Anda di halaman 1dari 47

 Pengertian Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru

yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau

menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru

untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru

terhambat, udara akan terperangkap di dalam paru-paru. Hal ini akan

mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian tubuh

yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi

yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan kelainan di dalam struktur

paru-paru, sehingga aliran udara terhambat secara permanen(itulah sebabnya

disebut “obstruktif kronis”).

Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif

Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan

untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh

peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi

utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal

dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema paru-paru.

Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan

Chronic Obstructive Lung Disease (COLD).

Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu:


a. Bronkitis kronis

Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya

mengenai trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan

laringotrakeobronkitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan

napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya

morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis. Istilah bronkitis kronis

menunjukan kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun(berlangsung

lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik yang berasal dari luar bronkus

maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis merupakan keadaan yang

berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan, sehingga

cukup untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam

setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.

b. Emfisema Paru

Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang

ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif

jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa

pelebaran ruang udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan

maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya

sebagai overinflation. Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif

menahun, emfisema merupakan pelebaran asinus yang abnormal,

permanen, dan disertai destruktif dinding alveoli paru. Obstruktif pada

emfisema lebih disebabkan oleh perubahan jaringan daripada produksi

mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.


c. Asma bronkial

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri

bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama

pada percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai

stimulus seperti oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan

psikologi. Asma didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di

saluran pernapasan, dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-

limfosit, neutrofil, dan sel-sel epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini

menyebabkan episode wheezing, sulit bernapas, dada sesak, dan batuk

secara berulang, khususnya pada malam hari dan di pagi hari.

 Etiologi, komplikasi, dan manifestasi klinis penyakit (PPOK)

Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:

a. Kebiasaan merokok

merokok

Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan

kebiasaan yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu

menghilangkan kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan jantung 2

kali lebih besar bagi prokok berat atau yang merokok 20 batang atau

lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi kematian mendadak 5

kali lebih besar dari pada orang yang tidak merokok sama sekali.

Namun bagi mereka yang dapat berhenti merokok sama sekali, resiko

ini dapat berkurang hampir sama yang tidak merokok. Sejumlah kecil
nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin yang terserap

dalam setiap hisapan rokok memang tidak mematikan, tetapi tetap

membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta

mengacaukan irama jantung.

b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis

ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat

berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa

batuk dan demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada.

Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan

simtomatis sesuai gejala atau pengobatan kausal untuk mengatasi

penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan pencegahan penularan kepada

orang sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika batuk, tidak

meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di

tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam penularan

ISPA.

Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering

tergenang banjir. Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain.

Pada musim banjir, maka masala utamanya adalah kebersihan yang tidak

terjaga baik. Seperti ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang

berperan dalam penularan infeksi kulit. Penyakit saluran cerna lain, adalah

demam tifoid, yang juga terkait dengan faktor kebersihan makanan. Upaya

untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
c. Polusi udara

Emisi kendaraan bermontor

Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari

pencemaran udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa justru

yang mempunyai andil sangat besar adalah gas dan partikel yang di

emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan bermontor. Padahal kendaraan

bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.

Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor

sebagai sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi

gas buah dari cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan

sisannya dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga,

pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll

Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO

( word helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di

anggap serius. Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia,

hewan, serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang

mengandung partikel

( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida.

Kesemuanya di emisikan oleh kendaraan bermontor.

WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah

menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermontor, se3dangkan 10%

sisannya menghirup udara yang bersifat” marjinal”. Akibat menghirup

udara yang tidak bersih ini lebih fatal pada bayi dan anak-anak. Demikian
pula pada orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia

lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran

pernapasan menaun. Celakanya, para penderita maupun kelurganya tidak

menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari pencemaran

udara akibat emisi kendaraan bermontor semakin memperhatinkan.

 Komplikasi:

a. Hipoksemia

Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg,

dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi

perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap

lajut akan timbul sianosis

b. Asidosis Respiratori

Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang

muncul antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.

c. Infeksi Respirator

Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi

mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa.

Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan

timbulnya dispnea.

d. Gagal Jantung

Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),

harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini
sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan

emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.

e. Kardiak Disritmia

Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis

respirator

f. Status Asmatikus

Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma

bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan

sering kali tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunan

otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien

dengan asma.

 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:

a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang

cukup berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru

b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus

c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan

d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi

e. Hipoksemia intermiten atau kontinu

f. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata

g. Deformitas toraks

 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat

perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas agar tidak

terjadi hipoksia.pendekatan terapi mencakup :

1. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja

napas.

2. Mencegah dan mengobati infeksi.

3. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.

4. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi

pernapasan yang adekuat.

5. Dukungan psikologis

6. Edukasi dan rehabilitasi klien.

Jenis obat yang diberikan:

1. Bronkodilators.

2. Terapi aerosol.

3. Terapi infeksi.

4. Kortikostiroid.

5. Oksigenasi.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan

oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan limfosit-

T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, wheezing, dan batuk

akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik

berulang (Brunner & Suddarth, 2001). Pendapat serupa juga menyatakan bahwa

asma merupakan reaksi hiperresponsif saluran napas yang berbeda-beda derajatnya

dan menimbulkan fluktuasi spontan terhadap obstruksi jalan napas (Lewis et al.,

2000).

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak

sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas

saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak

napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik

tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan

seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005;

Bousquet, 2008)

Asma bronkiale adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea

dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya

penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara

spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, 1990). Pengertian lain dari

asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa

trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan

dispnea, batuk dan mengi (Smeltzer & Bare, 2002).


Prinsip yang mendasari asma menurut beberapa definisi diatas bahwa pada

asma bronkial ini terjadi penyempitan bronkus yang bersifat reversible yang terjadi

oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen. Asma

bronkial juga bisa dikatakan suatu sindrom yang ditandai dengan adanya sesak

nafas dan wheezing yang disebabkan oleh karena penyempitan menyeluruh dari

saluran nafas intra pulmonal.

B. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi

a. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung

(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna

untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam

lubang hidung.
b. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan

dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga

hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan

organ-organ lain adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung,

dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan

dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke

bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang

esofagus).

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak

sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai

ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.

Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan

yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-

tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan

menutupi laring.

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang

dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan

yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam

diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan

di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2

buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang

sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-

paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri,

terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan

lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2

cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut

bronkiolus (bronkii). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada

ujung terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.

f. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri

dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang

lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam

darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru

ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan

paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap

lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus
superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil

bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah

segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru

kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2

buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior.

Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang

bernama lobulus.

Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat

yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus

terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-

cabang banyak sekali, cabamg ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus

alveolus berakhir pada alveolus yang meternya antara 0.2 – 0.3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah

rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk

paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru

dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu

yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru

yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput

yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum

pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis

dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki

permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan

dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.


2. Fisiologi

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung

karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara

ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-

paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk

kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian

CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk

kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke

serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh

tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran).

Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran

darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju je

bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke

jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli.

Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagai dari sisa metabolisme, sedangkan

sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan

kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi

perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat

epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga

makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka,

begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring,

maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba

mengeluarkan makanan tersebt dari laring.

Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi

(menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi

secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan

gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur

oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla

oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau

mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga di bawah

pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan

kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila

muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu

mengerut datar.

Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan

kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian

jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar.

Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru

sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan

menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan

demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil

kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau

pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga

pleura dan paru-paru.

Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar

bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka

dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.

Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik,

maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua,

Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan

oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan

pada laki-laki.

C. Klasifikasi Asma

1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :

a. Asma bronkhiale

Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam

rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar

luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau

setelah mendapat pengobatan


b. Status asmatikus

Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional

(Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak

langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes

RI, 2007).

Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan

wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas),

kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan

ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi

sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin

besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan

biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth,

2001).

c. Asthmatic Emergency

Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian

2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)

a. Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena

reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-

apa terhadap orang yang sehat.

b. Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang

berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi
lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas

olahraga yang berlebihan.

3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma

berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

a. Asma Intermiten (asma jarang)

1) Gejala kurang dari seminggu

2) Serangan singkat

3) Gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan

4) FEV 1 atau PEV > 80%

5) PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%

b. Asma mild persistent (asma persisten ringan)

1) Gejala lebih dari sekali seminggu

2) Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

3) Gejala pada malam hari > 2 kali sebulan

4) FEV 1 atau PEV > 80%

5) PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%

c. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

1) Gejala setiap hari

2) Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

3) Gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu

4) FEV 1 tau PEV 60% – 80%

5) PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%

d. Asma severe persistent (asma persisten berat)


1) Gejala setiap hari

2) Serangan terus menerus

3) Gejala pada malam hari setiap hari

4) Terjadi pembatasan aktivitas fisik

5) FEV 1 atau PEF = 60%

6) PEF atau FEV variabilitas > 30%

4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan

berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)

a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu

kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada

akhir ekspirasi,

b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal

kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang

ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,

c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk

bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi

sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,

d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah

tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.

e. Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma.

Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan

asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma


berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas

yang dapat menyebabkan kematian

D. Patofisiologi

Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang

disebabkan oleh spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan

atau edema mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer,

2002; Sundaru, 2001). Saluran nafas yang sering terserang adalah bronkus dengan

ukuran 3-5 mm, tetapi distribusinya meliputi daerah yang luas. Walaupun asma

pada prinsipnya adalah suatu kelainan pada jalan pernafasan, akan tetapi dapat pula

menyebabkan gangguan pada bagian fungsional paru (Rab,1996). Smeltzer (2002)

menjelaskan lebih lanjut bahwa otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar.

Sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi dengan

udara terperangkap dalam jaringan paru (Smeltzer, 2002). Ketiga faktor tersebut

selanjutnya dapat menimbulkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis pernafasan

pada tahap yang sangat lanjut.

E. Etiologi

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang

yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.


Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non

imunologi.

1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma

adalah : (Smeltzer & Bare, 2002).

a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen

atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

b. Faktor intrinsik(non-alergik): tidak berhubungan dengan alergen, seperti

common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan

lingkungan dapat mencetuskan serangan.

c. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari

bentuk alergik dan non-alergik

2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi

pencetus asma

a. Pemicu Asma (Trigger)

Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran

pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan.

Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum

berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.

Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu

cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif

mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan

bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi
peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi

adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi

saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.

b. Penyebab Asma (Inducer)

Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus

hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan.

Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma

jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang

umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi.

Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk

ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen

yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang

didapat melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).

3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik.

Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah :

a. Faktor predisposisi

Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi

biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena

adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma

Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas

saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.


b. Faktor presipitasi

1) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-

buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan

obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).

c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :

perhiasan, logam dan jam tangan

Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas

merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau

bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast

sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat

mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti

histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.

2) Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan

aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat

diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai

Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat

setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik


tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek,

batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan

selama 2-3 menit sebelum latihan.

3) Infeksi bakteri pada saluran napas

Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan

eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi

pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh

karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.

4) Stres

Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain

itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita

diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika

stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

5) Gangguan pada sinus

Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus,

misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini

menyebabkan inflamasi membran mukus.

6) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi

Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu

terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan

dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

F. Manifestasi Klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi

(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk

kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan

berat didada.

Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi

1. Asma tingkat I

Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala

asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru.

Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan

tes provokasi bronchial di laboratorium.

2. Asma tingkat II

Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada

kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran

pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.

3. Asma tingkat III

Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan

fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita

merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.

4. Asma tingkat IV

Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu

dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.

Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang

makin banyak antara lain :


a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus

b. Sianosis

c. Silent Chest

d. Gangguan kesadaran

e. Tampak lelah

f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

5. Asma tingkat V

Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa

serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan

yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam

kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinofil.

b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-

sel cabang-cabang bronkus

c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

d. Terdapatnya neutrofil eosinofil

2. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan

leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma


a. Gas analisa darah

Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat

peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang

buruk

b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi

c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu

seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.

e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai

alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.

3. Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan

asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang

bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun.

Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:

a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah

b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang

bertambah.

c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada

paru.

4. Pemeriksaan faal paru


a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan

tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien

menunjukkan penurunan tekanan sistolik.

b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada

seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi

pada asma yang berat.

5. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas

tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni:

a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan

rotasi searah jarum jam

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB

c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES

atau terjadinya relatif ST depresi.

H. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik

dan pengobatan farmakologik.

1. Pengobatan non farmakologik

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang

penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor

pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim

kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada

pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi

faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c. Fisioterapi

Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini

dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik

a. Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak

antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat

ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

b. Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan

bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada

orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.

c. Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus

diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (

beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari.

Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang

mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.

d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .

Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

e. Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.

Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

f. Iprutropioum bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat

bronkodilator.

3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus

a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam

b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit

dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20

mg/kg bb/24 jam.

d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f. Antibiotik spektrum luas.


 FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Nama : Ny.W

b. Umur : 60 tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Status Perkawinan : Menikah

e. Agama : Kristen

f. Suku : Minahasa

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Pensiunan


b. Pekerjaan sebelumnya : Guru

c. Sumber pendapatan :-

d. Kecukupan pendapatan : -

3. Lingkungan tempat tinggal :

Klien mengatakan bersih

4. Riwayat Kesehatan

a. Status Kesehatan saat ini

1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir

: Klien mengatakan sesak nafas, keringat dingin, dan batuk

2. Gejala yang dirasakan

: klien mengatakan ‘saya merasa pusing, batuk,dan sesak

nafas

3. Faktor pencetus

: Tidak di ketahui

4. Timbulnya keluhan

: Mendadak

5. Upaya mengatasi

:-
6. Pergike RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat

: Klien mengatakan bahwa belum pernah memeriksakan

kondisinya

7. Mengkomsumsi obat-obatan sendiri ?, obat tradisional ?

: -

8. Lain-lain…..

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah diderita

: Klien mengatakan memilki penyakit hipertensi

2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll )

: Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan

dll.

3. Riwayat kecelakaan

4. Riwayat pernah dirawat di RS

5. Riwayat pemakaian obat


: Klien mengatakan mengkonsumsi amblodipin

5. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

Klien mengatakan tidak ada memilki kebiasaan buruk dalam

menjaga kesehatannya

b. Nutrisi metabolik

Klien mengatakan makan 3 kali sehari, porsi makan habis

c. Eliminasi

BAK : klien mengatakan bak normal 5 kali sehari, berwarna

kuning jerni

BAB : klien mengatakan bab 2 kali sehari, padat.

d. Aktifitas Pola Latihan

Klien mengatakan mandi 2 kali sehari dengan kemampuan

mandi sendiri

e. Pola istirahat tidur

Klien mengatakan bahwa susah tidur dan sering terbangun

f. Pola Kognitif Persepsi

Klien mengatakan penglihatannya tidak terganggu,

pendengarannya
Dan juga klien tidak kesulitan dalam mengambil suatu

keputusan

g. Persepsi diri-Pola konsep diri

h. Pola Peran-Hubungan

i. Sexualitas

j. Koping-Pola Toleransi Stress

k. Nilai-Pola Keyakinan

Klien mengatakan bahwa ia memeluk agama Kristen dan selalu

berdoa.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : lemas dan leamh

b. TTV : 140/80 mmHg

c. BB/TB :56 kg, 140 cm

d. Kepala

Rambut :Rambut pasien sudah berwarna putih

Mata :Mata klien masih bisa melihat dengan

jelas
Telinga :Pendengarannya masih mendengar

dengan jelas

Mulut, gigi dan bibir : Mulut pucat, gigi sudah tidak lengkap

dan bibir kering

e. Dada : pengembangan dada simetris kanan

dan kiri

f. Abdomen : cekung, tidak terdapat lesi, tidak

ada nyeri tekan

g. Kulit : keadaan kulit lembab

h. Ekstremitas Atas : kuku bersih, capillary refil

kembali < 3 detik, kekuatan otot 4/4

i. Ekstremitas bawah : kuku bersih, capilaris refil kembali < 3

detik, telapak kaki pecah-pecah,

kekuatan otot 4/4

7. Pengkajian Khusus
a. Status fungsional (Katz Indeks ) :

PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL


Indeks Kemandirian Katz
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung
atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri V

sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat pakaian. V
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian

3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian V
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari V
kursi sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen

V
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers )

6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri V
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral
( NGT )

keterangan :
Klien memilki nilai D : kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan.

PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF

2) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian fungsi


intelektual lansia.
Benar Salah No Pertanyaan
V 01 Tanggal berapa hari ini ?
V 02 Hari apa sekarang ?
V 03 Apa nama tempat ini?
V 04 Dimana alamat anda?
V 05 Berapa umur anda ?
V 06 Kapan anda lahir ? (Minimal tahun)
V 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
V 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
V 09 Siapa nama Ibu anda?
V 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun.
TOTAL NILAI = 1

Keterangan : Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ, klien menjawab

salah 1 dengan pertanyaan yang di berikan, sehingga dapat disimpulkan klien

mendapatkan skore salah :0-2: fungsi inteletual utuh.

APGAR KELUARGA
NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG- TIDAK
KADANG PERNAH
(2) (1) (0)
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga ( teman-teman ) saya untuk V
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (
temanteman ) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan masalah V
saya.

3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman )
saya menerima & mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktifitas atau arah V
baru.

4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga (
temanteman ) saya mengekspresikan afek
dan berespon terhadap emosi-emosi saya, V
seperti marah, sedih atau mencintai.

5 R : Resolve
Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersamasama V
mengekspresikan afek dan berespon

JUMLAH 4 2
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Klien mengalami Disfungsi Keluarga sedang

NO PERTANYAAN Kunci Jawaban


Jawaban Ny.W
1 APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS DENGAN TIDAK YA
KEHIDUPAN ANDA?

2 APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN BANYAK YA YA


KEGIATAN DAN MINAT/KESENANGAN ANDA
3 APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA KOSONG? YA YA

4 APAKAH ANDA SERING MERASA BOSAN? YA YA

5 APAKAH ANADA MEMPUNYAI SEMANGAT YANG BAIK TIDAK YA


SETIAP SAAT?

6 APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU YANG BURUK YA YA


AKAN TERJADI PADA ANDA?

7 APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK SEBAGIAN TIDAK TIDAK


BESAR HIDUP ANDA?

8 APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK BERDAYA? YA YA

9 APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH DARIPADA YA TIDAK


PERGI KELUAR DAN MENGERJAKAN SESUATU HAL
YANG BARU?
10 APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI BANYAK YA YA
MASALAH DENGAN DAYA INGAT ANDA DIBANDINGKAN
KEBANYAKAN ORANG ?

11 APAKAH ANDA PIKIR BAHWA KEHIDUPAN ANDA TIDAK YA


SEKARANG MENYENANGKAN?

12 APAKAH ANDA MERASA TIDAK BERHARGA SEPERTI YA YA


PERASAAN ANDA SAAT INI?

13 APAKAH ANDA MERASA PENUH SEMANGAT? TIDAK TIDAK


14 APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN ANDA TIDAK YA YA
ADA HARAPAN?

15 APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN, LEBIH BAIK YA TIDAK


KEADAANNYA DARIPADA ANDA?

GERIATRIC DEPRESSION SCALE ( SKALA DEPRESI )

Dari pengkajian klien depresi

B. Ananlisa Data
No Data Masalah Penyebab
1. Ds: - klien Tidak efektinya Akumulasi mucus
mengatakan batuk bersihkan jalan
dengan dahak panas
- Klien
mengatakan
di lehernya
seperti ada
dahak yang
mengumpal
Do: - klien nafas
dangkal
- TTV : Td :
140/80mmHg
S:
36,5
N : 94x/ mnt
2. Ds : klien sesak Tidak efektifnya Penurunan
bernafas pola nafas ekspensi paru
Klien mengatakan
jika untuk tidur
semakin sesak
Do : klien tampak
sesak
RR : 26x/mnt
3. Ds : klien Intoleransi Kelemahan fisik
mengatakan lemas aktifitas
Klien mengatakan
pusing
Do : tingkat
kesadaran cm
Ku : lemas
Dalam beraktivitas
klien sebagian di
bantu keluarga

C. Proritas Masalah
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b/d Akumulasi mucus
2. Tidak efektifnya pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
3. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

D. Intervensi
N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o (NOC)
1.Tidak Jalan Sesak 1. Auskultasi 1.Beberapa
efektifnya nafas berkurang, bunyi nafas, catat derajat
bersihan kembali batuk adanya bunyi spasme
jalan nafas efektif berkurang, nafas, misalnya : bronkus
berhubung klien dapat wheezing, ronkhi. terjadi
an dengan mengeluarkan dengan
akumulasi sputum, obstruksi
mukus. wheezing jalan nafas.
berkurang/hila Bunyi nafas
ng, vital dalam redup dengan
batas normal ekspirasi
keadaan umum mengi
baik. (empysema),
tak ada
fungsi nafas
(asma berat).
2.Tidak Pola Pola nafas 1. Kaji frekuensi 1. Kecepatan
efektifnya nafas efektif, bunyi kedalaman biasanya
pola nafas kembali nafas normal pernafasan dan mencapai
berhubung efektif. atau bersih, ekspansi dada. kedalaman
an dengan TTV dalam Catat upaya pernafasan
penurunan batas normal, pernafasan bervariasi
ekspansi batuk termasuk tergantung
paru. berkurang, penggunaan otot derajat gagal
ekspansi paru bantu pernafasan / nafas.
mengembang. pelebaran nasal. Expansi dada
2. Auskultasi terbatas yang
bunyi nafas dan berhubungan
catat adanya bunyi dengan
nafas seperti atelektasis
krekels, wheezing. dan atau
3. Tinggikan nyeri dada
kepala dan bantu 2. Ronki dan
mengubah posisi. wheezing
menyertai
obstruksi
jalan nafas /
kegagalan
pernafasan.
3. Duduk
tinggi
memungkink
an ekspansi
paru dan
memudahkan
pernafasan.
3.Intoleransi Klien KU klien baik, 1. Evaluasi 1.
aktivitas dapat badan tidak respons pasien Menetapkan
berhubung melakuka lemas, klien terhadap aktivitas. kebutuhan/
an dengan n dapat Catat laporan kemampuan
kelemahan aktivitas beraktivitas dyspnea pasien dan
fisik. sehari- secara mandiri, peningkatan memudahkan
hari kekuatan otot kelemahan/kelelah pilihan
secara terasa pada an dan perubahan intervensi.
mandiri. skala sedang tanda vital selama 2. Tirah
dan setelah baring
aktivitas. dipertahanka
2. Jelaskan n selama fase
pentingnya akut untuk
istirahat dalam menurunkan
rencana kebutuhan
pengobatan dan metabolik,
perlunya menghemat
keseimbangan energi untuk
aktivitas dan penyembuha
istirahat. n.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY W (60 TAHUN) DENGAN PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKSI

KRONIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. GRACEZELIN LUMI 1614201051
2. TRININGSI SUNGI 1614201197
3. MONICA M, KOTAMBUNAN 1614201063
4. DELIYANTI S MAANANA 1614201168
5. HESRINA MONGGIAPON 1614201175
6. ANGGRAINI A P GAHENGGANG 1614201043

NAMA DOSEN : Ns, CHRISTIANE SARAYAR S.Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO
2019

Anda mungkin juga menyukai