SECTIO CAESARIA
Kurang
informasi General
Terputusnya Luka anostesi
kontinuitas
Kesalahan jaringan
Penurunan
interprestasi
Terbuka kesadaran
CO2
menurun
Perubahan
perfusi
muskoloskeletal
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
f. Pemeriksaan
1. Laboratorium
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) untuk mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi
efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu
pembekuan darah.
d. Urinalisis/kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit.
2. Pemeriksaan ECG.
3. Pemeriksaan USG
4. Amniosentetis terhadap maturitas pari janin sesuai indikasi
g. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa
pasca operasi, maka pemberian cairan per intavena harus
cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. (Indrieni, 2020)
2. Diet Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan
makanan per oral.
3. Mobilitas Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam
setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah
sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan
selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat
diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler),
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan,
dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari
ke-5 pasca operasi.
4. Katerisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa
nyeri dan rasa tidak enak pada penderita, menghalangi
involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung
jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat - obatan Antibiotik cara pemilihan dan
pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai indikasi.
6. Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post
operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
7. Perawatan payudara Pemberian ASI dapat dimulai pada hari
post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya
mengurangi rasa nyeri.(Indrieni, 2020)
C. Definisi Anemia
1. Anemia
adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang
dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl. Hemoglobin (Hb) yaitu
komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke
seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen.
Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses
metabolisme.(Verawati, 2019).
Anemia juga dapat diaktakan sebagai keadaan dimana masa eritrosit
dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorium anemia
terjadi karena penurunan kadar hemoglobin serta nilai eritrosit yang
tidak normal. Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit
atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke
jaringan menurun. Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya
hitung sel darah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia
merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. (Soebroto, 2010).
2. Etiologi
a. Perdarahan (jelas atau samar). Perdarahan yang jelas (dari
perdarahan pervagina, epistaksis dan sebagainya) menjadi
penyebab/ keterangan yang nyata untuk anemia. Perdarahan samar
dapat karena perdarahan gastrointestinal yang diperiksa melalui
feses.
b. Defisiensi gizi (factor nutrisi). Akibat kurangnya jumlah besi total
dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan yang
mengandung serat, rendah vitamin C, rendah daging)
c. Kebutuhan zat besi yang meningkat untuk prematuritas janin
d. Gangguan absorbs zat besi seperti gastrektomi, colitis kronis.
e. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah
f. Kelainan darah(Amalia Yunia Rahmawati, 2020)