Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. RDENGAN DIAGNOSA MEDIS CACAR PADA


SISTEM PENGINDRAAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : Rama
NIM : 2018.C.10a.0981

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama :Rama
NIM : 2018.C.10a.0981
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada An. R
DenganDiagnosa Cacar Pada Sistem Pengindraan”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini sudah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama :Rama
NIM : 2018.C.10a.0981
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada An. R
DenganDiagnosa CacarPada Sistem Pengindraan”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disahkan oleh:

Mengetahui,
Ketua Program Sarjana Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina,Ners, M.Kep. Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada An. R DenganDiagnosa Cacar Pada Sistem Pengindraan”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPKII).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 14 November 2020

Penyusun
(Rama)

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ............................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB 1PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 2
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Konsep Penyakit Cacar (Varicella) ......................................................... 4
2.1.1 Anatomi Fisiologi ........................................................................ 4
2.1.2 Definisi Cacar (Varicella) .............................................................. 6
2.1.3 Etiologi ......................................................................................... 6
2.1.4 Klasifikasi .................................................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi (WOC) ..................................................................... 8
2.1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 11
2.1.7 Komplikasi ................................................................................. 12
2.1.8 Penatalaksanaan Medis................................................................ 12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan......................................................... 14
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................. 14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 15
2.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 15
2.2.4 Implementasi Keperawatan .......................................................... 16
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 16
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................... 17
3.1 Pengkajian ............................................................................................. 17
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 25
3.3 Rencana Keperawatan............................................................................ 28
3.4 Implementasi ......................................................................................... 31
3.5 Evaluasi .................................................................................................... 31
BAB 4PENUTUP ............................................................................................. 33
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 33
4.2 Saran ...................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 34
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
LEAFLET
JURNAL TERKAIT
LEMBAR KONSULTASI

v
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit cacar air (varicella) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan
penyakit yang mendunia. Varicella merupakan penyakit menular yang dapat
menyerang siapa saja. Terutama mereka yang belum mendapat imunisasi di
indonesia, tidak banyak data yang mencatat kasus varicella secara nasional. Data
yang tercatat merupakan data epidemi cacar air pada daerah tertentu.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin
empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada
umumnya penyakit ini tidak begitu berat.Namun di negara-negara tropis, seperti
di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela.
Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian
semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin
bertambah berat. (Ranuh dkk, 2014)
Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon
ini menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi
pada orang-orang ini, namun serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi di
orang imunokompeten. Reexposure dab infeksi subklinis dapat berfungsi untuk
meningkatkan kekebalan yang diperoleh setelah episode cacar air, ini dapat
berubah di era post vaksin.Penyakit Varicella disebut juga dengan Chickenpox, di
Indonesia penyakit ini biasa dikenal dengan cacar air. Cacar air merupakan salah
satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak namun dapat juga menyerang
orang dewasa. Di Indonesia, cacar air diduga sering terjadi pada saat pergantian
musim hujan ke musim panas ataupun sebaliknya. Penyakit Varicella terdapat
diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras ataupun jenis kelamin. Penyakit ini
disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). (Zulkoni, 2011: 223)
Mengingat kasus cacar air banyak menyerang anak-anak, sifat penularannya
yang begitu cepat dan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk mengendalikan penyebaran penyakit cacar
air agar tidak menjadi wabah dalam suatu populasi. Salah satu caranya yaitu

1
2

dengan program vaksinasi. Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh


untuk memberikan kekebalan aktif pada suatu penyakit. Menurut vaksinasi dapat
diberikan kepada anak-anak yang berumur 12- 15 bulan dan kepada setiap orang
yang belum mendapat vaksinasi atau bagi yang belum pernah menderita penyakit
cacar air sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam kasus di atas adalah Bagaimana pemberian asuhan
keperawatanpada An. R dengan diagnosa medis Cacar pada sistem pengindraan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Cacarpada sistem pengindraan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada An.R dengan diagnosa medisCacar pada sistem
penginderaan.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengkajian pada dengan diagnosa
medis Kolesteatoma di sistem penginderaan.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada An.R pasien dengan
diagnosa medisCacar di sistem penginderaan.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah pada An.R pasien dengan diagnosa medisCacar di sistem
penginderaan.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada An.R pasien dengan diagnosa medisCacar di sistem penginderaan.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan
yang dilakukan pada An.R pasien dengan diagnosa medisCacar di sistem
penginderaan.
3

1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan dan


asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada An.R pasien dengan
diagnosa medisCacar di sistem penginderaan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis Cacar secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Cacar dan Asuhan Keperawatannya.
1.4.3.2Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Cacar melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Cacar (Varicella)


2.1.1 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1.2 Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindungtubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utamareseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagianstratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegahkehilangan
airserta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringansubkutan. Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai
hasil metabolisme makanan yangmemproduksi energi, panas ini akan hilang
melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah
substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3
lapisan utama yaitu, Epidermis, Dermis dan Jaringan Subkutan.
1. Lapisan Epidermis, terdiri atas :
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti
selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak
larut yang membentuk barier terluar kulit danmempunyai kapasitas

4
5

untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan


dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan
permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel
yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang
di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan Dermis terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris) Lapisan ini berada
langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang
menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan ini terletak
di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen. Dermis juga
tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan Subkutan atau Hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah
jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak
merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
4. Kelenjar Pada Kulit :
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan
tubuh. kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar
keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin.
Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin
6

berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan
labia mayora

2.1.2 Definisi Cacar (Varicella)


Varisela adalah akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Disebut juga cacar air, chicken pox.
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak. Transmisi penyakit ini
secara aerogen. Masa penularan 7hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.(Kapita
Selekta Kedokteran,2010)
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E,
varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-
zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua
penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.
Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi
varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu
tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-
Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster.
Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita
verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan
menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

2.1.3 Etiologi

Menurut dalam buku NANDA NIC-NOC 2015 Varicella disebabkan oleh


Varicella Zooster Virus(VZV) yang termasuk 8 jenis Herpes Virus dari family
herpesviridae. Virus ini masuk tubuh melalui mukosa saluran nafas bagian atas
7

atau orofaring dan menyebar kepembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Satu
minggu kemudian virus kembali virus kembali menyebar melalui pembuluh darah
(viremia 2) dan timbul gejala demam dan malaise. Penyebaran ke seluruh tubuh
terutama kulit dan mukosa. Lesi kulit muncul tidak bersamaan, sesuai dengan
siklus viremia. Pada keadaan normal siklus ini berakir setelah 3 hari akibat adanya
kekebalan hormonal dan selular spesifik.

2.1.4Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah. Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi
ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya
varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan
trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh
kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk
mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah
pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.

2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan
menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune
globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus
dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang
menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus
8

dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus
yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada
saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah
lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah
diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia,
varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir
intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak
lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus
pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela
maternal.

2.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi menurut Siti Aisyah, Virus varisela-zoster masuk ke dalam
tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Multiplikasi virus
ditempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui
darah dan limfe (viremia primer). Virus dimusnahkan oleh sel sistem
retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa
inkubasi. Selama masa inkubasi virus dihambat sebagian oleh mekanisme
pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus dapat mengalahkan pertahanan
tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu setelah infeksi terjadi viremia
sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Viremia tersebut menyebabkan
demam dan malese anorexia serta menyebarkan virus ke seluruh tubuh, terutama
ke kulit dan mukosa.
Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan menghentikan
viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Terjadinya
komplikasi varisela (pneumonia dan lain-lain) mencerminkan gagalnya respons
imun tersebut menghentikan replikasi serta penyebaran virus dan berlanjutnya
infeksi. Keadaan ini terutama terjadi pada pasien imunokompromais. Dalam 2-5
hari setelah gejala klinis varisela terlihat, antibody (IgG, IgM, IgA) spesifik
terhadap VVZ dapat dideteksi dan mencapai titer tertinggi pada minggu kedua
9

atau ketiga. Setelah itu titer IgG menurun perlahan, sedangkan IgM dan IgA
menurun lebih cepat dan tidak terdeteksi satu tahun setelah infeksi. Imunitas
selular terhadap VVZ juga berkembang selama infeksi dan menetap selama
bertahun-tahun. Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap VVZ
berfungsi protektif terhadap varisela, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan
infeksi (kekebalan seumur hidup). Imunitas selular lebih penting daripada
imunitas humoral untuk penyembuhan varisela. Pada pasien imunokompromais,
oleh karena imunitas humoral dan selularnya terganggu, pajanan ulang dapat
menyebabkan rekurensi dan varisela menjadi lebih berat dan berlangsung lebih
lama.
WOC CACAR
1. Imunitas tubuh menurun 10
2. Virus varicella zoster
3. Invasi virus melalui saluran pernafasan/kontak langsung
Etiologi
4. Virus beriplikasi di kelenjar getah bening (2-4 hari)
5. Penyebaran virus melalui darah (4-6 hari)
6. Virus bereplikasi ke organ-organ
7. Virus mencapai kulit

Varisella

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Suara nafas Pelepasan mediator Terjadi makula Suhu tubuh Penurunan nafsu Reaksi kuman
vesikuler kimia meningkat
(prostaglandin)
Pola nafas teratur Mengenai saraf Pengeluaran
nyeri pada kulit reseptor
Gangguan di Keringat
hypothalamus meningkat
Pelepasan mediator
kimia Mengaktivasi
Suhu tubuh rasa gatal
meningkat Kehilangan cairan
Histamin,
bradikinin, berlebihan
Mk : Hipertermi serotonin Melakukan garukan

Merangsang saraf- Mk : Resiko


saraf bebas kekurangan volume Meninggalkan bekas
cairan
Timbul respon nyeri
Mk : Gangguan citra
tubuh
Nyeri, seperti terbakar,
gatal tidak tertahan

Mk : Nyeri Akut
11

2.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Richar E. varisela dibagi menjadi 2 stadium :
1. Stadium prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala
panas, perasaan lemah (malaise), anoreksia. Kadang-kadang terdapa
kelainan scarlatinaform atau morbiliform.
2. Stadium erupsi: Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil yang
berubah menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar
eritematous. Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah
(unumbilicated). Isi versikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam.
Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-4
hari erupsi tersebar; mula-mula di dada lalu ke muka, bahu dan anggota
gerak. Erupsi ini disertai perasaan gatal.

Pada suatu saat terdapat macam-macam stadium erupsi, ini merupakan tanda
khas penyakit verisela. Vesikel tidak hanya terdapat di kulit, melainkan juga di
selaput lendir mulut. Bila terdapat infeksi sekunder, maka akan terjadi
limfadenopatia umum.Karena kemungkinan mendapat varisela selama masa
kanak-kanak sangat besar, maka varisela jarang ditemukan pada wanita hamil (0,7
tiap 1.000 kehamilan). Diperkirakan 17% dari anak yang dilahirkan wanita yang
mendapat verisela ketika hamil akan menderita kelainan bawaan berupa bekas
luka di kulit (cutaneous scars), berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai,
kelumpuhan dan atrofi tungkai, kenang, retardasi mental, koriorenitis, atrofi
kortikal, katarak atau kelainan pada mata lainnya.
Angka kematian tinggi, bila seorang wanita hamil mendapat varisela dalam
21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25% dari neonatus yang dilahirkan akan
memperlihatkan gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur
5 hai. Biasanya varisela yang timbul berlangsung ringan dan tidak mengakibatkan
kematian. Sedangkan bila seorang wanita hamil mendapat varisela dalam waktu 4-
5 hari sebelum melahirkan, maka neonatusnya akan memperlihatkan gejala
varisela kongenital pada umur 5-10 hari. Di sini perjalanan penyakit varisela
sering berat dan menyebabkan kematian sebesar 25-30%. Mungkin ini ada
hubungannya dengan kurun waktu fetus berkontak dengan varisela dan
12

dialirkannya antibody itu melalui plasenta kepada fetus.Seorang neonatus jarang


mendapat varisela di bangsal perinatologi dari seorang perawat atau petugas
bangsal lainnya, tapi bila ini terjadi maka perjalanan penyakit amat ringan dan
terlihat gejala-gejala seperti pada anak yang besar.

2.1.7 Komplikasi
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat
berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :
1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi
pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
2. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan
cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini
ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat
mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-
ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam
waktu beberapa minggu atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang
serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan
hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :
1. Bayi dibawah usia 28 hari.
2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah
3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis,
pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis,
arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).
4. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan
congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang
kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan
terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang
justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak
13

ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai


tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah.
Tentu tidak menarik untuk dilihat.
a. Umum :
1. Isolasi untuk mencegah penularan.
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian
antiseptik pada air mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
a) Jangan menggaruk vesikel.
b) Kuku jangan dibiarkan panjang.
c) Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda
kulit, jangan digosok.
b. Farmakoterapi
1. Asiklovir oral
Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang melemah kan
daya tahan tubuh.
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
a) Parasetamol atau ib uprofen.
b) Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada
infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan
sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
3. Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
4. Antibiotika : bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada
kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio
kalamin).
14

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Pengumpulan Data, Meliputi
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Menanyakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja
keluhan yang ia rasakan.
3) Riwayat Penyakit
- Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media akut
sebelumnya.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga klien ada / tidak anggota keluarga yang mempunyai
penyakit yang sama dengan klien.
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik B1-B6
1) B1 (Breathing)
Tanda – tanda vital :ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
2) B2 (Blood)
Pada pasien Cacar biasanya tidak terdapat gangguan
3) B3 (Brain)
Pada pasien Cacar sangat jarang ada gangguan pada sistem persyrafan
4) B4 (Bladder)
Sistem perkemihan terpantau lancar
5) B5 (Bowel)
Pada pasien Cacar biasanya tidak terdapat masalah
6) B6 (Bone)
Pada pasien Cacar biasanya tidak terdapat masalah pada sistem tulang dan
otot.
15

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Hypertermi berhubungan dengan penyakit
2.2.2.2 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (mis
tekanan, koyakan, friksi)
2.2.2.3 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan pada klien dengan Cacar meliputi :
Diagnosa 1 :Hypertermi berhubungan dengan penyakit
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam menujukan
temperatur dalan batas
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. observasi TTV : nadi, suhu, 1. TTV merupakan acuan untuk
tekanan darah, pernafasan mengetahui keadaan umum
2. berikan penjelasan tentang pasien
penyebab demam atau 2. Keterlibatan keluarga sangat
peningkatan suhu tubuh berarti dalam proses
3. beri kompres hangat di daerah penyembuhan pasien di rumah
ketiak dan dahi sakit
4. anjurkan untuk menggunakan 3. Kompres hangat akan
pakaian yang tipis yang mudah memberikan efek vasodilatasi
menyerap keringat pembuluh darah sehingga dapat
meningkatkan pengeluaran panas
tubuh melalui pori-pori
4. Pakaian yang tipis akan
membantu mengurangi
penguapan tubuh

Diagnosa 2 :Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan lesi pada kulit


(mis tekanan, koyakan, friksi)
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan`
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. Terapkan prinsip pencegahan 1. Untuk memonitor pola napas
luka decubitus 2. Utuk Mempermudah inspirasi,
2. Atur posisi pasien senyaman Membantu pembersihan jalan
mungkin nafas dengan ransangan air
3. Balut luka dengan balutan yang hangat
16

memepertahankan kelembapan 3. Membantu pembersihan jalan


lingkungan di atas dasar luka nafas dari lender
4. Pasien mampu melakukan batuk
efektif
5. Membantu pernapasan dengan
pemasangan akat melalui
kolaborasi

Diagnosa 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam terjadi adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil :
- Klien mengetahui penyakit yang di derita
- Klien mengetahui kondisi dan kebutuhan pengobatan yang di butuhkan

Intervensi Rasional
1. Jelaskan kembali mengenai 1. Memberikan kesempastan
patofisiologi / prognosis mengklarifikasi kesalahan
penyakit
persepsi dan keadaan penyakit
2. Tinjau kembali obat-obat
yang didapat yang ada sesuai dengan yang di
tangani
2. Tidak ada pemahan terhadap
obat-obatan yang dapat
merupakan kecemasan keluarga

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
17

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Badak, Palangka Raya
Tgl MRS :14 November 2020
Diagnosa Medis :Cacar
3.1.2 Riwayat kesehatan
3.1.2.1 Keluhan utama :
Orang tua klien mengatakan terdapat gelembung yang berisi cairan yang
terdapat pada bagian tubuh klien
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu klien mangatakan pada tanggal 12November 2020 pukul 08:00, An. R
mengeluh gelembung-gelembung kecil berisi cairan pada hampir seluruh
permukaan tubuh berwarna kemerahan dan dirasakan gatal, dan nyeri. Keluhan
ini dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Awalnya gelembung-gelembung cairan ini
muncul di dada, kemudian dirasakan semakin banyak dan menyebar ke muka,
punggung, kedua tangan dan perut. Dan sebagian gelembung sudah ada yang
pecah. Sejak 1 minggu sebelum masuk RS pasien merasakan demam yang
dirasakan terus menerus sepanjang hari, juga ada nyeri saat menelan, tidak nafsu
makan, mual muntah dan badan terasa pegal-pegal. Karena pasien semakin
tidak nafsu makan dan terus mengalami mual muntah, maka pasien di rawat di
rumah sakit. Pada saat di IGDPasien juga mendapatkan pemeriksaan dengan
hasil tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 110 x/menit, pernapasan 24 x/menit

17
18

dan suhu 380C, pasien juga mendapat terapi obat Paracetamol 2x200 mg (IV),
dan Salap dari Dokter memutuskan An.R harus dirawat inap untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Ibu Klien mengatakan belum pernah memiliki riwayat sakit seperti ini
sebelumnya dan tidak ada penyakit kulit sebelumnya
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu klienmengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti yang dialami anaknya dan tidak memiliki riwayat
penyakit turunan.

Genogram Keluarga

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tampak gelisah , kesadaran compos menthis, klien berbaring dengan
terlentang
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis,bentuk badan klien simetris,klien
berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien cukup rapi, klien
19

mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara


perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah
sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 13 november 2020 pukul 09:00 WIB,
suhu tubuh klien/ S = 38 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 110
x/menit dan pernapasan/ RR = 24 x/menit, tekanan darah TD = 120/ 90
mmhg.
Masalah keperawatan : Hipertermia
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien terlihat simetris, klien tidak sesak nafas, tidak sianosis,
type pernapasanan klien tampak menggunakan perut dan dada, irama
pernapasan teratur, suara nafas vesikulerbunyi napas tambahan ronchi pada
auskultasi paru sebelah kiri.
Keluhan lainnya : tidak ada.
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, edema ekstermitas bawah,tidak
ada peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama sinus
rythm.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran
klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri
positif.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
20

3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik .
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatatan : Tidak ada
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak
oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak
hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah
melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada
21

3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)


Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah
klien tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien
tidak ada peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien
BAB 2x/hari warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem
tidak konstipasi, tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar
normal 26 x/hari.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese,tidak ada krepitasi, nyeri sekujur tubuh,
tidak ada kekakuan, tidak ada spastisitis, ukuran otot simetris, kekuatan
otot 4/4, peradangan sekujur tubuh, perlukaan sekujur tubuh, tidak ada
patah tulang.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan muncul bintik-bintik merah
(Chiken Pok) sampai melepuh
Masalah keperawatannya : Gangguan Integritas Kulit

3.1.10 Kulit-Kulit Rambut


Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit coklat tua, turgor
kuarng, tekstur kasar, tidak ada tampak terdapat lesi, tekstur rambut halus,
tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada

3.1.11 Sistem Penginderaan


1) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata
22

kiri (VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis,
kornea bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak
terdapat adanya nyeri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
2) Telinga / Pendengaran
Klien tidak megalami penurunan pendengaran,terdapat cairan agak kental
tidak berbau dari telinga kiri klien.
3) Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak
terdapat transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada
masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher
klien bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Pria
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada
discharge, srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan klien 120 cm, berat badan klien 45 kg, klien diet biasa dan
tidak ada gangguan menelan. Pada pemeriksaan selanjutnya pemeriksaan
pola makan sehari-hari klien dengan frekuensi makan klien 3 kali/hari untuk
sesesudah dan sebelum sakit. Porsi yang dapat dihabiskan klien sebelum dan
23

sesudah sakit klien makan ½ porsi. Jenis makanan yang dikosumsi klien
sebelum sakit adalah nasi,lauk,dan sayur,sedangkan sesudah sakit sesuai
diet yang diberikan rumah sakit.minuman klien air putih sebelum sakit dan
sesudah sakit. Klien dapat menghabiskan ± 2000 cc/24 jam. Untuk
kebiasaan makan klien pagi,siang dan malam.
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masasah keperawatan : Tidak Ada
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Sebelum klien mengatakan bahwa ia tidur siang 40 menit sampai 1 jam
sedangkan pada saat malam hari ia tidur selama 7-8 jam,saat sakit klien
tidur tidur selama 7 jam.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan kurang mengetahui apa yang dialami pasien sekarang
ini Pasien tampak bertanya, pasien tampak kebingungan.
Masalah keperawatan : Defisit Pengetahuan
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas bermain dan sekolah
namun sesudah sakit klien hanya berbaring di tempat tidur saja dan dalam
pemenuhan ADL dilakukan sendiri.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
klien mengatakan bila ada masalahselalu bercerita dan meminta bantuan
kepada ibunya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
24

klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan


dengan keyakinan yang di anut.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa
Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi An.R selama diarawat di
rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah kedua orang tuanya
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bermain dan bersekolah
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Selama sakit klien hanya bisa berdoa di tempat tidurnya

Palangka Raya,14 November 2020


Mahasiswa

(Rama)
25

ANALISIS DATA
Nama : An. R
Umur : 14 Tahun

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Pelepasan mediator Hipertermi
- klien mengatakan tidak kimia prostaglandin
enak badan dan pasien 
merasa panas pada Gangguan di
tubuhnya. hipotalamus
DO : 
- klien tampak lemas Suhu tubuh naik
- klien tampak gelisah 
- suhu tubuh klien tinggi Hipertermi
390C
- kulit klien tampak
memerah terutama di dekat
benjolan dan luka chicken
pok
- terpasang infus RL 5%

2 Cacar Defisit Pengetahuan

DS : Kurang informasi
Ibu Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang penyakit Hospitalisasai
yang di deritanya.
DO : Ketidatahuan
1. Klien tampakbingung menemukan sumber
saatditanyapenyakitnya informasi
2. Klien tampak bertanya dan
tegang Salah persepsi
3. PendidikanSMP tentang penyakit
4. Kecemasan skala ringan
karena masih terorientasi Perubahan perilaku
dengan waktu, tempat, dan (cemas)
orang.
5. Klien tidak mengetahui cara Menanyakan masalah
pengobatan penyakitnya yang dihadapi

Defisit Pengetahuan
3 DS : Ibu klien mengatakan Virus di epidermis Gangguan
terdapat benjolan di sekujur tubuh  Integritas Kulit
klien dan terdapat benjolan yang Menginfeksi kapilar
26

menjadi luka endotel pada lapisan


DO : dermis
- Terdapat benjolan air di 
kulit Menyebar ke folikel
- Terdapat ruam di kulit kulit
klien 
- Beberapa ruam sudah Vesikel bisa pecah
nampak melepuh berisi karena di garuk
cairan

- Terdapat lesi luka bekas
Gangguan integritas
chicken pok 2-3 mm
dengan keadaan kering kulit
27

3.2 Prioritas Masalah

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ( infeksi ) ditandai


dengan klien sudah demam selama 1 minggu,Klien tampak gelisah,Wajah
klien tampak cemas,Kulit klien teraba panas TTV :TD : 140/90 mmHg,N
: 110 x/menit,RR : 20 x / menit,S : 37,30C
2. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengankurangnya terpapar informasi
tandai dengan,klien tampak bingung,Klien tampak bertanya-tanya
28

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : An.R
Ruang Rawat : Sistem Pengindraan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1.Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Mengetahui perubahan tanda-
dengan proses penyakit ( keperawatan 1x24 jam 2. Ukur intake dan output cairan tanda vital klien
infeksi) ditandai dengan diharapkan masalah hipertermi 3. Tutupi badan dengan 2. Mengetahui pemasukan dan
klien sudah demam selama dapat teratasi dengan kriteria selimu/pakaian dengan tepat pengeluaran cairan klien
1 minggu, Klien tampak hasil : (selimut tebal jika 3. Untuk menghangatkan tubuh
gelisah,Wajah klien tampak 1. Suhu tubuh dalam rentan dingin,pakaian tipis jika hangat) klien
cemas,Kulit klien teraba normal 4. Ajurkan klien memperbanyak 4. Untuk menghindari klien
panas TTV :TD : 140/90 2. Tidak ada pusing minum dehidrasi
mmHg,N : 110 3. Melaporkan kenyamanan 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk mengurangi demam
x/menit,RR : 20 x / menit,S suhu antipiretik sesuai kebutuhan
: 38 C 4. Dalam waktu 24 jam hasil
TTV normal :
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,50C
RR : 20 x/menit
29

2. kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Monitor kulit akan adanya 1. mengetahui apakah ada tanda
berhubungan dengan lesi asuhankeperawatan 2x24 jam kemerahan kemerahan di kulit
2. Observasi luka : lokasi, dimensi
kulit kerusakan integritas kulit dari 2. mengetahui status luka pada
3. Kedalaman luka, karakteristik,
TTV :TD : 110/80 mmHg, kebutuhan tubuh dapat teratasi, warna pasien
N : 110 x/menit, RR : 20 dengan kriteria hasil : 4. Membersihkan kulit klien 3. mengetahui status luka pada
dengan teratur
x / menit, S : 37,3oC 1. Tidak terdapat lesi pasien
5. Anjurkan klien untuk
2. Perfusi jaringan baik menggunakan pakaian yang 4. menjaga klien agar tetap sehat
3. Hidrasi baik longgar dan bersih
6. Anjurkan menghindari terpapar
5. memberikan rasa nyaman pada
suhu ekstrim
7. Lakukan teknik perawatan luka klien dan mengurangi kontak
dengan steril gesekan ke kulit
6. suhu yang ekstrim bisa
mengganggu pemulihan kulit
dan dapat merusak jaringan pada
kulit yang sensitif
7. mencegah terjadinya infeksi
30

3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1.Mengetahui seberapa jauh
berhubungan asuhankeperawatan 1x24 jam dan keluarga tentang pengalaman dan pengetahuan
dengankurangnya terpapar diharapkan defisit pengetahuan penyakitnya. klien dan keluarga tentang
informasi di tandai dapat teratasi dengan kriteria 2. Berikan penjelasan pada klien penyakitnya.
dengan,klien tampak hasil : tentang kondisinya sekarang . 2.Dengan mengetahui penyakit dan
bingung,Klien tampak 1. Klien dan keluarga 3. Berikan informasi pada klien kondisinya sekarang, klien dan
bertanya-tanya mengetahui penyakitnya dan keluarga tentang penyakit keluarganya akan merasa tenang
2. Klien mengetahui cara Cacar dan mengurangi rasa cemas.
pengobatannya 4. Minta klien dan keluarga 3.Pengetahuan pasien dan keluarga
mengulangi kembali tentang membantu mempercepat
materi yang telah diberikan. pemulihan pasien.
4.Mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan keluarga
serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan
31

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Sabtu 14 November 2020 1. Mengukur tanda-tanda vital S = Ibu klien mengatakan An.R masih demam
Pukul 10:00 WIB 2. Menutupi badan dengan selimu/pakaian O=
dengan tepat (selimut tebal jika 1. Hasil TTV
Diagnosa Keperawatan 1
dingin,pakaian tipis jika hangat) TD : 120/90 mmHg
3. Menganjurkan klien memperbanyak minum N : 110 x/menit
4. Berkolaborasi pemberian antipiretik sesuai S : 38,00C
kebutuhan RR : 24 x/menit
2. Kulit klien teraba hangat Rama
3. Klien minum sesuai anjuran dari dokter
4. Sudah diberi injeksi Paracetamol 200
mg per IV
A= Masalah teratasi sebagian
P:= Lanjutkan Intervensi2,3,4 dan 6

Sabtu 14 November 2020 1. Mengobservasi luka : lokasi, dimensi, S:


Pukul 12:00 WIB kedalaman luka, karakteristik,warna 1. Klien mengatakan benjolan sudah mulai
berkurang dan luka akibat garukan sudah
Diagnosa Keperawatan 2 2. Menganjurkan pasien untuk mengering
menggunakanpakaian yang longgar O:
1. Luka lesi klien mulai menghilang Rama
3. Melakukan tehnik perawatan luka 2. Hidrasi klien membaik
dengansteril 3. TTV : TD 100/70 mmHg, RR 25 x/mnt,
N 80 x/mnt, T 36 C
32

4. Benjolan di tubung klien mulai


berkurang
A: MasalahGangguan integritas kulit
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi luka

Sabtu, 14 November 2020 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan S = Klien mengatakan sudah mengetahui
Pukul 12:00 WIB keluarga tentang penyakitnya. tengang penyakitnya.
2. Memberikan penjelasan pada klien tentang Klien mengatakan sudah mengetahui
Diangnosa Keperawatan 3
kondisinya sekarang . penyebab penyakitnya
3. Menjelaskan cara pengobatan penyakit O =
yang di alami  Klien dan keluarga sudah mengetahui
4. Memberikan informasi pada klien dan tentang penyakit yang di alaminya
keluarga tentang penyakit Cacar  Klien mengetahui kondisi yang di alami Rama
Meminta klien dan keluarga mengulangi nya
kembali tentang materi yang telah diberikan  Klien tampak mengetahui cara
pengobatannya
 Klien tampak bisa mengulang materi
yang di jelaskan tadi
A = Masalah teratasi
P = Intervensi dipertahankan
33

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Varicella merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus varicella
zooster yang hingga kini masih tetap menjadi epidemi di dunia dan di indonesia.
Walaupun infeksi varicella zooster tergolong ke dalam infeksi ringan, namun
dalam kondisi defisiensi imun penyakit ini dapat menjadi berat dan tidak menutup
kemungkinan berujung pada kematian. Pemberian vaksinasi dan imunoglobulin
telah terbukti efektif memberikan perlindungan dari infeksi virus ini. Hingga saat
ini, asiklovir oral tetap menjadi obat utama untuk pengobatan varicella.

4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan Cacar hendaknya dengan hati-hati, cermat dan
teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala, perawat harus mampu
mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan
bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya
proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab,
pencegahan, dan penanganan.

33
34

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz H, 2012. MetodePenelitianKeperawatan Dan Teknik Analisis Data.


Jakarta :SalembaMedika

Nanda(2014).Diagnosa Keperawatan NANDA International 2014-2016.Jakarta :


penerbit ECG

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Riskedas. 2018. Hasil utama Riskesdas tahun 2018. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI.

Utami, R. H. (2019). KeperawatanMedikalBedah II. Yogyakarta: PustakaBaru


Press.

34
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1.1 Topik
“Cacar”
1.2 Sasaran
1.2.1 Program
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit keluarga
Pasien dapat memahami tentang penyakit Cacar.
1.2.2 Penyuluhan
Kepada Keluarga dan Pasien An. D Ri Ruang sistem pengindraan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari Pendidikan Kesehatan:
Kepada Keluarga dan An. R diharapkan mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit otitis mediaakut
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menyebutkan pengertian Cacar
2. Mengetahui penyebab Cacar
3. Tanda dan gejala Cacar
4. Pengobatan Cacar
5. Pencegahan Cacar
1.4 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
tentang Otitis media akut Pada Keluarga dan pasien Oleh Mahasiswa STIKes Eka
Harap Palangka Raya meliputi :
1. Ceramah
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-
petunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai pendengar.
2. Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun
sebaliknya setelah penyampaian materi selesai.
1.4.1 Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selebaran mengenai informasi pentingnya pemenuhan oksigen pada tubuh

3.1.7 Waktu Pelaksanaan


1. Hari/Tanggal : Sabtu, 14 November 2020
2. Pukul : 03.30 - 04.00 WIB
3. Alokasi Waktu : 35 menit
N
Kegiatan Waktu Metode
o
1 Pembukaan : 5 menit 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2. Mendengarkan dan
mengucapkan salam memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang :
1.Menyebutkan pengertian
Cacar Memperhatikan,dan
2. Mengetahui penyebab Cacar 20 Mendengarkan
Menit
3. Tanda dan gejala Cacar
4.Pengobatan Cacar
5.Pencegahan Cacar
4 Evaluasi :
Menanyakan pada peserta
tentang materi yang telah
5 Menit Tanya Jawab
diberikan, dan meminta kembali
peserta untuk mengulang materi
yang telah disampaikan.

5 Terminasi :
1. Mengucapkan terimakasih
atas perhatian peserta 1. Mendengarkan
2. Membagikanleaflet kepada 5 menit 2. Menjawab salam
peserta
3. Mengucapkan Salam Penutup
4. Foto Bersama

3.1.8 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : Rama
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau
pendiskusian masalah.
Tugas :
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok.
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi.
5. Mengatur jalannya diskusi.
2) Penyaji : Rama
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator : Rama
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Mendampingi perserta selama kegiatan penyuluhan
4) Dokumentator : Rama
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan
dokumen pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
3.1.9 Denah Pelaksanaan

Keterangan :

: Kamera

: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator,
Dokumentatordan Notulen
: Pasien dan Keluarga

1.1.10 Rencana Evaluasi


1) Evaluasi Struktur
Tempat dan alat sesuai rencana.
Peran dan tugas sesuai rencana.
Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
Selama kegiatan semua peserta aktif.
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau
tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses
pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu mengetahui tentang penyakit Cacar dan cara
mengatasi

Palangka Raya, 14 November 2020


Mahasiswa,

Rama
NIM :2018.C.10a.0981
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Pengertian Varicella
Varisela adalah akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Disebut juga cacar air, chicken pox.
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak. Transmisi penyakit ini
secara aerogen. Masa penularan 7hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.(Kapita
Selekta Kedokteran,2010)

B. Penyebab Varicella
Cacar air disebabkan oleh virus, yang mudah menular melalui percikan ludah,
serta kontak langsung dengan cairan yang berasal dari ruam. Penyakit ini lebih
rentan menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Selain itu, ada beberapa
faktor lain yang dapat meningkatkan risiko cacar air, di antaranya:
 Belum pernah mendapat imunisasi cacar air.
 Belum menerima vaksin cacar air, terutama ibu hamil.

C. Tanda dan Gejala Varicella


Gejala cacar air adalah ruam merah di perut atau punggung. Selain itu, cacar
air juga ditandai dengan beberapa gejala lain seperti:
 Demam
 Pusing
 Lemas
 Nyeritenggorokan

D. Pengobatan Varicella
Pengobatan cacar air bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala yang
dialami oleh pasien, dengan atau tanpa bantuan obat. Ada beberapa pengobatan
mandiri yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala, yaitu:
 Perbanyak minum dan mengonsumsi makanan yang lembut.
 Tidak menggaruk ruam atau luka cacar air.
 Mengenakan pakaian berbahan lembut dan ringan.

E. Pencegahan Varicella
Sebagai upaya pencegahan penyakit cacar air, dianjurkan untuk
melakukan vaksinasi cacar air atau vaksin varicella. Di Indonesia sendiri,
vaksinasi cacar air tidak termasuk dalam daftar imunisasi rutin lengkap, tapi tetap
dianjurkan untuk diberikan
PENGERTIAN
CACAR CACAR
Penyebab cacar

Cacar air disebabkan oleh


virus, yang mudah menular
Penyakit cacar melalui percikan ludah,
air (Varicela) serta kontak langsung
penyakit pada dengan cairan yang berasal
dari ruam. Penyakit ini
kulit yang di lebih rentan menyerang
sebabkan oleh anak-anak di bawah usia 12
Di susun oleh : virus Varicela tahun. Selain itu, ada
beberapa faktor lain yang
Rama
dapat meningkatkan risiko
(2018.C.10a.0981) cacar air, di antaranya:
 Belum pernah
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
mendapat imunisasi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN cacar air.
PROGRAM STUDI SARJANA  Belum menerima
KEPERAWATAN vaksin cacar air,
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
terutama ibu hamil.
TANDA DAN PENGOBATAN PENCEGAHAN
GEJALA CACAR CACAR

Gejala cacar air Pengobatan cacar air Sebagai upaya pencegahan


bertujuan untuk mengurangi
adalah ruam merah keparahan gejala yang
penyakit cacar air,
di perut atau dialami oleh pasien, dengan dianjurkan untuk
atau tanpa bantuan obat.
punggung. Selain Ada beberapa pengobatan melakukan vaksinasi cacar
itu, cacar air juga mandiri yang bisa dilakukan
air atau vaksin varicella. Di
ditandai dengan untuk meringankan gejala,
yaitu: Indonesia sendiri, vaksinasi
beberapa gejala lain
cacar air tidak termasuk
seperti:  Perbanyak minum dan
mengonsumsi makanan
dalam daftar imunisasi rutin
yang lembut.
 Demam  Tidak menggaruk ruam lengkap, tapi tetap
 Pusing atau luka cacar air.
Mengenakan pakaian dianjurkan untuk diberikan
 Lemas 
berbahan lembut dan
 Nyeri ringan.
tenggorokan TERIMAKASIH
Cacar Air
Tinjauan Pustaka
Dameria Sinaga
Departemen Biomedik Dasar

Abstrak
Varisella merupakan salah satu dari penyakit kulit yang umum, secara umum dikenal
sebagai penyakit chickenpox. Varisella tersebar merata diseluruh dunia dan menular
melalui infeksi jalan nafas melalui nasopharing. Penyakit tersebut adalah infeksi dari
virus varisella zoster yang memiliki karakteristik bermunculan vesikel-vesikel. Serangan
akut varisella sangat menular. Dan infeksi primer biasanya terjadi pada usia anak-
anak.Varisella merupakan infeksi primer dari virus varisella dimana herpes zoster adalah
hasil reaktivasi dari infeksi laten. Infeksi pertama dimulai di nasopharing setelah
replikasi lokal, Perbenihan jaringan Retikuloendotelial. Viremia sekunder merupakan
penyebab dari penyebaran virus ke kulit dan alat-alat dalam. Kemudian virus Varisella
masuk kedalam fase laten di ganglia posterior. Penyakit varisella selalu diikuti dengan
gejala prodormal dan kelamin kulit yang bermacammacam. Metode penulisan ini untuk
mengetahui bagaimana etilogi, distribusi dan pencegahan serta pengobatan penyakit
cacar. Tujuan makalah ini berdasarkan metode tersebut di atas adalah untuk
mengetahui apa itu penyakit cacar dan bagaimana mencegah penularan serta
mengobati penyakit cacar tersebut.Komplikasi dari varisella tertinggi pada orang
dewasa, dan hebat sekali pada anak-anak. Komplikasi mayor berupa radang paru.
Pengobatan dari chickenpox adalah pengobatan pada gejala, antihistamin topical
digunakan untuk mengurangi rasa gatal. Obat antivirus untuk mengurangi komplikasi
pada dewasa dan imunosuppresed untuk anak

Kata kunci : Dari pusat mengarah ke tepi, tetesan air, bermacam-macam bentuk.

Varicella

Abstrack
Variclla is one skin disease, commonly know as chickenpox. Variclla occours throughout
the world and is transmitted mainly by droplet infection from nasopharyng. It is an
infection with the varicella zoster virus which characterized by a vesicular eruption. The
acute varicella is very contagious and the primary infection often happened at children
age.Varicella is the primary infection with H. varicellae where as herpes zoster is the
result reaction of residual latent infections. Varicella primary infection begins in
nasopharings after local replication, viremia seed the reticuloendothelial tissue.
Secondary-viremia cause dissemination to the skin and viscera. Varicella-zooster virus
then enters a latent phase in the posterior ganglia.Varicella disease is digned with
prodromal symptoms and polimorf at the skin. Varicella complication ,are high on adults
and is extremely young children. The major complication are pneumonia, encephalitis
and hepatitis. This written methode is to how etology, distribution, and preventive,
treatment of the varicella desease. The purpose of this papers based on the methode
above is to know what the vaicella desease is and how to prevent the transmission and
treatment of the varicella deasease is.The treatment of chicken pox is largely
symptomatic. Antihistamin ad topical agent are use to reduce itching. Anti-virus drug
treatment reduce complication in adults and immunosuppresed children.

Keyword : Sentrifugal, teardrops, polimorf

Pendahuluan
Varicella merupakan salah satu dari penyakit kulit yg di sebabkan oleh virus varicella
zoster (VZV). Varicella yg akut merupakan penyakit yg sangat menular dan infeksi primer
sering terjadi pada anak-anak4. Penyakit ini di tandai dgn gejala prodromal dan
efloresensi yg polimorf pada kulit. Komplikasi yg serius jarang terjadi pada anak-anak5.
Pengobatan varicella dgn anti virus5

Metode
Metode penulisan ini untuk mengetahui bagaimana etilogi, distribusi dan pencegahan
serta pengobatan penyakit cacar.

Tujuan
Tujuan makalah ini berdasarkan metode tersebut di atas adalah untuk mengetahui apa
itu penyakit cacar dan bagaimana mencegah penularan serta mengobati penyakit cacar

tersebut.

Definisi
Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yg menyerang kulit dan
mukosa dgn gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf terutama berlokasi dibagian sentral
tubuh (sentrifugal)1,5.

Sinonim

Cacar air, chicken pox.


Aspek sejarah5
Herbeden (1767) membedakan varicella dari small poks. Herpes zoster di temukan oleh
Richard Bright (1831). Peradangan sensor saraf ganglion dah spinal pertama kali di
temukan oleh Von Barensprung (1862). Steiner mendemonstrasi infeksi alami varicella
(1875). Von Bokay (1888) menemukan hubungan herpes zoster varicella pada anak-anak
yg mudah terkena varicella bila berkontak dgn penderita herpes zoster.

Tyzzer (1906) mendeskripsikan rusaknya kulit varicella secara histopatologi. Krundatitz


(1922) Bruusgaard (1925) menginokulasikan anak-anak dgn cairan vesikel dari pasien
herpes zoster. Weller dan Stoddard (1952) berhasil mengisolasi dan mengembangkan
biakan virus dari cairan vesikel varicella di laboraturium.

Epidemiologi5

Varicella terdapat di seluruh dunia tanpa ada perbedaan ras atau penularan seksual dan
perbandingan antara wanita dgn pria biasanya sama. Manusia di ketahui satu-satunya
reservoar virus varicella zoster dan tidak ada indikasi bahwa vektor antrophoda tidak
berperan dalam tranmisi.

Di lingkungan metropolitan dgn iklim bertemperatur varicella endemik dan sering terjadi
teratur setiap musim semi dan musim dingin dan periode epidemi terjadi tergantung
dari jumlah orang-orang yg mudah terinfeksi.

Di daerah maju Amerika Serikat. Varicella sering terjadi pada anak-anak 90% kasus
terjadi pada anak-anak di bawah 10 thn dan kurang dari 5% terdapat pada usia di atas 15
thn. Di negara tropis dan subtropis infeksi jarang terjadi varicella sering terlihat, lebih
sering pada orang dewasa.

Pada proses survei serologi wanita di New York, hanya 4,5% mereka yg lahir d Amerika
kekurangan antibodi VZV, dimana 16% dari penduduk Amerika Latin serum

negatif.

Komposisi penderita dewasa yg mudah tertular, tertinggi di Asia, Afrika dan Timur
Tengah. Ini penting karena pertimbangan kesehatan lingkungan imigran dan mengontrol
infeksi nosokomial varicella di rumah sakit terhadap pasien dan staff rumah sakit.

Etiologi
Virus varicella zoster (VZV). Infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varicella,
sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster5.
Beberapa cara untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran penyakit varicella
(cacar air) tersebut, antara lain:

1) Vaksin cacar air dianjurkan untuk semua anak pada usia 18 bulan dan juga untuk

anak-anak pada tahun pertama sekolah menengah, jika belum menerima vaksin

cacar air tersebut dan belum pernah menderita cacar air.

2) Untuk orang yang berusia 14 tahun ke atas yang tidak mempunyai kekebalan

dianjurkan Juga diberikan vaksin tersebut. Pemberian vaksin adalah 2 dosis,

diantaranya 1 sampai bulan. Vaksin ini dianjurkan khususnya bagi orang yang

menghadapi risiko tinggi, misalnya petugas kesehatan, orang yang tinggal atau

bekerja dengan anak kecil, wanita yang berencana hamil, serta kontak rumah

tangga orang yang mengalami imunosupresi.

3) Penderita cacar air harus diisolasi dirinya dari orang lain. Untuk anak yang

bersekolah dan Dititip ke penitipan anak dianjurkan untuk tidak masuk s

ekolah dan tidak dititipkan ke penitipan anak dalam kurun waktu sampai

sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam timbul dan semua lepuh telah

kering.

4) Mulut dan hidung penderita cacar air tersebut harus ditutup sewaktu batuk

atau bersin, membuang tisu kotor pada tong sampah yang tertutup, mencuci

tangan dengan baik dengan menggunakan sabun cuci tangan cair yang baik pula

dan tidak bersamasama menggunakan alat makan, makanan atau cangkir yang

sama.

5) Wanita yang hamil harus mengisolasi dirinya dari siapapun yang menderita

cacar air atau ruam saraf dan harus mengunjungi dokternya jika telah berada

dekat dengan orang yang menderita penyakit tersebut.

6) Anak-anak yang mengidap penyakit leukimia atau kekurangan imunitas atau

sedang menjalani kemoterapi harus menjauhi diri dari siapapun yang menderita
cacar air atau ruam saraf . Kuman penyakit cacar air tersebut dapat

mengakibatkan infeksi yang lebih parah pada anak-anak tersebut.

7) Dinjurkan untuk Mengkonsumsi makanan bergizi Makanan bergizi membuat

tubuh sehat dan berstamina kuat sehingga dapat menangkal serangan infeksi

kuman penyakit

8) Mencegah diri untuk tidak dekat dengan sumber penularan penyakit cacar air

9) Imunoglobulin varicella zoster dapat mencegah (atau setidaknya meringankan)

terjadinya cacar air, bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah

terpapar. Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air

beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan

Patogenesis5

Masuknya virus biasanya melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas dan
oropharing. Penyebaran virus dapat melalui darah dan limfa (viremia primer). Virus ini di
pindahkan oleh sistem retikuloendotelial yg dapat terjadi replikasi virus selama masa
inkubasi

terjadi.

Masa inkubasi infeksi adalah masa dimana meliputi sebagian dari pertahanan
nonspesifik (interferon) dan peningkatan respon imun. Pada banyak individu, replikasi
virus biasanya melebihi pertahanan tubuh, jadi setelah 2 minggu setelah infeksi dapat
timbul viremia yg luas (viremia sekunder). Ini menyebabkan demam dan malese,
penyebaran virus ke dalam tubuh, terutama kulit dan membran mukosa. Lesi pada kulit
dapat terjadi atau timbul setelah sekitar 3 hari respon imun seluler dan humoral spesifik
VZV. Akhir dari piremia di pengaruhi oleh respon imun penderita.

Bila terjadi pneumonia dan komplikasi lain dari varicella berarti terjadi kegagalan
pertahanan terhadap replikasi virus dan rentannya fokal infeksi viseral dan kutaneus.
Frekuensi pada bayi yg baru lahir dan pada pasien kongenital, di dapat atau iatrogenik
defisiensi imun adalah hampir sama, di sebagian besar bagian, untuk menurunkan imun
seluler. Antibodi Ig G, Ig M dan Ig A terhadap VZV dapat terdeteksi 2 sampai 5 hari
setelah timbul gejala klinik varicella dan jumlahnya meningkat maksimum selama
minggu ke 2 atau 3. Setelah itu, antibodi G akan menurun perlahan, dan akan menetap.
Antibodi Ig M dan Ig A juga akan menurun lebih cepat dan biasanya tidak terdeteksi
setelah 1 tahun infeksi terjadi.
Sel imun perantara juga meningkat selama varicella berlangsung dan akan menetap
untuk beberapa tahun. Ini juga melibatkan meningkatnya lekosit darah untuk sintesis
DNA dan respon proliferasi in vitro terhadap infeksi VZV, tapi sel imun perantara juga
dapat di buktikan dengan cara lain, meliputi tes kulit di mana berhubungan dgn antibodi
dan individu yg peka.

Hubungan penting antara imun humoral dan seluler dari varicella masih belum jelas.
Penyakit ini terutama tidak parah pada anak-anak dgn agamaglobulin, dan tidak ada
hubungan khusus antara respon antibodi endogen dan varicella. Respon imun seluler
dan mungkin interferon, terlihat lebih penting dalam membatasi penyebaran dan durasi
infeksi VZV; pada pasien kongenital, di dapat atau defek iatrogenik pada imun cell
mediated yg sakit hebat dan pengobatannya langsung terhadap varicella. Imunisasi pada
pasien dapat melindungi dari fatalnya varicella.

Manusia dgn adanya serum antibodi tdk biasanya menjadi penyakit setelah di dapat
secara eksogen. Imun pasif dapat mencegah varicella dalam keadaan penurunan imun yg
rentan terhadap individu yg menderita varicella. Perkembangan cell-mediated dan imun
humoral di dapat secara alamiah.

Antibodi Ig M dan Ig A meningkat pada ploriferaasi respon limfosit invitro terhadap


antibodi VZV. Infantil mendapat antibodi dari plasenta ibunya. Antibodi sendiri tdk akan
menjamin imun total varicella, setidak-tidaknya menghasilkan infeksi alamiah yg
sebelumnya tdk termodifikasi.

Gejala Klinis5,7

Varicella pada anak muda, gejala prodromal jarang dan penyakitnya dimulai setelah
masa inkubasi 14-15 hari, dgn onset ruam. Ruam mungkin disertai oleh demam derajat
rendah dan malaise. Anak-anak lebih tua dan dewasa, ruam sering di dahului 2-3 hari
setelah demam, malaise, sakit kepala, anoreksia, sakit punggung hebat dan beberapa
pasien sakit tenggorokan dan batuk kering. Skarlatiniformis singkat kadang diobservasi
bersamaan dgn erupsi

vesikuler.

Ruam varicella dimulai pada wajah dan skalp, kemudian ke batang tubuh dan ke
ekstremitas tapi distribusinya di pusat. Ruam lebih jelas di bagian tubuh yg menyolok
dan terbuka dan menebal pada medial bagian sisi tubuh, tdk biasanya timbul lesi baru di
telapak tangan dan kaki. Vesikel sering terlihat lebih awal dan dalam jumlah yg besar di
daerah inflamasi seperti bentuk diaper rash, sengatan matahari atau ekzema.

Makula merah jambu menjadi papul, menjadi vesikel lalu pustul dan menjadi krusta

(transisi seluruhnya terjadi dalam 8-12 jam). Vesikel yg khas berdinding tipis pada
superfisial (teardrops), biasanya diameternya 2 sampai 3 mm, bentuknya elips, dgn
panjang sumbu pararel pada lipatan kulit. Vesikel di kelilingi oleh warna eritem yg mirip
dgn tetesan pada daun mawar.

Bila cairan vesikel menjadi keruh akan menjadi pustula (penonjolan pada kulit yg berisi
nanah).Bila mengering berawal dari pusatnya, menjadi pustul umbilikasi, kemudian
menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul vesikel-vesikel yg baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorf. Lapisan ini mengering 1-3 minggu
tergantung kedalaman kulit, kemudian menjadi lesi yg berwarna merah jambu yg lama-
lama menghilang.

Bekas luka jarang di temukan pada cacar air yg ringan. Vesikel juga berkembang
di

selaput lendir mulut, biasanya sering muncul di atas langit-langit mulut.Vesikel mukosa
pecah dgn capat sehingga tahap vesikuler terlewatkan. Selain itu, satu daerah
pembengkakan diameternya 2-3 mm.

Vesikel kemungkinan juga muncul di selaput lendir lainnya, termasuk hidung, faring
(tekak), laring, trakea, saluran gastrointestinal,saluran kencing, dan vagina, seperti
halnya saluran penghubung lainnya.

Pada umumnya, kasus teringan kebanyakan terjadi pada bayi dan yg berat terjadi pada
orang dewasa, infeksi yg tidak nyata muncul tetapi jarang. Demam biasanya rata-rata
39derajat C (102 derajat F) dan naik menjadi 40,5 derajat C (105 derajat F) ini hanya
terjadi pada kasus-kasus berat.

Pada kasus-kasus ringan tidak muncul demam muncul kembali setelah


defervescence

dapat dilihat dari adanya bakteri ke-2 dan komplikasi lain,sakit kepala,tidak enak
badan,nyeri otot,gelisah biasanya disertai demam dan lebih berat bagi anak-anak yang
lebih besar dan orang dewasa. Gejala yang paling berat adalah gatal yang muncul
sepanjang tahap vesikuler.

Komplikasi1,7

Pada anak-anak normal varisela adalah penyakit yang tidak berbahaya dan jarang terjadi
komplikasi yang serius. Komplikasi paling banyak biasanya oleh staphylococcus atau
streptococcus, yang menyebabkan impetigo, bisul, selulitis, ersipelas dan jarang
gangren. Radang paru-paru adalah komplikasi yang jarang muncul pada anak-anak di
bawah umur 7 tahun.

Varisela pneumonia di diagnosa dari sinar rontgen (16%). Beratnya Varisela pneumonia
pada orang tua dan orang dewasa. Gejala pneumonia ini tampak pada 1-6 hari setelah
terlihat ruam dan gangguan sistem paru berhubungan dgn erupsi kulit. Pada beberapa
pasien terlihat gangguan pernafasan berat disertai batuk, dispneu, takipneu, demam
tinggi, nyeri dada, sianosis, dan hemoptisis tetapi pada beberapa pasien tidak
mengalami gejala

seperti ini.

Gejala ini tidak terlihat pada pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan rontgenogramakan
telihat nodul yg padat yg difuse diseluruh bagian paru, sering terlihat di peribronkial dan
pada basis. Gambaran rontgenografik akan hilang dari gejala pneumonia dan lesi paru
mengalami kalsifikasi dan menetap bertahun-tahun.

Angka kematian pada orang dewasa dgn varicella pneumonia antara 10-30 % sekitar 10
% jika pasien dgn penurunan kekebalan terlihat jelas pada pemeriksaan post mortem
pada kasus-kasus fatal bahwa infeksi varicella terdapat pada setiap organ yg di
periksa.Infeksi varicella selama kehamilan merupakan ancaman bagi ibu dan janin.

Penyebaran infeksi varicella pneumonia akan terlihat pada kematian ibu tapi

blm dapat di pastikan apakah insiden atau beratnya varicella pnuemonia lebih besar dari

varicella selama kehamilan, jika dibandingkan dgn varicella pada orang dewasa tanpa

kehamilan.

Orang yang lemah atau kurang daya tahan tubuh akibat penyakit lain seperti HIV, bila
tertular atau kena penyakit varicella akan mendapatkan infeksi dan komplikasi yang
parah seperti infeksi pada kulit – menjadi lebih lebam merah, lebih bengkak dan lebih
sakit dan penyembuhannya lebih lama atau bisa berakibat fatal.

Syndrom abnormalitas (hipoplasia ekstremitas, sikatriks, kortikal atropi, abnormalitas


okular, dan berat badan bayi lahir rendah) dapat di amati saat bayi lahir dari ibu yg
menderita varicella antara minggu ke 7-12 masa gestasi terjadi karena infeksi kongenital
VZV pada awal masa gestasi.

Varicella kongenital muncul setelah 10 hari setelah kelahiran lebih serius dari varicella yg
terinfeksi pada saat post natal dan akan menjadi lebih berat tergantung dari penyakit
ibunya.

Angka morbiditas dan mortalitas varicella meningkat pada pasien dgn penurunan
kekebalan termasuk pasien gn leukimia dgn keganasan yg mengkonsumsi kortikosteroid
pada penderita sindrom nefrotik dan demam reumatik serta pasien dgn defisiensi
imunologis kongenital. 19 dari 60 anak-anak dgn leukimia yg menerima kemoterapi saat
infeksi terjadi penyebaran pada organ-organ viseral.

Pada pasien imunospresif dan pengobatan kortikosteroid juga menderita komplikasi


hemoragik mulai dari purpura febril yg ringan sampai berat bahkan sampai purpura
fulminan yg fatal dan keganasan varicella dgn purpura. Etiologi dan komplikasi
hemoragik sangat kompleks dan tidak sama pada setiap kasus.
Komplikasi SSP tejadi dgn gejala (1) sindrom Reye, (2) ataksia serebelar akut, (3)
ensepalitis atau meningoensepalitis, (4) acute assending atau transversal mielitis, dan (5)
Sindrome Guellian Barre. Varicella yg berhubungan dgn sindrom reye (ensepalopati akut
dgn degenarasi lemak dari organ dalam) yg biasanya timbul 2 atau 7 hari setelah
munculnya ruam, adalah tidak dapat dilihat perbedaan sindrom reye dan influensa A,
influensa B atau infeksi virus lainnya5.

Dalam tinjauan takashima dan Bekker, 32 kasus kematian pada anak karena varicella.
Dalam tinjauan takashima dan bekker kasus kematian pada anak karena caricella. 12
terjadi pada anak-anak normal yg sebaiknya ditemukan tanda-tanda patologi dan klinik
yg cocok dgn sindrom reye. 20 kasus yg sisa muncul 18 pada anak-anak.

Timbulnya sindrom gullian barre karena varicella jarang sekali dan banyak kasus yg di
laporkan pasti contoh dari mielitis varicella5.
Pada ataksia serebelar akut munculnya tanda-tanda nuerologik antara 11-20 hari
sebelum munculnya ruam. Penyembuhan tanpa gejala sisa adalah hal yg normal dan
tidak ada data patologik yg diperoleh. Patogenesis ensepalitis varicella
(meningoensefalitis) dan sisa mielitis masih tidak jelas5.
Komplikasi yg jarang terjadi, yaitu; miokarditis, glomerulonefritis,orkitis, apendisitis,
pankreatitis, artritis, Henoch-schonlein vasculitis, optik neuritis, keratitis dan iritis.
Patogenesis dari komplikasi blm dapat di gambarkan, tetapi infeksi parenkim atau
vaskulitis karena infeksi VZV dari sel endotel akibat berbagai hal. Gejala klinis hepatitis
jarang kecuali sebagai komplikasi progresif varicella5.

Patologi5

Kejadian utama pada formasi lesi kulit dari varicella mungkin infeksi sel kapiler endotelial
pada dermis papilare, dgn penyebaran virus berikutnya pada sel epitel dalam lapisan
epidermis, folikel rambut dan glandula sebasea. Pada awal lesi papular di dermis bagian
superfisial, sel-sel endotelial membesar dan nukleusnya seringkali mengandung bedan
inklusi intranuklear.

Pada varicella yg berat, lesi fokal dapat ditemukan di membran mukosa dari saluran
pernafasan, gastrointestinal, dan saluran kemih di serosa dari pleural dan peritoneal
cavitis, dan di parenkim dari setiap organ, paru-paru merupakan yg tersering.

Diagnosis Klinik1,4,5

Varicella biasanya mengalami proses dari ruam dalam waktu 2-3 minggu.

1. Gejala prodormal dari erupsi papulo-vesikular dan gejala konstitusi.

2. Lesi yg terlihat/dgn distribusi pada bagian pusat termasuk skalp.


3. Lesi dgn evolusi cepat pada individu dari makula ke papul menjadi vesikel dgn

dinding tipis menjadi pustul dan akhirnya menjadi krusta.

4. Lesi disemua daerah anatomi menjadi penyakit akut.

5. Lesi di mukosa mulut.

Diagnosis Banding4

1. Eritema neonatorum: 50% neonatus dapat terkena (eritema pada umur 36 jam) – 4

hari pada bayi terutama pada dada depan, muka, lengan, dan paha.

2. Miliaria: Papulovesikel simetris di leher, dada atas, kemaluan, ketiak.

3. Impetigo: Vesikel, namun cepat berubah menjadi krusta, dgn distribusi sentrifugal.

4. Coxsadine Ag -> demam, malaise, examtem, erupsi dari muka ke extremitas.

5. Ricketsia -> Ada bekas gigitan berupa papul 0,5-2 cm berupa vesikel setelah 2-3 hari

-> papul yg lebih dalam dibanding varicella.

6. Variola (small poks) -> faringitis 3 hari, diikuti exantema dibagian akral tubuh.

Penatalaksanaan1,5,7

Pada anak yg sehat, umumnya varicella sembuh sendiri, kompres dingin atau
lotion

calamin secara tropikal, dan antialergi secara oral dapat membantu dari ruam akibat
pruritus. Kompres dgn baking soda (1/2 gelas per tube cairan) dapat menyebabkan
gatal-gatal. Cream atau lotion yg mengandung kortikosteroid atau salap oklusi
seharusnya tidak digunakan5.

Antipiretik jarang diindikasikan dan salisilat dihindarkan karena ada kemungkinan


bergabung dgn sindrom Reye. Kuku tangan seharusnya di potong dan bersih untuk
mengurangi infeksi sekunder dan bekas garukan5.
Obat sistemik antomikrobial untuk bakteri selulitis, otits media, sepsis, artitis, dan
bakterial pneumonia. Stahylococcus aures dan Streptococcus B hemolyticus grup A.

Antibiotik tidak berguna pada varicella pneumonia kecuali kalau ada superinfeksi
bakteri.
Varicella pneumonia biasanya diberi antivirus untuk menghambat replikasi VZV.
Antibiotik diindikasikan hanya pada saat superinfeksi bakteri. Tidak ada bukti bahwa
kortikosteroid berguna dan penggunaannya tidak dianjurkan.

Kompliaksi hemoragik seharusnya diobati dgn hasil pemantauan koagulasi dan


pemeriksaan sumsum tulang. 2 agen kemoterapi antivirus, acyclovir (9_[2-hydroxyetyhl]
guanine, acycloguanosine). Acyclovir intravena (500 mg/m 2 setiap 8 jam sampai 7 hari)
karena tingkat toksik rendah dan dosisnya harus diturunkan pada pasien dgn insufiensi
ginjal.

Pengobatan dgn sitosin tidak dipertimbangkan pada pasien varicella atau komplikasinya
karena toksik terutama pada pasien imunosupresor. Vidarabine merupakan sitotoksik yg
sangat potensial larutannya rendah.

Pencegahan5,7

Varicella merupakan penyakit tidak berbahaya yg hampir selalu ada pada anak normal.
Tidak ada pencegahan yg dilakukan pada anak normal yg sudah terinfeksi varicella
karena setelah anak terinfeksi maka akan mengalami kekebalan seumur hidup.

Imunisasi pasif, imunisasi aktif, kemoprofilaksis dan pencegah infeksi dapat dilakukan
pada pasien yg rentan yg mendapat terapi imunosupresif keganasan penyakit hodgkin
dan pada bayi yg baru lahir. Imunisasi pasif dgn Human Imumune Globulin (ISG) selama
3 hari dosisnya (0,6-1,2 ml/kg) berguna melemahkan tetapi tidak mencegah dan
diberikan sejak

terinfeksi.

Imunisasi pasif ZIG diberikan selama 3 hari untuk mengurangi sakitnya pada
anak-

anak yg imunosupresif.

Kriteria penggunaan Varicella-zoster immune globulin untuk mencegah varicella

zozter:5,8

1. Pasien diduga terinfeksi varicella

a. Anak-anak dibawah umur 15 thn tidak ada riwayat infeksi varicella.

b. Pasien yg merupakan Resipien transplantasi sumsum tulang yg tidak diketahui

riwayat varicella dan herpes zoster


c. Remaja dan dewasa diatas 15 thn dgn imunocompromise dgn tidak ada riwayat

infeksi varicella dan herpes zoster.

d. Remaja dan dewasa diatas 15 thn tidak diketahui terdapat antibodi VZV dan

tidak diketahui riwayat infeksi varicella zoster dan varicella.

2. Salah satu penyakit atau kondisi dibawah ini:

a. Leukemia atau limfoma

b. Defisiensi imun yg didapat atau kongenital

c. Pasien resipiensi transplantasi sumsum tulang yg tidak diketahui riwayat

varicella atau herpes zoster

d. Pasien dgn terapi imunosupresif termasuk penggunaan kortikosteroid

e. Pada bayi yg baru lahir ygibunya menderita varicella selama 5 hari sebelum

persalinan atau 48 jam setelah


persalinan.

f. Bayi prematur kurang dari 28 minggu masa gestasi kurang dari 1000gr dimana

infeksi varicella dan herpes zoster meternal tidak diketahui.

g. Bayi prematur lebih dari 28 minggu masa gestasi dimana ada riwayat infeksi

varicella dan herpes zoster pada ibunya.

h. Bayi kurang dari 14 hari dimana ibunya tidak diketahui infeksi varicella atau

herpes zoster.

i. Dewasa hamil dan bkn hamil yg diduga terkena infeksi

3. Salah satu tipe penularan varicella dan kerpes zoster terhadap orang berikut:

a.Kontak dirumah

b. Teman bermain lebih dari satu hari didalam rumah

c. Kontak di RS: satu tempat tidur atau tempat tidur yg saling berdekatan atau

tatap muka yg terus-menerus dgn staf atau pasien yg terinfeksi


d. Kontak intrauterin pada bayi dimana ibunya terinfeksi varicella selama 5 hari

sebelum persalinan atau 48 jam setelah persalinan.

4. Waktu setelah terjangkit setelah pemberian VZIG dalam 96 jam setelah terkena

infeksi.

Pasien dgn varicella tetap berada dalam rumah sampai vesikel-vesikel pecah dan
membentuk krusta. Pada keadaan ini dilakukan isolasi yg ketat untuk mencegah
terjadinya infeksi pada penderita dgn kekebelan menurun dan bayi yg baru lahir kontak
dgn pasien yg menderita varicella dan orang-orang yg menderita varicella dan herpes
zoster dan orang-orang yg dikategorikan menderita varicella dihindarkan.

Rumah Sakit harus mempunyai standar prosedur yg efektif untuk mencegah


terkontaminasi nosokomial infeksi varicella. Pasien dgn herpes zoster adalah infeksius
dan mungkin menularkan varicella pada indivudi yg rentan oleh sebab itu pasien yg
rentan yg beresiko tinggi harus dilindungi dari kontak terhadap individu dgn herpes
zoster.

Prognosa5

Pada anak normal varicella adalah penyakit yg bersifat ringan dan jarang menyebabkan
komplikasi yg serius atau gejala sisa. Pada orang dewasa peyakit varicella lebih buruk
dibanding daripada anak-anak. Sindrom Reye yg timbul pada anak-anak
imunocompromise terjadi komplikasi yg serius terutama pada neonatal orang dewasa
dan pasien imunocompromise.

Di Amerika kurang dari 4 per 100.000 dgn banyak kematian pada penyakit leukemia atau
sindrom Reye.

Teardrops
Varicella, tampak eritem papul

Pengobatan

A.Dengan Imunoterapi (Transfer Factor)


Pengobatan ini adalah dengan meningkatkan cara kerja Sistem Imun yang dapat
melawan serta mencegah berbagai penyakit. Transfer faktor mampu menciptakan
peningkatan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit sampai hingga 437%, sehingga
mempercepat pemulihan penyakit cacar tersebut.Immunoterapi dengan Transfer Factor
ini diberikan pada penderita penyakit cacar (herpes) pada kondisi serius dimana daya
tahan tubuh sangat lemah.

B.Dengan Mengkonsumsi Vitamin Dan Lebah Madu


(Propolis), Air Kelapa
Pengobatan ini juga meningkatkan kekebalan tubuh melawan serta mencegah berbagai
penyakit, Mengkonsumsi vitamin dapat berbentuk tablet/kapsul obat, minum jus buah
seperti jus jambu, wortel, dan lain-lain.

Dengan mengkonsumsi Lebah Madu (Propolis) yang asli sangat efektif mencegah dan
menyembuhkan penyakit cacar air karena selain sebagai detox racun-racun pada tubuh,
Propolis tersebut dapat meningkatkan imun atau kekebalan tubuh terhadap penyakit
cacar air tersebut.

Air Kelapa juga berfungsi menurunkan panas dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit cacar air tersebut. Karena itu penderita penyakit cacar air tersebut
dapat mengkonsumsi air kelapa.

C. Pemakaian Bedak, Mengkonsumsi Obat (Paracetamol,


Acyclovir), Terapi Infus
Penderita cacar (herpes) penting untuk menjaga gelembung cairan tidak pecah agar
tidak berbekas dan terhindar dari masuknya kuman lain. Disarankan pemberian bedak
untuk membantu melicinkan kulit. Obat yang diberikan pada penderita cacar (herpes)
ditujukan untuk mengurangi keluhan yang ada. Paracetamol diberikan untuk
mengurangi demam dan nyeri, Acyclovir tablet sebagai antiviral bertujuan untuk
mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan
daya tahan tubuh melawan virus herpes. Pemberian obat acyclovir saat timbulnya rasa
nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya
gelembung cairan (blisters). Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang
sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan
terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang
mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster

Kesimpulan
1. Varicella adalah suatu kata dalam bahasa Latin yang mempunyai arti dalam bahasa

Indonesia yaitu cacar air . Sedangkan di luar negeri terkenal dengan istilah chicken-
pox. Cacar air adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella
zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.

2. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar

limpa, kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuclear.

3. Berdasarkan distribusi dan frekuensi cacar air dibagi tiga yakni menurut orang,

menurut tempat, dan menurut waktu.

Berdasarkan penjelasan saya di bagian patologi dan genesis, cacar air dapat dapat
terjadi pada semua orang pada golongan umur, jenis kelamin, umur pemberian vaksin,
pendidikan, status gizi, imunisasi dan imunitas, penyebeb penyakit, serta lingkungan.

SARAN
Melalui makalah ini saya mengharapkan para pembaca dapat menyampaikan isi dari
makalah tersebut kepada masyarakat yang belum mendapatkan informasi apa dan
bagaimana cara menghadapi dan mengobati serta mencegah penularan cacar air
(varisela) tersebut dan masyarakat juga dapat lebih meningkatkan derajat kesehatannya,
menjaga kebersihan diri dan lingkungannya untuk lebih dini pencegahan penularan
penyakit cacar air tersebut serta segera mungkin berobat ke dokter untuk orang yang
sudah terkena penyakit cacar air tersebut. Pada intinya adalah lebih baik mencegah
daripada pengobati

Kepustakaan
1. Andrews, Saunders, Hary L. Arnold Jr A.B.M.S.M.D.F.A.C.P. Richard, B. Odom, M.B,
William, D. Jonnes M.D. Disease of the skin clinical dermatology, eight edition, W.B..
Company Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo 2006 : 373-376.
2. Prof Dr R.S.Siregar,SpKK(K) Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi kedua 2003 :
88-89.
3. Dermatologi color Atlas dan Synopsys of clinical Fitz Patrik 2005 : 817-820.
4. Dermatologi, volume 1: Samuel L. Moschella, MD, WB. Saunders company
: Philadelphia, London, Toronto, Mexico City. 2005 : 158, 159, 683-686, 1846

5. Dermatologi in general medicine sixth Edition, vol:2. Editor, Irwin M, Freedberg MD,
Arthur Z, Elsen MD, Klauss, Woolff MD, K. Frank, Austein MD, Lowell Stephen,tahun
2005 2071-2038.
6. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-2, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2010, :115-116,
7. Arthur Rook / Wilkinson / Ebling,Text Book Of Dermatology Fourth Edition. Volume
2, Fifth, Edition, RH. Champion, 2005 : 680-684.
8. Johnson RW. Herpes Zoster-Predicting and Minimizing the Impact of Postherpetic
Neuralgia. Journal of Antimicrobial Chemotheraphy 2001: 104
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa :Rama


NIM : 2018.C.10a.0981
Tingkat : III B
Tahun Ajaran/Semester : 2020/2021/V (Lima)
Pembimbing Akademik : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners
Tanda Tangan

No. Hari/tanggal Catatan Bimbingan Pembimbing Mahasiswa

1 Kamis, 19 1. Pre Conference


November 2. Perbaiki Pathway
2020 3. Perbaiki sistematika penulisan
4. Tambahkan beberapa gambar
5. Tambahkan jurnal terkait
6. Daftar PustakaSerjana keperawatan IIIA is inviting
you to a scheduled Zoom meeting
Topic: Bimbingan Pre Konference PPK II Kel. 4
Kelas 3B
Time: Nov 19, 2020 11:00 AM Jakarta
https://us02web.zoom.us/j/83689833298?pwd=U3B3e
FViemxjRWR4ODZ2WkJ6alFZQT09

Meeting ID: 836 8983 3298


Passcode: MJ7h0j
2 Jumat, 11 1. Bimbingan Askep Individu
Desember 2. Perbaiki Asuhan Keperawatan
2020 3. Tambahkan Diagnosa Keperawatan
4. Perbaiki sistematika penulisan

Sarjana Keperawatan Ners Reguler is inviting you to a


scheduled Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Askep PPK II Kel. 4 Kelas 3B


Time: Dec 11, 2020 08:00 AM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/89838788391?pwd=M2o1d
m1YUWk2WEpTd2lzenJaZ1Z6dz09

Meeting ID: 898 3878 8391


Passcode: FVx2z3

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/89838788391
3 Sabtu, 12 1. Bimbingan Post Conference
Desember 2. Perbaiki Implementasi
2020 3. Perbaiki sistematika penulisan
Sarjana Keperawatan Ners Reguler is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Post Konference PPK II kel. 4


Kelas 3B
Time: Dec 12, 2020 11:00 AM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/87173571697?pwd=blVoeE
NFYTlPWU1TR2FaRTA2NjFkUT09

Meeting ID: 871 7357 1697


Passcode: c4vchb

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/87173571697

Anda mungkin juga menyukai