Disusun oleh:
Ramadhana Larasati
P27824416080
Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester VI program studi DIV
Kebidanan Sutomo Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya ini sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya,
Evi Yunita,SST., M.Keb Titi Maharrani, SST., M.Keb Dwi Fajar, S.Keb.Bd
NIP. 198006212002122001 NIP. 198503202006042003 NIP. 197501182006042021
Mengetahui, Mengetahui,
KA Program Studi DIV Kebidanan Sutomo Kepala Ruangan
Dosen Tabulasi
NIP. NIP.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga dapat tersampaikan laporan ini sebagai tugas individu bagi mahasiswa
program studi DIV Kebidanan Sutomo semester VI yang menjalankan praktik klinik di RS
Dr.Soetomo Surabaya
Dalam laporan ini penulis banyak mendpatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Astuti Setiyani, SST., M.Kes Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Sutomo
2. Ibu Evi Pratami., M.Keb Selaku Ketua Jurusan Prodi DIV Kebidanan Sutomo
3. Ibu Lilik Hidayati, S.Keb.Bd Selaku Kepala Ruangan yang tel ah memberikan tempat
4. Ibu Dwi Fajar, S.Keb.Bd Selaku Pembimbing Praktik Klinik di Ruang Nifas IRD lt II
RSDS
5. Ibu Evi Yunita., M.Keb Selaku Pembimbing Pendidikan yang telah memberikan
bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini
6. Ibu Titi Maharrani., M.Keb Selaku pembimbing Pendidikan yang telah memberikan
bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan ini
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa
maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini ,
saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Obstetric
William).
Dalam masa nifas terjadi perubahan-perubahan yang dialami ibu dan kita harus
melakukan pemantauan yang tepat pada ibu dan bayi. Apakah perubahan-perubahan
yang terjadi termasuk fisiologis atau partologis, sehingga dapat mengambil langkah-
langkah yang tepat dan sesuai untuk memberikan asuhan kebidanan.
Adapun yang harus diperiksa pada ibu nifas ialah: keadaan umum, keadaan payudara
dan putingnya, dinding perut, keadaan perineum, kandung kencing, rektum, flour albus.
Keadaan serviks, uterus dan adrexa. Adanya erosi, radang atau kelainan-kelainan. Pre-
eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan protein uria yang
timbul karena kehamilan.Tidak jarang walaupun pada kehamilan normal bisa saja
terkena pre-eklampsia.Pre-eklampsia bisa saja berlangsung pada saat persalinan.Untuk
itu dalam penanganannya harus lebih hati-hati dan teliti. (Sarwono 2009)
1.2 Tujuan
1.3 Pelaksanaan
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Nifas
Masa Nifas (puerperium) di mulai setelah bayi dan plasenta lahir lalu
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau
42 hari (Sunarsih, 2011).
2. Periode Nifas
a. Puerperium Dini
b. Puerperium Intermedial
c. Remote Puerperium
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
4. Lochea
Menurut Saleha (2009), lochea adalah cairan secret yang berasal dari
cavum uteri danvagina selama masa nifas. Lochea dimulai sebagai suatu
pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak yang khas, tidak seperti bau
menstruasi, bau ini lebih terasa tercium pada lochea serosa, bau ini juga akan
semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat
membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Proses
keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
b. Lochea Sanguinolenta
c. Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai
hari ke 14 postpartum.
d. Lochea Alba/Putih
a. Perdarahan Pervaginam
e. Payudara Bengkak
f. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri
1. Pengertian
2. Etiologi
Penyebab pre eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
dketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab
musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberi jawaban yang
memuaskan. Teori yang dapat diterima harus harus dapat menerangkan hal-hal
berikut :
g. Nyeri epigastrium
h. Skotoma atau gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
i. Perdarahan retina
j. Edema pulmonum
k. Koma
5. Diagnosis
3) Pemeriksaan edema
5) Pemeriksaan funduskopik
a. Paritas
Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ibu berusia 35 tahun atau
lebih antara lain :
1) Tekanan darah tinggi atau pre-eklampsia.
2) Ketuban pecah dini : ketuban pecah sebelum persalinan dimulai.
3) Persalinan tidak lancar / macet.
4) Perdarahan setelah bayi lahir.
5) (Poedji Rochjati, 2003)
c. Hamil kembar
Pada hamil kembar perut tampak membesar lebih besar dari biasanya.
Rahim ibu juga ikut membesar yang menekan organ tubuh disekitarnya dan
menyebabkan keluhan-keluhan nafas tidak longgar, pembengkakan kedua
bibir kemaluan dan tungkai, pemekaran urat-urat varices dan hemoroid.
Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan kembar yaitu keracunan
kehamilan, kembar air, ibu kurang darah, persalinan prematur, kelainan
letak persalinan sukar atau timbul perdarahan setelah bayi dan uri lahir
(Poedji Rochjati, 2003).
d. Poli hidramnion
Hidramnion adalah kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2
liter. Keadaan ini mulai tampak pada triwulan III, dapat terjadi secara
perlahan-lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air
ketuban 0,5-1 liter. Karena rahim snagat besar menekan pada organ tubuh
sekitarnya yang menyebabkan keluhan-keluhan antara lain : sesak nafas
karena sekat rongga dada terdorong ke atas; perut membesar, nyeri perut
karena rahim berisi air ketuban > 2 liter dan pembengkakan pada kedua
bibir kemaluan dan tungkai. Bahaya yang dapat terjadi :
1) Keracunan kehamilan
2) Cacat bawaan pada bayi
3) Kelainan letak
4) Persalinan premature, kurang bulan dan berat lahir < 2500 gr
5) Perdarahan pasca persalinan
(Poedji Rochjati, 2003)
e. Hipertensi esensial
Wanita dengan hipertensi esensial sebelum kehamilan dapat diperburuk
kondisi hipertensi saat hamil. Gangguan hipertensi meliputi berbagai
gangguan vaskular, seperti hipertensi gestasional, pre-eklampsia, sindrom
hellps, eklampsia dan hipertensi kronis (Fraser, 2009).
f. Riwayat pre-eklampsia / eklampsia pada kehamilan sebelumnya
Ibu yang memiliki riwayat pre eklampsia berat sebelum usia gestasi 32
minggu beresiko 5% mengalami kekambuhan pada usia gestasi tersebut
dan 15% resiko kekambuhan secara keseluruhan (Matter dan Sibai, 2000
dalam buku Myles buku ajar bidan, 2009).
g. Riwayat eklampsia keluarga
Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklampsia dan eklampsia
pada anak ibu dengan riwayat pre eklampsia dan eklampsia (Manuaba,
1998).
h. Obesitas
Wanita yang berat badan kurang dari 100 pon sebelum menjadi hamil,
mungkin memiliki bayi kecil atau berat badan kurang. Wanita dengan
obesitas lebih mungkin memiliki bayi yang sangat besar, yang
kemungkinan sulit dilairkan. Wanita denga obesitas mungkin juga
mengalami DM dan Pre eklampsia
7. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama
adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia berat.
Komplikasi ini juga pasti menimpa pada ibu dengan eklampsi, komplikasi yang
terjadi pada saat nifas adalah :
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post SC + PEB
I. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Usia : Wanita berusia diatas 35 tahun mempunyai risiko sangat tinggi
terhadap terjadinya preeklampsia. Menurut Spellacy (1986) yang dikutip
Cunningham (2005) insiden hipertensi karena kehamilan meningkat 3 kali
lipat pada wanita diatas 40 tahun dibandingkan dengan wanita yang berusia
20 - 30 tahun.
b. Keluhan : Nyeri di sekitar area jahitan operasi (Anwar, 2011). Pada pasien
dengan PEB keluhan utama berupa pusing, nyeri epigastrium, mata kabur
(biasanya dibawah tulang rusuk), mual dan muntah (Mayo, 2012).
c. Riwayat Obstetri :
1) Primigravida : Wanita nulipara memiliki risiko lebih besar (7 sampai
10 persen) jika dibandingkan dengan wanita multipara (Leveno, 2009).
Preeklampsia seringkali terjadi pada kehamilan pertama, terutama
pada ibu yang berusia belasan tahun. Selain itu juga sering terjadi pada
wanita yang hamil dengan pasangan baru. Menurut Robillard et al,
1994 dalam Fraser (2009), tingginya insiden penyakit hipertensi pada
primigravida, menurunnya prevalensi setelah pajanan jangka panjang
terhadap sperma paternal, menjadi data yang mendukung respon imun.
Manuaba, 2007 menambahkan kejadian preeklampsia pada kehamilan
primigravida sekitar 7-12% sedangkan pada kehamilan multigravida
preeklampsia terjadi sekitar 5,5-8%
2) Kehamilan multiple atau bayi besar (hiperplasintosis)
3) Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
d. Riwayat Persalinan Saat ini : Persalinan dengan seksio cesarean (SC). Jika
ibu telah menjalani persalinan seksio saesaria maka dapat meningkatkan
kejadian preeklampsia postpartum (Mayo,2012)
e. Riwayat Penyakit Pasien : Adanya proses penyakit kronis: diabetes
mellitus, hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah,
lupus eritematosus sistemik. Menurut Chesley (1985) yang dikutip oleh
Cunningham (2005) preeklampsia juga terjadi pada multipara yang
menderita penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial yang kronis dan
diabetes mellitus, atau dengan penyakit ginjal.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat keluarga dengan pre eklampsia
atau eklampsia (khususnya ibu atau saudara wanitanya). Adanya faktor
keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotip ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Telah terbukti bahwa
pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26 % anak wanitanya akan
mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8 % anak menantu
mengalami preeklampsia (Angsar MD dalam Saifuddin, 2008).
2. Data Objektif
a. Berat Badan : Robets dan Redman, 1993 dalam Fraser (2009),
menyebutkan bahwa peningkatan berat badan dapat diperlukan untuk
memantau perkembangan preeklampsia dalam kaitannya dengan parameter
lain. Dan BMI atau Indeks massa tubuh awal berguna sebagai prediktor
hipertensi pada kehamilan, karena angka BMI biasanya lebih tinggi pada
ibu yang menderita hipertensi.
b. Tekanan Darah : Pada ibu dengan PEB tekanan darah sistole >160 dan
diastole >110
c. Nadi : Normlanya 80x/menit
d. Suhu : Normalnya 36,5-37,50C
e. Pernafasan : Normalnya 18-24x/menit
f. Pemeriksaan Fisik :
1) Wajah : terdapat oedema pada kelopak mata dan wajah
2) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
3) Mulut : mukosa bibir lembab
4) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, limfe, vena
jugolaris
5) Dada : Krepitasi merupakan adanya oedema pada paru
6) Payudara : Umumnya kolostrum sudah diproduksi dan dapat
dikeluarkan
7) Abdomen : Terdapat jahitan sectio caesarea. Involusi uterus pada
persalinan dengan SC lebih lambat daripada persalinan normal
(Medforth, 2011). Atonia uteri merupakan komplikasi dari PEB
8) Ekstremitas : oedema jari tangan dan tungkai merupakan gejala dari
PEB (Manuaba, 2010).
9) Genitalia : Terdapat pengeluaran lokhea rubra (berwarna merah)
yang menetap selama 3 hari.
3. Data Penunjang
a. Urine : protein urin pada PEB bersifat (+), kadar protein urine > 5 gr/24
jam atau +2 pada pemeriksaan kualitatif. Oliguria (≤500cc/24 jam)
merupakan tanda PEB (Manuaba, 2010).
b. Darah : tromositopeni berat: <100.000 sel/mm3 merupakan tanda Sindroma
HELLP. Terjadi peningkatan hematokrit.
II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Diagnosa Aktual : PAPAH Post SC + PEB hari ke....
Masalah : Nyeri di sekitar area jahitan operasi ,pusing, nyeri epigastrium, mata
kabur (biasanya dibawah tulang rusuk), mual dan muntah
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa Potensial : Eklamsia, Edema paru, Sindrom HELLP, Stroke, Edema Paru,
Tromboembolisme, Infeksi Puerperalis, HPP
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Mencakup tindakan segera untuk menangani kegawatdaruratan, diagnosa potensial
atau masalah potensial.
V. Perencanaan
1. Jalin hubungan terapeutik dengan ibu dan keluarga.
R/ hubungan terapeutik yang terjalin melalui komunikasi terapeutik akan dapat
meningkatkan kesembuhan atas masalah yang dihadapi.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga.
R/ hak-hak pasien dan keluarga untuk memperoleh Informasi kondisi dirinya,
dan diharapkan mengoptimalkan asuhan yang diberikan
3. Jelaskan mengenai masalah yang dialami klien, mengenai:
a. Nyeri luka jahitan operasi. Jelaskan pada ibu bahwa nyeri yang dirasakan
adalah hal yang wajar dan membutuhkan waktu untuk proses
penyembuhan, serta membantu ibu untuk melakukan mobilisasi dini miring
kiri dan kanan untuk mempercepat pemulihan luka.
b. Masalah yang berkaitan dengan PEB yang dialaminya
R/ Agar ibu nifas dapat memahami penyebab permasalahan yang ia alami
dan mampu untuk mengatasinya.
4. Ajarkan ibu teknik mengurangi rasa nyeri karena jahitan operasi
(relaksasi,distraksi)
R/ Mengurangi masalah nyeri luka jahita operasi
5. Observasi tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan ibu.
R/ tanda-tanda vital merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keadaan
ibu, dan keluhan yang dirasakan merupakan petunjuk adanya masalah kesehatan
yang dialami ibu.
6. Observasi TFU, kontraksi uterus, luka operasi dan pengeluaran lokea.
R/ :
a. TFU merupakan salah satu indikator untuk mengetahui bahwa proses
involusio berlangsung normal.
7. Bantu ibu untuk mobilisasi secara bertahap mulai miring kanan dan kiri, duduk,
berdiri dan jalan
R/ dengan mobilisasi lokea akan keluar dengan lancar dan mencegah terjadinya
perdarahan serta mempercepat proses involusi uterus, dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
8. Bantu pemenuhan kebutuhan hidrasi (Minum sedikit-sedikit) dan nutrisi
bertahap (makanan halus, lunak dan biasa/TKTPRG).
R/ Bila kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi maka ibu akan tetap mempunyai tenaga
dan untuk proses laktasi
9. Bantu ibu untuk personal hygiene (menyeka ibu)
R/ personal hygiene sangat penting pada ibu nifas untuk mencegah terjadinya
infeksi
10. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgesik, antibiotik,
penambah darahdan obat untuk mengatasi PEB
R/ Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi, dan analgesik untuk
penghilang rasa nyeri, tablet tambah darah untuk mencegah anemia. Umumnya
pada pasien PEB diberika obat antihipertensi dan obat untuk antikejang
(MgSO4)
11. Berikan dukungan psikologi kepada ibu dalam menghadapi perubahan fisik,
psikologis, dan peran sosial yang dialaminya.
R/ Pemberian dukungan psikologi akan dapat membantu ibu dan keluarga
dalam menghadapi perubahan fisik, psikologis, dan peran sosial di masyarakat.
12. Berikan Health Education mengenai kebutuhan masa nifas:
a. Perubahan fisiologis masa nifas. Beritahukan kepada ibu mengenai proses
kembalinya uterus ke keadaan semula sebelum hamil, aktifitas pencernaan
yang bisa menurun, perubahan pada perineum dan vagina serta payudara.
R/ Agar ibu nifas dapat memahami perubahan- perubahan fisiologi yang
akan ia alami dan mampu untuk mempersiapkan diri.
b. Mobilisasi. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini atau beraktivitas
ringan
R/ Mobilisasi untuk melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi
puerperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
pencernaan, dan alat perkemihan
c. Gizi. Anjurkan ibu untuk makan dengan menu seimbang dan minum cukup
cairan untuk pemulihan kondisi setelah melahirkan.
R/ Ibu nifas memerlukan penambahan kalori sebanyak 500 kkal tiap hari
dan untuk kebutuhan cairannya, ibu harus minum air sesuai petunjuk dokter
setiap hari.
d. Miksi dan buang air besar. Anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing dan
makan makanan yang berserat bila ada keluhan sulit buang air besar.
R/ Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air
seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina
tidak lancar.
e. Personal hygiene. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri
terutama kebersihan payudara dan luka jahitan perineum dengan cara
dibersihkan dengan air dan dikeringkan
R/ Kebersihan diri selain dapat mencegah infeksi tubuh terutama genitalia
juga dapat memberikan perasaan tenang dan senang pada ibu nifas.
f. Perawatan payudara. Ajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara
dengan benar serta menganjurkan ibu untuk menampung ASInya untuk
diberikan pada bayinya serta mencegah terjadinya payudara bengkak.
R/ Perawatan payudara bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI
dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan selain
untuk mencegah terjadinya bendungan ASI/ pembengkakan payudara.
13. Berikan HE (Health Education) tentang pentingnya ASI eksklusif 6 bulan bagi
bayi dan ibu, serta memberikan bimbingan dan pengarahan kepada ibu tentang
cara menyusui yang benar.
R/ Agar ibu dapat mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif 6 bulan,
serta dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar, sehingga dapat
meningkatkan keberhasilan upaya ASI eksklusif 6 bulan.
14. Jelaskan kepada ibu cara perawatan bayi sehari-hari di rumah, meliputi cara
memandikan bayi, memakaikan baju, membersihkan genetalia bayi, merawat
tali pusat, pemberian nutrisi, dan hal apa saja yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dalam merawat bayi.
R/ ibu dapat merawat bayi secara mandiri dengan baik dan benar.
Cara perawatan tali pusat yaitu mempertahankan tali pusat tetap kering,
membersihkan tali pusat dengan air saja, melaporkan setiap bau, pus, atau
kemerahan yang meluas sampai abdomen, dan cuci tangan sebelum merawat.
15. Jelaskan pada ibu kapan kunjungan ulang.
R/ Kunjungan ulang diperlukan untuk memantau keadaan ibu dan bayinya serta
memastikan kebutuhan ibu dan bayi terpenuhi.
VI. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah
ditetapkan.
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk menilai apakah asuhan kebidanan yang diberikan memberikan
hasil yang signifikan. Hasil evaluasi dituangkan dalam catatan perkembangan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal : 27-04-2019
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat Menstruasi
Keluhan : Disminorea
4. Riwayat pernikahan
5. Riwayat Obstetri
Hamil UK Komp Jenis Penolong Tempat JK BB/TB Usia Alkon
Ke
1 N I F A S I N I
6. Riwayat Kontrasepsi
7. Riwayat Persalinan
a) Prenatal
Ibu rujukan dari RS PHC dengan GIP0000 38/39 minggu janin tunggal, hidup,
intra uterin + PEB + KPP >24jam + Obesitas gr II
b) Natal
c) Post Natal
Bayi lahir dengan keadaan bugar dengan berat 3590 gr panjang 53 cm,
ketuban jernih, tidak dilakukan IMD. A-S : 7-8. Ibu dipasang IUD.
8. Riwayat ANC
Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit menurun seperti DM, asma,
hipertensi dan penyakit menahun seperti jantung, menular seperti HIV/AIDS, TBC,
hepatitis.
Ibu pasien mengalami hipertensi. Bapak pasien mengalami hipertensi dan DM.
a. Nutrisi
Sebelum mrs ibu makan 3x/hari (nasi, sayur, lauk) dan minum 2000ml/hari
Selama nifas ibu makan 1 porsi habis (nasi, sayur, lauk) dan minum dibatasi
1000ml/hari
b. Aktifitas
c. Istirahat
Sebelum mrs ibu tidur siang tidak pernah, tidur malam kurang lebih 8 jam
d. Personal Hygiene
Sebelum mrs ibu mandi 2x/hari, mengganti pakaian 2x/hari, mengganti celana
dalam setiap mandi dan ketika lembab
e. Eliminasi
Sebelum mrs ibu BAK 5-6x/hari warna kuning, BAB 2x/hari warna coklat
kehitaman karakteristik lembek
Selama mrs ibu dipasang kateter dengan urin 200cc, BAB belum
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
N : 88x/menit RR : 20x/menit
TB : 152cm
BB : 75 kg
Skala Nyeri :3
2. Pemeriksaan Fisik
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis
Abdomen : Luka tertutup kasa dengan kondisi bersih dan kering, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi keras
Genetalia : Kebersihan cukup, tidak ada varises, terdapat fluxus ± 50 cc, dan
terpasang kateter
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Penunjang
PVC 42 ,9 % lk : 40-52 %
Pr : 35-47 %
3.4 Penatalaksanaan
Kesadaran : composmentis
N : 84x/menit
S : 36,5oC
RR : 18x/menit
ASI lancar, luka post sc baik dan bersih, Tfu 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik,
fluxus 10cc.
P :
28-04-2019
07.20 Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, Ibu mengerti
Dona
07.23
Menjelaskan pada ibu cara merawat tali pusat bayi, ibu
Dona
memahami
07.25 Menjelaskan pada ibu cara menyimpan ASI yang benar, ibu Bidan dan
memahami Dona
07.28 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam, Bidan dan
ibu memahami Dona
07.30 Kolaborasi dengan dokter untuk terapi selanjutnya, dengan Dokter
advis dokter :
- SF tab 2x1
- Metyldopa tab 3x500mg/oral
- Asam Mefenamat tab 3x500mg/oral
- Nifedipin tab 10mg 2x1 bila TD > 160/110
- Minum maksimal 1000cc/24jam
- Diet tktp RG
- Pro pindah RB 1
07.35 Memfasilitasi ibu makan sesuai diet yang ditetapkan, ibu
Dona
makan 1 porsi dan minum 1/2 gelas.
07.40 Menjelaskan pada ibu untuk tetap membatasi minum yaitu Bidan dan
1000ml/hari Dona
08.00
Memberikan asam mefenamat 500mg dan SF 1 tab, sudah Bidan dan
diminum dan tidak ada reaksi alergi Dona
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas 6-8 minggu.
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
4.2 Saran
1. Bagi Pasien Diharapkan pasien dapat mengetahui sejak dini tentang tanda dan gejala
preeklampsia berat sehingga diharapkan pasien dapat lebih dini memeriksakan
keadaannya dan datang ke pusat pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, S, 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sulistyawati, A. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: ANDI
WHO, 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
Jakarta: -