MAKALAH
Disusun Oleh :
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji Syukur tercurahkan kepada Allah SWT karena
atas limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
1
kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kelompok ini tepat pada waktunya dengan judul Ceragem Batu Giok
Untuk Asam Urat. Banyak kesulitan yang kami hadapi dalam membuat tugas
makalah ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, semangat dari kerja
kelompok kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik.
Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas makalah ini
dan bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Terapi Komplementer...................................................... 3
B. Klasifikasi terapi komplementer.................................................... 3
C. Hubungan klasifikasi dengan terapi............................................... 4
BAB III PEMBAHASAN
A. Peran perawat dalam terapi komplementer........................................... 5
B. Ceragem Batu Giok............................................................................... 6
C. Proses terapi menyembuhkan penyakit................................................. 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 9
B. Saran.............................................................................................. 9
BAB IV DAFTAR PUSTAKA................................................................... 10
LAMPIRAN.................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gout (asam urat) adalah penyakit yang berhubungan dengan
tingginya kadar asam urat dalam darah. Seseorang akan di katakan menderita
asam urat jika kadar asam urat dalam darahnya di atas 7 mg/dl pada laki- laki
dan di atas 6 mg/dl pada wanita. Prevalensi penyakit gout pada populasi di
USA diperkirakan 13,6/100.000 penduduk. Sedangkan, di Indonesia sendiri
diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan
meningkatnya umur (Tjokroprawiro, 2007). Perlu diketahui pula di Indonesia
gout diderita pada usia lebih awal dibandingkan dengan negara barat. 32%
serangan gout terjadi pada usia dibawah 34 tahun. Sementara di luar negeri
rata-rata diderita oleh kaum pria diatas usia tersebut. Di Indonesia, asam urat
menduduki urutan kedua setelah osteoartritis. Namun, di Indonesia prevalensi
penyakit asam urat belum diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara
satu daerah (Dalimarta, 2008).
Penyakit gout terjadi jika timbunan kristal asam urat yang mengendap
dalam persendian, meningkat. Peningkatan tersebut, dapat di sebabkan ginjal
yang mengalami gangguan membuang asam urat dalam jumlah yang banyak
(Wijayakusuma, 2008). Umumnya, gout ini menyerang lutut, tumit dan
jempol kaki. Sendi yang terserang tampak bengkak, merah, panas, nyeri di
kulit, sakit kepala, dan tidak nafsu makan. Penyebabnya adalah naiknya kadar
asam urat dalam darah (Hariana, 2005). Serangan asam urat timbul secara
mendadak dan sering terjadi pada malam hari (Wijayakusuma, 2008) . Ini di
karenakan, asam urat cenderung akan mengkristal pada suhu dingin (Utami,
2003).
Penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperurisemia
ada beberapa yaitu: adanya gangguan metabolisme purin bawaan, kelainan
pembawa sifat atau gen, kebiasaan pola makan berkadar purin tinggi (seperti:
daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis), penyakit
seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, radioterapi
(Misnadiarly, 2008). Peningkatan kadar asam urat dalam darah
1
(hiperurisemia) disebabkan oleh peningkatan produksi (overproduction),
penurunan pengeluaran (underexcretion) asam urat melalui ginjal, atau
kombinasi keduanya (Wachjudi, 2006). Bahaya dari penyakit gout ini adalah
nyeri dan sakit parah di persendian, asidosis metabolik, batu ginjal, gagal
ginjal, pirai, dan penyakit jantung koroner. Dari bahaya-bahaya tersebut,
penderita akan mengalami hambatan mobilitas fisik, sehingga perlu dilakukan
intervensi keperawatan untuk mengurangi bahaya tersebut.
Solusi yang dapat digunakan adalah melakukan terapi komplementer
Ceragem Batu Giok. Berdasarkan dari study kasus, terapi ceragem batu giok
cukup efektif menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?
b. Apa klasifikasi terapi komplementer?
c. Bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi?
d. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?
e. Apakah yang dimaksud dengan Ceragem Batu Giok?
f. Bagaimana proses terapi menyembuhkan penyakit?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer.
2. Untuk mengetahui apa klasifikasi terapi komplementer.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer.
5. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Ceragem Batu Giok.
6. Untuk mengetahui bagaimana proses terapi menyembuhkan penyakit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan
pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing,
terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar
energi dan bioelektromagnetik.
BAB III
PEMBAHASAN
4
A. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
(Didukung oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971).
Tujuan keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien mencapai
perawatan diri secara total. Nightingale (1860) Tujuan keperawatan untuk
pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan
klien. Rogers (1970) Untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan,mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien
yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan.)
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan berkaitan dengan terapi komplementer yang
diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-
baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian.
3. Peran edukator
Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan untuk
mengembangkan interaksi antara perawat dan klien. King (1971), tujuan
keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien
mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Peran ini
dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit
5
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Peran researcher
Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
6
meningkat. Prinsip ketiga, pemberian sinar infra merah. Menurut
kepercayaan masyarakat Timur, sinar infra merah merupakan sinar kehidupan
yang diyakini mampu menembus ke dalam tubuh dengan mengeluarkan rasa
panas dan selanjutnya mendeteksi penyakit di tubuh. "Jika pasien merasakan
panas, lalu usai pemberian sinar infra merah kulit menjadi kemerahan dan
terfokus maka pasien memiliki penyakit di tubuhnya. Sinar infra merah yang
berpadu ketika batu giok memberikan tekanan pada titik-titik pada tubuh akan
sumber penyakit. Hasil deteksi terlihat pada kulit yang menjadi kemerahan
karena peredaran darah ditubuh tidak lancar.Prinsip terakhir adalah
Chiropractic atau tulang belakang. Ceragem, dikatakan pengobatan yang
menyakini bahwa sumber berbagai penyakit berasal dari tulang belakang.
Tulang punggung, sendiri memiliki susunan syaraf yang vital bagi tubuh.
Ketika tubuh mengalami gangguan maka diyakini permasalahan bisa berasal
dari tulang belakang.Seluruh tahapan prinsip dilaksanakan dalam waktu 30
menit. Dibagi menjadi dua sesi, pertama sesi bagian tulang belakang serta
pinggul dan kedua, sesi badan. 13 titik pada tulang belakang dan 3 titik pada
perut diberi waktu penekanan oleh giok dan penyinaran sinar infra merah jauh
selama dua menit. Pemberian sinar infra merah jauh tidak dilakukan secara
terus menerus namun berotasi. Prosesi Tubuh Esensi pengobatan Ceragem,
pada dasarnya tercantum dalam tiga poin yakni menyembuhkan, mendeteksi
dan merawat.pasien, dengan sendirinya setelah mengikuti pengobatan
Ceragem akan tahu apa yang harus dilakukan. Jika dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah pantangan. Namun, ceragem menanamkan kepada
pasien untuk menyadari hal-hal apa yang harus dilakukan guna kesembuhan
mereka."Ceragem tidak kenal pantangan, namun lebih membutuhkan
kesadaran pasien menjaga diri mereka sendiri.
Proses kerja CBG adalah proses pelepasan energi panas listrik melalui
batu giok yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga pada alat terapi
tersebut terdapat tiga kabel yang masing-masing berisi batu giok 6-9 buah.
Salah satu kabel berisi batu giok tersebut berfungsi untuk bagian punggung
yang diletakkan di bawah tempat tidur. Batu giok tersebut dapat bergerak
baik secara otomatis maupun terfokus pada bagian punggung. Dua kabel
berisi batu giok lainnya dirancang secara manual. Artinya keduanya
7
digunakan dan ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit mulai dari ujung
kaki sampai ke ujung bagian kepala. Penggunaan CBG dianjurkan 3-4 kali
sehari. Fungsi terapi CBG tersebut adalah memperlancar peredaran darah dan
proses kimiawi dalam tubuh manusiawi lewat batu giok dengan bantuan
listrik. Panasnya bisa mencapai 60 derajat celsius. Energi panas tersebutlah
yang membantu pemulihan dan penyehatan dinamika peredran darah dalam
tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Berdasarkan penjelasan di atas, ceragem batu giok efektif dalam
menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.
Peran perawat dalam terapi komplementer, yaitu : peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan, peran sebagai advokat (pembela) klien, peran
edukator, peran researcher.
B. Saran
1. Manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang terapi
komplementer.
2. Manfaat bagi masyarakat luas untuk lebih mengenal terapi komplementer
9
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. 1999.
Nurses Handbook Of Alternative And Complementary Therapies.
Pennsylvania : Springhouse
Dalimartha, S. 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Depok: Penebar
Swadaya.
Fitri. 2014. Terapi Ceragem Beserta Manfaatnya. Diakses dari :
http://sehat.link/terapi-ceragem-beserta-manfaatnya.info
Gusti. 2016. Prinsip Keperawatan Holistik dalam Terapi Komplementer. Diakses
dari : http://gustinerz.com/prinsip-keperawatan-holistik-dalam-terapi-
komplementer/
Hariana, A. 2005. 812 Resep untuk Mengobati 236 Penyakit. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Misnadiarly. 2008. Mengenal Penyakit Arthritis. Puslitbang Biomedis Dan
Farmasi, Badan Litbangkes , 57.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. 2004. Clinical Nursing Skills: Basic to
Advanced Skills. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Snyder, M. & Lindquist, R. 2002. Complementary/Alternative Therapies In
Nursing. 4th Ed. New York: Springer.
Suhariningsih, Wurlina, DK Meles, Tity P. Kajian Biofisika Terhadap Manfaat
Dan Efek Samping Terapi Ceragem. Diakses pada :
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_34924_Ceragem.pdf
Sukarmin. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Asam Urat
Dalam Darah Pasien Gout Di Desa Kedungwinong Sukolilo Pati. Diakses
Pada : http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=356772&val=426&title=FAKTOR-FAKTOR%20YANG
%20BERHUBUNGAN%20DENGAN%20KADAR%20ASAM%20URAT
%20DALAM%20DARAH%20PASIEN%20GOUT%20DI%20DESA
%20KEDUNGWINONG%20SUKOLILO%20PATI
Tjokroprawiro A., Setiawan P.B, Santoso D, Soegiarto G.. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Airlangga
University Press.
Utami. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik & Asam Urat. Jakarta:
AgroMedia.
10
Wijayakusuma, H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Tahlukkan Penyakit. Jakarta:
Pustaka Bunda.
LAMPIRAN
11