama pasca
persalinan.
Faktor predisposisi antara lain :
1. Partus lama
2. Ketuban pecah sebelum waktunya
3. Persalinan traumatis (ekstraksi forsep & vacum, SC)
4. Pelepasan plasenta secara manual
5. Infeksi lntra Uterin
6. Infeksi kandung kencing
7. Anemia
8. Pertolongan persalinan yang tidak steril
9. Episiotomi
10. Manipulasi intra uterin (inversio uteri)
11. Sosial ekonomi rendah disertai gizi buruk dan higiene buruh
12. Infeksi traktus urinarius
II. Diagnosis
1. Febris
2. Nadi cepat
3. Nyeri perut
4. Sub involusia rahim
5. Inspekulo : Lokeha berbau
6. PD : Uterus dan para
III. Diagnosis Banding
-
IV. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur bakteri aerob dan anaerob dari bahan yang berasal dai serviks,
uterus dan darah
2. Faktor-faktor pembekuan darah
3. USG jika dicurigai adanya abses
HAL 77 BELUM
25. TERMlNASI KEMAMILAN
Kode ICD : P 08. 2
I. Pengertian
Penyakhiran kehamilan untuk mengeluarkan buah kehamilan (hasil
konsepsi atau janin).
II. Diagnosis
Dilakukan pada kasus-kasus sebagai berikut :
Abortus tertunda, Telur kosong, Molahidatidosa, Abostas insipien,
Abortus inkomplit, Ketuban pecah sebelum waktunya, Kehamilan lewat
waktunya, Pertumbuhan janin terhambat, Indikasi ibu: Penyakit yang
membahayakan ibu apabila kehamilan diteruskan seperti preeklamsi
eklamsi dan penyakit lain.
VI. Komplikasi
-
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dokter Umun dan Bidan
X. Daftar Pustaka
1. Magowan B. intra Uterin Death. Obstetrics and Gynaecology 3 rd ed,
2. Edinburgh-London - New York -Oxford - Philadelphia - St Louis -
Sydney - Toronto : Elsevier Churchill Livingstone, 2005 : 56 - 57.
3. Magowan B. Prelabour Rupture of Membranes ( PROM ). Obstetrics
and Gynaecology 3rd ed, Edinburgh-London-New York Oxford-
Philadelphia-St Louis - Sydney - Toronto - Elsevier Churchill
Livingstone, 2005 : 67- 69
4. Magowan B. Prolonged Pregnancy. Obstetrics and Gynaecology. 3 rd
ed, Edinburgh -- London - New York Oxford - Philadelphia - St
Louis - Sydney - Toronto - Elsevier Churchill Livingstone, 2005 : 69
- 70.
5. Magowan B. Induction and Augmentation of Labour. Obstetrics and
Gynaecology. 3rd ed, Edinburgh - London - New York Oxford -
Philadelphia
6. -St Louis-Sydney---I-oronto-Flsevier Churchill Livingstone, 2005 : 89
- 92. 7. Magowan B. Spontaneous Miscarriage. Obstetrics and
Gynaecology. 3rd ed, Edinburgh -- London - New York Oxford -
Philadelphia - St Louis - Sydney -Toronto -- EIsevier Churchill
Livingstone, 2005 : 269 - 272.
7. The Society of Obstetruicians and Gynaecologist of Canada,
Induction of Labour, Alarm International : A Program to Redc.rc.e
Maternal Mortality and Morbidity. 2 nd ed, SOGC, 2001: 147 -152.
26. INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN SERTA PROTAP
OKSITOXIN INFUS
Kode ICD :
I. Pengertian
Induksi dan akselerasi persalinan
1. Sebelum dimulai pastikan apakah tidak ada KONTRA INDIKASI
(kelainan letak dan penempatan, plasenta previa, bekas seksio,dll)
2. Induksi : merangsang uterus untuk memulai persalinan
3. Akselerasi : meningkatkan frekuensi, lama serta kekuatan hisdalam
persalinan
4. Lebih berhasil bila skor pelvik (Bishop's score) lebih dari 5 Bishop Score for status
of the cervix
Score 0 1 2 3
Dilation 0 1-2 3-4 5+
Length of 3 2 1 0
cervik (cm)
Station -3 -2 -1 +1, +2
consistency Firm Medium Soft
Position Posterior Mid Anterior
I. Pengertian
Kehamilan Ektopik ialah suatu keadaan dimana haSil konsepsi
berinplantasi dan tumbuh di luar endometriurti kavum uteri. Oleh kayeria
itu yang termasuk Kehamilan Ektopik, ialah :
1. Kehamilan Abdominal
2. Kehamilan ampula tuba
3. Kehamilan Ismus Tuba
4. Kehamilan Investisial Tuba
5. Kehamilan ovarial
6. Kehamilan Infra ligament
7. kehamilan Komu
8. Kehamilan serviks
9. Kehamilan kombinasi, dimana kehamilan ektopik dan kehamilan
intra uterus didapatkan bersamaan
Terbanyak dijumpai kehamilan di Tuba Falopii (> 90% )
Patofisiologi
Kehamilan ektopik teriatarra akibat gangguan transportasi ovum yang
telah dibuahi dari tuba Faliopi ke rongga rahim, selain akibat kelainan
ovum yang dibuahi itu sendiri adalah predisposisi Kehamilan ektopik
Faktor resiko
1. Gangguan transportasi hasil konsepsi
a. Radang panggul
b. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
c. Penyempitan lumen tuba akibat tumor
d. Tindakan operasi pada tuba pasca bedah mikro, dan
e. Abortus
2. Kelainan Hormonal
a. Induksi ovulasi
b. Nvitro fertilasi (IVF)
c. Ovulasi yang terlambat, dan
d. Transmigrasi ovum
3. Penyebab yang masih diperdebatkan :
a. Endometriosis
b. Cacat bawaan
c. Kelanan kromosom
d. Kualitas sperma, dan sebagainya.
II. Diagnosa
Anamnesis :
a. Amenorea atau terlambat haid
b. Timbul Sinkop dan gejaia abdomen akut. Keadaan ini disebabkan
perdarahan intra peritoneal yang mendadak serta terjadinya
hipovolemia pada sirkulasi.
c. Nyeri perut, terutama nyeri unilateral. Gejala ini spesifik untuk
kehamilan tuba, tetapi nyeri bisa juga bilateral, di bawah perut, perut
bagian atas, atau seluruh perut. Beberapa penderita ada juga yang
mengeluh nyeri bahu. Keadaan ini timbul jika perdarahan peritoneum
sudah mengiritasi diafragma.
d. Perdarahan vagina atau spoting
Gejala perdarahan dan/atau perdarahan bercak ini timbul hampir pada
75%. Kasus yang timbul 1-2 minggu setelah keterlambatan haid.
Sekalipun demikian riwayat keterlambatan haid biasanya tidak selalu
dijumpai yang spesik biasanya adanya riwayat keterlambatan haid 6 -
8 minggu sebelum gejala sakit perut atau perdarahan vagina.
e. Gejala tidak spesifik dainnya
Perasaan enek, muntah dan rasa tegang peda mammae serta kadang-
kadang gangguan defekasi.
Pemeriksaan fisik : Gejala klinis
1. Bervariasi
2. Pada kehamilan Ektopik yang belum terganggu :
Terdapat gejaia-gejala seperti Kehamilan normal yakni amenore,
mual, muntah dan lainnya
Pada pemeriksaan fisik didapatkan rahim membesar dan tumor di
daerah adneksa
Trias klasik yang sering didapatkan adalah amenore, perdarahan,
dan nyeiri abdomen.
3. Kehamilan terganggu
Di samping gejala-gejala di atas, didapatkan gejala-gejala akut
abdomen akibat pecahnya kehamilan ektopik dan gangguan
hemodinamik berupa hipovolemik akibat perdarahan
a. Tanda-tanda syok
- Hipotensi
- Tackicardia (> 110 X I menit )
- Pucat, extermitas dingin
b. Abdomen Akut
- perut tegang pada bagian bawah
- nyeri tekan., tcetotc, dan nyeri tepas dari dinding perut
c. Pemeriksaan ginekologi :
- serviks teraba lunak, nyeri tekan dan nyeri goyang
- Korpus uteri normal atau Sedikit membesar, kadang-kadang sulit
diketahui karena nyeri abdomen yang hebat
- kavum Douglasi menonjol oleh karena terisi darah. Namun
demikian tidak semuat tanda spesifik diatas selalu dijumpai
VI. Komplikasi
Syok irreversible, perlekatan operasi usus
VII. Wewenang
SpOG dibantu dokter, umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Kehamilan ektopik Terganggu. Standar pelayanan medik Obstetrik dan
Ginekologi Bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 36 - 38.
2. Syaifuddin AB, Wiknyosastro GH, Affand B, Waspodo D, Demam
Dalam Kehamilan dan Persalinan. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 1. Cetakan 1,
Jakarta yayasan Elina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004 : M15
– M16.
3. Magowan B, Infection. Obstetrics and Ginaecoloyy 3 rd ed,
Edinburgh - London - New York Oxford - Philadelphia - St Louis -
Sydney - Toronto Eisevier Churchill Livingstone, 2005 : 233 -
236.
28. PEMBERIAN OBAT TOKOLITIK
Kode ICD :
I. Pengertian
Batasan : Obat Tokolitik adalah obat yang mempunyai pengaruh
mengurangi, melemahkan atau menghilangkan kontraksi rahim.
Kontraksi otot rahim bisa dihambat melalui perangsangan reseptor
adrenergic-B (misalnya antara lain dengan Ritodirin, terbulatin,
Isoksupriri, Nifedipin ).
Indikasi pemberian : Penceghan persalinan kurang bulan
Kontra indikasi pemberian :
1. Umur kehamilan
2. Solusio Placenta
3. Placenta Previa
4. Inteksi lntrauterin
5. Febris yang tak diketahui sebabnya
6. Pertumbuahan jantung
7. Hipertensi dalam kehamilan, penyakit paru
8. Hiperthyroid
Kriteria pemberian Obat Tokolitik :
1. Umur kehamilan 29-37 minggu
2. Minimal terdapat 2 kontrksi dalam 15 menit
a. Adanya pengaruh kontraksi rahim yang jelas terhadap serviks
b. Pembukaan serviks kurang 5 cm
c. Tidak ada kontra indikasi pemberian obat-obatan agonis
adrenergic B
II. Diagnosis
-
III. Diagnosis Banding
-
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan khusus :
1. Untuk menyingkirkan kontra indikasi
2. Hematokrit
3. Lekosit
4. Urine
5. Gu1a darah sewaktu
6. F KU
7. Foto thorax
VI. Komplikasi
Adanya kontra indikasi
VII. Wewenang
Dokter spesialis Bidan
X. Daftar Pustaka
1. SaiFuddin AB„ Wiknyosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Nyeri
Perut pada Kehamilan Lanjut dan Pasca Persalinan. Buku Panduan
Praktis Peiayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi 1,
Cetakan 7, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2004 : M99 - M103
2. Magowan B, Preterm Labour. Obstetrics and Gynaecology 3 rd ed,
Edinburgh - London - New York Oxford -- Philac9elpia - St louis -
Toronto - Elsevier Churchill Livingstone, 2005 : 92 – 96
3. The Society of Obstetricians and Gynaecologist of Canada. Preterm
Labour and Prelabour Rupture of Membranes. Alarm International :
A Program to Reduce Maternal Mortality and Morbidity. 2 nd ed, 2002
: 120 - 129.
23. KETENTUAN TENTANG PELAKSANAAN
OPERASI SEKSIO SESARIA
I. Pengertian
Operasi seksia sesarea adalah cara melahirkan anak dengan cara
melakukan pembedahan ; operasilewat dinging perut dan dinding Uterus
untuk melahirkan anak yang tidak bisa dilakukan pervaginam atau oleh
karena keadaan lain yang mengancam ibu dan atau bayi yang
mengharuskan kelahiran dengan cara segera Sedangkan persyaratan
pervaginam tidak memungkinkan
Pegangan Dasar
1. Persalinan terbaik adalah yang alamiah, pervaginam dan non trauma
baik untuk ibu dan bayinya
2. Bia cara tersebut gagal barulah dipikirkan untuk melakukan tindakan
operatif
3. Dilakukan berdasarkan indikasi tertentu
4. Tim operasi terdiri dirari minimal : seorang operator, seorang staf
anastesi, seorang asisiten residen, seorang perawat instrumen, staf
terampil dari neonatal dan paramedis pembantu.
5. Pilihan operasi utama adalah yang tipe irisan melintang di segmen
bawah uterus sedangkan USS tipe klasik menjadi pilihan yang kedua
6. Operasi dapat bersifat primer, elektif atou darurat
7. Operasi seksio sesarea yang ketiga diusulkan pada pasien untuk
dilakukan sterilisasi/tut7ektomi
Indikasi
1. Plasenta previa totalis
2. CPD, distosia oleh karena bayi dan panggul
3. Kesempitan pinggang
4. Bayi letak lintang
5. Ruptura uteri iminens dan atau gavrat bayi sedangkan persayaratan
lahir pervaginam tidak memungkinkan
6. Distosia servikalis
7. Distosia karena tumor jalan lahir
8. Distosia pada letak sungsang
9. Distosia pada kehamilan pasca OBS
10. Kasus infertilisasi dan atau anak mahal
11. Insufiesiensiutero plasenta dengan skor pelvis yang buruk
12. Dan lain-lain persalinan dengan distasia setelah dilakukan Konsultasi
I. Pengertian
Kelainan kontraksi uteruis dalam hal amplitudo, frekwensi, durasi,
konfigurasi dan ritmisitas yang dapat menimbulkan hambatan kemajuan
persalinan, perubahan denyut janturtg janin dan komplikasi lan pada ibu
dan janin.
Penilaian HIS
1. His adekuat : adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan
persalinan
2. Kriteria KTG
Pada kala I, dalam 10 menit terdapat 3-5 kali kontraksi, lamanya
45-90 detik, dengan amplitudo 50-75 mmHg
Pada kala II, amplitudo lebih dari 80 mmHg
II. Komplikasi
Akibat kefainain his terhadap kemajuan persalinan :
Setiap kelainan his dapat mengakibatkan perubahan perjalanan persalinan.
1. Kontraksi hipotonus, dapat menyebabkan inersia uteri primer (bila
terjadi sejak awal persalinan), sedangkan inersia uteri sekundar (bila
terjadi setelah kontraksi yang adekuat). lnersia uteri mengakibatkan
melambatnya persalinan
2. Kontraksi hipertonus, dapat mengakibatkan partus presipitatus bila
sifat kontraksinya Coordinated (Coordinated uterine action),
persalinan tidak maju atau distosia bila sifat kontraksinya
uncoordinated (Uncoordinated uterine action)
Skema Penatalaksanaan Kelainan His
III. Wevvenang
Dokter spesialis Obsgyn, dibantu dokter Umum dan bidan
I. Pengertian
1. Admission Test
Pemeriksaan kesejahteraan janin dengan menggunakan kardiotografi,
yang dipantau secara singkat yaitu 10-30 menit, dibuat segera setelah
pasien masuk rumah sakit. Pemeriksaan ini diutamakan untuk kasus-
kasus rsiko tinggi dengan dugaan insufisiensi plasenta
Tujuan
Untuk mengetahui kasus-kasus yar,g beresiko pada persalinan yaitu :
a. Post date (umur Kehamilan lebih atau sama dengan 41 minggu )
atau di duga hamil lewat waktu
b. Ketuban pecah dini
c. HIpertensi dalam kehamilan
d. Diabetes Mellitus
e. Pertumbuhan Janin Terhambat/Kecurigaan Pertumbuhtm Janin
Terhambat (PJT)
f. Dugaan gawat janin
g. Penyakit Jantung
h. Asma Bronkhiale (serangan) dan penyakit paru lainnya
i. Riwayat melahirkan dengan KDJR
Prosedur pelaksanaan
a. Pasien ditidurkan secara santai semi Fowler 45° miring ke kiri
b. Tekanan darah diukur setiap 10 menit
c. Dipasang kardiotokgrafi
d. Dilakukan pemantauan selama 30 menit
e. Dapat dilakukan kurang dari 30 menit bila terdapat gambaran KTG
yang normal
f. Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan denyut jantung janin
ataupun kontraksi uterus maka pemantauan dilanjutkan dengan
Intermittent monitoring yaitu peinantauan setiap 2 jam selama 30
menit
Kriteria Pembacaan hasil
a. Normal
Garis dasar denyut jantung janin antara 110-150 kali permenit
Variabilitas antara 10-25 kali permenit
b. Mencurigakan
Garis dasar denyut jantung janin lebih dari 150 kali permenit,
kurang dari 170 kali permenit atau antara 100-110 kali
permenit
Variabilitas antara 5 -10 kali permenit Terdapat deselerasi
variable
c. Patologis :
Garis dasar denyut jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari
170 kali permenit
Variabilitas kurang dari 5 kali permenit atau lebih dari 25 kali
permenit
Deselerasi Variable berat, memanjan, dini yang berulang atau
deselerasi lain
Terdapat pofa sinusoidal
III. Test dengan tekanan (Stress Test) atau test dengan oksitoksin
(Oxytocin Challenge Test = OCT )
A. Batasan
Cara pemeriksaan kesejahteraan janin dengan menggunakan
kardictokografi untuk melihat hubungan antara perubahan denyut
jantung janin dengan kontraksi uterus.
B. Indikasi
Ada gambaran NST yang mencurigakan atau patologis
C. Indikasi Kantra
1. Bekas Seksio
2. Kehamilan ganda
3. Disproporsi Kepala Panggul
4. Perdarahan ante partum
5. Inkompetensi Serviks/pasca operasi serviks
D. Komplikasi
Persalinan preterm
E. Prasedur Pelaksanaan
1. Prinsipnya adalah mengusahakan timbulnya kontraksi uterus 3 kali
dalam 10 menit dengan menggurtakan titrasi Oksitoksin sintetik.
pasien ditidurkan secara santai semi fowler miring ke kiri 45°C
Tekanan dapat diukur setiap 10 menit
Dipasang kardiotokografi
Selama 10 menit pertama supaya uicatat data dasar seperti
frekwensi, akselerasi, variabilitas
Gerakan janin dan kontraksi uterus yang spontan
Pemberian titrasi Oksitosin
2. Bila belum da kontraksi uterus, tetapi frekuensinya kurang dari 3-4
kali/10 menit, maka tetesan Oksitoksin dimulai dari 4 tetes dan
dinaikan 4 tetes setiap 1 5 menit sampai didapatkan kontraksi
uterus 3 kali/menit.
3. Bila sudah kontraksi uterus yang diinginkan belum tercapai, maka
tetesan Oksitosin dinaikan sampai maksimal 40 teteslmenit
4. Tetesan Oksitosin dihentikan bila terjadi :
Tiga kali kontraksi dalam 10 menit lama 60 detik
Kontraksi uterus hipertonus (tonus basal lebih dari 20 mmHg)
Deselerasi lambat
Deselerasi memanjang
Selama satu jam hasilnya tetap mencurigakan (suspicious)
5. Bila hasil yang diperoleh negatif, mencurigakan, tidak memuaskan
dan hiperstimulasi maka pasien tetap diawasi selama 2 jam setelah
tetesan Oksitoksin diherttihan.
F. Kriteria Pembacaan Hasil
1. Negatif :
Tidak terdapat deselerasi lambat
Garis dasar denyut jantung janin normal
Garis dasar variabilitas denyut jantung janin normal
Terjadi akselerasi pada gerakan janin
Bila hasil OCT negatif maka kehamilan dapat diteruskan sampai 7
hari lagi, selanjutnya dilakukan OCT ulangan.
2. Positif
Terjadi deselerasi lambat menetap dari sebagian besar
kontraksi uterus (lebih dari 2/3 kontraksi) meskipun variabilitas
normal dan terdapat akselerasi
OCT positif menartdakan adanya insufisiensi utero placenta
kehamilan harus segera diakhiri
3. Mencurigakan
Terjadi deselerasi lambat, yang tidak menetap/hanya terjadi
bila ada kontraksi yang hipertonus (basal tone lebih dari 20
mmHg/amplitude !ebih dari 80 mmHg/menit)
Bila dalam pemantauan 10 menit meragukan kearah positif atau
negative
Takikardia positif
OCT mencurigakan maka harus dilakukan pemeriksaan ulangan 1-
2 hari kemudian.
4. idak Miemuaskan
Kontraksi Uterus kurang dari 3 X 110 menit
Pencatatan tidak sempurna, terutama pada akhir kontraksi
uterus
Pemeriksaan harus diulang pada hari berikutnya
5. Hiperstimulasi
Terjadi lebih dari 5 kontraksi uterus dalam 10 menit
Lama kontraksi lebih dari 90 detik
Tonus basal uterus meningkat lebih dari 20 mmHg
Tetesan Oksitoksin harus di stop atau dikurangi
Biophysical
Noral (score =2) Abnormal (score = 0)
variabel
At least one episode of FMB of
FBM or no episode of >
FMB least Absent 30 s duration in 30
30s in 30 min
min observation
At least three discrete
bodyllimb movements in 30 Two of fewer episodes
Gross body
mill (episode of active of body / limb
movemern
continous movemenet movements in 30 Min
considered as single movement)
At least one episode of active Either slow exterlsion
extension with retum to flexion with retum to partial
Fetal Tone of fetal limb (s) or trunk. flexion or movement of
Opening and dosing of hand limb in full extension.
considered normal tone Absent fetal Movement
-
Fvt least two episodes of F HR Less than tvvo episodes
accelaration of > 15 beats/min of acceleration of FHR
Reaktif FHR and of at least 15 s duration or acceleration of <
associated with feal movement beats/ in 30
in 30 min Min
At least one pocked of AF that Either no AF pockets or
Qualitative FHR measures at least 2 cm in two pocket < 2 cm in two
movement erpendiculan planes perpendicular planes
FBM : Fetal Breating Movement, FHR : Fetal Heart Rate, AFV : Amniotic
Fluid volume, AF : Amniotic Fluid
I. Pengertian
Partograf WHO adalah alat sederhana untuk pemantauan ibu bersalin yang
berisi tentang kemajuan persalinan, kondisi ibu dan anak.
Tujuan :
Mencegah partus lama dan partus kasep dan juya memberi petunjuk kapan
seharusnya melakukan rujukan/konsultasi atau tindakan.
Indikasi Partograf WHO
Partograf WHO dipakai untuk :
1. Kasus Kehamilan resiko rendah
2. Pada kasus KRT yang diduga bisa lahir pervaginam boleh dipantau
dengan partograf WHO dengan persetujuan supervisor
Ketentuan Pemal -iian Partograf WHO
1. Pengisiam kolom-kollom mengenai data tentang ibu dan anak sesuai
dengan cara pengisian partograf WHO
2. tidak membedakan primigravida dan multigravida
3. Kriteria penetapan inpartu bila minimal 2 tanda di bawah ini :
A. Minimal ada his 3 kali dalam 10 menit
B. Ada penipisan serviks serta pembukaan
C. Pembawaan tanda : lendir campur darah (+)
4. Tidak ada penggunaan istilah observasi inpartu. Bila tanda-tanda
inpartu seperti (ad.3) tidak ada, maka pasien dipulangkan dengan
komunikasi informasi edukasi (KIE) kapan seharusnya melakukan
pemeriksaan ulang. Untuk pasien dari luar kota, pasien dipulangkan
atas persetujuan chief
5. Bila grafik/garis pembukaan melewati garis waspada, maka merupakan
kasus patologis dan selanjutnya ditangani oleh peserta ppds 1 tingkat
patol. Dan bila garis pembukaan memotong garis tindakan, maka
peserta ppds 1 tingkat patol menyerahkan penanganan kepada peserta
ppds 1 tingkat chief dan mengambil tindakan /keputusan sesuai dengan
indikasi serta syarat yang ada memperhatikan catatan observasi
sebelumnya
6. Bila terjadi (ad.5), maka penderita harus diobservasi dengan seksama
temperatur dan tanda-tanda vital lainnya sampai tindakan dilakukan
7. Tindakan hanya dilakukan bila grafik memotong garis tindakan Untuk
kasus krt yang ditivakrasi dengan partograf mal;a bila gafik memotong
garis waspada maka harus dipikirkan untuk mengambil tindakan yang
keputusantaya diambil setelah konsultasi dengan supervisor jaga
8. Penderita dengan rujukan, dengan partograf maupun tidak, ditangani
langsung aleh residen tingkat patol. Rujukan dengan partograf yang
diisi dengan benar akan dilanjutkan evaluasinya dengan tetap
mperhitungkan jam pemeriksaan terdahulu
9. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali, kecuali bila ada
indikasi seperti ketuban pecah, gawat janin, RUI dan ibu ingin
mengejan
10. partograf dipakai hanya untuk menilai partu: kala I dan, bila
pembukuaan lengkap (kala II) maka tindakan selanjutnya berdasarkan
indikasi obstetri biasa (seperti misal terjadinya : kala II lama, gawat
bayi, ruptura uteri iminens (RUI), retensio plasenta, HPP,dll.
11. Pengawasan harus lebih ditingkatkan, segera dilaporkan bila ibu panas,
ketuban hijau/berbau/keruh.
Daftar Pustaka
33. AMENORE
Kode ICD : N 91.2
I. Pengertian
Batasan Amenore Primer :
1. Sampai umur 14 tahun belum mendapat menstruasi disertai belum
berkembangnya tanda seks sekunder.
2. Sampai umur 16 tahun belum mendapat menstruasi, tanda seks
sekunder berkembang normal.
Batasan Amenore Sekunder
Sudah pemah menstruasi, kemudian tidak mendapat menstruasi selama
siklus atau 6 bulan.
Pada amenore Primer perlu diperiksa pertumbuhan payudara, ada
tidaknya uterus dan pada keadaan ada tidaknya uterus diperiksa hormon
FSH dan LH atau testosteron atau kariotyping.
II. Diagnosis
Sama dengan pengertian
V. Komplikasi
Tergantung kasus dan penyebabnya
VI. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dokter dan bidan
VII. Unit yang melayani
Obsgyn
I. Pengertian
Perdarahan Uterus Disfungsional adalah perdarahan dari uTerus (lamanya,
frekuensi, jumlah) yang terjadi semata-mata hanya karena gangguan
fungsional kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium, bulan
disebabkan oleh kelainan organic alat reproduksi.
Patofisiologi
PUD dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anavulotarik maupun pada
keadaan dengan folikel persisten.
1. Pada siklus Ovulatorik
a. Perdarahan pacia pertengahan siklus haid atau bersamaan dengan
haid
b. Kadar estrogen rendah
c. Progesterone terus terbentuk
Endometrium yang tebal dan rapuh
Pelepasan endometrium tidak bersamaan Tidak terjadi
kontraksi yang ritmis
Tidak ada kolaps jaringan
2. Pada folikel persisten
a. Sering pada masa perimenopase
b. Jarang pada masa reproduksi
c. Radar estrogen tinggi
d. Hyperplasia endometrium :
Jenis simplek
Jenis kistik
jenis adenomatus
jenis atipik
Etiologi
1. Sulit diketahui dengan pasti
2. Sering dijumpai pada
a. Sindroma polikistik ovarii
b. Obesitas
c. Imaturitas dari poros hipotalamik-hipofisis-ovarium, misalnya :
pada menarche
II. Diagnosa
Kriteria Diagnosis :
1. Terjadinya perdarahan pervaginam yang tidak normal (lamanya
frekwensi dan jumlah) yang terjadi di salam maupun diluar siklus haid.
2. Tidak ditemukan kelainan organic maupun kelainan hematology
(factor pembekuan)
3. Hanya ditemukan kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium
dan organ (endometrium).
4. Usia terjadinya :
a. perimenars ( usia 8 -16 tahun )
b. maisa reproduksi ( usia 16 - 35 tahun )
c. perimenopause ( risia 45 - 65 tahun )
VI. Komplikasi
- Perforasi
- Anemia Berat
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Perdarahan Uterus Disfungsional. Standar Pelayanan Medik
Ubstetri dan Ginekologi bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1991 : 78 - 80.
2. Badzial A. Gangguan Haid. Endokrinologi Ginekologi. Edisi 2,
Cetakan pertama, Jakarta : PEnerbit Media Aesculpius Fakultas
Kedokteran Uniuersitas Indonesia, 2003 : 27 - 31
Skema Penatalaksanaan PUD
35. MENOPOUSE
Kode ICD N 95.1
I. Pengertian
Haid terakhir yang masih dikendalikan oleh fungsi endogen, dipastikan
setelah : amenore 12 bulan dan bila dilakukan pemeriksaan ditandai
oleh kadar FSH dal LH yang tinggi serta kadar estrogen dan
progesterbn yang rendah. Menopause iatrogenik adalah pengangkatan
kedua ovarium atau kerusakan ovarium akibat radiasi atau penggunaan
obat sitostatika atau penyebab lainnya.
Gejala :
1. Jangka Pendek
A. Gejolak panas
B. Jantung Berdebar-debar
C. Sakit kepala
D. Keringat banyak malam hari
2. Psikologi
A. Perasaan Takut, gelisah
B. Mudah tersinggung
C. Lekas Marah
D. Tidak Konsentrasi
E. Perubahan Perilaku
F. Depresi
G. Gangguan Libido
3. Urogenitril
A. Nyeri senggama
B. Vagina Kering
C. Keputihan / Infeksi
D. Perdarahan pasca Senggama
E. Infeksi saluran Kemih
F. Gatal pada vagina/vulva
G. Iritasi
H. Profaps Uteri/vagina
I. Nyeri berkemih
J. Inkontinensia Urine
4. Kulit
A. Kering/menipis
B. Gatal-gatal
C. Keriput
D. Kuku rapuh, berwama kuning
5. Tulang
Nyeri tulang/otot
6. Mata
A. Kerato konjungtivitas sicca
B. Kesulitan menggunakan kontak lensa
7. Rambut
A. Menipis
B. Tumbuh rambut disekitar bibir, hidung dan telinga
8. Metabolisme
A. Kolesterol tinggi
B. HDL turun, LDL naik
9. Jangka Panjang
A. Osteoporosis
B. penyakit Jantung Koroner
C. Aterosklerosis,
D. Stroke
E. demensia tipe Alzheimer (UAT)
F. Kanker Usus Besar
II. Diagnosis
1. Usia 40 - 65 tahun
2. Keluhan sesuai gejala klinis
3. Amenore lebih dari 6 bulan
4. Hasil Lab :FSH dari 20 IU / m1
5. E2 kurang dari 50 pg/ml
VI. Komplikasi
Klimakterium Sindrom
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dibantu oleh dokter umum dan bidan
VIII. Unit yang melayani
Obsgyn
X. Daftar Rustaka
Skema Penatalaksanaan Menopouse
36. PENANGANAN lNFERTILITAS
Kode ICD :
Catatan :
PCT : Post Coital "test
EE : Etinyl Estradiol
IUI : Intra Uterine Insemination
IVF : In Vitro Fertilization
Uji Mukus Serviks dan Uji PRisca Senggama (PCT):
1. Tujuannya adalah mengevaluasi factor serviks pada pasangan infertile dengan
haid spontan, tanpa galaktore
2. Prosedur :
a. Pasangan diminta tidak bersenggama 3 hari sebelum pemeriksaan
b. Senggama pada hari pemenksaan dilakukan pada dinihari/pagi-pagi dan
pemeriksaan dti4aku4can 2-8 yang setelah bersenggama pada hari
mentruasi
c. Isteri dibaringkan pada meja ginekologi
d. Mulut ranim ditampakan dengan menggunakan speculum yang kering
e. Dengan spuit tuberculin+abocath sediaan diambil dari formiks posterior
dan ditaruh digelas objek, ditutup dengan gelas penutup (sediaan l)PS).
f. Mulut rahim dibersihkan dengan kapas kering
g. Dengan spuit tuberculin lain lender serfiks diambil dari kedalaman 1 2,5
cm dilihat jumlah lender (ml), dan ditaruh digelas objek kemudian
ditutup dengan gelas penutup.
h. Gelas penutup diangkat untuk menilai pembenangan (sentimeter).
i. Selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 400X
j. Setelah pemeriksaan UPS selesai dilanjutkan dengan melihat apakah
terdapat sel-sel radang kuman atau parasit.
k. Selanjutnya gielas objek dikeringkan perlahan-lahan pada nyala api
akohol dan periksa sekali lagi dibawah mikroskop untuk menilai daya
mendaun pakis.
3. Penilaian :
a. Uji mukus serviks
SKOR
0 1 2 3
Jumlah (ml) 0 0.1 0.2 >3.0
Spinbarkelt Tidak ada Bentuk tidak Ada cabang ada cabang
(cm) jelas pertama dan ketiga dan
kedua keempat
Viskositas Sangat kental Kental Kental ringan Encer
sedanag
Jumlah sel > 20 11-20 1-10 0
radang
Interpretasi :
Skor 15 : optimal
Skor 10-14 : baik
Skor < 10 : jelek
b. Uji pasca senggama (UPS/PCT)
Kualitas :
0 : tidak bergerak
1 : Bergerak ditempat
2 : Bergerak lambat lurus dan tidak lurus
3 : Bergerak maju dan cepat
Kuantitas : 1 +2+3
memuaskan : 20 sperma dengan skor 3
Jelek : <10 sperma
Daftar Puustaka
37. lNSEMINASI INTRA UTERI
(lntra Uterine Insemination / IUI)
Kode ICD :
I. Pengertian
Inseminasi intra uterin adalah salah satu teknik inseminasi semen yang
difakukan intra uterin, sebagai bagian dari ruang lingkup) inseminasi
artifisiaf yang dapat juga dilakukan intra vaginal, intra servikal dan intra
peritoneal. IUI di Rumah sakit sanglah hanya dilakukan dengan semen
suami (tidak boleh donor).
Seleksi Penderita
Insemiriasi termasuk pada tindakan "pengobatan" sehingga sebelumnya
harus didahului dengan pemeriksaan infertilisasi dasar meliputi faktor
suami (AS) faktor serviks (UPS), faktor terus, tuba dan peritoneum
(HSG/hitereskapi dan atau Laparoskopi) serta faktor ovulasi.
Kontra Indikasi
1. Patologi Tuba
2. Infeksi Traktus Genitalia
3. Abnormalitas semen yang berat
4. Abnomalitas genetik suami
5. Perdarahan-perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya
6. Massa pelvis
7. Wanita tua
8. Infertilisasi dengan penyebab multiple
9. Pelvik surgery
10. Keadaan dimana Kehamilan merupakan kontra iridikasi
11. Penyakit berat pada pasangan I keduanya
12. mendapat kemoterapi / Radioterapi
13. Kegagalan IUI yang berulang (lebih dari 6 siklus )
Indikasi :
1. Faktor Serviks
2. gangguan Ovulasi
3. Endomietriosis ringan
4. Faktor Imunologi
5. Faktor suami
6. Unexplained Infertility
I. Pengertian
Translokasi AKDR, adalah suatu keadaan di mana AKDR berada di luar
kavum uterus pada akseptor AKDR.
II. Diagnosis
Kriteria diagnosis :
- Tidak dijumpainya filament pada pemeriksaan vaginal touchre dan
speculo
- Tidak terabanya AKDR pada pemeriksaan sonde kavum uteri
VI. Komplikasi
- Obstruksi atau perforasi usus
- Perlekatan
VII. Wewenang
Spesialis obsgyn dibantu dokter umum dan bidan
VIII. Unit yang melayani
Obsgyn
X. Daftar pustaka
1. Pengurus besar perkumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia.
Translokasi AKR. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1991:68-69.
39. PENYAKIT RADANG PANGGUL
Kode
I. Pengertian
Yang termasuk penyakit Radang Panggul, adalah : keadaan terjadinya
infeksi pada genitalia interna yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme yang dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium,
maupun daerah parametrium, peritoneum panggul baik secara
perkontinuitatum dari organ sekitarnya, atau secara hematogen, ataupun
sebagai akibat penularan secara hubungan seksual.
Klasifikasi :
1. Penyakit radang Panggul (Acut dan Kronik atau recurrent)
2. Infeksi yang berhubungan dengan Abortus
3. Infeksi pada masa nifas
4. Infeksi pasca operasi
5. Sekunder dari organ lain
Patofisiologi
1. Gangguan barier fisiologis
Secara fisiologis kuman mengalami hambatan mekanik, biokemik, dan
imunologik pada :
1. Vagina
2. Ostium uteri externum
3. Kavum uterus (deskuamasi endometrium) dan
4. Lumen tuba uterus Falopii
Barier fisiologis terganggu pada keadaan-keadaan perdarahan, abortus,
instrumentasi kanalis servikalis dan abortus
2. Vektor
a. T. Vaginalis dapat menembus barier fidiologis bergerak sampai tuba
falopii dimana E. Coli dapat melekat pada T. Vaginalis
b. Spermatozoa dapat sebagai vector kuman N. Gonorea, U. Urealitika
dan C. Trachomatis
3. Faktor Resiko
a. Aktivitas Seksual
Pada saat orgasme terjadi kontraksi uterus yang dapat menarik sperma
dan kuman-kuman yang lain kedalam kavum uterus melalui kartalis
servikalis
b. Haid
Periode paling rawan untuk radang panggul adalah minggu pertama
haid. Jaringan nekrotik merupakan media yang paling baik untuk
pertumbuhan N. Gonorea.
II. Diagnosis
Gejala Klinik
1. Pemeriksaan Fisik
a. Suhu meningkat disertai Takikardia
b. Nyeri suprasimfiser biasanya bilateral
c. Rebound tenderness, dan
d. Dapat disertai menoragia, metroragia dan ilius paralitik
2. Pemeriksaan Ginekologik
a. Nyeri dan pembengkakan labia sekitar kelenjar Bartholini
b. Lokore
c. Perdarahan oleh karena endometritis
d. Nyeri didaerah para rectum
e. Didaerah adnexa teraba massa bila terbentuk abses, dan
f. Peradangan akut serviks
g. Abses pecah memberikan gambaran khas yaitu nyeri mendadak
pada perut bagian bawah, mulai daerah sekitar abses pecah
rnenjalar keseluruh dinding perut yang mengakibatkan
peritonitis generalisata, dan
h. Anemia dapat dijumpai oada abses pelvic yang telah
berlangsung beberapa minggu
Klasifikasi
Derajat Deskripsi
Derajat I Radang panggul tanpa penyulit terbatas pada tuba
dan ovarium, dengan atau tanpa pelvioperitonitis
Dejarat II Radang panggul dengan penyulit didapatkan massa
radang atau abses pada kedua tuba atau ovarium
Derajat III Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-
organ pelvik
Penatalaksaan :
1. Pendekatan Psikososial
2. Antibiotik berspektrum luas (kombinasi), Angkat IUD (bila
Akseptor KB IUD), Analgetik
3. Tirah baring
4. Fisioterapi
5. Rawat Jalan untuk penyakit radang Panggul derajat I
A. Antibiotika :
1. Amoksilin 3gr X/hari selama 1 hari
2. Thiamfonikol : 3,5 gr peroral pada hari pertama
3. Dilanjutkan dengan 4X500mg/hari/peroral selama 7-10 hari
4. Eritromisin : 4X500 mgl/perhari/peroral selama 7 - 10 hari
B. Analgetik
Rawat Inap untuk penyakit Radang Panggul derajat II dan III
A. Antibiotika
1. Kombinasi 1 :
a. Ampisilin 4X1-2gr/hari IV selama 5-7 hari
b. Gentamisin 5mg/Kg BB/hari IM/IV 2X/hari selama 5-7 hari
c. Metronidazole 1 gr rectal supp 2X/hari selama 5-7 hari
2. Kombinasi II :
a. Sefalosporin generasi III, 2-3 X 1gr/hari selama 7 hari
b. Metronidazole 1 gr rectal supp, 2 X/hari selama 5-7 hari
B. Analgetik
VI. Komplikasi
9. Jangka pendek / segera : pembentukan abses, peritonitis, peri-
hepatitis dan selulitis
10. Jangka panjang : infeksi berulang, infertilitas, hamil ektopik, dan
nyeri kronik
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn, dibantu dokter Umum dan Bidan
X. Daftar Pustaka
1. Standar Pelayanan Medis RS Pertamina Balikpapan
2. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Penyakit Radang Panggul. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi bagian 1. Jakarta: balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1991 : 53 -56.
3. Magowan B. Acute and Chronic Pelvic Pain Obstetrics and
Ginecology. 3rd ed, Edinburgh-London-Newyork-Oxford-Philadelpia-St
Louis-Sydney-Toronto : Elsevier Churchill Livingstone, 2005: 212-213
40. ABSES TUBA OVARIAL
Kade ICD X : N 76.9
I. Pengertian
Abses Tubo Ovarial (ATO) adalah radang bernanah yang terjadi pada
ovarium dan atau tuba fallopii unilateral/bilateral.
Patofisiologi
Bakteri menyebar dari vagina ke uterus, tuba fallopii (salpingitis),
ovarium (oovoritis) secara tersendiri atau bersama-sama: Mekanisme
pembentukan ATO belum jelas, pada permulaan proses lumen tuba
masih terbuka, eksudat menyebar dari fimbria dan menyebabkan
peritonitis; ovarium terkena dan mengalami peradangan di daerah
tempat ovulasi. Proses ini dapat hanya mengenai tuba dan ovarium;
dapat pula mengenai organ-organ yang lain misalnya kandung kemih.
Gejala Klinik
Gejala Klinis bervariasi :
1. Ringan tanpa keluhan
2. Serat dengan keluhan
a. Suhu badan naik, akut abdomen sampai syok septic
b. Nyeri panggul dan nyeri perut bagian bawah
c. Febris pada 60-80% kasus
d. Takikardia
e. Ileus dan
f. Pembentukan massa
II. Diagnosis
1. Gejala klinis seperti diatas
2. Leukositosis lebih dari 12.000 dan peningkatan LED
3. Tanda-tanda ileus (roentgen BOF)
4. Massa di adnexa (USG) dan
5. Pus positif pada punksi kavum Douglasi
VI. Komplikasi
1. ATO utuh
a. Pecah sampai sepsis (jangka pendek)
b. Ileus, Infertile, Kehamilan Ektopik dan Nyeri (jangka panjang)
2. ATO Pecah
a. Syok septic
b. Abs es (Intra Abdominal, subrenikus paru dan otak)
VII. Wewenang
Dokter Kebidanan dibantu dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
41. LEKORE
Kode ICD X : N 89.8
I. Pengertian
Adalah setiap pengeluaran cairan pervaginam lebih dari normal dan
bukan darah. Lekore bukanlah penyakit tersendiri tetapi merupakan
gejala yang menunjukkan keadaan fisiologis dan patologis.
VII. Wewenang
Dokter Spesialis Obsgyn
X. Daftar Pustaka
42. ASORTUS
Kode ICD X : O 05
I. Pengertian
Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 mg.
Klasifikasi
A. Menurut mekanisme terjadinya :
1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya,
tanpa provokasi dan intervensi
2. Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi karena
diprovokasi yang dibedakan atas :
a. Abortus provokatus terapeutikus : yaitu abortus provokatus
yang dilakukan atas indikasi medis dengan alasan bahwa
kehamilan membahayakan ibu dan atau janin
b. Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus provokatus yang
dilakukan tanpa indikasi medis
B. Menurut Klinis
1. Abortus Iminens
2. Abortus Insipiens
3. Abortus Inkomplit
4. Abortus Komplit
5. Abortus Habitualis
6. Abortus Infeksiosus
7. Missed Abortion
Etiolagi
A. Kelainan hasil konsepsi oleh karena kelainan ovum atau
spermatozoa:
1. Blighted ovum
2. Kelainan kormosam trisomi atau
monosomi
B. Kelainan Bentuk Uterus :
1. Mioma Uterus
2. Inkompleten Serviks
C. Penyakit-penyakit ibu :
1. Nipertensi
2. Diabetes Melitus
3. Infeksi seperti toxoplasma dan sifilis
4. Kelainan imunologis inkompatibilitas
rhesus dan ABO
5. Trauma
6. Malnutrisi
Patofisiologi
Proses terjadinya adalah berawat dari perdarahan pada desidua basalis
yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian
atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi
yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan
dikeluarkan langsung atau tertahan untuk beberapa waktu.
II. Diagnosis
Sesuai dengan pengertian
Patologi Anatomi:
Jaringan konsepsi dikirim ke Laboratorium PA, bila fasifitas
memungkinkan
VI. Komplikasi
1. Anemia
Biasanya anemia post-hemorragis. Pengobatan adalah pemberian
darah atau komponen darah
2. Infeksi
Kasus Abortus yang datang dalam keadaan infeksi harus mendapat
payung antibiotic dulu, sebelum dilakukan evakuasi
3. Perforasi
Merupakan komplikasi tindakan kuretase untuk mencegah perforasi:
- pemberian uterotonik
- sondage lebih dulu untuk menentukan besar dan arah letak uterus
- kuretase secara sistimatis dan legal artis
VII. Wewenang
Dokter Spesialis dibantu dokter umum/bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Abortus. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi bagian I.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1991 : 14 -17
2. Saifuddin AB, Wiknyosastro GH, Affandi B, Waspodo D, Perdarahan
Pada Kehamilan Muda. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Edisi 1, Cetakan 7, Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991 : M 9 - M14
3. Magewan B. Spontaneous Miscarriage. Obstetrics and Gynaecologis 3rd
ed . Edinburgh - London - New york Oxford - Philadelphia - St Louis -
Sydney - Toronto - Elsevier Churchil Livingstone, 2005: 269 – 274
43. ASPIRASI VACUM MANUAL (AVM) P A D A A B O R T U S
INKOMPLET
Kode ICD X : O 81.4
I. Pengertian
Aspirasi Vakum Manual (AVM) adalah merupakan salah satu cara
efektif untuk tindakan penanganan terhadap abortus inmomplit.
Dilakukan dengan cara menghisap sisa hasil konsepsi dari kavum uteri
dengan tekanan negatif (vakum).
Prinsip - prinsip dalam Teknik melakukan AVM
a. Hanya dilakukan pada abortus inkomplit hingga usia kehamilan 12-
14 minggu (trimester pertama), serta dapat dilakukan tanpa anestasi
umum. Dari hasil beberapa penelitian dikatakan bahwa AVM
memberikan resiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
kuretase tajam
b. Evaluasi sisa hasil konsepsi abortus inkomplit pada usia kehamilan
diatas 14 minggu (trimester kedua) dapat dilakukan dengan Dilatasi
dan Evakuasi (D & E). resiko komplikasi yang dihadapi diantaranya
perdarahan yang hebat dan perforasi. Oleh karena itu tindakan ini
harus dilakukan dengan perlindungan oksitosin drip (200 unit
oksitosin dalam 500 m1 cairan infus, dengan kecepatan 30 - 40 tetes
permenit) serta persiapan transfusi. Tindakan evakuasi
menggunakan kanula dan tabung AVM, sebaiknya dikombinasi
dengan penggundan klem ovum (klem Fenster/Foerster) sebagai
upaya pembersihan pendahuluan.
c. Dilatasi serviks jika diperlukan untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai dengan diameter kanula yang hendak dimasukkan ke dalam
kavum uteri.
d. Mula-mula dimasukkan kanula (yang sesuai dengan bukaan serviks)
ke dalam kavum uteri.
e. Setelah dihubungkan kanula dengan tabung penghisap (yang telah
disiapkan tekanan negatifnya) melalui adaptor.
f. Buka katup pengatur d i bagian depan tabung sehingga tekanan
negatif (sekitar satu atmosfir atau 26 inchi/660 mmHg) mulai
menghisap masa sisa hasil konsepsi di dalam kavum uteri.
g. Kanula digerakkan maju-mundur sambil dirotasikan ke kanan dan
ke kiri sehingga meliputi semua permukaan dalam dinding uterus.
h. Tekanan negatif atau vakum tersebut akan menarik massa
kehamilan melalui kanula ke dalam tabung penghisap.
i. Setelah dipastikan kavum uteri bersih dari hasil konsepsi, tindakan
selesai.
44. NEOPLASMA OVAR1UM JINAK
Kode ICD X : D 27
I. Pengertian
Benjolan tidak normal diperut yang timbul sejak lama
Dibagi atas :
a. Kistik
1. Kistoma Ovarii Simpleks
2. Kistadenoma Ovarii Scrosum
3. Kistadenoma Ovarii Musinosum
4. Kista Endometrioid
5. Kista Dermoid
b. Solid
1. Pibroma, leiomioma, Fibroadenoma, Papiloma, Angioma
limfangioma
2. Tumor Brener
3. Tumor sisa Adrenal (Maskulinovo-biastoma)
II. Diagnosis
Anamnesis :
Timbul benjolan diperut dalam waktu yang relative lama. Kadang-
kadang disertai gangguan haid, gangguan bak / bab Nyeri perut bila
terinfeksi, terpuntir, pecah
Pemeriksaan fisik :
Ditemukan tumor dirongga perut bagian bawah dengan ukuran > 5 cm.
Pada periksa dalam letak tumor di parametrium kiri/kanan atau mengisi
kavum douglasi. Konsistensi kistik, mobil, permukaan tumor umumnya
rata.
III. Diagnosa Banding
1. Tumor akibat radang
2. Kista Endometriosis
3. Tumor uterus
4. Kehamilan
VI. Komplikasi
1. Akibat penyakit: Kista pecah, kista terpuntir, terinfeksi.
2. Akibat tindakan selama/setelah pembedahan: perdarahan, cedera
usus, vesica, komplikasi cedera ureter bila tumor intraligamenter,
atau dengan perlekatan
VII. Wewenang
Spesialis Obsgyn, dibantu oleh bokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Neoplasma Ovarium Jinak. Standar Pelayanan Medik dan Ginekologi
bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1991 : 23 – 24
45. MIOMA UTERI
Kode ICD X : D 25.9
I. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa
soliter atau multiple.
Lokasi Tumor
1. Submukus
2. Intramural
3. Subserous
4. Intraligamenter
5. Pedunculated (bertangkai)
6. Wondering (bebas migrasi sehingga : sebut mioma parasitic)
Patofisiologi
Berasal dari sel totipotensial primitif atau immature Muscle Cell Nest,
dalam miometrium yang berproliferasi akibat rangsangan terus menerus
oleh hormon estrogen. Tumor terdiri atas jaringan otot, jaringan ikat
fibrous, dan banyak pembuluh darah. Mioma uteri sering ditemukan pada
masa reproduksi, jarang ditemukan sebelum menarche dan setelah
menopause. Tumor membesar oleh karena pengaruh estrogen
Gejala Klinik
1. Tanpa Gejala
2. Dengan gejala
Rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah dan teraba
benjolan padat kenyal
Gangguan haid, menoragia, metroragia dan dismenorea
Akibat penekanan : disuria, polakisuria, retensi urine,
konstipasi, edema tungkai, varises., nyeri dan rasa kemeng di
daerah pelvis
Infertilitas dan kehamilan ektopik
Tanda abdomen akut
II. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Palpasi abdomen terdapat masa padat, batas jelas, dan tanpa nyeri
3. Pemeriksaan dalam ditemukan tumor menyatu dengan uterus
4. USG didapatkan gambaran khusus
5. Dilatasi dan kuretasi dengan pemeriksaan PA pada gangguan
perdarahan
6. PA pasca operatif
Catatan :
1. Keluhan adalah gangguan haid dan atau keluhan pendesakan
2. Operatif pada :
Umur lebih dari 50 tahun dilakukan TAH-BS0
Menginginkan anak : miomektomi atau hanya enukleasi mioma.
3. Pada kasus dengan gangguan menstruasi; apabila umur lebih dari 40
tahun dilakukan D & c + PA untuk melihat kemungkinan keganasan
VI. Komplikasi
1. Torsi pada mioma yang bertangkai
2. Infeksi
3. Degenerasi merah sampai nekrosis
4. Degenerasi ganas miosarkoma
5. Degenerasi hialin
6. Degenerasi kistik
7. Infertilitas
VII. Wewenang
Dokter SpesialiS Obsgyn dibantu oleh dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Mioma
Uterus. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian 1.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
: 21 - 22
46. LESI PRAKANKER SERVIKS
Kode ICD X : D 06
I. Pengertian
Lesi prakanker adalah Neoplasia Intraepithelia Serviks (NIS) atau Low
grade Squamous Intraepithelial Lesion (L-SIL) dan NIS II-III atau High
grade Squamous Intraepithelial Lesion (H-SIL)
Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui; diduga yang berperan penting adalah
Human Papilloma Virus (HPV) onkogenik tinggi yaitu tipe 16, 18, 45,
56. konsep multifaktorial masih dianut dimana pajanan HPV adalah
faktor risiko mayor.
Faktor Risiko
1. Faktor Epidemiologi
a. Hubungan seksual usia muda
b. Hubungan seksual dengan multi partner
c. Kawin usia muda
d. Hamil usia muda
e. Multiparitas
f. Prostitusi
g. Suami berisiko
h. Social ekonomi rendah
i. lnfeksi veneral
2. Faktor lain yang potensial :
a. Status irnunitas rendah seperti pada HIV
b. Kontrasepsi oral
c. Perokok
d. Riwayat lesi serviks
e. Pernah terapi DES
f. Defisiensi vitamin A dan C
3. Faktor lnfeksi Virus :
a. Human Papilloma Virus (HPV)
b. Herpes Simplex Virus (HSV)
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
Gejala Klinis
1. Tanpa gejala
2. Dengan gejala keputihan/berbau, perdarahan pasca senggama, nek
suprasimfisis
3. lnspekulo nampak erosi, ektropion dan servisitis
II. Diagnosis
1. Sitologi dengan Pap Smear
2. Kolposkopi untuk diagnostik dan biopsy terarah
3. Kuretasi endoserviks (KES)
VI. Komplikasi
1. Karena penyakit
Usia Ianjut (prosedur diagnostic sulit dilakukan)
2. Karena tindakan pengobatan
- infeksi
- perdarahan
VII. Wewenang
Spesialis Kebidanan atau Subspesialis Onkalogi
VIII. Unit yang melayani
Obsgyn
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Lesi
Prakanker Serviks. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, 1991 :
30-32.
2. Magowan B. Cervical Cmears. Obstetrics and Ginaecology. 3 rd ed,
Edinburgh - London - New York - Oxford - Philadelpia - St Louis -
Sydney - Toronto : Elsevier Churchil Livingstone 2005: 318 – 322
3. Standar Pelayanan Medis Balikpapan
47. MOLAHIDATIDOSA
Kode ICD X : O 01.
I. Pengertian
Mola hidatidosa adalari neoplasma jinak sel trofoblas dimana terjadi
kegagalan plasentasi atau fekundasi fisiologis yang mengakibatkan vili
menggelembung menyerupai buah anggur
Etiopatogenesis
Penyebab mola hidaditasi belum diketahui pasti. Beberapa teori
menyatakan beberapa faktor risiko seperti :
1. Umur ibu dibawah 15 tahun atau diatas 40 tahun
2. Social ekbnomi rendah yang dihubungkan dengan defisiensi
nutrisi
3. Riwayat kehamilan mola, Abortus spontan berulang
4. Ras, dll
Pembagian
1. Mola Hidatidosa Risiko Rendah dengan criteria
Serum β -hCG kurang dari 100.000 IU/ml
Besar uterus < umur kehamilan, dan
Kista ovarium kurang dari 6 cm
2. Mola Hidatidosa Risiko Tinggi dengan kriteria :
β -hCG 100.000 IU/ml
Besar uterus lebih dari umur kehamilan
Kista ovarium 6 cm, dan
Terdapat faktor metabolic atau epidemiologik seperti umur lebih
dari 40 tahun, toksemia, koagulopati, emboli sel trofoblas dan
hipertiroidisme
II. Diagnosis
1. Gejala Klinis
Keluhan dan tanda-tanda klinis mola hidatidosa pada umunya
muncul pada 20 minggu kehamilan, antara lain :
a. Besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan (50 % kasus
menunjukkan besar uterus lebih dari usia kehamilan)
b. Perdarahan pervaginam, biasanya berulang dari bentuk spotting
sampai dengan perdarahan banyak. Pada kasus dengan
perdarahan banyak sering disertai dengan pengeluaran
gelembung dan jaringan mola.
c. Tidak ditemukan bailotement dan detak jantung janin
d. Sering disertai hiperemesis gravidarum, toksemia dan
tirotoksikosis
2. USG
a. Complete Mole, tampak gambaran ekogenik merata seperti
badai salju intra uterin dan tidak terlihat sakus gestasional
b. Partial Mole, tampak gambaran daerah kistik yang disertai
"echogenic chorionic material". Mungkin pula tampak sakus
gestasional dengan fetus hidup seperti kehamilan normal.
3. Kadar β -hCG ciarah atau urine pada umunya tinggi 4.
4. Histopatologik pada mola hidatidosa ;
a. Degenerasi hidropik vili korealis
b. Berkurang atau hilangnya pembuluh darah vili, dan
c. Proliferasi sel-sel trofoblas
5. Lain-lain
Uji sonde Hanifa dan Rontgen abdomino-pelvis apabila
pemeriksaan USG tidak bisa dikerjakan.
Pengawasan Lanjut
1) Kasus mola hidatidosa dengan kuret 2 kali maka yang dimaksud
dengan pasca evakuasi adalah pada kuret kedua.
2) Pemeriksaan β -hCG urine semi kuantitatif :
a. Setiap minggu untuk kasus mola hidatidosa risiko tinggi, setiap 2
minggu untuk kasus mola hidatidosa risiko rendah
b. Pemeriksaan dimulai dari tes dengan kepekaan paling rendah :
PPT (kepekaan : 1.500 ± 400 SI/L), hCG slide test (kepekaan ±
800 SIIL), dan test pack (kepekaan 25-50 SI/L)
c. Pemeriksaan β -hCG serum kuantitatif dilakukan untuk
konfirmasi diagnostik yaitu mengetahui kadar hCG normal atau
sebaliknya terjadi Penyakit Trofoblas Ganas
3) Batas akhir penilaian :
a. PPT harus negatif pada minggu ke-4, atau β -hCG kurang dari
1.000 m IU/ml
b. β -hCG slide test harus negatif pada minggu ke-8 atau β -hCG
serum kurang dan 500 mUl/ml
c. Test Pack harus negatif pada minggu ke-12 atau kadar β -hCG
serum adalah normal (ELISA : 0-15 mlU/ml)
4) Pengawasan lanjut setelah β -hCG serum normal, atau Test pack
negatif dua kali berturut-turut dengan interval dua minggu
a. Pemeriksaan meliputi ;
Keluhan
Fisik dan ginekologik
hCG urin dengan Test Pack atau β -hCG serum, dan
lain-lain kalau diperlukan
b. Jadwal Pemeriksaan :
satu tahun pertama setiap bulan
satu tahun kedua setiap 3 bulan
selanjutnya sewaktu-waktu apabila ditemukan keluhan
5) Kontrasepsi
a. Sebelum tercapai β -hCG serum normal atau test pack 2 kali
berturut-turut interval dua minggu negatif, dianjurkan memakai
alat kontrasepsi kondom
b. Setelah tercapai β -hCG serum normal atau Test pack negatif,
dianjurkan memakai kontrasepsi dengan ketentuan :
Satu tahun untuk pasien yang belum mempunyai anak
Dua tahun atau lebih untuk pasien yang sudah mempunyai
anak
Kontap untuk pasien yang sudah mempunyai anak
Kontap untuk pasien yang tidak menginginkan tambahan
anak.
Skema Penanganan Molahidatidosa
VI. Komplikasi
1. Karena Penyakit :
a. Perdarahan Hebat
b. Krisis Tiroid
c. Infeksi
d. Perforasi Uterus ( Mola Destruens )
e. Keganasan ( PTG )
2. Karena Tindakan
- Perforasi Uterus
VII. Wewenang
Spesialis Obsgyn dibantu oleh dokter umum dan bidan
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Molahidatidosa. Standar Pelayanan Medis Obstetri dan Ginekologi
bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1991 : 41-42
2. Magowan B. Gestational Trofoblastic Neoplasia (GTN). Obstetrics
and Gynaecology 3 rd ed, Edinburgh - London - New York - Oxford
- Philadelpia - St Louis - Sydney - Toronto : Elsevier Churchil
Livingstone, 2005 : 201- 244
48. PENYAKIT TROFOBLAS GANAS
Kode ICD X : O 01.9
I. Pengertian
Penyakit Trofoblastik Ganas (F'TG) adalah penyakit trofoblas yang
mempunyai tendensi neoplastik, termasuk : mola invasive, karsinoma
korion dan plasental site throphoblastic tumor.
Diperkirakan 80 % mola hidatidosa akan mengalami remisi pasca
evakuasi dan 20 % akan berkembang menjadi PTG
Klasifikasi
1. Penyakit Trofoblas Ganas non metastasis (PTGNM)
2. Penyakit Trofoblas Ganas Metastasis ( PTGM )
Catatan :
Skor : < 4 = Risiko rendah
5-7 = Risiko sedang
> 7 = Risiko tinggi
II. Diagnosis
1. Gejala dan Tanda
A. Perdarahan pervaginam terus menerus sesudah evakuasi Mola /
kehamilan sebelumnya
B. Sesudah evakuasi mola :
1. Uterus besar dan irregular
2. Kista Lutein bilateral persisten
3. Lesi metastasis di vagina / organ Iain
C. Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi metastasis
1. Nyeri perut
2. Hemaptoe
3. Melena
4. Peninggian tekanan intracranial, sakit kepala, kejang,
hemiplegia
2. Pemeriksaan Ginekologi
a. HBEs (Trias Acostasizon) :
H (history) yaitu pasca mola hidatidosa, partus, abortus dan
hamil ektopik
B (Bleeding) yaitu perdarahan pervaginam tidak teratur
Es (Enlargement and softness) yaitu uterus membesar dan
lunak
b. Kista theca lutein unilateral/bilateral
c. Bintik tumor kebiruan pada dinding/mukosa vagina
3. Laboratorium
β -hCG serum/urine tinggi atau tidak turun menandai pada
pemantauan pasca evakuasi mola hidatidosa
Catatan :
Terapi radiasi dipilih al>abila terdapat metastasis ke otak/hati dengan
dosis 2.000 - 3.000 rad
Sitastatika
1. Syarat seperti syarat umum pemberian Sitostatika/kemote rapi
2. Diberikan sampai β -hCG normal, dilanjutkan 1-3 seri after course
3. Perubahan regimen apabila :
a. Titer hCG terus meningkat atau menetap setelah pemberian 2
seri
b. Terdapat tanda-tanda metastase
c. Resisten apabila 5 seri pemberian β -hCG rnengalami
penurunan tetapi tidak mencapai normal,
4. Dikatakan remisi apabila β -hCG normal 3 kali berturut-turut
interval 22 minggu
a. MTX : 20 mg/hari atau 0,4 mg/kgBB/hari IM atau 3X5 mg/hari
oral selama 5 hari intenral 7 - 10 hari.
b. Actinomyein D : 0,5 mg/hari atau 10 - 12 meg/kgBB IV selama
5 hari interval 7 - 10 hari
c. MCA : MTX 15 mg/hari IM, Ao.D mg/hari IV dan
Chlorambucil 10 mg/hari/oral selama 5 hari interval 2 minggu
Pengawasan Lanjut
1) Dilakukan anamnesis/pemeriksaan
Keluhan
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan ginekologi dan vaginal toucher (VT)
β -hCG, dan
Lain-lain berdasarkan indikasi
VI. Komplikasi
-
VII. Wewenang
Spesialis Obsyyn dibantu oleh dokter umum dan bidan
X. Daftar Rustaka
1. Standar Pelayanan Medis RS Pertamina Balikpapan
2. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Penyakit Trofoblas Ganas. Standar Pelayanan Medis Obstetri dan
Ginekologi bagian I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1991: 43 - 45
49. KANKER SERVIKS
Kode 1CD X : D06.7
I. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit keganasan yang berasal dari leher rahim
Etiopatogenesis
1. Penyebab pasti belum ada yang diketahui
2. Beberapa faktor (multifaktoral ) yang diduga :
a. Umur 40 - 60 tahun/20-30 tahun
b. Paritas ( 4 )
c. Coitus usia dibawah 16 tahun dan berganti partner sexual, di
hubungkan dengan sifat komplemen histon sperma dan alkalis
semen
d. Merokok aktif dan atau pasif
e. Akseptor pil kontrasepsi
f. Status gizi, sosial ekonomi cultural
g. Status imunitas seperti penderita HIV-Aids
h. Infeksi : Mikoplasma, Klamida, Virus herpes Simplek type 2
i. Pajaran virus Human Papilloma onkogenik terutama type 16,18,
33, 35, 45, 58
Patologi
Diagnosis Kanker Serviks ditegakkan berdasarkan Histopatologik dimana
dibedakan atas :
1. Type Epidermoid (± 80%)
2. Type Adeno (± 15%)
3. Type lain (± 5%)
Stadium Klinik
Stadium Deskripsi
0 Karsinoma insitu
I Karsinoma terbatas pada serviks
Ia Tampak serviks tidak mencurigakan
Ib Tampak serviks mencurigakan
II Karsinoma menyebar ke vagina dan atau Parametrium
IIa Menyebar ke Vagina 2/3 proksimal
IIb Menyebar ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding pelvis
Karsinoma menyebar ke Vagina 1/3 distal, mencapai dinding pelvis
III
atau terjadian fungsi ginjal tanpa penyabab yang jelas
IIIa Penyebaran sampai ke vagina 1/3 distal
Sampai ke dinding pelvis atau karsinoma dengan gangguan fungsi
IIIb
ginjal tanpa penyebab yang jelas
IV Karsinoma serviks menyebar ke organ sekitar atau jauh
IVa Penyebaran ke organ sekitar di daerah pelvis
IVb Penyebaran jauh
II. Diagnosis
1. Gejala Klinis
a. Perhatikan faktor risiko
b. Tanpa keluhan
c. Dengan keluhan :
- Keputihan
- Perdarahan pervaginam abnormal
- Perdarahan post koita!
- Perdarahan paska menopause
- Gangguan kencing dan Defikasi
- Nyeri daerah pelvis, pinggang/punggung dan tungkai
- Keluhan lain sesuai dengan lokasi penyebaran penyakit
III.Diagnosa Banding
-
Catatan :
1. Terapi Radiasi dapat diberikan pada setiap stadium
2. Paliati anti nyeri selain untuk pasien stadium invasive-lanjut juga
dapat diberikan pada setiap stadium sesuai dengan keluhan
3. Pada kanker Serviks Stadium 1b keatas dengan kehamilan
diberikan. Kemoterapi Neo-Adjuvant setelah dilakukan KIE kepada
pasien, suami dan keluarga
Pengawasan lanjutan
1. Pemeriksaan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik umum
c. Pemeriksaan Ginekologi
d. Pap Smear :
Tiga bulan pertama Setiap bulan
dua bulan kedua setiap 3 bulan
Selanjutnya setiap 6 bulan
2. Kalau perlu pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium : LFT, RFT, Hb, Leuko, Trombosit
b. Foto Thorax, IVP
Skema Penatalaksanaan Kanker Uteri dengan Kehamilan
VI. Kopmplikasi
-
VII. Wewenang
-
X. Daftar Pustaka
-
50. KARSINOMA VULVA
Kode ICD X : D 07.1
I. Pengertian
Karsinoma vulva adalah keganasan primer pada vulva
Etiopatogenesis
1. Penyebab belum diketahui dengan pasti
2. Diduga karena rangsanagn kronis berupa iritasi/trauma pada lesi
preinvasif seperti : VIN, Vulvar distrofi, dan Paget's diseases
3. Dicurigai sebagai faktor predisposisi, adalah :
Multi partner seksual
Riwayat genital warts oleh HPV, dan
Perokok
Patologi
1. diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi
2. Jenis Histopatologis :
Sguamous cell carcinoma (90%)
Melanoma (4-5 %)
Verrucous Carsincma, basal cell carcinoma, Sarcoma (2-4%)
Penentu Sstadium Klinis
Stadium TNM Klinik
0 Karsinoma insitu VIN 3 non invasive Pagets desease
l Ti No Mo Tumor terbatas pada vulva diameter < 2 Cm
Ti Ni Mo Tak ada pembesaran kelenjar limfe inguinal yang
mencurigakan
II T2 No Mo Tumor terbatas pada vulva, diameter 2 cm
T2 Ni Mo Tidak ada pembesaran kelenjar yang mencurigakan
III T3 No Mo Tumor dengan berbagai ukuran :
T3 Ni Mo 1. Penyebaran ke uretra dan/atau vagina perineum/ anus
T3 M2 Mo 2. Secara klinis pempesaran kelenjar inguinal dicurigai
metastase
IV Tx N3 Mo 1. Infiltrasi ke mukosa kandung kencing, mukosa
T4 No Mo rectum, 1/3 bagian mukosa uretra dan atau
T4 Ni Mo 2. Terfiksir ke tulang dan atau
Tu Nx Mia 3. Penyebaran jauh
Tx Nx Mib
II. Diagnosis
1. Gejala Klinis
a. Sering ditemukan pada massa menopause, rata-rata umur 65
tahun
b. Keluhan yang sering adalah pruritus dan massa di daerah vulva
c. Kadang-kadang disertai perdarahan
d. Keluhan yang lain Gesuai dengan organ yang terkena perluasan
penyakit
2. Pemeriksaan Fisik dan Ginekologi
a. Pembesaran kelenjar inquinal berupa massa padat atau ulkus
b. Tumor berdungkul seperti bloom kol atau bentuk uIkus
didaerah vulva
c. Tanda-tanda lain sesuai luasnya penyakit
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pap Smear
2. Kolposkopi
3. Biopsi
Pengawasan Lanjutan
1. Pemeriksaan :
a. Anamnesis
b. Fisik umum
c. Ginekologi
d. Kalau perlu Pap Smear, Kolposkopi atau Biopsi
2. Jadwal
a. Tiga bulan I : setiap minggu
b. Sembilan bul8n II : Setiap bulan
c. Satu tahun II : setiap 3 bulan
d. Selanjutnya : setiap 6 bulan
VI. Komplikasi
Tergantung kondisi /stadium kasus
VII. Wewenang
Spesialis Ogsgyn, Onkology, dokter umum dibantu bidan/perawat
X. Daftar Pustaka
-
51. KARSINOMA ENDUMETRIUM
Kode ICD X : D 07.0
I. Pengertian
Karsinoma Endometrium adalah keganasan yang berasal dari
endometrium
Etiopatogenesis
Penyebab belum diketahui, pasti
Patologi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan Histopatologis
Jenis Histopatologis :
1. Adeno karsinoma (65%)
2. Adeno Akantoma (19%)
3. Lain-lain (16%)
Stadium Klinik
Stadium Deskripsi
Stadium 0 Karsinoma insitu
Stadium I Karsinoma terbatas pada uterus
Stadium Ia Kedalaman kavum uteri lebih dari 8 cm
Stadium Ib G1 = Well Differentiated Adeno Ca
G2 = Moderately Differentiated Adeno Ca
G3 = Undifferentiated Adeno Ca -
Stadium II Karsinoma menyebar ke serviks uteri
Stadium III Karsinoma menyebar keluar uterus tapi tidak keluar dari true
pelvic
Stadium IV Karsinoma menyebar keluar dari true pelvic
Stadium IVa Pada organ yang berhubungan
Stadium IVb Penyebaran ke organ jauh
II. Diagnosis
1. Gejala Klinis
a. Umur rata-rata 60 tahun
b. Perdarahan pervaginam
c. Lekore
d. Ada massa atau perasaan tidak enak pada perut bagian bawah
2. Pemeriksaan Fisik umum
a. Kegemukan
b. Hipertensi
c. Bila terjadi metastasis :
Ascites
Tanda-tanda lain sesuai dengan organ yang terkena
3. Pemeriksaan Ginekologi
a. Perdarahan pervaginam
b. Piometra dan
c. Evaluasi besar dan rnobilitas uterus, tanda-tanda penyebaran pada
adnexa parametrium dan kavum douglasi
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Kuretase Endoserviks
b. Endametrial Aspirasi biopsy
c. Papsmear sebagai skrining
d. Histeroskopi
e. Pemeriksaan lain sesuai keperluan, misalnya Ca 125, CEA, reseptor
estrogen, dll
III. Diagnosa Banding
1. Hiperplasia Endometrium
2. Pyometrium pada post menopausal
2. Sitostatika
Regimen : CAP Cyclophosphamide + Adramicin + Cis Platinum)
Melphalan + 5 Flurourasil (5 FU)
3. Progesteron
a. Megistrol 180 mg - 320 mg/hari/oral
b. Medroksi progesterone asetat/kaproat 1000 mg/minggu IM
c. Medroksi Progesteron asetat 150-200 mg/hari/oral
4. Tamoksifen (anti estrogen) : 20 - 40 mg/hari dan lama pemberian
seperti pada terapi progesterone
5. Terapi definitive diberikan selama tidak terjadi rekurensi atau bila
tidak progresif
6. Terapi Adjuvan 8 - 12 minggu
Pengawasan Lanjutan
1. Komponen yang dievaluasi
a. Keluhan
b. Keadaan Fisik
c. Pemeriksaan ginekologi Bimanual
d. Pemeriksaan lain kalau perlu : Pap smear, Foto Thorax, CT
Sean dan Tumor marker
2. Jadwal pengawasan lanjut:
a. Satu Tahun : Setiap 1 bulan
b. Satu tahun II : Setiap 3 bulan
c. Selanjutnya : Setiap 6 bulan
VI. Komplikasi
Tergantung kondisi / stadium kasus
VII. Wewenang
Spesialis Obsgyn, Onkolog, dokter umum dibantu bidan/perawat
X. Daftar Pustaka
-
52. KANKER OVARIUM
Kode ICD Y: C 56
I. Pengertian
Diagnosis harus meliputi jenis Histopatologik (lampiran 1) dan
stadium (lampiran2)
Kanker Ovarium adalah kanker sinekologi yang hampir 70% kasus
ditemukan dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena gejala dan
tanda kanker ovarium tersebut tidak khas sampai kanker tersebut telah
bermetastasis. Di Amerika Serikat kanker ovarium ini adalah
penyebab kematian kanker ginekologi yang utama . Setiap tahunnya
ditemukan 25.500 kasus baru dengan 16.000 kematian.
Etiopatogenesis
Etiologi belum diketahui dengan pasti
Diduga berhubungan dengan faktor
1. Herediter
2. Lingkungan fisik dan kimia
3. Ovulasi
4. Abdominalitas gonad
5. Virus
Patologi
Diagnosis keganasan dan type Histopatologis berdasarkan atas
pemeriksaan Histopatologi
1. Derajat Keganasan
a. Borderline/low potensial malignancy
b. Frankkly malignant
2. Tipe Histopatologis
a. Epithelial (90%)
b. Nonepithelial (10%)
II. Diagnosis
Diagnosis kanker Ovarium dibuat berdasarkan hasil Histopatologi
biopsy ovarium atau jaringan tumor yang didapat dari laparotomi
eksplorasi.
Penatalaksanaan
A. Tindakan Operatif (Surgical Staging)
1. Insisi pada garis tengah
2. Setiap cairan bebas dikavum peritoneum diambil untuk
pemeriksaan sitologi terutama dikavum Douglasi
3. Bila cairan bebas tidak ada, dilakukan pencucian peritoneum
dengan NaCI 0,9% 5 - 10cc kemudian dilakukan pemeriksaan
sitologi
4. Explorasi terutama kavum Douglasi, parakoloiliakal dan
subdiagfragma
5. Setiap daerah yang mencurigakan ganas atau perlekatan pada
peritoneum hendaknya di biopsi
6. Daerah retroperitoneum yaitu daerah pelvis dan para aorta
dievaluasi bila pembesaran kelenjar limfe positif, maka
dilakukan limfadenektomi
7. Pengangkatan tumor,
Diusahakan mengangkat tumor secara utuh
Bila tidak bisa, dilakukan debulking yaitu mengangkat
tumor semaksimalnya
Perhatikan tumor secara makroskopik dengan teliti, bila ada
keraguan dilakukan Frozen Section
8. Pengangkatan uterus dan ovarium nelalui TAH-1380 dilakukan
pada kasus-kasus yang sudah jelas ganas atau usia 50 tahun.
9. Omentektomi, dilakukan pada kasus yang sudah jelas ganas
secara makros/mikros. Dikerjakan mulai kolon transversum.
Pengawasan Lanjutan
1. Pemeriksaan meliputi
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik umum
c. Pemeriksaan Ginekoiogi
d. Tumor marker (kalau perlu)
e. Fungsi hati, ginjal dan sum-sum tulang (ka1au perlu)
2. Jadwal
a. Tiga bulan I : setiap 2 minggu
b. Sembilan bulan II : setiap 4 minggu
c. Tahun II : setiap 3 bulan
d. Tahun-tahun berikutnya : setiap 6 bulan
Skema Penatalaksaan Tumor Ovarium
VI. Komplikasi
1. Penyulit sebelum operasi : Hipoalbumin, Efusi Pleura
2. Penyulit selama operasi : Perdarahan, cedera usus, vesica, ureter
3. Penyulit Kemoterapi
VII. Wewenang
Spesialis Obsgyn, Onkolog dibantu oleh dokter umum dan
bidan/perawat
X. Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Kanker Ovarium. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
bagian I, Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1991 : 25-27.
2. Magowan B. ephitelial Ovarium Cancer. Obstetrics and
Gynaecology 3rd ed, Edinburgh - London - Newyork - Oxford -
Philadelpia - St Louis - Sydney - Toronto : Elsevier Churchill
Livingstone, 2005 : 329 - 332.
3. Magowan B. Non epithelial Ovarian Cancer. Obstetrics and
Gynaecology. 3rd ed, Edinburgh - London - New york - Oxford -
Philadelpia - St Louis -Sydney - Toronto : Elsevier Churchil
Livingstone, 2005: 333 - 334.
4. Dr Boy Busmar, SpOG, K.Onk
5. Standar Pelayanan Medis Balikpapan