Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS ASKEP TENTANG

PERDARAHAN POST PARTUM

Kevin Waldo Munson Panjaitan

2153046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2022

1
A. Definisi
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi
setelah bayi lahir, perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan
sekunder terjadi setelah itu (Mansjoer,2002 ). Hemoragic pasca partum adalah kehilangan
darah melebihi dari 500 ml selama dan atau setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca partum (akhir dari puerperium)
(Doenges, 2001).

Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan


menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan
perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena
akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan
juga jatuh dalam syok (Mochtar, 1995). Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari
500cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan
abdominal (Nugroho,2012)

Gambar :

2
B. Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan postpartum antara lain :
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah
persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak
mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah
terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah
yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas
keseluruhan (Faisal, 2008).

Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang
terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan.
Miometrum lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh pembuluh
darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap- tiap
dua buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya
susunan otot seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh
darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan
terjadinya pendarahan pasca persalinan (Faisal, 2008).
Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :
a. Partus lama
b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada hamil
kembar, hidramnion atau janin besar

3
c. Multiparitas
d. Anestesi yang dalam
e. Anestesi lumbal
2. Luka jalan lahir
Luka jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina (Saifuddin, 2002).
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam
setelah janin lahir. Hal tersebut disebabkan (Wiknjosastro, 2005) :
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
disebabkan :
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
c. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta).
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III,
sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
4. Gangguan pembekuan darah (Nugroho,2012).

C. Patofisiologi
Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk berkontraksi secara
memadai setelah pelahiran. Pada banyak kasus, perdarahan postpartum dapat diperkirakan jauh
sebelum pelahiran. Contoh-contoh ketika trauma dapat menyebabkan perdarahan postpartum
anatara lain pelahiran janin besar, pelahiran dengan forseps tengah, rotasi forseps, setiap
manipulasi intrauterus, dan mungkin persalinan pervaginam setelah seksio sesarea (VBAC) atau
insisi uterus lainnya. Atonia uteri yang menyebabkan perdarahan dapat diperkirakan apabila
4
digunakan zat-zat anestetik berhalogen dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan relaksasi
uterus (Gilstrap dkk, 1987).
Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar mengalami hipotonia
setelah persalinan. Dengan demikian, wanita dengan janin besar, janin multipel, atau
hidramnion rentan terhadap perdarahan akibat atonia uteri. Kehilangan darah pada persalinan
kembar, sebagai contoh, rata-rata hampir 1000 ml dan mungkin jauh lebih banyak (pritchard,
1965). Wanita yang persalinannya ditandai dengan his yang terlalu kuat atau tidak efektif juga
dengan kemuungkinan mengalami perdarahan berlebihan akibat atonia uteri setelah melahirkan.
Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan oksitosin lebih rentan mengalami
atonia uteri dan perdarahan postpartum. Wanita dengan paritas tinggi mungkin berisiko besar
mengalami atonia uteri. Fucs dkk. (1985) melaporkan hasil akhir pada hampir 5800 wanita para
7 atau lebih. Mereka melaporkan bahwa insiden perdarahan postpartum sebesar 2,7 persen pada
para wanita ini meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan populasi obstetri umum.
Babinszki dkk. (1999) melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada
wanita dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4 atau lebih.
Risiko lain adalah wanita yang bersangkutan perbah mengalami perdarahan postpartum.
Akhirnya, kesalahan penatalaksanaan persalinan kala tiga berupa upaya untuk mempercepat
pelahiran plasenta selain dari pada mengeluarkannya secara manual. Pemijatan dan penekanan
secara terus menerus terhadap uterus yang sudah berkontraksi dapat mengganggu mekanisme
fisiologis pelepasan plasenta sehingga pemisahan plasenta tidak sempurna dan pengeluaran
darah  meningkat.

D. Manifestasi Klinis
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume
total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah
sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang terus- menerus setelah bayi
lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda- tanda syok yaitu penderita
pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain
(Wiknjosastro, 2005).

E. Kriteria Diagnosa
Kriteria diagnosa perdarahan postpartum, yaitu (Vicky, 2006)
1. Pemeriksaan fisik : pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak
darah keluar melalui vagina terus-menerus.
5
2. Pemeriksaan obstetri : uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi
uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
3. Pemeriksaan ginekologi : dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki,
dapat diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi
sisa plasenta.

F. Penatalaksanaan
1) Penanganan perdarahan postpartum (Mansjoer, 2002)
1. Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit, lahirkan
plasenta dengan plasenta manual dan lakukan histerektomi. Bila hanya sisa
plasenta, lakukan pengeluaran plasenta dengan digital/ kuretase, sementara
infuse oksitosin diteruskan.
2. Pada trauma jalan lahir, segera lakukan reparasi, perlukaan jalan lahir sebagai
penyebab perdarahan apabila uterus sudah berkontraksi dengan baik tapi
perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk mencari
perlukaan jalan lahir dengan penerangan yang cukup. Lakukan reparasi
penjahitan setelah diketahui sumber perdarahan, pastikan penjahitan dimulai
diatas puncak luka dan berakhir dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi
perdarahan setelah penjahitan selesai.
3. Pada atonia uteri, lakukan masase uterus dan penyuntikan 0,2 mg ergometrin intavena
atau prostaglandin parenteral. Jika tidak berhasil, lakukan kompresi bimanual pada
uterus dengan cara memasukkan tangan kiri kedalam vagina dan dalam posisi
mengepal diletakkan di forniks anterior, tangan kanan diletakkan di dinding perut
memegang fundus uteri. Bila tetap gagal, dapat dipasang tampon uterovaginal,
dengan cara mengisi kavum uteri dengan kasa sampai padat selama 24 jam, atau
dipasang kateter folley. Bila tindakan tersebut tidak dapat menghentikan perdarahan
juga, terapi definitive yang diberikan adalah histerektomi atau ligasi arteri uterine.
4. Bila disebabkan gangguan pembekuan darah, berikan transfuse plasma segar.
2) Urutan Penatalaksanaan Hemoragic Postpartum
1. Melahirkan plasenta bila masih in situ
- Bila plasenta benar-benar lengket, biasanya tidak ada perdarahan
- Bila pelepasan sebagian, mungkin plasenta sulit diangkat lengkap dan
perdarahan sulit ditanggulangi.

6
2. Menggosok Kontraksi
- Menggosok fundus dengan gerakan melingkar kuat. Uterus harus teraba
keras, tidak lunak
- Kaji ulang secara teratur, gosok ulang bila uterus mulai relaks dibawah jari
3. Berikan Oksitoksik IV
- Berikan obat oksitoksik
- Peringatkan ibu sebelumnya bahwa ia akan merasa sakit dan muntah
- Berikan cepat pada awalnya, kemudian perlahan ketika uterus berespon
4. Kateterisasi
- Penting bila kandung kemih teraba atau terlihat
- Pada fase ini, kebanyakan perdarahan tertanggulangi dan berespon
terhadap oksitoksik. Bila tidak, diberikan bantuan lanjutan dari tim
obsetrik dan anestetik
5. Kaji Ulang
- Mengkaji ulang perdarahan
6. Perdarahan masih berjalan atau ganti kehilangan darah
- Diberikan sesuai beratnya kehilangan darah
7. Bila perdarahan masih berjalan dan berat
- Dirumah sakit, pemindahan ibu ke kamar operasi untuk pengangkatan
manual plasenta dan kompresi bimanual.

G. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2003) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan
inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan
oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.

7
H. Pencegahan
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai
sejak wanita hamil dengan antenatal care yang baik. Pengawasan antenatal memberikan
manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan
dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Kunjungan pelayanan
antenatal bagi ibu hamil paling sedikit 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada
trimester I, sekali trimester II, dan dua kali pada trimester III. Anemia dalam kehamilan harus
diobati karena perdarahan dalam batas-batas normal dapat membahayakan penderita yang
sudah anemia. Kadar fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan yang banyak, kematian
janin dalam uterus dan solusio plasenta. Apabila sebelumnya penderita sudah mengalami
perdarahan postpartum, persalinan harus berlangsung di rumah sakit. Di rumah sakit
diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah dan bila mungkin tersedia
donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-
obatan penguat rahim (uterus tonikum). Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka
vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan ampul methergin atau kombinasi 5
satuan sintosinon (sintometrin intravena) (Mochtar, 1995).
Dalam kala III uterus jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas
dari dindingnya. Penggunaan oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan
postpartum. Sepuluh satuan oksitosin diberikan intramuskulus segera setelah anak lahir untuk
mempercepat pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir hendaknya diberikan 0,2 mg
ergometrin intramuskulus. Kadang-kadang pemberian ergometrin, setelah bahu depan bayi
lahir dengan tekanan pada fundus uteri plasenta dapat dikeluarkan dengan segera tanpa
banyak perdarahan. Namun salah satu kerugian dari pemberian ergometrin setelah bahu
depan bayi lahir adalah kemungkinan terjadinya jepitan (trapping) terhadap bayi kedua pada
persalinan gemelli yang tidak diketahui sebelumnya (Wiknjosastro, 2005).

I. Komplikasi
Komplikasi perdarahan postpartum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan
infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai
sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi
kegagalan fungsi organ-organ seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).

8
J. Prognosis
Angka kematian ibu mencapai 7,9 % dan angka kematian ibu mencapai 1,8-4,5% dari
kasus yang ada. (Wiknjosastro, 2005)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dll.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi
pembuluh darah dll,
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuk mengenali tanda atau gajala yng
berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio
plasenta robekan jalan lahir, vagina, perineum, adanya sisa selaput plsenta dan
biasanya ibu Nampak perdarahan banyak > 500 CC
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit yang bisa
menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek fisiologis dan
psikososialnya. Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang
lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit
penyambuhan. Seperti penyakit diabetus mellitus dan jantung
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang
mempunyai riwayat yang sama. Adanya riwayat keluarga yang pernah atau
sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.

9
e. Riwayat obstetric
1. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
2. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil.
3. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
4. Riwayat Kehamilan sekarang
f. Pemeriksaan fisik (Dongoes, 2001).
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
1. Suhu badan, biasanya meningkat sampai 38C dianggap normal.
2. Nadi, akan meningkat cepat karena nyer
3. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
4. Pernafasan juga menjadi tidak normal.
 Pemeriksaan fisik lainnya : (Nugroho, 2012)
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar dari vagina
terus-menerus.
g. Pemeriksaan Khusus (Dongoes, 2001)
1. Nyeri/ketidaknyamanan
2. Sistem vaskuler
3. Sistem Reproduksi
4. Traktus urinarius
5. Traktur gastro intestinal
6. Integritas Ego
h. Pemeriksaan obstetric (Nugroho, 2012)
Mungkin kontraksi usus lembek, uterus membesar bila ada atonia urine. Bila
kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
i. Pemeriksaan ginekologi (Nugroho, 2012)
Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat diketahui kontraksi
uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta.
j. Pemeriksaan radiologi (Nugroho, 2012)
Onset perdarahan postpartum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
laboratorium atau radiologis dapat dilakukan.

10
k. Pemeriksaan Diagnostik (Nugroho, 2012)
1. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan silang
2. Jumlah darah lengkap
3. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca partum
4. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk
spilit fibrin (SDP/FSP)
6. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Risiko syok
2. Risiko jatuh
3. Keletihan

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Risiko Syok Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Shock NIC Label :
keperawatan terhadap pasien Prevention Shock Prevention
diharapkan kondisi pasien 1. Monitor intake dan 1. Untuk
kembali stabil output pasien. memantau intake
dengan kriteria hasil : NOC 2. Monitor suhu dan dan output
Label : Vital Signs respirasi pasien. pasien
1. Suhu tubuh pasien 3. Monitor ketakutan, 2. Memantau suhu
berada dalam rentang kecemasan, dan tubuh dan
normal (36,5- 37,5OC) perubahan dalam pernafasan
(skala 5) status mental pasien
2. Respiratori rate pasien 4. Posisikan pasien 3. Memantau
berada dalam rentang pada posisi supinasi tingkat
normal (dewasa : 16-20 dengan kaki elevasi kecemasan dan
kali/ menit) (skala 5) 5. Pertahankan jalan perubahan status
3. Tekanan darah sistol napas. mental pasien.
pasien berada dalam 6. Berikan cairan IV 4. Untuk
rentang normal dan/atau oral kenyamanan
(dewasa : 100-120 posisi klien
mmHg) (skala 5)
4. Tekanan darah

11
diastol pasien dalam 5. Menjamin
rentang normal ventilasi
(dewasa: <85 adekuat
mmHg) (skala 5) 6. Memenuhi
5. Tekanan nadi pasien kebutuhan
berada dalan rentang cairan klien
normal (dewasa : 60- NIC Label :
100 x/menit) (skala 5) Bleeding
NIC Label : Bleeding Reduction
NOC Label : Fluid Reduction 1. Memantau
Balance 1. Memantau ketat keadaan
1. Turgor kulit elastis untuk perdarahan volume darah
(skala 5) pasien pasien
2. Intake dan output 2. Memantau jumlah 2. Untuk
pasien seimbang dan hakikat memantau
(skala5) kehilangan darah perubahan
3. Membran mucus pasien. tekanan darah
pasien lembab (skala 5) 3. Memonitor status pasien
cairan, termasuk 3. Untuk
NOC Label : Circulation intake dan output mengetahui
Status pasien. cairan yang
1. Tekanan vena sentral masuk dan
pasien berada dalam keluar.
rentang normal (skala
5)
2. Saturasi oksigen pasien
berada dalam rentang
normal (skala 5).

4. Evaluasi yang diharapkan


1. Risiko Syok
S :-
O :
 Suhu tubuh pasien berada dalam rentang normal (36,5-37,5OC)
 Respiratori rate pasien berada dalam rentang normal
 Tekanan darah diastol pasien dalam rentang normal (dewasa :
<85 mmHg)
 Tekanan nadi pasien berada dalan rentang normal (dewasa : 60-
100 x/menit)
 Turgor kulit elastis
 Intake dan output pasien seimbang
 Membran mucus pasien lembab
 Tekanan vena sentral pasien berada dalam rentang normal
 Saturasi oksigen pasien berada dalam rentang normal (skala 5)

12
LAPORAN KASUS

A. Anamnesis

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. C

Umur : 25 tahun

Alamat : jl. Merpati no. 38, bojongsoang

Pendidikan Terakhir : SMA

Tanggal dirawat : 2 Maret 2022

Dokter Penanggung jawab : dr. Aaron Maulana, Sp.OG

Nama Penanggung jawab : Tn. J

Diagnosa Medis :

GPA : G1P1A0AH1

2. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan Utama : nyeri pada luka operasi, dan juga perineum ketika bergerak dan batuk,

Riwayat Penyakit yang lalu : Tidak ada

3. RIWAYAT GINEKOLOGI

Usia Menarche : 12 Tahun

HPHT : 20 juni 2021

Siklus menstruasi : 7 hari Lama Menstruasi/ siklus : 6-7 hari

Gangguan Haid : Banyak Darah Haid : 2x ganti pembalut/ hari

Frekuensi : teratur

Nyeri haid : Ada

4. RIWAYAT SEKSUAL

Usia Berhubungan Seksual Pertama kali: 22 tahun.

Aktifitas Seksual : Aktif / Abstinence.

Gangguan Seksual : Tidak ada

5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA

13
Anak Hidup/ Usia Usia Jenis Masalah Teknik Jenis
ke 1 Mati Gestasi Ibu Persalinan Nifas Menyusui KB
Usia
Hidup 9 Normal -
1… Bulan (epsiotomi)

6. RIWAYAT KELUARGA

Pernikahan yang ke : 1 (pertama)

Penyakit Dalam Keluarga : Tidak ada

Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: Tidak ada

Gangguan Nifas Dalam Keluarga : Tidak ada

7. ASPEK PSIKOSOSIAL

- Respon Ibu Terhadap Kelahiran Bayi : Menerima

- Respon Keluarga Terhadap Kelahiran Bayi : Menerima

- Fase Taking In/ketergantungan : pasien merasa tidak nyaman pada dirinya, pasien mersa nyeri,
pada luka jahitan

- Fase Taking Hold/ rasa kuatir : pasien merasa kalau ia tidak dapat mengurus bayinya

- Fase Letting Go/menerima tanggung jawab :

- Post Partum Blues :

8. POLA FUNGSI

1. Nutrisi

- Sebelum sakit pola makan pasien baik yaitu pasien makan 3 kali sehari tidak ada pantangan
makanan,sering makan makanan selingan seperti rotidan makanan ringan lainya.

- Perubahan saat sakit, pasien mengatakan nafsu makan menurun kadang-kadang tidak
menghabiskan porsi makanan yang diberikan oleh petugas gizi. Kebutuhan cairan sebelum sakit
pasien mengatakan minum 7-8 gelas perhari,saat sakit asupan cairan diatur pasien diatur yaitu 1,5
liter selama 24 jam.

2. Eliminasi

- Sebelum sakit klien mengatakan, biasanya BAB 1x sehari dengan konsistensi kadang padat
dan kadang lembek, warna kuning kecoklatan/hitam, bau khas feces. BAK 4 – 5 x/hari, tanpa ada
kesulitan dalam proses eliminasi, BAK dengan warna kekuningan, bau khas urine

14
- Saat sakit ,klien mengeluh sulit kencing (BAK), BAK sedikit-sedikit dan tidak lancer, klien
mengatakan tidak nyaman karena terpasang kateter dimana kadang-kadang urine tampungnya
sebanyak 500 – 700 cc/hari, warna kuning jernih. BAB tidak pernah selama klien berada di
Rumah Sakit.

3. Pola Aktivitas

- Sebelum sakit klien mengatakan dapat beraktivitas dengan baik tanpa bantuan, klien dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari secara mandiri.

- Saat sakit : pasien megatakan jarang bergerak selama berada di rumah sakit karena mersa
nyeri dibagian abdomen dan perineum dan pasien mengatakan ia terpasang kateter jadi sulit
untuk bergerak.

4. Personal Hygiene

- pasien mandi satu kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, ganti pakian 2 kali sehari yang dibantu
oleh keluarga.

5. Pola Istirahat dan Tidur

- Sebelum sakit klien mengatakan dapat tidur nyenyak tanpa ada ganguan tidur siang jam
12.00-13.30 sedangkan tidur malam 20.00-06.00

- Saat sakit pasien mengatakan kesulitan dan suka terbangun tidur saat terasa nyeri dan batuk

B. Pemeriksaan Fisik
1. Tinggi badan:………156….cm. Berat badan:………78……kg.

2. TANDA VITAL

Pengukuran Hasil
Temperatur 36,7 ˚C
Nadi 82 x/menit
Pernapasan 22 x/menit
Tekanan darah 140/90 mmHg

3. MATA:

Konjungtiva: warna tampak pucat Kelainan: Tidak ada kelainan

4. WAJAH

Cloasma Gravidarum: ada/ tidak Kelainan: Tidak ada kelainan

15
5. MULUT & GIGI

Karies gigi: Tidak ada karies gigi tapi gigi berlubang Protesa : tidak ada protesa

Kelainan: tidak ada kelainan

6. LEHER:

Kelenjar tiroid: teraba/ tak teraba Kelainan: Tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening: membesar/tidak. Kelainan: Tidak ada kelainan

7. DADA

Organ Item Hasil


Payudara Bentuk Simetris / Asimetris
Pembengkakan Ada / tidak
Areola Membesar/ tidak
Pigmentasi / tidak
Puting susu Membesar / tidak
Bentuk Menonjol / datar / masuk
Colostrum Ada / tidak
Kelainan Tidak ada kelainan
Paru Bunyi Vesikuler
Kelainan Tidak ada kelainan

Jantung Bunyi Terdengar bunyi S1 dan


Frekuensi Denyut S2
Jantung …112….x / menit.
Reguler / irregular
Kelainan
Tidak ada kelainan

8. ABDOMEN

Striae Gravidarum : Ada / tidak

Linea Alba : Ada / tidak

Leopold Item Hasil


Leopold I TFU 3 jari bawah
processus xypoideus

Ukuran Kepala / bokong


Bagian di Fundus 3-4..cm.

16
Perkiraan Usia
Kehamilan ……40………minggu

Kelainan ……Tidak ada


kelainan……………..

Leopold II Letak punggung Kanan / kiri


Bagian kecil Kanan / kiri
Denyut Jantung …144....x / menit
Janin …Tidak ada
Kelainan kelainan……

Leopold III Bagian di bawah Kepala / bokong


Engagement Masuk / belum
Kelainan Tidak ada kelainan

Leopold IV Kepala janin vs PAP Konvergen /


Kelainan devergen
……Tidak ada
kelainan……………

9. PANGGUL LUAR:

Bentuk : ……………………………………..

Ukuran : ………………………………………

Kelainan : ………………………………………

10. GENITO URINARIA

VULVA & PERINEUM

Tanda Chadwick : Ada / tidak

Pembengkakan vulva : Ada / tidak

Keluaran : Lendir / lendir + darah / darah

Jumlah : ……2…….ml. Banyak / sedikit

PERIKSA DALAM

Portio : tipis/ tebal

Lunak / kaku

Dilatasi Servix : ………cm.

17
Keluaran : Lendir / lendir+darah / darah.

Kelainan : Tidak ada

KANDUNG KEMIH : Penuh / kosong.

11. EKSTREMITAS

Oedema : Ada / tidak

Varises : Ada / tidak

Refleks Patella : Positif / Negatif

C. Pemeriksaan Laboratorium

1. URINE

Protein Uria : positif / negative

Kelainan : Tidak ada kelainan

2. Hb : ………5,6………mg/dL

Kelainan : Tidak ada kelainan

ANALISIS DATA

Problem Etiologi Symptom


kekurangan volume cairan Kehilangan volume tubuh DS:
secara,aktifakibat perdarahan - Pasien mengatakan
mengalami perdrahan
setelah melahirkan.
DO:
- Pasien tampak pucat,
turgor kulit kering, bibir
kering, dan kedua kaki
pasien tampak oedem.

- pasien terpasang infus


RL,

ganguan rasa aman nyaman : penekanan/kerusakan jaringan , DS:


nyeri infiltrasi - pasien menagatakan

18
nyeri pada bagian
abdomen yaitu luka
operasi,dan juga
perineum saat pasien
bergerak dan juga pada
pasien,batuk.

DO:
- Wajah pasien tampak
meringgis kesakitan
ketika batuk dan
membalikan badan.

- skala nyeri 4-6 yaitu


nyeri sedang

Resiko infeksi Cedera fisik DS: pasien mengatakan


luka belum diganti kasa
dan terasa sakit.

DO:
- Terdapat luka operasi
pada bagian perut pasien
dan keadaan luka
tersebut bernanah,

- selain itu juga terdapat


luka episiotomy pada
jalan lahir pasien.

hambatan mobilisasi fisik Cedera fisik DS:


- pasien mengatakan
tidak bisa mengerakan
tubuh dan juga duduk
karena terasa sakit pada
luka operasi, dan juga
luka episetomy.selain itu
pasien juga mengeluh
pusing.

DO:
- Pasien terbaring
ditempat tidur, dengan
semua kebutuhan dibantu
oleh perawat dan juga
keluarga.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS:


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume secara aktif
akibat perdarahan.
2. Ganguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan cedera fisik
(penekanan/kerusakan jaringan , infiltrasi)
19
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan
tubuh, penurunan Hb
4. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan cedera fisik.

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


1 Defisit - Setelah - Awasi - untuk Jam 9.00 S : Ibu
volume membantu - Mengawasi
cairan dilakukan masukan dan mengatakan tidak
berhubungan perkiraan masukan dan
tindakan,kepe haluaran, ukur perdarahan lagi
dengan keseimbangan haluaran, ukur
kehilangan ra watan volume darah dan kateter telah
volume cairan pasien volume darah yang
pasienmampu yang keluar dibuka.
secara aktif
keluar melalui
akibat mempertahan melalui
perdarahan - untuk perdarahan
k an volume perdarahan O:
Ditandai menghindari
dengan : cairan selama - TD ; 130/800
perdarahan - Menghindari
DS: Pasien dalam - Hindari mmHg,
yang trauma dan
mengatakan trauma dan S :37,5
perawatan berlebihan
mengalami pemberian tekanan
perdrahan Kriteria hasil : pemberian N: 85 kali
setelah berlebihan pada
1. Turgor tekanan - agar dapat permenit,
melahirkan. daerah yang
kulit baik berlebihan mengindikasika - pasien tampak
DO: mengalami
(elastis) pada daerah n devisit pucat
- Pasien
perdarahan
tampak yang volume cairan - Hemoglobin
pucat, turgor
untuk
kulit kering, 2. Intake dan mengalami - Memantau TTV pasien 6,9 g/dl,
bibir kering, mengetahui
dan kedua output dalam perdarahan Evaluasi nadi
tanda dehidrasi
kaki pasien rentang perifer, dan A : Masalah
tampak
oedem. normal - Pantau TTV pengisian kapiler, belum teratasi
- untuk
Evaluasi nadi kaji turgor kulit dan
- pasien mengetahui
terpasang 3. TTVdalam perifer, dan kelembaban P : Lanjutkan
perubahan
infus RL, Intervensi
rentang pengisian status cairan membran mukosa
normal kapiler, kaji atau elektrolit
turgor kulit dan - Memperhatikan

kelembaban - untuk keluhan haus pada

membran mengembalika pasien


n kehilangan

20
mukosa darah - Kolaborasikan
pemberian
- perhatikan transfusi darah (Hb,
keluhan haus Hct) dan trombosit
pada pasien sesuai indikasi

- Kolaborasi
berikan
transfusi darah
(Hb, Hct) dan
trombosit
sesuai indikasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


2 Gangguan - Dalam - Lakukan - untuk Jam 9.00 S : pasien
rasa mengetahui - Melakukan
perawatan 1 x pengkajian nyeri mengatakan ia
nyaman :
21
nyeri 24 jam, nyeri secara lokasi, pengkajian nyeri sudah merasa
berhubungan klien dapat komprehensif : karakteristik, secara
dengan nyaman karena
cedera fisik berkurang atau termasuk lokasi, durasi, komprehensif : luka sudah
Ditandai hilang Kriteria karakteristik, frekuensi, termasuk lokasi,
dengan : dibersihkan dan
hasil : durasi, kualitas nyeri karakteristik, durasi,
diganti kasa
DS: pasien 1. Klien tidak frekuensi, frekuensi, kualitas
menagatakan
nyeri pada meringis kualitas nyeri - untuk nyeri
O:
bagian kesakitan mengetahui
abdomen - luka operasi
yaitu luka - Observasi reaksi non - Mengobservasi
operasi,dan pada bagian
2. Klien reaksi non verbal pasien reaksi non verbal
juga abdomen tampak
perineum menyatakan verbal dari dari
bersih
saat pasien nyerinya ketidaknyamana - untuk
bergerak dan ketidaknyamanan - tidak ada nanah
berkurang n Ajarkan teknik mengurangi
juga pada Ajarkan teknik non dan mengeluarkan
pasien,batuk. non farmakologi nyeri
farmakologi : napas darah
3. Ekspresi : napas dalam,
DO :
dalam, distraksi dan
- Wajah muka dan distraksi dan - untuk
pasien kompres hangat A : Masalah
tubuh rileks kompres hangat mengetahui
tampak
meringgis perubahan teratasi sebagian
kesakitan - Memberikan obat
- Kolaborasi tandatvital
ketika batuk
dan pemberian obat sebelum dan yaitu analgesic P : Lanjutkan
membalikan analgetik sesuai sesudah Intervensi
badan.
indikasi pemberian - Memonitor vital
- skala nyeri analgetik sign sebelum dan
4-6 yaitu
nyeri sedang - Monitor vital sesudah pemberian
sign sebelum analgetik
dan sesudah
pemberian
analgetik

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


3 Resiko tinggi - setelah - Cuci tangan - untuk Jam 9.00 S : pasien
infeksi,berhu mencegah - Mencuci tangan
dilakukan sebelum mengatakan masih
bungan tidak
sebelum melakukan
22
adekuatnya tindakan melakukan terjadinya tindakan. terasa nyeri apabila
pertahanan keperawatan infeksi silang pasien banyak
tubuh/sistem tindakan. Pengunjung juga
imun dan selama 3x24 Pengunjung dianjurkan untuk bergerak dan juga
penurunan jam diharapkan - untuk batuk.
Hb Ditandai juga melakukan hal
dengan : infeksi tidak menurunkan
dianjurkan yang sama.
terjadi. Kriteria atau O:
DS: pasien untuk
mengatakan hasil: mengurangi - Pasien Sudah
melakukan hal - Menjaga personal
luka belum - Klien mampu adanya bisa membalikan
diganti kasa yang sama. hygine klien
dan terasa mengidentifika organisme badan
sakit. dengan baik
si dan hidup. - dapat duduk
berpartisipasi - Jaga personal
DO: tetapi tampak
- Terdapat dalam hygine klien - untuk - Memonitor
meringgis kesakitan
luka operasi
pencegahan dengan baik meningkatan temperatur atau apabila batuk dan
pada bagian
perut pasien infeksi. suhu suhu tubuh pasien bergerak.
dan keadaan
- Monitor merupakan
luka tersebut
bernanah, - Tidak temperatur atau tanda - Mengkaji semua A : Masalah
menunjukkan suhu tubuh terjadinya system tubuh untuk
- selain itu teratasi sebagian
juga terdapat tanda-tanda infeksi melihat tandatanda
pasien
luka
infeksi dan
episiotomy infeksi. P : Lanjutkan
pada jalan penyembuhan - untuk
lahir pasien. - Kaji semua Intervensi
luka mencegah/men
system tubuh - Memberikan
berlangsung gura ngi
untuk melihat antibiotik
normal terjadinya
tandatanda
resiko infeksi,
infeksi.

- Kolaborasi
pemberian
antibiotik bila
diindikasikan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


4 Hambatan - setelah - Kaji TTV dan - mengetahui Jam 9.00 S : pasien
mobilisasi tingkat - Mengkaji TTV
fisik dilakukan derajat mengatakan kalau
berhubungan kemampuan dan derajat
tindakan mobilisasi ia sudah dapat
23
dengan keperawatan pasien. klien dalam mobilisasi pasien. duduk sendiri
cedera fisik melakukan
Ditandai selama 2x24 tetapi belum bisa
dengan : jam di - Bantu klien aktivitas - Membantu klien kekamar mandi.
DS: pasien harapkan mulai latihan mulai latihan gerak
mengatakan - untuk
pasiendapat gerak dari dari posisi duduk. O:
tidak bisa meningkatkan
mengerakan meningkatkan posisi duduk. - pasien tampak
tubuh dan mobilisasi
kemampuan - Menganjurkan lemah
juga duduk pasien secara
karena terasa mobilisasi - Anjurkan klien untuk tidur - sudah dapat
sakit pada bertahap
klien untuk kembali jika saat duduk dan juga
luka operasi, fisik,sesuai mencegah
dan juga luka tidur kembali duduk terasa nyeri dapat miring kiri,
kemampuan. terjadinya
episetomy.sel dan juga
ain itu pasien Kriteria hasil jika saat duduk redressing.
juga kanan,tetapi belum
yaitu: terasa nyeri - Menganjurkan
mengeluh bisa kekamar
pusing. - Klien dapat - Agar luka Anjurkan klien
mandi.
melakukan - Anjurkan pasien tidak untuk merubah
DO :
- Pasien klien untuk terinfeksi dan posisi 2 jam sekali.
aktifitas A : Masalah
terbaring
merubah posisi mencegah,terja
ditempat ditempat tidur belum teratasi
tidur, dengan 2 jam sekali. dinya
semua
komplikasi.
kebutuhan - Klien P : Lanjutkan
dibantu oleh
perawat dan mengerti Intervensi
juga tujuan dan
keluarga.
peningkatan
mobilisasi
fisik.

- Klien
mampu
mengungkapk
an perasaan
dalam
meningkatkan
kemampuan
berpindah.

24
25
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNAI
PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS PROFESI NERS
RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
FORMAT PENDIDIKAN KESEHATAN

TOPIK TUJUAN TUJUAN MATERI KEGIATAN MEDIA/ALAT REFERENSI EVALUASI


INSTRUKSIONAL INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN BANTU
UMUM KHUSUS
Perdarahan Setelah mengikuti Setelah mengikut 1. Pengertian perdarahan Ceramah dan Tanya Leaflet www.academia.ed
Post penyuluhan diharap penyuluhan: post partum: jawab u
Partum ibu dapat lebih a. Ibu dapat Perdarahan post partum
mengerti dan menyebutkan adalah hilangnya darah Hamilton, Persisi
memahami tentang pengetian Perdarahan lebih dari 500ml dalam Mery.
Perdarahan Postpartum. 24 jam pertama setelah 1995. Dasar-Dasar
Postpartum. b. Ibu dapat lahirnya bayi. Keperawatan
menyebutkan 2. Penyebab Maternitas. Jakarta:
penyebab Perdarahan Post EGC
PerdarahanmPostpartu Partum:
m. a) Kontraksi uterus Salman Skp dkk. 1993.
Asuhan Keperawatan
c. Ibu dapat melemah.
Pada Ibu Hamil Dalam
menyebutkan Tanda b) Tissue: sisa plasenta, Kontek Keluarga.
dan gejala Perdarahan plasenta akreta,
Depkes RI
Postpartum. retensio sisa
d. Ibu dapat plasenta.
Varney, Helen. 2001.
menyebutkan c) Trauma : perlukaan Buku Saku Bidan.
komplikasi Perdarahan jalan lahir, vagina Jakarta: EGC
Postpartum. hematoma, rupture
e. Ibu dapat uterus.
menyebutkan d) Thrombin: kelainan
Penanganan pembekuan darah
Perdarahan 3. Tanda dan gejala
Postpartum perdarahan post
partum:
Gejala klinis yang
mungkin terjadi adalah
kehilangan darah dalam
jumlah banyak (500ml),
nadi lemah, pusing,
haus, pucat, lochea
warna merah, gelisah,
letih, tekanandarah
rendah, ekstremitas
dingin, dapat pula terjadi
syok hemoragik.
4. Komplikasi
perdarahan post
partum:
a) Anemia yang dapat
memperlemah
kondisi klien,
menurunkan daya
tahan tubuh dan
menjadi faktor
predisposisi
terjadinya infeksi
nifas.
b) Kematian akibat
kehilangan darah
yang tidak dapat
ditangani.
5. Penanganan
perdarahan post
partum:
Penatalaksanaan
Perdarahan Post Partum
a) Penatalaksanaan
Medis
1. Terapi Medis yang
dapat
digunakana :Metherg
ine 0,2mg peroral
setiap 4 jam
sebanyak 6 kali.
2. Dukung dengan
analgesik bila terjadi
kram.
3. Pitocin 10-20 unit
dalam 1000 cc cairan
IV.
4. Methergine 0,2 mg
IM bila tidak ada
riwayat hipertensi.
5. Prostin supositoria
pervagina, uterus
atau rectum.
6. Bila perdarahan terus
berlanjut beri
Hernabate 1 ampul
per IM setiap 5
menit sebanyak tiga
kali.
7. Berikan dosis
pertama 10 menit
setelah pemberian
Prostin.
b) Penatalaksanaan
Keperawatana:
1) Tekan segmen uterus
bagian bawah dan
keluarkan bekuan
darah.
2) Periksa konsistensi
uterus bila terjadi
atonia, pijat uterus.
3) Bila tidak ada
respon, lakukan
kompresi bimanual.
4) Lanjutkan kompresi
bimanual dan pantau
syok serta tanda
TTV.
5) Bila terjadi tanda-
tanda syok berikan
infuse RL dengan
cepat.
6) Baringkan pasien
dengan kaki sedikit
dinaikkan.
7) Berikan oksigen
melalui masker.
8) Jaga pasien agar
tetap hangat, beri
selimut.
9) Pantau tanda-tanda
vital.
DAFTAR PUSTAKA

Chalik TMH. (2000). Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika, 1997.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD. Uterine
Leiomvomas. (2005). In : William Obstetrics 22nd edition. Mc Graw-Hill.
NewYork.
Dongoes, Marilynn E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta. Faisal.
(2008). Pendarahan Pasca Persalinan. Diakses : 12 Maret 2014, dari :
http://www.scribd.com/doc/8649214/ PENDARAHAN-PASCA-PERSALINAN.
Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta.
Manuaba. (2003). Kepanitraan Klinik Obsetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Mochtar, R. (1995). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri patologi. Jakarta : EGC
Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Saifuddin, AB. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sheris, J. (2002). Out Look : Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Edisi Khusus. PATH.
Seattle.
Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta : EGC
Winkjosastro H, Hanada. (2005). Perdarahan Pasca persalinan. Diakses : 12 Maret 2014
dari : http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt12.html [update : 1
Februari 2005].

30

Anda mungkin juga menyukai