Anda di halaman 1dari 6

Kesulitan download?

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/makalah-pneumonia-dalam-kehamilan.html

PNEUMONIA DALAM KEHAMILAN

A. Pneumonia dalam Kehamilan


Pada pasien hamil, pneumonia merupakan penyebab tersering sering infeksi berat
non-obstetri. Pneumonia pada kehamilan dikhawatirkan lebih sering terjadi terkait akan
perubahan fisiologis dan imunologis yang dialami ibu saat kehamilan yang dapat
membahayakan kemampuaan tubuh ibu dalam merespon infeksi. Selain itu, penyakit ini
menjadi lebih sulit diobati dalam keadaan hamil dan dikhawatirkan berdampak pada
kesehatan janin.
Pneumonia bisa disebabkan oleh kuman, seperti haemophilus influenza,
mycoplasma pneumoniae, dan streptococcuss pneumoniae. Penularan infeksi ini terjadi
melalui batuk dan cairan dahak (droplet) yang dikeluarkan oleh seorang penderita
pneumonia.
Bumil yang merokok, memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, menderita
anemia, asma, atau penyakit kronis memiliki kemungkinan lebih besar mengalami
pneumonia.
Salah satu keluhan yang sering dirasakan penderita pneumonia adalah batuk dan
sesak napas. Selain itu, pneumonia saat hamil ditandai dengan gejala berupa kelelahan,
sakit kepala, nyeri dada, demam tinggi (suhu mencapai 40°C), berkeringat, dan muntah.
Jika Bumil mengalami beberapa gejala di atas, segera periksakan kondisi kesehatan
ke dokter kandungan, agar bisa diketahui penyebab pastinya dan diberikan penanganan
yang tepat. Penanganan yang tepat dapat mengurangi risiko  komplikasi kehamilan,
seperti keguguran, gangguan pernapasan, bayi lahir prematur, dan bayi lahir dengan berat
badan rendah.
Untuk mengetahui secara tepat penyakit yang Bumil derita, setelah dilakukan tanya
jawab dan pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan pendukung, seperti
pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel dahak, pemeriksaan darah, dan
rontgen paru.
Setelah kondisi pneumonia diketahui, dokter akan memberikan penanganan berupa
pemberian obat dan tindakan lain untuk mengatasi pneumonia yang Bumil alami. Selain
itu, ibu hamil yang mengalami pneumonia perlu memperbanyak istirahat dan mencukupi
kebutuhan cairan.
Perubahan dalam imunitas seluler telah dilaporkan secara luas dan ditujukan
terutama melindungi janin dari ibu. Perubahan ini termasuk penurunan respon limfosit
proliferatif, terutama pada trimester kedua dan ketiga, penurunan aktivitas sel Natural
Killer, perubahan populasi sel T dengan penurunan jumlah peredaran sel T helper,dan
pengurangan aktivitas limfosit sitotoksik. Selain itu, hormon yang lazim selama
kehamilan termasuk progesteron, Human chorionic gonadotropin, alpha-fetoprotein dan
kortisol-dapat menghambat cell mediated immune function. Perubahan ini secara teoritis
dapat meningkatkan risiko infeksi, khususnya oleh virus dan jamur patogen.
Secara anatomis, rahim yang membesar menyebabkan kenaikan diafragma hingga 4
cm. Kenaikan 2,1 cm diameter transversal dada dan peningkatan cm 5-7 diameter rongga
thoraks telah dilaporkan. Perubahan ini dapat mengurangi kemampuan ibu dalam
membersihkan sekresi. Penurunan kapasitas residu fungsional, peningkatan konsumsi
oksigen, dan peningkatan cairan paru-paru yang terjadi selama kehamilan menambah
kerentanan paru-paru dalam mengalami infeksi. Intervensi kebidanan dan anestesi,
termasuk intubasi endotrakeal, menimbulkan risiko yang terhadap pneumonia aspirasi.

B. Penyebab maternal pneumonia saat hamil


Infeksi jamur dan bakteri menjadi penyebab mengapa kondisi ini rentan terjadi pada
ibu hamil. Berikut penyebab lain yang harus diwaspadai:
1. Cacar air atau varicella
2. Influenza
3. Sindrom gangguan pernapasan
4. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
C. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko seorang ibu mengalami pneumonia selama kehamilan antara
lain :
1. Anemia
2. Riwayat Asma
3. Penggunaan kortikosteroid selama kehamilan
4. Penggunaan tokolitik agen untuk menginduksi persalinan

D. Pengaruh Terhadap janin


Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa 43% ibu hamil yang menderita
pneumonia lebih cenderung melahirkan sebelum minggu ke-34 atau melahirkan janin
prematur. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi prostaglandin atau respon inflamasi
penjamu terhadap infeksi.
Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan pneumonia cenderung memiliki berat
badan lahir yang lebih rendah. Satu penelitian menemukan selisih 150 g berat bayi yang
lahir dari ibu dengan pneumonia dibandingkan dengan ibu hamil normal. Demikian pula,
frekuensi berat badan lahir rendah bayi (2500 g atau kurang) lebih tinggi pada kasus
dibandingkan pada kontrol (16% dan 8%). Tidak bukti kejadian adanya perbedaan dalam
kematian perinatal berdasarkan studi yang dilakukan dalam dua dekade terakhir.
Ketika terindikasi pneumonia, ibu akan merasakan gejala, seperti sesak napas,
badan yang terasa panas dingin, batuk yang semakin memburuk, lelah berlebihan,
demam, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit di seluruh tubuh, tidak nafsu
makan, dan napas yang semakin memburu. Waspada, karena gejala ini mirip dengan
indikasi penyakit lainnya. Jadi, apabila ibu sedang hamil dan mengalaminya, segera
periksakan diri ke dokter. 
Oleh karena terjadi sesak napas, tentunya akan terjadi pula penurunan asupan
oksigen yang beredar ke seluruh tubuh. Pastinya, kondisi ini pun sangat berpengaruh
terhadap janin. Dalam kondisi pneumonia yang cukup parah, komplikasi yang mungkin
terjadi adalah bayi akan lahir sebelum waktunya alias prematur, ibu akan mengalami
keguguran, gagal napas dan bayi lahir dengan berat badan rendah. 
Selain itu, aliran darah pun bisa turut terkena dampaknya apabila infeksi pada paru-
paru sudah menyebar luas. Untungnya, meski ibu hamil dengan pneumonia akan
mengalami batuk yang sulit sembuh, kondisi ini tidak menghadirkan dampak serius bagi
janin. Ini disebabkan karena cairan ketuban yang berperan sebagai pelindung bayi dari
getaran dan tekanan yang terjadi ketika ibu batuk atau bersin. 

E. Gejala maternal pneumonia pada ibu hamil


Batuk menjadi gejala khas pneumonia, apalagi jika terus memburuk dari hari ke
hari disertai sesak napas yang menyiksa bisa menjadi penanda pneumonia. Selain itu,
waspadai jika muncul gejala berikut ini:
1. Gejala flu biasa seperti radang tenggorokan, sakit kepala dan nyeri di sekujur tubuh
2. Kesulitan bernapas atau napas terlalu cepat
3. Kelelahan yang berlebihan
4. Nyeri di area dada
5. Demam 
6. Meriang
7. Kehilangan nafsu makan
8. Muntah
Berbeda dari batuk biasa, maternal pneumonia akan terus menerus muncul mulai
trimester awal hingga akhir kehamilan. Intensitasnya akan bertambah parah, apalagi jika
tidak mendapatkan penanganan yang dibutuhkan.

F. Diagnosis
Misdiagnosis atau keterlambatan diagnosis seing terjadi pada kehamilan. Hal ini
disebabkan gejalan seperti batuk dan sesak nafas sering diabaikan dan ditunda untuk
dikonsultasikan. Selain itu sesk nafas sering juga dianggap fisiologis selama kehamilan
akibat dari pembesaran uterus yang menekan diafragma. Karena itu, pemeriksaan rontgen
dada amat dibutuhkan untuk menunjang diagnosis.
Radiasi yang terserap selama foto rontgen posteroanterior lebih sedikit
dibandingkan selama posisi lateral.Sehingga, foto dengan posisi lateral sebaiknya tidak
dilakukan selama kehamilan dan jarang dibutuhkan. Differensial diagnosis gambaran
alveolar shadowing selama kehamilan termasuk non-cardiogenic pulmonary edema pada
preeklamsia dan eklamsia, edema pulmonal karena agen tokolitik, aspirasi pneumonitis,
dan, jarang, choriocarcinoma dengan metastase paru yang mengakibatkan sedikit atau
banyak gejala dan gambaran yang mirip pneumonia.

G. Komplikasi maternal pneumonia saat hamil


Maternal pneumonia dapat menyebabkan kinerja paru-paru menurun untuk
menyuplai oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini sebaiknya tidak disepelekan karena
dapat mengakibatkan komplikasi serius terhadap kehamilan dan janin, yaitu sebagai
berikut:
1. Level oksigen yang menurun dapat mengarah pada empyema, yakni penimbunan
cairan di sekitar paru-paru
2. Infeksi menyebar ke organ tubuh lain seperti aliran darah
3. Bayi bisa lahir dengan berat rendah
4. Gagal pernapasan atau kinerja paru pada bayi
5. Keguguran
6. Kelahiran prematur

H. Pengobatan
Pemilihan antimikroba sebagai pengobatan disesuaikan dengan antimikroba yang
diizinkan selama kehamilan. Keterbatasan dalam pilihan merupakan kesulitan dalam
menangani kasus ini. Sehingga sering kali infeksi menjadi berat akibat pengobatan yang
tidak adekuat.
Teknologi kedokteran yang canggih dapat menjadi pilihan untuk mengobati
beragam penyakit, termasuk pneumonia yang dapat membahayakan janin. Di samping itu,
Anda juga bisa menggunakan bahan alami untuk mengatasinya:
1. Madu; konsumsi campuran madu dan air hangat setiap hari dapat membantu
mengurangi gejala pneumonia yang menyiksa
2. Mengonsumsi teh dandelion membawa manfaat menguntungkan, campurkan dengan
kunyit dan madu untuk keuntungan yang maksimal
3. Bawang putih. Buatlah bumbu dapur ini dalam bentuk pasta lalu aplikasikan di area
dada untuk meredakan batuk
4. Konsumsi jahe yang diolah menjadi teh atau sup hangat yang lezat
5. Mandi uap juga bisa menjadi pilihan untuk mengatasi maternal pneumonia kala hamil.
Gunakan beberapa tetes minyak esensial dengan aroma menenangkan seperti lavender
atau eukaliptus.

I. Pencegahan
Metode utama pencegahan pneumonia adalah vaksinasi. Vaksinasi tersedia untuk
pencegahan pneumonia oleh mikroorganisme seperti influenza, pneumokokus, dan
varicella.
Rekomendasi Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) bahwa semua
wanita yang akan hamil selama musim influenza harus menerima vaksin. Vaksinasi dapat
dilakukan dengan aman pada setiap trimester kehamilan. Wanita yang sedang menyusui
tidak kontraindikasi untuk vaksinasi. Ada dua vaksin yang berbeda tersedia. Salah
satunya adalah vaksin hidup yang dilemahkan, sedangkan lainnya tidak aktif. Kedua
vaksin kontraindikasi pada orang yang memiliki hipersensitivitas anafilaksis terhadap
telur atau komponen lain dari vaksin, orang yang memiliki penyakit demam akut, dan
orang-orang yang memiliki riwayat sindrom Guillain-Barre dalam waktu 6 minggu dari
vaksinasi influenza sebelumnya. Strategi pencegahan sekunder juga harus dilaksanakan.
ini termasuk mencuci tangan, pernafasan dan isolasi kontak, dan profilaksis kontak.
Cara terbaik untuk mencegah pneumonia adalah melakukan tindakan pencegahan
dan meningkatkan daya tahan tubuh ibu hamil. Salah satunya adalah dengan rutin
melakukan olahraga. Namun, pilihlah olahraga atau latihan yang sesuai dengan
kemampuan Bumil. Bila perlu, berkonsultasilah ke dokter kandungan terlebih dahulu.
Selain itu, beberapa cara berikut bisa juga dilakukan, seperti:
1. Rajin mencuci tangan.
2. Mengonsumsi makanan bergizi.
3. Mencukupi kebutuhan tidur.
4. Menggunakan masker saat akan melakukan aktivitas luar ruangan atau bertemu
dengan banyak orang.
5. Menghindari kontak langsung dengan orang sedang sakit.
6. Melakukan vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai