Anda di halaman 1dari 46

REFERAT

PERAN KELUARGA BERENCANA DALAM UPAYA


MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL
DI INDONESIA

Pembimbing:
Dr. dr. Raditya Wratsangka, Sp. OG(K)
Penyusun:
Raka Suantadina (030.10.230)
Harry Julians (030.11.123)
Fajar Ridwan Nulloh (030.12.097)
Flora Ratu Putribunda (030.12.110)
Sundari Lovea Nuranti (030.12.264)
Dwi Meutia Julyta (030.13.063)
Fera Astari (030.13.077)
Lino Kurniawan (030.13.114)
Herlina (030.14.086)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 24 MARET 2019 – 1 JUNI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Peran Keluarga Berencana Dalam Upaya
Menurunkan Angka Kematian Maternal di Indonesia”dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selain itu, penyusunan referat ini juga bertujuan agar kami
lebih memahami Pelayanan Obstetrik Esensial.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Raditya W Sp.OG selaku pembimbing yang telah membimbing
kami sehingga kami dapat menyelesaikan referat ini.
Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, baik dari pemikiran,
pengetahuan, penyusunan bahasa, maupun sistematika. Oleh karena itu, kami membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca referat ini guna
menjadi pelajaran bagi kami dalam menyusun referat yang lebih baik lagi. Dan semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
BAB III DATA ............................................................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN. ................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................................... 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) sangat berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI). Saat ini rata-rata cakupan KB nasional masih di angka 60 persen. AKI adalah kematian
ibu selama hamil, melahirkan dan masa nifas. Dari peta global, AKI di Indonesia masih tinggi,
setara dengan negara-negara miskin seperti Bangladesh, India, Pakistan dan lainnya.Tahun 2017,
AKI masih sekitar 259-305 per 100.000 kelahiran, jauh dari target 102 per 100.000 kelahiran.
Perilaku reproduksi menjadi penyumbang AKI dalam hal ini 4T: hamil terlalu banyak, terlalu
rapat, terlalu muda, dan terlalu tua. Survei Demografi dan Kependudukan 2012 menunjukkan,
sekitar 32,5 persen AKI terjadi akibat melahirkan terlalu tua dan terlalu muda, dan sekitar 34
persen akibat kehamilan karena terlalu banyak (lebih dari 3 anak).

Data dari RSCM menunjukkan sebagian besar kematian AKI akibat melahirkan terlalu
muda. Oleh karena itu, diperlukan strategi mengubah perilaku reproduksi untuk menekan AKI,
yaitu dengan perencanaan kehamilan atau Keluarga Berencana (KB).

Survei BKKBN tahun 2015, 51 peran remaja putri di perkotaan sudah melakukan hubungan
seksual dan di pedesaan sekitar 40 persen. Ketika terjadi kehamilan tidak diinginkan, mereka
tidak memiliki kesempatan menjadi remaja, tetapi langsung berperan sebagai ibu dengan segala
kompleksitasnya.

Saat ini ada pilihan berbagai alat KB yang modern, mulai dari pil, suntik, susuk (implan),
kondom hingga sterilisasi yang aman dan nyaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan
keberhasilan KB. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD, implan, dan
sterilisasi (vasektomi dan tubektomi) adalah metode paling efektif menjarangkan kehamilan.
Sayangnya pengguna MKJP di Indonesia kalah jauh dari metode KB dan suntik.Grafik
penggunaan KB suntik terus naik dalam 3 tahun terakhir. Dalam rangka menaikkan pengguna
MKJP BKKBN membuat program 1 kabupaten 1 ahli kandungan kebidanan yang bisa melayani
tubektomi, dan 1 dokter umum yang dapat melayani vasektomi, yang mulai dicanangkan tahun
depan.

BKKBN juga berupaya menurunkan KB suntik dan mendorong MKJP dengan IUD,
implant dan sterilisasi dengan bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan provider

1
yang melayani KB untuk meningkatkan MKJP. Sudah 48.000 bidan dan 11.000 dokter umum
dilatih cara insersi IUD dan implan.

Saat ini capaian akseptor KB atau CPR (Contraceptive Participant Rate) adalah 57,9 persen
dengan alat dan 65 persen tanpa alat. Targetnya 5 tahun ke depan 63,5 persen dengan alat,
sedangkan Total Fertility Rate (TFR) adalah 2,3 persen.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

Family planning atau Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur
interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam keluarga.1

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga.2

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan objektif-objketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktusaat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta
dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan
KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan
bidan desa.1

Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, AKDR, implant,
vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung
dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Pelayanan kontrasepsi suntik KB
sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan pelayanan AKDR, implant dan
vasektomi/tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.1

3
2.1.1 Tujuan Keluarga berencana

Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang
menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia.3

Tujuan keluarga berencana menurut BKKBN (2012) adalah :

1. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan
bangsa pada umumnya.
2. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran
sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan
reproduksi.
Berdasarkan tujuan BKKBN 2012 dapat disimpulkan bahwa Kerja keras yang dilaksanakan
BKKBN secara nasional di tahun 2012 sudah berhasil namun belum maksimal. Karena
berdasarkan hasil sementara Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
mengisyaratkan bahwa indikator pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang
menjadi tanggungjawab BKKBN seperti TFR, ASFR, CPR dan Unmet need belum tercapai.
Target indikator TFR (Total Fertility Rate - Rata-rata wanita usia subur yang melahirkan anak)
sebesar 2,1 di tahun 2014 baru tercapai 2,6 tahun 2012. Indikator ASFR 15-19 tahun sebesar
30/1000 wanita di tahun 2014, baru tercapai 48/1000 wanita. CPR atau angka pemakaian
kontrasepsi sebesar 65 persen di tahun 2014, baru tercapai 57,9 persen. Demikian juga target
unmet need (pasangan usia subur ingin KB tetapi belum terlayani) akan ditekan hingga 5 persen
tahun 2014 namun kini masih 8,5 persen.3

Tujuan KB berdasarkan rencana strategis (RENSTRA) 2010-2014 meliputi:

1. Mewujudkan keserasian
2. Keluarga dengan anak ideal
3. Keluarga sehat
4. Keluarga berpendidikan
5. Keluarga sejahtera
6. Keluarga berketahanan
7. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

4
8. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
2.1.2 Visi dan Misi KB

Visi KB berdasarkan paradigma baru program BKKBN adalah untuk mewujudkan


”Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas”. Meningkatkan Kualitas Hidup
Manusia Indonesia melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. BKKBN
turut memperkuat pelaksanaan pembangunan kependudukan dengan upaya pengendalian
kuantitas dan peningkatan kualitas penduduk dan mengarahkan persebaran penduduk.
Pembangunan kependudukan juga merupakan upaya untuk mewujudkan keserasian kondisi yang
berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi
oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan melalui Program Kependudukan,


Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga dalam rangka mewujudkan norma keluarga
kecil, bahagia, dan sejahtera, serta diharapkan juga dapat memberikan kontribusi terhadap
perubahan kuantitas penduduk yang ditandai dengan perubahan jumlah, struktur, komposisi dan
persebaran penduduk yang seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.4

2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi (Contraception) adalah alat, obat, efek atau tindakan yang dimaksudkan untuk
mencegah kehamilan. Secara halus, kontrasepsi diistilahkan juga sebagai Keluarga Berencana
atau KB.

Gambar 2. Alat-alat kontrasepsi 10

5
Menurut cara pelaksanaannya, kontrasepsi dibagi dua, yaitu :

 Cara temporer (spacing)


Yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum hamil lagi

 Cara permanen (kontrasepsi mantap)


Yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen, dimana
pada wanita disebut sterilisasi dan pada pria disebut vasektomi.

Pada dasarnya pelaksanaan kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

 Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya


 Efek samping yang merugikan tidak ada
 Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
 Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
 Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya
 Cara penggunaannya sederhana
 Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
 Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri
2.3 Jenis-jenis KB

A. Pil KB laktasi (linestrenol 0,5mg)


99% efektif mencegah kehamilan jika diminum secara teratur oleh ibu menyusui, tidak
mempengaruhi jumlah produksi dan kualitas asi, mengurangi resiko kehamilan diluar
kandungan, mengurangi risiko anemia, tidak menyebabkan diare pada bayi.

Pil KB laktasi dapat digunakan bila ibu memberikan ASI secara ekslusif, pil KB laktasi dapat
digunakan 6 minggu setelah melahirkan, apabila belum menstruasi pil KB laktasi dapat dimulai
dalam interval 6 minggu sampai 6 bulan setelah melahirkan. Bila sudah menstruasi, pil KB
laktasi dapat dimulai pada hari pertama menstruasi.

Untuk menjaga efektifitasnya, pil KB laktasi hendaknya dikonsumsi pada waktu yang sama
setiap hari. Minum pil KB laktasi sesuai petunjuk hari di bagian belakang blister.

6
Efek samping umum

1. Perempuan menyusui biasanya tidak akan menstruasi dalam waktu beberapa bulan
setelah melahirkan. Penggunaan pil KB laktasi dapat memperpanjang periode ini.
2. Spotting pada bulan-bulan pertama penggunaan
3. Sakit kepala, mual, payudara terasa lembek.
Yang harus diperhatikan adalah bila sudah tidak menyusui, pil KB laktasi tidak akan seefektif
metode hormonal lainnya. Akseptor dapat beralih ke pil KB kombinasi.

Bila lupa minum pil KB laktasi

Lupa 1 Pil Lupa 2 pil

<12 jam Minum pil terlupa Minum 2 pil yang telupa


sekaligus lalu minum 2 pil
Lanjutkan minum pil selanjutnya
keesokan harinya
>12 jam Minum pil yang terlupa
Pakailah kondom hingga 7 hari
Lanjutkan minum pil selanjutnya ke depan apabila ingin
meskipun waktunya berdekatan melakukan hubungan seksual.

B. Pil KB kombinasi
Mengandung 2 hormon Levonogestrel 0,15mg dan Ethynilestradiol 0,03mg (estrogen), dalam
1 blister terdapat 28 pil mengandung hormone dan 7 pil pengingat.4

Efektifitas

Efektifitas tergantung akseptor. Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat apabila jadwal
minum terlewati.

Waktu kembali subur

Akseptor akan kembali kepada kesuburan begitu berhenti mengkonsumsi. Pil KB kombinasi
tidak mempengaruhi siklus menstruasi akseptor.

7
Yang dapat menggunakan Pil KB Yang tidak dianjurkan menggunakan
kombinasi Pil KB kombinasi

Hampir semua perempuan dapat Dalam kondisi hamil


menggunakan Pil KB kombinasi,
Menyusui – karena kandungan estrogen
termasuk perempuan dalam kategori
dapat mempengaruhi produksi asi
berikut:
Perempuan dengan tekanan darah tinggi
 Sudah ataupun belum memiliki
anak Merokok
 Baru mengalami keguguran
Berusia diatas 35 tahun
 Memiliki anemia
 Dari berbagai kalangan umur Penderita diabetes

Sensitif terhadap salah satu zat aktif di


dalam pil KB kombinasi

Memiliki sejarah kanker payudara

Pil KB dapat diminum mulai pada

1. Hari pertama menstruasi sesuai dengan tanda yang ada pada kemasan, dan lanjutkan sesuai
petunjuk arah panah
2. Hari ke 21 sampai dengan hari ke 28 setelah melahirkan apabila tidak menyusui.
3. Untuk menjaga efektifitasnya pil KB hendaknya diminum pada waktu yang sama setiap hari.
Manfaat lain

1. Mengurangi risiko kanker rahim dan kanker indung telur


2. Membantu mengurangi rasa nyeri saat datang bulan
3. Membantu membuat menstruasi menjadi lebih teratur
4. Membantu melindungi dari anemia
5. Estrogen membantu menjaga kesehatan kulit
Efek samping umum

 Spotting yang bukan tanda haid pada bulan-bulan pertama konsumsi

8
 Sakit kepala, mual, payudara terasa lembek
Yang harus dilakukan bila terjadi efek samping:

1. Lanjutkan konsumsi pil KB. Menghentikan penggunaannya akan menimbulkan risiko


kehamilan.
2. Pastikan pil KB dikonsumsi sesuai jadwal
3. Konsumsi pil KB sesudah makan atau saat akan tidur untuk mengurangi rasa mual
Bila lupa minum pil

Lupa 1 Pil Lupa 2 pil

<12 jam Minum pil terlupa Minum 2 pil yang telupa


sekaligus lalu minum 2 pil
Lanjutkan minum pil selanjutnya
keesokan harinya
>12 jam Minum pil yang terlupa
Pakailah kondom hingga 7 hari
Lanjutkan minum pil selanjutnya ke depan apabila ingin
meskipun waktunya berdekatan melakukan hubungan seksual.

Apabila lupa 3 pil atau lebih,buanglah seluruh pil KB yang tersisa, gunakan kondom atau tidak
melakukan hubungan seksual hingga periode menstruasi berikutnya. Kembali minum pil KB
setelah periode menstruasi berikutnya.

C. Pil kontrasepsi darurat/Postpil (0,75 mg levonogestrel)


Dikonsumsi selambat-lambatnya setelah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
kontrasepsi. Pil yang mengandung hormone levonogestrel (progestin) dosis tinggi (0,75 mg). Pil
kontrasepsi darurat disebut juga “morning after pill”. Dalam satu blisternya terdapat 2 buah pil.
Bekerja untuk mencegah atau memperlambat pelepasan sel telur dari ovarium.5

Digunakan bila terjadi kegagalan kontrasepsi,seperti:

1. Kondom bocor
2. Lupa minum pil KB
3. Terlewat jadwal suntik

9
4. Tidak menggunakan kontrasepsi
Efektifitas

Kemungkinan terjadinya kehamilan adalah 1 dari 100 perempuan yang melakukan hubungan
seksual.

Waktu untuk memulai minum pil kontrasepsi darurat

 Minum pil pertama paling lambat 72 jam setelah hubungan seks. Pil kedua diminum setelah
12jam setelah pil pertama
 Semakin cepat pil kontrasepsi darurat diminum setelah hubungan seks, semakin tinggi
efektifitasnya.
Efek samping umum

1. Spotting 1-2 hari setelah konsumsi pil kontrasepsi darurat


2. Sakit kepala, mual, nyeri abdominal
3. Perubahan siklus haid (lebih cepat atau lambat)
D. Pil KB Fe
Mengandung 2 hormon Levonogestrel 0,15mg, Ethynilestradiol 0,03mg (estrogen) dan
Ferrous fumarate 75mg yang mudah diserap usus halus, dalam 1 blister terdapat 28 pil
mengandung hormone dan 7 pil pengingat.5

Efektifitas

Efektifitas tergantung akseptor. Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat apabila jadwal
minum terlewati.

Waktu kembali subur

Akseptor akan kembali kepada kesuburan begitu berhenti mengkonsumsi. Pil KB kombinasi
tidak mempengaruhi siklus menstruasi akseptor.

Yang dapat menggunakan pil KB Yang tidak dianjurkan menggunakan


kombinasi dengan kandungan Zat besi pil KB kombinasi dengan kandungan

10
Zat besi

Perempuan dengan kategori: Hamil

1. Sudah ataupun belum memiliki 1. Menyusui


anak 2. Tekanan darah tinggi
2. Baru mengalami keguguran 3. Merokok
3. Memiliki anemia 4. Usia diatas 35 tahun
5. Penderita diabetes
6. Sensitif terhadap salah satu zat
aktif di dalam pil KB kombinasi
dengan kandungan zat besi
7. Memiliki sejarah kanker
payudara

Manfaat lebih pil KB andalan fe

1. Membantu mengatasi gejala anemia


2. Membuat siklus haid menjadi teratur
3. Dapat cepat kembali subur
4. Berat badan tetap stabil
5. Tidak menimbulkan flek pada kulit
Manfaat lain

1. Melindungi dari anemia


2. Mengurangi risiko kanker rahim dan kanker indung telur
3. Membantu mengurangi rasa nyeri saat datang bulan
4. Estrogen membantu menjaga kesehatan kulit
Efek samping umum

Spotting yang bukan tanda haid pada bulan-bulan pertama konsumsi

Sakit kepala, mual, payudara terasa lembek

11
Yang harus dilakukan bila terjadi efek samping:

1. Lanjutkan konsumsi pil KB. Menghentikan penggunaannya akan menimbulkan risiko


kehamilan.
2. Pastikan pil KB dikonsumsi sesuai jadwal
3. Konsumsi pil KB sesudah makan atau saat akan tidur untuk mengurangi rasa mual
Bila lupa minum pil

Lupa 1 Pil Lupa 2 pil

<12 jam Minum pil terlupa Minum 2 pil yang telupa


sekaligus lalu minum 2 pil
Lanjutkan minum pil selanjutnya
keesokan harinya
>12 jam Minum pil yang terlupa
Pakailah kondom hingga 7 hari
Lanjutkan minum pil selanjutnya ke depan apabila ingin
meskipun waktunya berdekatan melakukan hubungan seksual.

Apabila lupa 3 pil atau lebih,buanglah seluruh pil KB yang tersisa, gunakan kondom atau tidak
melakukan hubungan seksual hingga periode menstruasi berikutnya. Kembali minum pil KB
setelah periode menstruasi berikutnya.

E. Suntikan KB 1 Bulan (suntikan KB kombinasi)


Mengandung Medroxyprogesterone acetate 50 mg, Estradiol Cypionate 10 mg. sering disebut
dengan suntikan KB kombinasi. Cara kerja utama adalah mencegah pelepasan sel telur(ovulasi)
sehingga kehamilan tidak terjadi.6

Efektifitas

Efektifitas tergantung dari kepatuhan dalam mengikuti jadwal suntik ulang. Risiko terjadinya
kehamilan akan meningkat apabila jadwal suntikan terlewati.

12
Dengan penggunaan yang tipikal, 97 orang dari 100 perempuan tidak akan hamil (tingkat
efektifitas 97%). Apabila jadwal suntikan ulang dipenuhi dengan baik, kemungkinan terjadinya
kehamilan adalah kurang dari 1 per 100 perempuan (99%).6

Waktu kembali subur

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kembali subur adalah 1 bulan setelah penghentian
metode.

Akseptor suntikan KB 1 bulan tetap menstruasi seperti biasa.

Yang dapat menggunakan suntikan KB Yang tidak dianjurkan menggunakan


1 bulan suntikan KB 1 bulan

Sudah ataupun belum memiliki anak 1. Hamil


2. Menyusui
Baru mengalami keguguran
3. Tekanan darah tinggi
Memiliki anemia 4. Merokok
5. Usia diatas 35 tahun
6. Penderita diabetes
7. Sensitif terhadap salah satu zat
aktif di dalam suntikan kb 1
bulan
8. Memiliki sejarah kanker
payudara
Manfaat lain

1. Melindungi dari anemia


2. Mengurangi risiko kanker rahim dan kanker indung telur
3. Membantu mengurangi rasa nyeri saat datang bulan
4. Estrogen membantu menjaga kesehatan kulit
F. Suntikan KB 3 bulan 1 ml
Suntikan KB 3 bulan mengandung Medroxyprogesterone Acetate 150 mg/DMPA
(progestin), tersedia dalam larutan 3 ml dan 1 ml (rekomendasi WHO 3 bulan 1 ml). tidak

13
mengandung hormone estrogen sehingga dapat digunakan oleh ibu menyusui. Mencegah
terjadinya ovulasi dan mengentalkan lendir rahim hingga tidak dapat ditembus oleh sperma.7

Efektifitas

Efektifitas tergantung dari kepatuhan dalam mengikuti jadwal suntik ulang. Risiko terjadinya
kehamilan akan meningkat apabila jadwal suntikan terlewati. Dengan penggunaan yang tipikal,
97 dari 100 orang perempuan tidak akan hamil (tingkat efektifitas 97%). Apabila jadwal suntikan
ulang dipenuhi dengan baik, kemungkinan terjadinya kehamilan adalah kurang dari 1 per 100
perempuan (tingkat efektifitas 99%).7

Waktu kembali subur

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kembali subur adalah 4 bulan setelah penghentian
metode.

Yang dapat menggunakan suntikan KB Yang tidak dianjurkan menggunakan


3 bulan suntikan KB 3 bulan

Hampir semua perempuan, termasuk Hamil


perempuan dalam kategori berikut:
Mengalami perdarahan vaginal yang
Sudah ataupun belum memiliki anak tidak diketahui penyebabnya

Menyusui Kelainan patologis payudara yang tidak


diketahui penyebabnya
Baru mengalami keguguran
Sensitif atau alergi terhadap
Medroxyprogesterone Acetate

Riwayat diabetes dan Hipertensi

Manfaat lain

 Mengurani risiko kanker rahim dan kanker indung telur


 Melindungi dari anemia
 Mengurangi risiko kehamilan di luar rahim

14
G. Implant
Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis
karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas. Implant adalah Alat kontrasepsi
yang berbentuk kapsul kosong silastic (karet silikon) yang di isi dengan hormon dan ujung-
ujungnya kapsul yang ditutup dengan silastic adhesive. Kontrasepsi implant adalah alat
kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang
dipasang dibawah kulit.8

Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal,
yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah dan reversibel
untuk wanita.8

Menurut Sulistyawati (2010:81) profil Implant terdiri dari:

1. Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon
2. Nyaman
3. Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia Reproduksi
4. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
5. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
6. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea
7. Aman dipakai pada masa laktasi
Menurut Handayani (2010:116) terdapat 2 macam implant ada 2 yaitu:

1. Non Biodograndable implant


Dengan ciri – ciri sebagai berikut :
a. Norplant (6 “kasul”), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 5 tahun.
b. Norplant-2 (2 batang), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 3 tahun.
c. Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Rencana siap pakai : tahun
2000
d. Satu batang, berisi hormone 3-keto desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun.
Sedangkan Non Biodograndable Implant dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Norplant

15
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 “ kapsul” kosong silastic (karet silicon) yang diisi
dengan hormon Levonogrestel dan ujung – ujung kapsul ditutup dengan silastic adhesive.
Tiap “ kapsul” mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonorgestrel,
serta mempunyai ciri sangat efektif dalam mencegah kehamilan untuk lima tahun. Saat ini
Norplant banyak dipakai.

b. Norplant -2
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang silactic yang padat, dengan panjang tiap
batang 44 mm. Dengan masing – masing batang diisi 70 mg Levonorgestrel di dalam matriks
batangnya. Ciri norplan- 2 adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun.

2. Biodegrodable Implant
Macam implant biodegradable dibagi menjadi 2 macam :

a. Carpronor
suatu “ kapsul” polymer yang berisi levonorgestrel, pada awal penelitian dan
pengembangannya, carpronor berupa suatu “kapsul” biodegradable yang mengandung
levonorgestrel yang dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter “ kapsul”< 0,24
cm dan panjang “ kapsul” yang teliti terdiri dari 2 ukuran, yaitu :

 2,5 cm : berisi 16 mg levonogestrel, melepaskan 20 mcg hormonnya/ hari.


 4 cm : berisi 25 levonorgestrel, melepaskan 30 – 50 mcg hormonal/hari.
b. Narethindrone Pellets
 Pellets dibuat dari 10 % kolesterol murni dan 90% norechindrone (NET).
 Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET, yang akan dilepaskan saat pellet dengan
perlahan – lahan “melarut”.
 Pellets berukuran kecil, masing – masing sedikit lebih besar dari pada butir besar.
 Uji coba pendahuluan menggunakan n4 dan 5 pellets.
 Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi bertambah dengan banyaknya jumlah
pellets.
 Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan yang besar terhadap
kehamilan untuk sekurang – kurangnya 12 bulan.

16
 Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid regular. Perdarahan inter menstrual
atau perdarahan bercak merupakan problin utama.
 Terjadi rasa sakit payudara pada 4 % akseptor
 Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing – masing pellets kurang dari 2% kolesterol
dalam satu butir telur ayam tidak mempunyai efek pada kadar kolesterol darah akseptor.
 Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas prosedur insersi seperti pada
capronor dan dapat dipakai dengan inserter yang sama.
 Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat insisi 3 mm. Pellets
diletakkan kira – kira 3 cm dibawah kulit. Tidak diperlukam penjahitan luka insisi, cukup
ditutup dengan verband saja.
Cara Kerja

Cara kerja implant menurut Saifuddin (2006:MK:54) adalah sebagai berikut:

1 Mengentalkan lendir serviks.


2 Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
3 Mengurangi transportasi sprema.
4 Menekan ovulasi.
Efektifitas

Menurut Hanafi (2004:182) efektivitas implant yaitu:

1. Efektivitas tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun
pertama.
2. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira – kira 2,5 -
3% akseptor menjadi hamil.
3. Norplant – 2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun pertama. Semula
diharapkan norplant – 2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3
tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-
6%. Penyebab belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
Keuntungan Kerugian

Keuntungan menurut kontrasepsi a. Tidak memberikan efek protektif

17
a. Daya guna tinggi. terhadap penyakit Menular
b. Perlindungan jangka panjang Seksual, termasuk AIDS.
(sampai 5 tahun). b. Membutuhkan tindak pembedahan
c. Pengembalian tingkat kesuburan minor untuk insersi dan
yang cepat setelah pencabutan. pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan c. Akseptor tidak dapat menghentikan
dalam. sendiri pemakaian kontrasepsi ini
e. Bebas dari pengaruh estrogen. sesuai keinginan, akan tetapi harus
f. Tidak mengganggu kegiatan pergi ke klinik untuk pencabutan.
senggama. d. Dapat mempengaruhi baik
g. Tidak mengganggu ASI. penurunan maupun kenaikan berat
h. Klien hanya perlu kembali ke badan
klinik bila ada keluhan. e. Memiliki semua risiko sebagai
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai layaknya setiap tindak bedah minor
dengan kebutuhan. (infeksi, hematoma dan
Keuntungan menurut Non kontrasepsi perdarahan).
f. Secara kosmetik susuk Norplant
a. Mengurangi nyeri haid.
dapat terlihat dari luar
b. Mengurangi jumlah darah haid.
g. Pada kebanyakan klien dapat
c. Mengurangi/ memperbaiki anemia.
menyebabkan terjadinya perubahan
d. Melindungi terjadinya kanker
pola daur haid
endomentrium.
e. Menurunkan angka kejadian
kelainan jinak payudara.
f. Melindungi diri dari beberapa
penyebab penyakit radang panggul.
g. Menurunkan angka kejadian
endometriosis.

18
Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi Kontraindikasi

Wanita yang sedang dalam masa Hamil atau diduga hamil.


menyusui (setelah enam minggu masa
Perdarahan pervaginam yang belum
nifas).
jelas penyebabnya.
Wanita pasca keguguran.
Benjolan / kanker payudara atau
Wanita usia reproduksi. riwayat kanker payudara atau riwayat
kanker payudara.
Wanita yang mengalami efek samping
yang tidak diinginkan akibat Tidak dapat menerima perubahan pola
penggunaan pil kontrasepsi oral haid yang terjadi.
kombinasi yang mengandung estrogen.
Menderita mioma uterus dan kanker
Wanita yang sulit mengalami kesulitan payudara.
mengingat jadwal meminum pil atau
Penyakit jantung, hipertensi, diabetes
enggan melakukan manipulasi yang
militus.
diperlukan pada metode sawar.
Penyakit tromboemboli.
Tekanan darah < 180/110 mmHg,
dengan masalah pembekuan darah, atau Gangguan toleransi glukosa.
anemia bulan sabit.

Tidak menginginkan anak lagi, tetapi


menolak sterilisasi.

Tidak boleh menggunakan kontrasepsi


hormonal yang mengandung estrogen.

Wanita yang menginginkan kontrasepsi


jangka panjang (mis. Wanita yang masa
usianya suburnya telah berakhir, tetapi

19
tidak menginginkan strelisasi).

Wanita yang ingin mengatur jarak


kehamilannya.

Efek samping

 Amenore
 Spotting
 Infeksi pada daerah insersi
 Berat badan tidak stabil
H. IUD/AKDR
IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat
kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang
dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak
dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral.9

Dari berbagai jenis IUD, saat ini yang umum beredar dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis
yaitu:

 IUD Copper T, terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang berada pada
kedua lengan IUD dan batang IUD.
 IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung lengan IUD
bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD.
 IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon
Levonolgestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu menyusui
karena tidak menghambat ASI.
Efektifitas

Sebagai kontrasepsi, AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,6-0,8
kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
Sedangkan AKDR dengan progesteron antara 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun
pertama penggunaan.

20
Cara kerja

Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut

 Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba falopii


 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
 IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
 IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
Keuntungan

Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi

 IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan


 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A, 5 tahun untuk nova t dan 5
tahun untuk mirena)
 Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
 Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
 Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir)
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat

21
 Membantu mencegah kehamilan ektopik
Efek samping

 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3
bulan)
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antara menstruasi
 Saat haid lebih sakit
Komplikasi

 Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan


 Perdarahan pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
Kerugian

 Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS


 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
 penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR
Penyakit radang panggul memicu infertilitas
 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan AKDR
Seringkali perempuan takut selama pemasangan
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR
Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
 Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
 Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera setelah melahirkan)
 Mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal
 Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.

22
Gambar IUD

IUD TCu 380 Safe load

Intrauterine Contraceptive Device (IUD) adalah alat kontrasepsi nonHormonal yang dipasang
di dalam rahim. IUD TCu 380 Safe Load berbentuk huruf “T” dan terbuat dari rangka plastik
polyethylene dengan lilitan tembaga. Bekerja untuk mencegah pertemuan sperma dengan sel
telur. Ion yang dilepaskan oleh tembaga juga membuat kondisi rahim tidak siap untuk
pembuahan.9

Efektifitas

IUD merupakan salah satu metode kontrasepsi jangkapanjang yang paling efektif. IUD TCu
380A Safe Load adalah kontrasepsi yang paling direkomendasikan oleh WHO.

Kemungkinan terjadinya kehamilan adalah kurang dari 1 per 100 perempuan yang
menggunakan IUD, atausekitar 6-8 per 1.000 perempuan (efektifitas 99,2%-99,4%)

23
IUD TCu 380A Safe Load efektif mencegah kehamilan untuk 10 tahun.kemungkinan
terjadinya kehamilan setelah 10 tahun penggunaan adalah 2 per 100 perempuan (efektifitas
98%).

Waktu kembalinya kesuburan

Dapat langsung kembali subur begitu IUD dilepas. IUD juga tidak membuat haid terhenti.

Yang dapat menggunakan IUD Yang tidak dianjurkan menggunakan


IUD

Hampir semua perempuan,termasuk Memiliki kanker rahim


perempuan dengan kategori:
Riwayat perdarahan vaginal yang tidak
Menyusui diketahui penyebabnya

Baru mengalami keguguran Memiliki risiko tinggi terkena IMS

Cocok untuk semua kalangan umur Perdarahan haid yang berat

Perempuan yang aktif dan bekerja

Pernah mengalami kehamilan ektopik

Waktu pemasangan IUD

 IUD dapat dipasang kapan saja selama dapat dipastikanbahwa akseptor tidak sedang
hamil.
 IUD juga dapat dipasang 48 jam setelah melahirkan (memerlukan penyedia layanan yang
terlatih untuk tekhnik postpartum insertion)
 Apabila melebihi 48 jam post partum, tunda pemasangan hingga minggu ke-4.
Yang perlu diperhatikan

Efek samping umum /Tanda awal pemasangan IUD

1. Perubahan pola haid


2. Spotting
3. Peningkatan rasa kram dan nyeri pada saat haid

24
Disarankan kontrol 3-6 minggu setelah pemasangan

Manfaat lain

 Cukup pemeriksaan rutin minimal 1 tahun sekali


 Membantu mencegah kanker endometrial
 Hubungan intim dengan pasangan lebih natural
 Tidak ada efek kontrasepsi hormonal
IUD Cu 375 Sleek

Alat kontrasepsi non hormonal yang terbuat dari bahan polyethylene. Sangat praktis dengan
ukuran plastic vertical hanya 2.8 cm. jenis lain dari IUD berbentuk seperti tapal kuda. Bekerja
untuk mencegah pertemuan sperma dengan sel telur, ion yang dilepaskan oleh tembaga juga
membuat kondisi rahim tidak siap untuk pembuahan. Memiliki struktur anatomi mini, jauh lebih
kecil dari IUD TCu 380A safe load.9

Aman

 Lebih steril karena lengan IUD tidak perlu ditekuk sehingga mencegah kemungkinan
infeksi
 Tidak ada pengaruh hormone dalam tubuh
 Sekali pasang efektif selama 5 tahun
Efektifitas

Kemungkinan terjadinya kehamilan adalah kurang dari 1 per 100 perempuan yang
menggunakan IUD, atausekitar 6-8 per 1.000 perempuan (efektifitas 99,2%-99,4%)

Efektif mencegah kehamilan untuk 5 tahun.kemungkinan terjadinya kehamilan setelah 10


tahun penggunaan adalah 2 per 100 perempuan (efektifitas 98%).

Waktu kembalinya kesuburan

Dapat langsung kembali subur begitu IUD dilepas. IUD juga tidak membuat haid terhenti.

25
I. Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP)
Metode operatif wanita (MOW), dan Metode Operatif Pria (MOP), termasuk ke dalam
golongan kontrasepsi mantap. Metode operatif wanita (MOW) disebut juga dengan tubektomi
merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bersifat permanen bagi seorang wanita bila tidak
ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopii. Oklusi tuba dilakukan dengan cara
mengikat, memotong, atau memasang cincin di tuba falopii, sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum.1

Metode Operatif Pria (MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan cara mengoklusi vas defferens, sehingga jalur transportasi spermatozoa terhambat,
dan proses fertilisasi tidak terjadi. Kedua metode ini dilakukan dengan prosedur operasi.1

Keuntungan MOW dan MOP

Keuntungan Metode Operatif Wanita (MOW) antara lain:

1. Efektif
MOW sangat efektif dengan angka kegagalan yang sangat rendah, yaitu hanya 0,5 kehamilan per
100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan.

2. Efek samping rendah


3. Tidak mempengaruhi produksi asi
4. Tidak ada perubahan fungsi seksual
5. Tidak memerlukan kepatuhan akseptor (Hartanto,2004)
Metode Operatif Pria (MOP) memiliki beberapa keuntungan antara lain:

1. Efektif : MOP memiliki efektifitas yang tinggi, dengan angka kegagalan 1 banding 1000
2. Efek samping jarang terjadi
3. Tidak memerlukan kepatuhan akseptor
4. Tidak mengganggu fungsi seksual(Hartanto,2004).
Kerugian Metode operatif wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP)

Pada umumnya kerugian Metode operatif wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP)
adalah metode kontrasepsi ini bersifat permanen, dalam artian kesuburan sangat sulit untuk
dikembalikan apabila suatu saat akseptor ingin memiliki anak kembali. Oleh karena itu, metode

26
ini hanya dilakukan terutama pada pasangan yang telah memiliki anak, dan tidak menginginkan
anak lagi. Kerugian lainnya metode ini perlu dilakukan dengan tindakan operatif, dan harus
dilakukan di tempat yang memiliki fasilitas yang lengkap dan tenaga kerja yang terlatih. Selain
itu biaya untuk metode ini cenderung lebih mahal dari metode lainnya. Pada perempuan yang
melakukan prosedur MOW efek samping lainnya yaitu nyeri bekas luka operasi, infeksi pada
luka oprasi, dan apabila terjadi kehamilan maka kehamilan yang terjadi berupa kehamilan
ektopik. Pada pria dapat terjadi komplikasi akibat prosedur operatif. Akseptor MOP harus
menggunakan kontraepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur atau kurang lebih 20 kali
ejakulasi.1

KontraindikasiMOW:

1. Kehamilan
2. PID
3. Penyakit jantung
4. Hipertensi
5. DM
6. Tumor pelvis
7. Penyakit perdarahan
8. Anemia berat/ pasien dengan anemia
9. Tidak dianjurkan untuk orang yang tidak stabil secara perkawinan, psikologis dan
seksual1
Kontraindikasi MOP

1. Infeksi pada kulit lokal disekitar tempat pembedahan


2. Infeksi traktus genitalis
3. Kelainan pada scrotum dan sekitarnya: varicocele, hydrocele, filariasis, hernia inguinalis
dan scrotum yang sangat tebal.
4. Tidak dianjurkan untuk orang yang tidak stabil secara perkawinan, psikologis dan
seksual1

27
2.4 Program KB

2.4.1 Sasaran Program KB11,12

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program
KB Nasional.

2.4.2 Ruang Lingkup KB

Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja;


Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil
berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur;
Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan; Peningkatan pengawasan dan
akuntabilitas aparatur negara.12

2.4.3 Strategi Program KB

Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:11,12

1. Strategi dasar
2. Strategi operasional

28
1. Strategi dasar

 Meneguhkan kembali program di daerah


 Menjamin kesinambungan program

2. Strategi operasional

 Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional


 Peningkatan kualitas dan prioritas program
 Penggalangan dan pemantapan komitmen
 Dukungan regulasi dan kebijakan
 Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

2.4.4 Dampak Program KB

Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu
dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga;
Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem
pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.12

2.5 Maternal Mortality Ratio

2.5.1 Pengertian

Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2015


menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir
dengan kematian sang ibu. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut – 305/100.000
kelahiran hidup – mendorong pemerintah untuk melakukan intervensi struktural; salah satunya
adalah dengan mencantumkan target penurunan AKI ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019. Dalam RPJMN 2014-2019, pemerintah menargetkan
penurunan AKI dari 205/100.000 kelahiran menjadi 276/100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi,
menurut Direktur Promosi Kesehatan Kemenkes Eni Gustina, menurunkan AKI bukanlah
perkara yang mudah.13

29
World Health Organization (WHO) memiliki beberapa istilah berbeda terkait dengan
AKI. Istilah pertama adalah maternal death – atau kematian ibu, yang didefinisikan sebagai
“kematian yang terjadi saat kehamilan, atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan, tanpa
memperhitungkan durasi dan tempat kehamilan, yang disebabkan atau diperparah oleh
kehamilan atau pengelolaan kehamilan tersebut, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau
kebetulan”.2 Konsep maternal death ini berbeda dengan konsep maternal mortality ratio, atau
yang lebih dikenal sebagai Angka Kematian Ibu (AKI), jika mengacu pada definisi Badan Pusat
Statistik (BPS). Baik BPS maupun WHO mendefinisikan maternal mortality ratio/AKI sebagai
angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.14
Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan
pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian
ibu – sekitar 75% dari total kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah
tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman.15 Untuk kasus
Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014)
penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3% pada tahun 2013)
dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai penyebab
kematian ibu di atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan perawatan medis yang
tepat.13

2.5.2 Safe Motherhood Initiative dan Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Tingginya angka kasus kematian ibu sebenarnya bukanlah masalah yang terbilang baru.
Upaya penanganan kasus kematian ibu merupakan diskursus level global yang telah
diperbincangkan sejak abad ke 17. Dalam penelitiannya yang berjudul “Death in Childbed from
the Eighteent Century to 1935,” Loudon menjelaskan bahwa catatan-catatan terkait kasus
kematian ibu mulai muncul pada awal abad ke-17, seiring dengan berkembangnya praktik
kebidanan di masyarakat Inggris.16 Akan tetapi, komitmen masyarakat global terkait penanganan
kasus kematian ibu agaknya baru hadir di akhir abad ke-20. Pada tahun 1987, kekhawatiran
terkait dampak dari tingginya kasus kematian ibu mendorong WHO dan organisasi-organisasi
internasional lain untuk melahirkan The Safe Motherhood Initiative.17
Konsep safe motherhood sendiri mencakup serangkaian upaya, praktik, protokol, dan
panduan pemberian pelayanan yang didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan
30
ginekologis, layanan keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum yang
berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan sang ibu, janin, dan anak agar
tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca-melahirkan. Mengacu pada modul yang
disusun oleh The Health Policy Project (2003), konsep safe motherhood sendiri memiliki enam
pilar utama, yaitu:18

1. Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki akses
terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk merencanakan waktu, jumlah,
dan jarak kehamilan.
2. Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan bahwa segala
bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani dengan baik.
3. Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses
persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk mendukung
persalinan yang aman; serta menjamin ketersediaan perawatan darurat bagi perempuan yang
membutuhkan, terkait kasus-kasus kehamilan berisiko dan komplikasi kehamilan.
4. Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan kepada
ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan keluarga berencana, serta
mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan anak.
5. Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa komplikasi
aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas tentang permasalahan
kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta memberikan layanan keluarga
berencana jika dibutuhkan.
6. Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi; menghitung risiko infeksi di
masa yang akan datang; menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS untuk
mendorong upaya pencegahan; dan – jika memungkinkan – memperluas upaya kontrol pada
kasus-kasus transmisi IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.

The Safe Motherhood Initiative inilah yang kemudian digunakan sebagai basis Program
Gerakan Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai Program GSI. Program Gerakan Sayang

31
Ibu merupakan sebuah “gerakan” untuk mengembangkan kualitas perempuan – utamanya
melalui percepatan penurunan angka kematian ibu – yang dilaksanakan bersama-sama oleh
pemerintah dan masyarakat.19 Tujuan utama dari Program GSI adalah peningkatan kesadaran
masyarakat, yang kemudian berdampak pada keterlibatan mereka secara aktif dalam program-
program penurunan AKI; seperti menghimpun dana bantuan persalinan melalui Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), pemetaan ibu hamil dan penugasan donor darah pendamping, serta
penyediaan ambulan desa.19 Berbeda dengan The Safe Motherhood Initiative yang terkesan
sangat struktural, program GSI justru menekankan keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya-
upaya untuk menurunkan AKI.

32
BAB III

DATA HASIL KB DI KECAMATAN PESANGGRAHAN

LAPORAN KELUARGA BERENCANA BULAN JANUARI 2019

KELUARGA BERENCANA

No Jumlah

1 Pelayanan Keluarga Berencana

a. Akseptor KB Aktif 34323

b. Akseptor KB pasca persalinan 36

c. PUS 4T BerKB 29

d. Akseptor KB yang mengalami Komplikasi 0

e. Akseptor KB yang mengalami Kegagalan 0

f. Akseptor KB yang drop out 0

2 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Cara Modern

a. Akseptor KB (kondom) 2318

b. Akseptor KB (Pil) 4616

c. Akseptor KB (Suntik) 22379

d. Akseptor KB (AKDR) 3464

e. Akseptor KB (Implan) 1296

f. Akseptor KB (MOW) 188

g. Akseptor KB (MOP) 62

Jumlah Peserta KB Pasca Persalinan Menurut Metode Kontrasepsi Cara


3 Modern

a. Akseptor KB (kondom) 0

33
b. Akseptor KB (Pil) 0

c. Akseptor KB (Suntik) 26

d. Akseptor KB (AKDR) 10

e. Akseptor KB (Implan) 0

f. Akseptor KB (MOW) 0

g. Akseptor KB (MOP) 0

LAPORAN KELUARGA BERENCANA BULAN FEBRUARI 2019

KELUARGA BERENCANA

No Jumlah

1 Pelayanan Keluarga Berencana

a. Akseptor KB Aktif 34570

b. Akseptor KB pasca persalinan 66

c. PUS 4T BerKB 12

d. Akseptor KB yang mengalami Komplikasi 0

e. Akseptor KB yang mengalami Kegagalan 0

f. Akseptor KB yang drop out 0

Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Cara


2 Modern

a. Akseptor KB (kondom) 2341

b. Akseptor KB (Pil) 4659

c. Akseptor KB (Suntik) 22506

d. Akseptor KB (AKDR) 3509

e. Akseptor KB (Implan) 1305

f. Akseptor KB (MOW) 188

34
g. Akseptor KB (MOP) 62

Jumlah Peserta KB Pasca Persalinan Menurut Metode Kontrasepsi


3 Cara Modern

a. Akseptor KB (kondom) 2

b. Akseptor KB (Pil) 12

c. Akseptor KB (Suntik) 30

d. Akseptor KB (AKDR) 20

e. Akseptor KB (Implan) 2

f. Akseptor KB (MOW) 0

g. Akseptor KB (MOP) 0

LAPORAN KELUARGA BERENCANA BULAN MARET 2019

KELUARGA BERENCANA

No Jumlah

1 Pelayanan Keluarga Berencana

a. Akseptor KB Aktif 34700

b. Akseptor KB pasca persalinan 63

c. PUS 4T BerKB 17

d. Akseptor KB yang mengalami Komplikasi 0

e. Akseptor KB yang mengalami Kegagalan 0

f. Akseptor KB yang drop out 0

Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Cara


2 Modern

a. Akseptor KB (kondom) 2350

b. Akseptor KB (Pil) 4699

35
c. Akseptor KB (Suntik) 22610

d. Akseptor KB (AKDR) 3535

e. Akseptor KB (Implan) 1305

f. Akseptor KB (MOW) 188

g. Akseptor KB (MOP) 13

Jumlah Peserta KB Pasca Persalinan Menurut Metode Kontrasepsi


3 Cara Modern

a. Akseptor KB (kondom) 0

b. Akseptor KB (Pil) 17

c. Akseptor KB (Suntik) 33

d. Akseptor KB (AKDR) 13

e. Akseptor KB (Implan) 0

f. Akseptor KB (MOW) 0

g. Akseptor KB (MOP) 0

36
Pemantauan wilayah setempat keluarga berencana puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Bulan Januari 2019

37
Bulan Februari 2019

Bulan Maret 2019

38
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggran, usaha palayanan keluarga


berencana yang sudah dilakukan adalah:

1. Kegiatan dalam gedung berupa konseling dan pemasangan alat kotrasepsi


2. Kegiatan luar gedung berupa sosisalisasi dan pelayanan keliling keluaraga berencana

Pencapaian yang didapat dari program yang sudah berjalan pada tahun 2018 adalah
90,1% pada Kecamatan Pesanggrahan dan Kelurahan Petukangan Utara, 109% pada Kelurahan
Petukangan Selatan, 96,7% pada Kelurahan Ulujami 98,1% pada Kelurahan Pesanggrahan,
71,4% pada Kelurahan Bintaro. Sedangkan pada tahun 2019 pencapaian hingga bulan Maret
mencapai 90.2% yang sedang aktif mengikuti pelayanan keluarga berencana.

Target sasaran untuk program KB di wilayah kerja Kecamatan Pesanggrahan adalah 100%.
Kesenjangan antara pencapaian dan target yang sudah di tentukan adalah 9,8%. Ini disebabkan
oleh:

1. Kurangnya minat dari pasangan usia subur untuk konseling keluarga berencana.
2. Masih ada persepsi yang kurang tepat dari pasangan usia subur mengenai penggunaan
kontrasepsi.
3. Kurangnya pengetahuan kader tentang keluarga berencana
4. Sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan kontrasepsi kurang.
5. Belum dilakukan home visit untuk meningkatkan pengetahuan keluarga berencana.

39
BAB V

KESIMPULAN

Family planning atau Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur
interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga.

Keluarga Berencana (KB) sangat berkaitan dengan penurunan Angka Kematian


Ibu (AKI). Saat ini rata-rata cakupan KB nasional masih di angka 60 persen. AKI adalah
kematian ibu selama hamil, melahirkan dan masa nifas. Dari peta global, AKI di Indonesia masih
tinggi, setara dengan negara-negara miskin seperti Bangladesh, India, Pakistan dan
lainnya.Tahun 2017, AKI masih sekitar 259-305 per 100.000 kelahiran, jauh dari target 102 per
100.000 kelahiran. Perilaku reproduksi menjadi penyumbang AKI dalam hal ini 4T: hamil terlalu
banyak, terlalu rapat, terlalu muda, dan terlalu tua. Survei Demografi dan Kependudukan 2012
menunjukkan, sekitar 32,5 persen AKI terjadi akibat melahirkan terlalu tua dan terlalu muda, dan
sekitar 34 persen akibat kehamilan karena terlalu banyak (lebih dari 3 anak).

Tujuan keluarga berencana menurut BKKBN (2012) adalah :

3. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan
bangsa pada umumnya.
4. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran
sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan
reproduksi.

40
Macam – macam Alat Kontrasepsi

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartanto H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,


2010: 36-38, 42-45,96-100, 46-57.
2. Julianto A, Biran S. Kontrasepsi. 20 November 2007. diakses tanggal 18 April 2019
dari http://bintangmawar.net/forum/come_inside.php?s=1a2db39cae8188.
3. Mochtar R. Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam : Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC, 1998: 236,250-251,255-256,268-274.
4. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham
FG, Contraception and Sterilization, In: Williams Gynecology, 1st edition. Dallas: The
McGraw Hill Companies, Inc, 2008: 252-62.
5. Glaiser A, Contraception, In: Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology, 7th
edition, Edmonds DK, ed. London: Blackwell Publishing, 2007: 299-309.
6. Bloom SL, Hauth JC, Contraception, In: Williams Obstetrics, 23rd edition,
Cunningham FG, Leveno KJ, ed. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, Inc,
2011: 356-60.
7. Hansen LB. Oral Contraceptives: An Update on Health Benefits and Risks: Progestin-
Only Minipill, J Am Pharm Assoc. 2009; 41: 15-16.
8. Speroff L, Darney PD, Oral Contraception, In: A Clinical Guide for Contraception,
4th edition, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2009: 121–38.
9. Rivera R, Yacobson I, Grimes D. The mechanism of action of hormonal
contraceptives and intrauterine contraceptive devices. Am J Obstet Gynecol. 1999;
181: 1263–69.
10. Cibula D, Gompel A, Mueck AO, La Vecchia C, Hannaford PC, Skouby SO, et al.
Hormonal contraception and risk of cancer. Human Reproduction Update. 2010; 16:
630-32.
11. Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.
BKKBN, 1999. Kependudukan KB dan KIA. Bandung, Balai Litbang.

42
12. NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
www. bkkbn.go.id
13. PKBI. Kematian Ibu dan Upaya – upaya Penanggulangannya. Diakses pada tanggal
24 April 2019 di https://pkbi.or.id/kematian-ibu-dan-upaya-upaya-
penanggulangannya/.
14. WHO. (2004). Maternal Mortality Ratio. Diakses pada tanggal 24 April 2019 di
http://www.who.int/healthinfo/statistics/indmaternalmortality/en/.
15. WHO. (2014). Maternal Mortality. Diakses pada tanggal 24 April 2019 di
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/.
16. Loudon. (1986). Death in Childbed from the Eighteent Century to 1935. Medical
History, 30(1), 1-41.
17. Women & Children First. (2015). What is the Safe Motherhood Initiative. Diakses
pada tanggal 24 April 2019 di https://www.womenandchildrenfirst.org.uk/our-
work/how-we-do-it/34-maternal-mortality/264-what-is-the-safe-motherhood-
initiative.
18. Policy Project. (2003). The Six Pillars of Safe Motherhood. Diakses pada tanggal 24
April 2019 di
http://www.policyproject.com/pubs/advocacy/MaternalHealth/AM_MH_16Sec3-
2.pdf.
19. Priyadi dkk. (2013). Pengaktifan Gerakan Sayang Ibu (GSI). Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, 2(1), 5-8.

43

Anda mungkin juga menyukai