Di Susun Oleh :
P1337424417048
Laporan ilmiah berjudul “LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny.
U KUNJUNGAN NEONATUS KE SATU USIA 6 JAM DI RUMAH SAKIT
TUGUREJO ”
Dalam Rangka Praktik Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas yang telah diperiksa
dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2018.
Semarang, November 2019
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Rahmat dan Hidayah
Nya maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah Kunjungan Neonatus Ketiga pada By. Ny. U Usia 6 Jam di Rumah
Sakir Tugurejo.
Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Agustin Setianingsih, S.SiT.M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Institusi
3. Orang tua yang telah memberi kasih sayang kepada kami sehingga
laporan ilmiah ini dapat terselesaikan
5. Dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam laporan ilmiah ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan penulis yang masih
sangat perlu untuk ditingkatkan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kemajuan penulis
sendiri dan banyak orang kemudian.
.
Semarang, November 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui aplikasi Asuhan Kebidanan Kunjungan Neonatus ke-1
di Rumah Sakit Tugurejo
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu :
a. Melaksanakan pengkajian data subyektif melalui anamnesa
b. Melaksanakan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan fikik
dan pemeriksaan penunjang
c. Mengidentifikasi diagnosa dari hasil pengkajian data subyektif dan
obyektif
d. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan diagnose
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28hari
(Kementerian KesehatanRI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu
jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya
2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 –
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan
Kukuh 2012).
3. Klasifikasi Neonatus
Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infant) :<259 hari ( 37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut beratlahir :
1) Berat lahir rendah: <2500 gram.2.
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan.
2) Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan.
4. Fisiologi Neonatus
Menurut Fraser (2009:690), transisi dari kehidupan di dalam
kandungan ke kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis,
dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi,
guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Bayi harus
melakukan penyesuaian mayor pada sistem pernapasan, sirkulasi, dan
pengaturan suhu tubuh. Adaptasi awal ini sangat penting bagi
kesejahteraan bayi selanjutnya.
a. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit yang
cenderung dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan
abdomen. Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama
bayi adalah sebagai berikut :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak.
2) Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paru-
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke
dalam paru-paru secara mekanis. Upaya pernapasan pertama
seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-
paru dan mengembangkan alveolus paru untuk pertama kali.
Produksi surfaktan mulai meningkat dimulai dari usia kehamilan
20 minggu sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu
kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan
permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.
Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami
vasokonstriksi sehingga tidak ada pembuluh darah yang terbuka
untuk menerima oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi
jaringan. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-
paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru serta merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Rohani,
2011: 246-247).
b. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua
perubahan besar diantaranya :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
sebagai akibat meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus.
Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi
harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah
yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk di
reoksigenasi (Fraser, 2009: 691). Hal ini dipengaruhi saat
pemotongan tali pusat yang mengakibatkan aliran darah pada
atrium kanan menurun sehingga tekanan pada atrium kanan juga
menurun sehingga darah dengan kandungan oksigen
sedikit bergerak mengalir menuju paru-paru. Darah yang berisi
oksigen yang kembali ke jantung dari paru-paru meningkatkan
tekanan pada atrium kanan dan penurunan pada atrium kiri
sehingga foramen ovale secara fugsional akan menutup (Rohani,
2011: 248). Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali per
menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-160
kali/menit. Frekuensi jantung saat bayi tidur berbeda dari
frekuensi saat bayi bangun. Saat tidur, frekuensi jantung bayi
menurun dengan nilai paling rendah 100 kali/menit dan dapat
mencapai 180 kali/ menit saat menangis (Ladewig, 2006).
c. Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-
perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian menyesuaikan
lingkungan luar rahim yang lebih dingin yang menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya yang merupakan hasil penggunaan lemak
coklat yang terdapat di seluruh tubuh bayi. Timbunan lemak coklat
ini mampu meningkatkan panas tubuh bayi sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat ini seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas.
Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin,
konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan
vasokontriksi pulmoner sehingga ambilan oksigen dan kadar
oksigen di jaringan menurun. Glikolisis anaerobik meningkat
mengakibatkan asidosis metabolik (Rohani, 2011). Suhu inti normal
bayi sekitar 36°C-37°C. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
melalui empat mekanisme (Rohani, 2011) :
1) Konveksi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi Kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yg dingin.
3) Radiasi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan
dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari
temperatur tubuh bayi.
4) Evaporasi Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya
cairan ketuban pada permukaan tubuh karena tidak segera
dikeringkan.
d. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung
sendiri sangat terbatas, (15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir
cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan meningkat secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Waktu pengosongan
lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran tubuhnya, usus
bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari
permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi
defisiensi amilase dan lipase yang menurunkan kemampuan bayi
mencerna karbohidrat dan lemak. Mekonium yang telah ada di usus
besar sejak usia 16 minggu kehamilan, dikeluarkan dalam waktu 24
jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam waktu 48-72 jam.
Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta
mengandung empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel. Sejak hari
ke 3 hingga hari ke 5 kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan
bewarna kuning kecoklatan.
Setelah bayi diberi makan, feses bewarna kuning. ASI
mengakibatkan karakterisitik feses lunak, kuning terang atau
keemasan, dan tidak mengiritasi kulit bayi, sedangkan
pada pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi tetap
lunak, bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta
cenderung mengiritasi kulit bayi. Tingginya kadar pemecahan sel
darah merah (umur sel darah merah 40-90 hari) menyebabkan ikterus
sementara yang muncul pada hari ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah
yang mengalami penghancuran ini menghasilkan bilirubin indirek.
Pada bayi baru lahir, hati masih belum sempurna dalam pengubahan
bilirubin indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat bilirubin
direk yang kembali terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam
hati. Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang sehingga
dibutuhkan pemberian makanan dini guna mempertahankan kadar
glukosa darah tetap normal (2,6-4,4 mmol/L) (Fraser, 2009).
e. Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Terdapat imunoglobin utama, IgG, IgA, IgM dan hanya IgG yang
cukup kecil menembus sawar plasenta. Pada saat lahir IgG bayi
sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini memberikan kekebalan
pasif selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan mata. ASI dan terutama
kolostrum memberikan kekebalan pasif pada bayi dalam
bentuk lactobacillus bifidus, lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA
(Fraser, 2009).
f. Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan
cairan meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar
ureum yang masih rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih
dalam 24 jam pertama. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat
menunjukan masukan cairan yang cukup. Intake cairan sangat
mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal, hal ini
dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani,
2011: 250).
g. Sistem Reproduksi
Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak
perempuan labia mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis
pada anak laki-laki tidak turun hingga usia pubertas, tetapi anak
perempuan mempunyai ovum pada indung telurnya. Pada kedua
jenis kelamin, hilangnya estrogen maternal menyebabkan
pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi air susu pada hari
ke-4 atau ke-5 (Fraser, 2009).
h. Sistem Otot dan Rangka
Otot sudah dalam keadaan sempurna pada saat lahir, tetapi
tumbuh melalui proses hipertrofi. Tulang panjang belum mengalami
osifikasi secara sempurna untuk memfasilitasi pertumbuhan epifisis.
Tulang kepala juga belum mengalami osifikasi. Ini penting untuk
pertumbuhan otak dan memfasilitasi molase selama persalinan yang
hilang beberapa hari setelah persalinan. Ubun-ubun belakang
menutup pada minggu ke 6 sampai ke 8. Ubun-ubun besar menutup
pada usia 18 bulan (Fraser, 2009).
i. Sistem Neurologis
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf belum
matang secara anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek yang
terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara
sistem saraf dan muskuloskeletal (Sondakh, 2013).
Tabel Refleks Pada Bayi Baru Lahir (Wahyuni, 2012)
Refleks Respons
Reflek Dinilai dengan mengetuk daerah pangkal hidung
Glabelar secara perlahan menggunakan jari telujuk saat
mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada
4 sampai 5 ketukan pertama.
Reflek Reflek ini dinilai dengan memberi
Sucking tekanan pada mulut bayi dilangit bagian dalam
gusi atas yang akan menimbulkan isapan yang
kuat dan cepat. Reflek ini juga dapat dilihat pada
waktu bayi menyusu.
Reflek Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
Rooting Dapat dinilai dengan mengusap pipi bayi dengan
lembut, bayi akan menolehkan kepalanya kearah
jari kita dan membuka mulutnya.
Reflek Refleks ini dinilai dengan meletakkan jari
Grasping telunjuk pemeriksa ada telapak tangan bayi,
tekanan dengan perlahan,
Refleks Pemeriksaan refleks ini dengan memberi
Babinski goresan telapak kaki dimulai dari tumit. Gores sisi
lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakan
jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan
menunjukkan respon berupa semua jari kaki
hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
Reflek Moro Refleks ini ditunjukan dengan
timbulnya pergerakan tangan yang simetris
apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau
dikejutkan dengan cara bertepuk tangan. Fungsi
pemeriksaan ini adalah menguji kondisi umum
bayi serta kenormalan sistem syaraf pusatnya.
Reflek Tonik Ekstremitas pada satu sisi ketika kepala
Neck ditolehkan akan ekstensi, dan ekstermitas yang
berlawanan akan fleksi bila kepala bayi
ditolehkan ke satu sisi saat istirahat. Respon ini
mungkin tidak ada atau tidak lengkap segera
setelah lahir.
Reflek Bayi menggerakkan tungakainya dalam waktu
Melangkah gerakan berjalan atau melangkah jika kita
memegang lengannya sedangkan kakinya
dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dank
keras.
Reflek Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan
Merangkak dengan kedua tangan dan kaki ke depan dengan
kedua tangan dan kaki permukaan datar.
7. Kunjungan Neonatal
Kunjungan Neonatus dilaksanakan minimal 3 kali yaitu :
a. Kunjungan pertama 6–48 jam setelah lahir.
Yaitu : mempertahankan suhu tubuh bayi, memandikan bayi setelah 6
jam, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, memberikan vitamin K
dan imunisasi HB–0
b. Kunjungan dua 3–7 hari setelah lahir.
Yaitu : perawatan tali pusat, pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi,
bakteri, ikterus, diare dan berat badan rendah, konseling terhadap ibu
dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan
menggunakan buku KIA, penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan.
c. Kunjungan tiga 8–28 hari setelah lahir.
Yaitu : menjaga kebersihan bayi, konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan
menggunakan buku KIA, memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir
(Walyani, 2015).
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 2 Desember 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Tugurejo
II. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. U
Tanggal/Jam lahir : 2 Desember 2019
Jenis kelamin :Laki - laki
b. Identitas Orang tua
Nama ibu :Ny. U Nama suami :Tn. Y
Umur :23 Tahun Umur :26 Tahun
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pendidikan : Karyawan Swasta
Alamat : Purwoyoso 7/12 Alamat : Purwoyoso 7/12
4. Riwayat Tumbang
Pertumbuhan BB:
BB saat lahir : 2900 gram
BB sekarang : 2900 gram
Perkembangan anak:
Motorik kasar : Menggenggam saat tangannya dipegang
Motorik halus : Kepala menoleh ke kiri, ke kanan, dan ke tengah
Bahasa :
Psikososial : Melihat dan menatap wajah ibu saat ibunya
melihat
Kelainan bawaan: tidak ada kelainan bawaan
5. Riwayat Imunisasi
No. Tanggal imunisasi Jenis imunisasi Tempat imunisasi
1. 2 Desember 2019 HB0 Rumah Sakit
2. 2 Desember 2019 Vit K1 Rumah Sakit
6. Pola kebiasaan sehari- hari
a. Pola nutrisi:
Ibu mengatakan bayinya mendapat ASI Eksklusif sampai sekarang
(umur 22 hari). Bayi diberikan ASI Eksklusif setiap bayi menangis/haus.
b. Pola eliminasi:
BAB : + 4-5 x/hari
Wana kuning, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada keluhan.
BAK : + 5-6 x/hari
Warna kuning, jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
c. Pola istirahat:
Ibu mengatakan bayinya :
Tidur Siang : Pukul 08.00-10.00 WIB (2 jam), Pukul 12.00-15.00
WIB (3jam), Pukul 16.30-18.30 WIB (2 jam)
Tidur Malam : Pukul 20.30-04.30 WIB (8 jam)
Kadang terbangun bila lapar, BAB dan BAK. Jika tidak terbangun,
maka ibu membangunkan bayinya untuk minum ASI.
d. Pola aktifitas:
Ibu mengatakan bahwa bayinya bergerak aktif, menangis setiap lapar,
BAB dan BAK.
e. Personal hygiene:
Ibu mengatakan bahwa bayinya :
Mandi 2x/hari (pagi dan sore).
Keramas 1x/hari (setiap sore).
Ganti baju 3x/hari (setiap selesai mandi/setiap pakaian basah dan
kotor karena BAB dan BAK).
Potong kuku 1x/minggu.
f. Pola Sosial Ekonomi:
Kebutuhan anak dapat terpenuhi
IV. DATA OBYEKTIF
B. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Composmentis
Vital signs : N =113 x/mnt RR = 42 x/mnt T = 36,9 0C
C. Pengukuran antropometri:
BB : 2,9 kg Lingkar kepala/ LK : 34 CM
PB : 48 CM LD : 36 CM
D. Status Present:
Kepala : Simetris,tidak terdapat caput succedaneum, rambut hitam
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak oedema.
Mata :Simetris, konjungtiva merah muda, pupil +, kornea jernih,
skelera putih, tidak ada strabismus.
Hidung :Simetris dan tidak ada sekret, hygiene hidung baik, tidak adanya
polip.
Mulut :Simetris, bibir lembab, tidak stomatitis, tidak ada labio khisis,
tidak ada palato khisis, reflek menghisap kurang bagus.
Telinga :Bentuk telinga normal dan simetris, tidak ada serumen, hygine
telinga baik.
Leher :Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
terdapat reflek tonic neck.
Dada : Tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada benjolan/luka.
Pulmo/COR: Tidak ada wheezing.
Abdomen: Simetris, tali pusat belum kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Genetalia :Jenis kelamin laki-laki, belum tumbuh rambut penis, 2
testis turun dalam skrotum, tidak ada pembengkakan pada
glands dan batang penis, belum tampak preputium karena belum
dikhitan.
Punggung:Punggung simetris, tidak ada kelainan bentuk tulang.
Anus : Bersih, tidak ada atresia ani.
Ekstremitas: Simetris, tidak ada kelainan gerak, tidak ada oedem, Gerak
aktif.
Kulit : Warna kemerahan, tidak ada bekas luka.
Reflek :
Rooting reflek : dapat memalingkan kepala kearah sentuhan
Sucking reflek : dapat menghisap ketika bagian atas mulut bayi
diusap
Grasp reflek : dapat menggenggam secara kuat jika telapak
tangannya disentuh
Moro reflek : dapat terkejut karena suara keras maka kedua
tangan serta kakinya akan menangkup dalam posisi memeluk untuk
melindungi diri, jemarinya pun juga ikut menggenggam.
Tonic neck reflek : dapat melakukan ketika kepala bayi digerakkan ke
samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan satunya akan
menekuk
Babinski reflek : dapat gerakan jari-jari mencengkeram ketika
bagian bawah kaki diusap, di mana indikasi saraf berkembang dengan
normal
V. ANALISA
By. Ny. U, usia 6 jam, jenis kelamin laki-laki.
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : pendidikan kesehatan mengenai cara menjaga kebersihan bayi,
tanda bahaya pada bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga suhu tubuh bayi,
dan Imunisasi BCG.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu bahwa
bayinya dalam kondisi sehat
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang mengetahui keadaan bayinya saat
ini dalam keadaan sehat
2. Memberitahu ibu tanda bahaya bayi yaitu tidak mau menyusu, kejang—kejang,
lemah, sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit),tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam, bayi merintih atau menangis terus menerus, tali
pusar kemerahan sampai dinding perut,berbau atau bernanah, demam/panas
tinggi > 37,5 C, mata bayi bernanah, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat
buang besar berwarna pucat dan segera membawanya ke tenaga kesehatan jika
ditemukan tanda-tanda tersebut.
hasil : Ibu mengerti apasaja tanda bahaya pada bayi dan akan segera
membawanya ke tenaga kesehatan jika ditemukan tanda tersebut.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eklusif sampai berusia 6 bulan.
Berikan minimal 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan bayi (on demand).
Hasil : Ibu mengerti
4. Memberitahu ibu untuk tetap melakukan perawatan tali pusar,yaitu:
a. Selalu cuci tangan dengan sabun da air bersih mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi.
b. Jangan memberkan apapun pada tali pusar.
c. Rawat tali pusar terbuka dan kering.
d. Bila tali pusar kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan
keringkan dengan kain bersih.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk tetap melakukan perawatan tali pusat.
5. Menjaga kehangatan bayi, yaitu:
a. Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian
kering dan lembut.
b. Ganti popok dan baju jika basah.
c. Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.
d. Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan dan
pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan.
Hasil : Ibu mengerti cara menjaga kehangatan pada bayinya.
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada saat bayinya sudah berusia 1
bulan untuk dilakukan imunisasi BCG dan menjaga bayinya agar tetap sehat.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan vaksin BCG pada anaknya
saat usia anaknya sudah 1 bulan.
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
masalah dan kebutuhan klien. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan (Rismalinda, 2014).
Diagnosa kebidanan dari kasus ini adalah By. Ny. U, usia 6 jam, jenis
kelamin laki-laki. Tidak ada masalah yang dapat timbul. Kebutuhannya adalah
pendidikan kesehatan mengenai cara menjaga kebersihan bayi, tanda bahaya
pada bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga suhu tubuh bayi, dan Imunisasi
BCG.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada di lahan.
3. Penatalaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara
efisien dan aman. Pelaksanaan kebidanan pada kunjungan neonatus ketiga
sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan.
Pada kasus ini pelaksanaannya yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan kepada ibu bahwa bayinya dalam kondisi sehat, memberitahu
ibu tanda bahaya bayi yaitu tidak mau menyusu, kejang—kejang, lemah, sesak
nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit),tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam, bayi merintih atau menangis terus menerus, tali pusar
kemerahan sampai dinding perut,berbau atau bernanah, demam/panas tinggi >
37,5 C, mata bayi bernanah, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat buang
besar berwarna pucat dan segera membawanya ke tenaga kesehatan jika
ditemukan tanda-tanda tersebut, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI
Eklusif sampai berusia 6 bulan. Berikan minimal 2 jam sekali atau sesuai
kebutuhan bayi (on demand), memberitahu ibu untuk tetap melakukan
perawatan tali pusar,yaitu: selalu cuci tangan dengan sabun da air bersih
mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi, jangan memberkan apapun
pada tali pusar, rawat tali pusar terbuka dan kering, bila tali pusar kotor atau
basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain
bersih, menjaga kehangatan bayi, yaitu bayi harus tetap berpakaian dan
diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan lembut, ganti popok dan
baju jika basah, jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angina,
jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan dan
pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan, menganjurkan ibu untuk
kunjungan ulang pada saat bayinya sudah berusia 1 bulan untuk dilakukan
imunisasi BCG dan menjaga bayinya agar tetap sehat.
Namun penulis menemukan beberapa kesenjangan antara praktik di lahan
dengan teori, yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh head to toe penting dilakukan untuk
mendeteksi dini adanya masalah pada bayi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan
usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di
luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan
organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan
dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat
fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi
baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi
berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari (Riskesdas, 2013).
B. Saran
1. Untuk ibu dan keluarga
Diharapkan dapat mengikuti apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
demi kesehatan bayinya
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber
pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bagi
masyarakat
3. Bagi Penulis
Penulis diharapkan selalu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan referensi
pembelajaran untuk selanjutnya.
5. Bagi Puskesmas/Tempat PKL
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan puskesmas atau temapat PKL
dapat menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memberikan asuhan
kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo, B dan Anggraeni,DY. 2010. Menu Sehat Alami untuk Balita dan
Batita. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta