A. Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan
psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat
berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau
dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian
terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para
tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang
dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal
dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan
semakin meningkat (Sulistyawati, 2009).
B. Periode Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
C. Perubahan Fisik
Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan sebelum
hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks,
vagina dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini
disebut dengan involusi uterus yaitu :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm,
permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh
darah tertutup karena kontraksi otot.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6
sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama
dengan lochia.
5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
6. Kesembuhan kesempurnaan pada saat akhir masa nifas.
3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama
kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor
yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta,
fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia
tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah dapat
diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah
yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.
D. Perubahan Psikologis
Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi.
1. Taking in (0 – 2 hari)
a. Ibu bersikap tergantung
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)
a. Tergantung atau tidak tergantung
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan peran diri sendiri
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
a. Independen ada peran yang baru
b. Tubuh ibu telah sembuh
c.
E. Perawatan dan Hal-Hal yang Terjadi Selama Nifas
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca
persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8
jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu
dan bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan
latihan senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat
berjalan dan hari kelima dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus
bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah.
Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas :
1. Genitalia interna dan eksterna
Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi.
1) Fundus uteri
a. Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
b. Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
c. Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat
pada hari ke-5.
d. Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.
2) Bekas implantasi plasenta
a. Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang
berdiameter 7,5 cm.
b. Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
c. Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
d. Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.
3) Berat uterus
a. Berat uterus normal kira-kira 30 gram.
b. Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.
c. Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.
d. Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.
e. Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan.
4) Pembukaan serviks
a. Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan
konsistensinya lunak.
b. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
segera setelah melahirkan.
c. 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan.
d. 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 1 minggu.
5) Endometrium
a. Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta.
6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
a. Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
b. Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua
pasca persalinan harus dilakukan latihan senam.
c. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca
persalinan.
d. Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya
kira-kira setelah 3 minggu.
7) Luka dan infeksi
a. Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka
pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
b. Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila
berlanjut dapat menimbulkan sepsis.
2. Suhu badan pasca persalinan
1) Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi
tidak lebih dari 39 derajat celsius.
2) Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama
melahirkan.
3) Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi.
3. Nadi
1) Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
2) Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
3) Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada penyakit jantung.
4) Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu
badan.
4. Hemokonsentrasi
Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.
5. Laktasi
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan.
Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca
persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih
kental daripada air susu, mengandung banyak protein albumin, globulin
dan benda-benda kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan
dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau memberikan
bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat
terjadi selama masa laktasi ialah :
1) Puting rata
a. Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu.
b. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2) Puting lecet
a. Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan
payudara yang tidak benar dan infeksi monilia.
b. Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar,
puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia
diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet.
c. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI
dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
3) Payudara bengkak
a. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
b. Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat,
ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.
4) Mastitis
a. Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya
terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
b. Penatalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian
antibiotik dan analgesik, menyusui tidak dihentikan.
5) Abses payudara
a. Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesik.
6) Bayi tidak suka menyusui
a. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga
mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui
diselang-seling dengan susu botol, puting rata dan terlalu kecil atau
bayi mengantuk.
b. Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi
terlentang dan bayi ditaruh diatas payudara.
c. Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol dan
gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI.
d. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI,
usahakan agar bayi terbangun.
6. Mulas
a. Perasaan mulas sesudah partus akibat konntraksi uterus kadang sangat
mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih
sering pada multipara dibanding primipara.
b. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila
masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah
dalam kavum uteri.
c. Pasien dapat diberikan analgesik atau sedatif.
7. Serviks, uterus dan adneksa
a. Keadaan serviks, uterus, dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya
karena involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah
baring untuk menghentikan perdarahan.
b. Bila serviks tampak hiperemis, meradang,, ada erosi dan curiga ke arah
keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi.
c. Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik
dan dapat juga dengan bedah beku.
8. Lochea
a. Loochea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
b. Hari pertama dan kedua terdapat lochea ruubra atau lokia kruenta,
terdiri dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua,
sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
c. Hari berikutnya keluar lochea sanguinolennta berupa darah bercampur
lendir.
d. Setelah 1 minggu, keluar lochea serosa beerwarna kuning dan tidak
mengandung darah.
e. Setelah 2 minggu, keluar lochea alba yangg hanya berupa cairan putih.
f. Biasanya lochea berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin terjadi
lokiostasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi.
9. Miksi
a. Miksi harus secepatnya dilakukan sendirii.
b. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan
kateterisasi.
c. Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
d. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
10. Defekasi
a. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan.
b. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun
di rektum, mungkin terjadi febris.
c. Lakukan klisma atau berikan laksan perorral.
d. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi.
11. Latihan senam
Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
a. Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas
dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut.
b. Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.
c. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti
menahan miksi dan defekasi.
d. Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan
berusaha menyentuh tumit.
Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan.
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan
putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung
kemih apakah ada rektokel, tonus otot sfingter ani dan adanya fluor albus.
Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas,
perdarahan pasca persalinan dan eklampsia puerpurale.
I. Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya
b. Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari
dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan
panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke
dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan
sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap
dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak
merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 %
kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran
barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya,
keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini
J. Pengawasan Kala Akhir Nifas
Setelah persalianan wanita akan mengalami masa pueperium, untuk dapat
mengembalikan alat genetalia interna ke dalam keadaan normal, dengan
tenggang waktu sekitar 42 hari atau 6 minggu atau satu bulan tujuh hari.
Pemeriksaan akhir kala nifas (postpartum) sangat penting karena dapat
digunakan untuk melakukan pemeriksaan khusus sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan Pap Smear untuk mencari kemungkinan kelainan
sitologi sel serviks atau endometrium.
2. Menilai seberapa jauh involusi uterus.
3. Melakukan pemeriksaan inspekulo, sehingga dapat menilai perlakuan
postpartum.
4. Mempersiapakn untuk mempergunakan metode KB.
Dalam masyarakat sering terdapat salah mengerti diantaranya :
1. Merasa postpartum akan berjalan dengan normal, sehingga tidak
memerlukan pemeriksaan tambahan.
2. Pemakaian KB memerlukan menstruasi dulu.
3. Khusus untuk kontap wanita, diperlukan hamil lagi.
Salah pengertian masyarakat perlu diperbaikai dengan memberikan
penjelasan untuk meningkatkan kesehatan alat reproduksinya, sehingga cukup
sehat untuk dapat hamil kembali.
1. Pemeriksaan postpartum sangat penting terutama untuk mencari
kemungkinan perlukaan serviks, yang memerlukan pengobatan, yaitu
ditutul dengan nitrasargenti, ditutul dengan albutyl tincura, atau
pengobatan dengan termokauter dan cryosurgery ( membekukan ).
2. Membicarakan tentang keluarga berencana.
3. Bersamaan dengan pemeriksaan postpartum, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan bayi, penimbangan bahkan untuk imunisasi.
KONSEP TERORI KPD
A. Anatomi dan Fisiologi
a. Struktur Eksterna
1) Mons Pubis
hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu
sampai dua tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal
2) Labia Mayora
yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons
3) Labia Minora
4) Klitoris
5) Prepusium Klitoris
6) Vestibulum
7) Fourchette
8) Perineum
tertuk
b. Struktur Intenal
1) Ovarium
proprium.
janin dari serangan sel-sel kekebalan tubuh dimana sel telur yang di
3) Uterus
a) Fundus Uteri
b) Korpus Uteri
c) Serviks Uteri
servikalis.
d) Dinding Uterus
4) Vagina
posterior.
B. Definisi
bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi para kurang
dari 5 cm (Mochtar,2010).
C. Etiologi
a. Servik incompeten
Yaitu kelainan pada servik uteri di mana kanalis servikalis selalu terbuka.
peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada
Misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,karena tidak ada bagan
terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan
disproporsi.
f. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
D. Patofisiologi
juga adanya molekul perusak jaringan lunak yang di sebut Reactive Oxigen
enzime kolagenase yang akan merusak jaringan kolagen dari selaput ketuban.
E. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau
tanpa komlikasi harus di rujuk di rumah sakit. Bila janin hidup dan terdapat
polap tali pusat pasien di rujuk dengan posisi panggul lebih tinggi
dari badanya, bila mungkin dengan posisi bersujud. Kalau perlu posisi kepala
janin di dorong keatas dengan 2 jari agar tidak tertekan kepala janin. Tali
Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau
ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik seperti penisilin prokain
1,2 juta IU intra muskuler tiap 12 jam dan ampisilin 1 gr per oral. Bila pasien
posisi berbaring miring, berikan antibiotik pinisilin prokain 1,2 juta IU intra
muskuler tiap 12 jam dan ampicilin 1 gr peroral dengan di ikuti 500 mg tiap 6
konservatif yaitu tirah baring, diberi sedatif berupa fenobarbital 3x30 mg.
dexametason 3x5 mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis bila terjadi infeksi,
akhiri kehamilan
Sedangkan pada kehamilan lebih dari 2 minggu, bila ada his, mimpin
meneran dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his
lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor
pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dengan skor pelvic
lebih dari 5, sectio cesaria bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor
penatalaksanaan Post Seksio Sesaria antara lain periksa dan catat tanda –
tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jam
Mobilisasi karena pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita
sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan. Dan pada tahap akhir
F. Manifestasi klinik
Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit- sedikit atau sekaligus banyak. Dapat disertai demam bila
sudah ada infeksi. Janin mudah diraba. Pada pemeriksa dalam selaput
ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. Inspekulo: tampak air ketuban
mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering ( Arif
mansjoer, 2011).
Kelebihan :
uteri spontan
cm.
Kelebihan :
4) Perdarahan kurang
Kekurangan :
hebat.
1. Fase Inflamasi.
2. Fase Proliferatif.
3. Fase Maturasi.
endotel / mesotel
perupaan kembali
I. Komplikasi
2. Perdarahan
plasenta.
3. Emboli pulmonal
(normal).
J. Pemeriksaan penunjang
K. Pengkajian fokus
Tinjauan ulang catatan pre natal dan intra operatif dan adanya indikasi
2. Sirkulasi
ml.
3. Integritas ego
situasi baru
4. Eliminasi
5. Makanan / Cairan
epidural
7. Nyeri / Ketidaknyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
parenteral bila digunakan, paten dan insisi bebas eritema, bengkak dan
nyeri tekan
10. Seksualitas
Jumlah darah lengkap Hb/Ht, mengkaji perubahan dan pra operasi dan
L. Diagnosa keperawatan
dalam pembedaran
dengan bayi
perawatan diri
anestesi
reflek batuk )
mengalir ke bawah.
menghalangi nafas.
Kriteria Hasil :
a. Klien mengungkapkan berkurangnya nyeri
infeksi)
meningkat.
kenyamanan.
akibat pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat
disertai nyeri
Intervensi :
aktifitas.
b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada
fungsio laesa)
Intervensi :
adanya pus.
organisme infeksius.
berlebihan.
dalam pembedahan
Hb: 12 gr Intervensi :
besar resiko untuk mual. Mual yang lebih dari 3 hari Post Op
obat lain.
dengan bayi
Intervensi
Intervensi :
perubahan suhu
rektal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
normal Intervensi :
oral.
Kriteria Hasil :
tersedia.
Intervensi :
flebitis.
perasaan kesejahteraan.
diri.
diharapkan.
Intervensi :
tugas baru.
DAFTAR PUSTAKA