Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Sytem pelayanan kesehatan


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah konsep dasar keperawatan

Disusun oleh
IB-D3 Keperawatan

Faiz abdilah hamzah


22095

PROGRAM STUDI D3
KEPERAWATAN STIKES KARSA
HUSADA GARUT 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
jungjungan kita yaitu nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah keperawatan spiritual yang telah memberikan bimbingan
kepada kami. Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yag
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa kami
harapkan untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

Garut, 08 Februari 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................2

BAB II TIJAUAN TEORITIS..............................................................................................3

2.1 Pengertian thibun nabawi menurut ulama dan para ahli....................................3


2.2 Manfaat dan tujuan thibun nabawi...........................................................................7
2.3 Jenis-jenis thibun nabawi............................................................................................8
2.4 Hukum thibun nabawi................................................................................................11
2.5 Pandangan thibun nabawi di era modern.............................................................13
2.6 Dokter indonesia yang memilih menjadi praktisi thibun nabawi.................14

BAB III PENUTUP.................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................16

3.2 Saran................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengobatan Nabi Muhammad SAW (Thibbun nabawi) muncul menjadi
sebuah trend di dunia kesehatan. Kemajuan dunia medis menguak bahwa pola
hidup sehat dan pengobatan ala Nabi Muhammad saw dapat dibuktikan dengan
percobaan-percobaan yang telah dilakukan. Pengobatan ala Nabi Muhammad
SAW (Thibbun nabawi) sendiri merupakan salah satu bentuk pengobatan
komplementer dan alternatif. Pengobatan komplementer atau alternatif adalah
kumpulan praktik pelayanan kesehatan yang bukan merupakan bagian dari
tradisi negara tersebut atau pengobatan konvensional dan tidak secara penuh
diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan dominan (Muntaziroh,
2018). Mahalnya biaya pengobatan konvensional, kebiasaan akan segala sesuatu
yang praktis, dampak berbahaya dari bahan kimia yang terkandung dalam
obatobatan pengobatan modern sampai kebiasaan mengonsumsi obat
sembarangan yang menyebabkan resistensi terhadap obat menjadi alasan
munculnya trend metode pengobatan Nabi Muhammad SAW (Thibbun nabawi)
sebagai pengobatan komplementer dan alternative (Grey, 2018).
Pada tahun 2000 pengguna pengobatan komplementer dan alternative di
Indonesia berkisar 15,59% dan terus meningkat sampai tahun 2006 mencapai
jumlah pengguna sebanyak 38,30%. Kemudian pada tahun 2010 sekitar 40% dari
keseluruhan masyarakat dan 70% penduduk pedesaan di Indonesisa memakai
pengobatan komplementer dan alternative (Kamaludin, 2010). Mendukung
pernyataan sebelumnya, menurut laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
pengguna pengobatan tradisional naik sekitar 30,4 % dibandingkan pengguna di
tahun sebelumnya. (RISKESDAS,2013). Menurut dr. Zaidul Akbar, International
Consultant of Herbs and Thibbun nabawi mengungkapkan bahwa umat Islam
diseluruh belahan dunia seharusnya mengikat hati nya dengan thibbun nabawi
dalam kehidupan sehari-harinya karena contoh dan dokter terbaik bagi umat
Islam adalah firman Allah SWT dan Nabi Muhammad

1
SAW. Thibbun nabawi dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit selama
dilakukan dengan dosis, cara dan waktu yang tepat sesuai dengan syariat yang
disunnahkan (Rahmadi, 2019). Berbagai macam pengobatan tradisional
komplementer dan alternative yang dipakai oleh kebanyakan orang adalah
pengobatan bekam, pijat refleksi, acupressure dan akupuntur, ahli patah tulang
dan pemakaian obat herbal. (Kemenkes,2007) Hal ini menunjukkan bahwa
pengobatan thibbun nabawi banyak diterapkan di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian thibun nabawi menurut ulama dan para ahli?
b) Apa saja manfaat dan tujuan thibun nabawi?
c) Apa saja jenis-jenis thibun nabawi?
d) Apa hukum thibun nabawi?
e) Apa pandangan thibun nabawi di era modern?
f) Siapa dokter indonesia yang memilih menjadi praktisi thibun nabawi?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian thibun nabawi menurut ulama dan para ahli
b) Memahami manfaat dan tujuan thibun nabawi
c) Memahami jenis-jenis thibun nabawi
d) Mengetahui hukum thibun nabawi
e) Mengetahui pandangan thibun nabawi di era modern
f) Mengetahui seorang dokter indonesia yang memilih menjadi praktisi
thibun nabawi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Thibun Nabawi Menurut Ulama Dan Para Ahli


Islam memperhatikan masalah kesehatan, baik itu fisik maupun psikis,
karena untuk melakukan ibadah secara sempurna membutuhkan kesehatan yang
baik. Al-Qurān melarang manusia untuk makan dan minum sesuatu yang
berakibat buruk bagi kesehatan. Sejarah kesehatan dalam Islam awalnya adalah
berasal dari praktik yang dilakukan oleh Nabi SAW yang saat ini dikenal sebagai
thibbun nabawī. Praktiknya dapat dilihat dari beberapa hadīs tentang ajaran untuk
menjaga kesehatan dari berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan
serta tata cara pengobatan dari berbagai penyakit.
Al-Qurān diartikan sebagai bacaan yang sempurna, Allah memberikan
penamaan yang sangat tepat untuk kitab ini, karena al-Qurān merupakan dokumen
bagi ummat Islam yang berisi petunjuk bagi manusia di dunia. Pedoman hidup
ummat Islam selain al-Qurān yang dijadikan sebagai petunjuk untuk perjalanan
hidup di dunia adalah hadīs. Telah kita ketahui bahwa hadīs dijadikan sumber
rujukan berbagai persoalan yang berkaitan dengan al-Qurān.

Berikut adalah thibun nabawi menurut beberapa ulama:


a) Ibnu Qayyim
Beliau membagi penyakit menjadi dua: penyakit jasmani, sebagai
penyimpangan kondisi tubuh yang normal, sehingga perlu memertimbangkan
perawatan dokter; serta penyakit rohani atau spiritual yang perlu merujuk pada
ajaran agama. Dalam bagian-bagian awal At-Thibbun Nabawi, beliau menyatakan
bahwa penyakit badan terjadi akibat gangguan keseimbangan cairan tubuh – tidak
berbeda dengan ilmu pengobatan Yunani yang dilakukan para dokter zaman itu.
Penyusunan At-Thibbun Nabawi karya Ibnu Qayyim merujuk pada sunnah
Nabi mencantumkan ragam penyakit yang disebutkan dalam hadis. Dalam bagian
ini Ibnu Qayyim perihal ‘ain, sengatan kalajengking, wabah, sakit perut, kusta,
barash, dan lainnya. Ibnu Qayyim sendiri kebanyakan merujuk pada hadis yang

3
dinilainya berkualitas shahih, dan kadang menyertakan hadis lainnya dengan
kualitas yang lebih rendah. Ia juga menyertakan hal-hal aplikatif mencakup cara
berobat, baik yang diajarkan Nabi, generasi setelah beliau, atau yang populer di
zaman Ibnu Qayyim sendiri.Mengenai demam, Ibnu Qayyim merujuk riwayat
bahwa seseorang yang demam maka ia mesti didinginkan dengan air, karena hadis
menyebutkan bahwa panas demam berasal dari api neraka.
”Sesungguhnya penyakit demam (panas) adalah berasal dari panas neraka
jahanam.” (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Qayyim mengetahui bahwa ilmu kedokteran menyatakan bahwa
demam adalah gejala dari suatu penyakit. Namun, Ibnu Qayyim mencantumkan
hadis ini sebagai dasar bahwa demam adalah salah satu fenomena yang
ditunjukkan Tuhan agar menyadari panasnya api neraka. Di sini ia tidak
mempertentangkan hadis dan pengetahuan kedokteran.

b) Ibnu Hajar
Menurut Ibnu Hajar al-asqalani R.a., sungguh para tabib sepakat, bahwa
satu penyakit itu berbeda cara pengobatannya, sesuai dengan perbedaan umur
(bayi, anak, dewasa, orangtua, ibu hamil, dll berbeda), dan keadaan dia dan
makanan yang jadi makanan kebiasaannya. Contoh : ginseng Korea. Menurut
orang Korea setelah memakannya maka akan kuat, tetapi berbeda dengan orang
Jawa. Mereka baru merasa “enakan” jika meminum jahe / temulawak, dll. Jika
dosisnya kurang, maka tidak menyembuhkan, dan jika berlebihan, maka akan
timbul bahaya lain. Ini baru satu penyakit, belum penyakit lain, pasti berbeda
dosisnya.Misalnya minum madu atau habbatussauda tanpa dosis yang benar dan
tepat, maka ini bukanlah konsep thibbun nabawi Contoh : minum madu setiap hari
karena kebiasaan, jika sesuai dosisnya maka termasuk thibbun nabawi, jika tidak
maka hanya sekedar minum minuman bergizi saja.
Thibbun Nabawi bukan pengobatan alternatif, tetapi pengobatan utama.
Menurut Ibnu Hajar al-asqalani R.a., thibbun nabawi yakin sembuhnya, karena
muncul dari wahyu. Yang lainnya hanya dari uji coba / eksperimen Jika sakit, maka
segeralah berdoa dan ruqyah, ini bukan alternatif asal sesuai syarat-syaratnya

4
Mendeteksi penyakit harus sesuai ilmunya dan spesifik jangan hanya melihat
tangan atau mata dll langsung mendiagnosis, karena ini terlalu general (umum).

Berikut adalah beberapa pendapat tentang thibun nabawi menurut para Dokter :
a) Syeikh Yusri Jabr al-Hasani as-Syafii
Thibbun Nabawi menurut beliau adalah gaya makan seperti Nabi, makan
sebelum lapar berhenti sebelum kenyang, makan perlahan, menjauhi makanan
yang diharamkan karena makanan yang diharamkan itu juga berbahaya bagi
kesehatan.Thibbun Nabawi bukan seperti yang diklaim banyak orang bahwa ia
hanyalah tentang berbekam, minum madu, herbal dan lain-lain Syeikh Yusri
mengatakan bahwa bekam itu adalah untuk pengobatan bukan pencegahan. Jadi
tidak sedikit-sedikit bekam. Tidak ada penyakit bekam dengan dalih hanya ialah
pengobatan yang sesuai sunah.
Beliau bahkan mengatakan bahwa dalam beberapa kondisi, berobat dengan
pengobatan resep dokter lebih baik dalam mengobati suatu penyakit daripada
obat-obat herbal, karena jelas obat-obat kimiawi tersebut telah melewati sejumlah
penelitian dan uji klinis sehingga tepat dosis dan sasarannya.Berobatlah dengan
pengobatan yang sesuai dengan zamanmu. Itulah mengapa Syekh Yusri
berpendapat bahwa vaksin itu boleh, karena tujuan vaksin adalah mencegah
bahaya (daf'u dharar) dan disebutkan dalam satu kaidah bahwa adhararu yuzalu
(bahaya itu dihilangkan), dan mencegah bahaya diperintahkan oleh agama.
Syekh Yusri adalah dokter sekaligus syeikh yang mengobati jiwa kami
lebih dari mengingatkan pengobatan fisik Syeikh juga mengingatkan bahwa salah
satu Thibbun Nabawi adalah memperbanyak sedekah. Sebagaimana disebutkan
dalam hadis Rasulullah saw, “Obatilah orang-orang yang berpenyakit dengan
sedekah.”Dan tentu tak pernah sekalipun beliau lupa dalam menanamkan
kecintaan kepada Nabi Saw. Sangat sering beliau mengajari kami untuk terus
berupaya meneladani akhlak beliau dan mengamalkan ajarannya, dan karena cinta
Nabi adalah obat dari segala penyakit.

5
b) Hippocrates
Hippocrates adalah bapak kedokteran pada jaman yunani kuno Salah satu
kitab yang banyak membahas tentang sosok Hippocrates adalah Kitab At-Thibbun
Nabawi karya Al-Hafiz Adz-Dzahabi .Hippocrates mengatakan, semoga dokter
diberi kekuatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan ketaatan kepada-Nya, nasihat
yang baik, serta pemahaman terhadap rahasia-rahasia penyakit. Sungguh, dia tidak
boleh memberi resep obat yang fatal ataupun menunjukkannya. Dia tidak boleh
memberikan sesuatu kepada seorang wanita yang bisa menyebabkan keguguran.
Dia harus menjauhkan diri dari segala macam kekotoran. Dia tidak boleh
memandang wajah wanita dengan tatapan hati yang kotor. Dia tidak boleh
mencari hal-hal yang berlebihan, berlalai-lalai dalam kesenangan tidur, makan,
minum, dan permainan, tetapi mesti bergairah mengobati orang miskin dan orang
yang tidak punya. Dia harus berbicara dengan lemah lembut, santun, dan
senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan.”Hippocrates berkata bahwa
memelihara kesehatan yang baik bergantung pada kerja secara wajar dan
menghindari makan serta minum terlalu banyak. Dia juga berkata bahwa makanan
yang merugikan tetapi sedikit lebih baik daripada makanan yang baik tetapi terlalu
banyak. Hippocrates juga mengatakan bahwa segala sesuatu yang berlebihan akan
bertentangan dengan hukum alam. Hendaklah seseorang itu makan, minum, tidur,
dan berhubungan seksual dengan kadar yang sedang-sedang saja.
Hippocrates menyatakan bahwa setiap tabib atau dokter yang memberikan
resep racun atau menganjurkan aborsi, atau mencegah kehamilan, atau
memperpanjang penyakit orang yang sakit, maka tabib atau dokter seperti itu
bukanlah golongan dari Hippocrates. Al-Hafiz Adz-Dzahabi menyatakan bahwa
hal-hal seperti itu menjadi komponen dari sumpah kedokteran. Pandangan-
pandangan Hippocrates yang baik kelak diadopsi oleh Ibnu Sina dan banyak
ulama Islam di bidang pengobatan. Selanjutnya, ulama-ulama Islamlah yang
mengembangkan ilmu pengobatan tersebut menjadi ilmu kedokteran dan farmasi
dengan berbagai inovasi yang akhirnya dikenal oleh dunia barat. Namun, saat ini,
dunia barat telah mengembangkan ilmu itu lebih cepat sehingga kaum muslimin

6
seolah-olah belajar dari barat. Padahal, sesungguhnya tanpa kontribusi dari ulama
Islam, ilmu kedokteran itu tidak akan berkembang seperti saat ini.

2.2 Manfaat Dan Tujuan Thibun Nabawi


Khasiat thibun nabawi tak perlu diragukan lagi. Saat ini bahkan banyak
dokter modern yang menguak khasiat kandungan di balik pengobatan ala
nabi.Dalam hadis, Rasulullah menganjurkan beberapa obat dan jaminan
kesembuhannya. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Kesembuhan itu ada
dalam tiga hal, minum madu, bekam, dan kay (sundutan api). Aku melarang
umatku berobat dengan kay.” (HR Al-Bukhari).
Dari ‘Aisyah, Nabi bersabda, “Sungguh dalam habbatus sauda itu terdapat
penyembuh segala penyakit, kecuali as-sam.” Aisyah pun bertanya, “Apakah as-
sam itu?” Beliau menjawab, “Kematian.” (HR Bukhari). Secara ilmiah, habbatus
sauda terbukti mampu mengaktifkan kekebalan spesifik karena mampu
meningkatkan kadar sel-sel T pembantu, sel T penekan, dan sel pembunuh alami.
Kandungan aktif habbatus sauda, yakni thymoquinone (TQ), dithymouinone
(DTQ), thymohydroquimone (THQ), dan thymol (THY).
Begitu pun dengan madu. Berdasarkan penelitian ilmiah, madu memiliki
spesifikasi antiproses peradangan (inflammatory activity anti) serta memiliki daya
aktif tinggi yang mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap tekanan
oksidasi (oxidative stress) Madu juga mengandung banyak nutrisi, mampu
menurunkan glukosa darah, mengobati infeksi lambung, dan sebagainya.Banyak
penelitian lain yang menyebutkan khasiat thibbun nabawi. Jika kemudian
seseorang mempraktikkan thibun nabawi dan tak tampak hasilnya, perlu
memperhatikan beberapa hal lain. Seperti, ucapan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam
Fathul Bari, seluruh tabib sepakat pengobatan suatu penyakit berbeda-beda sesuai
dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi,
kedisiplinan, dan daya tahan fisik
Penggunaan thibbun nabawi pun tak boleh asal-asalan. Selain itu, keyakinan
kesembuhan datang dari Allah pun perlu ditancapkan dalam hati. Sebagaimana
ucapan Ibnul Qayyim, seperti disebut sebelumnya bahwa thibbun nabawi akan

7
dirasakan manfaatnya jika jiwa menerima dan meyakini bahwa Allah akan
memberikan kesembuhan baginya. Sehingga, pengobatan thibbun nabawi hanya
cocok bagi jiwa yang baik sebagaimana pengobatan dengan Alquran yang tak
cocok kecuali bagi jiwa yang baik dan hati yang hidup.
Pengobatan adalah proses atau cara yang dilakukan tabib atau para medis untuk
mengobati seorang pasien dari sakit yang dideritanya. Tujuan pengobatan didalam
islam:
1) Pembersih dosa
2) Kesembuhan
3) Keridhoan
4) Tawakkal
5) Baik sangka kepada Allah
6) Bertambah dekat dengan Allah
7) Senantiasa Bertobat
8) Meninggal dalam Husnul Khatimah

2.3 Jenis-Jenis Thibun Nabawi


Rumusan thibbun nabawi yaitu (metode) pengobatan Rasulullah S.A.W yang
dia ucapkan, dia tetapkan (akui), dia amalkan, yaitu pengobatan yang pasti (bukan
sangkaan), bisa mengobati penyakit jasad, ruh dan indera.Setiap penyakit itu
mempunyai obatnya, seperti hadits Rasulullah S.A.W yang artinya:
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan bagi penyakit itu
obatnya.” (HR. Bukhari no. 5678 dan Muslim, dari Sisa dari pembakaran
Hurairah)[5] dan Barangsiapa berpura-pura berlaku thabib (dokter) sedangkan ia
tidak tahu mengenal pengobatan, maka dia wajib bertanggung jawab (jika terjadi
mala praktek)." (HR. Ibnu Majah no.3457)
Sejak jaman dahulu nabi muhammad saw telah melakukan pengobatan secara
herbal dan metedo penyembuhannya juga bisa dengan diantaranya :
A. Ruqyah
Ruqyah yaitu metode penyembuhan dengan metode membacakan sesuatu pada
orang yang sakit kesudahan suatu peristiwa dari ‘ain (mata hasad), sengatan hewan,

8
sihir, racun, rasa sakit, sedih, gila, kerasukan, gangguan jin, dan lainnya. Dari
Aisyah radiallahu ‘anhaa berkata;
“Bahawasanya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam apabila sakit baginda membaca
sendiri Al-Muawwizat [11], belakang meniup padanya. Dan apabila rasa sakitnya
bertambah diri sendiri yang membacanya belakang diri sendiri usapkan ke tangannya
mengharap keberkahan dari surah-surah tersebut.” (HR. Al-Bukhari)

B. Bekam
Bekam yaitu mengeluarkan darah kotor dari tubuh dengan metode menyedot
pada sayatan ringan di kulit tubuh.
"Kesembuhan itu mempunyai pada tiga hal, yakni minum madu, sayatan alat
bekam, dan kay (sundutan) dengan api, sesungguhnya diri sendiri melarang
umatku dari kay." (HR. Bukhari)

C. Mengkonsumsi Habbatus Sauda


Guna mengkonsumsi Habbatus Sauda’ (Jintan hitam/Syuwainiz) menurut
hadits nabi: Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. bahwa
ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sungguh dalam habbatus sauda’ itu mempunyai penyembuh segala penyakit,
kecuali as-sam.” Aku meminta keterangan, “Apakah as-sam itu?” Dia menjawab,
“Kematian”. (HR.Bukhari)
Habbatus sauda’ berkhasiat mengobati segala macam penyakit dingin, bisa
juga menolong kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal. Biji
habbatus sauda’ berisi 40% minyak takasiri dan 1,4% minyak atsiri, 15 macam
asam amino, protein, Ca, Fe, Na dan K. kandungan aktifnya thymoquinone (TQ),
dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY). Telah
terbukti dari berbagai hasil penelitian ilmiah bahwa habbatus sauda’ mengaktifkan
kekebalan spesifik/kekebalan didapat, karena ia meningkatkan kadar sel-sel T
pembantu, sel-sel T penekan, dan sel-sel pembunuh alami.

9
D. Mengomsumsi madu
Madu mampu menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes karena
keadaan unsure antioksidan yang menjadikan asimilasi gula semakin gampang di
dalam darah sehingga kadar gula tersebut tidak tampak tinggi. Madu nutrisi kaya
vitamin B1, B5, dan C dimana para penderita diabetes sangat membutuhkan
vitamin-vitamin ini. Sesendok kecil madu alami murni akan menambah cepat dan
akbar kandungan gula dalam darah, sehingga akan menstimulasi sel-sel pankreas
bagi memproduksi insulin. Sebaiknya penderita diabetes memainkan analisis
darah dahulu bagi memilihkan takaran yang diperbolehkan baginya di bawah
pengawasan dokter.
a) Bakteri tidak mampu melawan madu. Dianjurkan memakai madu bagi
mengobati luka bakar. Madu mempunyai spesifikasi anti babak
peradangan (inflammatory activity anti)
b) Madu kaya kandungan antioksidan. Antioksidan fenolat dalam madu
mempunyai daya aktif tinggi serta bisa meningkatkan perlawanan tubuh
terhadap tekanan oksidasi (oxidative stress)
c) Madu dan kesehatan mulut. Bila digunakan bagi bersikat gigi bisa
memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi, mengobati sariawan dan
gangguan mulut lain.
d) Madu dan pengobatan kencing manis. Madu mampu menurunkan kadar
glukosa darah penderita beliaubetes karena adanya unsur antioksidan yang
menjadikan asimilasi gula lebih mudah di dalam darah sehingga kadar
gula tersebut tidak terlihat tinggi. Madu nutrisi kaya vitamin B1, B5, dan C
di mana para penderita diabetes sangat membutuhkan vitamin-vitamin ini.
Sesendok kecil madu alami murni akan menambah cepat dan besar
kandungan gula dalam darah, sehingga akan menstimulasi sel-sel pankreas
untuk memproduksi insulin. Sebaiknya penderita diabetes melakukan
analisis darah dahulu untuk menentukan takaran yang diperbolehkan
untuknya di bawah pengawasan dokter.
e) Madu mencegah terjadinya radang usus akbar (colitis), maag dan tukak
lambung. Madu berperan adil melindungi kolon dari luka-luka yang biasa

10
ditimbulkan oleh asam asetat dan menolong pengobatan infeksi lambung
(maag). Pada kadar 20% madu mampu melemahkan bakteri pylori
penyebab tukak lambung di piring percobaan.Selain itu madu amat bergizi,
melembutkan sistem alami tubuh, menghilangkan rasa obat yang tidak
enak, membersihkan liver, memperlancar buang cairan kecil, cocok bagi
mengobati batuk berdahak. Buah-buahan yang direndam dalam madu bisa
bertahan sampai enam bulan.

2.4 Hukum Thibun Nabawi


Setiap penyakit itu ada obatnya, seperti hadits Rasulullah Shalllallahu Alaihi
Wasallam yang artinya:
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu
obatnya.” (HR. Bukhari no. 5678 dan Muslim, dari Abu Hurairah) “Sesungguhnya
Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya
bersamanya. (Hanya saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan
mengetahui orang yang mengetahuinya.” (HR. Ahmad 1/377, 413 dan 453)

“Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh
dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim no. 5705)

“Barangsiapa berpura-pura jadi thabib (dokter) sedangkan ia tidak tahu mengenal


pengobatan, maka dia harus bertanggung jawab (jika terjadi mala praktik).” (HR.
Ibnu Majah no.3457 dan Abu Daud no.3971, dengan derajat hadits …)

Al-Qur`anul karim dan As-Sunnah yang shahih sarat dengan beragam


penyembuhan dan obat yang bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sehingga mestinya kita tidak terlebih dahulu berpaling dan meninggalkannya untuk
beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada pada masa sekarang ini. Karena itulah
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata: “Sungguh para tabib
telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan bahan makanan

11
maka jangan beralih kepada obat-obatan (kimiawi). Ketika memungkinkan
mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan beralih memakai obat yang
kompleks. Mereka mengatakan: ‘Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan
makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya
dengan obat-obatan’.”

Ibnul Qayyim juga berkata: “Berpalingnya manusia dari cara pengobatan


nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-
Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat.” (Ath-Thibbun Nabawi, hal. 6, 29)
Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang Muslim menjadikan pengobatan
nabawiyyah sekadar sebagai pengobatan alternatif. Justru sepantasnya dia
menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat lisan Rasul-Nya Shalllallahu Alaihi
Wasallam.

Sementara pengobatan dengan obat-obatan kimiawi kepastiannya tidak seperti


kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan
Nabi Shalllallahu Alaihi Wasallam diyakini kesembuhannya karena bersumber
dari wahyu. Sementara pengobatan dari selain Nabi kebanyakannya dugaan atau
dengan pengalaman/uji coba. (Fathul Bari, 10/210)

Berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seseorang tidak boleh


bersandar semata dengan pengobatan tertentu. Dan tidak boleh meyakini bahwa
obatlah yang menyembuhkan sakitnya, tetapi kepada Dzat yang memberikan
penyakit dan menurunkan obatnya sekaligus, yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebagaimana perkataan Nabi Ibrahim Alaihissalam tentang Tuhannya: “Dan
apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (Asy-Syu’ara`: 80)

Sebenarnya juga, sudah banyak hadits tentang Thibbun Nabawi yang


menyentuh masalah herbal dengan pengobatan. Tapi, Al-Albani memasukkan
sejumlah hadits-nya ke dalam Silsilah Hadits Dha’if.

12
2.5 Pandangan Thibun Nabawi Di Era Modern
Sebagaimana sistem pengobatan modern, dalam thibbun nabawi juga dikenal
adanya tiga metode pengobatan, yakni preventif (pencegahan), spiritual, dan
kuratif (penyembuhan).
a) Preventif
Menurut Jalaluddin Al-Suyuti dalam bukunya yang bertajuk Mukhtasar al
Tibb al Nabawi, kebanyakan thibbun nabawi merupakan pencegahan. Ia
menguraikan langkah medis preventif, seperti makanan dan olahraga.Langkah
medis preventif lainnya yang dijabarkan oleh Al-Suyuti sama halnya dengan yang
diajarkan dalam hadis. Hal tersebut meliputi karantina untuk penderita wabah,
melarang urinasi pada air yang tenang atau tidak mengalir, penggunaan sikat gigi,
siwak, perlindungan rumah pada malam hari dari kebakaran dan penyakit pes,
meninggalkan sebuah negara karena keadaan air dan iklimnya, kesehatan mental
dan pernikahan,kesehatan pernikahan dan seksual, kontrol diet untuk mencegah
berat badan berlebihan, menjaga kebersihan, dan mencegah najis.

b) Spiritual
Dalam pengobatan dengan metode spiritual, Al-Suyuti menerangkan bahwa
ada aspek-aspek spiritual dari penyembuhan dan pemulihan. Misalnya, doa,
pembacaan Alquran, dan mengingat Allah sebagai satu-satunya sesembahan.
Penyakit psikosomatik dapat merespons pendekatan spiritual. Penggunaan rukyat
(surah Alfatihah, Almu'awadhatain) jatuh di antara proses penyembuhan fisik dan
spiritual. Bagian penyembuhan dari rakyat bisa dipahami dalam istilah modern
bahwa jiwa mampu mengendalikan mekanisme kekebalan tubuh untuk mencegah
penyakit.

c) Kuratif
Ibnul Qayim al Jauziyah dalam bukunya yang berjudul al Thibb al Nabawi
menyebutkan, banyak penyakit yang tindakan medisnya direkomendasikan dari
cara pengobatan Nabi SAW. Di antara penyakit-penyakit yang menurut thibbun

13
nabawi dapat diobati dengan pengobatan alami adalah demam, luka, epilepsi,
tekanan darah tinggi, iritasi kulit, erupsi kulit, radang selaput dada (pleurisy), sakit
kepala, radang tenggorokan, pembesaran jantung, radang mata, otot kaku,
keracunan makanan, diare, hidung berdarah (mimisan), sakit gigi, batuk ,keseleo,
mata merah, gigitan ular, gigitan kalajengking, pes, dan kutu kepala. Bentuk
perawatan medis untuk penyakit-penyakit tersebut, menurut Ibnu Qayyim, di
antaranya adalah melakukan diet; air dingin (untuk demam); serta mengonsumsi
madu, susu, dan urine unta serta jintan hitam (al habba al sauda).

2.6 Seorang Dokter Indonesia Yang Memilih Menjadi Praktisi Thibun


Nabawi
Awalnya Zaidul Akbar adalah seorang dokter umum, Sejak sekitar tujuh
atau delapan tahun lalu saat beliau masih menjadi dokter umum, beliau berfikir
apakah Islam tidak memiliki konsep untuk kesehatan yang murah dan mudah.
Serta keprihatinannnya terhadap masyarakat semakin meningkat. Karena
bukannya semakin mengurang, malah sebaliknya semakin banyaknya pasien yang
mengalami sakit dengan cara mengkonsumsi obat-obatan kimia yang belum tahu
bagaimana efek dari obat-obatan itu. Kemudian beliau berfikir bahwa Islam
adalah agama yang sempurna dengan segala peraturan, Al-Qur’an dan hadis yang
memberikan solusi pada kegalauan beliau ini. Kehalalan obat menurutnya sangat
penting dalam kelangsungan hidup seseorang.
Kesehatan dalam Islam menurutnya sangat low budget dan bisa diperoleh
oleh siapa saja. Perjalanannya sebagai seorang dokter membuatnya berkeyakinan
bahwa produk Allahlah yang paling baik. Kita melihat bagaimana Allah
menjelaskan bagaimana fenomena alam, dari malam, siang, dan tumbuh-
tumbuhan yang beraneka ragam. Obat-obatan itu berasal dari kunyit, tomat, dan
mudah sekali didapat dengan kebutuhan kita (Akbar, 2014). Serta melakukan
penyembuhan dengan shalat, puasa, bekam dan Infused Water juga sering
mengkonsumsi madu yang mengandung antioksidan mengandung vitamin C,
Flavonoid, Polifenol, Mangan yang melindungi hepar (Al amili, 2004).

14
Zaidul Akbar sering mengisi seminar-seminar kesehatan Islami. Dokter
umum ini kerap sering di panggil ustadz. Sebab penampilannya yang Islami,
beliau juga gemar mengisi kajian dan ceramah gaya hidup sehat yang terinspirasi
dari nabi Muhammad SAW (Akbar, 2014). Beliau juga merupakan dokter Islami
yang terkenal dan sering memberikan banyak tips mengenai kesehatan-kesehatan
yang terjadi di masyarakat. Sehingga banyaknya masyarakat Indonesia yang kini
mulai tertarik dan peduli akan kesehatan ikut senang dengan kehadirannya. Beliau
juga mengusung bahan alami untuk dikonsumsi, serta mem-branding resep
herbalnya ini dengan sebutan “Jurus Sehat Rasulullah”.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Thibbun nabawi merupakan salah satu bentuk pengobatan komplementer
dan alternatif. Pengobatan komplementer atau alternatif adalah kumpulan praktik
pelayanan kesehatan yang bukan merupakan bagian dari tradisi negara tersebut
atau pengobatan konvensional dan tidak secara penuh diintegrasikan ke dalam
sistem pelayanan kesehatan dominan (Muntaziroh, 2018).
Mahalnya biaya pengobatan konvensional, kebiasaan akan segala sesuatu
yang praktis, dampak berbahaya dari bahan kimia yang terkandung dalam
obatobatan pengobatan modern sampai kebiasaan mengonsumsi obat
sembarangan yang menyebabkan resistensi terhadap obat menjadi alasan
munculnya trend metode pengobatan Nabi Muhammad SAW.

3.2 Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca memahami tentang pengobatan yang
dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW yang jelas-jelas terbukti efektif dan
terbukti khasiatnya dapat menyembuhkan segala penyakit. Selain dapat
menyembuhkan penyakit metode ini juga bisa menambah rasa cinta kita kepada
Nabi Muhammad SAW.

16
DAFTAR PUSTAKA

IsmailSA,Hakim Saifudin.2020.Thibun Nabawi Tijauan Syari’at dan


Medis.Depok: Gema Insani

https://www.avesiar.com/2021/10/14/apa-itu-thibbun-nabawi-pengertian-dan-
macamnya/

http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Pengobatan-Cara-Nabi_109051_p2k-
unkris.html

http://digilib.uinsgd.ac.id/33573/3/3_BAB%20I.pdf

https://m.republika.co.id/berita/pfyq8h313/mengenal-sistem-pengobatan-dalam-
islam#:~:text=Di%20antara%20penyakit%2Dpenyakit%20yang,%2C%20keracun
an%20makanan%2C%20diare%2C%20hidung

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sanadmedia.c
om/post/syekh-yusri-jelaskan-praktik-thibbun-nabawi-di-zaman-
sekarang&ved=2ahUKEwiKocmfpID9AhWBS2wGHYQjAwMQFnoECA0QAQ
&usg=AOvVaw0ceH53QaBnehG_8onn60S_

https://www-nu-or-
id.cdn.ampproject.org/v/s/www.nu.or.id/amp/kesehatan/hippocrates-bapak-
kedokteran-dalam-pandangan-ulama-klasik-
rx4Kq?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16756678992242&referrer=https%3A%
2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.nu.or.id%2Fkeseh
atan%2Fhippocrates-bapak-kedokteran-dalam-pandangan-ulama-klasik-rx4Kq

https://muslimafiyah.com/thibun-nabawi-syarat-syarat-pengobatan.html

journal.iainkudus.ac.id/index.php/Hermeneutik
DOI:10.21043/hermeneutik.v15i1.9939

17

Anda mungkin juga menyukai