Anda di halaman 1dari 37

GANGGUAN SALURAN

PERNAFASAN PADA
KEHAMILAN
dr. Anisya Ulfah Hanum, MKes
PENDAHULUAN
• Pada kehamilan terjadi perubahan fungsi dan anatomi tubuh termasuk
saluran pernapasan
• Perubahan fungsi dan fisiologi paru sebagai adaptasi terhadap kebutuhan
oksigen yang meningkat serta perubahan anatomik
• Perubahan anatomik :
a. Tinggi diagfragma naik 4 cm
b. Diameter transversal dada bertambah 2 cm
c. Sudut subcosta meningkat 35°
d. Perubahan hormonal mempengaruhi sal pernapasan atas & mukosa sal
napas, shg terjadi hiperemia, edema mukosa, hipersekresi, & peningkatan
sensitivitas mukosa
• Perubahan fisiologi :
a. Kapasitas vital meningkat 100 – 200 ml
(Jml udara maksimal yg dpt di ekspirasi sesudah ekspirasi maksimal)
b. Kapasitas inspirasi meningkat 300 ml di akhir kehamilan
(Jml udara maksimal yg dpt di inspirasi sesudah ekspirasi maksimal)
c. Vol cadangan ekspirasi menurun dr 1.300 ml mjd 1.100 ml
(Jml udara yg dpt di ekspirasi scr paksa sesudah ekspirasi volume tidal)
d. Vol residu menurun dr 1.500 ml mjd 1.200 ml
(Vol udara yg tersisa dlm paru setelah ekspirasi maksimal)
e. Kapasitas residu fungsional menurun sekitar 500 ml ( jml cadangan ekspirasi
+ jml vol residu)
(Vol udara yg tertinggal dlm paru sesudah ekspirasi volume tidal)
f. Vol tidal meningkat dr 500 ml mjd 700 ml
(Jml udara di inspirasi/ekspirasi setiap kali bernafas)
g. Ventilasi permenit meningkat 40 % ( dr 7,5 L/mnt mjd 10,5 L/mnt)
(Jml udara maksimal yg dpt dimasukkan ke dlm paru paru sesudah inspirasi
maksimal)
SALURAN PERNAFASAN

Saluran pernafasan ada 2 :


1. Saluran pernafasan atas
Nasal, kavitas nasalis, faring, laring dan trakea bagian atas.
2. Saluran pernafasan bawah
Trakea bagian bawah dan paru – paru itu sendiri termasuk br
onchial dan alveoli.
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS
• Infeksi saluran pernapasan atas jenisnya antara lain rhinitias, sinusit
is, faringitis, & trakhea laringitis
• Penyebabnya antara lain adalah virus rinovirus, influenza, para-infl
uenza
• Gejala :
a. Kongesti nasal
b. Lendir
c. Nyeri tenggorokan
d. Batuk kering/berdahak
e. Sakit kepala
f. Demam
• Peningkatan vaskularisasi membran mukosa mengakibatkan sekresi mukus
yg lebih banyak pada kehamilan & sering memicu infeksi hidung maupun
tenggorokan
• Tidak ada dampak yg serius pada infeksi saluran pernapasan atas terhadap
kehamilan
• Pengobatan dapat diberikan terapi bersifat simptomatis dengan antibiotika yg
sama dengan perempuan tidak hamil
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN BAWAH

• Infeksi saluran pernapasan bawah dibagi menjadi :


1. Akut : bronkhitis, pneumonia
2. Kronis : tuberkulosis
BRONKHITIS AKUT

• Biasanya disebabkan oleh virus, atau bakteri streptokokus maupu


n hemofilus
• Diagnosa ditegakkan dg adanya batuk yg produktif tanpa disertai
demam
• Dapat disertai dengan gejala seperti pd infeksi saluran pernapasan
atas
• Penderita hrs banyak istirahat baring, minum yg banyak, & mnm
bronkhodilator (salbutamol)
• Bila ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik amoxicillin atau
eritrimicin
Paru Normal Paru Bronkhitis
PNEUMONIA

• Merupakan infeksi saluran pernapasan bawah yg melibatkan alve


olus & bronkhiolus
• Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit at
au aspirasi kimia
• Kehamilan bukan merupakan faktor predisposisi terjadinya pneu
moni
a. Pneumonia Bakteri
• Diagnosis
 Klinis : batuk, dispnea, dahak, & nyeri dada pleuritik
 Gejala ringan seperti malaise, influenza & lekositosis ringan
 Bumil dicurigai pneumonia hrs Rö utk tegakkan diagnosis

• Luaran kehamilan
 Mortalitas bumil dengan pneumonia menurun sejak penggun
aan antibiotika yg adekuat
 Tetapi kematian tetap tdk dpt dihindari
 Beberapa kasus memerlukan tindakan intubasi
 Diperlukan diagnosa dini, terapi efektif & pengawasan ketat

• Pengobatan
 Semua kasus kehamilan dengan pneumonia harus dirawat inap
 Antibiotika eritromisin intravena/per oral dapat diberikan bila tan
pa disertai komplikasi akibat pneumokokus/mikoplasma/klamidia
 Bila ada komplikai dr tsb dapat ditambahkan sefotaksim / sefriaks
on
 Perbaikan klinis biasanya terjadi dalam 42 – 72 jam

• Pencegahan
 Vaksinasi thd pneumonia dapat memberikan proteksi 60 – 70%
thd 23 tipe
 Vaksinasi dapat menurunkan resistensi obat thd pneumonia
 Vaksinasi dapat diberikan pada ibu hamil yg sehat
b. Pneumonia Influenza
• Diagnosis
 Disebabkan oleh virus influenza, disebarkan mll droplet
 Infeksi ini mempunyai prognosis yg lebih buruk
 Pneumonitis influenza primer memberikan gejala yg lebuh berat
seperti banyak dahak & gambaran infiltrat intertsisial
• Terapi
 Suportif dg antipiretik & istirahat seperti pd influenza tanpa kom
plikasi
 Pemberian neuroaminidase (anti virus) aman diberikan pd ibu h
amil
• Pencegahan
 Vaksinasi influenza direkomendasikan pd semua ibu hamil sa
at musim influenza, tanpa memandang usia kehamilan
 Tidak ada efek teratogenik vaksin influenza inaktif
EDEMA PARU

• Etiologi
 Kebanyakan disebabkan olah overhidrasi, gagal jantung, preeklam
sia dan syok septik
 Terjadi penurunan tekanan koloid osmotik pembuluh dan penin
gkatan permeabilitas pembuluh darah

• Diagnosis
 Gejala klinis dispnea (sesak), membutuhkan usaha berlebihan utk
bernafas
 Rales seluruh lapangan paru
• Penanganan
 Perawatan intensif, posisi setengah duduk, O2 ↑↑, keseim
bangan & cairan
 Diperlukan obat diuretik

• Prognosis
 Mortalitas 50% akibat kerusakan multiorgan
TUBERKULOSIS

• Etiologi
 Disebabkan oleh inhalasi mycobakterium tuberkulosis
 Infeksi bersifat laten
 Menjadi aktif bila status imunologik menurun

• Diagnosis
 Gejala klinis batuk, dahak sedikit, hemoptisis, subfebris, penurun
an BB, pd rontgen terdapat gambaran infiltrat, cavitas
 Pemeriksaan rontgen pd kehamilan hrs memakai pelindung tima
h pd abdomen utk mengurangi efek radiasi
• Luaran kehamilan
 Kehamilan tdk berpengaruh thd penyakit TBC
 Resiko kehamilan dg tbc adl prematuritas, IUGR, BBLR, IUFD
 Infeksi TBC dapat menginfeksi placenta, shg dpt menyebabkan i
feksi pd janin yg mengakibatkan tuberkulosis kongenital
 Neonatal tuberkulosis dapat memicu infeksi kongenital lainnya
 Pada ibu yg telah mendapatkan pengobatan TBC sbl persalinan,
maka jarang terjadi neonatus tuberkulosis
• Penanganan
 Kehamilan dengan penyakit TBC bukan indikasi utk abortus
 Terapi TBC dg INH, Rifampisin, Etambutol & Pirazinamid bukan
kontraindikasi pd kehamilan
 Sedangkan Streptomisin merupakan kontraindikasi krn menyebabk
an ototoksis pd janin (gangguan pendengaran)
 Diperlukan ruang isolasi utk mencegah penularan
 Pemberian ASI bukan kontraindikasi, meski ibu minum obat TBC
 Neonatus dpt segera diberikan vaksin BCG sth mendapat profilaksi
dg INH 10 gr/kgbb/hr
 Kehamilan dg TBC dpt diobati seperti saat tidak hamil
1. Sebelum kehamilan
• Konseling ttg pengaruh hamil dengan TBC
• Penyesuaian terapi rumat
Penanganan • Pemeriksaan dini pd populasi resiko tinggi TBC
TBC Pada • Perbaikan keadaan umum
Kehamilan 2. Selama kehamilan
• TBC bukan indikasi abortus
• Pengobatan dg obat kombinasi dpt sgr dibeikan
• ANC dapat dilakukan seperti biasa
3. Saat persalinan
• Persalinan dpt dilakukan seperti biasa
• Berikan oksigen adekuat
Penanganan
• Lakukan pencegahan infeksi
TBC Pada
• Persalinan dg forcep atau vakum ekstraksi
Kehamilan
• Persalinan di ruang isolasi
4. Pasca persalinan
• Observasi 6-8 jam, dapat dipulangkan
• Perawatan neonatus dipisah dg Ibunya smp t
erlihat tanda tdk aktif lg
ASMA BRONKHIALE

• Prevalensi
 Angka prevalensi 3,4 – 4 % dr kehamilan
 Salah satu mslh yg sering dijumpai saat hamil

• Patofisiologi
 Merupakan penyakit inflamasi kronis sal pernafasan dg kompo
nen herediter mayor
 Terjadi pd individu yg terpapar rokok, atau stimulsi alergi akib
at lingkungan
 Respon inflamasi yg meningkat menyebabkan obtruksi reversibel
akibat kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus & edem
a mukosa
 Respon inflamasi ini distimulasi oleh adanya iritan, infeksi virus,
udara dingin maupun OR
• Gejala klinis
 Gejala klinis bervariasi dr wheezing ringan smp bronkokonstri
ksi berat
 Serangan ringan
a. Hipoksia terkompensasi hiperventilasi (PCO2 )
b. Alkalosis respirasi
 Serangan berat
a. Kelelahan shg tjd retensi CO2 akibat hiperventilasi (PCO2
normal)
b. Gagal napas mengakibatkan asidosis, hiperkapnea, napas d
lm, sianosis, ekspirasi memanjang, gangguan kesadaran
 Keadaan tersebut bersifat reversibel & dapat ditoleransi
 Namun bila pada kehamilan akan sangat berbahaya krn adanya pe
nurunan kapasitas residu (volume gas yang tersisa dalam paru pad
a saat akhir expirasi normal tanpa paksaan)
 Pemeriksaan analisa gas darah adl penilaian objektif maternal vent
ilasi & keseimbangan asam basa
• Pengaruh kehamilan terhadap asma
 Tidak ada pengaruh kehamilan thd asma atau pengaruh asma thd keha
milan
 Ada hub antara asma sblm & morbiditasnya saat hamil
 Makin barat asma yg diderita maka makin tinggi resiko serangan asma s
aat hamil
 Persalinan SC pada penderita asma akan meningkatkan serangan asma
dibanding dg persalinan pervaginam
• Luaran Kehamilan

 Komplikasi dpt tjd (preeklamsia, IUGR, prematuritas) & sa


ngat dipengaruhi dengan derajat asma
 Status asmatikus dapat menyebabkan gagal nafas, pneumoth
oraks, pneumomediastinum, kor pulmonale akut, dan aritm
ia jantung
 Pd asma berat, hipoksia janin terjadi sblm hipoksia maternal
 Hal ini dpt menyababkan gawat janin akibat penurunan sirk
ulasi uteroplasenter & venous return maternal
 Obat anti asma yg sering diberikan tidak memiliki efek sam
ping teratogenik
• Penanganan asma
 Penanganan asma harus mencakup :
1. Penilaian objektif fungsi paru & kesejahteraan janin
2. Menghindari faktor pencetus
3. Terapi farmakologi
4. Edukasi pasien
1. Sebelum kehamilan
• Konseling ttg pengaruh hamil dengan asma
• Penyesuaian terapi rumatan
Penanganan
• Hindari faktor pencetus/alergen
Asma Pada
• Rujukan dini pemeriksaan antenatal
Kehamilan
2. Selama kehamilan
• Penyesuaian terapi utk mengatasi gejala
• Terapi pencegah serangan & bila serangan
• Sebaiknya obat inhalasi
• Pemeriksaan fungsi paru
• Konsul anestesi sbg persiapan persalinan
3. Saat persalinan
• Pemeriksaan fungsi paru saat msk RS
• Pemberian oksigen adekuat
Penanganan
• Kortikosterid
Asma Pada
• Sebaiknya gunakan anestesi regional
Kehamilan
4. Pasca persalinan
• Fisioterapi utk pengeluaran dahak
• Juga mencegah atelektasis
• Pemberian ASI bukan kontraindikasi meski
minum obat asma

Anda mungkin juga menyukai