Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA


OVARIUM DAN KEBUTUHAN DASAR RASA
AMAN DAN NYAMAN DIRUANG DAHLIA RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :

NAMA : Mewan Tony


NIM : 2018.C.10a.0978
Tingkat IIB

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Mewan Tony
NIM : 2018.C.10a,0978
Program Studi : S1- Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.
R Dengan Diagnosa Medis kista ovarium Dan Kebutuhan
Dasar rasa aman dan nyaman di ruangan Dahlia Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persayaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan I Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing akademik Pembimbing Lahan

Yelstria ulina .T ., S.kep. Ners Ria Asihai, S.kep., Ners

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis kista ovarium Dan Kebutuhan Dasar rasa
aman dan nyaman Diruang dahlia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu yelstria ulina.T., S.Kep.Nersselaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu RiaAsihai, S. kep.,Ners selaku kepela ruang Dahlia RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang Dahlia.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 29 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit.............................................................................................4
2.1.1 Definisi........................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................................4
2.1.3 Etiologi........................................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi....................................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi (Patway).................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)......................................................12
2.1.7 Komplikasi................................................................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................15
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia..............................................................16
2.2.1 Definisi......................................................................................................16
2.2.2 Klasifikasi..................................................................................................17
2.2.3 Etiologi......................................................................................................18
2.2.4 Patofisiologi...............................................................................................19
2.2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................19
2.2.6 Tanda Dan Gejala......................................................................................19
2.2.7 Pemeriksaan Fisik......................................................................................20
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................................21
2.2.9 Penatalaksanaan........................................................................................22
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan................................................................22
2.3.1 Pengkajian.................................................................................................22

iii
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................24
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................25
2.3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................26
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................26
BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
4.1 Kesimpulan...................................................................................................27
4.2 Saran.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembangpula upaya
peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita yang semakin membaik. Sarana
dan prasarana di pelayanan kesehatan menunjang terdeteksinya penyakit wanita
yang bermacam-macam, termasuk penyakit ginekologi. Berbagai macam penyakit
sistem reproduksi yang memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan
keluarganya dengan gejala salah satunya gangguan menstruasi seperti menarche
yang lebih awal, periode menstruasi yang tidak teratur, panjang siklus menstruasi
yang pendek, paritas yang rendah, dan riwayat infertilitas (Heffner & Danny,
2008).

Nyeri yang berlebih pada saat haid juga dapat terjadi akibat adanya massa
pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kista adalah bentuk gangguan
adanya pertumbuhan sel-sel otot polos yang abnormal. Pertumbuhan otot polos
abnormal yang terjadi pada ovarium disebut kista ovarium. Kista ovarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan
siklus menstruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen. 2005).

1 dapat terjadi akibat adanya massa


Nyeri yang berlebih pada saat haid juga
pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kehamilan tumor ovary yang
dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein.Tumor
ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim
atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul.

Oophorektomy adalah operasi pengangkatan dari ovarium atau indung telur.


Tetapi istilah ini telah digunakan secara tradisi onal dalam penelitian ilmu dasar
yang menggambarkan operasi pengangkatan indung telur (Wiknjosastro, 2005).

Selama tahap kehidupan, massa yang biasanya disebabkan oleh kista ovarium
fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan pasca infeksi pada tuba
fallopii (Heffner & Danny, 2008). Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga
kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian dari semua

1
kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah
penderita kanker ovarium sebanyak 23 .400 dengan angka kematian sebesar
13.900 orang. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa gejala
dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana sekitar 60% -
70% penderita datang pada stadium lanjut. Maka penyakit ini disebut juga silent
killer. Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia belum diketahui secara pasti
karena pencatatan dan pelaporan di negeri kita kurang baik. Sebagai gambaran di
RSU, kanker Dharmais ditemukan penderita kanker ovarium sebanyak 30 kasus
setiap tahun. Studi epidemologi menyatakan beberapa faktor resiko nullipara,
melahirkan pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai
keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun.
Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium
sebanyak 30–60%.

Penanganan dan pengobatan kanker ovarium yang telah dilakukan dengan


prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai saat ini belum begitu ada
manfaatnya termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di
dunia sekalipun. Sebagai perawat dalam menangani masalah klien dengan kista
ovarium atau kanker ovarium maka perlu memperhatikan aspek biopsiko social
spiritual dalam pemberian asuhan keperawatannya, sehingga hal ini yang menarik
penulis untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium.
Dari latar belakang yang teah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis
kista ovarium dan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Dan Nyaman Di Ruang Dahlia
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”

2
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada pasein dengan khusunya pada Ny. R dengan diagnosa medis
kital ovarium dan dengan kebutuhan dasar manusia diruang dahlia RSUD dr.
Doris Sylvanus.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagai mana cara menerapkan Asuhan Keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada klien Ny. R dengan diagnosis medis dengan Kebutuhan Dasar
Manusia gardenia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan penulisan asuhan keperawatan ini adalah :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. R
dengan penyakit kista ovariumdi Ruangan dahlia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Ny. R dengan
penyakit kistaa ovarium di Ruangan dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan rencana tindakan keperawatan sesuai
masalah keperawatan pada Ny. R dengan penyakit krista ovarium di
Ruangan dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Ny. R dengan penyakit Kista Ovarium di Ruangan dahliaRSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Ny. R
denganpenyakit kista ovarium di Ruangan dahlia RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya
4

1.3.2.6 Mahasiswa Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan


mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
Pasein dengan penyakit krista ovarium.
1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit paru krista
ovariumsecara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Akademik
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
1.4.4 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi program pengobatan
penyakit melalui upaya peningkatan kesehatan.
1.4.5 Manfaat Bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan dan perawatan pada
pasien penyakit krista ovarium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005).Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh
pada indung telur (ovarium) wanita. Kista ini biasanya muncul selama masa subur atau
selama wanita mengalami menstruasi Tiap wanita memiliki dua indung telur
(ovarium), satu di bagian kanan dan satu lagi di sebelah kiri rahim.

Ovarium yang berukuran sebesar biji kenari ini merupakan bagian dari sistem
reproduksi wanita. Ovarium berfungsi menghasilkan sel telur tiap bulan (mulai
dari masa pubertas hingga menopause), serta memproduksi hormon estrogen dan
progesteron. Fungsi ovarium terkadang dapat terganggu, kista termasuk jenis
gangguan yang sering terjadi.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon


esterogen dan progresterone diantaranya adalah :

 Kista non fungsional.


 Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
 Kista fungsional.
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.

5
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma

 Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum


yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
 Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
 Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium)
 Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
 Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
patogenesi

6
7

2.1.3 Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista
jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus
menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan
menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar
akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada
beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut
dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro ( 2008) klasifikasi kista ovarium antara lain:

A. Kista Ovarium Non Neoplastik


1. Kista ovarium non neoplastik , antara lain: 1. Kista Folikel Kista ini berasal
dari folikel de graaf yang tidak berovulasi, namun tumbuh terus menjadi
kista folikel. Kista ini berdiameter 1-1 cm . Kista ini bisa menjadi sebesar
jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa
lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, terjadilah
atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista jernih dan sering kali
mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-kadang dapat
menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama kelamaan mengecil dan
dapat menghilang, atau bisa terjadi ruptur dan kista menghilang.
2. Kista Korpus Luteum Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika
berukuran > 3 cm , kadang-kadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm,
rata-rata 4 cm (Benson, 2008). Dalam keadaan normal korpus luteum lama
kelamaan mengecil dan menjadi korpus albikans. Perdarahan yang sering
terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, kista ini berisi cairan
yang berwarna merah coklat. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum
8

memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel- sel teka. Kista
korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amonorea diikuti
oleh pendarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat Universitas
Sumatera Utara 10 menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Rasa
nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering
menimbulkan kesulitan dalam diagnosis. Penanganan kista luteum ialah
menunggu sampai kista hilang sendiri.
3. Kista Teka Lutein Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang
terjadi dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein
berisi cairan berwarna kekuning-kuningan. Berhubungan dengan penyakit
trofofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa, koriokarsioma),
penyakit ovarium polikistik dan pemberian zat perangsang ovulasi. Gejala
yang timbul biasanya rasa penuh atau menekan pada pelpis (Benson, 2008).
Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogononadotropin
yang berlebihan, dan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium yang
mengecil secara spontan.
4. Kista Inkusi Germinal Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita usia
lanjut, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya
secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang
diangkat waktu operasi. kista ini terletak di bawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel, berisi cairan jernih.
5. Kista Endometrium Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih berfungsi terdapat di luar kavun uteri. Jaringan endometrium terdapat
di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Endometriosis lebih sering
ditemukan pada wanita pada umur muda, dan Universitas Sumatera Utara
11 wanita yang tidak mempunyai banyak anak. Gambaran mikroskopik dari
endometriosis yaitu pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai kista
besar berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma)
(Wiknjosastro, 2008). Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh
hormonal estrogen dan progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi.
9

Gejala klinis endometriosis dalam bentuk : dismenorea (nyeri


abdomen/perut sesuai dengan waktu menstruasi), disparunia (nyeri saat
hubungan seksual), nyeri saat defekasi (pada endometriosis dinding
rektosigmoid), menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea
atau hipermenorea), infertilitas (gangguan saluran tuba falopii sehingga
tidak berfungsi sebagai saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi).
Endometriosis dijumpai secara kebetulan pada pasangan yang
memeriksakan diri karena kemandulan (Manuaba, 2009). Penaganan
endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan, terapi hormonal,
pembedahan, dan radiasi (Wiknjosastro, 2008).
6. Kista Stein Leventhhal Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta
perhatian dengan terhadap segolongan wanita muda dengan gejala-gejala
infertilitas, amenorea. Kista ini disebabkan oleh gangguan hormonal.

B. Kista Ovarium Neoplastik

Kista ovarium neoplastik, antara lain:

1. Kistoma Ovarii Simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan di dalam kista jernih dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubungan adanya tangkai
dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejalgejala mendadak. Terapi
yang dilakukan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik
untuk mengetahui apakah ada keganasan.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum Tumor musinosum merupakan 15 %- 25%
dari semua neeoplasma ovarium dan menyebabkan 6%-10% kanker
ovarium. Sekitar 8%-10% adalah bilateral. Tumor ini bisa sangat besar (>70
kg) tetapi rata-rata berdiameter 16-17 cm saat didiagnosis dan terutama
ditemukan pada dua kelompok umur (10-30 tahun dan >40 tahun). Biasanya
tidak menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat adanya massa dalam
perut. Tumor musinosum berdinding licin halus dan berisi cairan kental,
10

tebal , kecoklatan (Benson, 2008). Bila terjadi keganasan terapi yang


dilakukan adalah melakukan pembedahan.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum Kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang
sangat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan
tumor biasanya licin dan berwarna keabuabuan. Ciri khas kista ini ialah
potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista Universitas Sumatera
Utara 13 sebesar 50 % dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi
kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.
4. Kista Endometrioid Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin,
pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan
epitel endometrium. Kista ini ditemukan oleh Sartesson tahun 1969, kista ini
tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
5. Kista Dermoid Tidak ada ciri-ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista
kelihatan putih dan keabu-abuan, dan agak tipis. Pada umumnya terdapat
satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. Kista
dermoid dapat terjadi torsi tangkai (komplikasi) dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum. Perubahan keganasan jarang terjadi, kira-kira 1,5% dari semua
kista dermoid, dan biasanya terjadi pada wanita sesudah menopause. Kista
dermoid penaganannya dengan pengangkatan seluruh ovar Adapun tumor-
tumor ovarium padat yang jinak antara lain:
a. Fibroma Ovarii Tumor ini merupakan 5 % dari semua neoplasma
ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita dalam masa
menopause dan sesudah menopause. Tumor ini dapat mencapai
diameter 2-30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kg. Potensi
keganasan pada fibroma ovarii sangat rendah, kurang dari 1 %.
b. Tumor Brenner Universitas Sumatera Utara 14 Tumor brenner tidak
menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas. Jika kista ini membesar,
beratnya sampai beberapa kilogram dan memberi gejala seperti
fibroma (benjolan). Meskipun tumor brenner biasanya jinak, namun
11

telah dilaporkan beberapa kasus tumor jenis ini yang histopatologik


maupun klinis menunjukan keganasan.
c. Maskulinovoblastoma Tumor ini sangat jarang terjadi, tumor ini
biasanya unilateral dan besar diameternya antara 0,5-16 cm.
Penanganan dengan pengangkatan tumor bersama ovarium. Menurut
Carlo livoti dan Elisabeth topp, (2006) Kista fungsional di bagi
menjadi beberapa tipe sebagai berikut:
a) Kista Fungsional Persisten Kadang-kadang sebuah folikel atau
beberapa folikel akan menolak pecah, dan tetap berada di
pinggiran ovarium menghasilkan hormon. Ini disebut kista
fungsional persiste. Kista ini membuat kadar estrogen dalam
tubuh di atas normal dan menghambat menstruasi karena
hormon yang ada terus mencegah lapisan uterus untuk lepas.
Sering wanita yang mengalami hal ini berpikir bahwa mereka
mungkin hamil sebab menstruasinya terlambat dan mereka
mengalami efek akibat peningkatan hormon. USG tidak cukup
untuk mendiagnosis hal ini, karena selama masa trimester
pertama kehamilan, folikel yang pecah tetap berada di
permukaan ovarium untuk menghasilkan hormon yang
mempertahankan kehamilan. Jadi, pertama-tama dokter akan
melakukan tes kehamilan untuk menghilangkan kemungkinan
itu dan kemudian melakukan USG untuk memeriksa kista.
Universitas Sumatera Utara 15.
b) Kista Fungsional Hemhorrahagic Gejala dari kista ini yaitu nyeri
perut dan perut terasa kembung. Bila pada lokasi terjadi arteri
atau vena pecah akan terjadi pendarahan di dalam tubuh
penderita. Pada saat mengalami pendarahan, penderita akan
merasa melayang dan sering pingsan, gejala ini menyerupai
kehamilan ektopik yang pecah. Hal ini sangat jarang terjadi dan
ini merupakan satu dari beberapa kista fungsional yang
membutuhkan operasi.
12

c) Kista Fungsional Besar Sembilan puluh lima persen (95 %) kista


yang berdiameter < 5 cm merupakan kista fungsional. Tetapi
ketika kista lebih besar dari 5 cm menjadi 10- 20 %. Dokter
menyarankan melakukan operasi, kista fungsional besar selalu
ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan USG
atau pemeriksaan panggul karena kista ini tidak bergejala.
d) Ovarium Polikistik Ovarium polikistik adalah kelainan
fungsional dari ovarium, yang tidak menyebabkan terlalu
banyak kekhawatiran medis. Ovarium polikistik merupakan
ovarium yang membuat banyak folikel yang tidak pernah terjadi
ovulasi, sementara itu setiap folikel tetap bertahan di permukaan
ovarium dan membuat hormon. Kelebihan hormon pria dan
wanita menyebabkan kegemukan, timbul jerawat, dan
pertumbuhan rambut yang belebihan dan mempengaruhi status
haid pada wanita.

2.1.5 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena
stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma)
dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan
13

kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi
ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama
bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit
tersebut diluar cakupan artikel ini.
Faktor internal
Factor eksternal : 14
- Factor genetik, wanita yang
menderita kanker payu
- Diet,tinggi
darah,iwayat kanker
lemak,merokok,
kolon,gaggguan hormonal .
minuman alcohol,
- Gagal sel telur berevulasi
- Menghasilkan hormone hipoksia - Gangguan hormon
- Penimbunan folikel
- Pematangan dan gagal
melepaskansel telur

Kosta ovarium

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6


(Bone)
Agen pencedera Penurunan kapasitas O2 ke jaringan Krisis situansional Sekresi mukus Suplay O2 ke
fisiologis kandung kemi otak menurun meningkat jaringan menurun

Agen Iritasi kandung kemih Hipoksia Kebutuhan tidak Akumulasi sekret Ketidak seimbangan
pencederaan Jaringan terpenuhi antara suplai dan
kimiawi kebutuhan oksigen
Ancaman Bau mulutsedap
Efek Tindakan Kesadaran terhadap konsep
Agen pencederaan medis dan menurun, gelisah Kelemahan
fisik Nafsu makan menurun
diagnostic

Resiko infeksi Kurang terpapar Kurangnya Intoleransi


Ketidak mampuan
Nyeri akut informasi asupan makan Aktivitas
mengkomunikasika
nkebutuhan
eliminasi Defisit Nutrisi
ansietas
Ganggua eliminasi
urin
15

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan
lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :

1. Perut terasa penuh, berat, dan kembung.


2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).
3. Haid tidak teratur.
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama.
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan


segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba.


2. Nyeri bersamaan dengan demam.
3. Rasa ingin muntah.

2.1.7 Komplikasi
1. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
16

2. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral


terutamayang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Salah satu pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis
kista ovarium adalah pemeriksaan pencitraan seperti USG, CT-Scan, dan MRI.
Walaupun tidak spesifik, pemeriksaan penanda CA-125 adalah pemeriksaan darah
yang mungkin dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kanker ovarium.
Pemeriksaan histologis dilakukan untuk mengetahui jenis kista ovarium
(diagnosis definitif kista ovarium).

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


1. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
2. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen
yang ketat.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusiarasa aman dan nyaman


2.2.1 Definisi rasa aman dan nyaman

Menurut koziar (2010), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan bebas


dari segalah fisik fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan kenyamanan
17

sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan


akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan social.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia  seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.

Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan


kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum
dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa
nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena
kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda
pada pasien.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalahpendapart beberapa ahli
rnengenai pengertian nyeri:
a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang
tersebut pernah mengalaminya.
18

b. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan


menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan
ketegangan.
c. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
d. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke
otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.
2.2.2 Anatomi Fisiologi
Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa nyeri
merupakan sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang melibatkan fungsi
organ tubuh, terutama sistem saraf sebagai reseptor rasa nyeri.

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa


bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul
juga memiliki sensasi yang berbeda.

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.

Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu:


 Reseptor A delta : merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi
6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat
hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
19

 Serabut C : merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5


m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat
pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya.
Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang
tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-
organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul
pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat
sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

A. Proses Terjadinya Nyeri


Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat
kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C
ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik
tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri
setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik,
suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena
trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk
mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi
yang dijalarkan ke sistem saraf pusat.

2.2.3 Etiologi
Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan satu
dimensi yaitu berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik) ataupun
berdasarkan durasinya (nyeri akut vs kronik).
20

1. Nosiseptik vs Neuropatik
Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptik dan nyeri
neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli
noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat diklasifikasikan menjadi
nyeri viseral, bila berasal dari rangsangan pada organ viseral, atau nyeri somatik,
bila berasal dari jaringan seperti kulit, otot, tulang atau sendi. Nyeri somatik
sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu superfisial (dari kulit) dan dalam
(dari yang lain).
Pada nyeri nosiseptik system saraf nyeri berfungsi secara normal, secara umum
ada hubungan yang jelas antara persepsi dan intensitas stimuli dan nyerinya
mengindikasikan kerusakan jaringan. Perbedaan yang terjadi dari bagaimana
stimuli diproses melalui tipe jaringan menyebabkan timbulnya perbedaan
karakteristik. Sebagai contoh nyeri somatik superfisial digambarkan sebagai
sensasi tajam dengan lokasi yang jelas, atau rasa terbakar. Nyeri somatik dalam
digambarkan sebagai sensasi tumpul yang difus. Sedang nyeri viseral
digambarkan sebagai sensasi cramping dalam yang sering disertai nyeri alih
(nyerinya pada daerah lain).
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya
kerusakan atau disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya
adalah trauma, radang, penyakit metabolik (diabetes mellitus, DM), infeksi
(herpes zooster), tumor, toksin, dan penyakit neurologis primer. Dapat
dikategorikan berdasarkan sumber atau letak terjadinya gangguan utama yaitu
sentral dan perifer. Dapat juga dibagi menjadi peripheral mononeuropathy dan
polyneuropathy, deafferentation pain, sympathetically maintained pain, dan
central pain.
Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis karena tidak bertujuan
atau tidak jelas kerusakan organnya. Kondisi kronik dapat terjadi bila terjadi
perubahan patofisiologis yang menetap setelah penyebab utama nyeri hilang.
Sensitisasi berperan dalam proses ini. Walaupun proses sensitisasi sentral akan
berhenti bila tidak ada sinyal stimuli noksius, namun cedera saraf dapat membuat
perubahan di SSP yang menetap. Sensitisasi menjelaskan mengapa pada nyeri
neuropatik memberikan gejala hiperalgesia, alodinia ataupun nyeri yang persisten.
21

Nyeri neuropatik dapat bersifat terus menerus atau episodik dan digambarkan
dalam banyak gambaran seperti rasa terbakar, tertusuk, shooting, seperti kejutan
listrik, pukulan, remasan, spasme atau dingin. Beberapa hal yang mungkin
berpengaruh pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer, timbulnya
aktifitas listrik ektopik secara spontan, sensitisasi sentral, reorganisasi struktur,
adanya proses disinhibisi sentral, dimana mekanisme inhibisi dari sentral yang
normal menghilang, serta terjadinya gangguan pada koneksi neural, dimana
serabut saraf membuat koneksi yang lebih luas dari yang normal.

2. Akut vs Kronik
Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang kompleks
berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang berkaitan dengan trauma
jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri
akut berperan sebagai alarm protektif terhadap cedera jaringan. Reflek protektif
(reflek menjauhi sumber stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering
mengikuti nyeri akut. Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri
nosiseptif ataupun nyeri neuropatik.
Nyeri kronik diartikan sebagai nyeri yang menetap melebihi proses yang terjadi
akibat penyakitnya atau melebihi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan,
biasanya 1 atau 6 bulan setelah onset, dengan kesulitan ditemukannya patologi
yang dapat menjelaskan tentang adanya nyeri atau tentang mengapa nyeri tersebut
masih dirasakan setelah proses penyembuhan selesai. Nyeri kronik juga diartikan
sebagai nyeri yang menetap yang mengganggu tidur dan kehidupan sehari-hari,
tidak memiliki fungsi protektif, serta menurunkan kesehatan dan fungsional
seseorang. Penyebabnya bermacam-macam dan dipengaruhi oleh factor
multidimensi, bahkan pada beberapa kasus dapat timbul secara de novo tanpa
penyebab yang jelas. Nyeri kronik dapat berupa nyeri nosiseptif atau nyeri
neuropatik ataupun keduanya.
Nyeri kronik sering di bagi menjadi nyeri kanker (pain associated with cancer)
dan nyeri bukan kanker (chronic non-cancer pain, CNCP). Banyak ahli yang
berpendapat bahwa nyeri kanker diklasifikasi terpisah karena komponen akut dan
kronik yang dimilikinya, etiologinya yang sangat beragam, dan berbeda dalam
22

secara signifikan dari CNCP baik dari segi waktu, patologi dan strategi
penatalaksanaannya. Nyeri kanker ini disebabkan oleh banyak faktor yaitu karena
penyakitnya sendiri (invasi tumor ke jaringan lain, efek kompresi atau invasi ke
saraf atau pembuluh darah, obstruksi organ, infeksi ataupun radang yang
ditimbulkan), atau karena prosedur diagnostik atau terapi (biopsy, post operasi,
efek toksik dari kemoterapi atau radioterapi). (Sudoyo WA, Setyo Hadi B, Alwi I,
dkk, 2010).

2.2.2 Klasifikasi
1. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). (contoh: terkena ujung pisau atau
gunting).
2. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneous.
(contoh: sprain sendi).
3. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan.

2.2.5 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau
mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).

2.2.5 Manifestasi Klinis


1. Gangguam tidur.
2. Posisi menghindari nyeri.
3. Gerakan menghindari nyeri.
23

4. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih).


5. Perubahan nafsu makan.
6. Tekanan darah meningkat.
7. Pernafasan meningkat.
8. Depresi.
9. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri.

2.2.6   Tanda Dan Gejala


Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman (mual) dapat dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu sebagai berikut (PPNI, 2016):
a. Gejala dan tanda mayor: Data subjektif:
1) Mengeluh tidak nyaman.
2) Mengeluh mual .
3) Mengeluh ingin muntah.
4) Tidak berminat makan Data objektif: (tidak tersedia).
b. Gejala dan tanda minor Data subjektif:
1) Merasa asam di mulut.
2) Sensasi panas/dingin.
3) Sering menelan Data objektif:
a) Saliva meningkat.
b) Pucat.
c) Diaphoresis.
d) Takikardi.
e) Pupil dilatasi.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
Abdomen
 Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
 Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
 Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah
di otak.
24

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian (B1-B6)
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien data yang
dikumpulkan atau dikaji:
2.3.1.1 Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama,umur,jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status, Pendidikan terakhir, pekerjaan pasien.
2.3.1.2 Riwayat kesehayan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien nyeri
dibagian perut bawah sejak 3 bulan lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien krista ovarium biasanya diawali dengan tanda-tanda seperti
nyeri bagian perut, perdarahan yang tidak bisa saat menstruasi,tidak nafsu
makan karena perut sebah dan serta perlu di tanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
3. Riwayat Kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit
krista ovarium atau penyakit penyakit sebelumnya sepertiinfeksi

4. Riwayat penyakit keluarga


Perlu ditanyakan apakah keluarganya salah satu anggotanya keluarga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang
lainya didalam keluarganya.
5. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
6. Pola fungsi Kesehatan
Pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi Kesehatan menurut
a. Persepsi terhadap Kesehatan
25

Adanya Tindakan pelaksanaan Kesehatan di RS akan menimbulkan


perubahan terhadap pemeliharaan Kesehatan
b. Pola aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas perlu dikaji pada klien dengan penyakit krista ovarium
mengalami keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang mungkin muncul.
2.3.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan pencideraan fisik (D.0077) Hal 172.
2.3.2.2 Eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandungkemih (D. 0040) Hal. 96..
2.3.2.3 Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya pertahanan tubuh
(D.0019) Hal 3004.
2.3.2.4 Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Penurunan Kapasitas
Kandung Kemih (D.0040) Hal 96.
2.3.2.5 Defisit Nutrisi berhubungan dengan Kurangnya Asupan Makanan
(D.0019) Hal 56.
2.3.2.6 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidak penurunan
seimbangan Antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen (D. 0056) Hal 128,

2.3.3 Intervensi Keperawatan


DX : 1. Nyeri akut berhubungan dengan pencideraan fisik
Tujuan : menghilangkan rasa nyeri
Kiteria hasil : kemampuan menuntaskan aktifitas
Rencana tindakkan :
Observasi :
1. Identifikasi lokasi.
2. Identifikasi nyeri.
3. Identifikasi respon nyeri verbal.
4. Identifika sifaktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
5. Identifikasikan pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
6. Identifikai pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
26

8. Monitor keberhasilan trapi komplementer yang sudah diberikan.


9. Monitor efek samping penggunan analgeik

DX : 2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Kurangnya Asupan Makanan


Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
seimbang.
Kiteria hasil : Agar asupan nutrisi klien dapat terpenuhi
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi status nutrisi.
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.
3. Identifikasi makanan yang disukai.
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien.
5. Monitor asupan makanan.
6. Monitor berat badan.
7. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.
8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
9. Berikan suplemen makanan, jika perlu.
10. Ajurkan posisi duduk, jika mampu.
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatussehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada indung telur
(ovarium) wanita. Kista ini biasanya muncul selama masa subur atau selama wanita
mengalami menstruasi Tiap wanita memiliki dua indung telur (ovarium), satu di
bagian kanan dan satu lagi di sebelah kiri rahim.
Ovarium yang berukuran sebesar biji kenari ini merupakan bagian dari sistem
reproduksi wanita.
Ovarium berfungsi menghasilkan sel telur tiap bulan (mulai dari masa pubertas
hingga menopause), serta memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Fungsi
ovarium terkadang dapat terganggu, kista termasuk jenis gangguan yang sering
terjadi.
Pengkajian pada pasien kista ovarium dengan kebutuhan dasar manusia rasa
aman dan nyaman terfokus pada pengkajian pemenuhan rasa aman dan nyaman,
pengkajian nyeri akutperkembangan kesembuhan pasien tentang penyakitnya.
Diagnose yang muncul pada laporan kasus ini adalah:nyeri akut berhubungan
dengan agen pencideraan fisik prosedur opersi di tandai dengan klien nyeri pada
perut baguan bawah
Dalam perencanaan keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien kista
ovarium ,kaji terhadap nyeri, pastikan durasi /episode nyeri, berikan posisi
nyaman, berikan Tindakan kenyamanan contoh: pijat punggung, nafas dalam
Latihan reflek,berikan Tindakan operasi jika hb10 g/dL
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini perawat
membandingkan hasil dari Tindakan yang telah dilakukan demgan kriteria hasil
teratasi seluruhnya, teratasi Sebagian ,atau belum teratasi semuanya .

4.2 Saran
Disarankan dalam melakukan perawatan atau pencegahan kista ovarium adalah
dengan cara Terapkan Pola Makan Sehat. Pola makan sehat tidak hanya baik
untuk kebugaran tubuh, tetapi juga kesehatan ovariumKelola StresCukup
tidurhindari alkohol dan rokok.

27
jangan lupa untuk memeriksa kesehatan dirinya untuk pemeriksaan terkait
kista ovarium

28
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson RalpC dan MartinL. Pernoll. 2008. BukuSaku Obstetridan Ginekologi.

Jakarta:EGC
Bilotta, Kimberli. 2012.Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2.Jakarta : EGC
PurwandariAtik. 2008.Konsep Keperawatan. Jakarta:EGC

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi


9.Jakarta:EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. IlmuKandunganEd.2. Jakarta: Yayasan Bina

PustakaSarwomo Prawirohardjo

Yatim,Faisal.2005.PenyakitKandungan,Myom,Kista,IndungTelur,Kanker
Rahim/LeherRahim,serta Gangguanlainnya. Jakarta: PustakaPopuler Obor

Anda mungkin juga menyukai