Anda di halaman 1dari 8

“PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN ”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, namun setiap ibu hamil
menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya, oleh karena itu ibu hamil harus
mendapatkan pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan yang professional, yakni seorang
bidan untuk mengantisipasi resiko dan penyulit persalinan.
ANC atau pemeriksaan kehamilan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptialkan kesehatan mental dan fisik ibu hami sehingga mampu menghadapi persalinan,
nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Dalam setiap kehamilan tentu tidak selamanya aman dan sesuai dengan yang diharapkan,
kadang adakalanya ibu hamil tersebut menderita suatu penyakit sehingga berpebgaruh besar
terhadap kehamilan, persalinan, dan bahkan nifasnya. Sebenarnya tidak ada seorang pun
wanita hamil yang menginginkan kehamilannya disertai dengan penyakit, namun dilapangan
ini sering kita temui.
Dan penyakit penyerta kehamilan ini sering kali menjadi menyumbangkan angka kematian
ibu dan bahkan bayi. Ada beberapa penyakit yang dapat menyertai kehamilan, da penyakit
tersebut tidak main – main terhadap keselamatan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka kami tertarik untuk menjadi masalah ini
dalammakalh ini, adapun rumusan masalah kami dalam makalah ini adalah “Kehamilan
Dengan Penyakit Apa Yang Berbahaya Terhadap Kehamilan Tersebut”.
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum : Mengetahui penyakit – penyakit apa saja yang berbahaya untuk
kehamilan.
b. Tujuan Khusus :
• Diketahuinya defenisi dan maksud masing – masing penyakit
• Diketahuinya etiologi masing – masing penyakit
• Diketahuinya penatalaksanaan terhadap masing – masing penyakit
• Diketahuinya dampak masing – masing penyakit terhadap kehamilan
• Diketahuinya alternaif dan hal – hal yang dapat kita lakukan untuk meminimalisirdampak
negative dari penyakit yang diderita oleh ibu hamil tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Jantung
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap
perubahan- perubahan secara fisiologis. Perubahan tersebut disebabkan oleh :
1. Hipervolemia : dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28- 32
minggu
2. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim..
Dalam kehamilan :
1. Denyut jantung dan nadi : meningkat
2. Volume darah : meningkat
3. Tekanan darah : menurun sedikit
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat
menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis ). Frekuensi penyakit jantung dalam
kehamilan berkisar antara 1- 4%. Dinegara – Negara Atlantik utara 1- 3%, di Australia dan
negara Asia selatan kurang dari 1 %. Penyakit yang paling banyak dijumpai adalah penyakit
hipertensi, tirotoksikosis dan anemia.
1. Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung saat yang berbahaya bagi penderita adalah:
a. Pada kehamilan 32 – 36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya
(hipervolumia)
b. Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja
jantung yang berat
c. Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir,
sekarang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
d. Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi.
2. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :
a. Dapat terjadi abortus.
b. Prematuritas : lahir tidak cukup bulan
c. Dismaturitas, lahir cukup bulan namun dengan bertat badan lahir rendah
d. Lahir dengan apgar rendah
e. Kematian janin dalam rahim (KJDR )
Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan :
Kelas I :
• Tanpa pembatasan kegiatan
• Tanpa gejala pada kegiatan biasa
Kelas II :
• Sedikiat dibatasi kegiatannya
• Waktu istirahat tidak ada keluhan
• Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung
• Gejalanya adalah lelah, palpitasi, sesak nafas dan nyeri dada
Kelas III :
• Kegiatan fisik sangat dibatasi
• Waktu istirahat tidak ada keluhan
• Sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantung
Kelas IV :
• Waktu istirahat dapat menimbulkan keluhan infusiensi jantung apalagi kerja fisik yang tidak
berat
Kira- kira 80 % penderita adalah kelas I dan II serta kehamilan dapat meningkatkan kelas
tersebut menjadi II, III, dan IV. Factor yang dapat mempengaruhi adalah umur, anemia,
adanya aritema jantung dan hipertrofi ventrkuler dan pernah sakit jantung.
Diagnosis :
1) Anamnesis
 Pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya
 Pernah demam rematik
2) Pemeriksaan : auskultasi/ palpasi
Empat kriteria (burwel dan Metcalfe )
 Adanya bising diastolic, presistolik, atau terus-menerus
 Pembesaran jantung yang jelas.
 Adanya bising jantung yang nyaring disertai thrill
 Aritmia yang berat
3) Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
Jika wanita hamil disangka menderita penyakit jantung, yang paling baik adalah
dikonsultasikan kepada ahlinya. Keluhan dan gejala : mudah lelah, dispneu, palipitasi kordis,
nadi tidak teratur, oedema/pulmonal, sianosis.
Penanganan
a. Dalam kehamilan
 Memberikan pengertian kepad ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang
teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan merupakan hal yang penting
 Kerjasam dengan ahli penyakit dalam atau kardialog, untuk penyakit jantung harus dibina
sedini mungkin
 Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan, jika terdapat
anemia harus diobati
 Timbulnya hipertensi / hipotesi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati
 Bila terjadi keluhan yang agak berat seperti sesak nafas, infeksi saluran pernafasan dan
sianosis, penderita harus dirawat di rumah sakit untuk pengawasan dan pengobatan yang
lebih intensif
 Skema kunjungan antenatal : setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali
seminggu setelahnya
 Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah
garam dan pembatasan jumlah cairan
 Sebaiknya penderita dirawat 1 sampai 2 minggu sebelum tafsiran persalinan
 Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit :
 Kelas I : tidak memerlukan pengobatan tambahan
 Kelas II : biasanya tidak memrlukan terapi tambahan, mengurangi kerja fisik terutama
antara kehamilan 28-36 minggu
 Kelas III : memerlukan digitalisasi atau obat lainnya, sebaiknya dirawat di rumah sakit
sejak kehamilan 28-30 minggu
 Kelas IV : harus di rawat dirumah sakitdan di berikan pengobatan dan kerjasama dengan
kardiaolog
b. Dalam persalinan
Penderita kelas I dan II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin pervaginam,
namun denagn p[engawasan yang baik serta kerjasama dengan ahli penyakit dalam
 membuat daftar his: daftar nadi,pernapasan,tekanan darah di awasi dan catat setiap 15
menit dalam kala 1 dan setiap 10 menit dalam kala 2,bila ada tanda payah jantung di obati
dengan digitalis,memberikan sedilanit dosis awal 0,8mg dan di tambahkan sampai dosis 1,2 -
1,6mg IV secara perlahan. Jika per
lu,suntikan dapat di ulang 1-2 kali dalam 2 jam. Dikamar bersalin harus tersedia tabung berisi
oksigen,morfin,dan suntikan diuretikum
 kala 2 yaitu kala yang kritis bagi penderita bila tidak timbul tanda payah jantung persalinan
dapat di tunggu,di awasi dan di tolong secra spontan. dalam 20-30 menit bila janin belum
lahir kala 2 segera di perpendek dengan ekstrasi vakum dan forcep kalau di jumpai
disproporsi chepalo pelvic maka di lakukan SC dengan local /lumbal/kaudal di bawah
pengawasan beberapa ahli multi disiplin
 untuk menghilangkan rasa sakit boleh di berikan obat analgesic seperti petidin. Jangan di
berikan barbiturate/morfin bila di taksir bayi lahir dalam beberapa jam
 kala2 biasanya berjalan sepeti biasa pemberian ergometrin dengan hati-hati,biasanya
sentrometin IM aman
c. dalam paska persalinan dan nifas
 setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps yang di sebabkan darah membanjiri
tubuh ibu sehingga kerja jantung bertambah
 karena itu penderita harus tetap di awasi dan di rawat sekurang-kurangnya 2 minggu
setelah bersalinan
d. penanganan secara umum
 penderita kelas 3 dan 4 tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya
 bila hamil sedini mungkin sbortus buatan medikalis hendaknya di pertimbangkan untuk di
kerjakan
 pada kasus tertentu sangat di anjurkan untuk tidak hamil dengan tubektomi setelah
penderita afebris,tidak anemis dan sedikit keluhan
 bila tidak mau sterilisasi,di anjurkan memakai kontara sepsi. Kontrasepsi yang baik adalah
IUD
e. masa laktasi
 laktasi di perbolehkan pada wanita penyakit jantung kelas 1 dan 2 yang sanggup melkukan
kerja fisik
 laktasi dilarang pada penderita kelas 3 dan 4
Prognosis
Bagi ibu : prognosis tergantung pada beratnya penyakit,umur,dan penyulit lain.pengawasan
pengobatan,pimpinan persalinan,dan kerja sama dengan penderita serta kepatuhan dalam
menaati larangan,ikut mengikuti prognosis
bagi bayi : bila penykit jantung tidak terlalu berat,tidak begitu mempengaruhi kematian
perinatal, namun pada penyakit berat prognosis akan buruk karena terjadi gawat janin.
B. Diabetes Millitus
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain
yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya
penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien
tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering
kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
Seperti halnya penyakit kencing manis pada umumnya, pada pemeriksaan gula darah pun
ditemukan nilai yang tinggi pada kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan serta bila
dilakukan pemeriksaan kadar gula pada urine (air kencing) juga ditemukan reaksi positif.
Pemeriksaan ini dapat diulang selama proses pengobatan dengan obat antidiabetes untuk
memantau kadar gula darah.
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien diabetes gestasional antara lain dengan tetap
mengutamakan pengaturan diet diabetes, apabila kadar gula darah terlampau tinggi bisa
dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan.
Jadi usahakan pada semua penderita hamil untuk memilih pengobatan dengan pengaturan diet
bila tidak tercapai keadaan kadar gula darah yang normal baru disuntik dengan insulin. Obat
tambahan lain bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi tubuh pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam pengaturan diet wanita hamil adalah kebutuhan kalori pada
wanita hamil tidak sama dengan wanita normal sekalipun wanita hamil tersebut menderita
kencing manis. Jumlah kalori untuk diet = berat badan ideal wanita hamil x (25-30)kalori +
ekstra 200 – 300 kalori dengan perincian minimal 200 gr hidrat arang dan protein (1,5 – 2)
gr/kg BB ideal.
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Diagnosis : Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya.
Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat
pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan,
melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion. Juga terdapat riwayat
ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan
sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama
hamil.
Klasifikasi
a. Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN)
yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
b. Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yan
memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.
Komplikasi
a. Maternal : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu
b. Fetal : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian
intra uterin.
c. Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir,
hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas,
polisitemia.
Penatalaksanaan : Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa
darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain
itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan
fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila.
Ajarka pasien memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu
sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan. Obat hipoglikemik oral tidak dapat
dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI,
kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu,
total kenaikan BB sekitar 10-12 kg.
Penatalaksanaan Obstetric : Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ,
dan secara khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak
usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat
janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu
(40-42 minggu) dengan persalinan biasa.
Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun
harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi
kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38
minggu). Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan
baisanya memerlukan insulin.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka
perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu.
C. Tuberkulosis Paru
Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini,
banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-
batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, BB menurun, kadang-kadang
ada batuk darah, dan sakit di dada. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan adanya
ronkhi basal, suara caverne atau pleural effusion. Penyakit ini mungkin bentuknya aktif atau
kronik, dan mungkin pula tertutup atau terbuka.
Pada penderita yang dicurigai menderita TBC Paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan
tuberkulosa tes kulit dengan PPD (puirified protein derivate) 5u, bila hasil positif dilanjutkan
dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X,
pada penderita TBC Paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan sputum BTA untuk membuat
diagnosis secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan / uji sensitivitas. Pada janin dengan ibu
TBC Paru jarang dijumpai TBC congenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena
dirawat atau disusui ibunya.
Penatalaksanaan : Penyakit ini akan sembuh dengan baik bila pengobatan yang diberikan
dipatuhi oleh penderita, berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya
bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur. Ajarkan untuk
menutup mulut dan hidungnya bila batuk, bersin dan tertawa. Sebagian besar obat anti TBC
aman untuk wanita hamil, kecuali streptomisin yang bersifat ototoksik bagi janin dan harus
diganti dengan etambutol, pasien hamil dengan TBC Paru yang tidak aktif tidak perlu
mendapat pengobatan. Sedangkan pada yang aktif dianjurkan untuk menggunakan dua
macam obat atau lebih untuk mencegah timbulnya resistensi kuman, dan isoniazid (INH)
selalu diikutkan karena paling aman untuk kehamilan, efektifitasnya tinggi dan harganya
lebih murah.
Obat-obatan yang dapat digunakan
1. Isoniazid (INH) 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati
sehingga timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah.
Oleh karena itu –perlu diperiksa faal hati sewaktu-waktu dan bila ada perubahan untuk
sementara obat harus segera dihentikan.
2. Etambutol 15-20 mg/kg/hari. Obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber neuritis,
akan tetapi efek samping dalam kehamilan sangat sedikit dan pada janin belum ada.
3. Streptomycin 1gr/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, jangan
digunakan dalam kehamilan trimester I. Pengaruh obat ini pada janin dapat menyebabkan tuli
bawaan (ototoksik). Disamping itu obat ini juga kurang menyenangkan pada penderita karena
harus disuntikan setiap hari.
4. Rifampisin 600mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC Paru tetapi
memberikan efek teratogenik pada binatang poercobaan sehingga sebaiknya tidak diberikan
pada trimester I kehamilan.
Pemeriksaan sputum harus dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan, jika masih positif perlu
diulang tes kepekaan kuman terhadap obat, bila pasien sudah sembuh lakukan persalinan
secar biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar bersalin terpisah, persalinan
dibantu Ekstraksi Vacum atau Forcep. Usahakan pasien tidak meneran, berikan masker untuk
menutupi mulut dan hidung agar kuman tidak menyebar. Setelah persalinan pasien dirawat di
ruang observasi 6-8 jam, kemudian dapat dipulangkan langsung.
Pasien diberi obat uterotonika dan obat TBC tetap harus diteruskan. Penderita yang tidak
mungkin pulang harus dirawat di ruang isolasi, karena bayi cukup rentan terhadap penyakit
ini, sebagian besar ahli menganjurkan pemisahan dari ibu jika ibu dicurigai menderita TBC
aktif, sampai ibunya tidak memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi setelah dibuktikan
dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali yang selalu memperlihatkan hasil negatif.
Pasien TBC yang menyusui harus mendapat regimen pengobatan yang penuh. Semua obat
anti TBC sesuai untuk laktasi sehingga pemberian laktasi dapat dengan aman dan normal.
namun bayi harus diberi suntikan mantoux, mendapat profilaksis INH dan imunisasi BCG.
D. Ginjal
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan saluran
kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan hasil pemeriksaan
laboratorium.perubahan natomi terdapat peningkatan pembuluh darah dan ruangan interstisial
pada ginjal. Ginjal akan memanjang kurang lebih 1 cm dan kembali normal setelah
melahirkan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk dan kadang berpindah letak ke
lateral dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan.
Selain itu juga terjadi hiperlpasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan
berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan.
Akibat pembesaran uterus hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal terjadi
perubahan pada kendung kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan. Kandung kemih akan
berpindah lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan
membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh
hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 liter karena efek relaksasi
dari hormon progesterone.
Perubahan Fungsi : Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal
Plasma flow) dan tingkat filtrasi gomerolus (Gomerolus Filtration Rate). Sejak kehamilan
trimester II GFR akan meningkat 30-50 %, diatas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya
akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum dan urin nitrogen darah, normal kreatinin serum
adalah 0,5-0,7 mg/100 mll dan urea nitrogen darah 8-12 mg/100 mll.
E. Asma
Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam
kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada
setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan
pertama dan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada
akhir kehamilan jarang terjadi serangan.
Komplikasi : Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya
serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila
tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus
premature dan gangguan petumbuhan janin.
Manifestasi Klinis : Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran
nafas, pengaruh udara dan factor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat
pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan
batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.
Penatalaksanaan
1. Mencegah timbulnya stress
2. Menghindari factor resiko/pencetus yang sudah diketahui secara intensif
3. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya yang dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan
4. Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang berbentuk inhalasi, atau
peroral seperti isoproterenol
5. Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan 1
atau lebih dari obat dibawah ini :
a. Epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2-0,5 ml disuntikan SC
b. Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
c. Oksigen
d. Aminopilin 250-500 mg (6mg/kg) dalam infus glukosa 5 %
e. Hidrokortison 260-1000 mg IV pelan-pelan atau per infus dalam D10%
Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan
pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Upayakan persalinan
secara spontan namun bila pasien berada dalam serangan, lakukan VE atau Forcep. SC atas
indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. Jangan berikan analgesik yang mengandung
histamin tapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.
Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi ASI. Aminopilin dapat terkandung
dalam ASI sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan ganggguan tidir.
Namun obat anti asma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya
dalam ASI sangat kecil.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Ada 5 penyakit yang sering kali terjadi dalam kehamilan yaitu : jantung, DM, TB paru,
ginjal, dan asma.
b. Kelima jenis penyakit ini berpengaruh besar terhadap kehamilan baik it terhadap ibu, fetal
maupun neonatusnya.
c. Kelima jenis penyakit yang sering dijumpai dengan kehamilan ini sangat berbahaya dan
bahkan berlanjut sampai pada persalinan , dan bahkan nifas.
B. Saran
Hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan mengetahui dan dapat melakukan monitoring dini
dan penatalaksanan awal terhadap pasien dengan kehamilan yang disertai oleh penyakit ini.
Baik dalam pemeriksaan kehamilan dan menolong persalinan maka kita sebagai tenga
kesehatan diminta kehati – hatian dan ketelitian agar kita ataupun orang lain (termasuk
keluarga klien) tidak terkena tularan penyakit tersebut (jika penyakit tersebut menular).

DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD, 2007
Obstetri Fisiologi.Bandung

Manuaba, 2009
Obstetri, Ginekologi, dan Keluarga Berencana beserta Komplikasi dan pengananya.Jakarta

Prawirorahadjo, sarwono, 2008


Ilmu Kebidanan.Jakarta

http://ASKEB=Macam=macam=Penyakit=yang=Menyertai=Kehamilan=dan=Persalinan=Ibu
=Hamil=Smart Click

Anda mungkin juga menyukai