OLEH :
RESHA ASTARI
105102050
Hubungan Usia Ibu dan Paritas Ibu dengan Kejadian Abortus di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2010-Desember 2011
ABSTRAK
Latar belakang : Abortus merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil.
Abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat kurang dari 500 gram
setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan. Terdapat berbagai faktor yang
menyumbang pada keadaan ini, yaitu usia dan paritas. Risiko abortus spontan
meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas ibu dengan
kejadian abortus.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ibu penderita abortus sebagian besar berusia
<20 dan >35 tahun sebanyak 38 orang (58%) dan sebagian besar dengan paritas <1
dan >3 sebanyak 38 orang (58%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
bermakna antara usia ibu dan paritas ibu dengan kejadian abortus yaitu dengan p =
0,000 (nilai p < 0,05).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia ibu
dan paritas ibu dengan kejadian abortus. Sebagai garis depan pelayanan ibu hamil,
diharapkan kepada bidan untuk memberikan informasi dari hasil penelitian ini dalam
melakukan pelayanan kebidanan yang intensif sebagai preventif terjadinya abortus
khususnya pada ibu usia <20 dan >35 tahun dan paritas <1 dan >3.
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Hubungan Usia Ibu dan Paritas Ibu dengan Kejadian Abortus di
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan
3. Dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah peneliti
yang telah banyak meluangkan waktu serta pikiran dalam memberikan arahan,
bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan
6. Kepada orang tua yang telah memberikan semangat, dorongan, dukungan moril,
material dan spiritual bagi peneliti hingga Karya Tulis Ilmiah selesai.
Sumatera utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada peneliti.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilimiah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu peneliti sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih. Mohon maaf atas segala kekurangan
dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Peneliti
Resha Astari
ABSTRAK ………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ………...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR SKEMA ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1. Tujuan Umum ...................................................................... 3
2. Tujuan Khusus ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel Halaman
Skema Halaman
Lampiran 3 : Surat selesai data pendahuluan dari RSUD Dr. Pirngadi Medan
Hubungan Usia Ibu dan Paritas Ibu dengan Kejadian Abortus di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2010-Desember 2011
ABSTRAK
Latar belakang : Abortus merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil.
Abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat kurang dari 500 gram
setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan. Terdapat berbagai faktor yang
menyumbang pada keadaan ini, yaitu usia dan paritas. Risiko abortus spontan
meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas ibu dengan
kejadian abortus.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ibu penderita abortus sebagian besar berusia
<20 dan >35 tahun sebanyak 38 orang (58%) dan sebagian besar dengan paritas <1
dan >3 sebanyak 38 orang (58%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
bermakna antara usia ibu dan paritas ibu dengan kejadian abortus yaitu dengan p =
0,000 (nilai p < 0,05).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia ibu
dan paritas ibu dengan kejadian abortus. Sebagai garis depan pelayanan ibu hamil,
diharapkan kepada bidan untuk memberikan informasi dari hasil penelitian ini dalam
melakukan pelayanan kebidanan yang intensif sebagai preventif terjadinya abortus
khususnya pada ibu usia <20 dan >35 tahun dan paritas <1 dan >3.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi di dunia adalah di Asia Tenggara.
bahwa Angka Kematian Ibu ( AKI ) Indonesia masih 228/100.000 kelahiran hidup
sedangkan target MDG5 tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup, sehingga
preeklampsi dan eklampsi (20-30%) serta infeksi (20-30%). Perdarahan pada ibu
(Prawirohardjo, 2010).
Abortus merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil. Menurut
defenisi WHO, abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat kurang dari
500 gram setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan. Semakin muda kehamilan
maka semakin mungkin terjadi abortus. Sekitar 75% angka abortus terjadi sebelum
usia kehamilan mencapai 16 minggu, dan kira-kira 60% terjadi sebelum 12 minggu
(Benson dan Penoll’s, 2009). Angka kejadian abortus yang pasti sukar ditentukan,
karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi
komplikasi. Juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda
ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit (Prawirohardjo,
2010).
2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 – 44 tahun. Di Asia
Timur, tingkat aborsi diperkirakan pada tahun 2003 adalah 28 per 1.000 wanita usia
subur. Di Selatan Asia Tengah, tingkat aborsinya adalah 27 per 1.000 wanita usia
subur. Asia Tenggara merupakan daerah dengan tingkat aborsi tertinggi pada tahun
2003 yaitu 39 per 1.000 wanita usia subur. Tingkat aborsi paling rendah di Asia
Barat yaitu 24 per 1.000 wanita usia subur (Guttmacher Institute, 2009).
Harlap dan Shiono mengatakan bahwa lebih dari 80 persen abortus terjadi pada
12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini cepat menurun. Terdapat berbagai
faktor yang menyumbang pada keadaan ini, yaitu usia dan paritas. Risiko abortus
spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus
yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 persen pada wanita berusia kurang
dari 20 tahun menjadi 26 persen pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun
(Cuningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, J., Gilstrap III., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D
2006).
Data abortus di Medan sendiri belum mewakili data sebenarnya, tetapi data
abortus juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan di RSUD dr.
Pirngadi Medan dan RSUP Haji Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit
proporsi penderita abortus terbanyak adalah pada tahun 1999 sebanyak 29,1% pada
prevalensi abortus di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 adalah
peneliti mendapatkan informasi bahwa jumlah angka kejadian abortus pada periode
Januari 2010-Desember 2011 adalah 142 orang. Dari latar belakang diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Usia dan Paritas Ibu
B. Perumusan Masalah
adalah bagaimanakah hubungan usia ibu dan paritas ibu dengan kejadian abortus di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas ibu dengan kejadian
Desember 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui usia ibu hamil normal dan ibu abortus yang dirawat di
b. Untuk mengetahui paritas ibu hamil normal dan ibu abortus yang dirawat
2011.
2011.
Sebagai bahan masukan dan informasi tentang faktor risiko kejadian abortus
yaitu usia dan paritas, sehingga dapat bekerja sama dengan pemerintah atau
3. Bagi Peneliti
Gynecology.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Nugroho, 2011).
sebelum 20 minggu, didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir.
Defenisi lain yang sering digunakan adalah pelahiran janin-neonatus yang beratnya
kurang dari 500 gram (Leveno, Cuningham, Gant, Alexander, Bloom, Casey, Dashe,
1. Etiologi
bahwa lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah
itu angka ini cepat menurun. Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan
paritas dan usia ibu. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat
dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada
terganggu
janin, kematian)
ovarium, mioma uteri, faktor psikologis dan stress emosional (Maryunani &
Yulianingsih, 2009).
2. Faktor Resiko
Faktor resiko adalah keadaan ibu baik berupa faktor biologis maupun non
biologis yang biasanya sudah dimiliki ibu sejak sebelum hamil dan dalam
1) Usia Ibu
Usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia resiko untuk
hamil dan melahirkan. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan
matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20
tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-35
abortus (Manuaba,1998).
sering kali mengalami kondisi kesehatan yang kronik (resiko tinggi). Tentu
saja hal itu akan sangat berpengaruh jika wanita tersebut hamil.
umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin
maka resiko terjadi abortus makin meningkat karena menurunnya kualitas sel
ibu berpengaruh terhadap fungsi ovarium, dimana sel telur yang berkualitas
berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20
tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2003, dalam Firman 2011)
kelompok usia <20 dan >35 tahun memiliki resiko 1,9 kali lebih besar
Penelitian lainnya oleh Nurjaya, Muliaty dan Saniah (2006) di RSIA Siti
Fatimah Makassar tahun 2006 menyatakan bahwa ibu hamil dengan usia <20
tahun dan >35 tahun mempunyai resiko abortus 3,808 kali lebih besar
dibanding ibu hamil dengan usia 20-35 tahun, dan terdapat hubungan
2) Paritas Ibu
berpengaruh buruk pada kesehatan janin dan pada proses persalinan. Hal–hal
merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kesehatan dan kematian
kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya untuk mengalami
meningkat pada kehamilan, persalinan, dan nifas setelah yang ketiga dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2003, dalam firman 2011)
di Lima Rumah Sakit di Jakarta mendapatkan ibu hamil yang paritasnya <1
dan >3 mempunyai resiko abortus 1,2 kali dibanding ibu hamil yang paritasnya
Hasil penelitian lainnya oleh Nurjaya, et al. (2006) di RSIA Siti Fatimah
Makassar menyatakan bahwa ibu hamil yang paritasnya >3 mempunyai resiko
abortus 5,534 kali lebih besar dibanding ibu hamil yang paritasnya <3 kali, dan
C. Patofisiologi
perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan per vaginam. Hasil konsepsi terlepas seluruhnya atau sebagian
yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini
menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi perdorongan
benda asing itu keluar rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus
perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak
dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri
dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara
minggu ke-10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan
desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta)
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada
kalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed aborted).
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dank arena cairan amnion menjadi kurang oleh karena
D. Klasifikasi Abortus
a. Abortus Imminens
1) Definisi
beberapa hari atau dapat berulang, dan dapat pula disertai sedikit nyeri
perut bawah.
a) Perdarahan sedikit/bercak
3) Penatalaksanaan
dan cemas).
b. Abortus Insipiens
1) Definisi
hasil konsepsi masih berada dalam cavum uteri. Kondisi ini dapat
b) Mulas hebat (kontraksi makin lama makin kuat dan makin sering)
3) Penatalaksanaan
manual plasenta.
c. Abortus Inkompletus
1) Definisi
jaringan keluar
menyebabkan syok.
3) Penatalaksanaan
mungkin.
d. Abortus Kompletus
1) Definisi
a) Perdarahan banyak
c) Bila pasien anemia dapat diberikan sulfas ferosus (zat besi) atau
transfusi darah
e. Missed Abortion
1) Definisi
3) Penatalaksanaan
1) Definisi
adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik
yang diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan
di rumah sakit.
b) Ada perdarahan
c) Demam
e) Perdarahan berbau
g) Nyeri tekan
h) Leukositosis
g. Abortus Habitualis
1) Definisi
mengatakan bahwa abortus habitualis adalah abortus yang terjadi tiga kali
2) Penatalaksanaan
1) Definisi
2) Syarat-syaratnya
hukum, psikologi)
keluarga terdekat.
1) Definisi
E. Komplikasi Abortus
dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. kematian karena perdarahan
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiper retrofleksi, jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan
teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, melakukan penjahitan pada luka perforasi jika
mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada inkompletus dan
lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan teknik
asepsis dan anti septic. Pada aboortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan atau syok hemoragik
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
amati melalui penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka konsep pada
penelitian ini, variabel independen (variabel bebas) yaitu usia dan paritas ibu
Usia Kejadian
Paritas Abortus
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Usia Dan Paritas Ibu Dengan
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia dengan kejadian abortus di RSUD Dr.Pirngadi Medan
2 Usia Usia ketika ibu mengalami Melihat Lembar <20 dan >35 Ordinal
abortus, sesuai dengan Rekam checklist 20 - 35
rekam medik RSUD Dr. medic
Pirngadi Medan Periode
Januari 2010 - Desember
2011
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
control, yaitu untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian
abortus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu
periode tertentu yaitu Januari 2010 – Desember 2011 dan pengambilan sampel
dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada pengulangan dalam pengambilan data.
1. Populasi
(Notoatmodjo, 2010). Yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil normal dan abortus yang berkunjung di Poli Ibu Hamil RSUD
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili
Q2 = 1 - 0,024 = 0,976
0,2
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,224 = 0,776
Q = 1 - P = 1 – 0,12 = 0,88
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria eksklusi
1) Abortus provokatus
2) Trauma (jatuh)
lengkap.
C. Lokasi Penelitian
D. Waktu Penelitian
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan pemerintah izin dari Direktur RSUD
dr.Pirngadi Medan.
F. Instrument Penelitian
muncul dicatat pada tempat yang telah ditentukan, terdiri dari data demografi
G. Pengumpulan Data
3. Peneliti mengisi lembar check list yang sesuai dengan data pada rekam medik
4. Peneliti diusulkan oleh bagian rekam medik untuk mengunjungi Poli Ibu
5. Pengelolaan dan analisa data dilakukan setelah semua data yang diperlukan
H. Analisa Data
terkumpul, diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi, maka peneliti
penelitian ini tidak terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data.
checklist (√).
3. Processing
kebenarannya.
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data dan
a) Analisis Univariate
baik variabel bebas maupun variabel terikat dari kelompok kasus dan
b) Analisis Bivariate
Analisis ini digunakan untuk menguji keeratan hubungan usia ibu dan
paritas ibu dengan kejadian abortus. Analisis data dilakukan setelah semua
data dikumpulkan dan dibuat dalam suatu tabel. Setelah itu, data diolah secara
dengan catatan jika p < 0,05 maka H0 ditolak (ada hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat), sedangkan jika p> 0,05 maka H0 gagal ditolak
masuknya Jepang ke Indonesia Rumah Sakit ini diambil dan berganti nama dengan
menjadi nama Rumah Sakit kita ini. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Rumah Sakit Umum Pirngadi diambil alih dan
Tahun 1950 s/d 1952 Rumah Sakit Pirngadi mempunyai peran yang sangat penting
Kedokteran USU pada Januari 1993, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi berubah
status dari Rumah Sakit Pendidikan menjadi Rumah Sakit Tempat Pendidikan.
Setelah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi milik Kota Medan, Pemerintah
Kota Medan mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk kemajuan Rumah
Sakit Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang, hal ini
diwujudkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tanggal 6
September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi Badan
Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi restrukturisasi
Pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi
Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri
Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
Hubungan Usia Ibu dan Paritas Ibu dengan Kejadian Abortus di RSUD Dr. Pirngadi
B. Hasil Penelitian
analisa data. Adapun hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
1. Analisis Univariat
a. Data demografi
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Periode Januari 2010-Desember 2011
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa dari 132 orang paling
banyak berumur 20-35 tahun sebanyak 92 orang (70%) dan paling banyak
Distribusi frekuensi kasus dan kontrol berdasarkan usia ibu secara rinci
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2010-Desember 2011
kasus paling banyak terdapat pada usia <20 dan >35 tahun sebanyak 38 orang
(58%). Untuk pasien pada kelompok kontrol paling banyak terdapat pada
c. Paritas ibu
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Paritas di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2010-Desember 2011
Paritas Kasus % Kontrol %
1-3 28 42 51 77
<1 dan >3 38 58 15 23
Total 66 100 66 100
kasus paling banyak terdapat pada paritas <1 dan >3 sebanyak 38 orang
(58%). Pada pasien kelompok kontrol paling banyak terdapat pada paritas 1-3
2. Analisis Bivariat
kejadian abortus, maka dilakukan analisis bivariat dengan uji statistic chi square
Untuk melihat hubungan usia ibu dengan kejadian abortus secara rinci
Tabel 5.4
Proporsi Usia Ibu Pada Kasus dan Kontrol
Abortus
Kelompok Total Nilai p
Usia Kasus Kontrol
N % N % N %
20-35 tahun 28 42 64 97 92 70
<20 dan >35 tahun 38 58 2 3 40 30 0,000
kasus paling banyak terdapat pada usia <20 dan >35 tahun sebanyak 38 orang
(58%). Untuk pasien pada kelompok kontrol paling banyak terdapat pada usia
proporsi ibu yang berusia <20 dan >35 tahun lebih banyak terdapat pada
Hasil analisis uji chi square dengan uji statistic pearson chi square pada
artinya terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dengan kejadian abortus.
Untuk melihat hubungan paritas ibu dengan kejadian abortus secara rinci
kasus paling banyak terdapat pada paritas <1 dan >3 sebanyak 38 orang (58%).
Untuk pasien pada kelompok kontrol paling banyak terdapat pada paritas 1-3
sebanyak 51 orang (77%). Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi ibu yang
memiliki paritas <1 dan >3 lebih banyak terdapat pada kelompok kasus daripada
kelompok kontrol.
Hasil analisis uji chi square dengan uji statistic pearson chi square pada
artinya terdapat hubungan bermakna antara paritas ibu dengan kejadian abortus.
C. Pembahasan
dari penelitian mengenai hubungan usia ibu dan paritas ibu dengan kejadian abortus
Berdasarkan hasil uji chi square dengan uji pearson chi square diperoleh
nilai p = 0,000 (nilai p <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara usia ibu dengan kejadian abortus di RSUD Dr. Pirngadi Medan
hubungan bermakna terhadap kejadian abortus dengan nilai OR= 3,338; CI 95%
(1,976-7,434); p =0,001.
bermakna antara usia ibu dengan kejadian abortus serta ibu dengan kelompok
usia <20 dan >35 tahun memiliki resiko 1,9 kali lebih besar dibanding kelompok
terdapat hubungan usia dengan kejadian abortus yaitu ibu dengan kelompok usia
menyatakan bahwa ibu hamil dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai
resiko abortus 3,808 kali lebih besar dibanding ibu hamil dengan usia 20-35
Menurut Draper (2005, dalam Sinaga, 2012) faktor umur ibu mempunyai
tahun atau diatas 35 tahun sangat beresiko untuk abortus karena berpengaruh
terhadap fungsi ovarium dan kualitas sel telur semakin menurun .Sedangkan
fisik dan mental dalam menghadapi masa kehamilan. Usia hamil yang ideal bagi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia ibu hamil akan mempengaruhi
kejadian abortus. Semakin tinggi usia ibu hamil maka akan semakin besar
dinding rahim yang dapat menyebabkan abortus. Selain itu, ibu muda yang
dinilai sudah tidak relevan lagi. Dalam UU Perkawinan, usia perempuan yang
sudah dibolehkan untuk menikah adalah 16 tahun. Di sisi lain, usia pernikahan
dalam UU Perlindungan Anak adalah 20 tahun. Jadi, tidak salah jika BKKBN
Nomor 1 Tahun 1974 untuk menekan tingginya kematian ibu saat melahirkan.
Ditinjau dari segi kesehatan, usia dibawah 20 tahun merupakan usia beresiko
Hasil analisis uji chi square dengan uji statistic pearson chi square
antara paritas ibu dengan kejadian abortus di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode
hamil yang paritasnya <1 dan >3 mempunyai resiko abortus 1,2 kali dibanding
ibu hamil yang paritasnya 1-3 kali. Hasil penelitian lainnya oleh Nurjaya et.al
(2006), di RSIA Siti Fatimah Makassar menyatakan bahwa ibu hamil yang
paritasnya >3 mempunyai resiko abortus 5,534 kali lebih besar dibanding ibu
hamil yang paritasnya <3 kali, dan terdapat hubungan bermakna paritas terhadap
kejadian abortus.
Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (1999, dalam Taharuddin, 2012,
¶ 8) paritas <1 dan paritas >3 memiliki kompilikasi persalinan. Kehamilan yang
dapat menyebabkan kelainan letak janin dan plasenta yang akhirnya akan
berpengaruh buruk pada kesehatan janin dan pada proses persalinan. Hal–hal
paritas rendah abortus sebagai adanya indikasi medis untuk kelainan bawaan
berat serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim sehingga ada
kehamilan sebelumnya.
dilahirkan ibu maka semakin meningkat resiko ibu mengalami abortus. Dimana
ditinjau dari segi kesehatan, anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
berulang.
Dalam hal ini banyaknya paritas ibu mungkin dikarenakan masih adanya
rezeki. Ibu yang memiliki banyak anak akan lebih disibukkan oleh kegiatan
yang berdampak pada kurangnya perhatian ibu terhadap kecukupan gizi bagi
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian “Hubungan Usia Ibu dan Paritas Ibu dengan Kejadian
1. Dari 132 orang pada kelompok kasus dan kontrol berdasarkan usia pasien,
paling banyak terdapat pada usia <20 dan >35 tahun sebanyak 38 orang
(58%). Untuk pasien pada kelompok kontrol paling banyak terdapat pada
2. Dari 132 orang pada kelompok kasus dan kontrol berdasarkan paritas pasien,
paling banyak terdapat pada paritas <1 dan >3 sebanyak 38 orang (58%).
Pada pasien kelompok kontrol paling banyak terdapat pada paritas 1-3
3. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus, yaitu dengan
4. Ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian abortus, yaitu dengan
B. Saran
dan memberikan informasi tentang abortus. Sebagai garis depan pelayanan ibu
Benson, R.C & Pernoll, M.L. (2009). Obstetri & Ginekologi (Benson and Pernoll’s
Handbook of Obstetrics & Gynecology). Jakarta: EGC.
Cuningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, J., Gilstrap III., Hauth, J.C & Wenstrom,
K.D. (2006). Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC.
Guttmacher Institute. (2009). Aspek ilmu kedokteran forensik dan aspek hokum
serta agama pada kasus abortus. http://www.grutmacher.kejadian
abortus.htm.com. Diakses pada tanggal 18 November 2012, pukul 12.38 WIB.
Hidayat, Alimul (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan tehnik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Leveno., Cuningham., Gant., Alexander., Bloom., Casey., Dashe., Shefield & Yost.
(2009). Obstetri Williams Panduan Ringkas (Williams Manual of Obstetrics).
Jakarta: EGC.
Manuaba. (1998). Gawat Darurat Obstetri Dan Obstetri Ginekologi. Jakarta: EGC.
Saiho, Wong. (2010). Prevalensi Abortus di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada
Tahun 2010. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:
EuVMrCGhdb0J:repository.usu.ac.id/handle/123456789/31675+&cd=2&hl=id
&ct=clnk. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012, pukul 16.24 WIB
LEMBAR CHECKLIST
1. Usia
20-35 tahun
2. Paritas
1-3
OUT PUT SPSS HUBUNGAN USIA IBU DAN PARITAS IBU DENGAN
KEJADIAN ABORTUS
Cases
Abortus
ya tidak Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
Abortus
ya tidak Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.50.
IDENTITAS
NIM : 125102050
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. T.R. Muda No. 106, Kecamatan Lubuk pakam I,II,
RIWAYAT PENDIDIKAN