Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS

PERDARAHAN ANTERPARTUM

Frederik simare mare

2153003

UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA


BANDUNG
2021
Perdarahan Antepartum

a. Definisi Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi


setelah kehamilan 28 minggu.Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2011: 187).

b. Klasifikasi Perdarahan Antepartum


1) Plasenta previa
a) Pengertian Plasenta Previa Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagaian dari ostium uteri
internum sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani dan Eka, 2013:136).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum (Sastrawinata, et al, 2005:83). Sejalan dengan bertambah
membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut berimigrasi.Ostium uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala 1 bisa mengubah luas pembukaan serviks yang
tertutup oleh plasenta.Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta
previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal,
baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital.Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun intranatal
(Prawirohardjo, 2010:495).

b) Klasifikasi Plasenta Previa


Menurut Prawirohardjo (2010), klasifikasi plasenta previa adalah sebagai berikut: (1) Plasenta
previa totalis Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum. (2) Plasenta previa parsialis Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang
menutupi sebagian ostium uteri internum. (3) Plasenta previa margnalis Plasenta previa
margnalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum. (4) Plasenta
previa letak rendah Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2
cm dari ostium uteri internum.Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

c) Insiden Plasenta Previa


Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 30
tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.Uterus
bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah
dilaporkan insidennya berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidensinya lebih
rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas
tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan
deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi (Prawirohardjo, 2010:496)

d) Etiologi Plasenta Previa


Faktor-faktor etiologi plasenta previa menurut beberapa sumber, adalah sebagai berikut:
(1) Umur dan paritas
(a) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun.
Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah diantara 20-35 tahun.
Pada usia <20 tahun organ reproduksi seorang wanita belum siap untuk menerima kehamilan
demikian juga dengan jaringan endometriumnya. Ketidaksiapan jaringan endometrium inilah
yang dapat mengakibatkan jaringan plasenta akan melebar diri untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi janin, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum (Trianingsih, I,
dkk, 2015). Sementara itu pada usia >35 tahun ibu hamil beresiko terjadinya plasenta previa
karena adanya penuaan uterus, sehingga terjadi seklerosis pembuluh darah arteri kecil dan
arteriole mometrium yang menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga
endometrium menjadi kurang subur dan plasenta tumbuh dengluas permukaan yang lebih besar,
untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat, yang akhirnya menyebabkan terjadinya plasenta
previa (Hartono, F, dkk, 2011).
(b) Lebih sering paritas tinggi dari pada paritas rendah. Hipoplasia endometrium: bila menikah
dan hamil pada umur muda. Paritas lebih dari satu mempertinggi resiko terjadinya plasenta
previa karena dalam kehamilan plasenta mencari tempat yang paling subur untuk berimplantasi.
Pada kehamilan pertama fundus merupakan tempat yang subur dan tempat favorit untuk
plasenta berimplantasi, tetapi seiring bertambahnya frekuensi kehamilan kesuburan pada fundus
akan semakin berkurang (Trianingsih, I, dkk, 2015). Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman
bila di tinjau dari kasus kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian
ibu tinggi (Herawati, T, dkk, 2009)

(2) Endometrium cacat dan bekas persalinan berulangulang, bekas operasi, bekas kuretase, dan
manual plasenta. Pada operasi seksio caesarea dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga
dapat mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal
tersebut dapat mengakibatkan aliran darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta
mencari tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih baik untuk berimplantasi yaitu di
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum,
demikian pula dengan bekas operasi, kuretase dan manual plasenta (Trianingsih, I, dkk, 2015).
(3) Korpus leteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi
(4) Tumor, seperti tumor mioma uteri, polip dan endometrium
Plasenta previa dapat disebabkan oleh tumor dalam hal ini mioma uteri dan polip endometrium
karena basanya mioma dan polip tersebut tumbuh pada fundus uteri sehingga dalam kehamilan
plasenta akan mencari tempat yang masih tersedia untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah
rahim sehingga menutupi ostium uteri internum. Di samping itu tumor yang membesar dalam
uterus dapat menekan plasenta sehingga bergeser dan menutupi ostium uteri internum
(Trianingsih, I, dkk, 2015).

e) Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen
bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trimester
ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan.Pelebaran segmen
bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat
di hindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti pada plasenta letak normal (Nugroho, 2010: 126).

f) Gejala dan Dampak pada Ibu dan Janin Gejala dan dampak yang dapat terjadi pada ibu dan
janin dengan kasus plasenta previa adalah sebagai berikut:
(1) Gejala Gejala-gejala plasenta previa ialah perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi pada malam
hari saat pembentukan segmen bawah rahim, bagian terendah masih tinggi diatas pintu atas
panggul (kelainan letak). Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala. Biasa
perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus,
perdarahan pada plasenta previa di sebabkan karena pergerakan antara plasenta dengan dinding
rahim.Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim,
kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul, karena hal tersebut di atas, juga ukuran
panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak(Rukiyah,
2010:205-206).
(2) Dampak
(a) Bahaya pada ibu dengan plasenta previa jika terjadi, yaitu perdarahan yang hebat, Infeksi
sepsis dan emboli udara
(b) Sementara bahaya untuk janinnya antara lain yaitu Hipoksia, Perdarahan dan syok
(Maryunani, 2013:138)

g) Penegakan diagnosis Penegakan diagnosis plasenta previa adalah sebagai berikut: (1) Gejala
klinis Pertama ialah kita mengetahui gejala klinisnya terlebih dahulu, gejala diantaranya yaitu:

(a) Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya,
berulang, darah biasanya berwarna merah segar.
(b) Bagian terdepan janin tinggi (floating) sering di jumpai kelainan letak janin.
(c) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Janin biasanya masih baik

Patofisiologi
Placenta previa diawali dengan implantasi embrio ( embryonic plate) pada bagian bawah
( kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya placenta, placenta yang telah
berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vascularisasi desidua
yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.

Klasifikasi Placenta Previa

Ada 4 jenis placenta previa berdasarkan letaknya (Cunningham, 2010)


a) Placenta previa totalis yaitu ostium internum tertutup sama sekali oleh jaringan
placenta,
b) Placenta previa parsialis yaitu ostium internum tertutup sebagian oleh jaringan plasenta
c) Placenta previa marginalis dimana tepi plasenta terletak pada bagian pinggir ostrium
internum dan
d) Placenta letak rendah yaitu placenta tertanam dalam segmen bawah uterus, sehingga
tepi placenta sebenarnya tidak mencapai ostium internum tetapi sangat berdekatan
dengan ostium tersebut.

Tanda dan Gejala


Gejala yang paling khas dari placenta previa adalah perdarahan pervaginam tanpa disertai
rasa nyeri, warna darah merah segar, dan jumlahnya tidak banyak. Menurut FKUI (2000) tanda
dan gejala placenta previa adalah:
▪ Perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang
▪ Darah biasanya berwarna merah segar
▪ Terjadi saat tidur atau melakukan aktivitas
▪ Bagian terendah janin tinggi
▪ Perdarahan biasanya berulang

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis placenta previa adalah dengan
USG sudah tercapai tujuan untuk menegakan diagnosa. Walaupun masih banyakpemeriksaan
radiologi yang dapat digunakan , secara sederhana USG dapat dipercaya untuk menegakan
diagnosa.

Penatalaksanaan

1. Penanganan Ekspektif
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir premature, pasien di rawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Dilakukan pemantauan klinis secara
ketat. Adapun kriteria pasien untuk penanganan ekspektif adalah:
a. keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih
b. kehamilan pre term ( < 37 minggu) dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti
c. belum ada tanda-tanda in partu
d. janin masih hidup.

Rencana terapi yang dapat diberikan adalah:


a. rawat inap dan tirah baring
b. berikan antibiotik profilaksis
c. pemberian carian parenteral ( Dextrose 5% atau elektrolit)
d. bethamethason 24 mg iv untuk pematangan paru janin
e. pemeriksaan USG sebagai pemantauan kondisi janin dan posisi placenta
f. monitoring perdaraha
2. Penanganan Aktif
Kriteria pasien untuk penanganan aktif antara lain:
a. umur kehamilan ≥ 37 minggu
b. BB janin ≥ 2500 gram
c. Ada tanda-tanda persalinan
d. Kondisi umum pasien kurang baik dan atau anemis

Penyelesaian masalah placenta previa dapat dipilihkan tindakan dibawah ini yaitu:
a. Sectio caesaria
Prinsip utama tindakan sectio caesaria adalah menyelamatkan jiwa ibu. Sedangkan tujuan
utama tindakan sectio caesaria adalah:
- Melahirkan janin dengan segera
- Menghindari kemungkinan robekan uterus
- Meminimalkan terjadinya robekan pada tempat implantasi placenta (
b. Partus pervaginam
Dilakukan pada kasus placenta previa lateralis atau marginalis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau premature.

Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang dapat timbul menurut Manuaba, 2010 adalah:
a. Placenta abruptio. Pemisahan placenta dari dinding rahim
b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi
c. Placenta akreta, placenta inkreta dan placenta perkreta
d. Prematur atau kelahiran bayi kurang bulan ( < 37 minggu)
e. Kecacatan pada bayi

1. Solutio Placenta

Definisi

Solutio placenta adalah terlepasnya placenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus, sebelum janin dilahirkan ( Sarwono P, 2009). Solutio lacenta adalah pelepasan
sebagian atau seluruh placenta yang normal implantasinya antara minggu ke 22 sampai
lahirnya anak (Saefuddin AB, 2006).

Dari kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa solutio placenta adalah
pelepasan placenta dari tempat implantasinya yang normal sebelum waktu persalinan

Etiologi

Penyebab pasti solutio placenta adalah belum pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang
menjadi pemicu terjadinya solutio placenta adalah:
a. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi adalah:
- Dekompresi uterus pada hidramnion dan gemelli
- Tarikan tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin, versi luar atau
tindkan pertolongan persalinan.
- Trauma langsung abdomen
b. Faktor kardiorenovasculer
- hipertensi pada kehamilan
- penyakit glomerulonefritis kronik
- sindrome pre eklampsia/eklampsia
- tekanan pada pada vena cava inferior
c. Faktor ibu
a) Usia
Peningkatan kejadian solutio placenta seiring dengan peningkatan usia ibu.
Semakin tua usia ibu maka kejadian malformasi pembuluh darah semakin tinggi,
sehingga menjadi faktor yang memperbesar terjadinya hipertensi menahun
b) Paritas ibu
Kasus solutio placenta lebih banyak ditemukan pada multigravida, karena semakin
tinggi paritas ibu maka kondisi endometrium semakin kurang baik
c) Kebiasaan
- Kebiasaan merokok
Ibu yang memiliki kebiasaan merokok dapat menyebabkan abnormalitas
pada mikrosirkulasi, kondisi ini menyebabkan placenta tipis dengan
diameter yang luas sehingga rentan terjadi abruptio/lepas.
- Faktor penggunaan kokain
Penggunaan kokain dapat meningkatkan pengeluaran katekolamin yang
dapat menstimulasi terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah, vasospasme
uteroplacental dapat menjadi penyebab terlepasnya placenta.
d. Riwayat solutio placenta sebelumnya
Ibu yang memiliki riwayat kehamilan dengan solutio placenta, maka akan
meningkatkan resiko berulangnya kejadian solutio placenta pada kehamilan berikutnya.

Patofisiologi
Solutio placenta diawali dari terjadinya perdarahan didalam desidua basalis. Decidua basalis
kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat pada endometrium.
Akibatnya, proses ini pada tahap awalmemperlihatkan sebagai bentuk hematome desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan dan akhirnya destruksi placenta yang ada didekatnya. Pada
tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.
Terkadang arteri spiralis mengalami ruptur sehingga menyebabkan hematom retroplacental.
Seiring dengan waktu hematom ini membesar dan mengakibatkan semakin banyaknya
pembuluh darah dan jaringan placenta terlepas. Bagian placenta yang memisah dapat dengan
cepat meluas dan mencapai tepi placenta.
Karena uterus masih teregang dengan hasil konsepsi, maka uterus tidak dapat berkontraksi
untuk menjepitpembuluh darah yang robek. Darah yang keluar dapat memisahkan selaput
ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai perdarahan pervaginam atau
perdarahan yang terakumulasi di dalam uterus. Klasifikasi Solutio Placenta
Kejadian solutio placenta ini dapat dibedakan menjadi:

a. Solutio placenta ringan


Terjadi ruptur sinus marginalis, bila terjadi perdarahan pervaginam akan berwarna
merah kehitaman. Perut terasa agak sakit dan terus menrus agak tegang. Tetapi bagian
janin masih teraba

b. Solutio placenta sedang


Placenta telah terlepas seperempat sampai dua per tiga luas permukaan placenta. Tanda
dan gejala dapat timbul pelahan atau mendadak dengan gejala nyeri perut terus
menerus, nyeri tekan, bagian janin sulit teraba, BJA sulit didengar. Pada kondisi ini bisa
terjadi kelainan pembekuan darah.

c. Solutio placenta berat


Placenta telah lepas 2/3 atau lebih dari luas permukaan placenta, terjadi tiba-tiba dan
ibu bisa mengalami syock dan janin meninggal.

Komplikasi
Komplikasi solutio placenta tergantung dari luasnya placenta yang terlepas,usia kehamilan
dan lamanya solusio placenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
a. Syock perdarahan
b. Gagal ginjal
c. Kelainan pembekuan darah
d. Apoplexi uteroplacenta ( uterus couvelaire)
Pada solusio yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan dibawah
perimetrium dan juga ligamen latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas dan warna uterus menjadi ungu ( uterus couvelaire)

Penanganan
a. Konservatif. Menunda kelahiran sampai janin matur jika solutio placenta derajat ringan.
b. Aktif. Sectio caesaria menjadi pilihan utama untuk melahirkan janin secara cepat.

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien


dengan anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik:

1) Identitas
Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien. Hasil temuan biasanya
pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20 tahun dan > 35 tahun.

2) Keluhan utama

▪ Keluhan yang paling sering muncul pada penderita perasaan sakit di perut secara tiba-
tiba, perdarahan pervaginam yang datang tiba-tiba, warna darah bisa merah segar atau
bekuan darah kehitaman.

▪ Kepala terasa pusing hebat, mual muntah, mata berkunang-kunang, badan lemas

▪ Adanya riwayat trauma langsung pada abdomen

▪ Pergerakan anak yang lain dari biasanya (cepat, lambat atau berhenti)

3) Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan.

4) Riwayat penyakit dahulu

Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi pemicu
munculnya placenta previa atau solutio placenta, misalnya:

▪ Riwayat tekanan darah sebelum hamil, riwayat pre eklampsia/eklampsia

▪ Riwayat solusio placenta pada kehamilan sebelumnya

▪ Riwayat hipertensi sebelumnya

5) Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga

6) Riwayat perkawinan

Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali menikah dan
berapa usia pernikahan saat ini

7) Riwayat obstertri

a. Riwayat haid

Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat haid dan HPHT

b. Riwayat kehamilan

Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini. Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat
hamil, hasil pemeriksaan leopold, DJJ, pergerakan anak

8) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus obstetri harus
dapat ditemukan:

a. Kepala leher

▪ Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut

▪ Kaji expresi wajah klien (pucat, kesakitan)

▪ Tingkat kesadaran pasien baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kesadaran


kuantitatif diukur dengan GCS.

▪ Amati warna sklera mata (ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata (anemis
ada/tidak)

▪ Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping hidung,
deformitas tulang hidung

▪ Amati kondisi bibir (kelembaban, warna, dan kesimetrisan)

▪ Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis

b. Thorak

1. Paru

Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan, inspeksi pengembangan


kedua rongga dada simetris/tidak, auskultasi dan identifikasi suara nafas pasien.

2. Jantung dan sirkulasi darah

Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung denyut nadi, identifikasikan kecukupan


volume pengisian nadi, reguleritas denyut nadi, ukurlah tekanan darah pasien saat
pasien berbaring/istirahat dan diluar his. Identifikasikan ictus cordis dan auskultasi
jantung identifikasi bunyi jantung.

3. Payudara

Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting masuk, menonjol, atau tidak) ,
kebersihan payudara dan produksi ASI.

c. Abdomen
▪ Kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan/tidak

▪ Lakukan pemeriksaan leopold 1-4

▪ Periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit

▪ Amati ada striae pada abdomen/tidak

▪ Amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his

▪ Ada tidaknya nyeri tekan

d. Genetalia

▪ Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pervagina

▪ Lakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil serviks bisa sudah terbuka atau
tertutup, jika sudah maka serviks akan menonjol.

e. Ekstremitas

▪ Kaji ada tidaknya kelemahan

▪ Capilerry refill time

▪ Ada tidaknya oedema

▪ Kondisi akral hangat/dingin

▪ Ada tidaknya keringat dingin

▪ Tonus otot, ada tidaknya kejang

f. Pemeriksaan obstetri

Dituliskan hasil pemeriksaan leopold dan DJJ janin

g. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

▪ Albumin urine (+), penurunan kadar HB

▪ Pemeriksaan pembekuan darah tiap 1 jam

b. Pemeriksaan USG

▪ Tampak tempat terlepasnya plasenta


▪ Tepian placenta

▪ Darah

Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan ditegakan dengan panduan Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia ( lihat SDKI ) Beberapa diagnosis yang dapat di tegakan berdasarkan SDKI, 2017
adalah

1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologi

2) Ansietas b/d krisis situasional

3) Berduka b/d kehilangan/kematian janin

4) Resiko hipovolemia b/d perdarahan pervaginam

5) Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif/perdarahan

6) Gangguan ibu dan janin b/d penurunan suplai oksigen uteroplasental

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Berduka Setelah Manajemen dukungan


berhubungan dilakukan emosional
dengan kehilangan tindakan
janin yang ditandai keperawatan ▪ Lakukan BHSP -
dengan ibu kondisi Jadilah pendengar Rasa percaya
mengatakan bahwa berduka terbaik bagi pasien meningkatkan tingkat
anak yang menurun kooperatif pasien
dikandungnya dengan
sangat diharapkan, kriteria:
▪ Dorong pasien
ibu tampak Menjadi pendengar
● Perasaan mengungkapkan
menangis, sedih, terbaik menurunkan
sedih perasaannya
ibu tampak selalu konfrontasi dan
menitikan air mata pasien
meningkatkan
jika ditanya tentang menurun
kepercayaan pasien ke
kondisinya, ibu perawat
hanya berdiam diri ● Aktivitas
saja di tempat tidur. pasien
meningkat
Bercerita tentang
● Harapan perasaan akan
masa ▪ Diskusikan dengan meningkatkan semangat
depan pasien aktivitas yang hidup pasien
pasien dapat membangkitkan
meningkat semangat pasien

Manajemen spiritual Doa menjadi sarana


komunikasi individu ke
▪ Dampingi pasien yang Maha pencipta
berdoa bersama

Pemenuhan kebutuhan
rohani dapat
meningkatkan rasa
▪ Dampingi dan syukur dan rasa
konsultasikan klien penerimaan pasien
ke pemuka agama

Harapan dalam
kehidupan merupakan
unsur kebutuhan spritul
pasien.
▪ Dorong dan
diskusikan bersama
pasien tentang
harapanharapannya
a. Kaji tingkat nyeri Dengan mengkaji tingkat
2 Nyeri akut b/d agen Setelah yang dirasakan klien. nyeri, kapan nyeri
pencedera fisiologi dilakukan dirasakan oleh klien
tindakan dapat disajikan sebagai
keperawatan dasar dan pedoman
nyeri pasien dalam merencanakan
berkurang dan tindakan keperawatan
pasien merasa selanjutnya.
nyaman.
Dengan memberikan
penjelasan pada klien
b. Jelaskan pada klien diharapkan klien dapat
penyebab nyeri. beradaptasi dan mampu
mengatasi rasa nyeri
yang dirasakan klien.

Peregangan luka dapat


meningkatkan rasa nyeri.

c. Atur posisi nyaman


menurut klien tidak
menimbulkan
peregangan luka.

Dengan mengalihkan
perhatian klien,
d. Alihakan perhatian
diharapkan klien tidak
klien dari rasa nyeri
terpusatkan pada rasa
dengan mengajak
nyeri.
klien berbicara

Dengan teknik nafas


e. Anjurkan dan latik
dalam diharapkan
klien teknik relaksasi
pemasukan oksigen ke
nafas dalam.
jaringan lancar dengan
harapan rasa nyeri dapat
berkurang.

Dengan
mengontrol/mengukur
vital sign klien dapat
f. Control vital sign.
diketahui kemunduran
atau kemajuan keadaan
klien untuk mengambil
tindakan selanjutnya.
g. Kolaborasi dengan Analgetik dapat menekan
dokter dalam pusat nyeri sehingga
memberikan nyeri dapat berkurang
analgetik.

a. Anjurkan klien untuk


3 Resiko Setelah membatasi pergerakan Pergerakan yang banyak
hipovolemia b/d dilakukan dapat mempermudah
perdarahan tindakan pelepasan plasenta
pervaginam keperawatan sehinggadapat terjadi
tidak terjadi perdarahan.
perdarahan
ulang.
Dengan mengukur
tanda3tanda vital dapat
b. Kontrol tanda-tanda diketahui secara dini
vital (nadi, pernafasan, kemunduran atau
suhu) kemajuan keadaan klien.

Dengan mengontrol
perdarahan dapat
c. Kontrol perdarahan diketahui perubahan
pervaginam. perfusi jaringan pada
plasenta sehingga dapat
melakukan tindakan
segera.

Pelaporan tanda
perdarahan dengan cepat
dapat membantu dalam
melakukan tindakan
d. Anjurkan klien untuk
segera dalam mengatasi
melaporkan segera
keadaan klien.
bila ada tanda-tanda
perdarahan lebih
banyak.
Denyut jantung lebih 160
serta kurangdari 100
dapat menunjukkan
e. Monitor bunyi jantung
gawat janin kemungkinan
janin.
terjadi gangguan perfusi
pada plasenta.

Dengan mengakhiri
kehamilan dapat
mengatasi perdarahan
secara dini

f. Kolaborasi dengan tim


medis untuk
mengakhiri
kehamilan.

Implementasi
Proses implementasi keperawatan merupakan suatu tahap yang mana mengaplikasikan
intervensi keperawatan yang telah disusun. Serta disesuaikan dengan kebutuhan klien yang
nantinya bisa memodifikasi intervensi keperwatan yang sesuai dengan kebutuhan Klien
(Potter & Perry, 2009).

Evaluasi
Evalusi keperawatan adalah suatu proses mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang
dilakukan apakah hasilnya terpenuhi atau tidak, dan apakah perlu dilakukan intervensi yang
sama atau adanya berubahan, serta mengevaluasi kembali diagnosa keperawatan apakah
diagnosa dihentikan atau ditemukannya diagnosa baru (Potter & Perry, 2009).
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Pendarahan Antepartum


2. Sub Topik : Kehamilan Resiko Tinggi dan Tanda Bahaya Kehamilan
3. Tujuan
3.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan ibu memahami tentang
tanda bahaya kehamilan dan kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil.

3.2 Tujuan khusus


Setelah mendapat penyuluhan tentang kehamilan resiko tinggi dan tanda bahaya
kehamilan, peserta dapat menjelaskan tentang:
9.2.1 Dapat menyebutkan kehamilan yang resiko tinggi
9.2.2 Dapat menyebutkan tanda bahaya kehamilan muda dan kehamilan lanjut
9.2.3 Cara yang harus dilakukan jika terdapat tanda bahaya
9.2.4 Cara mendeteksi dari bahaya kehamilan.

9.3 Materi : Kehamilan Resiko Tinggi dan Tanda Bahaya Kehamilan muda – lanjut
9.3.1 Pengertian kehamilan resiko tinggi
9.3.2 Ibu hamil yang tergolong resiko tinggi
9.3.3 Macam tanda bahaya kehamilan muda dan kehamilan lanjut.
9.3.4 Cara penyelesaian masalah atau bahaya kehamilan yang dilakukan oleh ibu
dan keluarga.
9.3.5 Cara pencegahan atau antisipasi dari bahaya kehamilan.

4. Metode
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab.

5. Media
Media yang digunakan adalah Lembar Balik dan leaflet.
6. Kegitan yang dilakukan :

Kegiatan
No Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Penyuluh
Peserta

1. Pembukaan 5 menit 1.1 Mengucapkan salam Menjawab salam


dan terima kasih atas dan mendengarkan
dengan seksama
kedatangan peserta
1.2 Memperkenalkan
diri
1.3 Menjelaskan tujuan
1.4 Menjelaskan durasi
waktu
2. Inti 10 2.1 Pengertian Mendengarkan dan
menit kehamilan resiko memperhatikan

tinggi
2.2 Siapa saja ibu hamil
yang tergolong
resiko tinggi
2.3 Pengertian atau
batasan tanda
bahaya kehamilan.

2.4 Macam tanda


bahaya kehamilan
muda dan kehamilan
lanjut.
2.5 Cara penyelesaian
masalah atau bahaya
kehamilan yang
dilakukan oleh ibu
dan keluarga
2.6 Cara pencegahan
atau antisipasi dari
bahaya kehamilan.

3. Diskusi 10 3.1 Memberikan Peserta


dan Tanya menit kesempatan pada mengajukan
Jawab peserta untuk pertanyaan
bertanya jika
terdapat hal-hal
yang belum jelas

3.2 Memberikan
kesempatan pada
pembimbing untuk
memberikan
masukan

3.3 Membagikan leaflet

3.4 Penyaji member


tugas baca pada
peserta jika ada
penjelasan yang
kurang jelas

4. Penutup 5 menit 1.1 Menyimpulkan hasil Peserta


penyuluhan memperhatikan
dan menjawab
1.2 Mengevaluasi hasil
pertanyaan dan
kegiatan salam
1.3 Memberi salam dan
meminta maaf bila
ada salah
1.4 Mengucapkan
terimakasih atas
perhatian dan
mengucapkan salam
penutup

7. Pengorganisasian
13.1 Fasilitator : K. Kasiati, S.Pd., M.Kes

Miatuningsih Dip.,MW.,SPd
13.2 Moderator : Okky Angraeny
Tugas : Mengatur jalannya penyuluhan
Menyampaikan topik/ sub topik materi
Mengatur kontrak waktu
Memberi salam pembuka
Menjelaskan tujuan umum dan khusus
Memperkenalkan penyaji materi, fasilitator
13.3 Penyaji : Widya Rismawati
Tugas : Menyajikan materi penyuluhan
13.4 Observer : Kristiani Pax Jufilia Ndahu
Tugas : Menilai proses penyuluhan
13.5 Notulen : Mifta Nurlaili El Akhlaq
Tugas : Mencatat semua peserta yang hadir
Mencatat semua pertanyaan peserta
14 Kegiatan Evaluasi
14.2 Struktural
14.1.1 Peserta hadir (53,3% = 8 orang) di tempat penyuluhan 10 menit
sebelum acara dimulai
14.1.2 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di unit BKIA Puskesmas Banyu
Urip Surabaya
14.1.3 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
14.1.4 Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai
14.2 Proses
14.2.1 Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai tugas
14.2.2 Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan, serta peserta yang
terlibat aktif dalam penyuluhan 75% yang hadir
14.3 Hasil yang ingin dicapai
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu
sesuai dengan tujuan khusus, peserta memahami dan dapat menjelaskan kembali
tentang:
14.3.1 Pembagian usia muda dan usia lanjut dengan benar.
14.3.2 Macam tanda bahaya kehamilan muda
14.3.3 Macam tanda bahaya kehamilan lanjut
14.3.4 Cara yang harus dilakukan jika terdapat tanda bahaya
14.3.5 Cara mendeteksi dari bahaya kehamilan.
14.3.6 Dapat menyebutkan kehamilan yang resiko tinggi
14.3.7 Bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan resiko tinggi
14.3.8 Pencegahan kehamilan resiko tinggi.
LAMPIRAN MATERI

1. Kehamilan Resiko Tinggi

1.1 Pengertian

Kehamilan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor risiko yang dapat
mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu dan janin.

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama
kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas normal.

1.2 Ibu hamil yang tergolong resiko tinggi adalah sebagai berikut :

1. Terlalu muda, hamil  16 tahun


Rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan
keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup
dewasa.

2. Terlalu tua, hamil  35 tahun


Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua.
Jalan lahir juga tambah kaku.

3. Terlalu lambat hamil anak pertama, kawin  4 tahun


Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan
biasa:
 Suami istri tinggal serumah
 Suami atau istri tidak sering keluar kota
 Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
4. Terlalu lama hamil lagi ( 10 tahun)
Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi.Kehamilan ini bisa terjadi pada:
 Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
 Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.

5. Terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun)


Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan
fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih
menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya

6. Terlalu banyak anak, 4 / lebih


Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
 Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
 Kekendoran pada dinding rahim
 Tampak ibu dengan perut menggantung

7. Terlalu pendek  145 cm


Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada
dua kemungkinan yang terjadi:
 Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.
 Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar

8. Pernah gagal kehamilan


Riwayat kehamilan lalu jelek :
 Keguguran
 Lahir belum cukup bulan
 Lahir mati
 Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
Bahayanya, akan terulang kegagalan kehamilan pada kehamilan berikutnya.
9. Pernah melahirkan dengan :
a. Tarikan tang / vakum
b. Uri dirogoh
c. Diberi infus / transfusi
10. Pernah operasi sesar
 Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada
robekan rahim 

11. Penyakit pada ibu hamil :


a. Kurang darah
b. Malaria
c. TBC Paru
d. Payah Jantung
e. Kencing manis (Diabetes)
f. Penyakit Menular Seksual
Beresiko menularkan atau menurunkan pada janin dalam kandungan.

12. Bengkak pada muka / tungkai dan tangan, disertai tekanan darah tinggi
Bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada
Pre-Eklamsia ringan.

13. Hamil kembar 2 atau lebih


Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
 Sesak napas
 Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
 Varises
 Hemorrhoid
Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu.
14. Hamil kembar air (hydramnion)
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada
trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.

15. Bayi mati dalam kandungan


Keluhan-keluhan yang dirasakan:
 Tidak terasa gerakan janin
 Perut terasa mengecil
 Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan.
Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,
kehidupan janin mungkin terancam.

16. Kehamilan lebih bulan


Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri
dan pembuluh darah menurun.

17. Letak sungsang


Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan
kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.

18. Letak lintang


Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan):
kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat
lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu
tubuh ibu.

19. Perdarahan dalam kehamilan ini


Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut
perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena
merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, 
20. Preeklampsia berat / kejang-kejang
Pre eklampsia adalah tekanan darah tinggi pada kehamilan. Pre-eklamsia berat bila tidak
ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia.

2. Tanda Bahaya Kehamilan

2.1 Pengertian

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya


yang bisa terjadi selama kehamilan yang apabila tidak dilaporkan atau tidak bisa
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu


dan bayi dalam keadaan bahaya.( Uswhaya,2009:3)

2.2 Tanda Bahaya/ Komplikasi Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda
2.2.1 Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam terjadi pada kehamilan muda atau usia dibawah 20
minggu. (Sarwono, 2009:282). Penyebab terjadinya perdarahan pervaginam pada
umumnya, antara lain:

2.2.1.1 Abortus/ Keguguran


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu hidup di luar kandungan (Saifudin, 2006).

2.2.1.2 Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi
terjadi diluar endometrium kavum uteri. (Saifuddin, 2006: 152).

2.2.1.3 Molahidatidosa
Hamil mola adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tadak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dini fili korialis disertai
degenerasi hidrofik. Uterus melunak dan berkembang dari usia gestasi yang normal,
tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian
buah anggur korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak wajar
berbentuk gelembung – gelembung seperti anggur.

2.2.1.4 Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang sering dijumpai pada trimester 1, kurang lebih
pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.

2.2.2 Nyeri Perut Bagian Bawah


2.2.2.1 Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik terganggu adalah Kehamilan ektopik yang dapat
mengalami abortus atau ruptura, apabila masa kehamilan berkembang melebihi
kapasitas ruang implantasi (misal: tuba).

2.3 Tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut (Umur Kehamilan Lebih dari 22 minggu)

Tanda bahaya yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat
3. Pengelihatan kabur
4. Bengkak muka dan/ tangan
5. Nyeri Abdomen Hebat
6. Gerakan janin tidak terasa
7. Keluar cairan pervaginam

2.3.1 Perdarahan Pervaginam


Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada
kehamilan di atas 28 minggu atau lebih, karena perdarahan antepartum sering terjadi
pada umur kehamilan di atas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan pada trimester ke tiga.
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut :
Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan

2.3.1.1 Placenta previa


Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri.

2.3.1.2 Solutio placenta.


Batasan solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya
dengan implantasi normal pada kehamilan trimester III. Terlepasnya plasenta
sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim
yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.

2.3.2 Sakit Kepala Yang Hebat, Penglihatan Kabur, Bengkak Muka Dan/Tangan
Tanda dan gejala preeclampsia berat :
1) Kenaikan sistole >160 mmHg dan kenaikan diatole >110 mmHg.
2) Pengeluaran protein dalam urine (Proteinurine = 2+)
3) Edema kaki, tangan sampai muka
4) Terjadi gejala subyektif :
- Sakit kepala
- Penglihatan kabur
- Nyeri pada epigastrium
- Sesak nafas
- Berkurangnya urine.
5) Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma.
6) Terjadi koma
2.3.3 Keluar Cairan Pervaginam
1. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur
dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.
Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban
pecah dini” (periode laten).

2. Penyebab ketuban pecah dini


Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Serviks inkompeten
2) Keterangan rahim berlebihan, kehamilan ganda, hidramnion
3) Kelainan letak janin dalam rahim, letak sungsang, letak lintang
4) Kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, bagian terendah belum
masuk PAP, sefalpelvik disproforsi.
5) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:

(1)Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
(2)Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

2.3.4 Gerakan Janin Berkurang


1. Pengertian
Sebaiknya ibu mengamati gerakan janinnya setiap hari setelah usia 28
minggu (pada resiko tinggi) yang sudah teridentifikasi sedangkan pada wanita yang
beresiko rendah dimulai sejak usia kandungan 34 minggu (varney,2007).

Menjelang usia cukup bulan janin akan mengalami penurunan jumlah


gerakan yang sesungguhnya karena amplitudo gerakan janin cenderung menghilang
seiring penurunan jumlah cairan amnion.
Penurunan volume cairan mengurangi ruangan untuk gerakan tungkai janin
sehingga persepsi ibu tentang gerakan janin berkurang.

Pada ibu perokok dianjurkan untuk puasa merokok selama 2 jam sebelum
melakukan penghitungan gerakan janin, karena nikotin mengurangi gerakan
pernafasan fetus, dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta
dan tali pusat sehingga mengurangi jumlah oksigen sampai kejanin. Pada saat
bersamaan jantung fetus berdetak lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen
pada tubuhnya. Kurangnya oksigen dan makanan bergizi menyebabkan cacat pada
janin. ketika ibu hamil merokok, plasenta tampak dingin saat pembuluh darah
mengkerut dan aliran darah berkurang. Secara bersamaan jantung janin berdetak saat
nikotin mulai masuk (Rose, 2004). Pengetahuan / informasi tersebut adalah :

1) Pergerakan janin akan bertambah setelah makan


2) Pergerakan ibu dapat membuat pergerakan janin lebih aktif
3) Janin yang normal akan tidur selama 20 menit
4) Selama 2 – 3 minggu sebelum lahir, aktifitas normal janin akan berkurang
Penurunan gerakan pada janin menandakan kegawat daruratan pada janin
(fetal distres ). Fetal distres adalah ketidak seimbangan antara kebutuhan 02 dan
nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolisme janin menuju
metabolisme dan aerob yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi
CO2. ( Manuaba,JBG:2007:841).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan
dan teratur sehingga dapat menurunkan 02 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan


tidak segera bernapas spontan dan teratur setelah dilahirkan. Asfiksia
neonatorum dapat merupakan kelanjutan kegawatan janin(Fetal distres) intra uteri
yang disebabkan oleh banyak hal.

Sebab asfiksia neonatorum, yang merupakan kelanjutan dari fetal distres


intra uteri. (Manuaba I Bagus Gde;2007:842)

2.3.5 Nyeri Perut Yang Hebat


1. Pengertian
Nyeri perut yang hebat mungkin bisa mengindikasikan masalah yang
mengancam jiwa adalah rasa sakit yang parah, terus berlanjut dan tidak bisa
diperingan dengan istirahat.

Pada kehamilan lanjut nyeri perut yang hebat dapat di timbulkan oleh :

1) Persalinan Prematur
2) Ruptur Uteri
3) Solutio Plasenta

2.4 Sikap yang harus dilakukan oleh ibu dan keluarga dalam menghadapi bahaya
kehamilan, antara lain:

2.4.1 Mendiskusikan dan menentukan tempat dan calon penolong persalinan serta
menandatangani “Perjanjian Tertulis / Amanat Persalinan”.

1. Suami dan keluarga memberi dukungan moral kepada ibu serta melakukan
pendampingan selama pemeriksaan kehamilan dan pada saat proses persalinan
berlangsung.
2. Suami dan keluarga menyetujui serta mendukung petugas kesehatan melakukan
rujukan
2.4.2 Menyiapkan dana untuk kepentingan dan kebutuhan ibu selama hamil, bersalin dan
nifas termasuk biaya rujukan.
1. Suami dan keluarga berupaya menyediakan dana yang cukup untuk biaya tindakan
penanganan komplikasi
2. Suami dan keluarga selalu mendampingi ibu selama tindak penanganan komplikasi
2.4.3 Mengupayakan dan mempersiapkan transportasi jika sewaktu-waktu diperlukan

1. Suami dan keluarga segera menghubungi Ambulance Desa pada saat rujukan
2. Ibu harus mendapatkan pelayanan tepat cepat terjadi komplikasi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas
2.4.4 Menyiapkan calon donor darah yang bersedia membantu jika sewaktu-waktu
diperlukan

1. Suami ,keluarga dan masyarakat berupaya menyiapkan calon pendonor darah untuk
kepentingan tranfusi darah
2.4.5 Mendiskusikan dan menentukan metode KB yang akan dipergunakan pasca persalinan
:

1. Ibu,suami dan keluarga mengetahui jenis, metode, manfaat dan efek samping alat
kontrasepsi
2. Ibu, suami dan keluarga bersama-sama menyepakati alat kontrasepsi yang akan
digunakan
3. Ibu dan suami bersama-sama datang ke fasilitas kesehataan untuk mendapatkan
pelayanan KB
4. Ibu dan suami segera datang ke fasilitas kesehatan, bila mengalami efek samping
atau jika akan berganti alat kontrasepsi

2.5 Cara pencegahan dan antisipasi bahaya kehamilan, antara lain:


2.5.1 ANC rutin minimal 4x yaitu pada trimester I sebanyak 1x kunjungan, pada
trimester II sebanyak 1x kunjungan, pada trimester III sebanyak 2x kunjungan.
Pada usia kehamilan 0 – 28 minggu kontrol 1x dan pada usia kehamilan 29- 36
minggu kontrol 2x. Idealnya yaitu umur kehamilan 0-28 minggu 1bulan 1x dan
pada umur kehamilan 29-36minggu kontrol 2minggu 1x.

2.5.2 Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna, seperti: sayur
hijau, lauk, buah, susu hamil.

2.5.3 Istirahat cukup

2.5.4 Senam hamil

2.5.5 Dukungan dari keluarga.

2.5.6 Hindari stress dengan tidak berpikir berat

2.5.7 Tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam perhari.

2.5.8 Apabila timbul keluhan atau tanda-tanda bahaya kehamilan muda dan tanda bahaya
kehamilan tua, segera pergi ke tempat bidan, puskesmas, atau RS terdekat

2.6 Berikut ini 18 Penapisan yang dilakukan oleh Bidan antara lain:

1. Riwayat Bedah Sesar


2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (UK <27 minggu)
4. Ketuban pecah disertai mekonium
5. Ketuban pecah lama (>24 jam)
6. Ketuban pecah pada UK <37 minggu
7. Ikterus
8. Anemia Berat
9. Tanda atau Gejala Infeksi
10. Preeklampsi atau hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara pada fase aktif kala 1 persalinan masih 5/5
14. Persentase bukan kepala
15. Persentase ganda atau majemuk
16. Kehamilan ganda (gemeli)
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

DAFTAR PUSTAKA

Hanifa Winkjosastro. 2005. Ilmu Kandungan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Rochjati. 2003. Skrining Antenatal Care Dan Komplikasi Kehamilan. Surabaya : Unair
Press
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC
Tiran. 2007. Kehamilan Dan Permasalahannya. Jakarta : EGC
Utami. 2008. Panduan Kehamilan Sehat. Yogyakarta : Dian Press
Referensi

http://repository.unimus.ac.id/1313/3/5.%20BAB%20II%20tinjauan%20pustaka.pdf

Sandra M Natina (2001) Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit Buku KEdokteran EGC Jakarta

http://repository.poltekkes-soepraoen.ac.id/465/3/Bab%202.pdf

Permatasari, Very U. 2014. Analisis Praktik Klinik Keoerawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan:
Asuhan Keperawatan Kehamilan dengan Plasenta Previa Totalitas. Diakses pada
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-8/20390704-PR-Pdf%20Very%20Unggul
%20Permatasari.pdf

Anda mungkin juga menyukai