Disusun Oleh:
RENITA PRAMARTASARI
NIM. 14007050600111017
1.1
Latar Belakang
Persalinan merupakan sebuah proses fisiologis yang akan dialami pada
normal
maupun
resiko
atau
terjadi
gangguan
proses
Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu
memberikan
dan
melaksanakan
asuhan
kebidanan pada ibu bersalin fisiologis menurut alur pikir varney dan
mendokumentasikannya.
1.2.2Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif
Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis
potensial yang mungkin timbul pada ibu bersalin
Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
Merencanakan
asuhan
kebidanan
yang
menyeluruh
berdasarkan
Manfaat Penulisan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1.3.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada bidan sebagai petugas kesehatan maupun
tempat pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan yang
baik dan berkualitas kepada ibu bersalin normal maupun dengan
komplikasi. Serta dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi pada ibu bersalin.
1.3.3 Bagi Penulis
Dengan penulisan laporan ini diharapkan mahasiswa dapat memberikan
asuhan dan perawatan pada ibu bersalin dengan penatalaksanaan nifas
normal sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada. Serta dapat
menyesuaikan penerapan perawatan persalinan normal menurut teori pada
praktek klinik secara langsung. Mahasiswa dapat mendeteksi secara dini
1.4
masalah
potensial,
identifikasi
kebutuhan
segera,
: PEMBAHASAN
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan kasus dan
praktek di lapangan.
BAB VI : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul. Apabila
kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka induksi persalinan mungkin tidak
memberi hasil yang diharapkan.
Tujuan Induksi :
Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan
memaksimalkan kepuasan ibu.
2.1.2
Etiologi
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali
dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering
menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan
pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu mendapatkan
perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan
well health mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena
infeksi serius, atau menderita diabetes.
Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan
diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.
Patofisiolgi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya
penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian
janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron,
peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim
semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi
sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan
lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi
plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar
estriol dan plasental laktogen.
2.1.4
Indikasi
Indikasi Janin
a. Kehamilan lewat waktu
b. Ketuban pecah dini
c. Janin mati
Indikasi Ibu
a.
b.
Disproporsi sefalopelvik
b.
Insufisiensi plasenta
c.
Plasenta previa
d.
Gemelli
e.
f.
Cacat Rahim
g.
Gawat janin
Perdarahan antepartum.
b)
Grande multiparitas.
c)
d)
Manifestasi Klinik
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat
induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga
mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya
induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani.
Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter
akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.
2.1.6
Komplikasi
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika
perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat di penuhi.
Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal
ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk
melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal dan
perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu diperhitungkan.
Menurut Rustam (1998), komplikasi induksi persalinan adalah :
Terhadap Ibu
a)
Kegagalan induksi.
b)
c)
d)
e)
a)
b)
c)
intravena dengan pemecahan ketuban cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat
seperti disebut diatas dipenuhi. Kematian perinatal lebih tinggi daripada
persalinan spontan, akantetapi hal ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan yang
menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa
induksi persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio sesaria, harus selalu
diperhitungkan. Komplikasi induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya
adalah :
Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami
gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi
Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada
yangsebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran
normal.
Emboli.
Meski
kemungkinannya
sangat
kecil
sekali
namun
tetap
Infeksi dan rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi pada
induksi persalinan walaupun jumlahnya sedikit.
2.1.7
Secara Medis
a. Infus oksitosin
Pembukaan
serviks
1-2
3-4
5-6
Pendataran
serviks
0-30 %
40-50 %
60-70 %
80 %
Penurunan
kepala diukur
dari Hodge III
(cm)
-3
-2
-1,0
+1, +2
Konsistensi
serviks
Keras
Sedang
Lunak
Posisi serviks
Ke
belakang
Searah
sumbu jalan
lahir
Ke arah
depan
Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik
bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesan
oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat
kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
b.
Pemberian Prostaglandin
Prostagladin dapat merangsang otok-otot polos termsuk juga otot-otot
rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan
PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena, oral. Pada
kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif.
c.
kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang
dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20, urea dan lain-lain. Kadangkadang pemakaian urea dicampur dengan prostagladin untuk memperkuat
rangsangan pada otot-otot rahim. Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang
cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan
darah.
a.
Secara manipulative
Amniotomi
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik
di bagian bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water )
dengan suatu alat khusus ( drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya
kontraksi rahim.
Beberapa teori mengemukakan bahwa :
Infeksi
Prolapsus funikuli
Gawat janin
Tehnik amniotomi :
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir
sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan
menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus
kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung
pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam.
Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat
menusuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat
juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan
jari telunjuk tangan kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam
kanalis servikalis. Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan
kepala janin kedalam pintu atas panggul. Setelah air ketuban mengalir keluar,
pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar
robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk menjaga
kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian bagian kecil janin, gawat
janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari
jalan lahir
b.
membrane)
dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam merangsang
timbulnya his.
ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi
rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini
bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat
dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu
dijelaskan dan disetujui oleh pasien.
c.
Pada salah satu putting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase
ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka
sebaiknya pada daerah putting dan aerola mammae di beri minyak pelicin.
Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat jam 1 jam, kemudian
istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1hari
maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan ini
pada kedua payudaraan bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan
berlebihan. Menurut penelitian di luar negri cara induksi ini memberi hasil
yang baik. Cara cara ini baik sekali untuk melakukan pematangan serviks
pada kasus kasus kehamilan lewat waktu.
d.
Aktivitas Sexual
Aktivitas sexual dapat menghasilkan prostaglandin pada cairan sperma,
Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang
lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yangakan
memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk
alat ini bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga
dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini
perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.
2.1.8.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan :
X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas
Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis,
analisis feses dan lain sebagainya.
BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
I.
Pengkajian
A. Data Subyektif
1.
Biodata
a) Nama klien dan suami
: untuk mengetahui identitas klien.
b) Usia klien dan suami : untuk mengetahui resiko tinggi atau
rendahnya penyakit pada klien/ibu.
c) Agama
: mengetahui keyakinan klien.
d) Pendidikan
: dasar dalam memberikan KIE.
e) Pekerjaan
: untuk mengetahui pengaruh aktifitas
terhadap kesehatan klien.
f) Alamat
: mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan
memudahkan komunikasi.
2. Alasan Kunjungan
Mengkaji sebab dan tujuan kedatangan klien
3. Keluhan Utama
Mengkaji keluhan yang dirasakan klien untuk identifikasi awal
penatalaksanaan asuhan kebidanan (kegawatdaruratan/bukan) dan
harapan klien terhadap bidan.
4. Riwayat Pernikahan
Berapa kali menikah.
Lama pernikahan.
Usia pertama kali menikah.
5. Riwayat Obstetri
a.
Riwayat menstruasi
Menarche
: normalnya 9-13 tahun
Siklus
: normalnya 28/35 hari.
Lama
: normalnya 5-7 hari.
Banyaknya
: normalnya 2-3 pembalut/hari
Dysmenorrhoe
: normalnya sebelum/ saat/ setelah haid.
Flour albus
: normalnya tidak berbau, tidak berwarna
b.
c.
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah ibu dulu pernah menderita penyakit menurun seperti miom,
kista, asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis maupun
penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis, HIV/AIDS. Apakah
ibu dulu pernah operasi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah ibu menderita penyakit seperti miom, kista, asma, jantung,
tekanan darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular
seperti batuk darah, hepatitis atau HIV/AIDS.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit miom,
kista ataupun kanker dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC,
HIV/AIDS maupun penyakit menurun seperti asma, jantung,
tekanan darah tinggi, kencing manis. Adakah riwayat kehamilan
kembar.
d. Keadaan Psikologi
saat ini.
Bagaimana psikis ibu tentang keluhan yang dialami saat ini.
d. Pola nutrisi
Makan : normalnya 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur,
lauk pauk, buah).
Minum : normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
e. Pola personal hygiene
Normalnya mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti baju 2x/hari,
keramas 2x/minggu, ganti celana dalam 2x/hari, atau jika terasa
basah.
f. Pola kebiasaan
Normalnya ibu
g.
bukan
perokok
aktif/pasif,
ibu
tidak
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik, cukup, kurang.
Kesadaran
: composmentis, apatis, somnolent, sopor, koma.
Cara berjalan
: tegak
Postur tubuh
: tegak atau bungkuk
TD
: normalnya 100/60-140/90 mmHg.
Suhu
: normalnya 36,5-37,50C untuk mengetahui adanya
tanda-tanda infeksi.
Dada
jugularis.
:adakah luka, abses, puting susu datar, tenggelam/menonjol,
adakah pengeluaran abnormal, adakah benjolan abnormal,
Umur Kehamilan
(minggu)
12
16
20
24
28
32
36
40
DJJ
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilicus.
Genetalia
: vulva bersih, adakah pengeluaran pervaginam (lendir,
darah, cairan), adakah varises, adakah benjolan abnormal yang
menentukan kelancaran jalan lahir, adakah luka perineum.
Anus
: adakah hemoroid/tidak.
Ekstrimitas : adakah oedem (indikasi preeklampsia), adakah varises,
Reflek patella (+)/(+)
3. Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui
tanda-tanda
persalinan
dengan
melakukan
dalam akan teraba sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila
dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang
letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang
lebih sama dengan panjang telapak tangan.
f) Hodge : I IV
Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promontorium.
Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II,
terletak setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II,
dan III, terletak setinggi os koksigeus.
4. Pemeriksaan Penunjang
protein urine)
Interpretasi Data Dasar
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
II.
kepada pasien.
Dx : G..... P..... UK ..... minggu, janin tunggal/ ganda, hidup/ mati, intrauterin/
ekstrauterin, inpartu/tidak, kala .... fase .... dengan...........
Masalah : masalah yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien
III.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Hal yang dapat terjadi jika masalah awal tidak dapat tertangani dengan baik.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan
sambil terus mengamati kondisi klien. Masalah potensial yang bias terjadi pada
persalinan dengan letak sungsang adalah terjadinya trias komplikasi pada ibu dan
janin.
IV.
Intervensi
Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada ibu sesuai
dengan diagnosa/masalah.
Tujuan : diharapkan klien dapat mengerti dan memahami kondisinya dan tidak
terjadi komplikasi selama persalinan.
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilannya harus segera diakhiri
R/ memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan kepada ibu
dan keluarganya
3. Anjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur
R/ mencegah keluarnya air ketuban terus menerus
4. Anjurkan ibu untk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
R/ memberikan tenaga saat persalinan
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA GIP0000Ab000
UK 41-42 MINGGU JANIN TUNGGAL/ HIDUP/ INTRAUTERINE,
INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN POST DATE
Tanggal pengkajian : 1 Juli 2015
Jam
: 09.07 WIB
No Register
: 15.021.84X
I. Pengkajaian
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu
Usia Ibu
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: Ny. D
: 19 tahun
: Islam
: SMA
: IRT
: Pesona
Nama Suami
Usia Suami
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: Tn. A
: 20 tahun
: Islam
: SMA
: swasta
: Pesona
2. Alasan kunjungan
Pasien datang rujukan dari dr.Sp.OG atas indikasi post date
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasakan perut kenceng-kenceng sejak 1 minggu
yang lalu
4. Riwayat Pernikahan
Menikah
: 1x
Lama pernikahan
: 1 tahun
Usia pertama kali menikah : 19 tahun
1. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche
Siklus
Lama
Banyaknya
Keluhan
HPHT
: 13 tahun
: 28 hari.
: 7 hari.
: 2-3 ganti pembalut/hari
: tidak ada.
: 3 September 2014
Sua
UK
mi
1
Persalinan
Peny
Jeni
Peno
Tem
Penyu
Se
ulit
long
pat
lit
ks
BB
Nifas
Lama
Menyus ny
PB
ui
HAMIL INI
c.
d. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan KB.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti miom, kista,
asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis maupun
Ket
Pe
ulit
BAB
d. Pola nutrisi
Makan : 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur, lauk pauk,
buah).
Minum : 5-8 gelas/hari (teh, air putih), susu untuk bumil 1gelas/hari
e. Pola personal hygiene
Mandi 2-3x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas
2x/minggu, ganti celana dalam 1-2x/hari.
f. Pola kebiasaan
Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
TD
: 110/70 mmHg
Suhu
: 36,50C
Nadi
: 80 kali/menit reguler
RR
: 18 kali/menit.
BB
: 72 kg.
TB
: 148 cm
Lila
: 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
Wajah
Mata
Dada
Leher
Abdomen
TFU
TBJ
Leopold I
: 27 cm
: 2480 gram
: TFU 3 jari bawah Px, teraba bagian bulat keras,
DJJ
: 152 x/menit
His
Anus
3. Pemeriksaan dalam
Tanggal : 07-06-2015
Jam : 07.00
III. Implementasi
Tanggal 07 Juni 2015
Pukul 07.10 WIB
1. Menjalin hubungan terapeutik dengan klien dengan menyapa, bersikap
empati, serta penggunaan komunikasi verbal dan non verbal yang
efektif.
E/ ibu merasa tenang
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga bahwa kondisi
ibu dan janin sekarang baik, pembukaan telah lengkap dan akan
dilakukan pertolongan persalinan karena dari hasil pemeriksaan
memungkinkan untuk persalinan pervaginam.
E/ ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Memberikan dukungan psikologi kepada klien dengan meminta ibu
tetap tenang, rileks dan berdoa
E/ ibu dan keluarga merasa tenang
4. Mengobservasi keadaan umum, keluhan, His, DJJ, nadi tiap 30 menit,
kemajuan persalinan dan tekanan darah tiap 4 jam, suhu tiap 2 jam.
E/ terlampir di partograf
5. Melakukan informed consent ke suami untuk dilakukan induksi
persalinan.
E/ keluarga bersedia dilakukan induksi persalinan
IV. Evaluasi
Tanggal : 01 Juli 2015
Jam : 19.00 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng
O:
TD
: 110/80 mmHg
Suhu
: 36,5 C
Nadi
: 80 kali/menit reguler
RR
: 20 kali/menit.
DJJ
: 138 kali/menit
His
: 1x dalam 10 menit selama 10 detik
VT 2 cm, eff. 25%, ketuban (+), presentasi kepala, Hodge I
A : GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, inpartu
kala I fase laten
P:
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Melakukan drip oksitosin 5iu dalam D5% mulai
8tpm
Tanggal : 02 Juli 2015
Jam : 10.00 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng
O:
TD
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36,5 C
Nadi
: 80 kali/menit reguler
RR
: 20 kali/menit.
DJJ
: 138 kali/menit
His
: 2x dalam 10 menit selama 20 detik
VT 4 cm, eff. 50%, ketuban (+), presentasi kepala, Hodge I
A : GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, inpartu
kala I fase aktif
P:
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Melakukan drip oksitosin 5iu dalam D5% flash ke-2
Tanggal : 02 Juli 2015
Jam : 16.00 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng
O:
TD
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36,5 C
Nadi
: 80 kali/menit reguler
RR
: 20 kali/menit.
DJJ
: 138 kali/menit
His
: 5x dalam 10 menit selama 45 detik
VT 10 cm, eff. 1000%, ketuban (-) jernih, presentasi kepala, Hodge
IV
A : GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, inpartu
kala II
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
2. Menyiapkan alat (partus set) dan mempersiapkan diri (menggunakan APD)
3. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, keadaan janin baik, serta
mengajari ibu cara dan posisi meneran
E/ Ibu bisa melakukan meneran saat ada his dengan benar
4. Membimbing ibu meneran saat ada his dengan posisi litotomi
5. Saat kepala membuka vulva, lakukan episiotomi.
6. Segera setelah kepala lahir, pegang kepala dengan kedua tangan secara
biparietal.
7. Setelah lahirnya kepala tarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu anterior,
kemudian tarik ke atas untuk menolong kelahiran bahu posterior dan lakukan
sangga susur bayi sampai kaki.
E/ Bayi lahir spontan pukul 16.20 WIB, jenis kelamin perempuan dengan berat
lahir 3000 gram PB 46cm LK 33cm LD 32cm A.S 8-9, bayi menangis kuat,
warna kulit kemerahan, gerakan kuat.
Evaluasi
Tanggal : 02 Juni 2015
Bayi lahir spontan pukul 16.20 WIB, jenis kelamin perempuan dengan
berat lahir 3000 gram PB 46cm LK 33cm LD 32cm A.S 8-9, bayi
menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan kuat.
dipotong
Memeriksa kembali uterus dan memastikan tidak ada bayi kedua
E/ Uterus setinggi pusat dan telah dipastikan tidak ada bayi kedua.
Memberikan injeksi 20 IU IM kepada ibu setelah bayi lahir
E/ Oksitosin telah diinjeksikan dipaha kiri luar.
Menolong kelahiran plasenta dengan MAK 3
E/ Plasenta lahir lengkap, berat plasenta 500 gram
Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk memberikan terapi
setelah persalinan
E/ dokter SPOG mengadviskan untuk pemberian terapi Oksitosin Drip.
6. Mengganti infuse dengan RL + oksitosin 20 IU
E/ Bidan telah memasang infuse RL + Oksitosin 20 IU
7. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir
E/ uterus teraba keras, kontraksi uterus teraba baik.
EVALUASI
Tanggal : 2 Juni 2015
S : Ibu senang dengan kelahiran bayinya
O:
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
T : 36,6C
Perdarahan 200 cc
Perineum episiotomy, robekan derajat II
Kontraksi baik
TFU : 1 Jari di bawah pusat
TD
N
120/80 84
S
TFU
Kontraksi KK
36,6 1
jari keras
kosong
WIB
bwh
16.50
pusat
1
jari keras
120/80 84
WIB
bwh
17.05
pusat
1
jari Keras
120/80 84
WIB
17.20
120/80 84
WIB
Kosong
pusat
1
jari keras
Kosong
bwh
110/70 84
WIB
18.20
Kosong
bwh
WIB
17.50
Perdarahan
50 cc
pusat
36,5 2
jari keras
Kosong
bwh
110/70 84
pusat
2
jari keras
Kosong 10 cc
bwh
pusat
12. Melakukan perawatan bayi baru lahir 1 jam pasca lahir yang meliputi
pengukuran bayi, perawatan tali pusat, pemberian salep mata, injeksi vit. K
serta membedong bayi
E/ telah dilakukan perawatan BBL setelah IMD dengan hasil:
BB
: 2000 gr
PB
: 46 cm
LK
: 33 cm
LD
: 32 cm
Vit. K (01/07/2015 17.20 WIB)
6. Memantau nafas dan suhu bayi setiap 15 menit
7. Melakukan pendokumentasian
BAB V
PEMBAHASAN
DATA
Pengkajian
TEORI
KASUS
Induksi persalinan Pasien datang rujukan
dilakukan karena:
tanggal
perkiraan
bahkan
lahir
lebih
dari
sembilan
bulan
(kehamilan
lewat
waktu).
kehamilan
Dimana
yang
melebihi waktu 42
minggu, belum juga
Ibu mengatakan
merasakan perut
kenceng-kenceng sejak 1
minggu yang lalu
ANALISIS
SESUAI
terjadi persalinan.
Agar
infuse VT
oksitosin
dalm
:Tidak
berhasil kelainan
ada
SESUAI
pada dinding
pada
ibu
syarat-
syarat
sebagai
berikut :
Kehamilan aterm
Ukuran panggul
normal
Janin
dalam
presentasi kepala
Servik
telah
matang
(portio
lunak,
mulai
mendatar
dan
sudah
Diagnosa
mulai
membuka)
Post
date
GIP0000Ab000 UK 41-42
:Kehamilan minggu,
sudah
tanggal
janin tunggal
lewat
Dimana
yang
SESUAI
melebihi waktu 42
minggu, belum juga
Implementasi
terjadi persalinan
Disiapkan cairan 1. Menjalin
RL 500 cc yang
terapeutik
dengan
diisi
klien
dengan
dengan
sintosinon 5 IU
menyapa,
Cairan
empati,
yang
mengandung
IU
sintosinon
dialirkan
secara
intravena melalui
aliran infuse.
Jarum
abocath
dipasang
vena
pada
dibagian
volar bawah
bersikap
serta
penggunaan
sudah
hubungan
mU
permenit
verbal
hasil
pemeriksaan
pada
Tetesan dimulai
dengan
komunikasi
pembukaan
lengkap
akan
dilakukan
pertolongan
persalinan
dinaikan 4 mU
setiap 30 menit.
Tetesan
dan
letak
sungsang pervaginam
karena
dari
hasil
pemeriksaan
maksimal
memungkinkan untuk
diperbolehkan
sampai
kadar
oksitosin
30-40
persalinan
pervaginam.
3. Memberikan
dukungan
mencapai
ini
rahim
kadar
kontraksi
tidak
psikologi
meminta
ibu
tetap
tenang,
rileks
dan
SESUAI
muncul
juga,
maka berapapun
kadar
oksitosin
yang
diberikan
tidak
akan
menimbulkan
kekuatan
kontraksi.
Sebaiknya infus
oksitosin
dihentikan.
berdoa
4. Mengobservasi
keadaan
umum,
DJJ
dan
kemajuan persalinan.
5. Melakukan informed
consent
untuk
ke
suami
dilakukan
induksi persalinan.
6. Melakukan
drip
oksitosin 5iu dalam
D5% mulai 8tpm
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kasus diatas antara lain :
1. Hasil pengkajian data dasar, didapatkan ibu GIP0000Ab000 UK 41-42
minggu, janin tunggal, hidup, intra uterine, letak kepala, inpartu kala I
fase laten dengan post date.
2. Hasil kolaborasi dengan dokter SPOG didapatkan bahwa persalinan
memenuhi syarat untuk dilakukan persalinan pervaginam. Selain itu,
dari hasil kolaborasi, ibu post partum diberikan terapi oksitosin drip
3. Persalinan pervaginam berhasil dilakukan dengan normal spontan dan
episiotomi.
4. Perencanaan penanganan untuk mencegah kompilkasi pada janin dan
ibu telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan ibu. Dari penanganan
tersebut, komplikasi bisa dicegah dan ditangani dengan baik.
5. Mendokumentasikan semua temuan dalam pendokumentasian SOAP
sesuai dengan 7 langkah varney dan partograf untuk kala I-IV.
6.2
Saran
Diperlukan kerja sama yang baik antara klien, anggota keluarga dan
petugas kesehatan.
Bidan harus memberikan asuhan sesuai dengan wewenanganya. Untuk
itu manejemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat
yang mendasar bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dalam
berbagai kasus.
Sebaiknya bidan meningkatkan kerja sama dan komunikasi dengan
petugas kesehatan lainya seperti dokter, perawat dan sesama bidan
untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan
DAFTAR PUSTAKA