Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH


KUNJUNGAN NEONATUS KETIGA PADA AN. NY. U USIA 6 JAM
DI RUMAH SAKIT TUGUREJO

Di Susun Oleh :

NISMA NUR OKTAVIANA

P1337424417048

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


SEMARANG
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Ilmiah ini disusun oleh:

Nama : Nisma Nur Oktaviana


NIM : P1337424417048
Kelas : Sarjana Terapan Kebidanan Semester V

Laporan ilmiah berjudul “LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny.
U KUNJUNGAN NEONATUS KE SATU USIA 6 JAM DI RUMAH SAKIT
TUGUREJO ”
Dalam Rangka Praktik Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas yang telah diperiksa
dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2018.
Semarang, November 2019

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Woro I, SST Nisma Nur Oktaviana


NIP. NIM. P1337424417048

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Agustin Setianingsih, S.SiT.M.Kes


NIP. 197908202002122003
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Rahmat dan Hidayah
Nya maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah Kunjungan Neonatus Ketiga pada By. Ny. U Usia 6 Jam di Rumah
Sakir Tugurejo.

Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan Semarang
Poltekkes Kemenkes Semarang.

Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Agustin Setianingsih, S.SiT.M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Institusi

2. Ibu Woro I, S.S.T selaku Pembimbing Lahan

3. Orang tua yang telah memberi kasih sayang kepada kami sehingga
laporan ilmiah ini dapat terselesaikan

4. Teman-teman S1 Terapan Kebidanan Semester V

5. Dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam laporan ilmiah ini.

Dalam penulisan laporan ini penulis merasa banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan penulis yang masih
sangat perlu untuk ditingkatkan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kemajuan penulis
sendiri dan banyak orang kemudian.
.
Semarang, November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai


dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat
besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada
ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini
terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia
kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi,
berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap
sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN
2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8-
28 hari (Riskesdas, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak.
Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar
59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan RI
tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun
2007 dan hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003
yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Komplikasi Neonatal yang menjadi penyebab kematian terbanyak
yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini
sebenarnya dapat segera dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh
akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan
ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya
deteksi dini, dan kesadaran orangtua untuk mencari pertolongan
(Kemenkes RI, 2015:129).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah aplikasi Asuhan Kebidanan Kunjungan Neonatus ke-1 di
Rumah Sakit Tugurejo?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui aplikasi Asuhan Kebidanan Kunjungan Neonatus ke-1
di Rumah Sakit Tugurejo
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu :
a. Melaksanakan pengkajian data subyektif melalui anamnesa
b. Melaksanakan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan fikik
dan pemeriksaan penunjang
c. Mengidentifikasi diagnosa dari hasil pengkajian data subyektif dan
obyektif
d. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan diagnose
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28hari
(Kementerian KesehatanRI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu
jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya
2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 –
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan
Kukuh 2012).

2. Tanda – Tanda Neonatus Normal


Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak
ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,2010).
Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna
kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit,
grimance (reaksi terhadap rangsangan) menangis atau batuk ataupun
bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi
menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012). Kehangatan tidak
terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C),
warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2
sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi makan, hisapan
kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak juga terlihat tanda-
tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau
busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau
tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau
tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai, kejang-
kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo
2002 dalam Rukiyah 2012).

3. Klasifikasi Neonatus
Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infant) :<259 hari ( 37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut beratlahir :
1) Berat lahir rendah: <2500 gram.2.
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan.
2) Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan.

4. Fisiologi Neonatus
Menurut Fraser (2009:690), transisi dari kehidupan di dalam
kandungan ke kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis,
dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi,
guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Bayi harus
melakukan penyesuaian mayor pada sistem pernapasan, sirkulasi, dan
pengaturan suhu tubuh. Adaptasi awal ini sangat penting bagi
kesejahteraan bayi selanjutnya.
a. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit yang
cenderung dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan
abdomen. Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama
bayi adalah sebagai berikut :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak.
2) Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paru-
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke
dalam paru-paru secara mekanis. Upaya pernapasan pertama
seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-
paru dan mengembangkan alveolus paru untuk pertama kali.
Produksi surfaktan mulai meningkat dimulai dari usia kehamilan
20 minggu sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu
kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan
permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.
Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami
vasokonstriksi sehingga tidak ada pembuluh darah yang terbuka
untuk menerima oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi
jaringan. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-
paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru serta merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Rohani,
2011: 246-247).
b. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua
perubahan besar diantaranya :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
sebagai akibat meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus.
Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi
harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah
yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk di
reoksigenasi (Fraser, 2009: 691). Hal ini dipengaruhi saat
pemotongan tali pusat yang mengakibatkan aliran darah pada
atrium kanan menurun sehingga tekanan pada atrium kanan juga
menurun sehingga darah dengan kandungan oksigen
sedikit bergerak mengalir menuju paru-paru. Darah yang berisi
oksigen yang kembali ke jantung dari paru-paru meningkatkan
tekanan pada atrium kanan dan penurunan pada atrium kiri
sehingga foramen ovale secara fugsional akan menutup (Rohani,
2011: 248). Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali per
menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-160
kali/menit. Frekuensi jantung saat bayi tidur berbeda dari
frekuensi saat bayi bangun. Saat tidur, frekuensi jantung bayi
menurun dengan nilai paling rendah 100 kali/menit dan dapat
mencapai 180 kali/ menit saat menangis (Ladewig, 2006).
c. Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-
perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian menyesuaikan
lingkungan luar rahim yang lebih dingin yang menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya yang merupakan hasil penggunaan lemak
coklat yang terdapat di seluruh tubuh bayi. Timbunan lemak coklat
ini mampu meningkatkan panas tubuh bayi sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat ini seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas.
Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin,
konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan
vasokontriksi pulmoner sehingga ambilan oksigen dan kadar
oksigen di jaringan menurun. Glikolisis anaerobik meningkat
mengakibatkan asidosis metabolik (Rohani, 2011). Suhu inti normal
bayi sekitar 36°C-37°C. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
melalui empat mekanisme (Rohani, 2011) :
1) Konveksi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi Kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yg dingin.
3) Radiasi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan
dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari
temperatur tubuh bayi.
4) Evaporasi Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya
cairan ketuban pada permukaan tubuh karena tidak segera
dikeringkan.
d. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung
sendiri sangat terbatas, (15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir
cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan meningkat secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Waktu pengosongan
lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran tubuhnya, usus
bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari
permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi
defisiensi amilase dan lipase yang menurunkan kemampuan bayi
mencerna karbohidrat dan lemak. Mekonium yang telah ada di usus
besar sejak usia 16 minggu kehamilan, dikeluarkan dalam waktu 24
jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam waktu 48-72 jam.
Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta
mengandung empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel. Sejak hari
ke 3 hingga hari ke 5 kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan
bewarna kuning kecoklatan.
Setelah bayi diberi makan, feses bewarna kuning. ASI
mengakibatkan karakterisitik feses lunak, kuning terang atau
keemasan, dan tidak mengiritasi kulit bayi, sedangkan
pada pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi tetap
lunak, bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta
cenderung mengiritasi kulit bayi. Tingginya kadar pemecahan sel
darah merah (umur sel darah merah 40-90 hari) menyebabkan ikterus
sementara yang muncul pada hari ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah
yang mengalami penghancuran ini menghasilkan bilirubin indirek.
Pada bayi baru lahir, hati masih belum sempurna dalam pengubahan
bilirubin indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat bilirubin
direk yang kembali terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam
hati. Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang sehingga
dibutuhkan pemberian makanan dini guna mempertahankan kadar
glukosa darah tetap normal (2,6-4,4 mmol/L) (Fraser, 2009).
e. Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Terdapat imunoglobin utama, IgG, IgA, IgM dan hanya IgG yang
cukup kecil menembus sawar plasenta. Pada saat lahir IgG bayi
sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini memberikan kekebalan
pasif selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan mata. ASI dan terutama
kolostrum memberikan kekebalan pasif pada bayi dalam
bentuk lactobacillus bifidus, lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA
(Fraser, 2009).
f. Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan
cairan meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar
ureum yang masih rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih
dalam 24 jam pertama. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat
menunjukan masukan cairan yang cukup. Intake cairan sangat
mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal, hal ini
dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani,
2011: 250).
g. Sistem Reproduksi
Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak
perempuan labia mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis
pada anak laki-laki tidak turun hingga usia pubertas, tetapi anak
perempuan mempunyai ovum pada indung telurnya. Pada kedua
jenis kelamin, hilangnya estrogen maternal menyebabkan
pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi air susu pada hari
ke-4 atau ke-5 (Fraser, 2009).
h. Sistem Otot dan Rangka
Otot sudah dalam keadaan sempurna pada saat lahir, tetapi
tumbuh melalui proses hipertrofi. Tulang panjang belum mengalami
osifikasi secara sempurna untuk memfasilitasi pertumbuhan epifisis.
Tulang kepala juga belum mengalami osifikasi. Ini penting untuk
pertumbuhan otak dan memfasilitasi molase selama persalinan yang
hilang beberapa hari setelah persalinan. Ubun-ubun belakang
menutup pada minggu ke 6 sampai ke 8. Ubun-ubun besar menutup
pada usia 18 bulan (Fraser, 2009).
i. Sistem Neurologis
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf belum
matang secara anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek yang
terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara
sistem saraf dan muskuloskeletal (Sondakh, 2013).
Tabel Refleks Pada Bayi Baru Lahir (Wahyuni, 2012)
Refleks Respons
Reflek Dinilai dengan mengetuk daerah pangkal hidung
Glabelar secara perlahan menggunakan jari telujuk saat
mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada
4 sampai 5 ketukan pertama.
Reflek Reflek ini dinilai dengan memberi
Sucking tekanan pada mulut bayi dilangit bagian dalam
gusi atas yang akan menimbulkan isapan yang
kuat dan cepat. Reflek ini juga dapat dilihat pada
waktu bayi menyusu.
Reflek Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
Rooting Dapat dinilai dengan mengusap pipi bayi dengan
lembut, bayi akan menolehkan kepalanya kearah
jari kita dan membuka mulutnya.
Reflek Refleks ini dinilai dengan meletakkan jari
Grasping telunjuk pemeriksa ada telapak tangan bayi,
tekanan dengan perlahan,
Refleks Pemeriksaan refleks ini dengan memberi
Babinski goresan telapak kaki dimulai dari tumit. Gores sisi
lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakan
jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan
menunjukkan respon berupa semua jari kaki
hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
Reflek Moro Refleks ini ditunjukan dengan
timbulnya pergerakan tangan yang simetris
apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau
dikejutkan dengan cara bertepuk tangan. Fungsi
pemeriksaan ini adalah menguji kondisi umum
bayi serta kenormalan sistem syaraf pusatnya.
Reflek Tonik Ekstremitas pada satu sisi ketika kepala
Neck ditolehkan akan ekstensi, dan ekstermitas yang
berlawanan akan fleksi bila kepala bayi
ditolehkan ke satu sisi saat istirahat. Respon ini
mungkin tidak ada atau tidak lengkap segera
setelah lahir.
Reflek Bayi menggerakkan tungakainya dalam waktu
Melangkah gerakan berjalan atau melangkah jika kita
memegang lengannya sedangkan kakinya
dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dank
keras.
Reflek Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan
Merangkak dengan kedua tangan dan kaki ke depan dengan
kedua tangan dan kaki permukaan datar.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan


Masa Neonatal (0-28 hari) Pertumbuhan dan perkembangan bayi
setelah lahir adalah terjadinya adaptasi pada semua sistem organ tubuh.
Proses adaptasi tersebut dimulai dari sistem pernapasan yaitu pertukaran
gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per menit, penyesuain
denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung lebih
besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, kemudian terjadi
aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi
kebutuhan gizi seperti menangis, memutar-mutar kepala, menghisap, dan
menelan.Pada masa neonatal, perkembangan motorik kasar ditandai
dengan gerakan seimbang tubuh, mulai mengangkat kepala. Kemudian
perkembangan motorik halus ditandai dengan kemampuan anak mengikuti
garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau
tangan. Perkembangan bahasa adanya kemampuan bersuara (menangis)
dan bereaksi terhadap suara dan perkembangan sosial anak mulai
tersenyum serta menatap untuk mengenali seseorang.
6. Aspek – Aspek Penting dari Perawatan Bayi Baru Lahir
Dalam waktu 24 jam, bayi tidak mengalami masalah apapun,
berikanlah asuhan sebagai berikut :
1) Pertahankan Suhu Tubuh Bayi
a. Hindarkan memandikan bayi setelah lahir, tunggu minimal 6 jam
setelah bayi dilahirkan. Dan pastikan tidak terdapat masalah medis
serta suhu tubuhnya tetap normal.
b. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi
harus tetap tertutup.
2) Pemeriksaan Bayi Bayi baru lahir akan menjalani prosedur
pemeriksaan. Beberapa diantarnya dilakukan segera setelah lahir, dan
yang lainnya ditunda sampai sesaat sebelum pulang dari klinik bersalin
ataupun rumah sakit.
Bayi yang diperiksa dengan karakteristik bayi baru lahir sebagai
berikut :
a. Kepala
Kepala bayi mungkin tampak tidak seimbang dan
berbentuk lonjong seperti buah melon akibat tekanan dijalan lahir.
Besar kepala tampak tidak proporsional dengan tubuhnya. Leher
pendek dan berlipat-lipat. Membran liat menutupi dua titik bukan
kepala yang disebut Fontanel, yakni tulang tengkorak yang belum
menyatu. Fontanel anterior, merupakan fontanel yang lebih besar
diatas agak kedepan, menutup setelah usia 18-24 bulan.
Sedangkan fontanel posterior, terletak lebih kebelakang, menutup
pada usia 6 bulan.Seberapa lebat rambut bayi baru lahir sulit untuk
diperkirakan. Beberapa bayi tidak memiliki rambut atau hanya
sejumput rambut yang akan rontok dan tumbuh kembali setelah 6
minggu. Sedangkan bayi yang lain mungkin akan lahir dengan
lebat dan tidak mungkin tidak mudah rontok.
b. Wajah
Mata bayi baru lahir mungkin tampak merah dan bengkak
akibat tekanan pada saat lahir dan akibat obat tetes atau salep mata
yang digunakan. Bayi berkulit terang biasanya memiliki mata biru
keabu-abuan, dan bayi berkulit gelap biasanya memiliki mata
berwarna cokelat. Warna permanen belum terbentuk sampai usia
sekitar 6 bulan. Air mata sudah ada sejak lahir, tetapi tidak akan
keluar sampai usia 6 minggu atau lebih.Hidung bayi baru lahir,
yang seluruhnya tersusun dari jaringan kartilago, tampak datar dan
lebar. Pipi biasanya berlemak dan wajah kadang-kadang tampak
tanpa bentuk dagu yang jelas.
c. Kulit
Kulit bayi baru lahir keriput dan longgar, dan mungkin
mulai tampak kering dan mengelupas setelah beberapa hari. Tubuh
bayi baru lahir mungkin dilapisi verniks kaseosa, lapisan putih dan
berminyak yang berfungsi mempermudah gerakan bayi saat dijalan
lahir. Tubuh bayi juga memiliki lanugo, rambut halus dibahu,
punggung, dan pipi. Lanugo akan menghilang dalam beberapa hari.
d. Badan
Perut bayi baru lahir lebar, dengan pinggul kecil dan badan
melengkung kedepan. Punting tali pusat masih ada yang
merupakan potongan tali pusat. Puntung tali pusat akan mongering
dan terlepas sendiri, kebanyakan dalam 10-14 hari.Payudara dan
genital bayi baru lahir mungkin tampak membengkak baik laki-laki
maupun perempuan. Hal ini disebabkan adanya hormone ibu dan
bayi lahir mungkin mengeluarkan sedikit darah dari vagina.
Umumnya pembengkakan ini akan menghilang dalam 3-5 hari.
Urine dan feses pertama biasanya akan keluar dalam 24 jam
pertama.
e. Lengan
Lengan bayi baru lahir dalam posisi fleksi atau menekuk.
Tangan biasanya teraba dingin dan melegkung hingga pergelangan
tangan, mungkin tampak kebiruan karena sistem sirkulasi yang
belum sempurna. Pergelangan tangan tampak gemuk dan berlipat-
lipat, sedangkan kuku jari tampak panjang dan tajam.
f. Kaki
Lutut bayi baru lahir menekuk dan kaki melengkung.
Seperti ditangan, sistem sirkulasi bayi yang belum sempurna
menyebabkan kaki tampak kebiruan. Kaki pada bayi baru lahir
mungkin terdapat bercak-bercak dan tampak datar karena bantalan
lemak ditelapak kaki.
3) Memandikan Bayi
Mandi pada bayi bukan hanya untuk membersihkan tubuh, tetapi
merupakan hal yang sangat menyenangkan bayi. Bagi orang tua mandi
merupakan alat komunikasi antara orang tua dengan bayinya, karena
pada saat mandi orang tua bisa melakukan sentuhan, usapan dan
berbicara langsung walaupun bayi tidak mengerti arti ucapan tersebut.
Memandikan bayi bagi pasangan muda merupakan pekerjaan yang
berat dan membingungkan. Bukan berat dalam arti yang sebenarnya
tetapi karena sulit untuk melakukannya. Memandikan bayi bukanlah
pekerjaan yang mudah, tetapi jika mengetahui pedoman memandikan
bayi sebelum mempunyai anak, hal ini akan menjadi pekerjaan yang
ringan.
Pada kenyataanya, bayi akan merasa lebih hangat dan tenang jika
direndam dalam air hangat. Bayi baru lahir tidak perlu sering-sering
dimandikan, sebaiknya mandikan sekali atau dua kali seminggu
(Penny Simkin, P.T, dkk, 2007).Sebelum memandikan bayi lebih
dahulu harus diperhatikan hal-hal berikut :
a. Mandikanlah bayi pada waktu yang sama setiap hari
b. Saat memandikan harus memperhatikan :
1) Tidak ada gangguan dan harus tenang
2) Tidak sibuk
3) percaya diri
c. Memandikan bayi sebaiknya dilakukan sebelum bayi diberi makan,
tetapi harus ingat bayi tidak boleh lapar.
d. Dilarang memandikan bila bayi baru diberi makan, karena bayi
akan mudah muntah. Bayi yang diberi makan sebelum mandi
sebaiknya ditunggu hingga 15 sampai 20 menit baru dimandikan.
e. Ruangan harus dijaga tetap hangat, karena bayi sangat mudah
untuk kehilangan panas.
4) Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan tindakan kebidanan yang bertujuan
merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah
terjadinya infeksi.
Alat dan bahan : Kasa steril, air bersih dan sabun
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan
dengan kassa steril
3. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena
udara dan tutupi dengan kain bersih dan longgar
4. Lipat popok di bawah sisa tali pusat
5. Jika tali pusat terkena kotoran (feses), cuci dengan sabun dan air
bersih kemudian keringkan
6. Cuci tangan
5) Perawatan Kulit Bayi
Banyak orang menginginkan agar kulitnya sama dengan kulit bayi,
sebab kulit bayi halus dan menarik. Bayi dalam kandungan kulitnya
masih dilindungi lapisan berwarna keputihan (vernik).Perbedaan kulit
bayi dengan orang dewasa, yaitu :
Kulit Bayi Kulit Orang Dewasa
Tidak mampu melawan infeksi Mampu
Sedikit memproduksi melanin Banyak memproduksi melanin
Tembus air Tidak tembus air
Lebih tipis Lebih tebal
Perlu perawatan khusus Tidak perlu perawatan khusus
Masalah yang sering timbul pada kulit bayi antara lain :
a. Kulit kering
b. Lecet
c. Dermatitis Seboroik
d. Ruam Susu
e. Ruam Popok
f. Ruam Panas
g. Biang Keringat
6) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan
infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian
salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal
di paha kiri.
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease
of the newborn dapat diberikandalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan
beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi
yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013).Vitamin K dapat
diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di pahakanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan
kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9) Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai
usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang
diatur dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai
hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan
bayi.

7. Kunjungan Neonatal
Kunjungan Neonatus dilaksanakan minimal 3 kali yaitu :
a. Kunjungan pertama 6–48 jam setelah lahir.
Yaitu : mempertahankan suhu tubuh bayi, memandikan bayi setelah 6
jam, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, memberikan vitamin K
dan imunisasi HB–0
b. Kunjungan dua 3–7 hari setelah lahir.
Yaitu : perawatan tali pusat, pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi,
bakteri, ikterus, diare dan berat badan rendah, konseling terhadap ibu
dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan
menggunakan buku KIA, penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan.
c. Kunjungan tiga 8–28 hari setelah lahir.
Yaitu : menjaga kebersihan bayi, konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan
menggunakan buku KIA, memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir
(Walyani, 2015).

8. Imunisasi Pada Neonatus


Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu seperti: Difteri,
pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis. Proses imunisasi
ialah memasukkan vaksin atau serum ke dalam tubuh melalui oral atau
suntikan. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak–anak
karena system kekebalan tubuh mereka belum sebaik orang dewasa
sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak
cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap
dan lengkap agar tidak rentan terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan kehidupan anak (Tando, 2016).
a. Manfaat imunisasi
1) Untuk anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit, kemungkinan cacat dan kematian
2) Untuk keluarga : Menghilangkan kecemasan dan faktor
psikologis pengobatan jika anak sakit, mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anak
akan menjalani masa kanak–kanak yang nyaman
b. Tujuan imunisasi
1) Mencegah penyakit tertentu pada seseorang
2) Menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
3) Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misal cacar)
c. Jenis imunisasi
1) Imunisasi Pasif
Merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit
2) Imunisasi Aktif
Merupakan kekebalan yang didapat dari pemberian bibit penyakit
lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna
membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama, baik yang
lemah maupun yang kuat
d. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar diberikan untuk mendapatkan kekebalan secara
aktif.Imunisasi yang diwajibkan sesuai program pengembangan
imunisasi (PPI) adalah imunisasi BCG, polio, hepatitis B (HB), DPT
dan campak (Tando, 2016).
1) Vaksin Bacillus Calmette–Guerin (BCG)
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup sehingga tidak
diberikan kepada pasien dengan gangguan imun jangka panjang
(leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, HIV).Tujuan
imunisasi BCG bukan untuk mencegah TBC, melainkan untuk
mengurangi risiko TBC berat, seperti TBC meningitis dan TBC
milier.Imunisasi ini diberikan pada bayi yang berusia dua bulan
atau kurang.Dosis pemberian vaksin BCG adalah 0, 05 ml
sebanyak 1 kali (Tando, 2016).
Efek Samping imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi
yang bersifat umum seperti demam. Satu sampai dua minggu
kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan
yang berubah menjadi pustule dan kemudian pecah menjadi luka.
Luka tidak.memerlukan pengobatan, akan sembuh secara spontan
dan meninggalkan tanda parut. Kadang–kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional di ketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan
pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya (Tando, 2016).
2) Vaksin Polio/Oral Polio Vaccine (OPV)
Vaksin virus polio hidup oral berisi polio tipe 1, 2, 3 yang
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan.Vaksin ini digunakan secara
rutin sejak bayi lahir sebagai dosis awal dengan dosis 2 tetes (0, 1
ml).Vaksin virus polio hidup oral adalah vaksin polio trivalent
yang terdiri atas suspense virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain
sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal
kera dan distabilkan dengan sukrosa. ASI tidak berpengaruh
terhadap respons antibodi.Apabila vaksin yang diberikan
dimuntahkan dalam 10 menit, harus diberikan dosis pemberian
ulang (Tando, 2016). Efek Samping pada umumnya tidak terdapat
efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh
vaksin sangat jarang terjadi (<0,7 : 1.000.000). jika anak diare, ada
kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada
gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat (Tando,
2016).
3) Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B PID adalah vaksin rekombinan yang
telah diinaktivasikan dan bersifat non–infeksi, berasal dari HBsAg
yang dihasilakan dalam sel ragi. Pemberian vaksin hepatitis B yang
tepat sesuai dengan dosis yang direkomendasikan akan
memberikan respons protektif. Vaksin diberikan melalui IM
dalam.Pada neonatus dan bayi, penyuntikan vaksin ini dilakukan di
anterolateral paha. Dosis pemberian hepatitis B diberikan pada usia
0–7 hari (Tando, 2016). Efek Samping berupa reaksi lokal, seperti
rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan.Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah dua hari (Tando, 2016).
4) Vaksin Difteri–Pertusi–Tetanus (DPT)
Vaksin DPT terdiri atas vaksin berikut :
(a) Vaksin Toksoid Difteria
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT atau
Diphtheria Toxoid(DT).Difteria disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi racun.Vaksin terbuat dari toksoid, yaitu racun
difteria yang telah dilemahkan. Vaksin difteria akan rusak jika
dibekukan dan jika terkena panas.
(b) Vaksin Pertusis
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT.
Penyebab penyakit pertusis adalah bakteri.Vaksin terbuat dari
bakteri yang telah dimatikan.Vaksin pertusis mudah rusak jika
terkena panas.Sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT,
komponen pertussis merupakan vaksin yang paling mudah
rusak.
(c) Vaksin Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau
sebagai Toksoid Tetanus (TT).Tetanus disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi toksin, vaksin terbuat dari toksin tetanus
yang telah dilemahkan. Toksoid tetanus akan rusak jika
dibekukan dan jika terkena panas.
Dosis pemberian DPT melalui IM 0,5 ml sebanyak 3
dosis yang pertama pada usia 2 bulan dan dosis selanjutnya
dengan IM 4 minggu (Tando, 2016)
5) Vaksin Campak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah
virus.Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari
1.000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100
mcg residu kanamisin dan 30 mcg residu eritromisin (Tando, 2016)
Efek Samping vaksin campak adalah panas dan kemerahan.
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah
vaksinasi. Anak–anak mungkin panas selama 1–3 hari setelah satu
minggu penyuntikan dan kadang disertai kemerahan seperti
penderita campak ringan (Tando, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.


Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta
: Salemba Medika
Harningsih, S.ST Pujodadi Pringsewu. Lampung : STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
Kelly, Paula. (2010). Buku Saku Asuhan, Neonatus & Bayi.Jakarta : EGC
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
Marmi. Rahardjo, Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Marfuah, Siti. 2019. Asuhan Kebidanan Neonatus Fisiologi Pada Bayi Ny. M Di
PMB Sri Maryunani, Anik. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Pra–Sekolah
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT. Bina Pustaka
Rohani, dkk. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba
Medika
Rukiyah, Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Saifuddin, 2011. Buku Acuan Nasional Perawatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Simkin, Penny, dkk. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi,
Jakarta: ARCAN.
Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Erlangga
Tando, Naomy Marie. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita.Jakarta : EGC
Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
& Neonatal.Yogyakarta : Pustaka Baru Press
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
KUNJUNGAN NEONATUS KETIGA PADA By. NY. U USIA 6 JAM
DI RUMAH SAKIT TUGUREJO

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 2 Desember 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Tugurejo

II. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. U
Tanggal/Jam lahir : 2 Desember 2019
Jenis kelamin :Laki - laki
b. Identitas Orang tua
Nama ibu :Ny. U Nama suami :Tn. Y
Umur :23 Tahun Umur :26 Tahun
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pendidikan : Karyawan Swasta
Alamat : Purwoyoso 7/12 Alamat : Purwoyoso 7/12

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan Datang
Ibu mengatakan bayinya baru lahir 7 jam yang lalu.
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya
Uraian keluhan utama : -
2. Riwayat Kesehatan:
Dahulu : Ibu mengatakan anaknya tidak memiliki cacat bawaan, anak tidak
pernah menderita penyakit yang memerlukan penanganan khusus.
Sekarang : Ibu mengatakan anaknya sehat dan tidak ada keluhan.
Keluarga: Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang mengarah ke penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, malaria,
asma, DM, TBC, PMS, HIV/ AIDS. Dalam keluarga tidak ada riwayat
kembar maupun cacat bawaan.

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas:


Hamil UK Persalinan Bayi Nifas
ke- Jenis Penolong Tempat BB/PB Seks Keadaan Laktasi
- - - - - - - - -

4. Riwayat Tumbang
Pertumbuhan BB:
 BB saat lahir : 2900 gram
 BB sekarang : 2900 gram
Perkembangan anak:
 Motorik kasar : Menggenggam saat tangannya dipegang
 Motorik halus : Kepala menoleh ke kiri, ke kanan, dan ke tengah
 Bahasa :
 Psikososial : Melihat dan menatap wajah ibu saat ibunya
melihat
Kelainan bawaan: tidak ada kelainan bawaan

5. Riwayat Imunisasi
No. Tanggal imunisasi Jenis imunisasi Tempat imunisasi
1. 2 Desember 2019 HB0 Rumah Sakit
2. 2 Desember 2019 Vit K1 Rumah Sakit
6. Pola kebiasaan sehari- hari
a. Pola nutrisi:
Ibu mengatakan bayinya mendapat ASI Eksklusif sampai sekarang
(umur 22 hari). Bayi diberikan ASI Eksklusif setiap bayi menangis/haus.
b. Pola eliminasi:
BAB : + 4-5 x/hari
Wana kuning, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada keluhan.
BAK : + 5-6 x/hari
Warna kuning, jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
c. Pola istirahat:
Ibu mengatakan bayinya :
Tidur Siang : Pukul 08.00-10.00 WIB (2 jam), Pukul 12.00-15.00
WIB (3jam), Pukul 16.30-18.30 WIB (2 jam)
Tidur Malam : Pukul 20.30-04.30 WIB (8 jam)
Kadang terbangun bila lapar, BAB dan BAK. Jika tidak terbangun,
maka ibu membangunkan bayinya untuk minum ASI.
d. Pola aktifitas:
Ibu mengatakan bahwa bayinya bergerak aktif, menangis setiap lapar,
BAB dan BAK.
e. Personal hygiene:
Ibu mengatakan bahwa bayinya :
 Mandi 2x/hari (pagi dan sore).
 Keramas 1x/hari (setiap sore).
 Ganti baju 3x/hari (setiap selesai mandi/setiap pakaian basah dan
kotor karena BAB dan BAK).
 Potong kuku 1x/minggu.
f. Pola Sosial Ekonomi:
Kebutuhan anak dapat terpenuhi
IV. DATA OBYEKTIF
B. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Composmentis
Vital signs : N =113 x/mnt RR = 42 x/mnt T = 36,9 0C
C. Pengukuran antropometri:
BB : 2,9 kg Lingkar kepala/ LK : 34 CM
PB : 48 CM LD : 36 CM
D. Status Present:
Kepala : Simetris,tidak terdapat caput succedaneum, rambut hitam
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak oedema.
Mata :Simetris, konjungtiva merah muda, pupil +, kornea jernih,
skelera putih, tidak ada strabismus.
Hidung :Simetris dan tidak ada sekret, hygiene hidung baik, tidak adanya
polip.
Mulut :Simetris, bibir lembab, tidak stomatitis, tidak ada labio khisis,
tidak ada palato khisis, reflek menghisap kurang bagus.
Telinga :Bentuk telinga normal dan simetris, tidak ada serumen, hygine
telinga baik.
Leher :Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
terdapat reflek tonic neck.
Dada : Tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada benjolan/luka.
Pulmo/COR: Tidak ada wheezing.
Abdomen: Simetris, tali pusat belum kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Genetalia :Jenis kelamin laki-laki, belum tumbuh rambut penis, 2
testis turun dalam skrotum, tidak ada pembengkakan pada
glands dan batang penis, belum tampak preputium karena belum
dikhitan.
Punggung:Punggung simetris, tidak ada kelainan bentuk tulang.
Anus : Bersih, tidak ada atresia ani.
Ekstremitas: Simetris, tidak ada kelainan gerak, tidak ada oedem, Gerak
aktif.
Kulit : Warna kemerahan, tidak ada bekas luka.
Reflek :
 Rooting reflek : dapat memalingkan kepala kearah sentuhan
 Sucking reflek : dapat menghisap ketika bagian atas mulut bayi
diusap
 Grasp reflek : dapat menggenggam secara kuat jika telapak
tangannya disentuh
 Moro reflek : dapat terkejut karena suara keras maka kedua
tangan serta kakinya akan menangkup dalam posisi memeluk untuk
melindungi diri, jemarinya pun juga ikut menggenggam.
 Tonic neck reflek : dapat melakukan ketika kepala bayi digerakkan ke
samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan satunya akan
menekuk
 Babinski reflek : dapat gerakan jari-jari mencengkeram ketika
bagian bawah kaki diusap, di mana indikasi saraf berkembang dengan
normal

V. ANALISA
By. Ny. U, usia 6 jam, jenis kelamin laki-laki.
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : pendidikan kesehatan mengenai cara menjaga kebersihan bayi,
tanda bahaya pada bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga suhu tubuh bayi,
dan Imunisasi BCG.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu bahwa
bayinya dalam kondisi sehat
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang mengetahui keadaan bayinya saat
ini dalam keadaan sehat
2. Memberitahu ibu tanda bahaya bayi yaitu tidak mau menyusu, kejang—kejang,
lemah, sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit),tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam, bayi merintih atau menangis terus menerus, tali
pusar kemerahan sampai dinding perut,berbau atau bernanah, demam/panas
tinggi > 37,5 C, mata bayi bernanah, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat
buang besar berwarna pucat dan segera membawanya ke tenaga kesehatan jika
ditemukan tanda-tanda tersebut.
hasil : Ibu mengerti apasaja tanda bahaya pada bayi dan akan segera
membawanya ke tenaga kesehatan jika ditemukan tanda tersebut.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eklusif sampai berusia 6 bulan.
Berikan minimal 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan bayi (on demand).
Hasil : Ibu mengerti
4. Memberitahu ibu untuk tetap melakukan perawatan tali pusar,yaitu:
a. Selalu cuci tangan dengan sabun da air bersih mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi.
b. Jangan memberkan apapun pada tali pusar.
c. Rawat tali pusar terbuka dan kering.
d. Bila tali pusar kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan
keringkan dengan kain bersih.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk tetap melakukan perawatan tali pusat.
5. Menjaga kehangatan bayi, yaitu:
a. Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian
kering dan lembut.
b. Ganti popok dan baju jika basah.
c. Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.
d. Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan dan
pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan.
Hasil : Ibu mengerti cara menjaga kehangatan pada bayinya.
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada saat bayinya sudah berusia 1
bulan untuk dilakukan imunisasi BCG dan menjaga bayinya agar tetap sehat.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan vaksin BCG pada anaknya
saat usia anaknya sudah 1 bulan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan pengkajian dan memberikan asuhan pada By.


Ny. U Usia 6 Jam di Rumah Sakit Tugurejo, maka penulis mendapatkan data
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap
sehingga mendukung penetapan diagnosa.
Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek :
PENGKAJIAN TEORI PRAKTEK
DS Identitas pasien dan Nama, Umur, Agama, Mengkaji nama, umur,
penanggung jawab Pendidikan, Pekerjaan, agama, pendidikan,
Suku, Alamat pekerjaan, suku, alamat
Alasan datang Alasan datang dan Mengkaji alasan datang
keluhan utama pasien dan keluhan utama
pasien
Riwayat kesehatan Kesehatan sekarang, Mengkaji Kesehatan
dahulu, dan keluarga sekarang, dahulu, dan
keluarga
Riwayat obstetrik Riwayat kehamilan dan Mengkaji riwayat
persalinan lalu kehamilan dan
persalinan lalu
Riwayat tumbang Pertumbuhan BB, Mengkaji pertumbuhan
dan imunisasi perkembangan anak, BB, perkembangan
kelainan bawaan, dan anak, kelainan bawaan
riwayat imunisasi dan riwayat imunisasi
Pola pemenuhan Pola nutrisi, istirahat, Mengkaji pola nutrisi,
kebutuhan sehari – aktivitas, eliminasi, istirahat, aktivitas,
hari personal hygiene, pola eliminasi, personal
sosial ekonomi hygiene, pola sosial
ekonomi
DO KU,Tanda – tanda Kesadaran, N, RR, T Mengkaji kesadaran,
vital N, RR, T
Status present Kepala, muka, mata, Hanya dilakukan
hidung, mulut, telinga, pemeriksaan abdomen.
leher, dada, pulmo,
abdomen, punggung,
ekstremitas, anus, kulit,
dan reflek.
Status obstetrikus Pemeriksaan alat Tidak dilakukan
genetalia pemeriksaan alat
genetalia.

2. Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
masalah dan kebutuhan klien. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan (Rismalinda, 2014).
Diagnosa kebidanan dari kasus ini adalah By. Ny. U, usia 6 jam, jenis
kelamin laki-laki. Tidak ada masalah yang dapat timbul. Kebutuhannya adalah
pendidikan kesehatan mengenai cara menjaga kebersihan bayi, tanda bahaya
pada bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga suhu tubuh bayi, dan Imunisasi
BCG.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada di lahan.

3. Penatalaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara
efisien dan aman. Pelaksanaan kebidanan pada kunjungan neonatus ketiga
sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan.
Pada kasus ini pelaksanaannya yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan kepada ibu bahwa bayinya dalam kondisi sehat, memberitahu
ibu tanda bahaya bayi yaitu tidak mau menyusu, kejang—kejang, lemah, sesak
nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit),tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam, bayi merintih atau menangis terus menerus, tali pusar
kemerahan sampai dinding perut,berbau atau bernanah, demam/panas tinggi >
37,5 C, mata bayi bernanah, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat buang
besar berwarna pucat dan segera membawanya ke tenaga kesehatan jika
ditemukan tanda-tanda tersebut, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI
Eklusif sampai berusia 6 bulan. Berikan minimal 2 jam sekali atau sesuai
kebutuhan bayi (on demand), memberitahu ibu untuk tetap melakukan
perawatan tali pusar,yaitu: selalu cuci tangan dengan sabun da air bersih
mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi, jangan memberkan apapun
pada tali pusar, rawat tali pusar terbuka dan kering, bila tali pusar kotor atau
basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain
bersih, menjaga kehangatan bayi, yaitu bayi harus tetap berpakaian dan
diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan lembut, ganti popok dan
baju jika basah, jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angina,
jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan dan
pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan, menganjurkan ibu untuk
kunjungan ulang pada saat bayinya sudah berusia 1 bulan untuk dilakukan
imunisasi BCG dan menjaga bayinya agar tetap sehat.
Namun penulis menemukan beberapa kesenjangan antara praktik di lahan
dengan teori, yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh head to toe penting dilakukan untuk
mendeteksi dini adanya masalah pada bayi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan
usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di
luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan
organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan
dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat
fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi
baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi
berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari (Riskesdas, 2013).

B. Saran
1. Untuk ibu dan keluarga
Diharapkan dapat mengikuti apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
demi kesehatan bayinya
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber
pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bagi
masyarakat
3. Bagi Penulis
Penulis diharapkan selalu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan referensi
pembelajaran untuk selanjutnya.
5. Bagi Puskesmas/Tempat PKL
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan puskesmas atau temapat PKL
dapat menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memberikan asuhan
kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Agrina; Suyanto & Arneliwati. 2014. Analisis Aspek Balita terhadap


Kejadian infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA) Di Rumah. Ejournal
umm Vol 5 No 2.

Departemen Kesehatan RI. 2012.Manajemen terpadu balita sakit.


Kementerian Kesehatan RI.Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2016.Manajemen terpadu balita sakit.


Kementerian Kesehatan RI.Jakarta

Dongky, P & Kandrianti. 2016. Faktor Resiko Lingkungan Fisik Rumah


dengan Kejadian ISPA Balita di Keluahan Takatidung Polewali
Mandar. Unnes Journal of Public Health Vol 5 No 4

Hidayat, A. 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Pelayanan Puskesmas


Berbasis Manajemen Terpadu Balita Sakit Dengan Kejadian Pneumonia
Balita.

Maharani, D; Yani, F & Lestari, Y. 2017. Profil Balita Penderita infeksi


Saluran nafas Akut Atas di Poliklinik Anak RSUP DR. M. Djamil
Padang Tahun 2012-2013. Jurnal FK Unand.

Sutomo, B dan Anggraeni,DY. 2010. Menu Sehat Alami untuk Balita dan
Batita. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta

Syahidi, M; Gayatri, D & Bantas, K. 2016. Faktor-Faktor yang


Memepengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kleurahan Tebet Barat,
Kecematan Tebet, Jakarta Selatan. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia Vol 1

Wijayaningsih, K. 2013.Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta. TIM.

World Healt Organization. 2007. Pencegahan dan pengendalian Infeksi


Saluran Pernapasan Akut. WHO_CD_EPR 2007

Anda mungkin juga menyukai