Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Intranatal


1. Konsep Intranatal
a. Pengertian Intranatal
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi baik ibu dan janin (Dwi, dkk, 2012: 1).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan (37-42 minggu), atau hampir
cukup bulan di susul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin
dari tubuh ibu atau persalinan adalah proses pengeluaran produk
konsepsi yang variabel melalui jalan lahir biasa (Dewi Setiawati,
2013: 53).
Dari kesimpulan di atas dapat di kemukakan bahwa persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan, lahir secara
spontan dengan presentasi belakang kepala, di susul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. Bentuk persalinan berdasarkan
tekhnik :
1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan section sesaria.
3) Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi berlangsung setelah memecahkan ketuban, pemberian pitocin
prostaglandin .
b. Etiologi
Etiologi dipengaruhi oleh dua hormon yang dominan yaitu
hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen menyebabkan
peningkatan sesitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti oxytiksin, prostagladin, dan rangsangan
mekanisme. Sedangkan hormon progesteron menurunkan sensitifas
otot rahim, menghambat rangsangan dari luar yang menyebabkan
relaksasi otot dan otot polos.
Beberapa teori disebutkan dapat menimbulkan adanya persalinan.
Teori tersebut diantaranya :
a) Teori penurunan hormon.
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan kadar
estrogen dan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his (kontraksi) bila kadar progresteron menurun.
b) Teori Plasenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah dengan kontraksi rahim.
c) Teori Distensi Rahim
Rahim yang nmenjadi besar dan menegang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu uterus plasenta.
d) Teori Iritasi Mekanik
Dibalakang serviks terlihat ganglion servikale. Bila ganglion itu
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan
menimbulkan kontraksi pada rahim.
c. Patofisiologi
Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan kertas
lakmus. Pemeriksaan pH dalam ketuban adalah asam, dilihat apakah
memang air ketuban keluar dari kanatis serviks dan adalah bagian
yang pecah. Pengaruh terhadap ibu karena jalan janin terbuka dapat
terjadi infeksi intraportal. Peritoritis dan dry labour. Ibu akan merasa
lelah, suhu naik dan tampak gejala infeksi intra uterin lebih dahulu
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalita
dan morbiditas perinatal. Setelah ½ jam ketuban pecah tidak terjadi
persalinan spontan (partus lama) maka persalinan diinduksi.
(Nadialista Kurniawan, 2021)
d. 4 Kala Dalam Persalinan
1) Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan
lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8
jam) servik membuka sampai 5 cm dan fase aktif (7 jam) servik
membuka diri
3 sampai 10 cm kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
2) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir, proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi.
3) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
4) Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
pos partum.
e. Manifestasi Klinis
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:
1) Power (tenaga/kekuatan)
a) His (kontraksi uterus) merupakan kekuatan kontraksi uterus
karena otot-otot polos Rahim bekerja dengan baik dan
sempurna.
b) Tenaga mengedan setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah atau dipecahkan, serta sebagaian presentasi sudah berada
di dasar panggul, sifat kontraksinya berubah, yakni bersifat
mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk
mengedan atau usaha volunteer. Keinginan mengedan ini di
sebabkan karena, kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominial dan
tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah
kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini serupa dengan
tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh
lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul reflex
yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan
otot- otot perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga
mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu ada his dan tanpa tenaga
mengedan bayi tidak akan lahir.
2) Passage (jalan lahir) merupakan jalan lahir yang harus dilewati
oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan
vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir
tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
3) Passenger (janin, plasenta, dan air ketuban)
a) Janin Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberaapa faktor, yakni kepala
janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
b) Plasenta Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di
anggab sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.
Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal.
c) Air ketuban Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu
membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah
jaringan yang menentukan hamper semua kekuatan regangan
membran janin, dengan demikian pembentukan komponen
amnion yang mencegah ruptur atau robekan.
4) Factor psikis (psikologi) Perasaan positif berupa kelegaan hati,
seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas,
“kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan
atau memproduksi anak.
a) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan
persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi
sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat
pada kehidupan ibu.
b) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh:
Persalinan semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan
semacam ancaman pada self-image, medikasi persalinan, dan
nyeri persalinan dan kelahiran
5) Physician (penolong) peran dari penolong persalinan dalam hal ini
adalah bidan, yang mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
f. Pemeriksanaan Penunjang
1) USG Kehamilan
2) USG Doppler
3) Cardiotocography
4) Kadar air ketubah
5) Pemeriksaan PH
g. Penatalaksaan Medis
1) Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan per intavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi: pemberian obat-
obatan antibiotic cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat
berbeda-beda sesuai indikasi.
3) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan.
h. Pathway

i. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Dalam pengkajian meliputi sebagai berikut:
1. Identitas pasien, terdiri dari
Nama pasien, umur, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, agama,
penghasilan, dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang
Menjelaskan dari awal keluhan pasien hingga pasien MRS
c. Riwayat penyakit dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami
penyakit atau keluhan yang sama sebelumnya
d. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga pasien memiliki riwayat
penyakit turunan atau penyakit penyakit menular
e. Riwayat psikososial
Hubungan antara kondisi social seseorang dengan kesehatan
mental atau emosionalnya yang melibatkan aspek psikologis
dan aspek sosial
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola aktivitas
d. Pola eliminasi
e. Pola persepsi sensoris
f. Pola konsep diri
g. Pola hubungan dan peran
h. Pola reproduksi dan seksual
i. Pola penanggulangan stress/koping – toleransi stress
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi
b. Riwayat perkawinan
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
d. Riwayat kelainan obstetric
e. Riwayat penggunaan kontrasepsi
5. Riwayat ginekologi
Untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat gangguan
resproduksi atau tidak sebelumnya
6. Pemeriksaan fisik head to toe (inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi)
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan abortus inkomplit meliputi
keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala&leher, thorax/dada,
pemeriksaan payudara, abdomen, genetalia dan anus, punggung,
ekstermitas, dan integumen
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik
2. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan jaringan
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri
1x7 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol Observasi :
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi
1. Keluhan nyeri pasien menurun. frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2. Meringis pasien menurun. 2. Identifikasi skala nyeri
3. Skala nyeri berkurang 0-3 3. Identifikasi respon nyeri secara non verbal
4. Kegelisahan pasien menurun. 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
5. Ketegangan otot pasien. memperingan nyeri
6. Kesulitan tidur pasien menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
7. Kemampuan menuntaskan aktivitas pasien tentang nyeri
meningkat. 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
8. TTV dalam batas normal nyeri
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
Gangguan integritas kulit b.d kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Perawatan Luka
jaringan 1x8 jam diharapkan keutuhan kulit meningkat Observasi :
dengan kriteria hasil : 1. Monitor karakteristik luka
1. Suhu kulit membaik 2. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Sensasi kulit membaik Terapeutik :
3. Tekstur kulit membaik 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4. Nyeri menurun 2. Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
5. Kemerahan pada kulit menurun 3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
6. Elastisitas kulit meningkat nontoksik, sesuai kebutuhan
4. Besihkan jaringan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan mineral
12. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antibiotic
Gangguan pola tidur b.d nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Dukungan tidur
1x8 jam diharapkan pola tidur pasien kembali Observasi :
membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga menurun 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
3. Keluhan tidak puas tidur pasien menurun mengganggu tidur
4. Keluhan pola tidur pasien berubah menurun 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun Terapeutik :
6. Kemampuan beraktivitas pasien meningkat 1. Modifikasi lingkungan
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makan/ minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan menggunakan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
5. Anjarkan faktor-faktor yang berkontrubusi
terhadap gangguan pola tidur
6. Ajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb dan
Patologi Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal,Yogyakarta: Nuha
Medika, 2015.
Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. ASKEB II Persalinan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2014.
Nadialista Kurniawan, R. A. (2021). LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN NY.R DENGAN KASUS INTRANATAL CARE (INC)
UPT. PUSKESMAS PAHANDUT. Industry and Higher Education, 3(1), 1689–
1699.
http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspace.u
c.ac.id/handle/123456789/1288

Anda mungkin juga menyukai