Anda di halaman 1dari 14

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Perdarahan

a. Pengertian

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih

dari 500 cc selama atau setelah kelahiran.

b. Faktor- faktor penyebab terjadinya perdarahan post partum

1) Jarak kelahiran yang dekat (kurang dari 2 tahun)

2) Partus lama

3) Persalinan dengan alat (Vacum, Forcep)

4) Grande multi Gravida (>GIV, usia >35 tahun)

5) Hamil dengan mioma uteri

6) Plasenta previa, abruption plasenta

7) Over disended uterus : hidramnion, hamil ganda, makrosomia

c. Klasifikasi perdarahan pasca persalinan

1) Perdarahan post partum primer.

Yaitu Perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam

pertama setelah melahirkan.

2) Perdarahan post partum sekunder.

Yaitu perdarahan post partum yang terjadi setelah 24 jam

melahirkan.
8

d. Penyebab perdarahan post partum

1) Perdarahan post partum primer, meliputi :

a) Atonia uteri

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot

miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. atonia

uteri dapat menyebabkan pembuluh darah pada implantasi

plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan hebat dan

dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan akhirnya

kematian.

b) Retensio sisa plasenta

Retensio sisa plasenta adalah tertinggalnya suatu bagian

dari plasenta, satu atau lebih lobus yang tertinggal atau

termasuk kortiledon. Retensio sisa plasenta disebabkan

plasenta tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium

uterus. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus)

tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif

dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.

c) Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir adalah yang terjadi pada jalan lahir

yang meliputi robekan-robekan pada perineum, vulva,

kolpaporeksis, dan serviks. Jenis perlukaan ringan berupa luka

lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai

perdarahan hebat.
9

d) Inversio uteri

Inversion uteri adalah suatu keadaan dimana sebagian

atasuterus (fundus uteri) memasukio kavum uteri sehingga

fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.

uterus mengalami inversion uteri jika bagian dalam menjadi

diluar saat melahirkan plasenta.

2) Perdarahan post partum sekunder, meliputi :

a) Retensio sisa plasenta

b) Robekan jalan lahir (Novvi, 2016)

e. Tanda-tanda perdarahan pascapartum

Menurut Marmi (2016) tanda-tanda pascapartum yang terlihat jelas :

1) Perdarahan yang terlihat jelas

2) Kolaps maternal

3) Namun demikian, dapat terjadi tanda-tanda lain, seperti :

a) Pucat

b) Frekuensi nadi meningkat

c) Tekanan darah menurun

d) Perubahan tingkat kesadaran, ibu menjadi gelisah atau

mengantuk

e) Pembesaran uterus karena terisi darah atau bekuan darah,

teraba lembek pada palpasi (misalkan : lunak, terdistensi, dan

tonus kurang), terdapat sedikit atau tidak ada perdarahan yang

terlihat
10

f. Pencegahan

Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus yang

disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan

pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah

dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik.

Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan

postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit. (Mochtar,

2013)

g. Penatalaksanaan

Secara umum dan sebagai tindakan pertama jika kita menemukan

pasien dengan Hemorargi postpartum primer adalah :

1) Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah

2) Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit,

kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah

yang keluar

3) Berikan oksitosin (10 IU IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan

melalui IM apabila tidak bisa melalui IV)

4) Siapkan donor untuk transfuse, ambil darah untuk kroscek,

berikan NaCl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok

(pemerian infuse sampai sekitar 3 Lt untuk mengatasi syok)

5) Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong

6) Awasi agar uterus dapat terus berkontraksi dengan baik


11

7) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan

kompresi bimanual

8) Jika perdarahn persisten dan uterus berkontraksi dengan baik

maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan servika untuk

menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut (Ai

Yeyeh Rukiyah, 2015).

2. Faktor- faktor terjadinya perdarah post partum

a. Usia

Usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun (Novvi, 2016).

Tidak ada batasan pasti sebenarnya usia ideal seseorang wanita

untuk melahirkan buah hatinya. Diyakini diatas 20 tahun dan

dibawah 35 tahun adalah usia yang dirasakan tepat bagi reproduksi

wanita bekerja dengan maksimal.

Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi untuk gadis dengan

umur dibawah 20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau

mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan beresiko mengalami

tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Akibat resiko

tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun :

1) Mengalami perdarahan

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan

karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.


12

Selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah

yang tertinggal didalam rahim). Kemudian peroses pembekuan

darah yang lambat dan juga dipengaruhi adanya robekan pada

jalan lahir.

2) Kemungkinan keguguran / abortus

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi

keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamia dan

juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun

memakai alat.

3) Persalinan yang lama atau sulit

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun

janin. Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh

kelainan letak janin, kelinan panggul kekuatan his, dan

mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.

4) Kematian ibu

Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan

perdarahan dan infeksi.

Berbeda dengan wanita usia 20-30 tahun yang dianggap ideal

untuk menjalani kehamilan dan persalinan. “Direntang usia ini kondisi

fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi

perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan.

Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak pada prilaku

merawat dan menjaga kehamilannya secara berhati-hati” jelas dr. Seno


13

sedengkan usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi

“Kehamilan pada usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan

kesehatan wanita yang bersangkutan, termasuk gizinya, dalam

keadaan baik,” ujar dr. Seno. Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita

digolongkan pada kehamilan beresiko tinggi. “Di kurun usia ini,

angka kemian ibu dan melahirkan dan bayi meningkat. Wanita diatas

35 tahun juga lebih cenderung memiliki persalinan lama yang

berlangsung lebih dari 20 an dan perdarahan yang berlebih saat

melahirkan (Ayu, 2016).

b. Teori hubungan usia dengan perdarahan post partum

Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun, merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan

post partum yang dapat mengakibatkan kematian. Hal ini dikarenakan

usia dibawah 20 tahun otot rahim yang terlalu lemah dalam proses

involusi, sedangkan usia

c.

d. Paritas

Menurut Kamus Kedokteran Dorland Paritas adalah keadaan

wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan.

Kehamilan yang optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.

Kehamilan pertama dan setelah keempat mempunyai resiko yang

meningkat. Kehamilan dalam kelompok grande multipara sering

disertai penyulit-penyulit seperti kelainan letak, perdarahan


14

antepartum, perdarahan post partum, dan sebagainya karena

keelastisan otot-otot rahim berkurang sehingga menyebabkan atonia

uteri (Risa Fitriani, 2016).

Penentuan paritas :

a. Primipara : wanita yang pernah melahirkan satu kali

Multipara : wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih

(Kriebs, 2010).

e. Partus lama

1) Pengertian

Adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Persalinan (partus) lama

ditandai dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan tlah

berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi

serviks dikanan garis waspada pada partograf.

2) Etologi

Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :

a) His tidak efisien (in adekuat)

b) Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar)

c) Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina,

tumor)

3) Patofisiologi
15

Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24

jam dihitung awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila

terjadi perpanjngan dari fase laten (primi 20 jam, multi 14 jam)

dan fase aktif (primi 1, 2 cm per jam, multi 1,5 per jam) atau kala

pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan

akan timbul partus kasep (Novvi, 2016).

f. Gejala

1) Pada ibu :

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi

cepat, pernapasan cepat, dan meteorismus. Didaerah lokal sering

dijumpai : Ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan

ketuban berbau, terdapat mekonim.

2) Pada janin :

a) Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan

negative, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-

hijauan, berbau

b) Kaput suksedaneum yang besar

c) Moulage kepala hebat

d) Kematian janin dalam kandungan (KJDK)

e) Kematian janin intra partal (KJIP)


16

g. Penanganan

1) Perawatan pendahuluan :

Penatalaksanaan penderita partus kasep (lama) adalah sebagai

berikut :

a) Pasang infuse ringer laktat atau NaCl 0,9% (guyur 1 kolf

dan tetes cepat pada kolf berikutnya)

b) Deksametason 10 mg (2 ampul) secara intravena

c) Pemberian antibiotic

(1) Ceftriaxone 1 gr/intravena (skin test)

(2) Cefotaxime 1-2 gr/intravena (skin test)

(3) Pasang oksigen 2-3 liter per menit.

2) Pertolongan :

Dapat dilakukan partus sepontan, ekstraksi vakum,

ekstraksi forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi

bila janin meninggal, seksio sesaria, dan lain-lain, tergantung

hasil evaluasi obstetrik (Mochtar, 2013).

5) Teori hubungan paritas dengan perdarahan post partum

6) Terori partus lama dengan perdarahn post partum

B. Penelitian Terkait

1. Psiari Kusuma Wardani (2017) dengan judul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya perdarahan pasca persalinan”. Metode

penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan studi

kasus control (case control studi). Hasil analisis penelitian ini


17

menunjukkan adanya hubungan paritas dengan perdarahan postpartum

dengan nilai p value 0,000. Ada hubungan partus lama dengan

perdarahan post partum dengan nilai p value 0,000. Ada hubungan umur

dengan perdarahan postpartum dengan nilai p value 0,001. Ada hubungan

jarak persalinan dengan perdarahan post partum dengan nilai p value

0,001. Ada hubungan riwayat perdarahan dengan perdarahan post partum

dengan nilai p value 0,001. Tidak ada hubungan riwayat seksio sesaria

dengan perdarahan post partum dengan nilai p value 0,121. Tidak ada

hubungan makrosomia dengan perdarahan post partum dengan nilai p

value 0,185. Ada hubungan anemia dengan perdarahn post partum

dengan nilai p value 0,000.

2. Ika Fitria Elmeida, I Gusti Ayu Mirah Windhi Sastri (2014) dengan judul

“Analisis Determinan Perdarahan Post Partum Di Rumah Sakit”. Metode

penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain analitik korelasi dan

pendekatan case control. Ada hubungan usia dengan perdarahan post

partum dengan nilai p value 0,005. Ada hubungan paritas dengan

perdarahan post partum dengan nilai p value 0,001. Ada hubungan

anemia dengan perdarahan post partum dengan nilai p value 0,001.

3. Risa Pitriani (2016) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di Ruangan Camar Ii Rsud

Arifin Achmad Riau Tahun 2016”. Metode penelitian ini adalah analitik

kuantitatif. Tidak terdapat hubungan antara faktor umur dengan kejadian

perdarahan nilai p value 0,106. Terdapat hubungan antara faktor paritas


18

dengan kejadian perdarahan post partum nilai p value 0,000. Terdapat

hubungan antara faktor pekerjaan dengan kejadian perdarahan post

partum nilai p value 0,000.

C. Kerangka teori Penelitian

Kerangka teori pada dasarnya adalah hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2014). Berdasarkan landasan teori yang telah

dikemukakan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

perdarahan post partum.

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Faktor Penyebab :

1. Atonia Uteri
2. Retensio Sisa Plasenta
3. Robekan Jalan Lahir
4. Inversion Uteri

Faktor – faktor penyebab lainnya :

1. Jarak kelahiran Perdarahan Post Partum


2. Partus lama
3. Persalinan dengan alat
4. Grande multi Gravida
(>GIV, usia >35 tahun)
5. Hamil dengan mioma
uteri
6. Absuption plasenta
7. Over disended uterus
(hidramnion, hamil
ganda, makrosomia)
19

Sumber : Novvi (2016 )

D. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep atau terhadap konsep lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti.(Notoadmodjo, 2014)

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Partus lama

Perdarahan post partum


Usia

Paritas

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

tersebut (Sugiyono, 2017).


20

Ha : Ada hubungan usia dengan kejadian perdarahan postpartum di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Ha : Ada hubungan paritas dengan kejadian perdarahan postpartum di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Ha : Ada hubungan partus lama dengan kejadian perdarahan postpartum

di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Anda mungkin juga menyukai