Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKIKAT PUASA DAN HUKUM SUNTIK SAAT PUASA

GURU PEMBIMBING
Anni Annisak, M.Ag

DISUSUN OLEH
Firda Pramudhi Yana (722621735)
Fijjriya Maulina Ananta (722621738)
Della Asmiliyah Asri (722621739)

S1 KEPERAWATAN (2022B)
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Agama ini dengan baik dan
tepat waktu. Seperti yang kita tahu “Hakikat Puasa dan Hukum Suntik saat Puasa” itu penting
untuk kita ketahui, khususnya bagi kita yang beragama Islam. Semuanya perlu dibahas pada
makalah ini kenapa Hakikat Puasa dan Hukum Suntik saat Puasa itu sangat perlu diketahui
dan dibahas secara menyeluruh.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Hakikat Puasa dan Hukum
Suntik saat Puasa. Harapan saya semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, supaya saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh sebab itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Sumenep, 30 September 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5

1.3 Tujuan.................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

2.1 Hakikat Shaum (Puasa)......................................................................................6

2.2 Hukum Suntik saat Berpuasa Menurut Islam.....................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan........................................................................................................9

3.2 Saran..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah
menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah
menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus
mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Allah ta’ala berfirman,

ً ‫ِّين َو َكانَ هَّللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِيما‬ َ ‫َّما َكانَ ُم َح َّم ٌد َأبَا َأ َح ٍد ِّمن ِّر َجالِ ُك ْم َولَ ِكن َّرس‬
Pَ ‫ُول هَّللا ِ َوخَ اتَ َم النَّبِي‬

“Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian, akan tetapi
dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.” (QS. Al Ahzab: 40)

Sebagai umat muslim, di dalam agama islam tentunya memiliki perintah/kewajiban


dan larangan yang harus dilaksanakan. Salah satunya yaitu ibadah puasa. Ketahuilah bahwa
puasa termasuk ibadah dan ketaatan yang paling utama. Banyak hadis yang membicarakan
tentang keutamaannya, juga kabar-kabar yang terdengar dari orang. Di antara keutamaan
puasa adalah Allah swt. mewajibkan dan memfardhukannya kepada seluruh umat manusia

Puasa disyariatkan Allah swt. pada dasarnya sebagai media untuk melatih diri agar
manusia memiliki kemampuan mengendalikan diri (mengendalikan hawa nafsu). Melalui
ibadah puasa manusia dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu tersebut. Dengan puasa,
manusia akan menyadari hakikat dirinya dan tanpa disadari akan mengembalikannya menjadi
manusia yang autentik (genuine). Manusia yang autentik adalah manusia yang menjunjung
fitrahnya untuk selalu berpegang pada kebenaran serta memperjuangkan kebenaran demi
kemanusiaan.

Menurut hasil penelitian, puasa dapat dijadikan salah satu media alternatif untuk
memberantas kanker. Disebutkan bahwa tidak makan selama beberapa waktu bisa membantu
melawan kanker dan meningkatkan efektivitas pengobatan. Berpuasa memperlambat
pertumbuhan, penyebaran, dan membantu menyembuhkan beberapa jenis kanker ketika

4
dikombinasikan dengan kemoterapi. Temuan ini diharapkan mampu mendorong
perkembangan pengobatan yang lebih efektif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan yang di maksud dengan hakikat puasa

2. Apa hukumnya di suntik ketika berpuasa ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan hakikat puasa

2. Untuk mengetahui hukum di suntik ketika berpuasa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Shaum (puasa)

Hakikat shaum (puasa) menurut bahasa yaitu alimsak (menahan diri), adapun
pengertian menurut syari' yaitu menahan diri dengan niat dari seluruh yang membatalkan
puasa seperti makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam
matahari. (Anas ismail Abu Dzaud, 1996: 412) Namun, secara implisit dalam puasa terdapat
dua nilai yang menjadi parameter antara sah atau rusaknya puasa seseorang.

Pertama, Nilai Formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya ditinjau
dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang telah dikatakan
berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan hubungan seksual mulai dari terbit
fajar sampai terbenam matahari. Padahal Rasulullah SAW telah memberikan warning
terhadap umat muslim melalui sebuah haditnya yang berbunyi :

"Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa lapar
dan haus saja". H.R. bukhari.

Dari hadist tersebut kita dapat mengetahui bahwa hakikat atau esensi puasa tidak
hanya menahan rasa lapar, haus dan gairah birahi saja, melainkan dalam puasa terkandung
berbagai aturan, makna dan faedah yang mesti diikuti.

Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau rusaknya puasa
seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk menjadikan manusia
bertakwa (laa'lakum tattaqun) QS. Al-Baqarah 183. Kemudian menurut nilai ini, puasa
seseorang sah dan tidak rusak apabila orang tersebut dapat mencapai kualitas ketakwaan
terhadap Allah SWT.

Maka dari itu, hakikat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah sebagaimana berikut
ini:

a. Tarbiyat aliradat (pendidikan keinginan)


b. Thariqat almalaikat
c. Tarbiyat alilahiyyat (pendidikan ketuhanan)
d. Tazkiyat annafsi (penyucian jiwa)

6
2.2 Hukum Suntik Saat Berpuasa Menurut Islam

Suntik yang kita kenal belakangan ini setidaknya sering digunakan dalam tiga hal,
mengobati, menguatkan, dan mengenyangkan.

a. Suntik pengobatan, suntik untuk pengobatan biasanya dipakai untuk menurunkan


suhu panas yang terlalu tinggi, atau menurunkan detak jantung yang terlalu tinggi, dan
seterusnya. Untuk suntik pengobatan ini para ulama fiqih sekarang sepakat bahwa ia
tidak membatalkan puasa.
b. Suntik penguatan, suntik yang sifatnya menguatkan misalnya suntik yang
mengandung vitamin-vitamin dengan macam jenisnya, yang sifatnya bisa menguatkan
atau menambah kekebalan tubuh dari berbagai penyakit. Untuk suntik yang bersifat
menguatkan ini juga para ulama tidak menganggapnya sebagai pembatal puasa.
Karena pada dasarnya kedua jenis suntikan ini tidak dimasukkan lewat bagian badan
yang terbuka (mulut misalnya). Dan suntik jenis ini juga tidak ada unsur
mengenyangkan, jadi lapar dan hausnya berpuasa masih terasa oleh mereka yang
disuntik ini.
c. Suntik yang mengenyangkan. Inilah yang menjadi perbedaan pendapat diantara ulama
itu yaitu suntik yang sifatnya mengenyangkan (taghdziyah). Biasanya suntik seperti
ini berbentuk infus, yang bermaksud memberikan ganti makanan bagi mereka yang
sakit, karena tidak ada nafsu makan sehingga fisiknya lemah. Ada dua hukum terkait
suntik jenis ini saat berpuasa, yaitu :
- Pertama, puasa batal. Sebagian ulama berpandangan bahwa yang seperti ini
membatalkan puasa. Karena suntik seperti ini memberikan makan untuk tubuh,
dan tubuh merasakan manfaatnya. Sehingga aktivitas puasa menahan lapar dan
haus itu sudah tidak ada, karena tubuh merasakan manfaat dari suntikan infus ini.
Mereka mengqiyas bahwa makan lewat mulut membatalkan puasa dengan nash
dan ijmak, maka makan dengan suntikan juga batal. Karena tidak ada beda antara
keduanya. Suntik jenis ketiga ini juga maksudnya adalah memberikan tubuh
makan.
- Kedua, tidak membatalkan puasa, namun sebagian ulama lainnya berpandangan
suntik jenis ketiga ini juga membatalkan puasa. Karena dalam fikih bahwa
makanan masuk juga menjadi penentu apakah membatalkan puasa atau tidak.
Jalur yang dimaksud adalah jalur tubuh yang berbuka (mulut, dan hidung
misalnya). Dan suntik tidak melalui jalur itu. Karena itulah, bagi pendapat ini

7
suntik jenis ketiga yang maksudnya adalah memberi makan tubuh juga tidak
membatalkan. Dari sisi lainnya juga ternyata infus ini tidak menghilangkan lapar
dan haus. Karena ia tidak masuk ke lambung, dan karena ia juga tidak melewati
tenggorokan, sehingga tidak juga membuat pasien merasa hilang rasa hausnya.
Memang benar ada efek sedikit segar yang dirasa oleh tubuh, namun efek
segarnya ini tidak serta merta membuat puasa kita batal. Karena efek segar bisa
didapat dari yang lainnya juga, mandi misalnya. Ketika badan lemah disiang hari
karena cuaca sangat panas, lalu kemudian kita mandi dengan air dingin, sudah
bisa dipastikan bahwa tubuh akan lebih segar ketimbang sebelumnya. Dan efek
segar yang didapat dari mandi ini tidak membatalkan puasa. Begitu juga dengan
efek segar yang didapat setelah tidur siang. Setelah tubuh ini kecapean dari
akvitas siang, lalu dengan sengaja tubuh ini kita ajak istirahat, maka biasanya efek
segar itu akan didapat setelah kita bangun dari tidur, dan itu juga tidak
membatalkan puasa.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi Hakikat puasa yaitu menahan diri dengan niat dari seluruh yang
membatalkan puasa seperti makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbit fajar
sampai dengan terbenam matahari. Hakikat puasa juga mencangkup kewajiban
seorang muslim yang harus dijalankan ketika sedang berpuasa supaya puasa yang
dilakukan mendapat pahala dari Allah SWT. Hukum disuntik ketika berpuasa
tergantung dengan jenis suntikan yang akan disuntikan.

3.2 Saran
Ketika berpuasa wajib (bulan ramadhan) kita harus memperhatikan jenis- jenis
suntikan yang akan dilakukan pada tubuh kita sebagai seorang muslim. Ketika
suntikan tersebut menurut agama islam merupakan jenis suntikan yang boleh di
lakukan dan tidak membatalkan puasa maka hal tersebut tidak apa-apa. Dan jika
dalam keadaan darurat harus dilakukan jenis suntikan yang dapat membatalkan puasa
maka orang tersebut wajib menggantinya ketika keadaannya sehat. Namun ketika
berpuasa sunnah dan ingin di suntik, sebaiknya dilakukan di hari ketika tidak sedang
berpuasa.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.republika.co.id/berita/r9v8mb320/ragam-obat-suntik-termasuk-infus-apakah-
membatalkan-puasa
https://www.pasuruankab.go.id/berita-1220-hakikat-puasa.html
https://www.liputan6.com/islami/read/4930432/ayat-al-quran-tentang-kewajiban-berpuasa-
begini-arti-dan-tafsirnya
https://muslim.or.id/626-agama-islam.html
https://muslim.or.id/626-agama-islam.html
http://digilib.iain-jember.ac.id/69/4/7.%20Bab%20I.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai