1. KBI (Kompresi Bimanual Internal) a. Cara KBI (Kompresi Bimanual Internal) 1) Pakai sarung tangan DTT atau steril, kemudian secara berhati-hati masukkan satu tangan secara obstetrik ( menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus vagina dan ke dalam vagina. 2) Periksa vagina dan serviks. Jika ada bekuan darah pada kavum uteri maka segera keluarkan karena kondisi ini dapat menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara efektif. 3) Setelah melewati introitus vagina dan berada di dalam vagina maka kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior. Dengan dataran jari-jari tangan dalam, tekan dinding anterior segmen bawah uterus kearah tangan luar yang sedang mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus dijepit dari arah depan dan belakang. 4) Aplikasikan tekanan yang kuat pada uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang berjalan diantara miometrium dan juga merangsang miometrium untuk segera berkontraksi (JNPK-KR, 2014). 5) Evaluasi keberhasilan a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu selama kala IV b) Jika uterus bekontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan. c) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE), kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan. b. Berikan 0,2 ergometrin IM atau misoprostol 600 mcg per rektal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat meningkatkan tekanan darah. c. Gunakan jarum berdiameter besar (uk 16 atau 18), pasang infus RL dan berikan 20 IU dalam 500 cc RL dengan kecepatan 30 tetes/menit. d. Pakai sarung tangan DTT/steril kemudian ulangi KBI e. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk dan ibu membutuhkan tindakan gawatdarurat di failitas kesehatan yang mampu melakukan tindakan operasi dan tranfusi darah. f. Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan pemberian infus dan eterotonika, juga KBI/KBE/ kompresi Aorta/tampon kondom-kateter hingga ibu mencapai tempat rujukan (JNPK-KR, 2014). 1). Jika ibu pre-syok, ganti cairan darah yang hilang dengan kristaloid 1000 ml dalam 15 menit pertama. Jika syok, berikan kristaloid 1500-2000 ml dalam 15 menit paertama 2). Berikan tambahan 750-1500 ml dalam 30-45 menit berikutnya. Jika setelah itu ternyata belum sampai di tempat rujukan maka lanjutkan dengan jumlah yang sama untuk 45-60 menit berikutnya. 3). Pemberian cairan restorssi pada jam kedua dan selanjutnya harus di kombinasi dengan koloid dengan perbandinga 3:1. Jika konsentrasi haemoglobin darah ibu berada di bawah 6 gr% maka ibu memerlukan tambahan tranfusi darah (JNPK-KR, 2014). 2. KBE (Kompresi Bimanual eksternal) a. Cara KBE (Kompresi Bimanual eksternal) 1) Letakkan satu tangan pada dinding abdomen, di atas simfisis pubis. 2) Letakkan tangan lain pada dinding abdomen berada di dinding belakang korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang bagian belakang uterus seluas mungkin. 3) Lakukan kompresi uterus dengan saling mendekatkan tangan depan dan tangan belakang pembuluh darah di dalam anyaman miometrium di jepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi (JKN-KR, 2014). 3. Penjahitan Perineum a. Berikut ini adalah langkah – langkah klinik dalam penjahitan perineum, diantaranya : 1). Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan 2). Wadah DTT berisi : sarung tangan steril, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau catgut no 2/0 atau 3/0, kassa steril, pinset anatomis dan pinset cirrurgis. 3). Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan ke dalam wadah DTT. 4). Patahkan ampul Lidocain 1%, perkirakan jumlah lidocain yang akan digunakan (sesuaikan dengan luas atau dalamnya robekan perineum). Jika lidocain 1% tidak tersedia, gunakan lidocain 2% yang dilarutkan dengan air steril perbandingan 1: 1. 5). Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi ditepi tempat tidur. 6). Pasang kain bersih dibawah bokong ibu. 7). Atur lampu sorot atau senter kea rah vulva/perineum ibu. 8). Pastikan lengan atau tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 9). Pakai satu sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) pada tangan kanan. 10). Ambil spuit sekali pakai 10 ml (jarum ukuran 22 panjang 4 cm) dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung suntik dengan lidocain 1 % tanpa epinefrin dan letakan kembali ke dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi (DTT). 11). Lengkapi sarung tangan pada kedua tangan. 12). Gunakan kassa bersih, basuh vulva dan perineum dengan larutan providon – idoin dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum. Tunggu selama kurang lebih 2 menit sebelum menyuntian lidocain 1%. 13). Anastesi Lokal Berikan anastesi lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anastesi lokal merupakan asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan tindakan episiotomi dengan anastesi lokal, lakukan pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa bahan anastesi masihkah bekerja. Sentuh luka dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forcep atau cunam. Jika ibu merasa tidak nyaman, ulangi pemberian anastesi lokal (JNPK-KR, 2014). b. Macam-macam pejahitan perineum 1).Simple Interupted Suture (Jahitan Terputus/Satu-Satu) Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila tidak ada teknik penjahitan lain yang memungkinkan untuk diterapkan. Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira- kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yan terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya. Teknik jahitan terputus sederhana dilakukan sebagai berikut: a) Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya, kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua. b) Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis, menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang pertama c) Dibuat simpul dan benang diikat. 2).Running Suture/ Simple Continous Suture (Jahitan Jelujur) Jahitan jelujur menempatkan simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar, dan sebaiknya tidak dipakai untuk menjahit kulit. Teknik jahitan jelujur dilakukan sebagai berikut: a) Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm di atas puncak luka yang terikat tetapi tidak dipotong. b) Serangkaian jahitan sederhana ditempatkan berturut-turut tanpa mengikat atau memotong bahan jahitan setelah melalui satu simpul. c) Spasi jahitan dan ketegangan harus merata, sepanjang garis jahitan d) Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan pengikatan pada simpul terakhir pada akhir garis jahitan. e) Simpul diikat di antara ujung ekor dari benang yang keluar dari luka/ penempatan jahitan terakhir. 3).Running Locked Suture (Jahitan Pengunci/Jelujur Terkunci/ Feston) Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur biasa, dikenal sebagai stitch bisbol karena penampilan akhir dari garis jahitan berjalan terkunci. Teknik ini biasa digunakan untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan ini dikunci bukan disimpul, dengan simpul pertama dan terakhir dari jahitan jelujur terkunci adalah terikat. Cara melakukan penjahitan dengan teknik ini hampir sama dengan teknik jahitan jelujur, bedanya pada jahitan jelujur terkunci dilakukan dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, sebelum beralih ke tusukan berikutnya. 4).Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis) Jahitan subkutis dilakukan untuk luka pada daerah yang memerlukan kosmetik, untuk menyatukan jaringan dermis/kulit. Teknik ini tidak dapat diterapkan untuk jaringan luka dengan tegangan besar. Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka. Hasil akhir pada teknik ini berupa satu garis saja. Teknik ini dilakukan sebagai berikut: a) Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah dermis kulit salah satu dari tepi luka. b) Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain, secara bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain. c) Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara parallel di sepanjang luka tersebut.
Daftar pustaka
JNPK-KR. 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Cuninningham, G. dkk. 2012. Obstetri Williams, edisi 21. Jakarta: EGC