Anda di halaman 1dari 71

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS RHEMATOID ARTRITIS DAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANG ASTER RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

DI SUSUN OLEH :

Armeliati
2018.c.10a.0959

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :
Nama : Armeliati
NIM : 2018.C.10a.0959
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Ny.E Dengan Diagnosa Medis
Rhematoid Artritis dan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Aster
RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya”

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria ,S.Kep.,Ners Fransiska ,S.Kep.,Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Juga Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.E Dengan Diagnosa Medis Rhematoid Artritis dan
Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Aster RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya”
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik Praklinik Keperawatan
I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung bJawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
4. Ibu Ika Paskaria , S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang
Aster.
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat.
6. Semua Pihak yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan praktik
praklinik keperawatan I ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan
ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu,
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-
mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 07 Mei 2020

iii
Penyusun

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit........................................................................................5
2.1.1 Definisi Rematik (Rheumatoid Arthritis)...........................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi..............................................................................6
2.1.3 Etiologi.............................................................................................10
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................13
2.1.5 Patofisiologi ( Pathway)...................................................................18
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)...............................................20
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................21
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................21
2.1.9 Penatalaksanaan Medis....................................................................22
2.2 Konsep Pemenuhan KDM……………………………………………...28
2.2.1 Definisi…………………………………………………………...28
2.2.2 Fungsi…………………………………………………………….28
2.2.3 Komponen……………………….…………………………….…29
2.2.4 Klasifikas…………………………………………………………30
2.2.5 Fatofisiologi……………………………………………………...32
2.2.6 Manifestasi Klinik………………………………………………..33
2.2.7 Komplikasi……………………………………………………….34
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang………………………………………….35

iv
2.2.9 Penatalaksanaan Medis………………………………………..…35
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan...........................................................36
2.3.1 Pengkajan Keperawatan...................................................................36
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................37
2.3.3 Rencana Keperawatan......................................................................37
2.2.4 Implementasi Keperawatan………………………………………39
2.3.4 Evaluasi Keperawatan......................................................................40
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………..41
3.1 Pengkajian………………………………………………………………41
3.2 Diagnosa………………………………………………………………..57
3.3 Intervensi…………………………………………………………….…59
3.4 Implementasi……………………………………………………………62
3.5 Evaluasi……………………………………………………………..…..62
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................63
4.1 Kesimpulan..............................................................................................63
4.2 Saran........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64

v
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Normal and Arthritis Joints 5


Gambar 1.2 Jenis-jenis Sinovial..........................................................................9
Gambar 1.3 Sinovial Membrane.......................................................................12
Gambar 1.4 Rheumatoid Arthritis....................................................................14
Gambar 1.5 Osteoarthritis.................................................................................14
Gambar 1.6 Arthritis Gout................................................................................16

vi
[Type here]

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur
di sekitarnya yang terdiri lebih dari 100 jenis. Salah satu jenis dari penyakit
reumatik adalah Rheumatoid Arthritis (Nainggolan,2009). Rheumatoid Arthritis
(RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik yang
menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem
tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta
destruksi jaringan sinovial yang disertai gangguan pergerakan diikuti dengan
kematian prematur (Mclnnes,2011).
Dalam ilmu penyakit dalam Harrison edisi 18, insidensi dan prevalensi RA
bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan berbagai grup etnik yang berkaitan
dengan susunan genetik. Prevalensi tertinggi dilaporkan pada masyarakat asli
Amerika, Yakima, Pima, dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara sebesar 7%.
Namun prevalensi RA di dunia relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1%
(Suarjana,2009). Estimasi prevalensi RA untuk negara dengan pendapatan rendah
dan menengah berdasarkan meta-analisis adalah di Asia Tenggara sebesar 0,4%,
Mediterania Timur sebesar 0,37%, Eropa sebesar 0,62%, dan Amerika sebesar
1,25%. Prevalensi pada laki-laki lebih rendah yaitu 0,16% dibandingkan wanita
yaitu 0,75% dan dinyatakan signifikan secara statistik. Sekitar 2,6 juta laki-laki
dan 12,21 juta wanita menderita RA pada tahun 2000 kemudian
meningkatmenjadi 3,16 juta laki-laki dan 14,87 juta wanita yang menderita RA
pada tahun 2010 (Rudan dkk, 2015).
Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA masih terbatas. Data
terakhir dari Poliklinik Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan penderita RA selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203
dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Nainggolan (2009)
memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit rematik di atas
angka nasional yaitu 32,6%, namun tidak diperinci jenis rematik secara detail.

1
[Type here] 2

Walaupun penyebab RA masih belum diketahui secara pasti, namun banyak


faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian RA. Diantaranya adalah
faktor genetik, usia lanjut, jenis kelamin perempuan, faktor sosial ekonomi, faktor
hormonal etnis, dan faktor lingkungan seperti merokok, infeksi, faktor diet,
polutan, dan urbanisasi (Tobon et al,2009).
Telah diketahui bahwa RA adalah penyakit kronik dan fluktuatif sehingga
apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan cepat akan menyebabkan
kerusakan sendi yang progresif, deformitas, disabilitas, dan kematian. Menurut
Fuch dan Edward, hanya 15% pasien RA yang memperoleh pengobatan secara
medis yang mengalami remisi atau berfungsi normal setelah 10 tahun sejak awal
onset dan hanya 17% dengan tanpa disabilitas. Prognosis RA sendiri dievaluasi
dari berbagai parameter seperti level remisi, status fungsional, dan derajat
kerusakan sendi (Sumariyono,2010).
Masyarakat usia dewasa yang berusia diantara 25 hingga 60 tahun masih
merupakan masa-masa produktif di kehidupannya. Tanggung jawab secara fisik,
biologis, ekonomi dan sosial sangat dibutuhkan dan berkaitan erat dengan status
kesehatannya saat ini. Banyak penyakit degeneratif yang onsetnya dimulai sejak
usia pertengahan menyebabkan produktifitas masyarakat menurun dan masa
lansia di kemudian hari menjadi kurang berkualitas. Salah satu penyakit tersebut
adalah RA dimana proses patologi imunologinya terjadi beberapa tahun sebelum
muncul gejala klinis. Walaupun angka kejadian RA banyak terjadi pada lansia
namun tidak menutup kemungkinan proses patologi telah terjadi seiring
peningkatan usia dan adanya berbagai faktor risiko yang saling berkaitan.
Banyak upaya yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya RA dan
memberikan pengobatan secara cepat dan tepat bagi yang telah terdiagnosis salah
satunya dengan melakukan deteksi dini pada masyarakat usia dewasa. Ada banyak
alat ukur dan kriteria yang dapat digunakan dalam mendiagnosis RA. Diantaranya
adalah berdasarkan kriteria ARA (American Rheumatism Association) yang
direvisi tahun 1987 dan kriteria ACR (American College of Rheumatology) yang
direvisi tahun 2010.
[Type here]
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny.E Dengan Diagnosa Medis
Rhematoid Artritis dan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Aster RSUD Doris Sylvanus
Palangkaraya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami
dan mengetahui materi tentang rheumatoid arthritis dan asuhan keperawatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui materi tentang pengertian
rheumatoid arthritis
2) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui materi tentang anatomi dan
fisiologi rheumatoid arthritis
3) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui etiologi rheumatoid
arthritis.
4) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui materi tentang manifestasi
klinis rheumatoid arthritis
5) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui komplikasi rheumatoid
arthritis.
6) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemeriksaan penunjang
rheumatoid arthritis.
7) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penatalaksanaan
farmakologi dan non-farmakologi rheumatoid arthritis.
8) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan dengan
penyakit rheumatoid arthritis
9) Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan dasar pada penderita penyakit
rheumatoid arthritis
[Type here]

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis
“Rheumatoid Arthritis” yaitu :
1) Bagi Pendidikan/Institusi
Sebagai salah satu referensi bagi pengajar maupun mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan Rematik (Rheumatoid
Arthritis).
2) Bagi Pembaca/ Mahasiswa
Sebagai salah satu referensi dan membantu mahasiswa dalam memahami,
mengetahui dan menambah wawasan tentang Rheumatoid Arthritis serta
asuhan keperawatannya.
3) Bagi Penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapat serta
sebagai acuan dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi Rematik (Rheumatoid Arthritis)
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit autoimun sistemik yang
menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan
sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan
berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi
dan kerusakan total sendi.
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik.
Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3
sampai 2,1 persen). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan
perbandingan wanita dan pria sebesar 3 : 1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada
wanita dalam usia subur. Artritis Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika,
yang kebanyakan wanita. Serangan pada umumnya terjadi di usia pertengahan,
nampak lebih sering pada orang lanjut usia. 1,5 juta wanita mempunyai artritis
reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.
Penanganan medis pasien dengan artritis reumatoid pada lansia bergantung
pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana
yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dapat
mempergunakan agens antiinflamasi, obat yang dipilih adalah aspirin.

Gambar 1.1 Normal and Arthritis Joints

5
6

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Sendi adalah tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan,
dimana di antara tulang-tulang ini dapat terjadi pergerakkan atau tidak.
a.     Komponen Penunjang Sendi
 Ligamen
Jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang
 Tendon
Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang
 Cairan Sinovial
Cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada bagian
kapsul sendi
 Tulang Rawan Hialin
Jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang yang
membentuk persendian. Berguna untuk menjaga persendian dari
benturan keras
b.     Klasifikasi Sendi
Berdasarkan jaringan penghubungnya :
1) Sendi fibrosa, adalah suatu persendian, dimana     permukaan tulang
yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa, sehingga
kemungkinan geraknya sangat sedikit. Contoh: Sutura yang
menghubungkan tengkorak, Art. Tibio fibularis inferior.
2) Sendi kartilagenosa
Terbagi atas :
 Sendi kartilaginosa primer adalah suatu persendiaan yang tulang-
tulangnya disatukan oleh suatu lempeng atau potongan rawan
hyaline. pada persendiaan ini tidak ada pergerakan yang mungkin
dilakukan. Ex : Persatuan antara epifise dan diafise, Antara iga I dan
manubrium sterni
 Sendi kartilaginosa sekunder adalah suatu persendian yang tulang-
tulangnya disatukan oleh suatu lempeng rawan fibrosa dan
permukaan sendi ini diliputi oleh lapisan rawan hialin yang tipis
7

pergerakan yang mungkin dilakukan tergantung pada sifat fisik


rawan fibrosa. Ex : Art. Intervertebralis, Symphisis osis pubis.

3) Sendi synovial adalah suatu persendian yang    mempunyai


kemungkinan gerak banyak sekali, karena terdapatnya diskontinuitet
diantara tulang-tulang yang bersendi (terdapatnya rongga sendi). Ciri-
ciri :
 Ujung tulang bersendi dibedakan atas : caput artilacularis dan
cavitas glenoidales 
 Cavum articularis : rongga yang terdapat di antara ujung-ujung
tulang.
 Membran synovial : rongga sendi yang dibatasi oleh membran
synovial yang berjalan dari permukaan sendi yang satu ke yang
lainnya. Disebelah luar membran sinavial dilindungi oleh kapsula
sendi (articularis). Permukaan sendi dilumasi oleh cairan kental:
cairan synovial.
 Derajat pergerakan sendi synovial, Sinovial dibatasi oleh:
 Bentuk tulang yang membentuk sendi.
 Struktur anatomi sekitarnya.
 Ligamentum fibrosa yang menghubungkan
 Jenis-jenis sendi synovial :
Menurut susunan, permukaan dan pergerakan yang mungkin
dilakukan, sendi ini terbagi:
 Sendi Plana /Datar
permukaan sendi datar atau hampir datar sehingga
memungkinkan tulang saling bergeser satu sama lain. pergerkan
8

terbatas, sedikit miring & rotasi. Contoh: art. Sterno cavicularis,


art. Acronio clavicularis 
 Sendi Engsel = Ginglimus = Hingo Joint
Sendi ini mirip engsel pada pintu. sumbu gerak tegak lurus pada
arah panjang tulang. gerakan yang bisa dilakukan : Flexio,
Ixtensio. contoh: sendi lutut, sendi siku, sendi mata kaki.
 Sendi Condyloidea
Sendi ini mempunyai permukaan konver yang nyata dan
bersendi dengan permukaan yang konkaf. sumbu gerak dan
panjang tulang paralel, gerak yang bisa dilakukan: flexio,
extension, abduksi, adduksi, sedikit rotasi. contoh: art.
Metacapo. Phalangea, art. Interphalangea
 Sendi Elipsoidea
Permukaan sendi berbentuk konvex ellips yang sesuai dengan
permukaan sendi (konkaf ellips). contoh: art. Carpalia, gerak
yang bisa dilakukan: flexio, extension, abduksio, adduksio
 Sendi Pasak/Sendi Kisar = Pivot art. = Rotary art
Terdapat pasak tulang yang dikelilingi oleh cincin ligamentum
tulang. sumbu gerak sesuai panjang tulang. gerak yang bisa
dilakukan: rotasio. contoh: art. Atlanto-dentalis, art. Radio
ulnaris sup
 Sendi Pelana = Art. Sellaris = saddle – shaplo
permukaan sendi berbentuk konkavo-konvex yang saling
berlawanan dan mirip pelana kuda. gerakan yang dapat
dilakukan: Flexio/extension, Abduksio/add, Rotasio. contoh :
Art. Carpo-metacacarpa I
 Sendi Peluru = ball and socket = art. Globoidea
pada sendi ini: kepala sendi berbentuk bola, lekuk sendi
berbentuk socket. bentuk sendi ini memungkinkan pergerakan
yang sangat bebas yaitu: flexi, ext, abd, add, rotasi dan
circumdixsi. contoh: sendi bahu, sendi panggul.
9

Gambar 1.2 Jenis-Jenis Sendi Sinovial

Berdasarkan hubungan antar tulang (artikulasi) :


1) Sinartrosis (sendi mati), Persendian yang tidak dapat digerakkan,
misalnya hubungan antar tulang kepala. Sinartrosis ada dua bagian,
yaitu : sinfibrosis dan sikondrosis.
2) Amfiartrosis, Persendian yang menggerakkan dengan gerakan yang
sangat terbatas, contoh : hubungan antar tulang rusuk dan tulang
belakang
3) Diartrosis (sendi gerak), Persendian yang paling bebas gerakannya.
10

c.     Stabilitas Sendi


Stabilitas sendi tergantung pada:
1) Bentuk, ukuran dan permukaan sendi. contoh: ball & socket pada sendi
panggul.
2) Ligamentum
 Lig. Fibrosa mencegah pergerakkan sendi yang berlebihan.
 Lig. Elastik mengembalikan ke panjang asalnya setelah teregang
3)    Tonus Otot
Tonus otot merupakan faktor utama mengatur stabilitas
4) Persyaratan Sendi:
 Kapsula dan ligamentum mendapat banyak suplai saraf sensoris.
 Rawan sendi mempunyai sedikit ujung saraf
5) Hokum Hilton
Saraf yang mempersarafi sendi juga mempersarafivotot yang
menggerakkan sendi dan kulit sekitar insertio otot tersebut.

2.1.3 Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
1. Faktor genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini.
2. Faktor lingkungan
Termasuk infeksi oleh bakteri atau virus. Umumnya onset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi
yang mencolok.
3. Faktor hormone estrogen
Sering dijumpai remisi pada wanita hamil menimbulkan dugaan terdapatnya
faktor ketidakseimbangan hormonal estrogen.
11

4. Faktor stress
Pada saat stress keluar heat shock protein (HSP) yang merupakan
sekelompok protein berukuran sedang (60-90kDa) yang dibentuk oleh
seluruh spesiaes pada saat stress.
5. Penuaan (usia 30-60 tahun)
Seiring dengan bertambahnya usia, struktur anatomis dan fungsi organ
mulai mengalami kemunduran. Pada lansia, cairan synovial pada sendi
mulai berkurang sehingga pada saat pergerakan terjadi gesekan pada tulang
yang menyebabkan nyeri. Risiko rheumatoid arthritis lebih besar dua
hingga tiga kali lipat pada wanita dibandingkan pria serta ditemukan pada
usia lanjut dengan rata-rata usia awal 43 tahun. Keadaan ini berhubungan
dengan kondisi hormonal seperti titer dehidroepoandrosteron, estradiol, dan
testosteron.
6. Inflamasi
Inflamasi meliputi serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Antibodi
immunoglobulin membentuk komplek imun dengan antigen. Fagositosis
komplek imun akan dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi
(pembengkakan, nyeri serta edema pada sendi).
7. Degenerasi
Degenerasi kartilago artikuler disebabkan oleh gangguan keseimbangan
fisiologis antara stress mekanis dan kemampuan jaringan sendi untuk
bertahan terhadap stress tersebut. Kartilago artikuler maupun tulang dapat
normal, tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh berat tubuh) yang
berlebihan pada sendi menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau beban
pada sendi secara fisiologis masuh layak, tetapi kartilago artikuler atau
tulangnya tidak normal.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam
fisiologi sendi. Pertama kartilago artikuler memberikan permukaan penahan
beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan synovial, membuat
gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua, kartilago
artikuler akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga
mengurangi stress mekanis.
12

Gambar 1.3 Sinovial Membrane


a. Stress mekanis
Kartilago artikuler sangat resisten terhadap proses pengausan dalam
kondisi gerakan yang berkali-kali. Ketika seorang berjalan, 3-4 kali
berat tubuh akan ditarnsmisikan melalui sendi lutut. Ketika sendi
mengalami stress mekanis yang berulang, elastisitas kapsula sendi,
kartilago artikuler dan ligamentum akan berkurang.
b. Lempeng artikuler (tulang subkondrial)
Akan menipis dan kemampuannya untuk menyerap kejutan menurun.
Terjadi penyimpangan rongga sendi dan gangguan stabilitas. Pada sat
lempeng artiluker lenyap, osteofit akan terbentuk di bagian tepi
permukaan sendi dan kapsula serta membrane synovial menebal.
Kartilago sendi mengalami degenerasi serta atrofi (mengeriput), tulang
mengeras dan mengalami hipertrofi (menebal) pada permukaan
sendinya. Dan ligamentum akan mengalami kalsifikasi. Sebagai
akaibatnya terbentuk efusi sendi yang steril dan sinovitis sekunder.
c. Perubahan pelumasan
Disamping perubahan pada kartilago artikuler dan tulang subkondrial,
pelumasan juga merupakan faktor degenerasi. Bersama dengan beban
sendi (gaya yang dipikul lewat sendi), pelumasan bergantung pada
lapisan tipis cairan intersisial yang terpecah dari kartilago ketika terjadi
kompresi antar permukaan sendi yang berlawanan.
13

d. Immobilitas
Degenerasi kartilago akibat immobilitas sendi dapat terjadi akibat
gangguan kerja pemompaan lubrikasi yang terjadi pada gerakan sendi.

2.1.4 Klasifikasi
Reumatik Sendi (Artikuler). Reumatik yang menyerang sendi dikenal
dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa
macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1. Artritis Reumatoid. 
Artritis Reumatoid merupakan penyakit autoimun dengan proses
peradangan menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan
sendi dan berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena.
Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.
Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta
pembentukan panus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan
tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya
simetris (terjadi pada kedua sisi). Peradangan kronis membran sinovial
mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh
jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh
sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan
parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
14

Gambar 1.4 Rheumatoid Arthritis dan Deformitas

2. Osteoatritis. 
Osteoartritis adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis,
morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari
masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian
termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial,
serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut,
rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi,
fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis
kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit
metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan,
kepadatan tulang, dan lain-lain.

Gambar 1.5 Osteoarthritis


15

3. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat
darah (hiperurisemia). Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout
akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic
dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga
bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-
obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah
obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang
tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang
meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.
16

Gambar 1.6 Artritis Gout

4. Reumatik Polimialgia/Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler). 


Rematik polimialgia (PMR) adalah gangguan rematik yang ditandai
dengan nyeri ringan hingga berat pada pundak, panggul, dan leher.
Gangguan ini dapat terjadi secara bertahap dan lambat atau terjadi secara
mendadak (dalam satu malam). Kekakuan otot, salah satu dari gejala
utamanya, biasanya terjadi pada pagi hari, sesaat setelah bangun tidur
dan bertahan hingga setidaknya 30 menit.  
Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler). Merupakan golongan penyakit
reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft tissue
rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
a. Fibrosis merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang
tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh
perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b. Tendonitis dan tenosivitis. Tendonitis adalah peradangan pada tendon
yang menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis
adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
c. Entesopati adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada
tulang. Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut
entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya
secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
d. Bursitis adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan
tendon atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh
reumatik gout dan pseudogout.
e. Back Pain. Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan
proses degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan
pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu
berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f. Nyeri pinggang. Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua
orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang
17

kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke


tungkai dan kaki.
g. Frozen shoulder syndrome. Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada
daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan
atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan
diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi
bahu menjadi terbatas.

2.1.5 Patofisiologi ( Pathway)


Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
18

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila


kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama
yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif.
19

WOC dan Pathway Rheumatoid Arthritis

Antigen penyebab RA berada pada membran sinovial

Monosit & makrofag mengeluarkan IL-1

Aktivasi sel CD4+ Merangsang pembentukan


IL-3 dan IL 4
Sekresi IL-2

Terjadi mitosis & proliferasi sel >>

Aktivasi sel B

Terbentuk antibodi

Reaksi antibodi terhadap penyebab RA

Terbentuk kompleks imun di ruang sendi

Pengendapan kompleks imun


20

Reumatoid Artritis (RA)

Pelepasan mediator kimia bradikinin Inflamasi membran sinovial Kurangnya pemajanan/mengingat


Stimulus ujung saraf nyeri Kurang pengetahuan
Penebalan membran sinovial Fagositosis kompleks imun
Menyentuh serabut C
oleh sel radang
Terbentuk tannus
Nyeri Pembentukan radikal oksigen bebas
Menghambat nutrisi pada Terbentuk nodul Depolimerasi hialorunat
kartilago
Deformitas sendi Veskositas cairan sendi ↓
Kerusakan kartilago Kartilago nekrosis Gangguan body image Pembentukan tulang terganggu
& tulang
Erosi kartilago
Pemendekan tulang
Tendon & ligamen
melemah Adhesi permukaan sendi
Kontraktur
Ankylosis fibrosa
Kekuatan otot ↓ Risiko cedera
Kekakuan pada sendi

Gangguan Mobilitas fisik Keterbatasan gerak

Kurang perawatan diri


21
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)
Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau bulan. Sering
pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan tersebut dapat berupa
keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar sendi (Putra dkk,2013).
1. Keluhan umum
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan menurun, peningkatan
panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2. Kelainan sendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan tangan, lutut dan
kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku, bahu sterno-
klavikula, panggul, pergelangan kaki. Kelainan tulang belakang terbatas pada leher.
Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari,
pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar sendi
a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid).
b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun 40% pada
autopsi RA didapatkan kelainan perikard.
c. Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan kelainan pleura
(efusi pleura, nodul subpleura).
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering terjadi berupa
keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop.
e. Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa kekeringan mata,
skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans.
f. Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali, limpadenopati,
anemia, trombositopeni, dan neutropeni

2.1.7 Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa
komplikasi, di antaranya:
1. Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher dan
mengganggu saraf tulang belakang.
23

2. Carpal tunnel syndrome
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan tangan,
sehingga menekan saraf di sekitarnya.
3. Sindrom Sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan ludah,
sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
4. Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah bening.
5. Penyakit jantung
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan di
pembuluh darah jantung.
Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, kelainan system pencernaan yang sering
dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS). Efek peradangan rematik, fungsi ginjal juga bisa
terganggu karena konsumsi obat rematik. Apalagi bila ginjal sudah lebih dulu mengalami
masalah sebelumnya, pengobatan rheumatoid arthritis juga dapat menimbulkan efek samping
berupa osteoporosis, yang membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1.      Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2.      Scan radionuklida : mengidentifikasi peradangan synovium.
3.      Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi.
4.      Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5.      Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
24

6.      Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
7.      Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya
6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler
pada foto rontgen.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat.
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis.
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam diagnosis
dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun
hubungan antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Tujuan penatalaksanaan medis rheumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan
kemampuan mobilisasi penderita. yang dilakukan pada pasien yang menderita rheumatoid
arthristis adalah sebagai berikut :

a. Non-farmakologis
1. Pemberian terapi. 
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive
terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
25

Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesik dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

b. Farmakologis
1. OAINS berupa aspirin (dibawah 65 tahun dosis 3-4 x 1 gr/hari), Ibuprofen,
naproksen, piroksikam, diklofenak. OAINS berkerja dengan cara:
 Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
 Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin,
serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
 Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
 Menghambat proliferasi seluler.
 Menetralisasi radikal oksigen.
 Menekan rasa nyeri.
2. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) jika respon OAINS tidak baik.
Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan
penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai dari
saat yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi
sendi pada AR terjadi pada masa dini penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan
menggunakan dua atau lebih DMARD secara simultan atau secara siklik seperti
penggunaan obat obatan imunosupresif pada pengobatan penyakit keganasan.
digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
artritis reumatoid.
Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah:
 Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400
mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan
ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia
hemolitik.
26

 Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam bentuk enteric


coated tablet digunakan mulai dari dosis 1 x 500 mg / hari, untuk kemudian
ditingkatkan 500 mg setiap minggu sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah
remisi tercapai dengan dosis 2 g / hari, dosis diturunkan kembali sehingga
mencapai 1 g /hari untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi
sempurna terjadi.
 D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin 250 mg atau Trolovol
300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300 mg/hari kemudian dosis
ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari
untuk mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300 mg/hari.

3. Operasi pembedahan (jika berbagai cara pengobatan tidak berhasil)


Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Pemenuhan Nutrisi )


2.2.1Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan
energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan
mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu
proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan kepadatan
nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi
rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010; 274).
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses
tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang
terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat. (AAA, Hidayat,
2006;38).
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA, Hidayat, 2006; 52).
Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh. (Lynda Juall,Carpenito,2006)
27

2.2.2 Fungsi Zat Gizi


Adapun fungsi dari zat gizi itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh dalam
tubuh.
3. Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).
2.2.3 Komponen Zat Gizi
2.2.3.1 Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan.
Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar
15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan menurun.
Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat
dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas).
Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi – padian, buah – buahan,
sukrosa, sirup, tepung, dan sayur – sayuran. (AAA.Hidayat.2011; 42).
2.2.3.2 Lemak
Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan K yang
larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah sekitar 98% (diantaranya
trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas (diantaranya
monogliserida, digleserida, kolesterol, serta fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin,
dan serebrosid). Lemak merupakan sumber yang kaya akan energi dan pelindung organ tubuh
terhadap suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain lain. Lemak juga dapat
membantu memberikan rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung). Komponen
lemakdalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan
menyebabkan terjadinya perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat
badan kurang. Namun, apabila jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat menyebabkan
terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh darah, dan lain – lain. Jumlah
lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, dagig, ikan, keju, kacang
– kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi, 2001).
2.2.3.3 Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel. Selain itu,
tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk pertumbuhan dan perbaikan sel
jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri
atas dua puluh empat asam amino, diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin,
28

valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya
asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang
cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian
juga jika jumlahnya kurang, maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam
kondisi lebih buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi
apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein dan kalori.
Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju,
kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian. (Pudjiadi, 2001).
2.2.3.4 Air
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai medium
untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan suhu tubuh. Sumber air
dapat diperoleh dari air dan semua makanan. (AAA.Hidayat.2011; 43).
2.2.3.5 Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan
akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya dalam jumlah yang
mencukupi. (Asmadi.2008; 70).
Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain sebagai
berikut:
2.2.3.6 Mineral
Kalsium, berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas
saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium dapat diperoleh dari susu,
keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain – lain.
2.2.4 Klasifikasi
2.2.4.1 Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko mengalami
ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan metabolisme dengan atau
tanpa disertai penurunan berat badan. (Carpenito, LJ.2012; 346).
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Wilkinson
Judith, 2011; 503).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan
nutrisi kebutuhan matabolisme. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
Tanda klinis :
29

2.2.4.1.1 Berat badan 10-20% dibawah normal


2.2.4.1.2 Tinggi badan dibawah ideal
2.2.4.1.3 Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
2.2.4.1.4 Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
2.2.4.1.5 Adanya penurunan albumin serum
2.2.4.1.6 Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
1.2.3.1.1 Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
1.2.3.1.2 Disfagia karena adanya kelainan
1.2.3.1.3 Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa.
1.2.3.1.4 Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
1.2.3.1.5 Lebih dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan berat badan
yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik. (Carpenito, LJ.2012;
360).
Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith M, 2011; 512).
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko
peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis :
1.2.3.1.1 Berat badan lebih dari 10% berat ideal
1.2.3.1.2 Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
1.2.3.1.3 Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
1.2.3.1.4 Adanya jumlah asupan yang berlebihan
1.2.3.1.5 Aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
1.2.3.1.1 Perubahan pola makan
1.2.3.1.2 Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. (AAA.Hidayat.2006; 67).
1.2.3.1.3 Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal. (AAA.Hidayat.2006; 68). Perubahan pola makan normal yang
mengakibatkan perubahan berat badan. (Taylor, M, 2010; 235). Munculnya resiko perubahan
pola makan normal yang mengakibatkan peningkatan berat badan (Taylor, M, 2010; 237)
2.2.5 Patofisiologi (Patway)
30

Sumber : https://www.scribd.com/document/293291281/Pathway-Gangguan-
Nutrisi

Pola makan tidak teratur,tidak nafsu makan, mual muntah.

Berkurangnya pemasukan Berlebihnya pemasukan


makanan makanan

Kekosongan lambung Zat makanan tersipan pada


jaringan adiposedipakai
sebagai energi

Erosi pada lambung (gesekan) Produksi HCL meningkat


Berat tubuh meningkat

Kelebihan nutrisi Asam lambung refleks

Berkurangnya pemasukan
makanan

Intake makanan tidak


adekuat

Kekurangan nutrisi

2.2.6 Manifestasi Klinik ( Tanda dan Gejala )


2.2.6.1 Subjektif
2.2.6.1.1 Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
2.2.6.1.2 Merasakan ketidak mampuan
2.2.6.1.3 Melaporkan perubahan sensasi rasa
2.2.6.1.4 Melaporkan kurangnya makan
31

2.2.6.1.5 Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan


2.2.6.2 Objektif
Tidak tertarik untuk makan
2.2.6.3 Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2.2.6.4 Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20%
berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism karena
kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori.
2.2.6.5 Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium,
natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
2.2.6.6 Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol
darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya
hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
1.1.6.4 Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian
lemak secara berlebihan.
1.1.6.5 Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai
dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2.2.7.2 Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20%
berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism karena
kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori.
2.2.7.3 Hipertensi
32

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium,
natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
2.2.7.4 Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan
kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku
atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
2.2.7.5 Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian
lemak secara berlebihan.
2.2.7.6 Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai
dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi adalah sebagai
berikut :
2.2.8.1 Kadar total limfosit
2.2.8.2 Albumin serum
2.2.8.3 Zat besi
2.2.8.4 Transferin serum
2.2.8.5 Kreatinin
2.2.8.6 Hemoglobin
2.2.8.7 Hematokrit
2.2.8.8 Keseimbangan nitrogen
2.2.8.9 Tes antigen kulit
      Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi buruk meliputi
penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, penurunan albumin serum <
3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan kadar kolesterol ( Mubarak, 2008, hlm. 61).
2.2.9 Penatalaksanaan Medis
2.2.9.1 Menstimulasi nafsu makan
2.2.9.1.1 Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang disesuaikan
dengan kondisi klien
2.2.9.1.2 Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang anoreksik
33

2.2.9.1.3 Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat sebelum atau
setelah makan
2.2.9.1.4 Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau yang
tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang tidak tertutup
atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada
nafsu makan
2.2.9.1.5 Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu makan;
istirahat bila mengalami keletihan
2.2.9.1.6 Kurangi stress psikologi
2.2.9.1.7 Berikan oral hygiene sebelum makan
2.2.9.1.8 Membantu klien makan
2.2.9.1.9 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajan Keperawatan
 Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.
 Sirkulasi
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
 Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan dan kekeringan pada membran mukosa.
 Kebersihan/Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan.
 Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. 
Tanda : Pembengkakan sendi simetris
34

 Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: misal : finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan ),
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
Tanda : Ketakutan, mudah marah
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi ).
Tanda : Wajah berkerut, gelisah. Respons otomatis.
 Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan
interpretasi informasi.
2.3.3 Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/
teratasi

Kriteria Hasil:
 Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
35

 Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai


kemampuan.
 Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
 Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:.
1).   Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
2) Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil, tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan.
Rasional : Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
3) Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
pada sendi)
4) Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi).
5) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun
dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi
yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
36

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan kekuatan


otot pasien meningkat
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
 Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:.
1) Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
Rasional : Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari
prosees inflamasi.
2) Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.
Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan.
3) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan.
Rasional : Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.

4) Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu
tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
5) Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.
Rasional : Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi
kontraktor.
37

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan pasien
menerima perubahan tubuh.
Kriteria Hasil :
 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
 Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
1) Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa
depan.
Rasional : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung.
2) Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/
konseling lebih lanjut.
3).   Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
Rasional : Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Rasional : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan
umum terjadi.
4)    Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut.
5)    Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
38

Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat


meningkatkan perasaan harga diri.

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 60 menit setelah diberikan tindakan keperawatan pasien
dapat melaksanakan aktivitas perawatan diri.
Kriteria Hasil :
 Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
 Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
 Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit
dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
Rasional : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi
yang diperlukan pada keterbatasan saat ini
2)    Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Rasional : Mendukung kemandirian fisik/emosional.
3)    Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana
untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri.
4)    Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.
5)    Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.
Rasional : Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat kemampuan aktual.
39

6)    Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah,
ahli nutrisi.
Rasional : Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/
mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 60 menit setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dan
keluarga menunjukkan pemahaman tentang kondisi dan perawatan.
Kriteria Hasil :
 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
1)    Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2).    Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-
obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
Rasional : Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.
3).   Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
Rasional : Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks.
4)   Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
Rasional : Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreatifitas perawat. Sebelum

melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut

dilakukan. Perawat harus yakin bahwa: tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

tindakan yang sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, serta sesuai dengan
40

kondisi klien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif dan selalu didokumentasikan menurut

waktu (Doenges dkk, 2006).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


1. Pasien bebas dari nyeri.
2. Paisien mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
3. Pasien pasien menerima perubahan tubuh.
4. pasien dapat melaksanakan aktivitas perawatan diri.
5 Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukan tanda-tanda bebas dari
komplikasi
a. Menjelaskan proses terjadinya arheumatoid arthritis
b. Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
41

Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah di lakukan di RSUD dr.Doris Sylvanus


tepatnya di ruang aster pada tanggal 06 mei 2020 pukul 09:00- 09:30 WIB maka di dapatkan
data sebagai berikut :
I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Sudah kawin/Menikah
Alamat : Jl.Teratai No.8A
Tgl MRS : Selasa,05 Mei 2020
Diagnosa Medis : Rhematoid Artritis (RA)

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Ny. E mengatakan semenjak 7 bulan terakhir ekstremiitas bawah ( kaki ) sudah
mengalami kelemah yaitu berupa nyeri sehingga untuk melakukan beberapa aktivitas
mandirinya Ny. E harus di bantu oleh keluarganya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Ny. E mengatakan semenjak 7 bulan terakhir ekstremiitas bawah ( kaki ) sudah
mengalami kelemah yaitu berupa nyeri sehingga untuk melakukan beberapa aktivitas
mandirinya Ny. E harus di bantu oleh keluarganya. Sebelum Ny. E di bawa ke rumah
sakit ,Ny .E meminum obat ( Paracetamol ) yang di belinya dari apotik terdekat yang
dimana obat tersebut untuk membantu mengurangi nyeri yang di derita oleh Ny.E . Di
karenakan Nyeri yang di derita oleh Ny.E tidak kunjung sembuh dan menghambat Ny.
E untuk melakukan aktivitas nya sehari -hari maka keluarga dari Ny. E membawa
Ny.E pergi ke RSUD Doris Sylvanus untuk mendapatkan perawatan.Tepat pada hari
selasa,05 mei 2020 pasien di bawa ke RSUD Doris Sylvanus (ruang Aster ) ,pada
pukul 08 :30 pasien mendapatkan penanganan berupa Infus RL 20 tetes/menit dan
pada pukul 09:00 pasien di beri obat celecoxib
41 2x100-200mg dan selanjutnya pasien
di anjurkan oleh dokter untuk di rawat inap.
42

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti itu sebelumnya, dan
juga pasien tidak pernah di operasi dan apabila sakit maka pasien langsung
membeli obat yang tersedia diwarung ataupun apotek terdekat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan.

GENOGRAM KELUARGA

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal
= Pasien

C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Keadaan pasien compos mentis ,posisi klien lebih sering duduk,keterbatasan
melakukan aktivitas karena kaki yang tersa berat dan sulit untuk di gerakan.
43

2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi wajah : Kurang Bersemangat
c. Bentuk badan : Normal
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e. Berbicara : Cukup Jelas
f. Suasana hati : Gelisah
g. Penampilan : Kurang Rapi
h. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : Pasien mengetahui kapan masuk RS
 Orientasi Orang : Pasien masih mengenal keluarga dan tau sedang
berbicara dengan perawat
 Orientasi Tempat : Pasien mengetahu bahwa dirinya sedang di RS

i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya ................


j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh ideas
 Lainnya
k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak ada

3. Tanda-tanda Vital :
0
a. Suhu/T : 36 C  Axilla  Rektal  Oral
b. Nadi/HR : 72 x/mnt Regular
c. Pernapasan/RR : 24 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 130/90 mm Hg

4. PERNAPASAN (BREATHING)

Bentuk Dada : Normal


Kebiasaan merokok : Tidak ada ( -) Batang/hari
 Batuk, sejak Pasien tidak mengalami batuk
 Batuk darah, sejak Tidak ada batuk berdarah
 Sputum, warna Tidak ada sputum
44

 Sianosis
 Nyeri dada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe  Lainnya …….………..
 Sesak nafas  saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernafasan  Dada  Perut  Dada dan perut
 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya
Irama Pernafasan  Teratur  Tidak teratur
Suara Nafas  Vesukuler  Bronchovesikuler
 Bronchial  Trakeal
Suara Nafas tambahan  Wheezing  Ronchi kering
 Ronchi basah (rales)  Lainnya……………
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lain
Masalah Keperawatan :
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat
 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit Kepala  Pa lpitasi  Pingsan
 Capillary refill  > 2 detik  < 2 detik
 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas
 Anasarka  Ekstrimitas bawah
 Asites, lingkar perut ……………………. cm
 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak melihat
Vena jugularis  Tidak meningkat  Meningkat
Suara jantung  Normal,………………….
 Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4
V :5
M :6
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent  Delirium
 Apatis  Soporus  Coma
45

Pupil :  Isokor  Anisokor


 Midriasis  Meiosis
Refleks Cahaya :  Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
 Nyeri, lokasi ………………………………..
 Vertigo  Gelisah  Aphasia  Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Trernor
 Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : lien masih mampu mengidentifikasi aroma (bau).
Nervus Kranial II : Klien mampu melihat dengan jelas tanpa alat bantu.
Nervus Kranial III : Klien mampu mengerakan bola mata kiri dan kanan.
Nervus Kranial IV : Klien mampu mengerakan bola mata kiri dan kanan.
Nervus Kranial V : klien mampu untuk membedakan panas/dingin,
tajam/tumpul pada ektremitas bawah
Nervus Kranial VI : Klien mampu mengerakan bola mata kiri dan kanan.
Nervus Kranial VII : Klien sudah mampu mengerakan otot
wajahnya, tetapi jika berbicara cepat kata- kata klien menjadi salah

Nervus Kranial VIII : Klien masih bisa mendengar suara


dengan baik seperti ketika kita memanggil namanya klien menoleh kearah
sumber suara/bunyi.

Nervus Kranial IX : Klien mampu untuk


menelan,mengunyah dan membuka mulutnya

Nervus Kranial X : Klien mampu untuk


menelan,mengunyah dan membuka mulutnya

Nervus Kranial XI : Klien mampu menggerakkan kedua


tangannya dan kedua bahu simetris.

Nervus Kranial XII : Pasien mampu sepenuhnya menggerakkan


bagian lidah dijulurkan kedepan
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari  Positif  Negatif
Jari ke hidung  Positif  Negatif
46

Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki  Positif  Negatif


Uji Kestabilan Tubuh :  Positif  Negatif
Refleks :
Bisep :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Trisep :  Kanan +/-  Kiri +/-
Skala…………. Brakioradialis :  Kanan
+/-  Kiri +/- Skala…………. Patella :
 Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Akhiles :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Refleks Babinski  Kanan +/-  Kiri +/-
Refleks lainnya : ..........................................................................................
Uji sensasi : ..........................................................................................
..........................................................................................
Keluhan lainnya :
Pasien mengalami kelemahan pada pergerakan ekstremitas bawah sehingga sulit
untuk melakukan aktivitasnya.
Masalah Keperawatan :
Intoleransi Aktivitas
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 500 ml
Warna : Kuning Jernih
Bau : tidak berbau/normal
 Tidak ada masalah/lancer  Menetes  Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas  Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : Normal berwarna merah muda dan tidak ada lesi
Gigi : Normal berwarna putih
Gusi : Normal tidak ada perdarahan ataupun lesi
Lidah : Normal
47

Mukosa : Normal
Tonsil : Normal
Rectum : Normal
Haemoroid :
BAB : (Belum Pernah)x/hr Warna :Kuning . Konsistensi : Keras
 Tidak ada masalah  Diare  Konstipasi  Kembung
 Feaces berdarah  Melena  Obat pencahar  Lavement
Bising usus : ..........................................................................................
Nyeri tekan, lokasi : ..........................................................................................
Benjolan, lokasi : ..........................................................................................
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas  Terbatas
 Parese, lokasi : Tidak ada keluhan
 Paralise, lokasi : Tidak ada keluhan
 Hemiparese, lokasi : Mengalami hemiparese pada ekstremitas bawah
 Krepitasi, lokasi :Tidak ada keluhan
 Nyeri, lokasi : Mengalami nyeri pada ekstremitas bawah
 Bengkak, lokasi : tidak ada keluhan
 Kekakuan, lokasi : mengalami kekakuan pada ekstremitas bawah
 Flasiditas, lokasi : Tidak ada keluhan
 Spastisitas, lokasi : Mengalami spastisitas pada ekstremitas bawah
 Ukuran otot  Simetris
 Atropi
 Hipertropi
 Kontraktur
 Malposisi
Uji kekuatan otot :  Ekstrimitas atas………..  Ekstrimitas bawah……..
 Deformitas tulang, lokasi mengalami deformitas pada ekstremitas bawah
 Peradangan, lokasi..............................................................................................
 Perlukaan, lokasi................................................................................................
48

 Patah tulang, lokasi............................................................................................


Tulang belakang  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis
Keluhan lainnya : pasien mengatakan tidak sanggup berjalan jauh dan kaki terasa
berat.
Masalah keperawatan : Intoleransi Aktifitas
10. KULIT-KULIT RAMBUT
Riwayat alergi  Obat............................................................................
 Makanan....................................................................
 Kosametik..................................................................
 Lainnya Tidak ada riwayat alergi
Suhu kulit  Hangat  Panas  Dingin
Warna kulit  Normal  Sianosis/ biru  Ikterik/kuning
 Putih/ pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar
Lesi :  Macula, lokasi
 Pustula, lokasi............................................................
 Nodula, lokasi............................................................
 Vesikula, lokasi..........................................................
 Papula, lokasi.............................................................
 Ulcus, lokasi..............................................................
Jaringan parut lokasi..............................................................................................
Tekstur rambut ...................................................................................................
Distribusi rambut...................................................................................................
Bentuk kuku  Simetris  Irreguler
 Clubbing Finger  Lainnya....................
Masalah Keperawatan : Tidak ada
11. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
 Ganda  Buta/gelap
49

Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam


 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :............................................................
Mata kiri (VOS) :.............................................................
Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus  Merah/hifema
Konjunctiva  Merah muda  Pucat/anemic
Kornea  Bening  Keruh
Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak  Lainnya…….
Nyeri : .................................................................................................
Keluhan lain :..................................................................................................
…………………………………………………………………
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk :  Simetris  Asimetris
 Lesi
 Patensi
 Obstruksi
 Nyeri tekan sinus
 Transluminasi
Cavum Nasal Warna………………….. Integritas……………..
Septum nasal  Deviasi  Perforasi  Peradarahan
 Sekresi, warna ………………………
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan Kiri
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas  Terbatas
13. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
50

Gland Penis .................................................................


Maetus Uretra ..............................................................
Discharge, warna ........................................................
Srotum ....................................................................
Hernia ....................................................................
Kelainan ……………………………………………
Keluhan lain ………………………………………….
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................
Clitoris .......................................................................
Labis ....................................................................
Uretra ....................................................................
Kebersihan :  Baik  Cukup  Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain......................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Payudara :
 Simetris  Asimetris
 Sear  Lesi
 Pembengkakan  Nyeri tekan
Puting :  Menonjol  Datar  Lecet  Mastitis
Warna areola ....................................................................................................
ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar
Keluhan lainnya.................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
51

...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit nya
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 155 Cm
BB sekarang : 50 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus :
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah Lemak  Rendah Purin  Lainnya……….
 Mual
 Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya
Tidak Ada

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 2x/sehari 3x /sehari
Porsi 1 porsi 2 porsi
Nafsu makan Kurang Baik
Jenis Makanan Nasi beserta lauk seperti Nasi beserta lauk
ikan,ayam dan sayur seperti ikan,ayam
dan sayur
Jenis Minuman Air putih Kopi,air putih
Jumlah minuman/cc/24 150 cc 200 cc
jam
52

Kebiasaan makan Pagi siang Pagi ,siang,malam


Keluhan/masalah Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan
Tidak Ada

Pola istirahat dan tidur :

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan


3. Konsep Diri
Gambaran diri : Klien menerima keadaan yang sekarang, dan tetap semangat
untuk dirinya sembuh.
Ideal Diri : Klien ingin dapat melakukan aktivitasnya sendiri.
Harga Diri : Klien tidak malu, dan tidak merasa kurangkarena anaknya
yang masih ada menolongnya.
Peran diri : Klien berperan sebagai orang tua .
Identitas : Klien berperan sebagai seorang Ibu.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


4. Hubungan social
1. Orang yang berarti
Klien mengatakan:” Anak dan menantu yang sangat berarti karena anaknya yang
merawatnya sekarang ini dan yang membantu dalam melakukan aktivitas”.
2. Hubungan dengan keluarga
Klien mengatakan:” hubungannya dengan anak dan cucunya harmonis dan suka
bermain bersama cucunya”.
3. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:" dengan orang lain juga suka bercengkrama jika ada tamu di
rumah ataupun tetangga datang kerumah”.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:” tidak ada hambatan dengan orang lain, bahkan orang-orang
yang disekitarnya selalu menolong jika pasien minta bantuan”.
5. Spiritual
Klien beragama Islam, pasien mengatakan tidak pernah menjalankan ibadah sholat
karena ia sedang sakit.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


53

E. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)

Pemeriksaan Lab

Hari/Tanggal Parameter Hasil Keterangan


Selasa 05 mei 2020 RF Terdeteksi adanya Anti -MCV
pukul 07:30 wib Anti-MCV positif dalam darah ,hal ini menunjukan
kemungkinan adanya rhematoid
arthritis

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Hari/Tanggal Nama Dosis Keterangan


obat
Selasa 05 mei 2020 pukul Celecoxib 2 x 100-200 Obat golongan antiimflamasi
54

09: 15 wib Celecoxib mg nonstreoid ( OAINS) yang di


gunakan untuk mengatasi
gejala nyeri pada rheumatoid
arthritis

Palangka Raya,05 mei 2020


Mahasiswa

( Armeliati)

ANALISIS DATA

No DATA PENYEBAB MASALAH


KEPERAWATA
N
1. DO: Penaikan metabolisme tulang Nyeri
- Klien tampak
lelah

- klien tampak Penaikan enzim yang merusak


memijat- tulang rawan sendi
mijat
kakinya.
- skala nyeri 3- Penurunan kadar proteologlikan
5 sedang
55

DS:
- Klien
mengatakan Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
nyeri pada
saat bergerak
- Klien
mengatakan Penurunan fungsi tulang nyeri
ketidaknyam
anan
terhadap Nyeri
sakitnya

DO : Usia yang lanjut Intoleransi aktivitas


- Kaki tidak
2.
Dapat
digerakkan Penurunan fungsi Tulang
- Kekuatan
otot 3
TD: 130/90
mmHg Kekuatan otot melemah

HR: 72x/i
RR: 24x/
DS: Meningkatnya nyeri saat berjalan
- Klien
mengatakan
tidak
sanggup Intoleransi aktivitas
berjalan jauh.
- Klien
mengatakan
kaki terasa
berat.
56
57

PRIORITAS MASALAH

Diagnosa Keperawaatan (Prioritas)

Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah dengan klien
menggunakan alat bantu.meringis dan skala nyeri5.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai dengan pasien
tidak sanggup untuk berjalan jauh
58
59

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri Tujuan dan Kriteria hasil : 1. Kaji nyeri catat lokasi, 1. Membantu dalam
berhubungan Nyeri hilang/terkontrol Karakteristik, derajat menentukan manajemen
dengan penurunan ( skala 0- 10)
fungsi tulang Pasien dapat istirahat/tidur dengan tenang, 2. Anjurkan pasien untuk nyeri
pasien tampak rileks
ditandai dengan mandi air hangat 2. Panas meningkatkan
nyeri (skala 5 ), relaksasi
wajah meringis, 3. Berikan klien
kaki sakit bila posisi yang 3. otot dan meningkatkan
berjalan 4. nyaman pada waktu relaksasi otot dan mobilitas
tidur / duduk dikursi
dan menurunkan rasa sakit
5. Berikan massage yang
lembut 4. tirah baring di perlukan
untuk membatasi
nyeri/cedera sendir
5. meningkatkan relaksasi atau
regangan otot
60

2. intoleransi Klien mampu berpartisipasi 1. Pertahankan istirahat 1. Untuk mencegah kelelahan

aktivitas pada aktivitas yang tirah baring atau duduk dan mempertahankan

berhubunga diinginkan. jika diperlukan kekuatan

n dengan 2. Bantu pasien untuk 2. Meningkatkan fungsi

usia lanjut bergerak seminimal sendi,kekuatan otot dan

dan mungkin stamina

perubahan 3. Dorong klien 3. Memaksimalkan fungsi sendi

kekuatan mempertahankan postur dan mempertahankan

otot ditandai tegak,duduk tinggi, dan mobilitas

dengan tidak berjalan tampak jelas

sanggup 4. Anjurkan untuk

berjalan jauh berjalan atau bangkit

dan lebih dari duduk ataupun tidur

banyak dengan perlahan- lahan

duduk. 5. Anjurkan pasien


untuk menggunakan alat
bantu
61

PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari /
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Tanggal Jam
Nama Perawat
Pukul 10.00 WIB S : Klien menyatakan bahwa kaki kanan dan
Kamis,07 mei 1. Memberikan salam teraupetik dan kirinya masih sakit apalagi di bawa
2020 ( DX 1 ) memperkenalkan diri berjalan
2. Melakukan hubungan saling percaya antara klien dan
perawat O : Klien memijat- mijat kakinya

3. Mengkaji keluhan nyeri dan catat lokasi skala nyeri.


A : Masalah belum teratasi Armeliati
Skala nyeri = 5 (kaki)
4. Menganjurkan Klien mandi dengan air panas P : Rencana tindakan dilanjutkan
/hangat
5. Mempertahankan posisi yang nyaman saat istirahat
dan duduk
Memberikan massage yang lembut pada kaki
07 mei 2020 Pukul 14.00 S : Klien mengatakan masihtidak sanggup
Mempertahankan istirahat dan posis duduk jika
( DX 2 ) diperlukan berjalan lama
Membantu pasien bergerak dengan bantuan seminimal
mungkin Armeliati
Mendorong pasien untuk mempertahankan posisi O:
tegak,duduk,berdiri dan berjalan 1. :.Klien berjalann menguggunakan
Memberikan /menempakan pasien di lingkungan yang
aman nyaman dan menganjurkan pasien untuk tongkat
62

menggunakan alat bantu berjalan seperti tongkat. 2. Klien lebih banyak duduk
3. Klien berjalan lambat

A : Masalah sebagian teratasi

P : Rencana tindakan dilanjutkan


08 mei 2020 Pukul 08.00 S : Klien mengatakan masihtidak sanggup
(DX 1 ) 1. Mengkaji keluhan nyeri dan catat lokasi skala nyeri. berjalan lama
Skala nyeri = 5
O:
2. Menganjurkan Klien mandi dengan air panas 4. :.Klien berjalann menguggunakan
/ hangat tongkat
5. Klien lebih banyak duduk
3. Mempertahankan posisi yang Nyaman saat istirahat 6. Klien berjalan lambat
dan duduk
A : Masalah sebagian teratasi
4. Memberikan massage yang lembut pada kaki
P : Rencana tindakan dilanjutkan
63

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas. Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu : Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-
hemolitikus, endokrin, autoimmun, metabolik, dan faktor genetik serta pemicu
lingkungan.
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap yaitu terdapat radang sendi dengan
pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan sinovial, secara
radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat, jaringan ikat
fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi,
ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran
tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan
tulang.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri, gangguan
mobilitas fisik, gangguan citra tubuh, kurang perawatan diri, risiko cedera, dan
kurang pengetahuan.
4.2 Saran
Perawat maupun mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami
konsep dari penyakit rematik sebagai dasar dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas.

63
64

DAFTAR PUSTAKA

Anonymus, Artritis Rematoid. (online). http:// www. naturindonesia. com/ artikel-


berbagai- penyakit- degeneratif/ 449-artritis-reumatoid-.html, diakses
tanggal 15 Maret 2020.
Anonymus, 2012. Makalah Rematoid Artritis. (online). http://profesional-eagle.
blogspot. Com /2012/05/makalah- reumatoid- artritis-copast.html, diakses
tanggal 15 Maret 2020.
Anonymus, 2012. Asuhan Keperawatan Rematoid Artritis. (online). http://www.
kapukonline.com/2012/01/askep-asuhan keperawatan rheumatoid arthri.
html, diakses tanggal 15 Maret 2020.
Davey, Patrick. (2005). At A Glance Medicine. Jakarta: EGC.
Drs. Syaufuddin, A.Mk . 2014 . Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan Edisi 3 .Jakarta : EGC.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba
Medika : Jakarta.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I.  Jakarta:
Media Aesculapius.
Sjaifoellah, Noer, dkk. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer & Barre. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessi Mariza Putri.2016. KMB 1 Keperawatan Medikal
Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika.

64
65

Anda mungkin juga menyukai