DISTOSIA BAHU
Dosen Penguji:
Disusun Oleh:
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba
salah satu metode persalinan bahu (Manuaba, 2001).
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetric oleh
karena dengan tarikan bisa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2009).
B. ETIOLOGI
Distosia bahu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Obesitas ibu pertambahan berat badan yang berlebihan
b. Bayi berukuran besar
c. Riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2003).
C. FAKTOR PENYEBAB DISTOSIA
1. Distosia karena kelainan his
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
a. Inersia Uteri Hipotonik
Kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan servik atau mendorong anak keluar.disini kekuatan his lemah
dan frekuensi jarang.sering dijumpai pada penderita dengan keadaan
umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya
akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta penderita pada keadaan emosi
kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks,fase laten atau
fase aktif maupun pada kala pengeluaran.
b. Inersia Uteri Hipertonik
Kelainan his dengan kekuatan cukup besar kadang sampai melebihi
normal namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan
bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks, dari
mendorong bayi keluar.
2. Distosia karena kelainan letak
a. Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong dibawah cavum uteri.
Macam-macam letak sungsang:
1) Letak bokong murni (frank breech), letakbokong dengan kedua tungkai
terangkat keatas.
2) Letak sungsang sempurna (complete breech), kedua kaki ada
disamping bokong danletak bokong kaki sempurna.
3) Letak sungsang tidaksempurna (incomplete breech), selain bokong
sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.
Etiologi letak sungsang :
1) Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada : pada panggul
sempit, hidrocepalus, anencefalus, placenta previa, tumor.
2) Janin mudah bergerak : pada hidramnion, multipara, janin kecil
(premature).
3) Gemeli
4) Kelainan uterus : mioma uteri
5) Janin sudah lama mati
6) Sebab yang tidak diketahui
7) Prolaps tali pusat yaitu tali pusat berada disamping atau melewati
bagian terendah janin setelah ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah
disebut tali pusat terdepan. Pada keadaan prolap tali pusat (tali pusat
menumbung) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian
janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.
Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian
terdepan janin masih berada diatas PAP dan tidak seluruhnya menutup
seperti yang terjadi pada persalinan.
3. Distosia karena jalan lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan karena adanya kelainan
pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak
panggul.
a. Distosia karena kelainan panggul/bagian keras dapat berupa
1) Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid misalnya
panggul jenis Naegele, Robert dan lain-lain.
2) Kelainan ukuran panggul (Panggul sempit)
b. Kelainan jalan lahir lunak
Kelainan servik uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan
lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.
D. TANDA DAN GEJALA
a. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada
distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi
luar normal.
b. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar.
Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
c. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan
bahu.
E. KOMPLIKASI
a. Pada janin
1. Meninggal, Intrapartum atau neonatal
2. Paralisis plexus brachialis
3. Fraktur klavikula
4. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
5. Fraktura humerus
b. Pada ibu
1. Terjadi Robekan di perineum derajat III atau IV
2. Perdarahan pasca persalinan
3. Rupture uteri (Hakimi, 2003).
F. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu yaitu:
Maternal
a. Kelainan anatomi panggul
b. Diabetes Gestasional
c. Kehamilan postmatur
d. Riwayat distosia bahu
e. Tubuh ibu pendek
f. Ibu obesitas
Fetal
a. Makrosomia
b. Distosia bahu sebelumnya (Chapman,2006)
G. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan distosia bahu dan cidera yang dapat ditimbulkannya dapat
dilakukan dengan cara:
1. Tawarkan untuk melakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko
tinggi janin luar biasa besar(>5 kg) janin sangat besar(>4,5 kg) dengan ibu
diabetes janin besar(>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan
sebelumnya kala II yang memanjang dengan janin besar.
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
3. Selalu bersiap bila waktu-waktu terjadi.
4. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin menekan suprapubis atau fundus
dan traksi berpotensi meningkatkan cidera pada janin.
5. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia bahu diketahui,
bantuan diperlukan untuk membuatan posisi Mcrobert, pertolongan
persalinan, resusitasi bayi dan tindakan anestesi.
H. DIAGNOSIS DISTOSIA BAHU
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:
1. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tepat berada dekat vulva
2. Dagu tertarik dan menekan perineum
3. Tarikan pada kepala gagal, melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang
simfisis pubis.
ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL
DI BPM MAWAR
Pengkajian Data
Pukul : 17.00
A. Data Subjektif
1. Identitas
Umur : 24 Th Umur : 25 Th
2. Keluhan Utama
Ibu datang diantar suami dan keluarga dengan keluhan mules mules sejak pukul
05.00 WIB, dan sudah keluar lendir bercampur darah.
3. Status Perkawinan
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama dan belum pernah
keguguran. HPHT 24 Juli 2017. HPL 1 April 2018. Selalu memeriksakan
kandungannya ke bidan dan sudah suntik TT sebanyak 3 kali. Gerakan janin aktif
dan selalu mengkonsumsi pil penambah darah.
Biologi: Ibu mengatakan terakhir makan pukul 15.00 WIB dengan nasi
lauk dan sayuran serta terakhir minum pukul 16.30 WIB 1 gelas air putih.
7. Kegiatan Sehari-hari
Pola Eliminasi : Ibu mengatakan Buang Air Kecil (BAK) terakhir pada
pukul 16.40 WIB dan Buang Air Besar (BAB) pukul 10.00 WIB
B. Data Objektif
C. Analisa
Ny. Y usia 23 tahun G1P0A0 Hamil 44 minggu inpartu kala 1 fase aktif.
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.
D. Penatalaksanaan
Catatan Perkembangan 1
Pukul : 17.25 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
B. DATA OBJEKTIF
C. ANALISA
Inpartu kala II
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan
melahirkan
2. Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat terasa mules
3. Memimpin persalinan sesuai dengan APN
Evaluasi : Kepala bayi sudah keluar namun belum melakukan putaran paksi luar
Catatan Perkembangan 2
Pukul : 18.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
B. DATA OBEJEKTIF
C. ANALISA
Inpartu kala II dengan distosia bahu
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan
pengguntingan pada perineum dan melakukan manuver McRobert karena bahu
bayi tersangkut di jalan lahir.
2. Melakukan episiotomi dan melakukan manuver McRobert
3. Bayi lahir pukul 18.15 WIB menangis kuat jenis kelamin laki-laki, kulit
kemerahan dan bergerak aktif.
4. Melakukan pengecekan janin kedua
Evaluasi : tidak ada
5. Memberitahukan ibu bahwa akan disuntikkan oksitosin
6. Menyuntikkan oksitosin 10 IU disepertiga paha luar atas
7. Menjepit dan memotong tali pusat
8. Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
Catatan perkembangan 4
Pukul : 18.16 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang karena bayinya sudah lahir dan masih merasa mules.
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : tampak kelelahan
Abdomen : TFU 1 jari diatas pusat, teraba keras dan bulat.
Genetalia: pengeluaran darah ± 100cc, tampak tali pusat menjulur di depan vulva.
C. ANALISA
Inpartu kala III
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan mengamati tanda-tanda
pelepasan plasenta
Plasenta lahir spontan pukul 18.20 WIB
3. Melakukan masase fundus
4. Memeriksa kelengkapan plasenta
Evaluasi : plasenta lahir lengkap
5. Memeriksa apakah ada laserasi jalan lahir
Evaluasi : laserasi perieneum derajat 2
Catatan Perkembangan 5
Pukul : 18.21 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang karena ari-arinya sudah lahir dan masih merasa mulas.
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Kelelahan
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, teraba keras dan bulat.
Genetalia : Tampak ada laserasi derajat 2, kandung kemih kosong.
C. ANALISA
Inpartu kala IV
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa ada robekan dan akan segera
dijahit.
2. Melakukan penjahitan perineum dengan anastesi
3. Membersihkan dan merapihkan ibu
4. Mensterilkan alat-alat partus dan heckting set
5. Melakukan pemantauan TTV, TFU, Kontraksi, Kandung Kemih dan perdarahan.
6. Menilai keberhasilan IMD
7. Memberikan ibu makan dan minum sesuai keinginan ibu
8. Menilai kondisi bayi
DAFTAR PUSTAKA
Chandranita, i. a. (2009). Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:
EGC.