Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

DI PUSKESMAS PULOKULON II

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Kebidanan Semester IV

DISUSUN OLEH :

ALMA TUSSALMAH

P1337424417021

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018 / 2019


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini disusun oleh:

Nama : Alma Tussalmah


NIM : P1337424417021
Kelas : Sarjana Terapan Kebidanan Semester IV

Laporan Pendahuluan Berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS PULOKULON II”

Dalam Rangka Praktik Persalinan dan BBL yang telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Tahun 2019.

Grobogan, Mei 2019

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Sulistiyanawati, A.Md.Keb Alma Tussalmah


NIP. 1973060119930220006 NIM. P1337424417021

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Dhita Aulia Octaviani, S. ST, M.Keb


NIP. 198610222009122002

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Rahmat dan Hidayah Nya maka
penulis dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Di Puskesmas Pulokulon II”

Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan
Profesi Bidan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang. Dalam penulisan laporan ini, tidak
lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dhita Aulia Octaviani ,S. ST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
2. Ibu Sulistiyanawati, A.Md.Keb selaku Pembimbing Lahan
3. Orang tua yang telah memberi kasih sayang kepada kami sehingga laporan ilmiah
ini dapat terselesaikan
4. Teman-teman S1 Terapan Kebidanan Semester IV
5. Dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam laporan ilmiah ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan penulis yang masih sangat perlu untuk
ditingkatkan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
semua pihak demi kemajuan penulis sendiri dan banyak orang kemudian.

Grobogan, Mei 2019

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia
28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang
awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus
hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua
sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya
diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang
dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari (Riskesdas, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator
angka kematian yang berhubungan dengan anak. Kematian neonatal memiliki
kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil
survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN)
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI
tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20
per 1.000 kelahiran hidup.
Komplikasi Neonatal yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu
asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebenarnya dapat segera
dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan,
kemampuan tenaga kesehatan, keadaan ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan
dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orangtua untuk mencari
pertolongan (Kemenkes RI, 2015:129).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir?
2. Apa saja asuhan kebidanan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir?

C. Tujuan
1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir.
2. Mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir.

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28hari (Kementerian
KesehatanRI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).

Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 –4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan Kukuh 2012).

2. Tanda – Tanda Neonatus Normal


Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram,
umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan,
menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan
RI,2010).
Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh
tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimance (reaksi terhadap
rangsangan) menangis atau batuk ataupun bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif,
respiration (usaha nafas) bayi menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012).
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C),
warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3
tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk
berlebihan, tidak muntah. Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat
merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24
jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak
menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai,
kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo 2002
dalam Rukiyah 2012).

3. Klasifikasi Neonatus
Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infant) :<259 hari ( 37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut beratlahir :
1) Berat lahir rendah: <2500 gram.2.
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan.
2) Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan.

4. Fisiologi Neonatus
Menurut Fraser (2009:690), transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke
kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis, dan menuntut perubahan
fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan
hidup. Bayi harus melakukan  penyesuaian mayor pada sistem pernapasan, sirkulasi,
dan pengaturan suhu tubuh. Adaptasi awal ini sangat penting bagi kesejahteraan bayi
selanjutnya.
a. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit yang cenderung
dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan abdomen. Dua faktor yang
berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah sebagai  berikut :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernapasan di otak.
2) Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis. Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru
untuk pertama kali. Produksi surfaktan mulai meningkat dimulai dari usia
kehamilan 20 minggu sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu
kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru
dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir  pernapasan. Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan  pertukaran udara.
Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami
vasokonstriksi sehingga tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk
menerima oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi jaringan.
Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong terjadinya
peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru serta
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Rohani,
2011: 246-247).
b. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar
rahim, harus terjadi dua perubahan besar diantaranya :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta sebagai akibat
meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus. Dengan pelepasan plasenta
pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor
guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk
di reoksigenasi (Fraser, 2009: 691). Hal ini dipengaruhi saat pemotongan tali
pusat yang mengakibatkan aliran darah pada atrium kanan menurun sehingga
tekanan pada atrium kanan juga menurun sehingga darah dengan kandungan
oksigen sedikit  bergerak mengalir menuju paru-paru. Darah yang berisi
oksigen yang kembali ke jantung dari paru-paru meningkatkan tekanan pada
atrium kanan dan penurunan pada atrium kiri sehingga foramen ovale secara
fugsional akan menutup (Rohani, 2011: 248). Frekuensi denyut jantung  bayi
rata-rata 140 kali per menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-160
kali/menit. Frekuensi jantung saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi
bangun. Saat tidur, frekuensi jantung bayi menurun dengan nilai paling
rendah 100 kali/menit dan dapat mencapai 180 kali/ menit saat menangis
(Ladewig, 2006).
c. Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian
menyesuaikan lingkungan luar rahim yang lebih dingin yang menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya
yang merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh
bayi. Timbunan lemak coklat ini mampu meningkatkan  panas tubuh bayi sampai
100%. Untuk membakar lemak coklat ini seorang  bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin, konsumsi oksigen
akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan vasokontriksi  pulmoner
sehingga ambilan oksigen dan kadar oksigen di jaringan menurun. Glikolisis
anaerobik meningkat mengakibatkan asidosis metabolik (Rohani, 2011). Suhu
inti normal bayi sekitar 36°C-37°C. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
melalui empat mekanisme (Rohani, 2011) :
1) Konveksi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara
sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan  permukaan yg dingin.
3) Radiasi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda
yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh  bayi.
4) Evaporasi Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya cairan ketuban
pada  permukaan tubuh karena tidak segera dikeringkan.
d. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas,
(15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini
akan meningkat secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya  bayi baru lahir.
Waktu pengosongan lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran
tubuhnya, usus bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari
permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi defisiensi
amilase dan lipase yang menurunkan kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan
lemak. Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu kehamilan,
dikeluarkan dalam waktu 24 jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam
waktu 48-72 jam. Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta
mengandung empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel. Sejak hari ke 3 hingga
hari ke 5 kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan bewarna kuning
kecoklatan.
Setelah bayi diberi makan, feses  bewarna kuning. ASI mengakibatkan
karakterisitik feses lunak, kuning terang atau keemasan, dan tidak mengiritasi
kulit bayi, sedangkan pada  pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi
tetap lunak, bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta cenderung
mengiritasi kulit  bayi. Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel
darah merah 40-90 hari) menyebabkan ikterus sementara yang muncul pada hari
ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah yang mengalami penghancuran ini
menghasilkan bilirubin indirek. Pada bayi baru lahir, hati masih belum sempurna
dalam pengubahan bilirubin indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat
bilirubin direk yang kembali terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam hati.
Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang sehingga dibutuhkan pemberian
makanan dini guna mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal (2,6-4,4
mmol/L) (Fraser, 2009).
e. Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Terdapat imunoglobin
utama, IgG, IgA, IgM dan hanya IgG yang cukup kecil menembus sawar
plasenta. Pada saat lahir IgG bayi sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini
memberikan kekebalan pasif selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi
saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan mata. ASI dan terutama kolostrum
memberikan kekebalan pasif pada bayi dalam bentuk lactobacillus bifidus,
lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA (Fraser, 2009).
f. Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan cairan
meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar ureum yang masih
rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama.
Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang
cukup. Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem
ginjal, hal ini dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani,
2011: 250).
g. Sistem Reproduksi
Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak perempuan labia
mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis pada anak laki-laki tidak turun
hingga usia pubertas, tetapi anak perempuan mempunyai ovum  pada indung
telurnya. Pada kedua jenis kelamin, hilangnya estrogen maternal menyebabkan
pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi air susu pada hari ke-4 atau ke-5
(Fraser, 2009).
h. Sistem Otot dan Rangka
Otot sudah dalam keadaan sempurna pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertrofi. Tulang panjang belum mengalami osifikasi secara sempurna
untuk memfasilitasi pertumbuhan epifisis. Tulang kepala juga  belum mengalami
osifikasi. Ini penting untuk pertumbuhan otak dan memfasilitasi molase selama
persalinan yang hilang beberapa hari setelah  persalinan. Ubun-ubun belakang
menutup pada minggu ke 6 sampai ke 8. Ubun-ubun besar menutup pada usia 18
bulan (Fraser, 2009).
i. Sistem Neurologis
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf belum matang
secara anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek yang terdapat pada  bayi
baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan
muskuloskeletal (Sondakh, 2013).
Tabel Refleks Pada Bayi Baru Lahir (Wahyuni, 2012)
Refleks Respons
Reflek Dinilaidengan mengetuk daerah pangkal hidung secara
Glabelar perlahan menggunakan jari telujuk saat mata terbuka. Bayi
akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
Reflek Reflek ini dinilai dengan memberi tekanan pada
Sucking mulut bayi dilangit bagian dalam gusi atas yang akan
menimbulkan isapan yang kuat dan cepat. Reflek ini juga
dapat dilihat pada waktu bayi menyusu.
Reflek Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi. Dapat
Rooting dinilai dengan mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi
akan menolehkan kepalanya kearah jari kita dan membuka
mulutnya.
Reflek Refleks ini dinilai dengan meletakkan jari telunjuk
Grasping pemeriksa ada telapak tangan bayi, tekanan dengan
perlahan,
Refleks Pemeriksaan refleks ini dengan memberi goresan
Babinski telapak kaki dimulai dari tumit. Gores sisi lateral telapak
kaki kearah atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak
kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari
kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
Reflek Moro Refleks ini ditunjukan dengan timbulnya
pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
Fungsi pemeriksaan ini adalah menguji kondisi umum bayi
serta kenormalan sistem syaraf pusatnya.
Reflek Tonik Ekstremitas pada satu sisi ketika kepala ditolehkan akan
Neck  ekstensi, dan ekstermitas yang berlawanan akan fleksi bila
kepala bayi ditolehkan ke satu sisi saat istirahat. Respon ini
mungkin tidak ada atau tidak lengkap segera setelah lahir.
Reflek Bayi menggerakkan tungakainya dalam waktu gerakan
Melangkah berjalan atau melangkah jika kita memegang lengannya
sedangkan kakinya dibiarkan menyentuh permukaan yang
rata dank keras.
Reflek Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan
Merangkak kedua tangan dan kaki ke depan dengan kedua tangan dan
kaki permukaan datar.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan


Masa Neonatal (0-28 hari) Pertumbuhan dan perkembangan bayi setelah lahir
adalah terjadinya adaptasi pada semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi tersebut
dimulai dari sistem pernapasan yaitu pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan
antara 35-50 kali per menit, penyesuain denyut jantung antara 120-160 kali per menit
dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada,
kemudian terjadi aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi
kebutuhan gizi seperti menangis, memutar-mutar kepala, menghisap, dan
menelan.Pada masa neonatal, perkembangan motorik kasar ditandai dengan gerakan
seimbang tubuh, mulai mengangkat kepala. Kemudian perkembangan motorik halus
ditandai dengan kemampuan anak mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon
terhadap gerakan jari atau tangan. Perkembangan bahasa adanya kemampuan bersuara
(menangis) dan bereaksi terhadap suara dan perkembangan sosial anak mulai
tersenyum serta menatap untuk mengenali seseorang.

6. Aspek – Aspek Penting dari Perawatan Bayi Baru Lahir


Dalam waktu 24 jam, bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan
sebagai berikut :
1) Pertahankan Suhu Tubuh Bayi
a. Hindarkan memandikan bayi setelah lahir, tunggu minimal 6 jam setelah bayi
dilahirkan. Dan pastikan tidak terdapat masalah medis serta suhu tubuhnya
tetap normal.
b. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tetap
tertutup.
2) Pemeriksaan Bayi Bayi baru lahir akan menjalani prosedur pemeriksaan. Beberapa
diantarnya dilakukan segera setelah lahir, dan yang lainnya ditunda sampai sesaat
sebelum pulang dari klinik bersalin ataupun rumah sakit.
Bayi yang diperiksa dengan karakteristik bayi baru lahir sebagai berikut :
a. Kepala
Kepala bayi mungkin tampak tidak seimbang dan berbentuk lonjong
seperti buah melon akibat tekanan dijalan lahir. Besar kepala tampak tidak
proporsional dengan tubuhnya. Leher pendek dan berlipat-lipat. Membran liat
menutupi dua titik bukan kepala yang disebut Fontanel, yakni tulang tengkorak
yang belum menyatu. Fontanel anterior, merupakan fontanel yang lebih besar
diatas agak kedepan, menutup setelah usia 18-24 bulan.
Sedangkan fontanel posterior, terletak lebih kebelakang, menutup pada usia 6
bulan.Seberapa lebat rambut bayi baru lahir sulit untuk diperkirakan. Beberapa
bayi tidak memiliki rambut atau hanya sejumput rambut yang akan rontok dan
tumbuh kembali setelah 6 minggu. Sedangkan bayi yang lain mungkin akan
lahir dengan lebat dan tidak mungkin tidak mudah rontok.
b. Wajah
Mata bayi baru lahir mungkin tampak merah dan bengkak akibat
tekanan pada saat lahir dan akibat obat tetes atau salep mata yang digunakan.
Bayi berkulit terang biasanya memiliki mata biru keabu-abuan, dan bayi
berkulit gelap biasanya memiliki mata berwarna cokelat. Warna permanen
belum terbentuk sampai usia sekitar 6 bulan. Air mata sudah ada sejak lahir,
tetapi tidak akan keluar sampai usia 6 minggu atau lebih.Hidung bayi baru
lahir, yang seluruhnya tersusun dari jaringan kartilago, tampak datar dan lebar.
Pipi biasanya berlemak dan wajah kadang-kadang tampak tanpa bentuk dagu
yang jelas.
c. Kulit
Kulit bayi baru lahir keriput dan longgar, dan mungkin mulai tampak
kering dan mengelupas setelah beberapa hari. Tubuh bayi baru lahir mungkin
dilapisi verniks kaseosa, lapisan putih dan berminyak yang berfungsi
mempermudah gerakan bayi saat dijalan lahir. Tubuh bayi juga memiliki
lanugo, rambut halus dibahu, punggung, dan pipi. Lanugo akan menghilang
dalam beberapa hari.
d. Badan
Perut bayi baru lahir lebar, dengan pinggul kecil dan badan melengkung
kedepan. Punting tali pusat masih ada yang merupakan potongan tali pusat.
Puntung tali pusat akan mongering dan terlepas sendiri, kebanyakan dalam 10-
14 hari.Payudara dan genital bayi baru lahir mungkin tampak membengkak
baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan adanya hormone ibu dan
bayi lahir mungkin mengeluarkan sedikit darah dari vagina. Umumnya
pembengkakan ini akan menghilang dalam 3-5 hari. Urine dan feses pertama
biasanya akan keluar dalam 24 jam pertama.
e. Lengan
Lengan bayi baru lahir dalam posisi fleksi atau menekuk. Tangan
biasanya teraba dingin dan melegkung hingga pergelangan tangan, mungkin
tampak kebiruan karena sistem sirkulasi yang belum sempurna. Pergelangan
tangan tampak gemuk dan berlipat-lipat, sedangkan kuku jari tampak panjang
dan tajam.
f. Kaki
Lutut bayi baru lahir menekuk dan kaki melengkung. Seperti ditangan,
sistem sirkulasi bayi yang belum sempurna menyebabkan kaki tampak
kebiruan. Kaki pada bayi baru lahir mungkin terdapat bercak-bercak dan
tampak datar karena bantalan lemak ditelapak kaki.
3) Memandikan Bayi
Mandi pada bayi bukan hanya untuk membersihkan tubuh, tetapi merupakan
hal yang sangat menyenangkan bayi. Bagi orang tua mandi merupakan alat
komunikasi antara orang tua dengan bayinya, karena pada saat mandi orang tua
bisa melakukan sentuhan, usapan dan berbicara langsung walaupun bayi tidak
mengerti arti ucapan tersebut.
Memandikan bayi bagi pasangan muda merupakan pekerjaan yang berat dan
membingungkan. Bukan berat dalam arti yang sebenarnya tetapi karena sulit untuk
melakukannya. Memandikan bayi bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi jika
mengetahui pedoman memandikan bayi sebelum mempunyai anak, hal ini akan
menjadi pekerjaan yang ringan.
Pada kenyataanya, bayi akan merasa lebih hangat dan tenang jika direndam
dalam air hangat. Bayi baru lahir tidak perlu sering-sering dimandikan, sebaiknya
mandikan sekali atau dua kali seminggu (Penny Simkin, P.T, dkk, 2007).Sebelum
memandikan bayi lebih dahulu harus diperhatikan hal-hal berikut :
a. Mandikanlah bayi pada waktu yang sama setiap hari
b. Saat memandikan harus memperhatikan :
1) Tidak ada gangguan dan harus tenang
2) Tidak sibuk
3) percaya diri
c. Memandikan bayi sebaiknya dilakukan sebelum bayi diberi makan, tetapi harus
ingat bayi tidak boleh lapar.
d. Dilarang memandikan bila bayi baru diberi makan, karena bayi akan mudah
muntah. Bayi yang diberi makan sebelum mandi sebaiknya ditunggu hingga 15
sampai 20 menit baru dimandikan.
e. Ruangan harus dijaga tetap hangat, karena bayi sangat mudah untuk kehilangan
panas.

4) Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat merupakan tindakan kebidanan yang bertujuan merawat
tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.
Alat dan bahan : Kasa steril, air bersih dan sabun
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan dengan kassa
steril
3. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi
dengan kain bersih dan longgar
4. Lipat popok di bawah sisa tali pusat
5. Jika tali pusat terkena kotoran (feses), cuci dengan sabun dan air bersih
kemudian keringkan
6. Cuci tangan

5) Perawatan Kulit Bayi


Banyak orang menginginkan agar kulitnya sama dengan kulit bayi, sebab kulit
bayi halus dan menarik. Bayi dalam kandungan kulitnya masih dilindungi lapisan
berwarna keputihan (vernik).Perbedaan kulit bayi dengan orang dewasa, yaitu :
Kulit Bayi Kulit Orang Dewasa
Tidak mampu melawan infeksi Mampu
Sedikit memproduksi melanin Banyak memproduksi melanin
Tembus air Tidak tembus air
Lebih tipis Lebih tebal
Perlu perawatan khusus Tidak perlu perawatan khusus
Masalah yang sering timbul pada kulit bayi antara lain :
1. Kulit kering
2. Lecet
3. Dermatitis Seboroik
4. Ruam Susu
5. Ruam Popok
6. Ruam Panas
7. Biang Keringat
6) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri
bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1%
atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1
jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri.


Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan
RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease
of the newborn dapat diberikandalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih
terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi
absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer,
2013).Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).

8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di pahakanan


Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu
ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI,
2010).

9) Pemberian ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan.
Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri

Marmi. Rahardjo, Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Rohani, dkk. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba Medika

Rukiyah, Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info
Media

Saifuddin, 2011. Buku Acuan Nasional Perawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.

Simkin, Penny, dkk. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi, Jakarta:
ARCAN

Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Erlangga

Anda mungkin juga menyukai