DISUSUN OLEH :
NAMA : RAMA
NIM : 2018.C.10a.0981
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,
ii
3
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Nn. R Dengan Diagnosa Medis Peritonitis Dan Kebutuhan Dasar Manusia
tentang Kebutuhan Cairan dan Elektrolit di Ruang Dahlia Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Arus Pandia, SST selaku kepala ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang Flamboyan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
iii
4
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit........................................................................................5
2.1.1 Definisi....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................5
2.1.3 Etiologi..................................................................................................10
2.1.4 Klasifikasi..............................................................................................11
2.1.5 Patofisiologi...........................................................................................12
2.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................16
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................20
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................26
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................27
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Kebutuhan Cairan dan Elektrolit)....29
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................36
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................36
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................37
2.3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................37
2.3.4 Implementasi Keperawatan...................................................................39
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................39
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................40
3.1 Pengkajian..................................................................................................40
3.2 Diagnosa.....................................................................................................40
3.3 Intervensi....................................................................................................45
3.4 Implementasi..............................................................................................49
3.5 Evaluasi......................................................................................................49
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................50
4.1 Kesimpulan..............................................................................................50
4.2 Saran........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
iv
9
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan diagnosa medis Peritonitisdi ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Bulimia secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Bulimia dan Asuhan Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Peritonitis melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan
secara komprehensif.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Peritonitis juga dapat bersifat akut atau kronis. Peritonitis akut adalah
peradangan yang tiba-tiba pada peritoneum sedangkan peritonitis kronis adalah
peradangan yang berlangsung sejak lama pada peritoneum. Peritonitis adalah
keadaan darurat yang mengancam jiwa karena memerlukan perawatan medis
secepatnya. Infeksi menghentikan pergerakan usus yang normal (peristaltik).
Tubuh segera mengalami dehidrasi, dan zat-zat kimia penting yang disebut
elektrolit dapat menjadi sangat terganggu. Seseorang yang menderita peritonitis
dan tidak dirawat dapat meninggal dalam beberapa hari.
a. Peritoneum
b. Mesinterium
14
c. Omentum
Yaitu lanjutan peritoneum visceral bilaminar yang melintasi gaster dan bagian
proksimal duadenum ke struktur lain. Omentum terbagi menjadi 2 yaitu omentum
minus dan omentum majus, omentum minus menghubungkan curvatura minor
gaster dan bagian proksimal duodeneum dengan hepar dan ementum mencegah
melekatnya peritoneum visceral pada peritoneum parietal yang melapisi dinding
abdomen. Daya gerak omentum majus cukup besar dan dapat bergeser – geser
keseluruh cavitas paritonealis serta membungkus organ yang meradang seperti
appendiks vermiformitis artinya omentum majus dapat mengisolasi organ itu dan
melindungi organ lain terhadap organ yang terinfeksi
d. Ligamentum Peritoneal
2.1.3 Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan didalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak
lambung, perforasitifus abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena
perforasi organ berongga karena trauma abdomen.
1. Bakterial, misalnya Bacteroides, E.Coli, Streptococus,Pneumococus,
proteus, kelompok Enterobacter-Klebsiella, Mycobacterium Tuberculosa.
Misalnya peradangan dinding peritonium yang terjadi bila benda asing
termasuk bakteri atau isi gastrointestinal.
15
2.1.4 Klasifikasi
Infeksi dalam rongga peritoneum menginduksi peradangan peritoneum,
dan dibagi berdasarkan proses inflamasinya menjadi peritonitis primer, sekunder,
atau tersier. Menurut lokasinya dapat dibagi menjadi peritonitis lokal dan difus.
(Marshall, 2004; Ramachandra, et al., 2007)
a. Peritonitis Primer (Spontan Peritonitis)
Merupakan infeksi pada peritoneum yang tidak berhubungan dengan
abnormalitas organ intra-abdominal dan terjadi secara spontan dan
penyebab utama kasus peritonitis primer ini adalah oleh karena infeksi
bakteri. (Marshall, 2004; Debas, 2004; Malangoni & Inui, 2006).
Peritonitis ini sering ditemukan pada pasien sirosis hepatic oleh karena
16
2.1.5 Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam
rongga abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau
perforasi tumor. Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya edema jaringan dan
dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal
menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler
dan darah. Respons segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh
ileus paralitik disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus. (Brunner dan
Suddarth, 2001)
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intra-abdomen
(peningkatan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan fibrin karantina
dengan pembentukan adhesi berikutnya. Produksi eksudat fibrinosa merupakan
reaksi penting pertahanan tubuh, tetapi sejumlah besar bakteri dapat dikarantina
dalam matriks fibrin. Matriks fibrin tersebut memproteksi bakteri dari mekanisme
pembersihan oleh tubuh (van Goor, 1998)
19
WOC Peritonitis
Bakteri Streptokok.
Cedera perforasi Benda asing,
Stapilokok
saluran cerna dialysis, tumor
eksternal
Masuk saluran
Masuk kae ginjal Keluarnya enzim Porte de entre
cerna
pancreas, asam benda asing,
lambung, empedu bakteri
Peradangan
Perdangan ginjal
saluran cerna
Masuk ke rongga
peritoneum
PERITONITIS
Obstruksi usus
Diare
Refluk makan ke
atas
Kekurangan
Mual, muntah, volume cairan dan
anoreksia
Intake inadekuat
2.1.7 Komplikasi
Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut
sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan
lanjut, yaitu :
a. Komplikasi dini
1) Septikemia dan syok septic
2) Syok hipovolemik
3) Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multi system
4) Abses residual intraperitoneal
5) Portal Pyemia (misal abses hepar)
b. Komplikasi lanjut
1) Adhesi
2) Obstruksi intestinal rekuren
a. Mempuasakanpasienuntukmengistirahatkansalurancerna.
b. Pemasangan NGT untukdekompresilambung.
c. Pemasangankateteruntuk diagnostic maupun monitoring urin.
d. Pemberianterapicairanmelalui I.V.
e. Pemberian antibiotic.
Terapi bedah pada peritonitis a.l :
a) Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan
luas dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan
infeksinya.
b) Pencucian rongga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning,
kainkassa, lavase, irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk
menghilangkan pus, darah, danjaringan yang nekrosis.
c) Debridemen: mengambiljaringan yang nekrosis, pus dan fibrin.
d) Irigasi kontinyu pasca operasi.
Terapi post operasi a.l:
a) Pemberiancairan I.V, dapat berupa air, cairanelektrolit, dannutrisi.
b) Pemberian antibiotic
c) Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, peristaltic usus pulih, dan tidak ada
distensi abdomen.
2.1.9.2 Terapi
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan
fokusseptik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan
nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
Resusitasi hebat dengan larutan saline isotonic adalah penting. Pengembalian
volume intravascular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi,
dan mekanisme pertahanan. Keluaran urine tekanan vena sentral, dan tekanan darah
harus dipantau untuk menilai keadekuatan resusitasi.
1) Terapi antibiotic harus diberikan segera setelah diagnosis peritonitis bakteri
dibuat. Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian
dirubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan
pada organism mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika
24
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).
2.2.4 Klasifikasi
2.2.4 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairandan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, laludiikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.
Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan
cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan
cairan , perdarahan dan pergerakan cairan kelokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untukmengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi
cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasiintravaskuler menuju lokasi potensial
sepertipleura,peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadiakibat
obstruksi saluran pencernaan
3. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik
BB, BJ urine
normal. Monitor status Untuk memantau
cairan termasuk status cairan px.
-tekanan darah, intake & output
nadi, suhu tubuh cairan.
dalam batas
normal. Monitor BB Untuk memantau
BB px.
-tidak ada tanda-
tanda volume Anjurkan px Untuk memenuhi
cairan turun, menambahan kebutuhan cairan
elastisitas turgor intake oral (cairan dan nutrisi px.
baik, membran maupun nutrisi)
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
berlebihan.
2. Kelebihan Volume Tujuan : setelah Pasang urine Untuk memonitor
Cairan dilakukan tindakan kateter bila jika output
asuhan diperlukan berlebih terus
keperawatan menerus.
diharapkan : Monitor TTV Untuk memonitor
Cairan & TTV dalam batas
Elektrolit normal
seimbang Monitor indikasi Mengetahui
Hidrasi, retensi atau tanda-tanda
dengan : kelebihan cairan kelebihan cairan
( cracles, CVP,
K.H : edema, asites)
-terbebas dari
Monitor BB Mengontrol BB
edema.
Tentukan riwayat Mengetahui
-terbebas dari jumlah dan tipe riwayat dan tipe
kelelahan, intake cairan dan intake cairan dan
kecemasan atau eliminasi eliminasi
kebingungan.
Tentukan Untuk
kemungkinan mengetahui
-bunyi nafas bersih
faktor resiko dari penyebab
tidak ketidakseimbangan kelebihan cairan
dyspneu/ortopneu. cairan elektrolit
(Hipertermia,
-menjelaskan terapi diuretik,
indikator kelebihan kelainan renal,
cairan. gagal jantung,
disfungsi hati)
31