Anda di halaman 1dari 15

TREND ISSUE SISTEM INTEGUMEN

FACE OFF

DISUSUN OLEH

Kelompok 4

Desy Enggar Pravita (10215004) Yunita Sari (10215025)

Khastina Solihah (10215007) Fatin Afizah Sari (10215034)

Oktavia Eka P. (10215013) Arvina Umaya Zahro (10215041)

Riyan Mayasari (10215014) Ajeng Rahma Miaji (10215047)

Aldilla Nur Sukma T. (10215020) Sindy Septikasari (10215051)

PRODI S1-KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah Face Off
ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang
sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Adapun makalah ini bersumber dari berbagai macam
informasi, juga dari dunia maya. Dari sumber tersebut kami dapat mengembangkannya sehingga
menjadi kumpulan informasi yang berguna.

Dalam menulis makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan yang disebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu, jika seandainya dalam
makalah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, kami dengan senang hati menerima
masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini di lain kesempatan. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan kita semua dan berguna bagi siapa pun yang membacanya, amin.

Kediri, 29 Oktober 2017

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Face Off/ Transplantasi wajah ...................................... 3
B. Fungsi Face Off/ Transplantasi wajah .......................................... 3
C. Dasar Pertimbangan Face Off/ Transplantasi wajah ..................... 4
D. Efektifitas Terapi........................................................................... 4
E. Bahasan ........................................................................................ 5
F. Peran Perawat ............................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan dan kemajuan zaman yang sangat pesat saat ini memberikan
dampak secara global di berbagai bidang, salah satunya adalah kemajuan dibidang
kedokteran dan kesehatanya itu teknik transplantasiorgan. Transplantasi organ
adalah tindakan medis berupa pendonoran atau pemindahan seluruh maupun sebagian
organ dari satu tubuh ketubuh yang lain, atau dari suatu tempat ketempat yang lain pada
tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau
tak berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor
organ dapat berasal dari seseorang yang masih hidup ataupun telah meninggal.

Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1950 di Chicago, perkembangan di bidang transplantasi
maju pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi
ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di China, pada tahun 1999 tercatat hanya 24
transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka, Sedangkan tahun
2003 angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu
507 kali transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China
memang meningkat drastis.Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat.
Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hamper terjadi
di seluruh dunia.

Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23
tahun 1992 Tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.

Pada makalah ini akan dibicarakan lebih lanjut mengenai tranplantasi organ dan berbagai
macam klasifikasinya serta peninjauan mengenai etika moral dari segi hukum maupun
agama.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi Face off/bedah plastik ?
2. Apa fungsi Face off/bedah plastik ?
3. Bagaimanadasar Pertimbangan?
4. Bagaimanaefektifitas Terapi?
5. Bagaimanabahasan Face off/bedah plastik?
6. Bagaimanaperan Perawat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Face off/bedah plastik
2. Untuk mengetahui fungsi Face off/bedah plastik
3. Untuk mengetahui dasar Pertimbangan
4. Untuk mengetahuiefektifitas Terapi
5. Untuk mengetahui bahasan Face off/bedah plastik
6. Untuk mengetahui peran Perawat

D. Manfaat
1. BagiMahasiswa
Pembacadapatmenambahwawasanmengenai face off.
2. BagiMasyarakat
Menambah wawasan kepada masyarakat terkait face off dan kegunaannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Face Off atau Transplantasi Wajah


Transplantasi Wajah adalah suatu proses tranplantasi kulit untuk menggantikan kulit
wajah pasien dengan kulit donor atau kulit pasien itu sendiri. Transplantasi wajah ditujukan
bagi mereka yang mengalami kerusakan kulit wajah karena kebakaran, penyakit, trauma atau
cacat lahir.

Operasi bedah wajah total (face off ) adalah salah satu teknik transplantasi organ yang
pernah dilakukan di Indonesia. Penyebabnya, antara lain karena adanya kulit wajah pasien
yang rusak akibat tersiram air keras. Karena itu, organ kulit wajah dan pembuluh darah harus
dioperasi.

Kulit dan pembuluh darah yang ditranplantasikan pada kondisi ini dapat diambil dari
kulit punggung dan paha pasien itu sendiri.

Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan merenkonstruksi
atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran dilakukan untuk
mempercantik atau memperbaiki satu bagian didalam anggota badan,baik yang nampak atau
tidak,dengan cara ditambah,dikurangi atau dibuang,bertujuan untuk memperbaiki fungsi
estetika tubuh.

B. Fungsi
Mengobati cact fisik ( bersifat rekonstruktif ),seperti disebabkan perang atau kecelakaan
lainnya yang bertujuan mengobati.
Memperindah apa yang telah ada ( bersifat kosmetik ),sebagai usaha mencari kepuasan
tersendiri dan menambah apa yang telah dikodratkan dan tujuannya adalah untuk agar
nampak lebih muda.

3
C. Dasar pertimbangan
Terkena tembakan peluru dan trauma luka bakar yang parah menjadi hal yang pasti dan
utama untuk dilakukan transplantasi, karena cedera ini termasuk kerusakan kulit yang parah,
kehilangan jaringan, dan cacat . Namun, pilihan rekonstruksi, beberapa prosedur rekonstruksi
bedah konvensional, dan teknik supermicrosurgical yang sangat sangat canggih bahkan tidak
dapat menjamin pemulihan.
Allotransplantation jaringan komposit adalah pilihan terbaik saat ini yang tersedia untuk
kasus tersebut. Transplantasi wajah penuh atau parsial dapat dipilih sebagai strategi bedah
sesuai dengan kekurangan anatomi.karakteristik pasien seperti immunosensitization atau
penyakit mental dapat menjadi halangan untuk operasi tersebut. Tim Transplantasi harus
memeriksa secara menyeluruh sejarah medis sebelumnya transfusi darah atau cangkok kulit
kadaver. skrining antigen leukosit manusia adalah wajib untuk mendeteksi pasien
presensitized. masalah psikologis seperti depresi, psikotik, kognitif, dan gangguan perilaku
mewakili kontraindikasi lain karena masalah dengan kerugian pasca operasi kontrol dan
kerjasama.
Evaluasi psikologis yang komprehensif harus dilakukan sebelum operasi transplantasi.
Terapi kekebalan tubuh pasca operasi dikaitkan dengan banyak komplikasi berbahaya seperti
toksisitas ginjal, keganasan, diabetes, dan gangguan metabolisme. Pada akhirnya, pasien harus
memutuskan apakah manfaat dari transplantasi wajah lebih besar daripada risiko operasi dan
imunosupresi. Setiap dokter praktik memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan
nya / pasiennya dengan pilihan pengobatan terbaik yang tersedia, dan pasien diperbolehkan
untuk memutuskan sendiri apakah akan menerima risiko ini dan melanjutkan dengan CTA.

D. Efektifitas terapy
Bedah plastik juga meliputi rekonstruksi estetika dan tindakan bedah yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas fisik yang tidak diinginkan dari struktur tubuh normal. Tingkat
keefektivitasan bedah plastik ini dapa dikatakan efekif karena dapat memperbaiki bagian tubuh
atau wajah yang tidak normal. Namun bedah plastik atau transplantasi wajah juga tergantung
dari dokter atau tenaga medis yang menangani. Apabila dokter atau tenaga medisnya kurang
menguasai tindakan bedah plastik atau transplantasi wajah dapat berakibat fatal terhadap
pasien. Selain itu, transplantasi wajah dapat dilakukan antar pendonor dan penerima harus

4
mempunyai kriteria yang sama, mulai dari jenis darah, jenis kekebalan dan berbagai paramater
untuk mencegah penolakan kulit/organ donor, karena apabila tidak cocok juga dapat berakibat
fatal.

E. Bahasan
Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan merenkonstruksi
atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran dilakukan untuk
mempercantik atau memperbaiki satu bagian didalam anggota badan,baik yang nampak atau
tidak,dengan cara ditambah,dikurangi atau dibuang,bertujuan untuk memperbaiki fungsi
estetika tubuh. Bedah plastik biasanya memang bertujuan untuk memepercantik bagian
didalam anggota badan,selain untuk kecantikan,bedah plastik juga dilakukan untuk kesehatan.
Misalnya pada kasus tertentu,ada orang yang mengalami luka bakar atau terkena air
keras,sehingga ada bagian tubuhnya yang rusak. Maka untuk memeperbaiki kerusakan tubuh
dianjurkan bedah plastik. Jenis-jenis bedah plastic berdasarkan tempat pembedahan :

a. Cosmetic surgery/bedah kosmetik


b. Face lift
c. Rhinoplasty
d. Eyelid surgery
e. Cheek implant
f. Liposuction
g. Breast augmentation
h. Lip augmentation
i. Botox
j. Real Beauty

Di indonesia, transplantasi wajah (face off) telah dilaksanakan pertama kali pada seorang
wanita bernama Siti Nurjazila (lisa) berumur 22 tahun. Pada operasi face off ini diambil dari
punggung pasien sendiri dan memerlukan pembedahan bertahap. Karena rumitnya
transplantasi wajah ini, dari segi medis, etik, dan hukum masih memerlukan pembahasan lebih
lanjut (Hanafiah & Amir, 2008)

5
a. Rencana Pembedahan Transplantasi Wajah

Anestesi untuk prosedur transplantasi wajah panjang membutuhkan perencanaan


lanjutan untuk manajemen jalan napas, akses vaskular, teknik anestesi, dan manajemen
cairan. Persiapan dan okulasi fase sangat dengue (> 1 volume darah) dan karena
transfusi masif diperlukan. Pertimbangan kraniofasial dan ortognatik harus ditekankan
sehubungan dengan efek fungsional ketika merencanakan dan melaksanakan
transplantasi wajah yang mencakup tulang dan elemen jaringan lunak. Langkah-langkah
ini diambil untuk mengembalikan anatomi normal dengan memperbaiki wajah dalam
hubungan yang tepat dengan dasar tengkorak. Perencanaan ortognatik tradisional
melalui parameter sefalometri menghasilkan pemulihan oklusi, kemampuan berbicara,
dan fungsi jalan napas yang paling anatomis . Kandidat yang khas memiliki anatomi
vaskular yang sangat kompleks karena cedera parah dan / atau beberapa usaha
rekonstruksi sebelumnya; Oleh karena itu, setiap prosedur ditentukan secara unik sesuai
dengan cacat kandidat dan anatomi vaskular. CT angiografi pemetaan vaskular telah
menunjukkan relevansi klinis pencitraan, konsep angiosome, dan penggambaran kunci
kapal noninvasive serta kontroversi saat ini terkait anastomosis vaskular. Arteri wajah
adalah suplai arteri utama ke selubung kulit wajah dan berfungsi sebagai pedikel utama
untuk sejumlah flaps wajah, termasuk cangkok transplantasi wajah. Dominasi arterial
wajah pada suplai darah wajah biasa terjadi tapi tidak dapat diprediksi. Pemeriksaan
vaskular yang hati-hati sebelum transplantasi wajah dan prosedur flap unipedicled
sangat penting. Sebelumnya, perangkat lunak perencanaan operasi digunakan untuk
menciptakan cacat wajah tertentu (Mandibular, Midface, atau Large) pada model
penerima, dilanjutkan dengan restorasi menggunakan allografts yang diekstraksi dari
model donor.

b. Perawatan Pasca Operasi dan Hasil Jangka Panjang


Kebanyakan protokol imunosupresi adalah rejimen tiga terapi, yang terdiri dari
tacrolimus (FK-506), mycophenolate mofetil, dan prednisolone. Hasil fungsional dan
estetika awal sangat menggembirakan, dan pemulihan motorik dan sensorik yang baik

6
dan fungsi wajah yang penting telah diamati. Pemulihan fonasi telah mengesankan dan
memungkinkan pasien berbicara, tersenyum, mengunyah, menelan, dan bertiup normal.
Seperti yang diprediksi, episode penolakan akut telah umum namun mudah
dikendalikan dengan peningkatan pengobatan imunosupresi sistemik. Semua kandidat
diberi informasi lengkap sehubungan dengan risiko penularan virus cytomegalovirus /
infeksi dan institusi profilaksis anti-virus, bakteri, dan jamur yang agresif. Meskipun
ada beberapa komplikasi jangka panjang, yang serupa dengan komplikasi yang
dilaporkan setelah transplantasi organ padat, pasien pada umumnya merasa puas dengan
wajah baru mereka, dan hasilnya telah menyebabkan pemulihan beberapa interaksi
sosial. Perbaikan psikologis telah luar biasa dan telah mengakibatkan reintegrasi pasien
ke dunia luar, jaringan sosial, dan bahkan tempat kerja. Terapi seluler dalam konteks
transplantasi secara signifikan dapat menguntungkan kelangsungan hidup allograft dan
mengurangi waktu penyembuhan. Karakterisasi molekuler sel-sel ini dan mekanisme
yang terkait dengan partisipasi mereka dalam penerimaan dan penolakan allograft akan
berkontribusi pada masa depan transplantasi modern.

c. Resiko Bedah Plastik


a. Efek samping anastesi
Pembedahan merupakan prosedur invasif, yang berarti tidak menyakitkan. Hal ini
membutuhkan obat penenang atau anastesi untuk menjaga kenyamanan pasien.
Resiko yang menyertai anastesi meliputi denyut jantung yang abnormal, serangan
jantung, kerusakan otak, kerusakan saraf, stroke, lumpuh sementara, pembekuan
darah dan penyumbatan saluran napas.
b. Pendarahan
Pendarahan adalah fenomena biasa untuk beberapa jam setelah operasi dan kadnag-
kadang dapat mengakibatkan komplikasi. Pembekuan darah dan akumulasi di
bawah kulit dapat menyebabkan kondisi yang sering disebut hematoma sehingga
warna kulit berubah menjadi biru atau ungu. Daerah warna ini mengalami
karakteristik rasa sakit tetapi rasa sakit akan berkurang secara bertahap setelah
antibody kita membaik. Namun, jika kondisi tetap dan hematoma tumbuh
berkesinambungan, maka memampatkan jaringan sekitarnya dan mengganggu

7
aliran oksigen melalui darah dari beredar di area tersebut. Hal ini dapat
menyebabkan mati rasa, pembengkakan, radang dan kematian kulit. Selain itu
adanya hematoma besar dapat meningkatkan resiko masalah lain seperti infeksi,
pemisahan luka, dan nekrosis.
c. Infeksi
Sebuah efek samping yang sangat jarang namun sangat serius, infeksi sangat jelas
pada hari-hari setelah operasi.
d. Nekrosis
Nekrosis ini adalah kematian jaringan karena kekurangan pasokan oksigen ke
daerah yang dioperasikan. Resiko ini sangat jarang terjadi di operasi kosmetik
normal, tetapi di operasi plastik yang melibatkan face lift, pengurangan payudara,
meliputi perut, ada kemungkinan nekrosis. Perokok sangat rentan terhadap
kemungkinan ini sebagai penyempitan pembuluh darah dan suplai oksigen relatif
kurang.

e. Jaringan parut

Pada akhirnya jaringan parut tidak bisa dihindari. Ahli bedah plastik mencoba memotong
kulit di daerah-daerah yang dapat dengan mudah tersembunyi atau kurang jelas, seperti di
bawah payudara untuk pembesaran payudara. Namun, pemotongan masih mengakibatkan
luka permanen.

f. Kerusakan syaraf

Kerusakan syaraf merupakan kasus yang ekstrim dan dapat terjadi itandai oleh mati rasa
dan kesemutan. Pada umumnya kerusakan saraf dapat berlangsung tidak lebih dari 1
tahun. Kelemahan atau kelumpuhan otot tertentu mungkin dialami jika syaraf yang
berkaitan dengan gerakan otot terganggu. Hal ini dapat diobati dengan operasi
rekonstruksi.

8
F. Peran Perawat
Menurut Doheny (1982) mengidentifikasikan beberapa elemen peran perawat profesional
sebagai berikut:
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (Care giver)
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan
informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data,
merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan
membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Dalam tindakan face of ini perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien yang dilakukan face of ini dengan membantu menghilangkan
nyeri yang dialami pasien face of ini dengan mengkaji skala nyeri dan melakukan terapi terapi
relaksasi distraksi.
b. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor)
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan
kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas.
Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat. Terkait dengan
keperawatan kulit perawat dapat melakukan tindakan bimbingan dan saran mengenai hal-hal
yang harus dilakukan oleh pasien dengan face of ini untuk mempercepat proses
penyembuhan.

9
c. Sebagai pendidik klien (Educator)

Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui


pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima
sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya. Dalam hal ini perawat menjelaskan yang harus diketahui pasien dan
menejelaskan yang ingin diketahui pasien

d. Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain (Collaborator)
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana
maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

Dalam tindakan pasien face of ini pasien dapat berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
anti nyeri dan anti biotik pada pasien face of ini

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Transplantasi wajah memiliki potensi unik untuk mengembalikan bentuk wajah dan fungsi pada
pasien dengan cacat wajah yang parah. Prosedur ini merupakan jenis transplantasi yang paling
komprehensif yang dilakukan sampai saat ini. Pembentukan program transplantasi wajah
menimbulkan beberapa masalah dalam bidang medis, administrasi, masyarakat, etika, dan
hukum. Strategi pembentukan melibatkan ilmu laboratorium dasar, budidaya lingkungan klinis,
kelembagaan yang mendukung, dan aplikasi inovatif teknologi. Pasien harus diberikan
pendidikan secara luas tentang risiko dan manfaat dari transplantasi wajah dan kemudian
dibiarkan bertindak sebagai pengambil keputusan utama. Meningkatkan kualitas hidup pasien
adalah tujuan utama dari operasi plastik, dan transplantasi wajah .
B. Saran
Efektifitas dalam penanganan operasi ini memerlukan pendekatan multidisiplin yang
komprehensif.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Meidiana Dwidiyanti. 1998.

Hanafiah, Jusuf M & Amri Amir. 2008. Etika Kedokteran & hukum Kesehatan Edisi 4 . Jakarta :
EGC

Seok, Chan Eun. 2015. Facial Transplantation Surgery Introduction. The Korean Academy of Medical Sciences
: J Korean Med Sci 2015; 30: 669-672. http://dx.doi.org/10.3346/jkms.2015.30.6.669

12

Anda mungkin juga menyukai