Oleh :
META ARDIANA
NIM : P1337424818068
Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi
Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangah setelah
sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/ menit)
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan sesuai temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat untuk
meneran:
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas):
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
Ganti handuk basah dengan handuk kering
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada sekitar 3
cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkarkan
kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
benang dengan simpul kunci
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan
posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan
baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu.
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/ masase.
Penilaian Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
Asuhan Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu paling sedikit 1
jam)
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
44. Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit
ibu – bayi.
45. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha
kanan anterolateral.
47.Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah.
49. Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama persalinan
Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-
60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5).
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam
keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk yang kering dan bersih.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV.
II. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
Menurut (Muslihatun, 2010) prinsip pendokumentasian manajemen kebidanan ada dua, yaitu :
A. Konsep Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis
data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah Berikut merupakan langkah-langkah
manajemen kebidanan yang dijelaskan oleh Varney:
1. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru
atau catatan sebelumnya, dan meninjau data laboratorium dan membandingkannya
dengan hasil studi.
Dalam melakukan pengkajian data dasar pasien kita sebagai bidan harus tahu
alasan tau rasionalisasi pengkajian data tersebut. Berikut ini rasionalisasi/alasan
pengkajian pada asuhan kebidanan :
1) Identitas ibu, terdiri dari
a) Nama
Mengkaji nama untuk mengenal ibu dan membantu menjalin keakraban
dengan ibu serta melengkapi identitas ibu.
b) Umur
Untuk deteksi dini komplikasi pada usia ibu. Apakah termasuk rentang
usia reproduksi sehat atau tidak, yaitu pada usia terlalu tua atau terlalu
muda.
c) Pendidikan
Data ini digunakan agar bidan dapat mengetahui tingkat intelektual ibu
karena tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang
dan menyesuaikan pemberian konseling pada ibu dengan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu.
d) Pekerjaan
Untuk mengetahui beban aktivitas ibu sehari-hari (apakah ibu beraktivitas
diluar rumah, berapa banyak ia berjalan, membawa beban berat atau
tidak, aktivitas tersebut akan mempengaruhi kehamilannya atau tidak)
serta untuk menentukan apakah ada keseimbangan antara beban fisik
dari pekerjaan ibu dengan istirahat yang ibu lakukan dengan asupan
makanan ibu.
e) Agama
Untuk menentukan dukungan spiritual yang akan diberikan bidan,
mengetahui perintah atau larangan dalam agama yang berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan ibu. Data ini juga dapat digunakan untuk
melakukan pendekatan dalam asuhan kebidanan yang diberikan.
f) Suku bangsa
Untuk mengetahui adat istiadat/kebiasaan yang dilaksanakan oleh ibu,
apakah kebiasaan itu membahayakan untuk ibu dan janin.
g) Identitas suami
Digunakan untuk mengenal suami dan memudahkan dalam melibatkan
suami dalam pemberian asuhan kebidanan.
h) Alamat
Data ini dapat digunakan untuk mengukur jarak dari tempat tinggal ibu ke
pelayanan kesehatan dan untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal
ibu.
2) Keluhan utama
Data ini digunakan untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu secara
fisik maupun psikologis sehingga klien datang ke tenaga kesehatan,
mengidentifikasi keluhan tersebut fisiologis/patologis, dan mendeteksi adanya
tanda bahaya atau komplikasi yang mungkin muncul.
3) Riwayat kesehatan
Data ini dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan ibu.
Apakah ibu sedang menderita penyakit tertentu yang dapat berpengaruh
terhadap kondisi ibu.
4) Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT
Untuk mengetahui umur kehamilan dan kapan tanggak perkiraan lahir.
b) Tanda bahaya
Untuk membantu menentukan diagnosa/masalah potensial yang
kemungkinan terjadi pada ibu.
c) Imunisasi TT
Untuk mengetahui apakah ibu sudah mendapatkan proteksi dari penyakit
tetanus.
d) Kekhawatiran khusus
Digunakan untuk mellihat apakah klien mengalami kekhawatiran
tertentu yang berakibat pada diri dan janinnya, serta membantu bidan
dalam memberikan konseling yang tepat sesuai dengan kebutuhan ibu.
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Jumlah kehamilan
Untuk mengetahui apakah kehamilan ibu termasuk kehamilan beresiko
atau tidak.
b) Jenis persalinan
Untuk menentukan apakah ibu termasuk golongan resiko tinggi atau tidak.
Dan menentukan asuhan yang akan diberikan.
c) Berat bayi
Untuk membantu menentukan riwayat kesehatan ibu dalam kehamilan
yang lalu misalnya apakah ibu menderita DM atau tidak.
6) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pengkajian pada pola nutrisi sangat penting untuk mengetahui gambaran
bagaimana ibu mencukupi asupan gizinya selama hamil dan nifas serta untuk
mengetahui apakah ibu berpantang makan tau tidak. Sehingga membantu
bidan dalam menentukan asuhan yang diberikan.
7) Riwayat psikososial
Untuk membantu bidan mendapatkan gambaran psikologis ibu dan membantu
dalam memberikan asuhan serta untuk mempersiapkan persalinan yang aman
untuk ibu.
2. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Standar nomenklatur diagnosis
kebidanan tersebut adalah diakui dan telah disyahkan oleh profesi, berhubungan
langsung dengan praktis kebidanan, memiliki ciri khas kebidanan, didukung oleh
clinical judgement dalam praktek kebidanan, dan dapat diselesaikan dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/ masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera.
Dalam langkah ini diperlukan tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/ atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kebutuhan klien. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan ibu dan anak.
5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
atau tidak akan dilakukan klien.
6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah ke lima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau anggota tim kesehatan lain. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefktifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif
sedang sebagian belum efektif.
B. Pendokumentasian SOAP
Menurut Mushlihatun (2010), dokumentasi SOAP adalah catatan tentang interaksi
antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon
pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang
telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di dalamnya tersirat proses berfikir bidan
yang simetris dalam menghadapi seseorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen
kebidanan. Prinsip dari metode SOAP merupakan proses pemikiran penatalaksanaan
manajemen yaitu:
1. Data Subjektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui annamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah
dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan di susun.
2. Data Objektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan medik di informasi dari
keluarga atau orang lain dapat di masukkan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien data fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.
3. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah kedua, ketiga, dan keempat sehingga mencakup hal-hal
sebagai berikut: diagnosis/ masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/ masalah potensial.
4. Penatalaksanaan (P)
Pendokumentasian menurut Helen Varney langkah kelima, keenam, dan
ketujuh. Pendokumetasian P dalam SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai
rencana yang telah di susun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi
masalah pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Y. and Evareny, L. (2015) ‘Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala
I Fase Laten Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin’, 4(1), pp. 70–77.
Atun Raudotul Ma’rifah, S. (2013) ‘Efektifitas Tehnik Counter Pressure Dan Endorphin Massage
Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 Pada Ibu Bersalin’, pp. 2–9.
C, V., & M, J. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4 ed.). Jakarta: EGC.
Herawati, B. (2013) ‘Hubungan Inisiasi Menyusui Dini’, Jurnal Riset Kesehatan, 6(5), pp. 289–294.
Herawati, R. (2016) ‘Evaluasi Tehnik Relaksasi Yang Paling Efektif Dalam Penatalaksanaan Nyeri
Persalinan Kala I Terhadap Keberhasilan Persalinan Normal’, 2(2), pp. 102–113.
indonesia, d. k., & bidan. (2017). kebidanan teori dan asuhan. jakarta: EGC.
JNPK-KR. (2008). Asuhan Persalinan Normal & inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Khairani Leli, Komariah, M. and Mardiah, W. (2012) ‘Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus
pada ibu post partum di ruang post partum kelas iii rshs bandung’, pp. 1–14
Kusyati, E., Astuti, L. P., & Pratiwi, D. D. (2012). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Tingkat Nyeri Persalinan Kala 1 di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang. I,
93-100.
Mander. 2012. Nyeri Persalinan. Jakarta. EGC
Manurung, S. et al. (2013) ‘Pengaruh Tehnik Pemberian Kompres Hangat Terhadap Perubahan
Skala Nyeri Persalinan Pada Klien Primigravida dan Puskesmas Cilandak Jakarta Selatan’,
4(1), pp. 1–8.
Putri, D. and Syakrani, F. (2015) ‘Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Proses Ambacang Bukittinggi
Tahun 2015’.
Reeder. 2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC
Saifuddin, A. B. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonataal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sari, E. N. (2014) ‘Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Dalam
Menghadapi Persalinan Di Rsud Dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto 2014’, (May), pp. 1–7.
Sarwono, P. (2010). Ilmu Kebidanan (2 ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono prawirohardjo.
Sofian. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi 3, Jilid 1.
Jakarta. EGCAryani, Y. and Evareny, L. (2015) ‘Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap
Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin’,
4(1), pp. 70–77.
Varney H, Jan M.K, C. (2010) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th edn. 2010: EGC.
Wardini Sri (2011) ‘volume perdarahan kala IV terdapat perbedaan volume perdarahan pada kala IV
pada IMD dan tidak IMD’, 3(2), pp. 79–94.
Wiyati, N., & Sumarah. (2009). Perawatan ibu bersalin (asuhan kebidanan pada ibu bersalin).
yogyakarta: fitramaya.