Atonia uteri
BAB I
PENDAHULUAN
bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran
hidup. Demikian pula dengan Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi
baru lahir “neonatal” masih berada pada angka 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan
angka harapan yang diinginkan berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium
Development Goal (MDG) pada tahun 2015, kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka
103 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi pada angka 23 per 1000
500 orang meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan. Fakta ini mendekati terjadinya
infeksi jalan lahir (4,13%), dan lain-lain (40,50%). Adapun penyebab langsung kematian bayi
baru lahir (48,30%) disebabkan BBLR, asfiksia (19,54%), tetanus (0,49%), infeksi (4,49%),
Menurut data yang didapatkan di RSUD Dr. Pirngadi kota medan Mei-juni 2016
terdapat persalinan 50 orang, dan nifas normal 55 orang, sedangkan ibu nifas dengan
komplikasi 5 orang, yang terdiri dari laserasi jalan lahir 1 orang, retensio plasenta 1 orang,
dan perdarahan post partum karena atonia uteri 3 orang, komplikasi yang muncul pada atonia
uteri apabila tidak ditangani yang paling sering terjadi yaitu Syok hipopelemik atau syok
hemoragik, yaitu kehilangan darah yang cepat dan dapat menimbulkan kematian.
Pada masa nifas hal yang sering terjadi yaitu perdarahan post partum dan
perdarahan yang harus diwaspadai dimana perdarahan lebih dari 500 cc setelah bayi lahir
Atonia uteri merupakan keadaan dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasinya
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian post partum normal karena atonia uteri
tidak terlalu tinggi namun memerlukan adanya perhatian khusus, pengawasan intensif dan
penanganan yang cepat dan tepat, dari uraian diatas penulis tertarik untuk mangambil judul “
Sesuai dengan latar belakang masalah, penulis dapat menyusun suatu rumusan
masalah yaitu ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Post Partum Patologis dengan Atonia Uteri di
1.3 Tujuan
manejmen kebidanan pada Ny. “ R ” pada kasus Post Partum dengan Atonia Uteri
1. Agar mahasiswa mampu mengumpulkan data subyektif pada Ny" R" pada kasus Post
2. Agar mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif pada Ny"R" pada kasus Post
mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera baik mandiri, kolaborasi, rujukan pada
1.4 Manfaat
Mendapat gambaran dan pengalaman secara nyata tentang penerapan proses asuhan
evaluasi serta kemampuan mahasiswa dan mengaplikasikan teori dan keterampilan yang
Bidan di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan dapat memberikan asuhan kebidanan pada
kasus Atonia Uteri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Atoni Uteri adalah pendarahan yang timbul dari bekas implantasi placenta karena
uterus tidak mampu berkontraksi dan beretraksi dengan baik setelah plascenta
lahir.(Fadlan,2011)
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilkukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).(Depkes Jakarta ; 2005 ).
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
Atonia uteri adalah uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan. (
Wiknojosastro,2010)
2.1.2. Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
Bila seluruh bagian placenta masih melekat, biasanya tidak terjadi pendarahan, tetapi
bila sebagian placenta sudah terlepas, maka akan terjadi robekan pada sinus-sinus meternalis,
sedangkan sebagian plasenta yang masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi
aktivitas otot-otot uterus untuk dapat berkontraksi dan beretraksi secara efisien sehingga
Bila uterus sudah berkontraksi terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II
4. Persalinan lama
Dapat menyebabkan terjadinya inertia uteri karena kelelahan pada otot-otot uterus.
Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya setelah
6. Placenta previa
Pada placenta previa, sebagian atau seluruh tempat melekatnya placenta adalah pada
segmen bawah uterus, di mana lapisan ototnya amat tipis dan hanya mengandung sedikit
serat otot oblik. Hal ini menyebabkan kontrol terhadap pendarahan di bagian ini amat
buruk.
7. Solusio placenta
Bila terjadi solusio placenta maka darah di dalam rongga uterus dapat meresap menjadi
tidak efektif. Solusio placenta yang berat dapat mengakibatkan terjadinya uterus
souveilaire.
8. Anestesi umum
Beberapa otot anestesi merupakan relaksasi otot yang amat kuat, rnisalnya halotan dan
siklopropan.
pada uterus, dapat menimbulkan terjadinya kontraksi yang tidak teratur (aritmik)
sehingga hanya sebagian saja dari placenta yang terlepas dan hilangnya kemampuan
Bila kandung kemih penuh, maka letaknya yang amat berdekatan dengan uterus di
rongga abdomen pada akhir kala II akan mempengaruhi kontraksi dan retraksi uterus.
Kandung kemih yang penuh juga dapat menyebabkan kesalahan dalam menatalaksana
11. Nutrisi
Bila ibu mengalami kekurangan gizi maka kemampuan otot uterus berkurang.
Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak didapatkan kondisi-kondisi seperti di atas
Pada kondisi ini akan timbul resiko terjadi hal yang sama pada persalinan sekarang.
2. Paritas tinggi
Pada setiap kehamilan dan persalinan akan terjadi perubahan serabut otot menjadi
jaringan ikat pada uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan uterus untuk
terbuka setelah lepasnya placenta. Resiko terjadinya hal ini akan meningkat setelah
4. Anemia
Wanita yang mengalami persalinan dengan kadar Hb yang rendah (dibawah 10 g/dl),
akan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah meskipun hanya sedikit.
Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung
5. Ketosis
Pengaruh ketosis terhadap aktivitas uterus belum jelas. Penelitian menunjukkan bahwa
40 % wanita mengalami ketonuria pada suatu saat selama persalinannya. Bila persalinan
berjalan baik maka keadaan tersebut tidak mempengaruhi kondisi ibu maupun janin. Di
dapatkan hubungan bermakna antara ketosis dengan kebutuhan akan akselerasi oksitosin
persalinan baru berakhir setelah lebih dan 12 jam. Maka dianjurkan melakukan korelasi
terhadap ketosis.
1. Gejala yang jelas adalah pendarahan tampak banyak dan terus mengalir
beberapa saat setelah anak lahir, darah merah tua dan terjadinya syok pada ibu.
yang nyata/ hanya sedikit pendarahan adalah: Ibu mengeluh mengantuk, pusing,
lemak/mual
4. Tampak pucat.
bimanual.
3. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal
lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.
5. Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.
6. Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masih terjadi,perdarahan lakukan
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah
telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau, aliran darah yang ke luar. Bila perdarahan
atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi
bimanual internal.
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam
mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebu Genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu
badan, hingga mencapai kolumna vertebralis: Penekanan yang tepat, akan menghentikan
atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan
uterus.
2 Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput Bekuan darah dan selaput ketuban dalam
ketuban dari vagina dan lubang serviks vagina dan saluran serviks akan dapat
3 Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh akan
Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan menghalangi uterus berkontraksi secara
langkah selanjutnya.
16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer larutan IV secara cepat atau untuk
uterus.
berkontraksi.
oksitosin dalam 500 cc larutan dengan memulihkan volume cairan yang hilang
rehidrasi.
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Asuhan yang telah diberikan harus dicatat
mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah diberikan pada seorang
klien, yang didalamnya tersirat proses berfikir yang sistematis seorang bidan dalam
langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui
S = SUBYEKTIF
langkah I Varney
O = OBYEKTIF
test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai
langkah I Varney.
A = ASSESMENT
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data
1. Diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi daan atau rujukan
P = PENATALAKSANAAN
2. Metode ini merupakan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan untuk tujuan
TINJAUAN KASUS
Hari/Tanggal : Sabtu/04-06-16
3.1 SUBYEKTIF
3.1.1 Identitas
Ibu mengatakan hamil 9 bulan mengeluh sakit pinggang menjalar keperut bagian
mengeluh sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak tanggal 29-05-2016 pukul
22.00 WIB, pengeluaran lendir campur darah sejak tanggal 29-05-2016 pukul 22.00 wib,
pengeluaran air ketuban (-), dan gerakan janin masih dirasakan aktif sampai sekarang.
Menarche : 14 tahun
Siklus : 30 hari
1. Hamil ke : 2 ( dua )
2. HPHT : 23-08-2016
3. UK : 9 bulan
janin sejak usia kehamilan 4 bulan dan masih dirasakan sampai sekarang dengan frekuensi
5. ANC : 8x di Posyandu
bln tahun
H A M I L I N I
ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, campak,
hepatitis, asma, tuberkulosis, malaria, anemia berat, ginjal dan kelamin/HIV-AIDS serta
riwayat kembar.
1. Nurtisi
sehari sehari
2. Eliminasi
3. Istirahat/tidur
4. Personal Hygien
2. Respon ibu dan keluarga : Ibu maupun keluarga merasa bahagia dengan kehamilan ini.
3. Riwayat KB : KB suntik
keras.
10 Tempat dan petugas kesehatan yang diingikan untuk membantu persalinan : Ibu ingin
3.2 OBYEKTIF
1. HPHT : 23 – 08 – 2015
3. Kesadaran : Composmentis
4. Emosi : Stabil
2. BB (setelah hamil) : 61 kg
3. LILA : 25 cm
1. TD : 120/80 mmHg
2. Suhu : 36,5 0C
3. Nadi : 80 x/menit
4. Respirasi : 20 x/menit
a. Inspeksi
b. Palpasi
2. Wajah
a. Inspeksi
b. Palpasi
3. Mata
a. Inspeksi
b. Palpasi
4. Hidung
a. Inspeksi
Hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada napas cuping hidung.
b. Palpasi
5. Mulut
a. Inspeksi
Bibir tidak pucat, mulut bersih, tidak ada caries, tidak ada gigi berlubang, tidak ada gusi
berdarah.
6. Telinga
a. Inspeksi
7. Leher
a. Inspeksi
b. Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
8. Payudara
a. Inspeksi
Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi areola, putting susu menonjol, tidak ada
retraksi/dimpling.
b. Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa/benjolan, ada pengeluaran
kolostrum.
9. Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
Leopod I : Tinggi fundus uteri 31 cm, teraba bulat, lunak, dan tidak melenting difundus
uteri.
Leopod II : Teraba datar dank eras seperti papan dibagian kanan perut ibu dan tidak teraba
Leopod III : Teraba bulat, keras dan melenting diperut bagian bawah ibu, dan sudah masuk
PAP divergen.
10. Ekstremitas
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
3.3 ANALISA
3.3.1 Diagnosa
G2P1A0H1, UK 40 minggu, Tunggal, Hidup, Intra uterin, persentasi kepala K/u ibu
3.4 PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan keadaan ibu dan janin janin yaitu ibu dan janin dalam keadaan baik dengan
TD : 120/80 mmHg, dan pembukaan 10 cm, Ibu mengetahui keadaannya.
2. Menjelaskan pada ibu tentang rasa mulas yang dialaminya adalah tanda-tanda mau
melahirkan, semakin lama semakin terasa mulas dan hal itu terjadi pada setiap ibu yang
mau melahirkan karena rahim berkontraksi untuk mengeluarkan janin yang ada dalam
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang manis-manis untuk menambah energi
5. Mengajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas panjang pada saat kontraksi datang,
bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah – ngubah
posisi secara teratur selama kala dua karena dapat membantu kemajuan persalinan,
6. Menyiapkan ruangan yang bersih, menyiapkan kain ibu dan bayi serta alat-alat partus
yaitu dua buah klem, gunting episiotomi, gunting tali pusat, setengah koher, penjepit tali
pusat, sarung tangan dan kasa steril. Hetting set yaitu cut god kromik dan plain, nalpuder,
jarum, dan gunting benang, alat resusitasi dan meja yang datar serta obat-obatan
urotonika.
partograf.
UUK depan,
Kuat + 140x 12 8 36, 20 Sakit
teraba
kepala,
penurunan
a. Ibu mengatakan ingin mengedan disertai ingin buang air besar. janin/tali
/men 0/8 0 5 x/ pinggang
b. Ibu mengatakan merasa sakit perut dan pinggang yang semakin kuat. pusat.
2. OBYEKTIF
b. His semakin kuat lamanya 50 detik, intervalnya 5x dalam 10 menit, DJJ (+) 12-12-11 =
3. ANALISA o
it 0 C me menjalar
a. Diagnosa :
4. PENATALAKSANAAN
nit keperut
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa ibu akan segera melahirkan dan
b. Mempersiapkan diri dan pastikan alat partus lengkap, kemudian membuka satu buah spuit
3 cc kedalam partus set dan mematahkan ampul oksitosin 10 IU. Penolong persalinan
memakai celemek, mencuci tangan dan keringkan, lalu menggunakan sarung tangan
kemudian menggunakan tekhnik satu tangan mengambil spuit 3 cc, tangan kiri memegang
ampul oksitosin dan disedot kemudian diletakkan kembali kedalam partus set. Penolong
membersihkan vulva dan perenium dengan kapas DTT dan melakukan VT untuk
jernih, teraba kepala, UUK depan, penurunan kepala HIII, tidak teraba bagian kecil
janin/tali pusat. Kemudian kemudian sarung tangan didekontaminasi dalam larutan clorin
0,5% secara terbalik. Lalu periksa DJJ frekuensi 140x/menit, irama 12-11-12 (teratur),
beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Bayi
akan segera lahir, ibu dipersiapkan untuk persalinan serta diminta mengedan.
c. Membimbing ibu cara mengedan yang baik yaitu melakukan tarik nafas yang panjang jika
datang his dan mengejan kebawah seperti seorang yang buang air besar yang keras. Dagu
ditempelkan ke dada. Ibu dianjurkan tidak menutup mata saat mengedan dan menutup
mulutnya. Pada his yang kuat ibu disuruh mengedan seperti yang telah di ajarkan. Bila his
hilang ibu di istirahatkan dan diberi makan atau minum untuk sumber tenaga.
d. Memimpin persalinan pada saat kepala bayi terlihat 5-6 cm di introitus vagina penolong
memasang handuk di atas perut ibu dan di bawah bokong. Penolong membuka partus set
dan sarung tangan steril. Pada saat suboksiput bragmatika pada simfisis tangan kanan
melindungi perineum dengan dialasi alas bokong dan tangan kiri melindungi bayi agar
tidak terjadi defleksi terlalu cepat. Pada saat kepala lahir ibu terus dipimpin mengedan
hingga lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, muka, telinga, hidung, mulut, dagu,
secara keseluruhan kemudian penolong memeriksa adanya lilitan tali pusat. Kemudian
tunggu kepala bayi mengalami putaran faksi luar kearah punggung bayi yaitu punggung
kanan setelah kedua tangan penolong berada posisi bipariatel, kepala bayi ditarik secara
cunam kebawah untuk melahirkan bahu anterior keatas untuk melahirkan bahu posterior
dengan posisi ibu jari pada leher ( bagian bawah keala) dan keempat jari lainnya pada
bahu dan dada puggung bayi, sementara tangan kiri penolong memegang lengan dan bahu
anterior. Setelah seluruh badan lahir tangan kiri menelusuri punggung, bokong, dan
tungkai kaki lalu menyelipkan telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut. Setelah seluruh
e. Melakukan perawatan bayi baru lahir. Bayi lahir letak belakang kepala ( pkl 06.50 WIB )
hidup. Laki-laki dilakukan penilaian sepintas bayi menangis kuat, bayi bergerak aktif,
kulit bayi berwarna kemerahan dengan apgar score 1 menit pertama 7 anus (+), kelainan
(-), mengeringkan bayi mulai dari kepala, muka, dan bagian tubuh lainnya, kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks, mengganti handuk basah dengan kain yang kering.
f. Mengklem tali pusat 3 cm dari umbilikus dan pasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
Tali pusat dipegang di antara klem dan di potong dengan tetap melindungi perut bayi.
Setelah itu bayi di letakkan di atas perut ibu pada kain kering yang sudah disiapkan
(hangatkan), atur posisi, isap lendir, keringkan, penilaian (jaikap), setelah itu tali pusat
Teratur
Jumlah 7 9
KALA III
1. SUBYEKTIF
2. OBYEKTIF
b. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, nadi 86 x/mnt,
c. TFU sepusat, kontraksi uterus (-), kandung kemih kosong, perdarahan ±100 cc.
3. ANALISA
a. Diagnosa :
1. Periksa fundus untuk memastikan kehamilan tunggal atau tidak ada bayi kedua, hasilnya
tidak ada bayi kedua dan Melakukan manajemen aktif kala III.
2. Menjelaskan kepada ibu akan menyuntikkan oxytocin pada 1/3 paha kanan atas bagian
luar kemudian mengklem tali pusat ± 3 cm dari umbilikus dan diurut kearah ibu,
kemudian mengklem ±2 cm dari klem I, kemudian tali pusat dipegang diantara kedua
klem dan tali pusat dipotong diantara kedua klem, kemudian mengikat tali pusat ± 1 cm
mulai memanjang,uterus membulat kemudian memindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva ibu lalu melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan
cara tangan kiri berada diatas Simpisis untuk melakukan dorongan ke arah dorso kranial,
tangan kanan meregangkan tali pusat ke atas kemudian ke bawah sesuai kurva jalan
lahir, setelah plasenta di vulva, kemudian melahirkan plasenta dengan ke dua tangan,
melahirkan plasenta dengan cara memutar searah jarum jam untuk mencegah
tertinggalnya selaput plasenta kemudian plasenta lahir spontan secara schultze lengkap.
4. Segera setelah plasenta lahir melakukan massase yang pertama sebanyak 15 kali dalam
15 detik, CUT baik, TFU 3 jari dibawah pusat,perdarahan setelah placenta lahir ±200 cc.
lalu memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lahir lengkap baik selaput korion dan
amnion serta kotiledon dengan diameter 20x18x2 cm, berat ±500 gram, panjang tali
KALA IV
2. OBYEKTIF
b. TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek, kandung kemih kosong, perdarahan
± 500 cc.
3. ANALISA
a. Diagnosa
4. PENATALAKSANA
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya sekarang yaitu uterusnya tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri atau setelah
plasenta lahir dan memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
Informed Consent .
a. Persiapan alat
5. Abocat no 18 1 buah.
6. Cairan infus RL.
7. Plester
8. Kasa.
b. Prosedur
Persetujuan tindakan
Cuci tangan
5. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong, jika penuh lakukan kateter menggunakan
tehnik aseptic
6. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit, jika uterus berkontraksi teruskan
b. Kepalkan tangan.
c. Tekankan tangan yang ada dalam vagina ( fornik anterior ) dengan mantap pada bagian
bawah uterus.
e. Tekankan tangan kiri pada perut dan kepelan tangan kanan yang berada didalam vagina
bersamaan.
7. Jika uterus mulai berkontraksi maka perlahan – lahan tarikan keluar dan teruskan
5. Mengajarkan pada ibu cara mengontrol agar tetap normal yaitu dengan cara masase
6. Membersihkan badan ibu dari darah dan kotoran lainnya dengan menggunakan air DTT.
7. Malakukan vulva hygiene dan mengganti pakaian ibu dan memasang pembalut.
8. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang diberikan yitu SF 1x1, Paracetamol 3x500
PEMANTAUAN KALA IV
2 jri dibwh ±5 cc
II 09.00 120/80 80 36,5 Kosong Baik
pst
2 jari
09.30 120/80 80 Kosong Baik ± 5 cc
dibawah pst
CATATAN PERKEMBANGAN
O:
x/menit.
- Pemeriksaan fisik:
kosong.
04.30 WIB
P:
- Menjelaskan pada ibu tentang fisiologis ibu nifas bahwa perut terasa
perdarahan.
S:
- Ibu mengatakan masih pusing-pusing.
O:
- K/u ibu baik, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,5 0C, RR:
20 x/menit.
- Pemeriksaan fisik
A:
P:
10-06-2016 - Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa K/u ibu baik, TD
ada perdarahan.
- Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi yang baik dan istirahat yang
cukup.
- Menjelaskan kepada ibu tentang asuhan pada bayi dan tali pusat,
S:
RR: 24 x/menit
A: P2A0H2
P:
- Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi masa nifas dan istirahat yang
cukup.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Subyekti
sesuai dengan pedoman anamnesa dan telah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan data
dasar dalam asuhan kebidanan. Factor predisposisi dari atonia salah satunya adalah riwayat
Berdasarkan asuhan kebidanan pada Ny “R” didapatkan data obyektif dari hasil
penunjang untuk memantau keadaan ibu dan telah dilkukan sesuai dengan prosedur yang
ada baik dipendidikan maupun dilahan sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.
4.3 Analisa
Berdasarkan asuhan kebidanan pada Ny “R” didapatkan diagnosa yaitu setelah plsenta
lahir uterus tidak berkontraksi selama 15 detik setelah dilakukan masase fundus uteri.
Menurut fadalan 2011 Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilkukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Sehingga antara
4.4 Penatalaksanaan
penatalaksanaan pada ibu post partum dengan atonia uteri yaitu dengan cara masase pundus
uteri dan melakukan kontraksi bimanual interna sehingga perdarahan bias teratasi. Menurut
teori Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik), Bersihkan
bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks, Pastikan bahwa
kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan katerisasi menggunakan
teknik aseptic, Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit, dan pertahankan
selama 2 menti jika uterus berkontrksi. Sehingga antara teori dan praktik tidak terjadi
kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dariNy “R” dengan Post partum dengan atonia uteri dan pasien sudah memberikan data
2. Mahasiswa telah memperoleh data obyektif dariapa yang dilihat dan dirasakan sewaktu
melakukan pemeriksaan padaNy “R” dengan post partum dengan atonia uteri.
3. Mahasiswa telah membuat Analisa berdasarkan data subyektif dan obyektif padaNy “R”
4. Mahasiswa telah menetapkan pelaksanaan Asuhan berdasarkan kondisi dan keluhan dari
5.2 Saran
Pendidikan bisa menjadikan sebagai pengalaman dan sebagai bahan analisa untuk
Pelayanan yang ada di RSUD Dr. Pirngadi saat ini sudah cukup baik dan memadai
yang dibuktikan dengan dilakukannya pelayanan sesuai standar, harapan kami kepada
pemberi layanan untuk tetap dapat menjaga mutu pelayanan yang telah ada.
Untuk diharapkan lebih sadar akan tanda dan gejala kehamilan yang abnormal yang ia
alami dan segera ketenaga kesehatan guna mendapatkan pelayanan sesuai standar.
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES RI. 2007. Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir). Jakarta: Bakti
Husada.
Dapartemen Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 2010. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarg. Dapartemen Kesehatan.
Dikes NTB. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dikes NTB. Mataram
Fadlan. 2011. Asuhan Kebidanan patologi. Jakarta: Salemba Medika
Winknjosastro, Hanifa.2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Jakarta : 2007.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Vol.1, Ed.4. Jakarta : EGC