Anda di halaman 1dari 45

Laporan Kasus ICU

Carlos Edoardo Sagala

NIM : 2253022

Stase : Keperawatan Kritis

a. Definisi PPOK
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD (Cronic
Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang bisa di cegah dan diatasiyang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, biasanya bersifat progresif dan
terkait dengan adanya proses inflamasi kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas
atau partikel berbahaya (Ikawati, 2017)

PPOK adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru- paru
yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningkatan retensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (Manurung, 2017).

b. Etiologi

Terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya penyakit PPOK,yaitu :


a. Merokok
Merokok merupakan penyebab yang paling utama pada penderita PPOK. Berisiko 30
kali lebih besar pada perokok dibanding bukan perokok. Kurang lebih. 15-20 %perokok
akan mengalami PPOK. Kematian akibat PPOK terkait dengan usia mulaimerokok, jumlah
rokok yang dihisap, dan status merokok yang terakhir saat PPOK mulai berkembang.
Namun, bukan berarti semua penderita PPOK merupakan
perokok karena kurang lebih 10 % orang yang tidak merokok mungkin jugamenderita
PPOK karena secara tidak langsung terpapar asap rokok sehingga menjadi perokok pasif
(Ikawati, 2017).

b. Usia

Semakin bertambah usia, semakin besar risiko menderita PPOK (Ikawati, 2017). Pada
usia 45-65 tahun erupakan usia paling Sering dijumpai pasien PPOK .
c. Pekerjaan

Pekerjaan juga dapat menjadi penyebab terkena penyakit PPOK. Salah satunya para
pekerja tambang yang berhubungan erat dengan kontaminasi udara yang mereka hirup
dari debu proyek. Pekerjaan ini yang mempunyai risiko yang lebih besar untuk terkena
penyakit PPOK.

c. Polusi udara

Polusi udara juga merupakan faktor tersering yang menyebabkan PPOK, karena setiap hari
manusia menghirup dan mengeluarkan kembali udara melalui ekpirasi. Makin kotor udara
semakin banyak pula kotoran yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Polutan ini
berasal dari asap kendaraan bermotor, debu, gas, maupun polusi dari dalam rumah
misalnya asap dapur. Makin tinggi kadar polutan semakin mudah dan cepat orang
menderita penyakit PPOK.

d. Berbagai faktor lainnya menurut Wahid & Suprapto, (2014) yakni :

1) Faktor genetik
Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit PPOK. Faktor genetik diantaranya adalah
atropi yang ditandai dengan adannya eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E
(IgE) serum, adannya hiperesponsif bronkus, riwatyat penyakit obstruksi paru pada
keluarga, dan defisiensi protein alfa-1 antitripsin (Wahid & Suprapto, 2014).

2) Infeksi

Infeksi menyebakan infeksi paru lebih hebat sehingga gejala yg timbul lebih berat.Infeksi
pernafasan bagian atas selalu menyebabkan infeksi paru bagian dalam, sertamenyebabkan
kerusakan paru bertambah. Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah mophilus
influenzae dan streptococcus pneumoniae (Wahid & Suprapto, 2014).

3) Jenis kelamin

Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK dari pada wanita hal ini terkait dengan kebiasaan
merokok pada laki-laki. Prevalensinya pada laki-laki sebesar 4,2% dan perempuan 3,3%
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2014). Selain itu, wanita lebih rentan
terhadap bahaya merokok daripada pria. Bukti-bukti klinis menunjukkan bahwa wanita
dapat mengalami penurunan fungsi paru yang relatif sama. Wanita juga akan mengalami
PPOK yang lebih parah daripada pria. Hal ini diduga karena ukuran paru-paru wanita
umumnya relatif lebih kecil daripada pria, sehingga dengan paparan rokok yang sama
presentase paru yang terpapar pada wanita lebih besar daripada pria (Ikawati, 2017).

c. Patofisiologi

Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan PPOK yaitu asma, emfisema paru-paru
dan bronchitis. Asma akibat alergi bergantung kepada respons IgE yang
dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan
molekul IgE yang berikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan
asma bersifat airbone dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas,alergen tersebut
harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu.

Antagonist β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada klien asma,
sama dengan klien lain dapat menyebabkan peningkatan reaktifitas jalan nafas dan hal
tersebut harus dihindarkan . Pencetus pencetus asma mengakibatkan timbulnya reaksi
antigen dan antibody. Reaksi antigen antibodi ini akanmengeluarkan substansi pereda
alergi yang sebetulnya merupakan mekanismetubuh dalam menghadapi serangan. Zat
yang dikeluarkan dapat berupa histamine, bradikinin dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi
tersebut adalah timbulnya tiga gejala yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan
permeabilitas kapiler dan peningatansekret mukus .

Bronchitis timbul akibat dari adanya paparan terhadap agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok tembakau). Iritan akan memicu timbulnya respon inflamasi yang akan
menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema dan bronkospasme. Bronchitis lebih
memengaruhi jalan nafas kecil dan besar dibandingkan dengan alveoli. Oleh karena
mucocilliary defence dari paru mengalami kerusakan, maka meningkatkan kecenderungan
untuk terserang infeksi, ketika infeksi timbul kelenjer mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia, sehingga produksi mukus akan meningkat. Dinding bronkial meradang dan
menebal (sampai dua kali ketebalan normal ) dan mengganggu aliran udara. Mucus kental
ini bersama-sama dengan produksi mukus yang banyak akan menghambat beberapa aliran
udara kecildan mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula
mempengaruhi hanya pada bronkus besar dan pada khirnya saluran-saluran nafas akan
terkena.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan menyebabkan obstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hipoksia
dan asidosis. Klien akan mengalami kekurangan oksigen jaringan dan timbul rasio ventilasi
perfusi abnormal, dimana terjadi penurunan PaCO2, klien terlihat sianosis ketika
mengalami kondisi ini (Somantri, 2010) .

Pada emfisema penyebab utama penyakit ini adalah merokok dan juga infeksi, beberapa
faktor penyebab obstruksi jalan napas pada emfisema yaitu : inflamasi danpembengkakan
bronki, produksi lendir yang berlebihan, kehilangan recoil elastik jalan nafas dan kolaps
bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli
mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontaklangsung dengan kapiler paru
secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatanruang rugi (area paru dimana tidak
ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan difusi oksigen. Kerusakan difusi
oksigen mengakibatkan hipoksemia. Ada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida
dalam darah arteri(hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.

Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler pulmona


berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk
mempertahanakan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan demikian
gagal jantung sebelah kanan (kor pulmonal) adalah salah satu komplikasiemfisema karena
cor pulmonal menyebabkan vaskuler bed / luasnya permukaan
pembuluh darah akibat semakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang
mengembang/ kerusakan paru, darah menjadi asam dan kandungan CO2 dalam darah
meningkat dan oksigen di alveoli menurun lalu terjadilah penyempitanpembuluh darah
dan jumlah sel darah merah meningkat dan menyebabkan pengentalan darah, lama
kelamaan hal ini dapat mengakibatkan hipertensi yang berakhir dengan gagal jantung.

Sekresi yang meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk
membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan kronis
dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisemamemperberat masalah.
Individu dengan emfisema mengalami obstuksi kronik ke aliran amsuk dan aliran keluar
udara dari paru-paru. Paru-paru dalam keadaan hiperekspansi kronik.

Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-apru dibutuhkan tekanan negative
selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan
diprtahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu inflasi. Dari pada
menjalankan aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan upaya otot-
otot . sesak nafas pasien terus meningkat , dada menjadi kaku, dan iga-iga terfiksasi pada
persendiannya. Dada seperti tong ( barrel chest) pada banyak pasien ini terjadi akibat
kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada
dinding dada untuk mengembang.

Iritan terus menerus dari ketiga penyakit akan menyebabkan iritasi muksa bronkus
sehingga membentuk lendir yang akan menumpuk akibat kurangnya fungsi gerak silia, hal
ini menyebabkan timbulnya infeksi yang akan menarik leukosit. Leukosit
akan mengeluarkan enzim yang merusak jaringan elastisitas paru, akibatnya hilangnya
elastisitas paru yang sangat besar. Pada orang sehat bronkus akan tetap terbuka oleh
tarikan jaringan elastisitas paru. Pada waktu inspirasi rongga dada mengembang dan
diafragma turun, bronkus melebar dan udara mengalir dengan cepat. Pada bronkoskopi
akan tampak bronkus melebar waktu inspirasi. Waktu ekspirasi pipa bronkus akan lebih
sempit tetapi masih terbuka. Pada bronchitis kronik jaringan paru dan jaringan elastisitas
menghilang (bila dinding di antara alveolus menghilang disebut emfisema), selama
inspirasi udara akan mengalir kedalam bronkus yang melebar. Pada inspirasi banyak
bronkus- bronkus kecil yangtidak dapat membuka akibat melemahnya jaringan elastik dan
akan terjadi kolaps, udara tidak dapat keluar dari alveoli (udara terperangkap = air
trapping).

Akibatnya sebagian alveolus paru-paru tidak lagi turut dalam proses pernafasan (ventilasi).
Darah akan tetap mengalir melalui bagian tersebut tetapi tidak lagi mengambil oksigen.
Timbul hipoksia dan sianosis. Terdapat juga penumpukan CO2dalam darah serta asidosis
respiratorik. Pendrita akan tetap mencoba membuka pipabronkus selama inspirasi selama
ekspirasi dengan membusungkan dada sewaktu bernafas (dada bentuk tong = barrel
chest).

Penderita akan senantiasa menggunakan otot-otot pernafasan pembantu. Mereka hanya


mempunyai cadangan ventilasi pernafasan yang rendah dan bila terjadi serangan
bronchitis bacterial akan timbul kegagalan pernafasan dengan PO2 yang rendah ( dibawah
55 mmHg) dan PCO2 sangat tinggi (lebih dari 50 mmHg). Asidosis respiratorik yang sangat
berat dapat menyebabkan koma (Sibuea dkk, 2009)
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari berkurangnya
permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini
menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah lalu diikuti dengan
terjadinya hipoksi dan berakhir dengan terjadi nya gagal nafas. Keseimbangan normal
antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi terganggu. Dalam
kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang
terhalang mukus kental atau bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan
tetapi perfusi akan tetap sama atau berkurang sedikit.

Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan perubahan


pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan nafas yangdiakibatkan oleh
semua perubahan patologis yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak
kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida.
Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat. Metabolisme
menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh, tubuh
melakukan metabolisme anaerob yang mengakibatkan produksi ATP menurun dan
menyebabkan defisit energi. Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi juga menjadiberkurang yang dapat menyebabkan anoreksia
(Brasheer, 2008).

2. Tinjauan Kasus

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. T

Umur : 69 Tahun

Status : Sudah Menikah


Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S2

b. Identitas Penanggung jawab


Nama: Tn. E
Umur : 30 Tahun
Hubungan dengan pasien : Anak
Status : Sudah Menikah
Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S1

c. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Tn.T dirawat di ruang rawat inap paru masuk Paviliun VIP pada tanggal 30/09/2022pukul
13.00 WIB pasien sesak semakin meningkat yang disetai batuk berdahak sejak 5 hari. Pasien
mengatakan sesak bertambah seiring dengan adanya aktifitas ringan. Pasien mengatakan
nyeri pada dada. Kemudian beberapa hari setelah itu pasien dipindahkan ke ruang ICU lt.2

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal perawatan pertama di ICU kondisi pasien
tampak sesak dan sesak meningkat seiring dengan adanya aktifitas ringan, pasien
mengatakan batuk yang disertai dahak yang sulit untukdi keluarkan berwarna putih. Pasien
tampak menggunakan otot bantu pernafasan dan pasien mengatakan lebih nyaman dengan
posisi fowler.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah di rawat di RSAB selama 10 hari dengan penyakit Asma. Pasien mengeluh sesak
apabila ada orang yang merokok didekatnya atau terpapar asap.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tn. T mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
. Pasien juga mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
turunan(Sehat-sehat).

e. Pola Aktivitas Sehari-hari

1. Pola Nutrisi

Makan

- Sehat : pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan lauk dan sayuran, pasien tidak
memiliki alergi makanan tetapi pasien tidak menyukai ikan tongkol dan daging sapi

- Sakit : Pasien hanya menghabiskan seperempat Porsi

Minum

- Sehat : pasien mengatakan minum 5-8 gelas dalam sehari

- Sakit : pasien minum 5 gelas dalam sehari sekitar 1000 cc, teprasang IVFD Asering 20
tetes/menit

2. Pola Eliminasi

BAB
- Sehat : pasien mengatakan biasanya BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak dan
bewarna kuning kecoklatan

- Sakit : pasien mengatakan BAB 1x dengan konsistensi lunak dan bewarna kuning
kecoklatan

BAK

- Sehat : pasien mengatakan BAK sebanyak 5-6 kali dalam sehari berwarna kuning tidakpekat
sekitar 1500 cc dalam sehari.

- Sakit : pasien BAK melalui kateter berwarna kuning dengan volume sekitar 1500 ccdalam
sehari.

3. Pola Tidur dan Istirahat

- Sehat : pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam dalam sehari dan hanya sesekali tidursiang.

- Sakit : pasien tidur kurang lebih 5 jam dalam sehari

4. Pola Aktivitas dan Latihan

- Sehat : pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu.

- Sakit : pasien mengatakan sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas tempat tidur,
aktivitas sehari- harinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang mendampingi

f. Riayat Psikososial

- Pada status emosional pasien mampu untuk mengontrol emosinya


- Pada kecemasan pasien terlihat agak cemas namun masih dalam batas wajar

- Pada pola koping pasien baik dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan

- Pada gaya komunikasi pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
baik

- Pada konsep diri (gambaran diri, harga diri, peran, identitas, ideal diri) pasien merupakan
seorang duda dan ayah yang dikenal baik dan bertanggung jawab dalam keluarganya.
Namun pasien agak merasa kasihan kepada keluarganya karena harus merawatnya.

g. Pemeriksaan Head To toe

- Keadaan umum pasien lemah dengan tingkat kesadaran compos mentis cooperative.

- TB 165 cm dan BB 57 kg.

- Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pada kepala lesi (-) dan rambut tidak mudah patah.

- Pada mata di temukan mata bersih, simetris, pupil isokor ø/ø (2mm/2mm), konjungtivatidak
anemis.

- Pada hidung, pernafasan cuping hidung (-), hidung bersih.

- Pada mulut di temukan mulut bersih, sianosis (-).

- Pada leher pembesaran vena jugularis (-) dan pembesaran kelenjer getah bening (-).

- Pada paru terlihat simetris , penggunaan otot bantu pernafasan (+). pemeriksaanpremitus
dada kanan = dada kiri.

- Pada perkusi dada kanan dan kiri terdengar sonor dan pada auskultasi terdengar ekpirasilebih
panjang dari pada inspirasi (bronkial) terdapat suara ronkhi.
- Pemeriksaan jantung didapatkan iktus kordis tidak terlihat, iktus teraba 2 jari RIC 5,pada
perkusi pekak pada batas-batas jantung, irama jantung reguler.

- Pemeriksaan abdomen perut simetris, hepar tidak teraba, timpani, bising usus normal.

Edema (-) pada ekstremitas, CRT < 2 dtk serta pada genitalia pasien terpasang kateterurin

h. Tes Diagnostik

Berdasarkan laboratorium kimia darah pasien didapatkan:

- Hemoglobin 13,2 g/dl,

- Leukosit 15.260/mm3,

- Trombosit 203.000/mm3 ,

- Hematokrit 40 % ,

- Gula darah sewaktu 145 mg/dl,

- Ureum darah 102 mg/dl,

- Kreatinin darah 3,1 mg/dl .

- Hasil analisa gas darah yaitu pH 7,33, PCO2 42 mmHg, pO2 148 mmHg, Na+ 136 mmol/L,
HCO3- 22,1 mmol/L.

- Hasil pemeriksaan echocardiography tanggal 26 Mei 2017 Hasil : PH negatif

i. Obat-obatan
- Lactulac syrup 1x20 cc
- Resfar 1x1200 mg in RL 500cc/24 jam
- Medixon 4x125 mg
- Micardis plus 40 mg/12.5 3x1 tab
- Esperson Cream 2x/hari
- Esofer 2x40mg
- Fosmidex 2x2gr
- Exepime 3x1 gr
- Edotin 2x1 cap
- Amirophilin 2 amp in NS 500
- Nebulizer carbiven+pulmicort 0,5 4x/hari

J. Data Analisis

No Data Masalah Penyebab


1 DS Ketidakfektifan Mukus berlbihan
- Pasien mengatakan batuk bersihan jalan nafas
yang disertai sekret yang
sulit dikeluarkan
- Dahak berwarna kekuningan
- Pasien mengatakan sesak
nafas dan pasien merasa
sesak meningkat ketika
beraktifitas ringan.
DO
- Pernafasan pasien 24 x/i
- Pasien tampak sesak
- Pasien menggunakan otot
bantu pernafasan
- Pasien tampak berusaha
mengeluarkan dahak
- Auskultasi terdengar ronkhi

2 DS Ketidakefektifan penggunaan otot


- Pasien mengatakan sesak pola nafas bantu pernafasan
nafas
- Pasien mengatakan nafas
bertambah sesak seiring
dengan adanya aktifitas
ringan

DO- Pernafasan pasien 24 x/i


- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak
menggunakan otot bantu
pernafasan
3 DS Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan
- Pasin mengatakan nafas antara suplai dan
terasa sesak kebutuhan oksigen
- Pasien mengatakan sesak
bertambah dengan adanya
aktifitas ringan
- Pasien mengatakan tubuh
terasa lemah
- Pasien mengatakan aktifitasdi
bantu oleh keluarga dan
perawat

DO
- Pasien tampak sesak ketika
merubah posisi
- Aktifitas pasien tampakdi bantu
oleh keluarga dan perawat
- Pasien tampak lemah
- Pasien terpasang infus
- Pasien terpasang kateter
- Pasien terpasang NGT
- Pasien terpasang oksigen.

j. Diagnosa Keprawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penggunaan otot bantu pernafasan

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan

antarasuplai dan kebutuhan oksigen


Asuhan Keperawatan Hari-1

No Diagnosa Tujuan Intrvensi Implmentasi Evaluasi

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas : 1. Sudah S: “Secret masih ada
bersihan jalan nafas
tindakan a. Posisikan pasien memposisikan brur’’
keperawatan untuk pasien untuk ”O:
berhubungan diharapakan memaksimalkan memaksimalkan - Manajemen diri
dengan mukus manajemen diri : ventilasi ventilasi penyakit paru
berlebih penyakit paru b. Lakukan fisioterapi 2. Sudah obstruktif kronis
obstruktif kronis dada sebagai mana menginstruksikan baik,
dengan kriteria hasil mestinya bagaimana agar - Kepatenan jalan
: c. Buang secret bias melakukan nafas baik dengan
a. Secara dengan memotivasi batuk efektif data evaluasi hari
konsisten pasien untuk 3. Sudah pertama secret masih
menunjukkan melakukan batuk mengauskultasi ada dan nafas masih
menerima atau menyedot suara nafas sesak dengan
diagnosis lender 4. Sudah menonitor frekuensi pernafasan
b. Secara d. Instruksikan suara nafas 26x/i
konsisten bagaimana agar bias tambahan A: Masalah belum teratasi
mencari melakukan batuk 5. Sudah P: Intervensi dilanjutkan.
informasi efektif memberikan
tentang cara e. Auskultasi suara bantuan terapi
mecegah nafas nafas nebulizer
komplikasi combivent
c. Secara f. Posisikan untuk
konsisten meringankan sesak
menunjukkan nafas
menjalankan
aturan Penghisapan lendir pada
pengobatan jalan nafas
sesuai resep a. Gunakan alat
d. Secara pelindung
konsisten b. Tentukan perlunya
menunjukkan suksion mulut atau
berpartisipasi trachea
dalam aturan c. Auskultasi suara
berhenti naafs sebelum dans
merokok etelah tindakan
e. Secara suction
konnsisten d. Innstruksikan kepada
menunjukkan pasien untukmenarik
f. Secara nafas dalamsebelum
konsisten dilakukan suction
menunjukkan e. Monitor adanya
memantau nyeri
perburukan f. Monitor status
gejala oksigenasi pasien
g. Monitor dan catat
Setelah dilakukan warna, jumlah dan
tindakan konsistensi secret
keperawatan
diharapakan status
pernafasan :
kepatenan jalan
nafas dengan
kriteria hasil:
a. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
b. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
c. Kemampuan
untuk
mengeluarkan
secret tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
d. Suara nafas
tambahan
tidak ada
e. Dispnea
dengan aktifitas
ringan
tidak ada
f. Penggunaan
otot bantu
pernafasan
tidak ada

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan status
pernafasan :
ventilasi dengan
kriteria hasil :
a. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
b. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
c. Suara perkusi
nafas tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
d. Kapasitas vital
tidak ada
deviasi dari
dari kisaran
normal
2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 1. Terapi oksigen 1. Sudah S: “masih sesak brur”
nafas berhubungan tindakan a. Pertahankan memberikan O:
dengan penggunaan keperawatan kepatenan jalan oksigen 3L/i - Status pernafasan
otot bantu diharapkan status nafas 2. Sudah ventilasi dan status
pernafasan pernafasan : b. Siapkan memonitor aliran pernafasan gangguan
ventilasi dengan peralatan oksigen oksigen pertukaran gas
kriteria hasil : dan berikan 3. Sudah dengan data evaluasi
a. Frekuensi melalui system memonitor pasien mengatakan
pernafasan humidifier tanda-tanda vital ssak berkurang
tidak ada c. Berikan oksigen 4. Sudah dengan frekuensi
deviasi dari tambahan seperti memonitor suara pernafasan 23x/i .
kisaran normal yang paru-paru A: Masalah belum teratasi
b. Irama diperintahkan P: Intervensi dilanjutkan.
pernafasan d. Monitor aliran
tidak ada oksigen
deviasi dari e. Monitor
kisaran normal efektifitas terapi
c. Suara perkusi oksigen
nafas tidak ada f. Amati tanda-
deviasi dari tanda
kisaran normal hipoventialsi
d. Kapasitas vital induksi oksigen
tidak ada g. Konsultasi
deviasi dari dengan tenaga
kesehatan lain
dari kisaran mengenai
normal penggunaan
oksigen tambahan
Setelah dilakukan selamakegiatan
tindakan keperawatan dan atautidur
diharapakan status 2. Monitor tanda-tanda
pernafasan : vital
pertukaran gas dengan a. Monitor tekanan
kriteria hasil darah, nadi, suhu
: dan status
a. Tekanan pernafasan
parsal oksigen dengan tepat
di darah arteri b. Monitor tekanan
(PaO2) tidak darah saat pasien
ada deviasi berbaring, duduk
dari kisaran dan berdiri
normal sebelum dan
b. Tekanan parsial setelah
karbondioksisa perubahan posisi
di darah arteri c. Monitor dan
(PaCO2) tidak laporkan tanda
ada deviasi dari dan gejala
kisaran normal hipotermia dan
c. Saturasi hipertermia
oksigen tidak d. Monitor
keberadaan nadi
dan kualitas nadi
ada deviasi e. Monitor irama
dari kisaran dan tekanan
norma jantung
d. Keseimbangan f. Monitor suara
ventilasi dan paru-paru
perfusi tidak g. Monitor warna
ada deviasi dari kulit, suhu dan
kisaran normal kelembaban
h. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan tanda-
tanda vital
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Terap aktivitasi 1. Sudah S: “masih sesak ketika
berhubungan asuhan keperawatan a. Bantu pasien membantu pasien bergeser brur”
dengan kelemahan, diharapkan aktivitas untuk memilih memilih aktifitas O:
ketidakseimbangan pasien terpenuhi 2. Sudah
aktivitas dan 3. Data evaluasi pada hari
membantu
antara suplai dan dengan kriteria hasil pencapaian pertama pasien
mengidentifikasi
kebutuhan oksigen : tujuan melalui aktifitas sehari- mengatakan pasien
1. Kelelahan : aktivitas yang hari pasien terasa lebih sesak jika
efek yang konsisten 3. Sudah membantu melakukan aktifitas
menganggu b. Bantu pasien pasien dan ringan
- Tidak ada memperoleh keluarga 4. Pada hari ke empat
malaise memenuhi
sumber-sumber pasien pasien
- Tidak ada yang diperlukan mengatakan masihs
lethargi untuk aktivitas esak saat melakukan
yang dilakukan aktifitas ringan
seperti berbaring.
- Tidak ada c. Bantu pasien dan A: Masalah belum teratasi
gangguan keluarga P: Intervensi dilanjutkan.
aktifitas fisik mengidentifikasi
- Tidak ada kelemahan
gangguan d. Intruksikan pasien
rutinitas dan keluarga
2. Perawatan Diri mempertahankan
: Aktivitas fungsi dan
sehari-hari kesehatan terkait
- Mampu sosial, spiritual,
berpindah dan dan kognisi
memposisikan e. Intruksikan
diri pasien dan
- Mampu makan keluarga
dengan mandiri beradaptasi
- Mampu dengan
berpakaian
lingkungan
- Mampu
melakukan f. . Bantu
kebersihan memenuhi
badan dan aktifitas sehari-
mulut hari pasien
g. Ciptakan
lingkungan yang
aman 8. Bantu
pasien dan
keluarga
mengevaluasi
kemampuan
pasien dalam
beraktifitas.

2. Manajemen energi
a. Kaji status
fisiologis pasien
terhadap
kelelahan
b. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
c. Pilih intervensi
yang
mengurangi
kelelahan
d. Tentukan jenis
dan banyak
aktifitas yang
dilakukan
e. Monitor intake
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energy
f. Kolaborasi
dengan ahli gizi
mengenai
asupan energi
yang sesuai
kebutuhan
g. Tingkatkan tirah
baring dan waktu
istirahat pasien
h. Lalukan ROM
pasif/aktif
Asuhan Keperawatan Hari-2

No Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas : 6. Sudah S: “Secret masih ada brur tapi
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan g. Posisikan pasien memposisikan sedikit”
berhubungan dengan diharapakan untuk pasien untuk O:
mukus berlebih manajemen diri : memaksimalkan memaksimalkan - Manajemen diri
penyakit paru ventilasi ventilasi penyakit paru
obstruktif kronis h. Lakukan fisioterapi 7. Sudah obstruktif kronis
dengan kriteria hasil dada sebagai mana menginstruksikan baik,
: mestinya bagaimana agar - Kepatenan jalan nafas
g. Secara i. Buang secret bias melakukan baik dengan data
konsisten dengan memotivasi batuk efektif evaluasi hari pertama
menunjukkan pasien untuk 8. Sudah secret masihada dan
menerima melakukan batuk mengauskultasi nafas masih sesak
diagnosis atau menyedot suara nafas dengan frekuensi
h. Secara lender 9. Sudah menonitor pernafasan21x/i
konsisten j. Instruksikan suara nafas A: Masalah teratasi
mencari bagaimana agar bias tambahan sebagian
informasi melakukan batuk 10. Sudah P: Intervensi dilanjutkan.
tentang cara efektif memberikan
mecegah k. Auskultasi suara bantuan terapi
komplikasi nafas nafas nebulizer
i. Secara konsisten l. Posisikan untuk combivent
meringankan sesak
nafas
menunjukkan
menjalankan Penghisapan lendir pada
aturan jalan nafas
pengobatan h. Gunakan alat
sesuai resep pelindung
j. Secara i. Tentukan perlunya
konsisten suksion mulut atau
menunjukkan trachea
berpartisipasi j. Auskultasi suara
dalam aturan naafs sebelum dans
berhenti etelah tindakan
merokok suction
k. Secara k. Innstruksikan kepada
konnsisten pasien untukmenarik
menunjukkan nafas dalamsebelum
l. Secara dilakukan suction
konsisten l. Monitor adanya
menunjukkan nyeri
memantau m. Monitor status
perburukan oksigenasi pasien
gejala n. Monitor dan catat
warna, jumlah dan
Setelah dilakukan konsistensi secret
tindakan
keperawatan
diharapakan status
pernafasan :
kepatenan jalan
nafas dengan
kriteria hasil:
g. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
h. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
i. Kemampuan
untuk
mengeluarkan
secret tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
j. Suara nafas
tambahan
tidak ada
k. Dispnea
dengan aktifitas
ringantidak ada
l. Penggunaan
otot bantu
pernafasan
tidak ada

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan status
pernafasan :
ventilasi dengan
kriteria hasil :
e. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
f. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
g. Suara perkusi
nafas tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
h. Kapasitas vital
tidak ada
deviasi dari
dari kisaran
normal
2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 3. Terapi oksigen 5. Sudah S: “sesak berkurang brur”
nafas berhubungan tindakan h. Pertahankan memberikan O:
dengan penggunaan keperawatan kepatenan jalan oksigen 3L/i - Status pernafasan
otot bantu diharapkan status nafas 6. Sudah ventilasi dan status
pernafasan pernafasan : i. Siapkan peralatan memonitor aliran pernafasan gangguan
ventilasi dengan oksigendan oksigen pertukaran gas
kriteria hasil : berikan melalui 7. Sudah dengan data evaluasi
e. Frekuensi system humidifier memonitor pasien mengatakan
pernafasan j. Berikan oksigen tanda-tanda vital ssak berkurang
tidak ada tambahan seperti 8. Sudah dengan frekuensi
deviasi dari yang memonitor suara pernafasan 20x/i .
kisaran normal diperintahkan paru-paru A: Masalah teratasi sebagian
f. Irama k. Monitor aliran P: Tingkatkan Intervensi
pernafasan oksigen
tidak ada l. Monitor
deviasi dari efektifitas terapi
kisaran normal oksigen
g. Suara perkusi m. Amati tanda-
nafas tidak ada tanda
deviasi dari hipoventialsi
kisaran normal induksi oksigen
h. Kapasitas vital n. Konsultasi
tidak ada dengan tenaga
deviasi dari kesehatan lain
dari kisaran mengenai
normal
penggunaan
Setelah dilakukan oksigen tambahan
tindakan keperawatan selama kegiatan
diharapakan status dan atau tidur
pernafasan : 4. Monitor tanda-tanda
pertukaran gas dengan vital
kriteria hasil i. Monitor tekanan
: darah, nadi, suhu
e. Tekanan dan status
parsal oksigen pernafasan
di darah arteri dengan tepat
(PaO2) tidak j. Monitor tekanan
ada deviasi darah saat pasien
dari kisaran berbaring, duduk
normal dan berdiri
f. Tekanan parsial sebelum dan
karbondioksisa setelah
di darah arteri perubahan posisi
(PaCO2) tidak k. Monitor dan
ada deviasi dari laporkan tanda
kisaran normal dan gejala
g. Saturasi hipotermia dan
oksigen tidak hipertermia
ada deviasi l. Monitor
keberadaan nadi
dan kualitas nadi
dari kisaran m. Monitor irama
norma dan tekanan
h. Keseimbangan jantung
ventilasi dan n. Monitor suara
perfusi tidak paru-paru
ada deviasi dari o. Monitor warna
kisaran normal kulit, suhu dan
kelembaban
p. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan tanda-
tanda vital
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Terap aktivitasi 1. Sudah S: “ sesak berkurang brur”
berhubungan asuhan keperawatan h. Bantu pasien membantu pasien O:
dengan kelemahan, diharapkan aktivitas untuk memilih memilih aktifitas 1. Data evaluasi pada hari
ketidakseimbangan pasien terpenuhi 2. Sudah pertama pasien
aktivitas dan
membantu
antara suplai dan dengan kriteria hasil pencapaian mengatakan pasien
mengidentifikasi
kebutuhan oksigen : tujuan melalui aktifitas sehari- terasa lebih sesak jika
5. Kelelahan : aktivitas yang hari pasien melakukan aktifitas
efek yang konsisten 3. Sudah membantu ringan
menganggu i. Bantu pasien pasien dan 2. Pada hari kedua
- Tidak ada memperoleh keluarga pasien pasien
malaise memenuhi
sumber-sumber mengatakan sesak
- Tidak ada yang diperlukan berkurang saat
lethargi untuk aktivitas melakukan aktifitas
yang dilakukan
- Tidak ada j. Bantu pasien dan ringan seperti
gangguan keluarga berbaring.
aktifitas fisik mengidentifikasi A: Masalah belum teratasi
- Tidak ada kelemahan P: Intervensi dilanjutkan.
gangguan k. Intruksikan pasien
rutinitas dan keluarga
6. Perawatan Diri mempertahankan
: Aktivitas fungsi dan
sehari-hari kesehatan terkait
- Mampu sosial, spiritual,
berpindah dan dan kognisi
memposisikan l. Intruksikan
diri pasien dan
- Mampu makan keluarga
dengan mandiri beradaptasi
- Mampu dengan
berpakaian
lingkungan
- Mampu
melakukan m. . Bantu
kebersihan memenuhi
badan dan aktifitas sehari-
mulut hari pasien
n. Ciptakan
lingkungan yang
aman 8. Bantu
pasien dan
keluarga
mengevaluasi
kemampuan
pasien dalam
beraktifitas.

2. Manajemen energi
i. Kaji status
fisiologis pasien
terhadap
kelelahan
j. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
k. Pilih intervensi
yang
mengurangi
kelelahan
l. Tentukan jenis
dan banyak
aktifitas yang
dilakukan
m. Monitor intake
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energy
n. Kolaborasi
dengan ahli gizi
mengenai
asupan energi
yang sesuai
kebutuhan
o. Tingkatkan tirah
baring dan waktu
istirahat pasien
p. Lalukan ROM
pasif/aktif
Pendidikan Kesehatan Pasien PPOK

A. Pengertian

Terapi nonfarmakologi yang berfungsi untuk mempermudah pengeluargan dahak

dengan cara mengkonsumsi madu

B. Tujuan Umum

1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret

2. Mengencerkan sputum agar mudah keluar untuk pemeriksaan diagnostik

3. Mengurangi sesak nafas akibat akumukasi sekret

C. Peralatan

1. Kertas tissue

2. Bengkok

3. Sendok

4. Madu 20 mg

5. Gelas berisi air hangat

D. Prosedur Pelaksana

a. Tahap prainteraksi

1. Mencuci tangan

2. Menyiapkan alat

b. Tahap orientasi

1. Memberikan salam dan sapa nama pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

c. Tahap kerja

1. Menjaga privasi pasien

2. Mempersiapkan pasien

3. Mendekatkan alat ke pasien

4. Meminta pasien membuka mulut

5. Menganjurkan pasien minum madu sebanyak 1 sendok the setiap kali minum

6. Menganjurkan untuk mengonsumsi dipagi hari sbelum sarapan dan minum air

hangat

7. Menampung lendir dalam pot apabila sputum kluar setelah minum madu

8. Bersihkan arah mulut atau bibir mnggunakan tissue dan buang di bengkok

9. Merapikan alat pasien

d. Tahap terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Berpamitan dengan pasien

3. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

E. Evaluasi

1. Perhatikan keadaan pasien selama tindakan

2. Apakah sekret dan jalan nafas paten atau tidak

3. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien


DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso, H. (2013). Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Bursa


Ilmu.
Wahid, A., & Suprato,I. (2013). Keperawatan Medikal Bdah, Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Alomedika.com
Alodokter.com

http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)

Topik : Melatih Batuk Efektif

Sub Topik : Penatalaksanaan Batuk Efektif

Tempat : ICU Lt.2

Waktu : Jumat 07 Oktober 2022

Durasi : 30 Menit

Sasaran : Tn.T

Oleh : Carlos Edoardo Sagala

A. Tujuan Umum

Setelah memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan penyuluhan mengenai

Penatalaksanaan Batuk Efektif pasien mampu memahami dan melakukannya dengan baik

B. Tujuan Khusus

Setelah memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan penyuluhan, pasien mampu

mengetahui tentang:

1. Pengertian Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

3. Teknik Batuk Efektif

C. Materi

1. Pengertian Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

3. Teknik Batuk Efektif

D. Metode

1. Leaflet
2. Tanya jawab

E. Media dan Alat

Leaflet

F. Strategi Pelaksanaan

No Waktu Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran


1 5 menit Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menyapa peserta Memperhatitan
Membuat kontrak waktu Memperhatitan
2 20 Penutup 1. Pengertian Penatalaksanaan Memperhatikan
menit
Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan Memperhatikan

Teknik Batuk Efektif


Memperhatikan
3. Teknik Batuk Efektif

3 5menit Penutup Memberikan kesempatan kepada Memberikan


pasien untuk bertanya Pertanyaan
Memberikan pujian positif atas
Memperhatikan
perhatian yang pasien berikan
Memutup acara penyuluhan Memperhatikan
Salam penutup
Menjawab Salam

G. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, pasien mampu menjelaskan dan

menyebutkan mengenai:

1. Pengertian Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

3. Teknik Batuk Efektif


1. Materi

Penatalaksanan Teknik Batuk Efektif


1. Pengertian Batuk efektif adalah suatu metode dengan benar

Penatalaksanaan dimana dapat energi dapat dihemat sehinggamudah


Teknik Batuk Efektif Lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara masksima
2. Tujuan Penatalaksanaan 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi
Teknik Batuk Efektif sekret
2. Mengluarkan sputum untuk pemeriksaan
diagnostic
3. Mengurangi sesak nafas
4. Meningkatkan distribusi ventilasi
5. Meningkatkan volume paru
6. Memfasilitasi pembersihan saluran nafas

3. Teknik Batuk Efektif 1. Tarik nafas dalam 4-5 kali


2. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir ,
nafas ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta
batukan dngan kuat dan spontan
4. Kelurkan dahak dengan bunyi “ ha..ha.. “
atau “ huf…huf”
5. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai