Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR TETAP
Pengertian Asfiksia Neonaforum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada bayi baru lahir.
Prinsip dasar :
Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal dab kecacadan
Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum,intra partum
maupun post partum
Ditandai dengan :
- bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
- denyut jantung <100x/menit
- kulit sianosis, pucat
- tonus otot menurun
untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai APGAR
Tujuan menangani asfiksia Neonatorum
mengurangi angka kematian dan kecacadan pada neonatus
Kebijakan Ditetapkan pada semua bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum
Prosedur 1. Lakukan langkah Resusitasi (lihat bagan resusitasi)
2. Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi medikamentosa
3. Beri oksigen bila perlu atau bayi masih sianosis saturasi oksigen yang
ditunjukkan oleh oksimetri belum mencapai target sesuai usia bayi.
Kurangi sampai batas terendah secara bertahap.
4. Perawatan dan pemantauan pasca resusitasi :
- Bayi dirawat di ruang perinatologi bukan dirawat gabung, untuk
pemantauan keadaan pasca asfiksia
- Pantau keadaan umum bayi, frekuensi jantung, frekuensi dan
irama nafas, saturasi oksigen dengan alat oksimetri, tangis bayi,
kesadaran, produksi urin dan suhu bayi
- Jaga kehangatan bayi, masukkan bayi pasca resusitasi di
incubator atau cuvis sesuai berat badan dan masa gestasi bayi.
- Periksa kadar gula 4 jam pasca resusitasi
- Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
5. Mencatat tindakan resusitasi
- Kondisi bayi saat lahir
- Tahapan resusitasi yang telah dilakukan
- Waktu antara lahir dengan memulai pernapasan
- Pengamatan klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi
- Hasil tindakan resusitasi
- Bila resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab kegagalan
- Nama-nama tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
resusitasi
6. Yakinkan bayi mampu minum dan mempunyai refleks hisap dan telan
setelah keadaan bayi stabil tanpa oksigen dengan pemberian ASI dan
menetek pada ibu
7. Bila bayi fidak dapat langsung menetek dan masih memakai oksigen
berikan ASI perah dengan pipa lambung
8. Bila bayi tidak dapat menerima asupan dengan pipa lambung
sekaligus, pasang jalur infus dan beri cairan infus D10% sesuai dosis
ASFIKSIA NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
rumatan
9. Konseling pada keluarga
- Bila resusitasi berhasil : beritahu ibu dan keluarga tentang
keadaan bayi, serta ditundanya untuk dilakukan IMD dan rawat
gabung
- Bila resusitasi gagal : beri dukungan emosional pada keluarga
terutama orangtua bayi
-
Unit terkait R. VK, Perinatologi, IGD, OK
MANAJEMEN BBLR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 24 jam setelah lahir
Pemeriksaan fisik
Berat lahir kurang dari 2500 gram
- Untuk BBLR kurang bulan
Tanda Prematuritas:
- Tulang rawan telinga belum terbentuk
- Masih terdapat lanugo
- Reflek-reflek masih lemah
- Alat kelamin pada perempuan lalium mayus belum menutup
labium minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan
kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
- Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan
Tanda janin tumbuh lambat:
- Tidak dijumpai tanda prematuritas
- Kulit keriput
- Kuku lebih panjang
Tujuan 1. Mengurangi kematian pada BBLR
2. Mencegah komplikasi atau efek lanjutan pada BBLR
3. Penanganan secara tepat pada BBRL
Kebijakan 1. Semua bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2. Semua perawat,bidan,Sp A maupun Sp OG untuk melakukan manajemen
BBLR
Prosedur 1. Medikamentosa :
Pemberian vitamin K1 : injeksi 1 mg/IM sekali pemberian
2. Mempertahankan suhu ketat
- Keringkan badan bayi segera setelah lahir
- Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit dengan kulit, KMC, Infant
warmer, incubator atau ruangan hangat ( sesuai tabel 1 yang
terlampir)
Table 1. Cara menghangatkan bayi
Cara Petunjuk Penggunaan
Kontak kulit - Untuk semua bayi
- Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat,
atau menghangatkan bayi hipotermi ( 32-36,4oC)
apabila cara lain tidak mungkin dilakukan
KMC - Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <
2500g, terutama direkomendasikan untuk
perawatan berkelanjutan bayi dengan berat
badan <1800g
- Tidak untuk bayi sakit berat( sepsis, gangguan
napas berat )
- Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat
yang tidak dapat merawat bayinya
BBLR
No. Dokumen No. Revisi
Pengertian Sepsis Neonatal adalah sindroma klinis dari penyakit sstemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan.
Penyebabnya : bakteri, virus, jamur, dan protozoa
Faktor Resiko
Risiko Mayor Risiko Minor
1. Ketuban pecah > 24 jam 1. Ketuban pecah > 12 jam
2. Ibu demam saat intrapartum 2. Ibu demam saat intrapartum >
suhu> 38oC 37,5oC
3. Korioamnionitis 3. Nilai APGAR Score rendah pada
4. Denyut jantung janin menetap menit ke-1 < 5, dan menit ke-5 <7
160 x/menit 4. Bayi berat lahir sangat rendah
5. Ketuban berbau (BBLSR) < 1500gram
5. Usia kehamilan < 37 minggu
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan pada ibu
8. Ibu dengan infeksi saluran kemih
Pemeriksaan fisis
1. Keadaan umum
1.1 suhu tubuh tidak stabil
1.2 letargi atau lunglai, mengantuk atau aktivitas kurang
1.3 malas minum sebelumnya minum dengan baik
1.4 iritabel atau rewel
1.5 kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
2. Gastrointestinal
2.1 muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
2.2 tanda mulai muncul pada hari ke empat
3. Kulit
3.1 perfusi kulit berkurang, sianosis, pucat, ptekie, ruam, sklerem,ikterik
4. Kardiopulmonal
4.1 takipnu, distres respirasi ( merintih, retraksi)takikardi, hipotensi
5. Neurologis
5.1 iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, penurunan kesadaran,
kejang, ubun – ubun membonjol, kaku kuduk sesuai dengan meningitis
6. pemeriksaan penunjang
6.1 leukositosis/leukopeni
6.2 trombositopeni
Tujuan Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi dengan sepsis neonatorum
Kebijakan Menangani kasus sepsis neonatorum secara holistic berdasar ilmu kedokteran
berbasis bukti (evidence based medicine)
SEPSIS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (DM).
Tujuan Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM.
Kebijakan Dilakukan pada semua bayi baru lahir yang ibu menderita DM.
Prosedur 1. Pada bayi berumur kurang 3 hari, amati tanda-tanda hipoglikemia sampai
umur 3 hari.
2. Periksa kadar glucose darah pada umur tiga jam untuk bayi lahir dalam.
3. Periksa kadar glukosa darah pada saat masuk kamar bayi untuk bayi lahir
luar.
4. Periksa kadar glucose darah lagi tiga jam setelah pemeriksaan pertama.
5. Pemeriksaan kadar glucose darah selanjutnya setiap 6 jam selama 24 jam
atau sampai kadar glucose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan
berturut-turut.
6. Bila kadar glukosa ≤ 45 mg/dL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi
(tremor atau letargi), tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi).
7. Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain, bayi
dapat minum dengan baik, pulangkan bayi pada hari ke-3.
8. Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda
penyakit, bayi tidak perlu pengamatan.
9. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
10. Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali
sehari, siang dan malam.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
Instalasi Patologi Klinik
BAYI IBU HBsAG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian Bayi yang dilajirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg positif.
Tujuan Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg
positif.
Kebijakan Dilakukan pada semua bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan
darahnya HbsAg positif.
Prosedur 1. Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml IM segera setelah lahir
(sebaiknya 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai
dengan jadwal imunisasi hepatitis.
2. Apabila orang tua bersedia membel Imunoglobulin Hepatitis B, berikan
Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 ml) IM disuntikan pada paha sisi yang
lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat 48 jam setelah
lahir.
3. Yakinkan ibu untuk tetapi menyusui bayinya.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Material-Perinatal
INFEKSI TALI PUSAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian Infeksi tali pusat adalah infeksi pada tali pusat atau jaringan kulit di sekitar tali pusat
Tujuan Menangani bayi dengan infeksi tali pusat
Kebijakan Diterapkan pada semua bayi yang mengalami infeksi tali pusat
Prosedur Infeksi Tali Pusat Lokal Atau Terbatas
1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan anti septik (iodium povidon 2,5%)
dengan kain kasa yang bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (iodium povidon
2,5%) delapan kali sehari sampai tidak nanah lagi pada tali pusat.
3. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
Infeksi Tali Pusat Berat Atau Meluas
1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan
sensitivitas.
2. Berikan kloksasilin peroral sesuai selama 5 hari
3. Cari tanda-tanda sepsis. Bila ada, tangani pasien sesuai Protop Sepsi
Neonatorum.
4. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat local atau
terbatas.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
RSU’Aisyiyah Ponorogo MUNTAH DAN/ATAU DISTENSI ABDOMEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian Bayi dengan kondisi perdarahan atau dengan tanda pucat yang terjadi baik saat
lahir atau sesudahnya, dengan atau tanpa gejala perdarahan internal atau
eksternal.
Tujuan Mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat perdarahan.
Kebijakan Diterapkan pada semua kasus perdarahan pada neonatus.
Prosedur Manajemen Umum
Perdarahan yang tampak atau riwayat perdarahan
1. Hentikan perdarahan
2. Beri vitamin K1 1 mg IM sekali, tanpa memandang apakah bayi telah diberi
pada saat lahir.
3. Bila ada tanda syok beri infus NaCl 0,9% dan Ringer laktat dengan dosis 10
mL/kgbb selama 10 menit dan dapat diulangi setelah 20 menit bila tanda syok
masih berlanjut, beri transfusi darah segera menggunakan darah golongan O
rhesus negatif.
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serta
golongan darah dan reaksi silang bila belum dikerjakan. Bila hemoglobin kurang
dari 12 g/dL beri transfusi darah.
5. Bila syok belum teratasi, beri oksigen dan infus Ringer Laktat atau NaCl 0,9%
dengan tetesan 10 ml/kg dalam 10 menit, bila tidak ada perbaikan dapat diulang
sekali lagi.
Manajemen Spesifik
Kondisi perdarahan pada bayi baru lahir
1. Bila perdarahan tidak berhenti dalam tiga jam, tangani sebagai kasus
Sepsis Neonatorum (Lihat Protap Sepsis Neonatorum)
2. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin.hematokni tiap hari.
3. Bila hemoglobin kurang dari 10 g/dL beri transfusi darah.
Kongulopati
1. Tangani sebagai kasus Sepsis.
2. Bila hemoglobin kurang dari 10 g/dL, beri transfusi darah.
Pucat tidak diketahui penyebabnya atau anemia pada bayi sakit atau bayi kecil
1. Bila hemoglobin <8 g/dL, beri tansfusi darah
2. Bila kondisi stabil, periksa hemoglobin tiap minggu selama bayi masih dirawat
di rumah sakit. Bila kapan saja hemoglobin < 8 g/dL beri transfusi darah
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
Unit Transfusi Darah PMI
POTENSIAL TERINFEKSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian Bayi baru lahir dari ibu yang mengalami infeksi intrauterin, demam yang dicurigai
infeksi berat selama proses persalinan atau ketuban pecah lebih 18 jam sebelum
persalinan (KPD)
Tujuan Melakukan tindakan pencegahan sepsis pada bayi yang tampak sehat pada saat
lahir
Kebijakan Semua kasus bayi dengan potensial terinfeksi merupakan kasus yang harus
segera ditangani mengingat kemungkinan terjadinya sepsis pada bayi yang
tampak sehat pada saat lahir.
Prosedur 1. UMUM
- Bila bayi berumur lebih 3 hari (tanpa melihat umur kehamilan), tidak perlu
penanganan.
- Beritahu ibu tentang tanda tanda sepsis dan nasehati ibu untuk
membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
- Bila bayi berumur 3 hari atau kurang, amati bayi untuk gejala/tanda sepsis.
- Bila ada gejala/tanda sepsis, ambil sampel darah bayi, dan kirim ke
Laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas.
- Kelola bayi sesuai Protap Sepsis.
2. Bayi dengan umur kehamilan 35 minggu atau lebih, atau berat lahir 2000 gram
atau lebih.
a. Infeksi intrauterin, atau ibu demam, dengan/tanpa KPD
Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan besar sepsis
Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda-tanda sepsis
hentikan antiobiotika
Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis, obati
sebagai kemungkinan besar sepsis
Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis hentikan antibiotik setelah 5 hari
Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotika dihentikan
- Bila bayi dalam keadaan baik, dan tidak ada tanda yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
- Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu untuk
membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
b. KPD tanpa infeksi intrauterin atau demam yang dicurigai infeksi
Tidak perlu antibiotik
Amati tanda sepsis setiap 4 jam selama 48 jam.
- Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda-tanda
sepsis setelah 48 jam, dan tidak ada gejala yang memerlukan di
rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
- Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu untuk
membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis, obati
sebagai kemungkinan besar sepsis.
Bila kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama 3 hari lagi. Bila bayi
dalam keadaan baik, bayi dapat dipulangkan.
POTENSIAL TERINFEKSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3. Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu, atau berat lahir kurang
dari 2000 gram.
KPD, infeksi intrauterin, atau demam curiga infeksi
a. Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan besar sepsis.
b. Bila kultur darah negatif dan bayi tidak ada tanda-tanda sepsis
- Bila ada KPD tanpa infeksi intrauterine atau demam, hentikan
antibiotika setelah 3 hari.
- Bila ibu menderita infeksi intrauterin atau demam, hentikan
antibiotika setelah 5 hari.
c. Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis, obati
sebagai kemungkinan besar sepsis.
d. Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan
Pengertian Transient tackypnea of the new born (TTN) adalah suatu gangguan respirasi
ringan pada nenatus lahir aterm, atau premature dengan berat lahir besar yang
terjadi segera setelah lahir dan membaik dalam 3 hari.
Tujuan Menangani transient tachypnea of the new born (TTN).
Kebijakan TTN ditangani dengan ilmu kedokteran yang berbasis bukti.
Prosedur Diagnosis :
1. Gejala klinis: takikpnea, grunting, napas cuping hidup, retraksi dada, dan
sianosis.
2. Roentgen thorax didapatkan hiperekspansi paru, perihiler streaking yang
prominen, pembesaran jantung ringan sampai sedang, diafragma yang datar,
dan cairan di fisura minor.
3. Diagnosis TTN merupakan diagnosis terakhir setelah kemungkinan gangguan
respirasi lain disingkirkan.
Penanganan :
1. Oksigenasi :
- Berikan oksigenasi sesuai kondisi bayi (lihat Protap Terapi Oksigen)
- Amati respirasi bayi tiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
- Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk tangani sebagai
gangguan napas sedang atau berat.
- Hentikan pemberian oksigen secara bertahap bila ada perbaikan
gangguan napas. Hentikan pemberian oksigen jika frekuensi napas antara
30 – 60 kali / menit.
2. Pemberian makanan
- Diterapkan pada semua keadaan pendarahan intrakranial. Jangan berikan
apapun melalui radat, jika respirasi > 60 kali/menit, pasang pipa lambung
- Pasang jalur intravena dan berikan cairan dosis rumatan jika bayi tidak
dapat mainan lewat enteral.
- Jaga bayi agar tetap hangat.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
SMF Bedah
APNEA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian Apnea adalah henti napas selama 20 detik atau lebih, atau sebagai satu episode
singkat dengan disertai bradikarida (denyut jantung < 80 kali/menit), sianosis
sentral atau pucat.
Tujuan 1. Memberikan bantuan napas dna rangsang taktil setiap neonatus yang
mengalami apnea.
2. Memberikan pengobatan untuk merangsang pusat napas.
Kebijakan Setiap kasus apne pada neonatus ditanagni oleh petugas yang terampil berdasar
ilmu kedokteran berbasis bukti
Prosedur 1. Rangsang taktil
2. Jika tidak ada respon, lakukan VTP dengan oksigen 40%
3. Bila gagal gunakan CPAP
4. Jaga saluran napas bagian atas
5. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab apnu
6. Terapi tergantung penyebab apnu
7. Terapi untuk kelahiran kurang bulan berikan :
- Aminofillin 6 mg/kgBB selanjutnya 2 mg/kg/8 jam
8. Apnu berulang bayi dipuasakan
9. Bila gagal rujuk bayi ke NICU ( bila fasilitas tersedia)
9. Pantau ketat vital sign minimal umur 1 minggu atau 5 hari setelah serangan
apnu berakhir
Pengertian Fototerapi (terapi sinar) adalah terapi menggunakan sinar fluorosean dengan
panjang gelombang tertentu dan waktu tertentu yang dimaksud untuk
menurunkan kadar Bilirubin.
Tujuan Menurunkan kadar bilirubin indirek sampai pada kadar yang tidak memerlukan
fototerapi lagi
Kebijakan Melakukan fototerapi pada semua bayi dengan ikterus neonatorum dan kadar
bilirubin indirek lebih tinggi dari batas tertentu.
Prosedur Persiapan alat fototerapi :
1. Pastikan penutup atau pelindung pada posisi yang tepat hal ini untuk
mencegah agar bayi tidak terluka bila tiba-tiba lampu pecah, serta melindungi
dari bahaya sinar ultraviolet.
2. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu di bawah lampu
280C – 300C
3. Nyalakan tombol unit dan periksa apakah seluruh lampu fluoresean menyala
dengan baik.
4. Ganti lampu fluoresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip
5. Catat tanggal kapan lampu mulai dipasang dan pastikan diurasi total
penggunaan lampu
6. Ganti lampu setiap 1000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan, walaupun
lampu masih menyala
7. Gunakan kain dan boks bayi, atau incubator dan letakkan tirai putih
mengelilingi area sekeliling unit tersebut berada untuk memantulkan kembali
sinar sebanyak mungkin ke arah bayi
Cara melakukan fototerapi
1. Letakkan bayi di bawah lampu terapi sinar
a) Bila berat badan bayi 2000 gram atau lebih, letakkan bayi dalam keadaan
telanjang di boks bayi. Letakkan bayi yang lebih kecil di inkubator.
b) Tutup mata bayi dengan penutup, pastikan penutup mata idak menutupi
lubang hidung. Jangan gunakan plester untuk fiksasi penutup
2. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan petunjuk atau
manual dan pabrik pembuat unit
3. Diusahakan permukaan tubuh seluas-luasnya terpapar sinar.
4. Ubah posisi bayi tiap 3 jam
5. Pastikan bayi diberi minum :
a) Anjurkan ibu untuk memberi minum setiap diperlukan, paling tidak setiap
3 jam.
b) Pindahkan bayi dari unit fototerapi selama diberi minum dan lepaskan
penutup mata
c) Tidak diperlukan untuk menambah atau mengganti ASI dengan air,
dekstrosa atau PASI
d) Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan
salah satu cara alternatip pemberian minum. Naikkan volume pemberian
ASI peras dalam sehari (10-15% dari kebutuhan rumatan sehari, mungkin
sampai 25%) atau dengan menambah 25 ml/kg susu selama bayi di bawah
lampu terapi sinar. Jika masukan cairan tidak mencukupi, diberikan cairan
per infus.
FOTOTERAPI (TERAPI SINAR)
No. Dokumen Revisi Halaman
6. Bila bayi menerima cairan IV, naikkan jumlah volume cairan 10% selama bayi
di bawah lampu terapi sinar
7. Bila bayi menerima cairan IV atau diberi minum melalui pipa lambung, tidak
perlu dipindahkan dari lampu terapi sinar.
8. Timbang bayi setiap hari dan awasi penurunan BB akibat kehilangan air secara
evaporasi atau diare, terutama pada bayi prematur.
9. Feses bayi mungkin akan keluar dan berwarna kuning saat bayi menerima
terapi sinar. Kondisi ini tidak memerlukan terapi khusus.
10. Hentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan membuka
pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara orang tua dan bayi.
11. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain:
a) Bayi dipindahkan dari unit terapi sinar hanya untuk prosedur yang tidak
dapat dilakukan selama di bawah lampu terapi sinat.
b) Bila bayi menerima oksigen, matikan lampu saat memeriksa bayi untuk
mengetahui sianosis sentral.
12. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara sekitar bayi setiap 3 jam. Untuk bayi
dalam indikator, thermistor probe harus dilindungi dari sinar.
13. Periksa kadar bilirubin serum tiap 12 jam :
- Hentikan fototerapi ketika kadar bilirubin turun di bawah kadar indikasi
dilakukan fototerapi atau 15 mg/dl.
14. Bila kadar bilirubin serum mendekati nilai untuk dilakukan transfusi tukar,
lakukan transfusi tukar (lihat protap Transfusi Tukar). Bila tersedia fasilitas
untuk transfuse tukar.
15. Bila bayi kecil (berat lahir < 2500 gram dan umur kehamilan < 37 minggu)
atau sepsis, hentikan fototerapi setelah 3 hari.
16. Bila ada Kecurigan Ikterus hemolitik atau ikterus ditemukan pada hari
pertama, hentikan fototerapi setelah 4 hari.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
KEJANG PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian Kejang pada neonatus adalah setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir,
berlangsung berulang-ulang dan periodic.
Pemeriksaan fisik :
1. kejang :
gerakan abnormal pada waah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas
ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda,
mata berkedip, berputar, juling.
Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti.
Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar membonjol,
suhu tubuh tidak normal.
2. spasme :
bayi tetap sadar, menangis kesakitan
trismus, kekakuan otot mulut, rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir
mencucu.
Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut, kontraksi otot tidak
terkendali. Dipicu oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostic.
Infeksi tali pusat.
Tujuan 1. Mengatasi kasus kejang pada neonatus dengan segera
2. Menurunkan angka morbiditas pasca kejang pada bayi
Kebijakan Kejang pada neonatus merupakan kasus darurat yang harus ditangani segera
oleh petugas yang terlatih berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti
Prosedur 1. Jaga agar bayi tidak hipotermia
2. Bersihkan lendir saluran napas
3. Jaga kepala agar tetap pada posisi sedikit ekstensi
4. Selama masih kejang puasakan atau minum personde
5. Beri oksigen sesuai kebutuhan agar hipoksi tidak bertambah
6. Lakukan pemeriksaan penunjang : darah lengkap, gula darah dan elektrolit
7. Beri terapi kejang :
- Phenobarbital : dosis awal 10-20 mg/kg IV dalam 10-15 menit. Bila
masih kejang tambahkan 5 mg/kg tiap 30 menit
- Phenytoin : dosis awal 20 mg/kg IV diencerkan dengan NaCl 0.9%
dalam 15-30 menit. Dosis rumatan 5 mg/kg/12 jam
- Setelah beberapa hari tidak kejang , obat dihentikan. Bila perlu
lanjutkan Phenobarbital oral
8. Antibiotika diberikan 14 hari pada sepsis
9. Pantau vital sign
10. Jelaskan kepada orangtua tentang penyakit, perkembangan keadaan bayi
11. Bila bebas dari kejang bayi bisa menetek pada Ibu
Pengertian Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi baru lahir
menggunakan prinsip dasar resusitasi ABCD
Memastikan saluran napas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
2. Mengisap mulut, kemudian hidung, kalau perlu trakea
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (ET) untuk memastikan pernapasan
terbuka
Memulai pernapasan
1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan
2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positif (VTP) menggunakan sungkup dan
balon atau pipa ET dan balon
Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi
1. Bila perlu menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan sirkulasi darah
Tujuan 1. Memberikan rangsangan dan bantuan napas pada bayi baru lahir dengan
asfiksia
2. Mempertahankan kelangsungan pemberian oksigen dan sirkulasi darah
Kebijakan 1. Tindakan resusitasi merupakan dan bantuan napas pada bayi baru lahir dengan
asfiksia
2. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir harus dilakukan oleh tim yang
terkoordinasi dan yang telah ditunjuk
3. Penanggung jawab resusitasi neonatus dari masing-masing tim harus diketahui
4. Perlu pelatihan secara periodik terhadap anggota tim sehingga tercapai
perawatan bayi yang efektif dan terkoordinasi
1. Persiapan alat :
a. Perlengkapan penghisap
- Balon penghisap
- Penghisap mekanik dan tabung
- Kateter penghisap 5F, 6F, 8F, 10F, 12F atau 14F
- Pipa orogastrik no 8F dan semprit 20 ml
- Aspirator mekonium
b. Peralatan VTP dengan balon sungkup
- Balon tidak mengenbang sendiri ( yang dapat memberikan konsentrasi
oksigen 90% - 100%)
- Sungkup wajah, ukuran bayi cukup bulan dan bayi prematur
- Sumber oksigen
- Sumber udara tekan
- Oksimetri dan probe oksimetri
- Blender
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
h. Persiapan petugas
- Petugas cuci tangan, lalu memakai APD
- Setiap persalinan hendaknya dihadiri 1 orang yang terlatih resusitasi
dan 1 orang asisten
- Untuk persalinan gemeli dihadiri 2 tim terlatih, 1 tim terdiri dari 2 orang
2. Penatalaksanaan
a. Penilaian awal
- Menanyakan riwayat perinatal yang relevan : umur gestasi, cairan
ketuban, jumlah bayi, faktor resiko lain
- Memeriksa kelengkapan peralatanr
- Mendiskusikan rencan dan membagi peran anggota tim
- Bayi lahir lakukan penilaian awal. Cukup bulan?, bernapas atau
menangis?, tonus baik? Bila jawaban ketiganya “YA” maka lakukan
perawatan rutin yaitu berikan kehangatan, bersihkan jalan napas bila
perlu, keringkan badan bayi, rawat gabung bersama ibunya, sambil terus
di evaluasi. Bila jawaban salah satunya adalah “TIDAK” , lanjutkan
kelangkah awal
b. Langkah awal ( blok A/ airway) untuk membebaskan jalan napas dan
memulai resusitasi
- Hangatkan bayi dengan menyelimutinya dengan handuk dan
menempatkannya dibawah pemancar panas dimeja resusitasi
- Posisikan kepala bayi untuk membuka jalan napas. Bebaskan jalan napas
bila diperlukan bila ada mekonium denga penghisapan trachea
- Keringkan badan bayi dengan handuk atau selimut yang telah dihangatkan
- Singkirkan kain basah
- Rangsang bayi dengan menggosok punggung bayi atau menepuk
punggung bayi
- Lakukan selama 30 detik
- Evaluasi pernapasan dan frekuensi jantung
• Bila bayi tidak bernapas ( apnu atau megap – megap ) atau frekuensi
jantung dibawah 100 dpm beranjak ke blok B (sisi kiri pada diagram)
• Bila bayi bernapas tetapi mengalami kesulitan atau tampak sianotik
terus – menerus beranjak ke blok B ( sisi kanan )
c. Blok B ( Breathing )
- Panggil bantuan orang kedua yang bertugas memasang oksimeter
nadi, mengawasi frekuensi jantung dan suara napas dengan stetoskop
- Pilih sungkup sesuai ukuran
- Pastikan jalan napas bersih, hisap mulut dan hidung untuk memastikan
tidak ada sumbatan
- Posisikan kepala bayi sedikit tengadah atau posisi menghidu
- Posisikan diri penolong ditepi tempat tidur
- Lakukan VTP dengan balon mengembang sendiri dan sungkup,
- Mulai memompa dengan tekanan inspirasi dimulai dari 20 cmH2O,
dengan frekuensi 40 sampai 60 napas permenit. Dengan irama :
Napas .................. dua................tiga
( remas ) ( lepas.................). Ucapkan yang keras
- Menilai kenaikkan frekuensi jantung dan saturasi oksigen setelah 5-10
kali tarikan napas pertama
- Menilai gerakan dada dan suara napas bilateral
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
- Bila FJ dibawah 100 dpm lakukan langkah koreksi SR IBTA yaitu Sungkup
melekat rapat Reposisi jalan napas Isap mulut dan hidung Buka mulut
Tekanan dinaikkan Alternatif jalan napas
- Meminta menilai suara napas bilateral dan gerakan dada
- Melakukan VTP efektif selama 30 detik
- Evaluasi frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Pertimbangkan untuk memasan pipa orogastrik jika ventilasi dilanjutkan.
- Bila frekuensi jantung tetap dibawah 60 dpm, beranjak ke Blok C
d. Blok C ( Circulation )
Kompresi dada
- Bila FJ < 60 dpm lakukan kompresi dada berkoordinasi dengan VTP
- Memanggil bantuan
- Lakukan dengan menggunakan tehnik 2 ibu jari ( lebih dipilih ) atau
dua jari dengan menekan sepertiga bawah sternum
- Kedalaman ±1/3 diameter antero posterior dada
- Frekuensi 30 ventilasi ditambah 90 kompresi dada ( 1:3 )
- Hitungan satu...dua...tiga...pompa...............dst
Intubasi Endotracheal
- Dilakukan oleh petugas yang berkompeten yaitu
spesialis anak terlatih, dokter anestesi atau perawat
anestesi, ataupun dokter umum yang terlatih.
- Indikasi : bila ada mekonium lakukan inubasi lebih awal,
bila VTP tidak menghasilkan perbaikkan klinis, bila ada
- indikasi khusus seperti bayi sangat prematur, pemberian
surfaktan, dicurigai hernia diafragmatika
- Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi
- Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan. Oksigen
aliran bebas harus diberikan selama prosedur.
- Masukkan daun laringoskop di atas sebelah kanan lidah,
tekan lidah ke sisi kiri mulut, teurs masukkan lagi daun
laringoskop sampaiujungnya di valekula, tepat di bawah
lidah.
- Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak menghalangi
pandangan untuk memvisualisasikan daerah faring. Pada waktu
mengangkat daun, naikkan seluruh daun dengan menekan ke atas
searah dengan pegangan laringoskop.
- Visualisasikan glottis dengan memberikan tekanan ke bawah pada
krikoid
- Masukkan pipa endoktrakheal dengan ukuran yang sesuai
menggunakan tangan kanan lewat sisi kanan mulut.
- Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan, dan keluarkan laringoskop
dengan tangan kiri.
- Lakukan prosedur tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20 detik
pipa endoktrakheal belum berhasil dimasukkan, lakukan vetilasi
dengan balon dan sungkup sampai keadaan bayi stabil dan
lanjutkan memasang pipa ET kembali
Evaluasi
- Setelah minimal 45-60 detik kompresi dada, evaluasi frekuensi
jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Bila frekuensi jantung <60 dpm, apnu pertimbangkan untuk
melangkah ke blok D
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
e. Blok D ( Drug )
Indikasi :
- Denyut jantung tetap < 60 kali/menit setelah dilakukan VTP selama
30 detik dilanjutkan kompresi dada bersama VTP selama 30 detik.
Cara pemberian
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET, suntikkan epinefrin langsung melalui pipa ET,
kemudian didorong ke paru-paru dengan melakukan VTP.untuk
dosis 0,5 – 1 mL/kg
3. Melalui v. umbilikalis:
o Pasang tali umbilical secara longgar di sekitar dasar tali pusat.
o Isi kateter 3,5F/5F dengan salin normal
o Potong tali pusat secara steril dengan skalpel di bawah klem 1- 2
cm di atas garis kulit
o Masukkan kateter ke v. umbilikalis dengan arah ke atas menuju
ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah mengalir.
o Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1 – 0,3 ml/kg BB larutan
1:10.000, kemudian diikuti injeksi salin normal 0,5-1 ml
o Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60
kali/menit, ulangi pemberian setiap 3 sampai 5 menit
o Bila bayi tampak lemah dan ada bukti ada perdarahan, pikirkan
kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik
Sepsis adalah sindroma klinin dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
Pengertian
bulan pertama kehidupan.
- Pengelolaan terapi sepsis yang tepat
Tujuan - Mengurangi morbiditas dan mortalitas
- Mencegah resistensi
- Untuk menyeragamkan pemberian terapi pada bayi
Kebijakan
- Seluruh dokter spesialis anak
Prosedur Antibiotik harus diberikan pada kondisi sebagai berikut:
1. Jika terdapat 1 dari faktor risiko mayor (ketuban pecah ≥24 jam, ibu demam
saat intrapartum, korioamnionitis, ketuban berbau)
2. Jika terdapat adanya gejala respiratory distress pada neonatus berupa
sesak, napas cuping hidung dan retraksi dada.
3. Jika terdapat kecurigaan sepsis secara klinis berupa:
a. Grunting/merintih
b. Fontanel menonjol
c. Kejang
d. Terdapat pus dari lubang-lubang tubuh
e. Kemerahan pada umbilikal yang melebar ke kulit
f. Suhu > 37,7oC atau < 35,5oC
g. Letargi/kesadaran menurun
h. Aktivitas menurun
i. Tidak bisa minum
j. Tidak bisa menetek
k. Tidak bisa menghisap
4. Jika terdapat kadar CRP ≥10( bila fasilitas tersedia ) dan atau lekosit
≥30.000/L atau leukositopenia.
5. Jika terdapat hasil kultur yang positif ( bila fasilitas tersedia ).
Antibiotik dihentikan apabila:
1. Bayi dengan 1 faktor risiko mayor dan klinis baik, antibiotik dapat dihentikan
apabila pemeriksaan CRP ulang pada usia 48-72 jam didapatkan hasil ≤ 10
dan atau hasil kultur steril. Nilai leukosit mendekati normal.
2. Bayi dengan sepsis (klinis dan atau kultur positif) yang telah mendapatkan
antibiotik selama minimal 7 hari untuk infeksi bakteri Gram positif dan
minimal 14 hari untuk infeksi bakteri Gram negatif; jika klinis baik dan hasil
CRP terakhir ≤ 10.
Jenis antibiotik :
Antibiotic yang digunakan
Pengertian Pemberian nutrisi pada BBLR adalah memberikan asupan nutrisi yaitu ASI
yang sesuai dengan BB dan usia Pada bayi BBLR
Pemberian nutrisi dibedakan sesuai kondisi bayi yaitu sehat dan sakit
Tujuan - Mempertahankan BB pada BBLR
- Memberikan nutrisi yang tepat sesuai umur dan kondisi bayi.
Kebijakan - Dilakukan pada semua bayi BBLR
- Dilakukan oleh Sp.A, Dokter Umum/ bidan/perawat yang terlatih
Manajemen BBLR
Prosedur 1. ASI merupakan pilihan utama
2. Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi mengisap
3. Frekuensi pemberian :
- BB 1000g – 1500g : 10-12X pemberian
- BB 1500g – 2000g : 8 – 10 X pemberian
4. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2x/minggu
5. Jumlah cairan dan ASI serta cara pemberiannya :
Table 2. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750 – 2500g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
5 4 3 2 1 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 6 14 22 30 35 38
ml/kali )
Cara pemberian minum dengan ASI peras melalui pipa lambung.
Apabila bayi sudah stabil dan reflek hisap sudah kuat maka bayi bisa
langsung menyusu.
Table 6. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1250 – 1499g.
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
3 3 3 2 2 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 6 9 16 20 28 30
ml/kali )
Cara pemberian minum : ASI peras dengan pipa lambung sampai
kondisi stabil minum membaik dilanjut dengan cangkir atau sendok,
atau menyusu langsung.
Table 7. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat <1250g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
4 4 3 3 2 2 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 0 3 5 8 11 15
ml/kali )
Cara pemberian minum : tidak tergantung kondisi beri ASI peras
dengan pipa lambung mulai hari ketiga
PENGERTIAN Memeras ASI adalah suatu cara menyiapkan nutrisi untuk menyukupi
kebutuhan nutrisi pada bayi yang mengalami masalah/gangguan minum,
seperti BBLR sakit ( hipotermia, gangguan napas, hiperbilirubinemia ), bayi
dengan kelainan congenital ( labio palatoskizis)
Tujuan - Mencegah tersedak atau aspirasi
- Memenuhi kebutuhan kalori/ nutrisi pada bayi khususnya BBLR sakit
Kebijakan Untuk ibu yang memilki bayi BBLR/BBLSR sakit atau kelainan congenital
Prosedur 1. Persiapan Ibu
- ASI sudah keluar
- Psikis ibu
- Personel higien
- Mencuci tangan
2. Persiapan perawat
- Cuci tangan
- Memakai APD
3. Persiapan ruang
- Ruang bersih
- Privasi tercukupi
- Bila kurang privasi bisa menggunakan ruang laktasi
4. Persiapan alat
- Breastpump ( bila tersedia )
- Botol steril
- Waslap
- Waskom air hangat
- Handuk kecil
5. Cara memeras
- Siapkan ruang dengan privacy yang terjaga
- Ibu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
- Ibu dan perawat mencuci tangan dengan 6 langkah
- Basuh payudara sampai putting susu ibu dengan waslap yang telah
dibasahi dengan air hangat, sambil bersihkan putting susu ibu serta beri
pijatan ringan pada daerah yang terjadi bendungan ASI
- Setelah dirasa bersih keringkan dengan handuk kering
- Tempelkan breastpump dan mulai memeras ASI tamping di botol steri
sampai jumlah yang diinginkan.
- Bila tidak terdapat fasilitas breastpump lakukan secara manual yaitu
ajarkan ibu memeras dari bagian luar atas dan bawah dari uting susu
menuju ke putting susu sampai ASI keluar. Tamping ASI dalam botol
steril.
- Bila jumlah yang dibutuhkan telah terpenuhi segera tutup botol yang
berisi ASI tersebut lalu berikan pada bayi sesuai kondisi dan umur bayi.
- Basuh payudara dengan waslap basah untuk membersihkan sisa ASI
yang menempel
- Bila tidak langsung diberikan simpan dalam freezer
- Anjurkan ibu untuk memeras ASI tiap 4-5 jam
- Bersihkan peralatan dan ruangan
- Ibu dan perawat mencuci tangan
- Beri nama, tanggal dan jam pada botol ASI untuk mengetahui masa
basinya
PENGERTIAN Menyiapkan ASI adalah cara yang benar untuk menyiapkan ASI yang telah di
bekukan
Tujuan - Mengetahui masa basi ASI
- Agar protein yang terkandung dalam ASI tidak pecah
Kebijakan - Orang tua
- Dr Sp.A, perawat dan bidan
Prosedur 1. Persiapan Alat
- Waskom berisi air hangat
- Feeding cup/cangkir
2. Persiapan Perawat
- Cuci tangan
- Memakai APD
3. Persiapan Ruangan
- Ruang steril/bersih
4. Cara penyimpanan
- Perawat cuci tangan
- Memakai APD
- Masukkan ASI peras dalam botol steril
- Masukkan botol yang berisi ASI peras tersebut kedalam freezer
- ASI mampu bertahan bila :
Tempat Tahan Masa basi
ASI peras langsung 6 jam -
diberikan
Freezer satu pintu 3 – 4 bulan Setelah di
cairkan/dihangatkan
tahan 4 jam, sisa
buang
Lemari es/ 3 – 4 hari Setelah
pendingin dicairkan/hangatkan
tahan 4 jam
5. Prosedur penyiapan
- ASI yang dikeluarkan dari freezer atau lemari pendingin, bila tidak beku
tuang dalam wadah secukupnya
- Lalu bersama wadah tersebut rendam dalam Waskom air hangat
- Berikan pada bayi sesuai kebutuhan dan kondisi bayi, serta
menggunakan alternative cara pemberian minum
- Bila sisa ASI harus dibuang
- Bersihkan peralatan
- Melepas APD
- Cuci tangan
- Tulis pada lembar status rekam medis bayi
Unit terkait R. PERINATOLOGI
PEMBERIAN SUSU FORMULA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PENGERTIAN Terapi oksigen adalah penambahan tekanan partial oksigen pada udara
inspirasi, dimana suplemen oksigen sangat diperlukan oleh bayi dengan
masalah pernapasan
Indikasi Terapi Oksigen :
- Gangguan napas yang berasal dari penyakit paru atau diluar paru
- Apnea pada premature
- Meresorpsi pneumothorak pada Bayi Cukup Bulan
- Hiperoksia tes
Terapi Oksigen :
- Aliran Intermitten
- Aliran Kontinyu, ada 2 yaitu :
1. Aliran tinggi “ High Flow “ : aliran > 3 liter/ menit
2. Aliran rendah “ Low Flow “ : aliran < 3 liter/menit
Yang tetap
Cukup bulan? bersama ibu
I Tidak
Fj dibawah 100 dpm, Sulit bernapas atau
30 detik megap-megap, atau apnu sianosis menetap?
I
I Ya Ya
I
VTP, monitor Spo Bersihkan jalan napas monitor Spo2
I
Tidak
Fj di bawah 100dpm?
Ya
Tidak
Fj di bawah 60dpm?
Ya Target Spo2
Pertimbangkan intubasi kompresi 1 menit 60%-65%
dada kordinasikan dengan VTP
2menit 65%-70%
3 menit 70%-75%
Epinefrin IV
Pertimbangkan
Hipovolemia
pneumotoraks
Pengertian Ikterus neonatorum adalah diskolorisasi pada kulit atau organ lain akibat
penumpukan bilirubin. Keadaan ini disebabkan oleh produksi bilirubia yang
berlebih, ekskresi berkurang atau campuran antara keduanya.
Tujuan Mengatasi ikterus neonatorum pada neonatusmenurut penyebabnya dengan
segera
Kebijakan Menangani semua kasus ikterus pada neonatus menurut penyebabnya dan
dilakukan berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti.
Prosedur Manajemen awal
1. Mulai dengan terapi sinar
2. Ambil sampel darah bayi untuk pemeriksaan kada bilirubin
- Tentukan apakah bayi memiliki salah satu factor risiko (lahir < 2500
gram atau umur kehamilan < 37 minggu, hemolisis atau sepsis)
- Bila kadar bilirubin serum di bawah kadar yang memerlukan terapi
sinar, (lihat table indikasi terapi sinar) hentikan terapi sinar.
- Bila kadar bilirubin serum sesuai atau diatas kadar yang memerlukan
terapi sinar, lanjutkan terapi sinar
3. Bila ada riwayat ikterus hemolisis, atau inkompatibilitas factor Rh atau
golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya :
- Ambil sampel darah bayi dan ibu dan periksa kadar haemoglobin,
golongan darah bayi dan tes Coombs.
- Bila faktor Rh & golongan darah ABO bukan merupakan penyebab dari
hemolisis, atau bila ada riwayat keluarga definisi G6PD, lakukan
pemeriksaan G6PD
- Rencanakan tindak lanjut untuk jangka panjang karena risiko masalah
perkembangan bayi
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
Pengertian CPAP merupakan suatu alat yang berfungsi mempertahankan tekanan positif
pada saluran nafas BBL selama pernafasan spontan.
Indikasi penggunaan CPAP:
1. Bayi prematur dengan sindrom distress respirasi
2. Bayi dengan transient tachypnea of the newborn
3. Bayi dengan sindrom aspirasi mekoneum
4. Bayi yang menderita apena of prematurity
5. Bayi dengan paralisis diafragma
6. Bayi yang disapih dari ventilator mekanik
7. Bayi dengan penyakit saluran nafas seperti trakeomalacia dan bronkiolitis
8. Bayi setelah pembedahan di bagian perut atau dada
Kebijakan Penggunaan CPAP dengan prosedur yang benar dan sesuai indikasi
Prosedur 1. Periksa kelengkapan Nasal CPAP meliputi sirkuit untuk nasal CPAP, nasal
prong, botol outlet yang berisi air cuka 0,25% setinggi 7 cm dengan skala
dari 1 sampai 7 cm, humidifier, blender O2
2. Pilih ukuran nasal prong sesuai dengan berat badan bayi
a. Ukuran 1 untuk berat badan 700-1000 gram
b. Ukuran 2 untuk berat badan 1000-2000 gram
c. Ukuran 3 untuk berat badan 2000-3000 gram
d. Ukuran 4 untuk berat badan 3000-4000 gram
e. Ukuran 5 untuk berat badan > 4000 gram
3. Ujung sirkuit ekspirasi dimasukkan ke dalam botol outlet sedalam besarnya
tekanan positif yang dikehendaki
4. Alat dicoba terlebih dahulu dengan cara mengaktifkan CPAP dan menutup
kedua ujung nasal prong apabila muncul gelembung pada botol outlet
berarti alat bekerja
5. Bayi ditempatkan di inkubator atau di bawah pemancar panas atau di
dalam boks bayi sesuai indikasi
6. Nasal prong dipasangkan di hidung bayi dengan nyaman, ujung nasal
prong tidak mengenai septum nasi
7. Setting awal nasal CPAP adalah
a. Positive End Expiratory Pressure (PEEP) sebesar 5 cm H2O, dengan
cara memasukkan ujung sirkuit ekspirasi sedalam 5 cm
b. Fraksi O2 mulai 60%
8. Pengamatan yang dilakukan:
a. Amati sirkuit setiap 2 jam untuk melihat keefektifan sirkuit
b. Periksa humldifier apakah menyala dan terdapat air dalam ukuran yang
benar
c. Amati apakah konsentasi O2 yang diberikan sudah sesuai
PROSEDUR PENGGUNAAN CONTINUOS POSITIVE AIR WAY
PRESSURE (CPAP)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu telah mencapai batas
normal.
4. Setelah suhu bayi normal:
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.
5. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi
dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan
melindungi dari pemanasan yang berlebihan.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
Pengertian Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah < 45 g/dl pada bayi kurang bulan/
cukup bulan disertai gejala apnea, hipotomia, kejang, asfiksia, refleks isap
turun, letargis, hipotermia, syok, ibu DM
Tujuan 1. Meningkatkan kadar glukosa sampai kadar yang tidak membahayakan bayi
baru lahir/ neonatus.
Kebijakan Semua kasus hipoglikemia merupakan kasus darutat dan harus ditangani
segera secara holistic oleh petugas yang telratih dan berdasarkan ilmu
kedokteran berbasis bukti.
Prosedur Manajemen glukosa darah < 25 mg/dl atau terdapat tanda hipoglikemi
1. Pasang jalur IV jika belum terpasang
2. Berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara IV bolus pelan dalam lima menit.
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan dengan dosis yang
sama larutan glukosa melalui pipa lambung.
3. Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan menurut umur dan berat
badan.
4. Periksa kadar glukosa darah satu jam setelah bolus glukosa dan kemudian
tiap tiga jam;
Jika kadar glukosa darah masih tetap 25 mg/dl (1,1 mmol/l), ulangi
pemberian bolus glukosa seperti tersebut di atas dan lanjutkan
pemberian infus.
Jika kadar glukosa darah 25 – 45 mg/dl (1,1 – 2,6 mmol/l), teruskan
infuse dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap jam sampai kadar
glukosa 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih
Bila kadar glukosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut, ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan
kadar glukosa darah setelah kadar glukosa darah kembali normal
5. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum
6. Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infuse
setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan infus glukosa dengan
tiba-tiba.
3. Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian
minum berikutnya :
a. Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dl, atau terdapat tanda
hipoglikemia, tangani seperti tersebut di atas
b. Jika kadar glukosa darah masih antara 25 – 45 mg/dl, naikkan frekuensi
pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
c. Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl atau lebih, lihat tentang frekuensi
pemeriksaan kadar glukosa darah di bawah ini
Frekuensi pemeriksaan glukosa darah setelah glukosa darah kembali
normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV, dengan alasan apapun, lanjutkan
pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 12 jam selama bayi masih
memerlukan infus. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani
seperti tersebut di atas.
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar glukosa
darah setiap 12 jam selama dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukosa darah tetap normal selama waktu tersebut, maka
pengukuran dihentikan
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
PEMANCAR PANAS (RADIANT WARMER)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian Pemancar panas (radiant warmer). Merupakan salah satu cara menghangatkan
bayi dan mempertahankan suhu tubuh bayi. Terutama ditujukan pada bayi
dengan berat ≤ 1500 g dan bayi sakit, juga dapat digunakan sebagai
pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan
kembali bayi hipotermi.
Tujuan Untuk menghangatkan bayi dan mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap
berkisar pada suhu normal dengan pemancar panas.
Kebijakan Menggunakan pemancar panas sesuai indikasi dan dengan cara yang benar.
Prosedur Cara menggunakan pemancar panas :
1. Hangatkan ruangan (minimal 22o C) di mana pemancar panas akan
digunakan.
2. Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum bayi
diletakkan dibawah pemancar panas.
3. Nyalakan alat 15 menit sebelum persalinan dipimpin dan atur suhu sesuai
petunjuk (biasanya antara 36 – 37oC)
4. Sebelum bayi datang, nyalakan alat untuk menghangatkan matras dan alas
5. Bayi hendaknya tidak menggunakan pakaian atau dibungkus selimut,
sebaiknya dibiarkan menggunakan popok atau pempers saja.
6. Bila mendapat cairan IV, hitung jumlah cairan yang diberikan (misalnya beri
tambahan cairan 10%) untuk mengangganti cairan yang hilang.
7. Pindahkan bayi ke ibu sesegera mungkin jika tidak ada tindakan atau
pengobatan yang diberikan. agar bayi tidak kedinginan.
Pengertian Bayi dengan asfiksia yang telah dilakukan resusitasi memerlukan perawatan
suportif dan berkelanjutan, pengawasan dan evaluasi diagnostic yang sesuai.
Bayi yang memerlukan resusitasi berisiko membutuk setelah tanda-tanda
vitalnya kembali normal. Program resusitasi pada bayi baru lahir mengacu
pada 3 tahap perawatan pasca resusitasi barkut ini perawatan rutin, suporitif
dan berkelanjutan.
Tujuan Mengelola bayi asfiksia pasca-resusitasi
Kebijakan Bayi dengan asfiksia yang telah dilakukan resusitasi memerlukan perawatan
suportif dan berkelanjutan, pengawasan dan evaluasi keadaan klinis bayi.
Prosedur 1. Bayi masuk keruang Perinatologi untuk observasi selanjutnya
2. Pantau vital sign seperti respirasi rate, frekuensi jantung, suhu dan
saturasi oksigen
3. Bila terjadi kejang karena hipoksi lakukan penanganan kejang ( lihat SOP
Penanganan Kejang)
4. Pantau kadar gula darah untuk menganisipasi hipoglikemia ( lihat SOP
Penangana Hipoglikemia )
5. Bila terjadi apnu ulangan lakukan penatalaksanaan apnu ( lihat SOP
Apnea )
6. Jaga bayi agar tetap hangat : letakkan bayi di incubator.
7. Beri nutrisi bila kondisi bayi sudah stabil
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal
PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian Hipotermia pada bayi baru lahir adalah penutunan suhu tubuh sampai di
bawah 36,5oC (normal 36,5-37,5oC).
Tujuan Mencegah dan mengatasi hipotermia pada bayi baru lahir/neonatus dengan
factor risiko BBLR, premature, asfiksia atau kondisi lain
Kebijakan Hipotermi pada neonatus ditangani dengan cara Ilmu Kedokteran yang
Berbasis Bukti
Prosedur 1. Tindakan pencegahan
o Siapkan ruang yang cukup hangat
Berat lahir (gram) Suhu ruangan (oC)
1000-1500 34 - 35
1500-2000 32 – 34
2000-2500 30 – 32
> 2500 28 – 30
o Bayi dengan asfiksia, distress respirasi atau sepsis membutuhkan
suhu ruang lebih tinggi disbanding bayi dengan berat yang sama
tanpa masalah.
o Gunakan pemancar panas hanya selama resusitasi.
o Bayi segera dikeringkan setelah lahir dengan handuk bersih dan
lembut.
o Jangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik mandi
ditunda.
o Jangan hilangkan verniks.
o Tutuplah kepala dengan handuk bersih dan kering
o Berikan bayi ke dada ibunya, dan selimuti keduanya
o Khusus bayi kecil (BBLR) lakukan perawatan bayi lekat (PBL) dengan
metoda Kangguru (lihat cara PBL) bila kondisi sudah stabil
o Susukan bayi dalam 30 menit setelah lahir
2. Penanganan hipotermia berat (suhu tubuh < 32oC)
o Segera hangatkan bayi dengan menggunakan pemancar panas yang
sebelumnya telah dihangatkan (bila mungkin). Gunakan inkubator
atau ruangan hangat bila perlu.
o Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang
hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
o Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
o Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas > 60 atau > 30
kali/ menit, retraksi dada, merintih)
- Pasang jalur IV dan beri cairan IV seusai dengan dosis rumatan,
dan pipa infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk
menghangatkan cairan
PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
TEKNIK PEMASANGAN
1. Ukur panjang kateteryangakan di masukkan, terdapat beberapa cara
yaitu:
– Untuk Venaumbilikalis Mengukur jarak antara umbilikus ke prose
susxyphoideus, ditambah dengan panjang sisa umbilikal.
– Untuk Arteri umbilikalis :Mengukur jarak antara umbilikus ke acromion,
ditambah dengan panjang sisa umbilikal.
– Mengukur dengan rumus :(1,5x BB) + 5,5cmatau 1/2{(BB x3)+9 cm}+1
2. Lakukan persiapan
– Persiapan penolong. Cuci tangan steril kemudian pasangsarung
tangan steril.
– Persiapan alat. Susun semua alat yang diperlukan di atas meja steril.
Siapkan cairan NaCl-heparin dalam spuit 10cc. Pasang threewaystopcock ke
kateter umbilikal, sambungkan dengan spuit dan isi dengan NaCl-heparin,
kemudian putar stopcock ke posisi off kearah kateter. Hati-hati jangan
sampai ada udara.
– Persiapan pasien. Ikat kedua kaki bayi dengan popok kemudian plester
ketempat tidur atau tahan dengan menggunakan bantal pasir. Tutup alat
kelamin bayi dengan kain untuk menghindar ikencing bayi mengotori
lapangan tindakan. Pegang umbilikal dengan kasa betadin atau klem (ingat
umbilikal belum steril) dan tarik lembut secara vertikal. Lakukan desinfeksi
dengan cairan anti septic (povidin dll.) sebanyak 3 kali mulai dari bagian
tengah dan teruskan dengan gerakan melingkar ke bagian luar (minimal
radius 5cm dari umbilikal) setelah itu bersihkan umbilikal, dan pasang duk
lubang di atas umbilikal.
3. Ikat umbilikal dan potong datar dengan scalpel.
4. Identifikasi vena umbilikal. Buang semua bekuan darah yang terdapat
dalam vena dengan pinsetiris. Pasang kateter dengan pinsetiris dan
masukkan dengan lembut sampai ukuran yang telah ditentukan. Jika
terdapat tahanan pada saat memasukkan kateter, jangan di paksa, tarik±4-
5cm, kemudian masukkan kembali sambil diputar pelan searah jarum jam.
Kalau masih ada tahanan, bisa dicoba memasukkan kateter lain di bawah
kateter pertama dan masukan dengan lembut, biasanya kateter kedua akan
langsung memasuki duktus venosus.
5. Target pemasangan apabila dilakukan fotorontgen:
– Vena umbilikalis setinggi diafragma (vertebrathorakal IX-X)
– Arteri umbilikalis setinggi vertebra thorakalVI-IX
Pengertian Melakukan pemasanga selang dari rongga mulut sampai kelambung pada
bayi atau anak
Tujuan Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam
lambung
3. Mengirigasi lambung karena perdarahan atau keracunan dalam
lambung
4. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan
atau terauma
5. Mengambil spesemen dalam lambung untuk pemeriksaan laboratorium
Kebijakan
Prosedur Mencuci tangan dengan cara yang baik dan benar
a. Metode Tradisional
Ukur jarak dari tepi mulut kedaun telinga bawah dan proksesus xiphoideus
pada sternum
b. Metode Hanson
17. Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau
pasien tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang
dibelakang tenggorokan dengan menggunakan tongue spatel dan senter
18. Jika telah selesai memasang OGT, sampai ujung yang telah ditentukan,
anjurkan pasien untuk bernafas normal dan rileks
20. Viksasi selang OGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung
dengan cara :
Pengertian Mengukur lingkar kepala adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui ukuran lingkar kepala bayi atau anak normal atau tidak
Tujuan Untuk mengetahui lingkar krpala anak dalam batas normal atau tidak
Kebijakan
Prosedur Alat pengukur dilingkarkan pa!a kepala anak melewati dahi, menutupi atau
diatas kedua telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak
kencang
Bacaa ngka pada pertemuan dengan angka 0
Tanyakan tanggal lahir bayi atau anak, hitung umur bayi atau anak
Catat hasil pengukurani
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal
MENGUKUR SUHU BAYI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
2. Menentukan diagnosa
b. Membersihkan thermometer
j. Membereskan thermometer
Pengertian Mengambil bahan darah lewat tusukan vena untuk pemeriksaan laboratorium
rutin
Tujuan Untuk menentukan variasi dalam komposisi darah
2. Identifikasi pasien
9. Tahan vena yang dipilih dengan ibu jari dan tarik kulit dibawahnya
segera sesaat sebelum memasukkan jarum untuk menstabilkan vena
10. Tahan spuit di antara ibu jari dan ketiga jari terakhir dengan lubang
jarum mengarah ke atas dan segaris dengan alur vena. Tusukkan jarum
dengan cepat dan mulus di bawah kulit dan menuju ke dalam venar.
11. Ambil bahan darah dengan menarik pendorong spuit secara
perlahan.
12. Lepaskan turniket segera setelah bahan darah sudah berhasil
didapatkan dan instrusikan pasien untuk membuka genggaman tangannya
13. Tempelkan potongan kasa steril berukuran 2 x 2 pada bekas lokasi
penyuntikan tanpa ditekan dan tarik jarum secara perlahan searah dengan
alur vena
14. Instrusikan pasien untuk menekan lokasi bekas penyuntikan secara
lembut tetapi pasti selama 2 – 4 menit
15. Lepaskan jarum dari spuit sesegera mungkin setelah pengambilan
darah, keluarkan bahan darah secara perlahan ke dalam wadah yang sesuai
tanpa membentuk gelembung udara pada tabung atau botol uji (beberapa
pemeriksaan memerlukan wadah dengan antikoagulan)
16. Bolak – balikkan tabung secara perlahan beberapa kali agar darah
tercampur dengan antikoagulan. Pada beberapa pemeriksaan, darah
dibiarkan membeku dalam tabung uji
17. Berikan label yang tepat pada bahan dan kirimkan segera ke
laboratorium disertai dengan formulir laboratorium yang sudah dilengkapi
18. Buang jarum dan spuit pada wadah yang sesuai
19. Bersihkan semua bekas tumpahan dengan larutan pemutih 10%
(sodium hipoklorit). Buang sarung tangan dan cuci tangan
20. Catat prosedur dan pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap
bahan yang diambil pada status pasien
21. Simpan kembali nampan dengan alat yang dapat digunakan kembali
pada tempat yang seharusnya
Unit terkait
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal