Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Uji kompetensi

a. Definisi

Standar kompetensi perawat Indonesia mengacu pada Standar

Kompetensi Perawat yang telah dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional

Indonesia, melalui Surat Keputusan Ketua Umum nomor

024/PP.PPNI/SK/K/XII/2009, tentang Standar Kompetensi Perawat Indonesia.

Untuk menjamin setiap perawat memiliki kompetensi yang dipersyaratkan

sebelum melaksanakan praktik pelayanan keperawatan, pemerintah telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796 tahun 2011 tentang

registrasi tenaga kesehatan. Dalam peraturan menteri tersebut dijelaskan

bahwa seluruh tenaga kesehatan termasuk perawat harus mengikuti uji

kompetensi sebagai syarat untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR).

Uji kompetensi merupakan suatu proses untuk mengukur pengetahuan,

keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar profesi guna memberikan

jaminan bahwa mereka mampu melaksanakan peran profesinya secara aman

dan efektif di masyarakat. Uji kompetensi juga dapat didefinisikan sebagai

suatu proses untuk mendapatkan pengakuan terhadap kompetensi yang

dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya dengan

cara mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai

10
11

dengan standar profesinya. Berdasarkan pengertian di atas maka, uji

Kompetensi Keperawatan merupakan proses untuk mengukur pengetahuan,

keterampilan dan sikap perawat, untuk mendapatkan pengakuan terhadap

kompetensi yang dimiliki sesuai dengan standar keperawatan.

b. Tujuan Uji Kompetensi Perawat

1) Menegakkan akuntabilitas professional perawat.

2) Menegakkan standar dan etik profesi dalam praktek.

3) Cross check terhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan.

4) Melindungi kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat.

5) Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi

kesehatan yang kompeten dan terstandar secara nasional.

6) Mempertahankan mutu pelayanan kesehatan.

7) Memberikan perlindungan kepada pasien atau klien dan masyarakat.

8) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga kesehatan.

(Ilyas, 2012)

c. Dasar Hukum

1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, tentang Kesehatan.

2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

3) Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/148/2010 tentang

Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

5) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi


12

6) Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012, tentang Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia

7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2013 tentang Registrasi

Tenaga Kesehatan.

8) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang

Registrasi Tenaga Kesehatan

9) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

317/MENKES/PER/III/ 2010 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Warga Negara Asing di Indonesia.

10) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan

lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637).(PPNI, 2012)

d. Prinsip Uji Kompetensi

Prinsip Uji Kompetensi ada 4 yaitu (MTKI ,2011) :

1) Terstandar

Pelaksanaan uji kompetensi harus menggunakan standar nasional, yang

terdiri dari penguji, materi, lokasi uji kompetensi, penilaian hasil, dan

penetapan hasil.

2) Adil

Semua peserta uji kompetensi harus diperlakukan sama dan tidak boleh

ada diskriminasi.
13

3) Valid

Uji kompetensi menggunakan perangkat Uji yang sudah diuji validitasnya

serta hasil uji harus valid.

4) Reliable

Kompetensi yang diujikan harus sesuai standar dan memperhatikan

kesesuaian antara materi dengan profesi yang diuji.

e. Jenis Uji Kompetensi Keperawatan

1) Entry Level Exam / Exit Exam

Entry level exam / exit exam adalah uji kompetensi yang biasa dilakukan,

pesertanya adalah perawat yang akan bekerja setelah lulus pendidikan.

Persyaratan mengikuti exit examyaitu :

a) Perawat baru lulusan pendidikan keperawatan yang diakui oleh

pemerintah

b) Memenuhi persyaratan administrasi

c) Mengajukan permohonan uji kompetensi

2) Work Place Assesment (Uji kompetensi bagi perawat yang sudah bekerja)

Uji kompetensi ini diperuntukkan bagi perawat yang sudah bekerja atau

yang ingin melakukan uji ulang sesuai bidang keahlian keperawatan yang

dimiliki dan tingkat jenjang karirnya.Uji kompetensi dilakukan melalui

penilaian portofolio yang harus memenuhi syarat minimal 25 Satuan

Kredit Profesi selama 5 tahun. (Ilyas, 2012).


14

f. Tempat Uji Kompetensi (TUK)

Uji kompetensi dilakukan di institusi pendidikan tenaga kesehatan yang

terakreditasi oleh lembaga yang berwenang, dan atau tempat lain yang

ditunjuk oleh MTKP dan ditetapkan oleh MTKI. Masa berlaku penetapan

sebagai TUK adalah 3 tahun, yang berikutnya dapat ditetapkan kembali sesuai

aturan yang berlaku.Masa berlaku dapat dicabut bila tidak sesuai dengan

kondisi awal penilaian.

g. Jadwal Uji Kompetensi

Waktu pelaksanaan Uji Kompetensi disesuaikan dengan jadwal uji kompetensi

nasional dan tempat Uji Kompetensi yang tersedia di setiap daerah yang

ditetapkan oleh MTKI.

h. Biaya Uji Kompetensi

Biaya uji kompetensi dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi (APBD).

Besarnya biaya uji kompetensi akan dirumuskan sesuai dengan kebutuhan.

i. Penetapan Standar Kelulusan

Standar kelulusan ditetapkan bersama oleh tim ahli bidang keperawatan dari

MTKI, LPUK, PPNI, AIPNI dan AIPDIKI melalui diskusi dan analisis

terhadap tingkat kesulitan soal dengan menggunakan metode yang telah

disepakati.

j. Sertifikat Kompetensi dan Surat Tanda Registrasi (STR)

Sertifikat Kompetensi dan STR disiapkan oleh MTKI (di cetak) dan telah

ditandatangani oleh ketua MTKI. Sertifikat kompetensi dan STR diserahkan


15

kepada MTKP sesuai jumlah dan nama tenaga kesehatan yang telah

dinyatakan lulus uji kompetensi dan diberikan oleh MTKP kepada peserta uji

yang kompeten. Sertifikat Kompetensi dan STR berlaku selama 5 tahun.

Sertifikat Kompetensi dan STR akan diperpanjang dan diperbaharui setelah 5

tahun berlaku melalui mekanisme yang berlaku.

k. Mekanisme / Alur Pelaksanaan Uji Kompetensi

2. Faktor-Faktor Kelulusan (Hasil Belajar)

Slameto (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor

intern dan factor eksternal.

Faktor internal antara lain ; Faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), Faktor

psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan),

Faktor kelelahan Dan Faktor ekstern antara lain; Faktor keluarga (relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua,
16

latar belakang kebudayaan), Faktor kampus/universitas (metode mengajar,

kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa,

disiplin kampus, alat pelajaran, waktu kuliah , standar pelajaran, keadaan gedung,

metode belajar, tugas belajar), Faktor masyarakat (kegiatan mahasiswa dalam

masyarakat, sosial media, teman bergaul,bentuk kegiatan masyarakat).

(Sulistyaningsih et all, 2012)

Kelulusan dipengaruhi oleh dua macam yaitu faktor internal (faktor yang

bersumber dari dalam diri mahasiswa). Dan faktor eksternal (faktor yang

bersumber luar siswa). Faktor internal meliputi jasmaniah/kondisi fisiologis,

faktor psikologis dan faktor kelelahan, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor

lingkungan keluarga, lingkungan kampus dan masyarakat. Faktor internal

diantaranya adalah minat, bakat dan motivasi. Minat adalah kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas

dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena

memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar dn Faktor Internal yang lainnya

adalah motivasi, motivasi salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar mahasiswa.(Hidayani, 2015)

Pendapat tersebut diatas didukung oleh tanggapan seorang pengamat

pendidikan Saufi Sauniwati, ia mengatakan ada empat faktor penentu kelulusan

ujian. Pertama tentu saja akademik. Ini kaitannya dengan seberapa sering anak

berlatih soal. Sebab, semakin sering berlatih soal, akan menjembatani memori

mahasiswa terhadap materi ujian. Faktor ke dua adalah strategi teknis. Strategi

adalah analisa anak terhadap soal yang dikerjakan. Melalui analisa, anak bisa
17

mengetahui di titik mana kelemahannya dalam menguasai materi. Faktor ketiga

adalah motivasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh orang tua. Banyak anak sebetulnya

pintar namun tidak memiliki motivasi. Faktor ke empat adalah nutrisi. Faktor ini,

justru sering ditemui di perkotaan. Orang tua yang sibuk, memberikan nutrisi

anaknya junk food. Padahal ini kurang baik bagi perkembangan otak, yang

mempengaruhi kecerdasan.(Fathiyatur et all,2012 )

3. Konsep Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Menurut Stuart (2012), kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak

jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan

ketidakberdayaan. keadaan emosi yang dialami tidak memiliki objek secara

spesifik, kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal dan berada dalam suatu rentang. Tingkat kecemasan yang

dialami tergantung reaksi dari diri mereka sendiri dan lama paparan terhadap

situasi atau objek yang memilki kapasitas untuk menyebabkan seseorang

menjadi stres (Davies & Armstrong, 2002).

Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas

yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat

fungsi seseorang dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu perasaan

subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi

umum dari ketidakmampuan. (Laurin-Barantke et all, 2016 ; Mary et all, 2014;

Afzal et all, 2012; Schulz et all , 2016 ; Mustafa et all, 2016)


18

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa

kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat

mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya 12

ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi.

b. Gejala-Gejala Kecemasan

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin,

detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan

berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah

ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian,

tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).

Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-

gejala dari kecemasan antara lain :

1) Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian

menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan

bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

2) Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan

sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,

akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.

3) Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar).

4) Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak

berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.


19

5) Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan

jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Gangguan kecemasan dikategorikan berdasarkan apakah seseorang

memiliki gejala yang kompleks ataupun terbatas (Fortinash & Worret,

2000).Stuart & Sundeen (1997), menyatakan bahwa kecemasan dapat

diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif

dan afektif.

1) Respon fisiologis berhubungan dengan kecemasan terutama dimediasi

oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Berbagai

respon fisiologis yang dapat diobservasi, yaitu:

a) Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdetak kencang, kehilangan

kesadaran, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut

nadi menurun.

b) Pernafasan: nafas cepat dan dangkal, tekanan pada dada, terengah-

engah.

c) Neuromuskular: refleks meningkat, terkejut, kelopak mata berkedut,

insomnia, tremor, mondar-mandir, kaku, gelisah, wajah tegang, kaki

goyah, gerakan lambat, kelemahan.

d) Gastrointestinal: nafsu makan menurun, jijik terhadap makanan, tidak

nyaman pada perut, mual, mulas dan diare.

e) Traktus urinarius: sering berkemih

f) Kulit: wajah kemerahan, keringat terlokalisasi (telapak tangan), gatal,

wajah pucat, keringat dingin.


20

2) Respon perilaku: kegelisahan, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara

cepat, kurang koordinasi, menarik dan menahan diri, menghindar,

hiperventilasi.

3) Respon kognitif: perhatian terganggu, kesulitan berkonsentrasi, pelupa,

kesalahan dalam penilaian, hambatan berpikir, rendahnya kreatifitas,

menurunnya lapangan persepsi, bingung, takut saat kehilangan control,

ketakutan akan cedera atau kematian, produktivitas berkurang Respon

afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,

dan khawatir

c. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian

besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang.Peristiwaatau

situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.

1) Faktor Predisposisi Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan

asal kecemasan (Stuart, 2012).

a) Dalam pandangan psikoanalisis, kecemasan adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian; id dan super ego. Id

mewakili dorongan insting dan implus primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego

atau A ku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.


21

b) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan

takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpesonal. kecemasan

juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu

dengan harga diri rendah sangat rentan mengalami kecemasan yang

berat.

c) Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap

kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori

konflik memandang kecemasan sebagai pertentangan antara dua

kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan

timbal balik antara konflik dan kecemasan; konflik menimbulkan

cemas, dan cemas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada

gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.

d) Kajian keluarga, menunjukan bahwa gangguan kecemasan biasanya

terjadi dalam keluarga.

e) Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus

yakni benzodiazepin, obat-obatan meningkatkan neuroregulator

inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting

dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada


22

keluarga memiliki efek nyata sebagai perdisposisi kecemasan.

Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor.

2) Faktor Presipitasi Menurut Stuart (2012), faktor presipitasi dapat berasal

dari sumber internal atau eksternal. Faktor presipitasi dapat dikelompokan

dalam dua kategori yaitu;

a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas pisiologi yang

akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari.

b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga

diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu. (Waqas et all,

2015 ; Azari et all ,2014 ; Laurin-Barantke et all, 2016 ; Weems et all,

2014 ; March et all , 2015 )

d. Proses Terjadinya Kecemasan

Menurut Stuart (2012), Kecemasan dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut,

yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya, kecamasan merupakan

respon emosional terhadap penilaian tersebut.Kecemasan diperlukan untuk

bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang berat dapat tidak sejalan dengan

kehidupan dan dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.Kecemasan pada

individu dapat menberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan dan

merupakan sumber penting dalam usaha untuk memelihara keseimbangan

hidup.
23

Hampir sama dengan pernyataan diatas, menurut Healy (2005), respon

fight or flight adalah peringatan atau alarm sebagai mekanisme pertahanan,

maksudnya tubuh akan menghadapi tekanan tersebut atau akan melarikan diri.

Misalnya ketika suatu masalah atau akan menghadapi ujian tubuh akan

mengalami reaksi alamiah yang ditandai oleh keluarnya keringat dingin, rasa

takut atau rasa gelisah. Pada beberapa orang, kondisi ini malah

akanmempertajam pikiran sehingga dapat mecari jalan keluar secara cepat, ini

merupakan mekanisme fight. Sedangkan mekanisme flight adalah suatu

perasaan depresi ketika individu tidak mampu lagi menghadapi masalah yang

datang dan memilih untuk menghindari atau melarikan diri dari

masalah.Mekanisme fight or flight ini banyak memakan energi, yang diikuti

terjadinya kelelahan. Saat kelelahan dan kehabisan energi individu tidak

mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak heran bila individu

yang sedang mengalami kecemasan dan stres akan mendapati gejala nyeri otot

dan sendi, sakit kepala, depresi, cemas dan mudah tersinggung.

e. Jenis-jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan

didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari

luar. Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis

kecemasan yaitu :

1) Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang

memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini


24

dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan

dasariah kita.

2) Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini

dibawah keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang

mengancam.

3) Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu

pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan

kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai

kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi

kehidupan manusia.

4. Konsep Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(kbbi.web.id/motivasi, 2014) adalah dorongan yang timbul pada diri

seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan

tujuan tertentu, atau pengertian lainnya menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok

orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Sastrohadiwiryo (2002: 267) mengartikan motivasi sebagai keadaan

kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong

kegiatan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah


25

mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi

ketidakseimbangan. Menurut

Widyastuti dkk (2004) motivasi diartikan sebagai dorongan.Dorongan

atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat,

sehingga motivasi merupakan suatu tenaga yang menggerakkan manusia untuk

bertingkah laku di dalam perbuatannya yang mempunyai tujuan tertentu.

Motivasi menurut (Kusumastuti dan Waluyo, 2013) merupakan

dorongan yang ada di dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan

yang memiliki tujuan tertentu, yang merupakan penyebab terjadinya suatu

aktivitas serta motivasi ditandai oleh reaksireaksi untuk memperoleh tujuan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa motivasi penting bagi setiap orang

sebagai dorongan yang kuat dari dalam diri untuk melakukan suatu hal sesuai

dengan keinginan dan tujuan tertentu.

b. Perspektif Motivasi

Beberapa perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang

berbeda. Ada empat perspektif yaitu perspektif ilmu perilaku, humanistif,

kognitif dan sosial (Santrock, 2009).

1) Perspektif Humanistis

Perspektif humanistik menekankan untuk meraih nasib mereka

sendiri.Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow

dengan keyakinan bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum

kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan.


26

2) Perspektif Kognitif

Menurut perspektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran mengarahkan,

motivasi seseorang.Hal ini berfokus pada ide-ide motivasi seseorang

untuk mencapai sesuatu.Perspektif kognitif merekomendasikan agar

seseorang diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung-jawab untuk

mengontrol mereka sendiri.Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai

dengan gagasan R.W.White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi

kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi

lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan

memproses informasi secara efisien.

3) Perspektif Ilmu Perilaku

Perspektif perilaku diperkenalkan oleh John B.Watson (1941, 1919)

menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam

menentukan motivasi.Adanya insentif adalah peristiwa atau

stimuluspositif atau negatif dapat memotivasi perilaku.Penggunaan

insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau

kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku

yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat.

4) Perspektif Sosial

Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan

dengan orang lain secara aman, yaitu kebutuhahan sosial, teman, dicintai

dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan

lingkungannya. Kebutuhan afiliasi tercermin dalam motivasi mereka


27

untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan

mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif

dengan orang lain.

5. Konsep Kemandirian Belajar

a. Pengertian Kemandirian Belajar

Kemandirian yaitu sikap penting yang harus dimiliki seseorang supaya

mereka tidak selalu bergantung dengan orang lain. Sikap tersebut bisa

tertanam pada diri individu sejak kecil. Di sekolah kemandirian penting untuk

seorang siswa dalam proses pembelajaran. Pada bidang pendidikan sering

disebut dengan kemandirian belajar. Sikap ini diperlukan setiap siswa agar

mereka mampu mendisiplinkan dirinya dan mempunyai tanggung jawab.

Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2005: 114)

kemandirian diartikan sebagai suatu kekuatan internal individu dan diperoleh

melalui proses individuasi, yang berupa proses realisasi kedirian dan proses

menuju kesempurnaan. Tokoh lain seperti Hamzah B. Uno (2006: 77)

mengartikan kemandirian sebagai kemampuan untuk mengarahkan dan

mengendalikan diri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa

bergantung pada orang lain secara emosional. Pada intinya, orang yang

mandiri itu mampu bekerja sendiri, tanggung jawab, percaya diri, dan tidak

bergantung pada orang lain.

Menurut Umar Tirta Rahardja dan La Sulo (2000: 50) kemandirian

dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih

didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri 9
28

10 dari pembelajar. Kemandirian disini, berarti lebih ditekankan pada individu

yang belajar dan kewajibannya dalam belajar dilakukan secara sendiri dan

sepenuhnya dikontrol sendiri. Pengertian belajar mandiri menurut Hamzah

B.Uno (2011: 51) yaitu metode belajar dengan kecepatan sendiri, tanggung

jawab sendiri, dan belajar yang berhasil. Jadi, berhasil tidaknya dalam belajar

semuanya ditentukan oleh pribadi tersebut.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kemandirian belajar merupakan sikap individu khususnya siswa dalam

pembelajaran yang mampu secara individu untuk menguasai kompetensi,

tanpa tergantung dengan orang lain dan tanggung jawab. Mahasiswa tersebut

secara individu memiliki sikap tanggung jawab, tidak tergantung orang lain,

percaya diri dan mampu mengontrol dirinya sendiri. Kemandirian belajar ini

sangat diperlukan Mahasiswa agar pencapaian prestasi belajar dapat optimal.

b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Pada hakikatnya, kemandirian belajar lebih menekankan pada cara

individu untuk belajar tanpa tergantung orang lain, tanggung jawab dan 11

mampu mengontrol dirinya sendiri. Belajar mandiri menurut Haris Mudjiman

(2011) juga disebut sebagai belajarnya orang dewasa, karena cara belajarnya

secara mandiri.

Adapun ciri-ciri kemandirian belajar menurut Laird (dalam Haris

Mujiman, 2011) diantaranya terdiri dari kegiatan belajar mengarahkan diri

sendiri atau tidak tergantung pada orang lain, mampu menjawab pertanyaan

saat pembelajaran bukan karena bantuan guru atau lainnya, lebih suka aktif
29

daripada pasif, memiliki kesadaran apa yang harus dilakukan, evaluasi belajar

dilaksanakan bersama-sama, belajar dengan mengaplikasikan (action),

pembelajaran yang berkolaborasi artinya memanfaatkan pengalaman dan

bertukar pengalaman, pembelajaran yang berbasis masalah, dan selalu

mengharapkan manfaat yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Selain itu,

belajar pendidikan orang dewasa juga disebutkan oleh Endang Poerwanti dan

Nur Widodo (2005) dimana inti ciri-cirinya hampir sama dengan apa yang

dikatakan oleh Haris Mujiman. Adapun ciriciri tersebut yaitu, bahwa belajar

merupakan kumpulan dari orang yang aktif berkegiatan, terdapatnya rasa

saling menghormati dan mengahargai adanya perbedaan, percaya diri, suasana

belajar yang kondusif dan adanya keterbukaan, memperbolehkan berbuat

kesalahan, serta adanya evaluasi bersama dan sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan siswa dengan kemandirian

belajar memiliki indikator diantaranya, tidak bergantung pada orang lain,

memiliki sikap tanggung jawab, percaya diri, mampu mengontrol dirinya

sendiri, mengevaluasi sendiri dan mempunyai kesadaran untuk belajar

mandiri. Kemandirian belajar penting guna tercapainya prestasi belajar

mahasiswa yang optimal. Mahasiswa yang memiliki indikator kemandirian

belajar tersebut akan lebih baik dalam proses belajarnya.


30

6. Konsep Minat Belajar

a. Pengertian Minat

Kusumastuti dan Waluyo (2013) menyatakan bahwa minat adalah

keinginan yang kuat yang timbul dari diri seseorang karena adanya

ketertarikan, kesukaan untuk mencapai tujuan tertentu.Tengker dan Morasa

(2007) menyatakan bahwa minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi

terhadap sesuatu.Selanjutnya Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefinisikan

minat sebagai keinginan untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu.

Menurut Slameto (2003:180), “minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Sedangkan

menurut Djaali (2008: 121) “minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.Sedangkan menurut

Crow&crow (dalam Djaali, 2008: 121) mengatakan bahwa “minat

berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk

menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.

b. Pengertian Belajar

Menurut Whittaker, (dalam Djamarah, 2011:12) merumuskan bahwa

“belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman”. Demikian pula menurut Djamarah (2011: 13)

belajar adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasi dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”.


31

Demikian pula menurut Khodijah (2014; 50) belajar adalah sebuah

proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk

kompetensi, ketrampilan, dan sikap yang baru melibatkan proses-proses

mental internal yang mengakibatkan perubahan perilaku dan sifatnya relative

permanen.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar

adalah perubahan dalam diri pelajarnya yang berupa, pengetahuan,

ketrampilan dan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Suhana (2014: 15) prinsip-prinsip

belajar sebagai kegiatan yang sistematis dan kontinyu memiliki prinsip-prinsip

dasar sebagai berikut:

1) Belajar berlangsung seumur hidup

2) Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir

3) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks

4) Belajar dari mulai yang factual menuju konseptual

5) Belajar mulai dari yang konkrit menuju abstrak

6) Belajar merupakan bagian dari perkembangan

7) Keberhasilan belajar dipengaruhi beberapa factor

8) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna

9) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu

10) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru

11) Belajar yang berencana

12) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal


32

13) Kegiatan-kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari

orang lain .

c. Pengertian Minat Belajar

Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang

dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan

menetap dan berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari

lingkungannya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan diperoleh dengan

mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar.

Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah dorongan

dari dalam individu.Dorongan motif sosial dan dorongan emosional. Dengan

demikian disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan

individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat

menyebabkan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku .

d. Ciri-Ciri Minat Belajar

Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth

Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar

sebagai berikut:

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

2) Minat tergantung pada kegiatan belajar

3) Perkembangan minat mungkin terbatas

4) Minat tergantung pada kesempatan belajar

5) Minat dipengaruhi oleh budaya


33

6) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap

sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

Menurut Slameto (2003: 57) mahasiswa yang berminat dalam belajar adalah

sebagai berikut:

a) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

b) Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.

c) Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang

diminati.

d) Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang

lainnya

e) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar

adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan

kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan

minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika mahasiswa ada minat dalam

belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran

dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian hasil belajar atau

kelulusan.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Dalam pengertian sederhana, minat adalah keinginan terhadap sesuatu

tanpa ada paksaan. Dalam minat belajar seorang siswa memiliki faktor-faktor
34

yang mempengaruhi minat belajar yang berbeda-beda, menrut syah (2003:

132) membedakannya menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal Adalah faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua

aspek, yakni:

a) aspek fisiologis 11 kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang

menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran.

b) aspek psikologis aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri

mahasiwa yang terdiri dari, intelegensi, bakat mahasiwa, sikap

mahasiwa, minat mahasiwa, motivasi mahasiwa

2) Faktor Eksternal mahasiwa Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu

faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial

a) Lingkungan Sosial Lingkungan social terdiri dari sekolah, keluarga,

masyarakat dan teman sekelas

b) Lingkungan Nonsosial Lingkungan social terdiri dari gedung sekolah

dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah

tempat tinggal, alat-alat belajar.

3) Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara

atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan

efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

f. Indikator Minat Belajar

Menurut Djamarah (2002: 132) indikator minat belajar yaitu rasa

suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya


35

kesadaran untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar,

memberikan perhatian. Menurut Slameto (2010: 180) beberapa indikator minat

belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan

siswa.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator 12 minat

belajar tersebut diatas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat

yaitu:

1) Perasaan Senang Apabila seorang Mahasiswa memiliki perasaan senang

terhadap mata kuliah tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk

belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan

bosan, dan hadir saat pelajaran.

2) Keterlibatan Mahasiswa Ketertarikan seseorang akan obyek yang

mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau

mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi,

aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari dosen.

3) Ketertarikan Berhubungan dengan daya dorong mahasiswa terhadap

ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa

pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh:

antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari dosen.

4) Perhatian mahasiswa, Minat dan perhatian merupakan dua hal yang

dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan

konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan

mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu


36

maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut. Contoh:

mendengarkan penjelasan dosen dan mencatat materi

7. Konsep Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian komunikasi interpersonal

Komunikasi Interpersonal merupakan bagian dari ilmu komunikasi

adalah hal yang sangat penting dalam suatu organisasi untuk kelancaran

kegiatan yang menjadi tujuan suatu organisasi. Ada beberapa pengertian

tentang komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya: Arni Muhammad (2009) mendefensikan “Komunikasi

interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan

paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat

langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat

dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian

komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut.

Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain.

Hafied Cangara (2006) memberikankan pengertian bahwa komunikasi

interpersonal atau komunikasi antarpribadi ialah proses komunikasi yang

berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Burhan Bungin

(2008) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar-

perorangan yang bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa

medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan

percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi.

Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat hubungan


37

(relationship), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik

komunikator.

b. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal

Menurut Olson (1992), berpendapat bahwa komunikasi interpersonal

mengandung beberapa aspek keterampilan yaitu :

1) Aspek keterampilan mendengar atau listening skills, yaitu meliputi

kemampuan berempati dan mendengar dengan penuh perhatian

2) Aspek keterampilan berbicara atau speaking skills, yaitu meliputi berbicara

untuk diri sendiri dan tidak untuk berbicara untuk orang lain

3) Keterbukaan diri atau self disclosured.

4) Aspek kejelasan atau Clarity

5) Aspek kontinuitas atau continuity tracking, yaitu kemampuan seseorang

untuk tetap bertahan dalam suatu topik pembicaraan

6) Aspek respek atau respectg.

7) Aspek hormat atau regard

Menurut Pieter (2012) komunikasi antarpribadi bisa efektif dengan

melihat lima hal, yaitu

1) Keterbukaan

Keterbukaan Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek

dalam komunikasi antarpribadi. Pertama harus terbuka pada orang lain

yang berinteraksi, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka

diri pada masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu

mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran sehingga komunikasi akan


38

mudah dilakukan. Kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan

untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus

terang terhadap segala sesuatu yang dikatakannya

2) Empati

Empati Empati ialah kemampuan seseorang untuk memproyeksikan

dirinya kepada peranan orang lain, dalam arti bahwa seseorang secara

emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan

dialami orang lain.

3) Dukungan

Dukungan Dengan dukungan ini akan tercapai komunikasi antar pribadi

yang efektif. Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri

seseorang ada perilaku suportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya

saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.

4) Rasa positif

Rasa Positif Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri

sendiri dan orang lain

5) kesetaraan atau kesamaan.

Kesetaraan atau Kesamaan Komunikasi antar pribadi akan lebih bisa

efektif jika orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan.

Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman dan

sebagainya Ini bukan berarti orang-orang yang tidak mempunyai

kesamaan tidak bisa berkomunikasi, bisa berkomunikasi akan tetapi jika

komunikasi mereka menginginkan akan efektif, hendaknya diketahui


39

kesamaan-kesamaan kepribadian diantara mereka. Berdasarkan beberapa

pendapat tersebut maka yang menjadi aspek-aspek komunikasi

interpersonal adalah sesuai dengan pendapat Pieter (2012), meliputi aspek

keterbukaan, empati, dukungan, kepositipan, dan kesamaan. Aspek-aspek

tersebut selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat skala komunikasi

interpersonal.

a. Proses Komunikasi Interpersonal

Dilihat dari prosesnya komunikasi interpersonal merupakan proses

penyampaian pesan atau informasi dari komunikator (pembicara)

kepada komunikan (pendengar) melalui berbagai media atau saluran

komunikasi. Kemudian komunikan memberikan umpan balik

(feedback) kepada komunikator untuk mengetahui apakah pesan

tersebut dipengaruhi oleh persepsi individu, baik komunikator maupun

komunikan, yang tidak dapat dijelaskan dari faktor kepribadian, faktor

pengalaman, pengetahuan, maupun sikapnya terhadap ide, gagasan

atau objek yang dipersepsinya (Budiamin, 2011). Individu dalam hal

ini remaja agar dapat melaksanakan tugas, peran dan

tanggungjawabnya dengan baik di lingkungan tempat ia berada seperti

halnya di lingkungan sosial, sekolah dan lingkungan dalam keluarga.

Remaja dituntut untuk dapat bertingkah laku menurut aturan/norma,

hukum dan nilai-nilai yang berlaku sebagai cara untuk memperoleh

penyesuaian bagi persoalan-persoalan hidup serta terciptanya


40

penyesuaian diri yang sehat dan dapat menumbuhkan kepercayaan diri

yang baik dalam diri mereka

8. Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk monodualis, yaitu sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia

mempunyai kebutuhan dasar untuk berafiliasi, yaitu menjalin hubungan

dengan orang lain. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain manusia

melakukan komunikasi. Lunandi (Gunawati, 2006) menyatakan bahwa

komunikasi adalah kegiatan menyatakan suatu gagasan dan menerima umpan

balik dengan cara menafsirkan pernyataan tentang gagasan dan pernyataan

orang lain. Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan dari

komunikator ke komunikan, tetapi ada umpan balik dari pesan yang

disampaikan.

Menurut Pieter (2012) komunikasi interpersonal pada dasarnya

merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang dengan orang lain, di

mana lambanglambang pesan secara efektif digunakan adalah bahasa.

Sebagian besar komunikasi antarpribadi memiliki tujuan, seperti meminta

saran dan pendapat kepada orang lain. Asumsi dasar komunikasi interpersonal

adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi data

dan efek psikologis dari perilaku komunikasi, yakni bagaimana pihak yang

menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator

reaksi komunikan menyenangkan, maka seseorang akan merasa bahwa


41

komunikasinya telah berhasil. Komunikasi interpersonal melibatkan paling

sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran

dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu, komunikasi interpersonal

juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara pelaku

yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain para pelaku komunikasi

saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan sebagainya (Rakhmat, 2007).

9. Konsep Komunikasi Interpersonal Mahasiswa dan Teman Sebaya

a. Pengertian Teman Sebaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai

kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut

Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak

atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih

sama.

Teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja

dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar

dalam kelompoknya. Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan

dari dua orang atau lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan

pula sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur

seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama

lain, simpati, empati, kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan

Kawi, 2010).

b. Karakteristik Berteman
42

Adapun karakteristik dari berteman (Parlee dalam Siregar, 2010) adalah

sebagai berikut :

1) Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan teman

2) Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka

3) Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai

dengan kesenangan individu

4) Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat keputusan yang baik

5) Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung teman dan mereka

juga melakukan hal yang demikian

6) Menceritakan rahasia, yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang

bersifat pribadi kepada teman

7) Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan mengerti dengan

baik seperti apa adanya individu

8) Spontanitas, yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri ketika berada di

dekat teman Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri berteman terdiri dari sukarela, unik, kedekatan dan keintiman.

Dalam pertemanan harus dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan,

penerimaan, percaya, respek, saling membantu, menceritakan rahasia,

pengertian, serta spontanitas

c. Peran Teman Sebaya

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan

sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila

diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila
43

dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja,

pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa peran terpenting dari teman

sebaya adalah :

1) Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.

2) Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan.

3) Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri.

Melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja

mempelajari modus relasi yang timbal-balik secara simetris.

Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat

membuat mereka merasa kesepian dan bersikap bermusuhan. Dari uraian

tersebut maka dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial

bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan

kepribadiannya. Teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat para remaja

melakukan sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri (Piaget dan

Sullivan dalam Santrock, 2007).

d. Fungsi Pertemanan

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan bahwa ada

enam fungsi perteman yaitu :

1) Berteman (Companionship) Berteman akan memberikan kesempatan

kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu

lain ketika sama-sama melakukan suatu aktivitas.


44

2) Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition) Pada dasarnya,

berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan

potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial.

Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi yang menarik,

penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang

dengan baik.

3) Dukungan Fisik (Physicial Support) Dengan kehadiran fisik seseorang

atau beberapa teman, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi

seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah

4) Dukungan Ego Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan

dukungan ego bagi seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga

dirahasiakan, dipikirkan dan ditanggung oleh orang lain (temannya).

5) Perbandingan Sosial (Social Comparison) Berteman akan menyediakan

kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi, kompetensi,

minat, bakat dan keahlian seseorang.

6) Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection) Tanda berteman adalah adanya

ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu sama lain. Masing-masing

individu tidak ada maksud ataupun niat untuk menyakiti orang lain karena

mereka saling percaya, menghargai dan menghormati keberadaan orang

lain.

e. Komunikasi Interpersonal Mahasiswa dan Teman Sebaya

DeVito (2009) mengemukakan komunikasi interpersonal adalah proses

selektif, sistemik, unik dan interaksi berkelanjutan antara orang-orang yang


45

mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain serta

menciptakan makna bersama. Tiap kali individu melakukan komunikasi,

individu tidak hanya menyampaikan isi dari pesan tersebut tetapi juga harus

menentukan dari seberapa jauh kadar hubungan interpersonal yang dapat

diambil dari komunikasi yang dilakukan. Artinya, setiap komunikasi mampu

memberikan dampak relationship terhadap teman sebaya sehingga

memudahkan individu untuk diterima dalam masyarakat maupun lingkungan.

Makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk

mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan

persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di

antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Salah satu bentuk komunikasi

yang diperlukan dalam pembelajaran adalah komunikasi interpersonal

mahasiswa. Gardner (2003) mengemukakan salah satu kecerdasan yang

dimiliki oleh tiap individu yaitu kecerdasan interpersonal. Mahasiswa yang

taraf kecerdasan interpersonal tinggi menunjukkan beberapa ciri yaitu punya

banyak teman, suka bersosialisasi di kampus dan di lingkungan sekitar, banyak

terlibat dalam kegiatan positif di luar kampus dan berprestasi di kampus.

10. Konsep Disiplin

a. Pengertian Disiplin

Menurut Suharsimi (2003) “disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan

dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan di mana

aturan tersebut diterapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari

luar. Sedangkan Moenir (2010) memberikan “definisi disiplin adalah suatu


46

bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang telah

ditetapkan”. Menurut Malayu (2002) “kedisiplinan adalah kesadaran dan

kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku”. Kesadaran adalah sikap seseorang menaati semua

peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Kesediaan adalah

suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan

peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak. Menurut Gordon S

Watkins dkk dalam Moenir (2010) “disiplin dalam pengertian utuh adalah

suatu kondisi atau sikap yang ada pada semua anggota organisasi yang tunduk

dan taat pada aturan organisasi”. Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan

disiplin adalah pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan

baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh orang yang

bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan tugas dan

tanggung jawabnya

Menurut Slameto (2010) “Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus

disiplin baik di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan”. Berdasarkan uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah pengendalian diri

mahasiswa terhadap bentuk-bentuk aturan baik tertulis maupun tidak tertulis

yang telah diterapkan oleh mahasiswa yang bersangkutan maupun berasal dari

luar serta bentuk kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar,

baik disiplin di rumah maupun di kampus dengan tidak melakukan sesuatu

yang dapat merugikan tujuan dari proses belajarnya Indikator-indikator yang

dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar mahasiswa berdasar


47

ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan dikemukakan Moenir (2010),

yaitu:

1) Disiplin waktu, meliputi :

a) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang kuliah tepat

waktu, mulai dan selesai belajar di kampus tepat waktu dan muli dan

selesai belajar di rumah.

b) Tidak keluar dan membolos saat kuliah

c) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan

2) Disiplin perbuatan, meliputi:

a) Patuh dan tidak menentang peraturan

b) Tidak malas belajar

c) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya

d) Tidak suka berbohong

e) Tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak

membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain yang sedang

belajar. Indikator ini merupakan tolak ukur yang nantinya akan

digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Disiplin Belajar

terhadap Prestasi Belajar mahasiswa.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan apabila

mahasiswa memiliki disiplin belajar yang tinggi maka mahasiswa tersebut

akan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tugas dan tanggung

jawabnya diantaranya disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar di

kampus, disiplin mengikuti ujian, disiplin dalam menepati jadwal belajar,


48

ketepatan dalam melaksanakan dan mengumpulkan tugas-tugas. Oleh

karena itu dengan disiplin belajar yang tinggi akan mampu memberikan

arah bagi mahasiswa untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

11. Sarana dan Prasarana

a. Pengertian Sarana dan Prasarana Belajar

Pendidikan adalah salah satu kegiatan utama yang menjadi perhatian penting

bagi setiap Negara seperti yang dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal

3 bahwa tujuan dari kegiatan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia. Kegiatan pendidikan juga harus memenuhi

standar nasional pendidikan yang dijelaskan dalam peraturan pemerintahan

No. 19 tahun 2005. Ruang lingkup standar nasional pendidikan di jelaskan

dalam pasal 2 ayat 1 yang meliputi standar isi, standar proses, standar

kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasrana, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kegiatan

pendidikan, dalam setiap kegiatan pendidikan dibutuhkan alat yang dapat

membantu kelancaran dalam kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan akan

berjalan dengan baik apabila didukung oleh peralatan yang cukup memadai,

sehingga tujuan itu dapat dicapai dengan baik. Oleh karena itu pemerintah

telah menyusun standar sarana .

b. Macam-Macam Sarana dan Prasarana Belajar

Adapun macam-macam sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah demi

kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah :


49

1) Alat Peraga Menurut Amirin (dalam artikel pengertian sarana dan

prasarana pendidikana 2011) adalah menjelaskan dedinisi alat peraga

sebagai berikut : Alat peraga segala macam alat yang digunakan untuk

meragakan (mewujudkan, menjadikan terlihat) objek atau materi pelajaran

(yang tidak tampak muka atau terindera, atau susah diindera). “Menurut

Fairuzahadi (dalam artikel pengertian dan tujuan alat peraga pendididkan)

alat peraga adalah sesuatu dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar

pada diri siswa” Berdasarkam pengertian di atas. Maka alat peraga adalah

sutu alat yang digunakan saat kegiatan pembelajaran yang berguna untuk

dapat menyampaikan pesan, merangsang daya pikir peserta didik dan

menumbuhkan perhatian serta peserta didik untuk dapat melakukan

kegiatan pembelajaran.

2) Media Pengajaran

Media merupakan salah satu bagian dari sarana pembelajaran. Media

pengajaran menurut R. Ibrahim dan Nanan Syaodin (2006, h.112)

menjelaskan definisi pengajaran adalah sebagai berikut: Media pengajaran

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau

isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan

siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.

3) Ruang Kelas

Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk

proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat


50

memotivasi Mahasiswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa d. Ruang perpustakaan

Perpustakaan merupakan salah satu prasarana belajar yang penting dalam

kegiatan pembelajaran, karena perpustakaan merupakan salah satu sumber

informasi bagi Mahasiswa maupun para dosen, (Bafadal, 2009 )

B. Landasan Teoritis

Slameto (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Menurut teori slameto (2010) faktor psikologis

sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat ,

motivasi, kematangan dan kelelahan.( Mardianti,2014)

Faktor internal antara lain ; Faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), Faktor

psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan),Faktor

kelelahan Dan Faktor ekstern antara lain; Faktor keluarga (relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, latar

belakang kebudayaan), Faktor kampus/universitas (metode mengajar, kurikulum,

relasi dosen dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa, disiplin

kampus, alat pelajaran, waktu kuliah , standar pelajaran, keadaan gedung, metode

belajar, tugas belajar), Faktor masyarakat (kegiatan mahasiswa dalam masyarakat,

sosial media, teman bergaul,bentuk kegiatan masyarakat).


51

1. Kecemasan ujian ( Test Anxiety)

Dalam teori kognitif tentang kecemasan ujian, Wine (2003) menyatakan

bahwa kinerja buruk dari siswa yang mengalami kecemasan ujian adalah “defisit

dalam kemampuan belajar”.Model ini memandang kinerja rendah kecemasan ujian

sebagai akibat dari kekurangan pengetahuan dan kesadarannya bahwa mereka

tidak siap untuk ujian. Kecemasan yang muncul tersebut akan berdampak negatif

terhadap hasil ujian yang akan diperoleh oleh masing-masing siswa yang

mengalami intesitas kecemasan yang terlalu tinggi (Sudrajat, 2008).

Mengacu pada teori kecemasan yang diungkapkan oleh Casbarro, J (2005 :23)

dan berdasarkan beberapa definisi para ahli, maka yang dimaksud kecemasan

menghadapi ujian dalam artikel ini adalah suatu kondisi psikologis dan fisiologis

siswa yang tidak menyenangkan yang ditandai pikiran, perasaan dan perilaku

motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya kecemasan dalam

menghadapi ujian. Adapun kondisi yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan

tersebut yaitu: sulit konsentrasi, bingung memilih jawaban yang benar, mental

blocking, khawatir, takut, gelisah, gemetar pada saat menghadapi ujian.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan individu dalam belajar.

Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah dan

tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses,

meskipun dihadang banyak kesulitan.

Motivasi mahasiswa dapat dilihat dari perilakunya. Seorang mahasiswa yang

memiliki motivasi yang tinggi dapat dilihat dari minat, perhatian, dan kemauan
52

yang kuat untuk ikut serta dalam proses belajar. Sedangkan mahasiswa yang

memiliki motivasi yang rendah malah sebaliknya, kurang minat, kurang perhatian,

dan kurang kemauan untuk ikut serta dalam proses belajar itu Motivasi belajar

adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc Donald dalam

Milfayetty, 2014). Dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan,

sebagai berikut:

a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada sistem

neurofisiologis dalam organ manusia, misalnya mahasiswa yang sedang

belajar tiba-tiba merasa lapar, maka ia akan langsung mencari makanan.

b) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal).

Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana

emosi ini menimbulkan tingkah laku yang sebagai dorongan. Perubahan ini

dapat diamati pada perbuatannya. Contohnya pada sesorang mahasiswa terlibat

dalam suatu diskusi, dia tertarik pada masalah yang sedang dibicarakan, maka

dia akan bersuara/mengemukakan pendapatnya.

c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Pribadi yang termotivasi memberikan respon-respon kearah suatu tujuan

tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan

oleh perubahan energi dalam dirinya. Contohnya apabila mahasiswa ingin

dapat lulus uji kompetensi, maka harus lebih giat lagi belajar.
53

3. Kemandirian Belajar

Menurut Haris Mujiman (2011: 1-2) belajar mandiri merupakan kegiatan

belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi, dan

dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yag telah dimiliki. Dalam

penetepan kompetensi sebagai tujuan belajar dan cara pencapaiannya baik

penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar,

sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar dilakukan sendiri.

4. Minat Belajar

Menurut Slameto (2003:180), “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Sedangkan menurut Djaali

(2008: 121) “minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.Sedangkan menurut Crow&crow (dalam

Djaali, 2008: 121) mengatakan bahwa “minat berhubungan dengan gaya gerak

yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,

benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.

Menurut Slameto (2003: 57) mahasiswa yang berminat dalam belajar adalah

sebagai berikut:

a) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

b) Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.

c) Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati.

d) Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang lainnya

e) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.


54

5. Komunikasi interpersonal Dosen dan Mahasiswa

Komunikasi interpersonal sangatlah perlu dalam studi mahasiswa. Komunikasi

interpersonal mahasiswa dalam studi mengandung arti adanya kegiatan

komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, komunikasi antar mahasiswa dan

komunikasi antara mahasiswa dengan orang tua. Komunikasi interpersonal antara

mahasiswa dengan dosen terjadi di dalam kampus dan di luar kampus. Mahasiswa

yang taraf komunikasi interpersonalnya tinggi lebih aktif dalam bertanya ketika

mengalami kesulitan belajar baik kepada dosen dan teman yang lebih mengerti.

Hal ini menunjukkan adanya motivasi mahasiswa untuk belajar sehingga tujuan

dari belajar akan tercapai. Maka dari itu adanya komunikasi interpersonal yang

efektif sangat membantu dalam pembelajaran (Eka, 2010).

6. Komunikasi interpersonal Mahasiswa dan Teman Sebaya

Gardner (2003) mengemukakan salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh tiap

individu yaitu kecerdasan interpersonal. Mahasiswa yang taraf kecerdasan

interpersonal tinggi menunjukkan beberapa ciri yaitu punya banyak teman, suka

bersosialisasi di kampus dan di lingkungan sekitar, banyak terlibat dalam kegiatan

positif di luar kampus dan berprestasi di kampus. Padahal komunikasi

interpersonal merupakan salah satu segi dalam kecerdasan interpersonal yang

dimiliki individu, dengan komunikasi interpersonal yang baik diharapkan individu

dapat berinteraksi selaras dengan lingkungannya.

7. Disiplin Belajar

Masykur Arif Rahman (2011:64) mengatakan bahwa disiplin berasal dari

bahasa Inggris “discipline” yang mengandung beberapa arti. Diantaranya adalah


55

pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan

sanksi, serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku. Disiplin

juga merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah

ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Terkait itu,

sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud mendisiplinkan guru dan murid

untuk mencapai tingkat tertinggi dalam prestasi belajar-mengajar. (Masykur Arif

Rahman, 2011:66).

8. Sarana dan Prasarana belajar

Tujuan pendidikan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh peralatan

yang cukup memadai, sehingga tujuan itu dapat dicapai dengan baik. Oleh karena

itu pemerintah telah menyusun standar sarana 14 dan prasarana pendidikan yang

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Pasal 42 yang berbunyi:

1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,

bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang

kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,

ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit

produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat

beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan


56

berkelanjutan. Sarana dan Prasarana merupakan bagian dari sarana dan

prasrana pendidikan, namun lebih khususkan pada kegiatan pembelajaran.

9. Hasil belajar (Kelulusan)

Menurut (Ilyas, 2012) Uji kompetensi merupakan suatu proses untuk mengukur

pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar profesi guna

memberikan jaminan bahwa mereka mampu melaksanakan peran profesinya

secara aman dan efektif di masyarakat.

Hasil uji kompetensi ners Indonesia ada 2 yaitu kompeten atau lulus dan tidak

kompeten atau tidak lulus.

a. Kompeten adalah memiliki pengetahuan, keretampilan dan memiliki niilai di

atas NBL (Nilai Batas Lulus) yang sudah di tetapkan

b. Tidak kompeten adalah memiliki pengetahuan, keretampilan dan nilai di

dibawah NBL (Nilai Batas Lulus) yang sudah di tetapkan (Kementrian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2017).


57

C. Kerangka Teori

Eksternal :
Internal :
 Kecemasan ( Tes Anxiety )
 Komunikasi interpersonal dosen
 Motivasi
dengan mahasiswa
 Kemandirian Belajar
 Komunikasi interpersonal
 Minat Belajar mahasiswa dengan Teman
Sebaya
 Disiplin Belajar
 Fisik (kesehatan, cacat  Sarana dan Prasarana
tubuh)
 Intelegensi Eksternal :
 Perhatian  Keluarga
 Bakat  Metode pembelajaran
 Motif  Kurikulum dan Standar
 Kematangan pembelajaraan
 Kesiapan  Metode belajar
 Tugas belajar

Kelulusan

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti
58

D. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka Konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Faktor-faktor penyebab:
Internal :
 Kecemasan (Tes
Anxiety)
 Motivasi
 Kemandirian Belajar
 Minat Belajar
Eksternal : Kelulusan Mahasiswa
 Komunikasi STIKES Suaka Insan
interpersonal dosen
dengan mahasiswa
 Komunikasi
interpersonal mahasiswa
dengan Teman Sebaya
 Disiplin Belajar
 Sarana dan Prasarana
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Anda mungkin juga menyukai