Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Kebidanan Patologis Dengan

Atonia uteri
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran

hidup. Demikian pula dengan Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi

baru lahir “neonatal” masih berada pada angka 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan

angka harapan yang diinginkan berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium

Development Goal (MDG) pada tahun 2015, kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka

103 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi pada angka 23 per 1000

kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun sejumlah

500 orang meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan. Fakta ini mendekati terjadinya

satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99 % kematian tersebut terjadi di negara-negara

berkembang (WHO, 2007).

Data Departemen kesehatan menyebutkan, penyebab langsung kematian ibu karena

perdarahan(33,88%), eklamsia/preeklamsia (16,18%), abortus (0,83%), partus lama (2,48%),

infeksi jalan lahir (4,13%), dan lain-lain (40,50%). Adapun penyebab langsung kematian bayi

baru lahir (48,30%) disebabkan BBLR, asfiksia (19,54%), tetanus (0,49%), infeksi (4,49%),

cacat bawaan (12,01%), dan lain-lain (15,17%) (Dikes NTB, 2011).

Menurut data yang didapatkan di RSUD Dr. Pirngadi kota medan Mei-juni 2016

terdapat persalinan 50 orang, dan nifas normal 55 orang, sedangkan ibu nifas dengan
komplikasi 5 orang, yang terdiri dari laserasi jalan lahir 1 orang, retensio plasenta 1 orang,

dan perdarahan post partum karena atonia uteri 3 orang, komplikasi yang muncul pada atonia

uteri apabila tidak ditangani yang paling sering terjadi yaitu Syok hipopelemik atau syok

hemoragik, yaitu kehilangan darah yang cepat dan dapat menimbulkan kematian.

Pada masa nifas hal yang sering terjadi yaitu perdarahan post partum dan

perdarahan yang harus diwaspadai dimana perdarahan lebih dari 500 cc setelah bayi lahir

pervaginam atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan. ( Saiffudin, 2008)

Atonia uteri merupakan keadaan dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasinya

plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Manuaba, 2008)

Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian post partum normal karena atonia uteri

tidak terlalu tinggi namun memerlukan adanya perhatian khusus, pengawasan intensif dan

penanganan yang cepat dan tepat, dari uraian diatas penulis tertarik untuk mangambil judul “

Asuhan Kebidanan Post Partum Patologis dengan Atonia Uteri.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, penulis dapat menyusun suatu rumusan

masalah yaitu ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Post Partum Patologis dengan Atonia Uteri di

RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan pendekatan

manejmen kebidanan pada Ny. “ R ” pada kasus Post Partum dengan Atonia Uteri

menggunakan pendokumentasian SOAP.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mampu mengumpulkan data subyektif pada Ny" R" pada kasus Post

Partum dengan Atonia Uteri.

2. Agar mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif pada Ny"R" pada kasus Post

Partum dengan Atonia Uteri.

3. Agar mahasiswa mampu menganalisa diaganosa potensial masalah potensial serta

mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera baik mandiri, kolaborasi, rujukan pada

kasus Ny" R " dengan Post Partum dengan Atonia Uteri.

4. Agar mahasiswa mampu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi kasus Post

Partum dengan Atonia Uteri pada Ny"R"

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mendapat gambaran dan pengalaman secara nyata tentang penerapan proses asuhan

kebidanan komprehensif terhadap klien dengan kehamilan patologis. Dapat mengoptimalkan

evaluasi serta kemampuan mahasiswa dan mengaplikasikan teori dan keterampilan yang

dimilki sesuai dengan standar kompetensi.

1.4.2 Bagi Lahan Praktek

Bidan di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan dapat memberikan asuhan kebidanan pada

kasus Atonia Uteri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan bimbingan pada mahasiswa tentang perkembangan pengetahuan

baik yang menyangkut di pendidikan ataupun di lahan praktik.

1.4.4 Bagi Pasien/Masyarakat


Agar mendapatkan pelayanan kebidanan secara menyeluruh sehingga persalinan yang

aman dan nyaman berjalan dengan lancar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Teori

2.1.1. Pengertian Atonia Uteri

Atoni Uteri adalah pendarahan yang timbul dari bekas implantasi placenta karena

uterus tidak mampu berkontraksi dan beretraksi dengan baik setelah plascenta

lahir.(Fadlan,2011)

Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik

setelah dilkukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).(Depkes Jakarta ; 2005 ).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan

uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi

dan plasenta lahir. ( Prawirohardjo,2007)

Atonia uteri adalah uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan. (

Wiknojosastro,2010)

2.1.2. Etiologi

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :

1. Placenta yang baru lepas sebagian

Bila seluruh bagian placenta masih melekat, biasanya tidak terjadi pendarahan, tetapi

bila sebagian placenta sudah terlepas, maka akan terjadi robekan pada sinus-sinus meternalis,

sedangkan sebagian plasenta yang masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi

dan otot-otot uterus sehingga menyebabkan pendarahan.


2. Tertinggalnya kotiledon, sebagian placenta serta selaput ketuban akan mengganggu

aktivitas otot-otot uterus untuk dapat berkontraksi dan beretraksi secara efisien sehingga

pendarahan akan terus terjadi.

3. Persalinan yang terlalu cepat (partus presipitalis)

Bila uterus sudah berkontraksi terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II

persalinan (kontraksi yang hipertonik maka otot-otot uterus akan kekurangan

kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir.

4. Persalinan lama

Dapat menyebabkan terjadinya inertia uteri karena kelelahan pada otot-otot uterus.

5. Polihidramon dan kehamilan kembar

Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya setelah

kelahiran bayi akan menjadi tidak efesien.

6. Placenta previa

Pada placenta previa, sebagian atau seluruh tempat melekatnya placenta adalah pada

segmen bawah uterus, di mana lapisan ototnya amat tipis dan hanya mengandung sedikit

serat otot oblik. Hal ini menyebabkan kontrol terhadap pendarahan di bagian ini amat

buruk.

7. Solusio placenta

Bila terjadi solusio placenta maka darah di dalam rongga uterus dapat meresap menjadi

tidak efektif. Solusio placenta yang berat dapat mengakibatkan terjadinya uterus

souveilaire.

8. Anestesi umum

Beberapa otot anestesi merupakan relaksasi otot yang amat kuat, rnisalnya halotan dan

siklopropan.

9. Penanganan yang salah pada persalinan kala III


Kebiasaan melakukan rangsangan yang berlebihan pada daerah fundus atau manipulasi

pada uterus, dapat menimbulkan terjadinya kontraksi yang tidak teratur (aritmik)

sehingga hanya sebagian saja dari placenta yang terlepas dan hilangnya kemampuan

uterus untuk beretraksi.

10. Kandung kemih yang penuh

Bila kandung kemih penuh, maka letaknya yang amat berdekatan dengan uterus di

rongga abdomen pada akhir kala II akan mempengaruhi kontraksi dan retraksi uterus.

Kandung kemih yang penuh juga dapat menyebabkan kesalahan dalam menatalaksana

persalinan kala III karena kesulitan untuk menilai uterus

11. Nutrisi

Bila ibu mengalami kekurangan gizi maka kemampuan otot uterus berkurang.

12. Penyebab lain yang belum diketahui

Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak didapatkan kondisi-kondisi seperti di atas

sehingga faktor penyebabnya tetap tidak diketahui.

2.1.3 Faktor-Faktor Predisposisi

1. Riwayat post partum atau retensi placenta pada persalinan terdahulu

Pada kondisi ini akan timbul resiko terjadi hal yang sama pada persalinan sekarang.

2. Paritas tinggi

Pada setiap kehamilan dan persalinan akan terjadi perubahan serabut otot menjadi

jaringan ikat pada uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan uterus untuk

berkontraksi sehingga sulit melakukan penekenan pada pembuluh-pembuluh darah yang

terbuka setelah lepasnya placenta. Resiko terjadinya hal ini akan meningkat setelah

persalinan ketiga atau lebih.


3. Mioma uteri

Akan mengganggu aktivitas uterus yang efisien.

4. Anemia

Wanita yang mengalami persalinan dengan kadar Hb yang rendah (dibawah 10 g/dl),

akan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah meskipun hanya sedikit.

Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung

dan Atonia Uteri.

5. Ketosis

Pengaruh ketosis terhadap aktivitas uterus belum jelas. Penelitian menunjukkan bahwa

40 % wanita mengalami ketonuria pada suatu saat selama persalinannya. Bila persalinan

berjalan baik maka keadaan tersebut tidak mempengaruhi kondisi ibu maupun janin. Di

dapatkan hubungan bermakna antara ketosis dengan kebutuhan akan akselerasi oksitosin

persalinan baru berakhir setelah lebih dan 12 jam. Maka dianjurkan melakukan korelasi

terhadap ketosis.

2.1.4. Tanda dan gejala.

1. Gejala yang jelas adalah pendarahan tampak banyak dan terus mengalir

beberapa saat setelah anak lahir, darah merah tua dan terjadinya syok pada ibu.

2. Gejala lain yang dapat diawasi meskipun tidak tampak pendarahan

yang nyata/ hanya sedikit pendarahan adalah: Ibu mengeluh mengantuk, pusing,

lemak/mual

3. Banyak keringat/ keringat dingin.

4. Tampak pucat.

5. Frekuensi nadi meningkat.

6. Tekanan darah menurun.

7. Uterus teraba membesar, lunak dan kehilangan tonusnya.


2.1.5. Penanganan

1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja Atonia uteri.

2. Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi

bimanual.

3. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal

lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.

4. Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.

5. Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.

6. Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masih terjadi,perdarahan lakukan

tindakan spesifik (lihat bagian Prosedur klinik) sebagai berikut:

  Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar .

- Kompresi bimanual eksternal

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah

telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau, aliran darah yang ke luar. Bila perdarahan

berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingm uterus dapat kembali berkontraksi

atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi

bimanual internal.

- Kompresi bimanual internal

Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam

vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebap pengganti

mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila

perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali.

Apabila perdarahan tetap terjadi, lakukan kompres aorta abdominalis


- Kompresi aorta abdominalis

Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebu Genggam

tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu

badan, hingga mencapai kolumna vertebralis: Penekanan yang tepat, akan menghentikan

atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan

memperhatikan perdarahan yang terjadi.

- Pada rumah sakit rujukan.

PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI

Langkah-langkah penatalaksanaan Atonia Uteri

No. Langkah Alasan


1 Masase fundus uteri segera setelah Masase merangsang kontraksi uterus.

lahirnya plasenta (maksimal 15 detik) Sambil melakukan masase sekaligus

dapat dilakukan penilaian kontraksi

uterus.

2 Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput Bekuan darah dan selaput ketuban dalam

ketuban dari vagina dan lubang serviks vagina dan saluran serviks akan dapat

menghalangi kontraksi uterus secara baik.

3 Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh akan

Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan menghalangi uterus berkontraksi secara

katerisasi menggunakan teknik aseptik baik.

4 Lakukan kompresi bimanual internal Kompresi ini memberikan tekanan

selama 5 menit langsung pada pembuluh darah dinding

uterus dan juga merangsang miometrium

untuk berkontraksi. Jika kompresi

bimanual tidak berhasil setelah 5 menit,


diperlukan tindakan lain.

5 Anjurkan keluarga untuk mulai Keluarga dapat meneruskan proses

membantu kompresi bimanual eksternal kompresi bimanual secara eksternal

selama penolong melakukan langkah-

langkah selanjutnya.

6 Keluarkan tangan perlahan-lahan

7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin dan misoprostol akan bekerja

(kontraindikasi hipertensi) atau dalam 5-7 menit dan menyebabkan uterus

misoprostol 600-1000 mcg berkontraksi

8 Pasang infus menggunakan jarum ukuran Jarum besar memungkinkan pemberian

16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer larutan IV secara cepat atau untuk

Laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan transfusi darah. Ringer Laktat akan

500cc pertama secepat mungkin. membanu memulihkan volum cairan yang

hilang selama perdarahan. Oksitosin IV

dengan cepat merangsang kontraksi

uterus.

9 Ulang kompresi bimanual internal KBI yang digunakan bersama dengan

ergometrin dan oksitosin atau misoprostol

akan membuat uterus berkontraksi.

10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontraksi dalam

waktu 1 sampai 2 menit, hal ini bukan

atonia sederhana. Ibu membutuhkan

perawatan gawatdarurat di fasilitas yang

mampu melaksanakan tindakan bedah dan


transfusi darah.

11 Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan

Teruskan melakukan KBI. langsung pada pembuluh darah dinding

uterus dan merangsang miometrium untuk

berkontraksi.

12 Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit Ringer Laktat akan membantu

oksitosin dalam 500 cc larutan dengan memulihkan volume cairan yang hilang

laju 500/jam hingga tiba di tempat selama perdarahan. Oksitosin IV akan

rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L dengan cepat merangsang kontraksi

infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. uterus.

Jika tidak tersedia cairan yang cukup,

berikan 500cc kedua dengan kecepatan

sedang dan berikan minimum untuk

rehidrasi.

2.1 Pendokumentasian SOAP

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan

oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Asuhan yang telah diberikan harus dicatat

secara benar, jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat

mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah diberikan pada seorang

klien, yang didalamnya tersirat proses berfikir yang sistematis seorang bidan dalam

menghadapi seorang klien sesuai langkah-langkah dalam proses menajemen kebidanan.


Menurut Hellen Varney (2007), alur berfikir saat menghadapi klien meliputi 7

langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui

proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :

S = SUBYEKTIF

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan, data klien melalui anamnesa sebagai

langkah I Varney

O = OBYEKTIF

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan

test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai

langkah I Varney.

A = ASSESMENT

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data

objektif dalam suatu identifikasi :

1. Diagnosa/masalah

2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi daan atau rujukan

sebagai langkah 2, 3, 4 Varney.

P = PENATALAKSANAAN

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan 1 dan evaluasi perencanaan (E)

berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.

Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :

1.Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi yang sistematis

yang mengorganisasi penemuan dan konklusi anda menjadi suatu rencana.

2. Metode ini merupakan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan untuk tujuan

mengadakan pendokumentasian asuhan.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PATOLOGIS

PADA NY “R” DENGAN ATONIA UTERI

(Studi Kasus Di RSUD Dr. Pirngadi)

Hari/Tanggal : Sabtu/04-06-16

Waktu : 09:00 WIB

Tempat : RSUD Dr. Pirngadi

3.1 SUBYEKTIF

3.1.1 Identitas

Nama Istri : Ny. “R” Suami : Tn. “M”

Umur : 26 tahun 30 tahun

Suku : Jawa Sepirok

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta

Alamat : Jl. Gatot subroto no.23 Medan

3.1.2 Keluhan utama

Ibu mengatakan hamil 9 bulan mengeluh sakit pinggang menjalar keperut bagian

bawah ingin melahirkan.

3.1.3 Riwayat perjalanan penyakit


Ibu datang ke RSUD Dr. Pirngadi pada tanggal 30-05-2016 pukul 06.30 WIB,

mengeluh sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak tanggal 29-05-2016 pukul

22.00 WIB, pengeluaran lendir campur darah sejak tanggal 29-05-2016 pukul 22.00 wib,

pengeluaran air ketuban (-), dan gerakan janin masih dirasakan aktif sampai sekarang.

3.1.4 Riwayat Menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : 30 hari

Lama haid : 7 hari

Disminore : Tidak Pernah

Jumlah darah : 2-3 kali ganti pembalut sehari

3.1.5 Riwayat kehamilan sekarang

1. Hamil ke : 2 ( dua )

2. HPHT : 23-08-2016

3. UK : 9 bulan

4. Gerakan janin ibu : ibu mengatakan sudah merasakan gerakan

janin sejak usia kehamilan 4 bulan dan masih dirasakan sampai sekarang dengan frekuensi

lebih dari 10x dalam 12 jam.

5. ANC : 8x di Posyandu

6. Tanda-tanda bahaya atau penyulit : tidak ada

7. Kekhawatiran Khusus : Tidak ada.

3.1.6 Riwayat kehamilan yang lalu

Hamil UK Jenis Penolong Tempat Riwayat penyakit JK Umur BBL


ke persalinan persalinan persalinan Hamil Bersalin Nifas

I 9 Spontan Bidan Polindes - - - PR 4 3000

bln tahun

H A M I L I N I

3.1.7 Riwayat kesehatan / penyakit yang diderita sekarang

ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, campak,

hepatitis, asma, tuberkulosis, malaria, anemia berat, ginjal dan kelamin/HIV-AIDS serta

riwayat kembar.

3.1.8 Riwayat biologis

1. Nurtisi

Sebelum hamil Setelah melahirkan

Komposisi Nasi, sayur, tahu, Nasi, sayur, ikan, tahu,

tempe, ikan, tempe, telur

Porsi 1 piring 1 piring

Frekuensi 3x sehari 3x sehari

Minum Air putih 6-8 gelas Air putih 6-8 gelas

sehari sehari

2. Eliminasi

Sebelum hamil Setelah hamil


Frekuensi BAB 1-2x sehari 1-2x sehari

Masalah Tidak ada Tidak ada

Frekuensi BAK 5-6x sehari 7-8x sehari

Masalah Tidak ada Tidak ada

3. Istirahat/tidur

Sebelum hamil Setelah hamil

Siang 1-2 jam 1-2 jam

Malam 6-7 jam 6-7 jam

Masalah Tidak ada Tidak ada

4. Personal Hygien

Sebelum hamil Saat hamil

Mandi 2x sehari 2x sehari

Gosok gigi 2x sehari 2x sehari

Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari

Potong kuku 1x seminggu 1x seminggu

Cuci rambut 2x seminggu 2x seminggu

3.1.9 Kebutuhan psikososial

1. Status perkawinan : Sah, 1 kali dengan lama perkawinan ± 5 tahun.

2. Respon ibu dan keluarga : Ibu maupun keluarga merasa bahagia dengan kehamilan ini.

3. Riwayat KB : KB suntik

4. Rencana KB : Ibu belum memilih KB yang akan digunakan

5. Beban Kerja : Pekerjaan rumah tangga


6. Kebisaan hidup sehat : Ibu dan suami tidak merokok serta tidak minum-minuman

keras.

7. Sosial Budaya : Tidak ada kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan

8. Dukungan keluarga : Keluarga membantu ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah,

mengingatkan ibu untuk memeriksa kehamilannya ke

posyandu, mengingatkan ibu untuk makan dan beristirahat.

9. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami sekaligus sebagai kepala keluarga.

10 Tempat dan petugas kesehatan yang diingikan untuk membantu persalinan : Ibu ingin

melahirkan di RS dan ditolong oleh bidan

3.2 OBYEKTIF

3.2.1 Pemeriksaan umum

1. HPHT : 23 – 08 – 2015

2. Keadaan umum : Baik

3. Kesadaran : Composmentis

4. Emosi : Stabil

3.2.2 Pemeriksaan antropometri

1. BB/TB (sebelum hamil) : 49 kg/ 157 cm

2. BB (setelah hamil) : 61 kg

3. LILA : 25 cm

3.2.3 Tanda-tanda vital

1. TD : 120/80 mmHg

2. Suhu : 36,5 0C

3. Nadi : 80 x/menit

4. Respirasi : 20 x/menit

3.2.4 Pemeriksaan fisik


1. Kepala

a. Inspeksi

Warna rambut hitam, distribusi merata, tidak ada ketombe.

b. Palpasi

Tidak ada benjolan/lesi.

2. Wajah

a. Inspeksi

Wajah tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.

b. Palpasi

Tidak ada oedema.

3. Mata

a. Inspeksi

Tidak ada secret.

b. Palpasi

Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterus.

4. Hidung

a. Inspeksi

Hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada napas cuping hidung.

b. Palpasi

Tidak ada polip.

5. Mulut

a. Inspeksi

Bibir tidak pucat, mulut bersih, tidak ada caries, tidak ada gigi berlubang, tidak ada gusi

berdarah.

6. Telinga
a. Inspeksi

Telinga bersih, tidak ada sekret.

7. Leher

a. Inspeksi

Tidak ada bendungan vena jugularis.

b. Palpasi

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

8. Payudara

a. Inspeksi

Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi areola, putting susu menonjol, tidak ada

retraksi/dimpling.

b. Palpasi

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa/benjolan, ada pengeluaran

kolostrum.

9. Abdomen

a. Inspeksi

Tidak bekas luka operasi, linia nigra, striae albicans

b. Palpasi

Leopod I : Tinggi fundus uteri 31 cm, teraba bulat, lunak, dan tidak melenting difundus

uteri.

Leopod II : Teraba datar dank eras seperti papan dibagian kanan perut ibu dan tidak teraba

jelas dibagian kiri ibu .

Leopod III : Teraba bulat, keras dan melenting diperut bagian bawah ibu, dan sudah masuk

PAP divergen.

Leopod IV : kepala masuk PAP 1/5 bagian , PBBJ : 3100 gram


c. Auskultasi

DJJ ada, irama teratur 12-11-12, frekuensi 140 x/menit

10. Ekstremitas

a. Inspeksi

Bawah : Tidak ada varises.

b. Palpasi

Atas : Tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat.

Bawah : Tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat

c. Perkusi

Ada refleks patella.

3.2.5 Pemeriksaan penunjang

Hb :10, 8 gr% (pemeriksaan tanggal 10-11-2015)

Protein urin : negatife ( pemeriksaan tanggal 11-02-2016)

Glukosa urine : negatif ( pemeriksaan tanggal 11-02-2016)

Golongan darah : O (pemeriksaan tanggal 11-02-2016)

3.3 ANALISA

3.3.1 Diagnosa

G2P1A0H1, UK 40 minggu, Tunggal, Hidup, Intra uterin, persentasi kepala K/u ibu

dan janin baik, dengan inpartu kala I fase aktif.

3.4 PENATALAKSANAAN

Tanggal : 30-05-2016 pukul : 06.35 WIB

1. Menjelaskan keadaan ibu dan janin janin yaitu ibu dan janin dalam keadaan baik dengan
TD : 120/80 mmHg, dan pembukaan 10 cm, Ibu mengetahui keadaannya.

2. Menjelaskan pada ibu tentang rasa mulas yang dialaminya adalah tanda-tanda mau

melahirkan, semakin lama semakin terasa mulas dan hal itu terjadi pada setiap ibu yang

mau melahirkan karena rahim berkontraksi untuk mengeluarkan janin yang ada dalam

rahim. Ibu mengerti tentang penjelsan yang diberikan.

3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang manis-manis untuk menambah energi

pada saat persalinan nanti.

4. Memberikan dukungan moril pada ibu dan keluarga.

5. Mengajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas panjang pada saat kontraksi datang,

bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah – ngubah

posisi secara teratur selama kala dua karena dapat membantu kemajuan persalinan,

mencari posisi meneran yang paling efektif.

6. Menyiapkan ruangan yang bersih, menyiapkan kain ibu dan bayi serta alat-alat partus

yaitu dua buah klem, gunting episiotomi, gunting tali pusat, setengah koher, penjepit tali

pusat, sarung tangan dan kasa steril. Hetting set yaitu cut god kromik dan plain, nalpuder,

jarum, dan gunting benang, alat resusitasi dan meja yang datar serta obat-obatan

urotonika.

7. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan menggunakan

partograf.

Tabel Observasi Kesejahteraan Ibu dan Janin

Tgl/ HIS DJJ TTV Pengeluaran Keluhan Keterangan

Jam Frek Lama Inten +/- Frek TD N S R Pervaginam


30-05- 5x 50 Blood VT Ø 10 cm,

2016 slym dan eff 100%, ket

Pukul air ( + ), teraba

16.30 ketuban kepala,

WIB amniotomi denominator

UUK depan,
Kuat + 140x 12 8 36, 20 Sakit
teraba

kepala,

penurunan

KALA II kepala ↓ HIII.

Tanggal 30 Mei 2016 jam 06.35 WIB Tidak teraba

1. SUBYEKTIF bagian kecil

a. Ibu mengatakan ingin mengedan disertai ingin buang air besar. janin/tali
/men 0/8 0 5 x/ pinggang
b. Ibu mengatakan merasa sakit perut dan pinggang yang semakin kuat. pusat.

2. OBYEKTIF

a. K/u Ibu baik, TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit, S 36,5 0C, RR 20 x/menit.

b. His semakin kuat lamanya 50 detik, intervalnya 5x dalam 10 menit, DJJ (+) 12-12-11 =

140 x/menit, irama teratur.

c. Inspeksi : bagian terendah janin nampak di vulva 5-6 cm

3. ANALISA o
it 0 C me menjalar
a. Diagnosa :

G2P1A0H1, UK 40 minggu, Tunggal, Hidup, Intra Uterine, Persentasi Kepala, Keadaan

Umum Ibu dan Janin Baik dengan Inpartu Kala II.

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 30 Mei 2016 Jam : 06.35 WIB

nit keperut
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa ibu akan segera melahirkan dan

kondisi ibu dan janin baik.

b. Mempersiapkan diri dan pastikan alat partus lengkap, kemudian membuka satu buah spuit

3 cc kedalam partus set dan mematahkan ampul oksitosin 10 IU. Penolong persalinan

memakai celemek, mencuci tangan dan keringkan, lalu menggunakan sarung tangan

kemudian menggunakan tekhnik satu tangan mengambil spuit 3 cc, tangan kiri memegang

ampul oksitosin dan disedot kemudian diletakkan kembali kedalam partus set. Penolong

membersihkan vulva dan perenium dengan kapas DTT dan melakukan VT untuk

memastikan pembukaan sudah lengkap. VT Ø 10 cm, ketuban ( - ) warna

jernih, teraba kepala, UUK depan, penurunan kepala HIII, tidak teraba bagian kecil

janin/tali pusat. Kemudian kemudian sarung tangan didekontaminasi dalam larutan clorin

0,5% secara terbalik. Lalu periksa DJJ frekuensi 140x/menit, irama 12-11-12 (teratur),

beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Bayi

akan segera lahir, ibu dipersiapkan untuk persalinan serta diminta mengedan.

c. Membimbing ibu cara mengedan yang baik yaitu melakukan tarik nafas yang panjang jika

datang his dan mengejan kebawah seperti seorang yang buang air besar yang keras. Dagu

ditempelkan ke dada. Ibu dianjurkan tidak menutup mata saat mengedan dan menutup

mulutnya. Pada his yang kuat ibu disuruh mengedan seperti yang telah di ajarkan. Bila his

hilang ibu di istirahatkan dan diberi makan atau minum untuk sumber tenaga.

d. Memimpin persalinan pada saat kepala bayi terlihat 5-6 cm di introitus vagina penolong

memasang handuk di atas perut ibu dan di bawah bokong. Penolong membuka partus set

dan sarung tangan steril. Pada saat suboksiput bragmatika pada simfisis tangan kanan

melindungi perineum dengan dialasi alas bokong dan tangan kiri melindungi bayi agar

tidak terjadi defleksi terlalu cepat. Pada saat kepala lahir ibu terus dipimpin mengedan

hingga lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, muka, telinga, hidung, mulut, dagu,
secara keseluruhan kemudian penolong memeriksa adanya lilitan tali pusat. Kemudian

tunggu kepala bayi mengalami putaran faksi luar kearah punggung bayi yaitu punggung

kanan setelah kedua tangan penolong berada posisi bipariatel, kepala bayi ditarik secara

cunam kebawah untuk melahirkan bahu anterior keatas untuk melahirkan bahu posterior

dengan posisi ibu jari pada leher ( bagian bawah keala) dan keempat jari lainnya pada

bahu dan dada puggung bayi, sementara tangan kiri penolong memegang lengan dan bahu

anterior. Setelah seluruh badan lahir tangan kiri menelusuri punggung, bokong, dan

tungkai kaki lalu menyelipkan telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut. Setelah seluruh

badan lahir pegang bayi menghadap kearah penolong.

e. Melakukan perawatan bayi baru lahir. Bayi lahir letak belakang kepala ( pkl 06.50 WIB )

hidup. Laki-laki dilakukan penilaian sepintas bayi menangis kuat, bayi bergerak aktif,

kulit bayi berwarna kemerahan dengan apgar score 1 menit pertama 7 anus (+), kelainan

(-), mengeringkan bayi mulai dari kepala, muka, dan bagian tubuh lainnya, kecuali bagian

tangan tanpa membersihkan verniks, mengganti handuk basah dengan kain yang kering.

f. Mengklem tali pusat 3 cm dari umbilikus dan pasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.

Tali pusat dipegang di antara klem dan di potong dengan tetap melindungi perut bayi.

Setelah itu bayi di letakkan di atas perut ibu pada kain kering yang sudah disiapkan

(hangatkan), atur posisi, isap lendir, keringkan, penilaian (jaikap), setelah itu tali pusat

diikat menggunakan benang DTT dengan simpul mati.


g. Menilai AFGAR SCORE lima menit kedua

TABEL PENILAIAN AFGAR SCORE

NO Aspek yang 1 menit pertama Nilai Lima menit kedua Nilai


dinilai
1 Apperance Tubuh merah, 1 Seluruh Tubuh merah, 2

2 Fulse Rate ektremitas biru 2 >100 x/menit 2

3 Grimance >100 x/menit 1 Menangis kuat 2

4 Aktivity Menangis lemah 1 Sedikit Fleksi 1

5 Respirasi Sedikit Fleksi 2 Teratur 2

Teratur

Jumlah 7 9

KALA III

Tanggal 30 Mei 2016 jam : 06.50 WIB

1. SUBYEKTIF

a. Ibu mengatakan perutnya tarasa mulas.

b. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.

2. OBYEKTIF

a. Ibu tampak lelah setelah melakukan persalinan

b. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, nadi 86 x/mnt,

suhu 36,5 0 C, respirasi 24 x/mnt.

c. TFU sepusat, kontraksi uterus (-), kandung kemih kosong, perdarahan ±100 cc.

3. ANALISA

a. Diagnosa :

P2 A0 H2, keadaan ibu dan bayi baik dengan kala III.


4. PELAKSANAAN

Tanggal : 30 Mei 2016 Jam : 06.50 WIB

1. Periksa fundus untuk memastikan kehamilan tunggal atau tidak ada bayi kedua, hasilnya

tidak ada bayi kedua dan Melakukan manajemen aktif kala III.

2. Menjelaskan kepada ibu akan menyuntikkan oxytocin pada 1/3 paha kanan atas bagian

luar kemudian mengklem tali pusat ± 3 cm dari umbilikus dan diurut kearah ibu,

kemudian mengklem ±2 cm dari klem I, kemudian tali pusat dipegang diantara kedua

klem dan tali pusat dipotong diantara kedua klem, kemudian mengikat tali pusat ± 1 cm

dari umbilikus di simpul mati 2x dan klem dibuka.

3. Mengecek adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya semburan darah,talipusat

mulai memanjang,uterus membulat kemudian memindahkan klem pada tali pusat hingga

berjarak 5-10 cm dari vulva ibu lalu melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan

cara tangan kiri berada diatas Simpisis untuk melakukan dorongan ke arah dorso kranial,

tangan kanan meregangkan tali pusat ke atas kemudian ke bawah sesuai kurva jalan

lahir, setelah plasenta di vulva, kemudian melahirkan plasenta dengan ke dua tangan,

melahirkan plasenta dengan cara memutar searah jarum jam untuk mencegah

tertinggalnya selaput plasenta kemudian plasenta lahir spontan secara schultze lengkap.

4. Segera setelah plasenta lahir melakukan massase yang pertama sebanyak 15 kali dalam

15 detik, CUT baik, TFU 3 jari dibawah pusat,perdarahan setelah placenta lahir ±200 cc.

lalu memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lahir lengkap baik selaput korion dan

amnion serta kotiledon dengan diameter 20x18x2 cm, berat ±500 gram, panjang tali

pusat ±50 cm.

KALA IV

Tanggal : 30 Mei 2016 jam : 07.05 WIB


1. SUBYEKTIF

a. Ibu mengatakan merasa lelah.

b. Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mulas.

c. Ibu mengatakan keluar darah terasa sangat banyak.

2. OBYEKTIF

a. Keadaan umum ibu masih lemah, kesadaran komposmentis, TD 120/80 mmHg,

N 80x/mnt, S 36,7 0C, RR 20 x/menit.

b. TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek, kandung kemih kosong, perdarahan

± 500 cc.

3. ANALISA

a. Diagnosa

Kala IV dengan Atonia Uteri.

4. PENATALAKSANA

Tanggal : 30 Mei 2016 Jam : 07.15 WIB

1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya sekarang yaitu uterusnya tidak

berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri atau setelah

plasenta lahir dan memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan

Informed Consent .

Penanganan Atonia Uteri

a. Persiapan alat

1. Hand scoon panjang 1 pasang.

2. Kapas DTT dalam tempatnya.

3. Uterotonika : Metergin 1 ampul dan oxytocin 10 ampul.

4. Selang infus 1 buah.

5. Abocat no 18 1 buah.
6. Cairan infus RL.

7. Plester

8. Kasa.

9. Tempat sampah medis 1 buah dan benda tajam 1 buah.

10. Larutan clorin 0,5%.

11. Schort 1 buah, masker 1 buah.

b. Prosedur

Persetujuan tindakan

Cuci tangan

Pasang sarung tangan panjang.

Bersihkan bekuan selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks

5. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong, jika penuh lakukan kateter menggunakan

tehnik aseptic

6. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit, jika uterus berkontraksi teruskan

KBI selama 2 menit dengan cara :

a. Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam vagina.

b. Kepalkan tangan.

c. Tekankan tangan yang ada dalam vagina ( fornik anterior ) dengan mantap pada bagian

bawah uterus.

d. Hati – hati dalam menyingkirkan serviks yang menghalangi penekanan.

e. Tekankan tangan kiri pada perut dan kepelan tangan kanan yang berada didalam vagina

bersamaan.

f. Tahan dengan mantap

7. Jika uterus mulai berkontraksi maka perlahan – lahan tarikan keluar dan teruskan

pamantaun seksama selama kala IV.


8. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang digunakan

5. Mengajarkan pada ibu cara mengontrol agar tetap normal yaitu dengan cara masase

fundus uteri selama 15 detik searah jarum jam.

6. Membersihkan badan ibu dari darah dan kotoran lainnya dengan menggunakan air DTT.

7. Malakukan vulva hygiene dan mengganti pakaian ibu dan memasang pembalut.

8. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang diberikan yitu SF 1x1, Paracetamol 3x500

mg, asam mefenamat 3x500 mg, Vit A 1x1.

9. Melakukan pemantauan kala IV

PEMANTAUAN KALA IV

Jam TD Nadi Suhu Tinggi Kandung Kontraksi Perdara


Waktu
ke (mmHg) (x/mnt) (0C) fundus uteri kemih uterus han
2 jri dibwh
I 07.45 100/70 80 36,1 Kosong Baik ±20 cc
pst
2 jri dibwh
08.00 100/70 86 Kosong Baik ±15 cc
pst
08.15 2 jri dibwh
100/70 86 Kosong Baik ±15 cc
pst
08.30 2 jri dibwh
110/70 80 Kosong Baik ±10 cc
pst

2 jri dibwh ±5 cc
II 09.00 120/80 80 36,5 Kosong Baik
pst

2 jari
09.30 120/80 80 Kosong Baik ± 5 cc
dibawah pst
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/ jam Kegiatan

30-05-2016 S : Ibu post partum

atakan perutnya masih


04.00
mules.
WIB

O:

- K/u baik, TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,8 0C, RR:20

x/menit.

- Pemeriksaan fisik:

Mata: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus.

Abdomen: TFU 2 jar dibawah pusat, CUT baik, kandung kemih

kosong.

04.30 WIB

AA : P2A0H2 dengan Post partum hari pertama.

P:

- Menjelaskan pada ibu tentang fisiologis ibu nifas bahwa perut terasa

mules adalah normal karena rahim berkontraksi untuk mencegah

perdarahan.

- Menjelaskan konseling pada ibu tentang bagaimana mencegah

05-06-2014 perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

09.00 WIB - Menjelaskan pada ibu tentang pembarian ASI awal.

- Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kehangatan bayi.

- Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

S:
- Ibu mengatakan masih pusing-pusing.

O:

- K/u ibu baik, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,5 0C, RR:

20 x/menit.

- Pemeriksaan fisik

Mata : konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterus.

Abdomen : tinggi fundus uteri pertengan pusat-simfisi, CUT baik,

kandung kemih kosong.

A:

bu post partum hari ke 6.

P:

10-06-2016 - Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa K/u ibu baik, TD

08.30 WIB 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,5 0C, RR 20 x/menit.

- Menjelaskan kepada ibu bahwa kontraksi uterusnya baik dan tidak

ada perdarahan.

- Menjelaskan tanda-tanda bahaya yaitu demam, infeksi, pusing yang

berlebihan, dan perdarahan yang abnormal.

- Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi yang baik dan istirahat yang

cukup.

- Menjelaskan kepada ibu tentang asuhan pada bayi dan tali pusat,

serta menjaga bayi tetap hangat.

S:

akan tidak ada keluhan


O:

- K/u ibu baik, TD 100/70 mmHg, N: 86 x/menit, S: 36,5 0C,

RR: 24 x/menit

A: P2A0H2

P:

- Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa K/u ibu baik, TD

11/70 mmHg, N: 86 x/menit, S: 36,5 0C, RR: 24 x/menit.

- Menjelaskan kembali pada ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

- Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi masa nifas dan istirahat yang

cukup.

- Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi.

- Menjelaskan kepada ibu tentang cara menjaga kehangatan pada bayi.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Subyekti

Berdasarkan asuahan kebidanan pada Ny “R” telah dilakukan Anamnesa dilahan

sesuai dengan pedoman anamnesa dan telah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan data

dasar dalam asuhan kebidanan. Factor predisposisi dari atonia salah satunya adalah riwayat

post partum dengan atonia uteri


4.2 Obyektif

Berdasarkan asuhan kebidanan pada Ny “R” didapatkan data obyektif dari hasil

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan dalam dan pemeriksaan

penunjang untuk memantau keadaan ibu dan telah dilkukan sesuai dengan prosedur yang

ada baik dipendidikan maupun dilahan sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan

praktik.

4.3 Analisa

Berdasarkan asuhan kebidanan pada Ny “R” didapatkan diagnosa yaitu setelah plsenta

lahir uterus tidak berkontraksi selama 15 detik setelah dilakukan masase fundus uteri.

Menurut fadalan 2011 Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi

dalam 15 detik setelah dilkukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Sehingga antara

teori dan praktik tidak ada kesenjangan.

4.4 Penatalaksanaan

Berdasarkan asuhan kepada Ny “R” mahasiswa telah mampu melakukan

penatalaksanaan pada ibu post partum dengan atonia uteri yaitu dengan cara masase pundus

uteri dan melakukan kontraksi bimanual interna sehingga perdarahan bias teratasi. Menurut

teori Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik), Bersihkan

bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks, Pastikan bahwa

kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan katerisasi menggunakan

teknik aseptic, Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit, dan pertahankan

selama 2 menti jika uterus berkontrksi. Sehingga antara teori dan praktik tidak terjadi

kesenjangan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Mahasiswa telah melakukan pengkajian data subyektif yang diperoleh

dariNy “R” dengan Post partum dengan atonia uteri dan pasien sudah memberikan data

yang sesuai dengan standar.

2. Mahasiswa telah memperoleh data obyektif dariapa yang dilihat dan dirasakan sewaktu

melakukan pemeriksaan padaNy “R” dengan post partum dengan atonia uteri.

3. Mahasiswa telah membuat Analisa berdasarkan data subyektif dan obyektif padaNy “R”

dengan post partum dengan atonia uteri.

4. Mahasiswa telah menetapkan pelaksanaan Asuhan berdasarkan kondisi dan keluhan dari

Ny “R” dengan Post partum dengan atonia uteri.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Mahasiswi

Untuk menerapkan teori-teori yang telah di peroleh dari institusi pendidikan

sebaik-baiknya di lahan praktek.

5.2.2 Bagi instansi pendidikan

Pendidikan bisa menjadikan sebagai pengalaman dan sebagai bahan analisa untuk

perbaikan dalam proses pembelajaran di kampus sehingga mampu untuk

menciptakan mahasiswa yang mampu berkompetensi secara profesional.


5.2.3 Bagi Pemberi Layanan

Pelayanan yang ada di RSUD Dr. Pirngadi saat ini sudah cukup baik dan memadai

yang dibuktikan dengan dilakukannya pelayanan sesuai standar, harapan kami kepada

pemberi layanan untuk tetap dapat menjaga mutu pelayanan yang telah ada.

5.2.4 Bagi Pasein

Untuk diharapkan lebih sadar akan tanda dan gejala kehamilan yang abnormal yang ia

alami dan segera ketenaga kesehatan guna mendapatkan pelayanan sesuai standar.
DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. 2007. Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir). Jakarta: Bakti
Husada.
Dapartemen Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 2010. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarg. Dapartemen Kesehatan.
Dikes NTB. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dikes NTB. Mataram
Fadlan. 2011. Asuhan Kebidanan patologi. Jakarta: Salemba Medika
Winknjosastro, Hanifa.2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Jakarta : 2007.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Vol.1, Ed.4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai