E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS RHEMATOID ARTRITIS DAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANG ASTER RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
DI SUSUN OLEH :
Armeliati
2018.c.10a.0959
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :
Nama : Armeliati
NIM : 2018.C.10a.0959
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Ny.E Dengan Diagnosa Medis
Rhematoid Artritis dan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Aster
RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya”
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Juga Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.E Dengan Diagnosa Medis Rhematoid Artritis dan
Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Aster RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya”
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik Praklinik Keperawatan
I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung bJawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
4. Ibu Ika Paskaria , S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang
Aster.
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat.
6. Semua Pihak yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan praktik
praklinik keperawatan I ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan
ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu,
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-
mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.
iii
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit........................................................................................5
2.1.1 Definisi Rematik (Rheumatoid Arthritis)...........................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi..............................................................................6
2.1.3 Etiologi.............................................................................................10
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................13
2.1.5 Patofisiologi ( Pathway)...................................................................18
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)...............................................20
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................21
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................21
2.1.9 Penatalaksanaan Medis....................................................................22
2.2 Konsep Pemenuhan KDM……………………………………………...28
2.2.1 Definisi…………………………………………………………...28
2.2.2 Fungsi…………………………………………………………….28
2.2.3 Komponen……………………….…………………………….…29
2.2.4 Klasifikas…………………………………………………………30
2.2.5 Fatofisiologi……………………………………………………...32
2.2.6 Manifestasi Klinik………………………………………………..33
2.2.7 Komplikasi……………………………………………………….34
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang………………………………………….35
iv
2.2.9 Penatalaksanaan Medis………………………………………..…35
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan...........................................................36
2.3.1 Pengkajan Keperawatan...................................................................36
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................37
2.3.3 Rencana Keperawatan......................................................................37
2.2.4 Implementasi Keperawatan………………………………………39
2.3.4 Evaluasi Keperawatan......................................................................40
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………..41
3.1 Pengkajian………………………………………………………………41
3.2 Diagnosa………………………………………………………………..57
3.3 Intervensi…………………………………………………………….…59
3.4 Implementasi……………………………………………………………62
3.5 Evaluasi……………………………………………………………..…..62
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................63
4.1 Kesimpulan..............................................................................................63
4.2 Saran........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
v
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
[Type here]
BAB 1
PENDAHULUAN
1
[Type here] 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.1.3 Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
1. Faktor genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini.
2. Faktor lingkungan
Termasuk infeksi oleh bakteri atau virus. Umumnya onset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi
yang mencolok.
3. Faktor hormone estrogen
Sering dijumpai remisi pada wanita hamil menimbulkan dugaan terdapatnya
faktor ketidakseimbangan hormonal estrogen.
11
4. Faktor stress
Pada saat stress keluar heat shock protein (HSP) yang merupakan
sekelompok protein berukuran sedang (60-90kDa) yang dibentuk oleh
seluruh spesiaes pada saat stress.
5. Penuaan (usia 30-60 tahun)
Seiring dengan bertambahnya usia, struktur anatomis dan fungsi organ
mulai mengalami kemunduran. Pada lansia, cairan synovial pada sendi
mulai berkurang sehingga pada saat pergerakan terjadi gesekan pada tulang
yang menyebabkan nyeri. Risiko rheumatoid arthritis lebih besar dua
hingga tiga kali lipat pada wanita dibandingkan pria serta ditemukan pada
usia lanjut dengan rata-rata usia awal 43 tahun. Keadaan ini berhubungan
dengan kondisi hormonal seperti titer dehidroepoandrosteron, estradiol, dan
testosteron.
6. Inflamasi
Inflamasi meliputi serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Antibodi
immunoglobulin membentuk komplek imun dengan antigen. Fagositosis
komplek imun akan dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi
(pembengkakan, nyeri serta edema pada sendi).
7. Degenerasi
Degenerasi kartilago artikuler disebabkan oleh gangguan keseimbangan
fisiologis antara stress mekanis dan kemampuan jaringan sendi untuk
bertahan terhadap stress tersebut. Kartilago artikuler maupun tulang dapat
normal, tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh berat tubuh) yang
berlebihan pada sendi menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau beban
pada sendi secara fisiologis masuh layak, tetapi kartilago artikuler atau
tulangnya tidak normal.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam
fisiologi sendi. Pertama kartilago artikuler memberikan permukaan penahan
beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan synovial, membuat
gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua, kartilago
artikuler akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga
mengurangi stress mekanis.
12
d. Immobilitas
Degenerasi kartilago akibat immobilitas sendi dapat terjadi akibat
gangguan kerja pemompaan lubrikasi yang terjadi pada gerakan sendi.
2.1.4 Klasifikasi
Reumatik Sendi (Artikuler). Reumatik yang menyerang sendi dikenal
dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa
macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1. Artritis Reumatoid.
Artritis Reumatoid merupakan penyakit autoimun dengan proses
peradangan menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan
sendi dan berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena.
Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.
Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta
pembentukan panus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan
tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya
simetris (terjadi pada kedua sisi). Peradangan kronis membran sinovial
mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh
jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh
sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan
parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
14
2. Osteoatritis.
Osteoartritis adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis,
morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari
masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian
termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial,
serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut,
rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi,
fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis
kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit
metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan,
kepadatan tulang, dan lain-lain.
3. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat
darah (hiperurisemia). Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout
akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic
dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga
bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-
obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah
obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang
tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang
meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.
16
Aktivasi sel B
Terbentuk antibodi
2.1.7 Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa
komplikasi, di antaranya:
1. Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher dan
mengganggu saraf tulang belakang.
23
2. Carpal tunnel syndrome
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan tangan,
sehingga menekan saraf di sekitarnya.
3. Sindrom Sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan ludah,
sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
4. Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah bening.
5. Penyakit jantung
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan di
pembuluh darah jantung.
Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, kelainan system pencernaan yang sering
dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS). Efek peradangan rematik, fungsi ginjal juga bisa
terganggu karena konsumsi obat rematik. Apalagi bila ginjal sudah lebih dulu mengalami
masalah sebelumnya, pengobatan rheumatoid arthritis juga dapat menimbulkan efek samping
berupa osteoporosis, yang membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah.
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida : mengidentifikasi peradangan synovium.
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi.
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
24
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya
6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler
pada foto rontgen.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat.
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis.
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam diagnosis
dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun
hubungan antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
a. Non-farmakologis
1. Pemberian terapi.
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive
terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
25
Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesik dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
b. Farmakologis
1. OAINS berupa aspirin (dibawah 65 tahun dosis 3-4 x 1 gr/hari), Ibuprofen,
naproksen, piroksikam, diklofenak. OAINS berkerja dengan cara:
Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin,
serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
Menghambat proliferasi seluler.
Menetralisasi radikal oksigen.
Menekan rasa nyeri.
2. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) jika respon OAINS tidak baik.
Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan
penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai dari
saat yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi
sendi pada AR terjadi pada masa dini penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan
menggunakan dua atau lebih DMARD secara simultan atau secara siklik seperti
penggunaan obat obatan imunosupresif pada pengobatan penyakit keganasan.
digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
artritis reumatoid.
Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah:
Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400
mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan
ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia
hemolitik.
26
valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya
asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang
cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian
juga jika jumlahnya kurang, maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam
kondisi lebih buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi
apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein dan kalori.
Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju,
kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian. (Pudjiadi, 2001).
2.2.3.4 Air
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai medium
untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan suhu tubuh. Sumber air
dapat diperoleh dari air dan semua makanan. (AAA.Hidayat.2011; 43).
2.2.3.5 Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan
akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya dalam jumlah yang
mencukupi. (Asmadi.2008; 70).
Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain sebagai
berikut:
2.2.3.6 Mineral
Kalsium, berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas
saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium dapat diperoleh dari susu,
keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain – lain.
2.2.4 Klasifikasi
2.2.4.1 Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko mengalami
ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan metabolisme dengan atau
tanpa disertai penurunan berat badan. (Carpenito, LJ.2012; 346).
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Wilkinson
Judith, 2011; 503).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan
nutrisi kebutuhan matabolisme. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
Tanda klinis :
29
Sumber : https://www.scribd.com/document/293291281/Pathway-Gangguan-
Nutrisi
Berkurangnya pemasukan
makanan
Kekurangan nutrisi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium,
natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
2.2.7.4 Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan
kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku
atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
2.2.7.5 Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian
lemak secara berlebihan.
2.2.7.6 Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai
dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi adalah sebagai
berikut :
2.2.8.1 Kadar total limfosit
2.2.8.2 Albumin serum
2.2.8.3 Zat besi
2.2.8.4 Transferin serum
2.2.8.5 Kreatinin
2.2.8.6 Hemoglobin
2.2.8.7 Hematokrit
2.2.8.8 Keseimbangan nitrogen
2.2.8.9 Tes antigen kulit
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi buruk meliputi
penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, penurunan albumin serum <
3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan kadar kolesterol ( Mubarak, 2008, hlm. 61).
2.2.9 Penatalaksanaan Medis
2.2.9.1 Menstimulasi nafsu makan
2.2.9.1.1 Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang disesuaikan
dengan kondisi klien
2.2.9.1.2 Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang anoreksik
33
2.2.9.1.3 Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat sebelum atau
setelah makan
2.2.9.1.4 Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau yang
tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang tidak tertutup
atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada
nafsu makan
2.2.9.1.5 Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu makan;
istirahat bila mengalami keletihan
2.2.9.1.6 Kurangi stress psikologi
2.2.9.1.7 Berikan oral hygiene sebelum makan
2.2.9.1.8 Membantu klien makan
2.2.9.1.9 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi.
Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: misal : finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan ),
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
Tanda : Ketakutan, mudah marah
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi ).
Tanda : Wajah berkerut, gelisah. Respons otomatis.
Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan
interpretasi informasi.
2.3.3 Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/
teratasi
Kriteria Hasil:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
35
4) Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu
tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
5) Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.
Rasional : Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi
kontraktor.
37
6) Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah,
ahli nutrisi.
Rasional : Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/
mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 60 menit setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dan
keluarga menunjukkan pemahaman tentang kondisi dan perawatan.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
1) Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2). Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-
obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
Rasional : Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.
3). Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
Rasional : Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks.
4) Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
Rasional : Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
2.3.4 Implementasi Keperawatan
melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut
dilakukan. Perawat harus yakin bahwa: tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
tindakan yang sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, serta sesuai dengan
40
kondisi klien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif dan selalu didokumentasikan menurut
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
41
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Sudah kawin/Menikah
Alamat : Jl.Teratai No.8A
Tgl MRS : Selasa,05 Mei 2020
Diagnosa Medis : Rhematoid Artritis (RA)
GENOGRAM KELUARGA
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal
= Pasien
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Keadaan pasien compos mentis ,posisi klien lebih sering duduk,keterbatasan
melakukan aktivitas karena kaki yang tersa berat dan sulit untuk di gerakan.
43
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi wajah : Kurang Bersemangat
c. Bentuk badan : Normal
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e. Berbicara : Cukup Jelas
f. Suasana hati : Gelisah
g. Penampilan : Kurang Rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : Pasien mengetahui kapan masuk RS
Orientasi Orang : Pasien masih mengenal keluarga dan tau sedang
berbicara dengan perawat
Orientasi Tempat : Pasien mengetahu bahwa dirinya sedang di RS
3. Tanda-tanda Vital :
0
a. Suhu/T : 36 C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 72 x/mnt Regular
c. Pernapasan/RR : 24 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 130/90 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….………..
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya……………
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lain
Masalah Keperawatan :
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Pa lpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ……………………. cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal,………………….
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4
V :5
M :6
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
45
Mukosa : Normal
Tonsil : Normal
Rectum : Normal
Haemoroid :
BAB : (Belum Pernah)x/hr Warna :Kuning . Konsistensi : Keras
Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement
Bising usus : ..........................................................................................
Nyeri tekan, lokasi : ..........................................................................................
Benjolan, lokasi : ..........................................................................................
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Parese, lokasi : Tidak ada keluhan
Paralise, lokasi : Tidak ada keluhan
Hemiparese, lokasi : Mengalami hemiparese pada ekstremitas bawah
Krepitasi, lokasi :Tidak ada keluhan
Nyeri, lokasi : Mengalami nyeri pada ekstremitas bawah
Bengkak, lokasi : tidak ada keluhan
Kekakuan, lokasi : mengalami kekakuan pada ekstremitas bawah
Flasiditas, lokasi : Tidak ada keluhan
Spastisitas, lokasi : Mengalami spastisitas pada ekstremitas bawah
Ukuran otot Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Uji kekuatan otot : Ekstrimitas atas……….. Ekstrimitas bawah……..
Deformitas tulang, lokasi mengalami deformitas pada ekstremitas bawah
Peradangan, lokasi..............................................................................................
Perlukaan, lokasi................................................................................................
48
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit nya
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 155 Cm
BB sekarang : 50 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
Diet :
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus :
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya……….
Mual
Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya
Tidak Ada
Pemeriksaan Lab
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
( Armeliati)
ANALISIS DATA
DS:
- Klien
mengatakan Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
nyeri pada
saat bergerak
- Klien
mengatakan Penurunan fungsi tulang nyeri
ketidaknyam
anan
terhadap Nyeri
sakitnya
HR: 72x/i
RR: 24x/
DS: Meningkatnya nyeri saat berjalan
- Klien
mengatakan
tidak
sanggup Intoleransi aktivitas
berjalan jauh.
- Klien
mengatakan
kaki terasa
berat.
56
57
PRIORITAS MASALAH
Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah dengan klien
menggunakan alat bantu.meringis dan skala nyeri5.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai dengan pasien
tidak sanggup untuk berjalan jauh
58
59
aktivitas pada aktivitas yang tirah baring atau duduk dan mempertahankan
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari /
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Tanggal Jam
Nama Perawat
Pukul 10.00 WIB S : Klien menyatakan bahwa kaki kanan dan
Kamis,07 mei 1. Memberikan salam teraupetik dan kirinya masih sakit apalagi di bawa
2020 ( DX 1 ) memperkenalkan diri berjalan
2. Melakukan hubungan saling percaya antara klien dan
perawat O : Klien memijat- mijat kakinya
menggunakan alat bantu berjalan seperti tongkat. 2. Klien lebih banyak duduk
3. Klien berjalan lambat
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas. Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu : Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-
hemolitikus, endokrin, autoimmun, metabolik, dan faktor genetik serta pemicu
lingkungan.
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap yaitu terdapat radang sendi dengan
pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan sinovial, secara
radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat, jaringan ikat
fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi,
ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran
tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan
tulang.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri, gangguan
mobilitas fisik, gangguan citra tubuh, kurang perawatan diri, risiko cedera, dan
kurang pengetahuan.
4.2 Saran
Perawat maupun mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami
konsep dari penyakit rematik sebagai dasar dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas.
63
64
DAFTAR PUSTAKA
64
65