DI PUSKESMAS PULOKULON II
DISUSUN OLEH :
ALMA TUSSALMAH
P1337424417021
JURUSAN KEBIDANAN
Dalam Rangka Praktik Persalinan dan BBL yang telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Tahun 2019.
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Rahmat dan Hidayah Nya maka
penulis dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Di Puskesmas Pulokulon II”
Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan
Profesi Bidan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang. Dalam penulisan laporan ini, tidak
lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dhita Aulia Octaviani ,S. ST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
2. Ibu Sulistiyanawati, A.Md.Keb selaku Pembimbing Lahan
3. Orang tua yang telah memberi kasih sayang kepada kami sehingga laporan ilmiah
ini dapat terselesaikan
4. Teman-teman S1 Terapan Kebidanan Semester IV
5. Dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam laporan ilmiah ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan penulis yang masih sangat perlu untuk
ditingkatkan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
semua pihak demi kemajuan penulis sendiri dan banyak orang kemudian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia
28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang
awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus
hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua
sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya
diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang
dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari (Riskesdas, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator
angka kematian yang berhubungan dengan anak. Kematian neonatal memiliki
kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil
survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN)
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI
tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20
per 1.000 kelahiran hidup.
Komplikasi Neonatal yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu
asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebenarnya dapat segera
dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan,
kemampuan tenaga kesehatan, keadaan ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan
dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orangtua untuk mencari
pertolongan (Kemenkes RI, 2015:129).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir?
2. Apa saja asuhan kebidanan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir?
C. Tujuan
1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir.
2. Mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28hari (Kementerian
KesehatanRI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 –4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan Kukuh 2012).
3. Klasifikasi Neonatus
Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infant) :<259 hari ( 37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut beratlahir :
1) Berat lahir rendah: <2500 gram.2.
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan.
2) Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan.
4. Fisiologi Neonatus
Menurut Fraser (2009:690), transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke
kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis, dan menuntut perubahan
fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan
hidup. Bayi harus melakukan penyesuaian mayor pada sistem pernapasan, sirkulasi,
dan pengaturan suhu tubuh. Adaptasi awal ini sangat penting bagi kesejahteraan bayi
selanjutnya.
a. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit yang cenderung
dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan abdomen. Dua faktor yang
berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah sebagai berikut :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernapasan di otak.
2) Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis. Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru
untuk pertama kali. Produksi surfaktan mulai meningkat dimulai dari usia
kehamilan 20 minggu sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu
kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru
dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasan. Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.
Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami
vasokonstriksi sehingga tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk
menerima oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi jaringan.
Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong terjadinya
peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru serta
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Rohani,
2011: 246-247).
b. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar
rahim, harus terjadi dua perubahan besar diantaranya :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta sebagai akibat
meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus. Dengan pelepasan plasenta
pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor
guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk
di reoksigenasi (Fraser, 2009: 691). Hal ini dipengaruhi saat pemotongan tali
pusat yang mengakibatkan aliran darah pada atrium kanan menurun sehingga
tekanan pada atrium kanan juga menurun sehingga darah dengan kandungan
oksigen sedikit bergerak mengalir menuju paru-paru. Darah yang berisi
oksigen yang kembali ke jantung dari paru-paru meningkatkan tekanan pada
atrium kanan dan penurunan pada atrium kiri sehingga foramen ovale secara
fugsional akan menutup (Rohani, 2011: 248). Frekuensi denyut jantung bayi
rata-rata 140 kali per menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-160
kali/menit. Frekuensi jantung saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi
bangun. Saat tidur, frekuensi jantung bayi menurun dengan nilai paling
rendah 100 kali/menit dan dapat mencapai 180 kali/ menit saat menangis
(Ladewig, 2006).
c. Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian
menyesuaikan lingkungan luar rahim yang lebih dingin yang menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya
yang merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh
bayi. Timbunan lemak coklat ini mampu meningkatkan panas tubuh bayi sampai
100%. Untuk membakar lemak coklat ini seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin, konsumsi oksigen
akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan vasokontriksi pulmoner
sehingga ambilan oksigen dan kadar oksigen di jaringan menurun. Glikolisis
anaerobik meningkat mengakibatkan asidosis metabolik (Rohani, 2011). Suhu
inti normal bayi sekitar 36°C-37°C. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
melalui empat mekanisme (Rohani, 2011) :
1) Konveksi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara
sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yg dingin.
3) Radiasi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda
yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
4) Evaporasi Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh karena tidak segera dikeringkan.
d. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas,
(15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini
akan meningkat secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Waktu pengosongan lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran
tubuhnya, usus bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari
permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi defisiensi
amilase dan lipase yang menurunkan kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan
lemak. Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu kehamilan,
dikeluarkan dalam waktu 24 jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam
waktu 48-72 jam. Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta
mengandung empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel. Sejak hari ke 3 hingga
hari ke 5 kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan bewarna kuning
kecoklatan.
Setelah bayi diberi makan, feses bewarna kuning. ASI mengakibatkan
karakterisitik feses lunak, kuning terang atau keemasan, dan tidak mengiritasi
kulit bayi, sedangkan pada pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi
tetap lunak, bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta cenderung
mengiritasi kulit bayi. Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel
darah merah 40-90 hari) menyebabkan ikterus sementara yang muncul pada hari
ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah yang mengalami penghancuran ini
menghasilkan bilirubin indirek. Pada bayi baru lahir, hati masih belum sempurna
dalam pengubahan bilirubin indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat
bilirubin direk yang kembali terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam hati.
Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang sehingga dibutuhkan pemberian
makanan dini guna mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal (2,6-4,4
mmol/L) (Fraser, 2009).
e. Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Terdapat imunoglobin
utama, IgG, IgA, IgM dan hanya IgG yang cukup kecil menembus sawar
plasenta. Pada saat lahir IgG bayi sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini
memberikan kekebalan pasif selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi
saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan mata. ASI dan terutama kolostrum
memberikan kekebalan pasif pada bayi dalam bentuk lactobacillus bifidus,
lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA (Fraser, 2009).
f. Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan cairan
meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar ureum yang masih
rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama.
Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang
cukup. Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem
ginjal, hal ini dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani,
2011: 250).
g. Sistem Reproduksi
Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak perempuan labia
mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis pada anak laki-laki tidak turun
hingga usia pubertas, tetapi anak perempuan mempunyai ovum pada indung
telurnya. Pada kedua jenis kelamin, hilangnya estrogen maternal menyebabkan
pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi air susu pada hari ke-4 atau ke-5
(Fraser, 2009).
h. Sistem Otot dan Rangka
Otot sudah dalam keadaan sempurna pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertrofi. Tulang panjang belum mengalami osifikasi secara sempurna
untuk memfasilitasi pertumbuhan epifisis. Tulang kepala juga belum mengalami
osifikasi. Ini penting untuk pertumbuhan otak dan memfasilitasi molase selama
persalinan yang hilang beberapa hari setelah persalinan. Ubun-ubun belakang
menutup pada minggu ke 6 sampai ke 8. Ubun-ubun besar menutup pada usia 18
bulan (Fraser, 2009).
i. Sistem Neurologis
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf belum matang
secara anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek yang terdapat pada bayi
baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan
muskuloskeletal (Sondakh, 2013).
Tabel Refleks Pada Bayi Baru Lahir (Wahyuni, 2012)
Refleks Respons
Reflek Dinilaidengan mengetuk daerah pangkal hidung secara
Glabelar perlahan menggunakan jari telujuk saat mata terbuka. Bayi
akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
Reflek Reflek ini dinilai dengan memberi tekanan pada
Sucking mulut bayi dilangit bagian dalam gusi atas yang akan
menimbulkan isapan yang kuat dan cepat. Reflek ini juga
dapat dilihat pada waktu bayi menyusu.
Reflek Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi. Dapat
Rooting dinilai dengan mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi
akan menolehkan kepalanya kearah jari kita dan membuka
mulutnya.
Reflek Refleks ini dinilai dengan meletakkan jari telunjuk
Grasping pemeriksa ada telapak tangan bayi, tekanan dengan
perlahan,
Refleks Pemeriksaan refleks ini dengan memberi goresan
Babinski telapak kaki dimulai dari tumit. Gores sisi lateral telapak
kaki kearah atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak
kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari
kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
Reflek Moro Refleks ini ditunjukan dengan timbulnya
pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
Fungsi pemeriksaan ini adalah menguji kondisi umum bayi
serta kenormalan sistem syaraf pusatnya.
Reflek Tonik Ekstremitas pada satu sisi ketika kepala ditolehkan akan
Neck ekstensi, dan ekstermitas yang berlawanan akan fleksi bila
kepala bayi ditolehkan ke satu sisi saat istirahat. Respon ini
mungkin tidak ada atau tidak lengkap segera setelah lahir.
Reflek Bayi menggerakkan tungakainya dalam waktu gerakan
Melangkah berjalan atau melangkah jika kita memegang lengannya
sedangkan kakinya dibiarkan menyentuh permukaan yang
rata dank keras.
Reflek Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan
Merangkak kedua tangan dan kaki ke depan dengan kedua tangan dan
kaki permukaan datar.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Marmi. Rahardjo, Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Rohani, dkk. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba Medika
Rukiyah, Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info
Media
Saifuddin, 2011. Buku Acuan Nasional Perawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Simkin, Penny, dkk. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi, Jakarta:
ARCAN
Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Erlangga