Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

PUASA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

FIQIH 1

Dosen Pengampu:

MOH. IRFAN, S.PD, M.HI.

Disusun Oleh :

Nunuk Kristianah 202004010008


Siti Imrohah 202004010017
Umi Nadhifah 202004010011

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS DARUL ULUM Jl. Gus Dur No. 29 A
JOMBANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puja serta puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah


swt yang telah memberikan taufiq, hidayah serta inayahnya sehingga kami
dapat menggerakkan tangan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Fiqih 1” yang berupa sebuah tulisan makalah yang membahas tentang
“Puasa Wajib dan Puasa Sunnah” .

Salawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kejahilan ke alam yang
penuh pengatahuan dan dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang.
Dan saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya
umumnya dan penulis khususnya.

Kemudian dengan hati yang lapang kami menerima kritik atau pun
saran jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam makalah ini guna untuk
melengkapi dan membenarkan kekeliruan tersebut.

Jombang, 15 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii

BAB II PENDAHULUAN.......................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................
3

BAB I PEMBAHASAN............................................................................................

A. Apa pengertian dari Puasa .............................................................................


4
B. Syarat dan Rukun Puasa ................................................................................
4
C. Waktu-waktu Yang diharamkan Puasa .........................................................
6
D. Orang-orang yang diperbolehkan tidak berpuasa ..........................................
6
E. Hal-hal yang disunnahkan pada saat berpuasa .............................................
6
F. Hal-hal yang membatalkan puasa .................................................................
7
G. Bentuk Puasa .................................................................................................
8

3
H. Macam-macam Puasa ...................................................................................
9
I. Pendapat Ulama Keabsahannya ....................................................................
12
J. Aplikasi Puasa ...............................................................................................
16
K. Dalil-dalil Al-Quran dan Hadist ………………………………………........
29

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
37
B. Saran...............................................................................................................
39

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya dilakukan
oleh umat sekarang tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.
Bagi orang yang beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting
untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan
dosa-dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah
telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal
ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat
menjaga manusia dari bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang
bersemayam dalam diri manusia akan terkekang sehingga manusia tidak lagi
menjadi budak nafsu tetapi manusia akan menjadi majikannya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala
sesuatu yang diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti demi kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati
lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa
tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri. Barang
siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan maka akan
diberi ganjaran yang besar oleh allah.
Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu
maupun masyarakat dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan
puasa seperti halnya mengenai kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam
menjalankan puasa secara tidak langsung telah diajarkan perilaku-perilaku
yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan mempunyai
tingkah laku yang baik.
Puasa Ramadhan adalah kewajiban sakral dan ibadah Islam yang
bersifat syiar yang besar, juga salah satu rukun Islam praktis yang lima, yang

1
menjadi pilar agama.1 Puasa merupakan ibadah agung yang hanya Allah SWT
saja yang mengetahui seberapa besar pahalanya. Seorang yang berpuasa juga
akan mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh selain mereka,
yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu
dengan Rabbnya.
Aktifitas puasa adalah mengendalikan bagian-bagian dari dalam fisik
untuk melakukan pengendapan, sublimasi, diam, tunduk, memasuki ’kosong’,
agar berjumpa dengan ’isi yang sejati’.2 Usus bermeditasi, urat syaraf meraba
bagian dirinya yang terlambat, perut bersabar, keseluruhan organ tubuh juga
ruhani mengerjakan proses peragian.Puasa merupakan rukun Islam yang
ketiga. Puasa berarti menahan diri dengan niat beribadah dari makan minum,
hawa nafsu dan dari segala perbuatan yang membatalkannya, dari terbit fajar
sampai tenggelamnya matahari. Sebagai seorang muslim, sudah menjadi
suatu kewajiban untuk menjalankan perintah dan larangan Allah SWT.
Tentunya kita sebagai umat muslim juga ikut melaksanakan ibadah ini,
namun akan terasa rugi jika hanya puasa dan tidak mendapatkan apa- apa
melainkan hanya lapar. Oleh karena itu dimakalah ini kami akan membahas
mengenai materi puasa mulai definisi, dasar hukum, syarat-syarat, rukun dan
lain sebagainnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan puasa?
2. Apa saja syarat dan rukun puasa?
3. Kapan saja waktu yang diharamkan untuk berpuasa?
4. Siapa saja yang diperbolehkan tidak berpuasa ?
5. Apa saja hal-hal yang disunnahkan pada saat berpuasa ?
6. Apa saja Hal-hal yang membatalkan puasa ?

1
Yusuf Qardhawi, Fiqih Puasa, Terjemahan Ma‟ruf Abdul Jalil, dari judul asli Fiqh
Ash-Shiam, (Surakarta : Era Intermedia, 2000).

2
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, Terjemahan Fathul Mu‟in,
diterjemah oleh Bahrun Abu Bakar, dari judul asli Fathul Mu‟in, (Bandung: Algensindo, 2014).

2
7. Apa saja bentuk Puasa ?
8. Apa saja macam-macam Puasa ?
9. Bagaimana Pendapat Ulama tentang Puasa dan Keabsahannya ?
10. Bagaimana Aplikasi Puasa pada masa sekarang?
11. Dalil apa saja yang mendasari Puasa?

C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan diantaranya :
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan puasa
2. Mengetahui Apa saja syarat dan rukun puasa
3. Mengetahui Kapan saja waktu yang diharamkan untuk berpuasa
4. Mengetahui Siapa saja yang diperbolehkan tidak berpuasa
5. Mengetahui Apa saja hal-hal yang disunnahkan pada saat berpuasa
6. Mengetahui Apa saja Hal-hal yang membatalkan puasa
7. Mengetahui Apa saja bentuk Puasa
8. Mengetahui Apa saja macam-macam Puasa
9. Mengetahui Bagaimana Pendapat Ulama tentang Puasa dan
Keabsahannya
10. Mengetahui Bagaimana Aplikasi Puasa pada masa sekarang
11. Mengetahui Dalil apa saja yang mendasari Puasa

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Puasa
Puasa (shaum), menurut bahasa, berarti manahan diri. Adapun menurut
Terminologi yaitu menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai
niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga
terbenam matahari dengan niat dan syarat- syarat tertentu.3

Adapun menurut syarak (syara’), puasa berarti menahan diri dari


hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang
bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar sampai terbenam
matahari.
Dengan kata lain, puasa menurut istilah adalah menahan diri dari
perbuatan (fi’li) yang berupa dua macam syahwat (syahwat perut dan syahwat
kemaluan serta menahan diri dari segala sesuatu agar tidak masuk perut,
seperti obat atau sejenisnya. Hal itu dilakukan pada waktu yang telah
ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari, oleh orang
tertentu yang berhak melakukannya, yaitu orang Muslim, berakal, tidak
sedang haid, dan tidak sedang nifas. Puasa harus dilakukan dengan niat,
yakni, bertekad dalam hati untuk mewujudkan perbuatan itu secara pasti,
tidak ragu-ragu. Tujuan niat adalah membedakan antara perbuatan ibadah dan
perbuatan yang telah menjadi kebiasaan.

2. Syarat dan rukun puasa?


1. Syarat Wajib Puasa
a. Beragama Islam
b. Berakal
Orang gila, pingsan dan tidak sadarkan diri karena mabuk, maka
tidak wajib puasa.
3
Misbakhul Munir, S.Ag dkk., Minhaju ath-Thullab Fi al Ibadah (Salatiga: Man Salatiga, 2014),
hlm.104.

4
Jika seseorang hilang kesadaran ketika puasa, maka puasanya tidak
sah. Namun jika hilang kesadaran lalu sadar di siang hari dan ia
dapati waktu siang tersebut walau hanya sekejap, maka puasanya
sah. Kecuali jika ia tidak sadarkan diri pada seluruh siang (mulai dari
shubuh hingga tenggelam matahari), maka puasanya tidak sah.
c. Baligh (umur 15 tahun keatas)
1) Tanda-tanda Baligh untuk laki-laki :
a) Ihtilam (Keluar mani ketika sadar atau tertidur)
b) Tumbuhnya bulu kemaluan. Namun ulama Syafi’iyah
menganggap tanda ini adalah khusus untuk anak orang yang
tidak diketahui keislamannya, bukan tanda pada muslim dan
muslimah
2) Tanda-tanda Baligh untun wanita :
a) Datangnya Haidh
b) Hamil
Jika tanda-tanda diatas tidak didapati, maka dipakai patokan umur.
Menurut ulama Syafi’iyah, patokan umur yang dikatakan baligh
adalah 15 tahun.4
d. Mampu melaksanakan puasa, bagi orang yang tidak mampu seperti
sakit, dalam bepergian atau orang tua yang sudah tidak mampu untuk
berpuasa, maka mereka boleh tidak berpuasa dan wajib
mengqodhonya setelah selesai bulan Ramadhan5
2. Syarat Sah Puasa
a. Beragama Islam
b. Mumayiz (dapat membedakan hal yang baik dengan yang tidak baik)
Yaitu bisa mengenal manfaat dan madhorotnya(bahaya) setelah
dikenalkan sebelumnya.
c. Suci dari hadas besar maupun hadas kecil
d. Pada waktu yang diperbolehkan untuk puasa
3. Rukun Puasa
4
Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc., “ Fikih Puasa”diakses dari https://muslim.or.id/16739-
fikih-puasa-1-syarat-wajib-puasa.html padaSenin, 9 Oktober 2017 pukul 21:40 WIB.
5
Tim MGMP Fiqih, Fiqih Kelas VIII (Ungaran Timur: KKM 2 Tsanawiyah Kab. Semarang,
2012),hlm.10.

5
a. Niat
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai
tenggelam matahari.

3. Waktu yang diharamkan untuk berpuasa?


Terdapat waktu-waktu yang diharamkan berpuasa yaitu :
1. Berpuasa pada hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)
2. Berpuasa hari Raya Idul Adha ( 10 Dzulhijjah)
3. Berpuasa di hari tasyrik (11,12 dan 13 Dzulhijjah)
4. Puasa Wishol (terus – menerus) sepanjang masa

4. Yang diperbolehkan tidak berpuasa ?


 Orang yang sakit apabila tidak kuat berpuasa atau apabila berpuasa
sakitnya bertambah atau memperlambat kesembuhan. Kalau sudah sembuh
maka berkewajiban menggantikan puasa sejumlah hari yang ditinggalkan.
 Orang yang dalam perjalanan jauh (80 Km) tetapi ia berkewajiban
menggantikan puasa sejumlah hari yang ditinggalkan.
 Orang yang sudah tua atau lemah fisiknya tapi ia wajib membayar fidyah
setiap hari ¾ beras atau memberi makan yang biasa ia makan pada fakir
miskin.
 Orang hamil dan menyusui wajib mengqadha atau membayar fidyah.
 Orang yang sedang haid wajib mengqadha

5. Hal-hal yang disunnahkan pada saat berpuasa ?


1. Menyegerakan berbuka puasa, yaitu berbuka pada saat diketahui secara
pasti bahwa matahari sudah tenggelam.
Sahl bin Sa’d meriwayatkan, “Orang-orang (yang berpuasa) akan
senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Berbuka dengan kurma ruthab atau kurma tamar, atau air. Yang paling
Afdhal dari tiga makanan itu adalah yang pertama, yang paling akhir

6
adalah yang paling rendah keutamaanya, yakni air. Disunnahkan untuk
berbuka puasa dengan makanan yang ganjil jumlahnya.
3. Berdoa ketika berbuka puasa
4. Sahur, yakni makan dan minum diwaktunya, yakni di akhir malam
dengan niat untuk berpuasa. Mengakhirkan sahur sampai bagian akhir
dari waktu malam
5. Bersiwak
Orang yang berpuasa disunnahkan bersiwak di tengah- tengah puasanya,
baik pada waktu siang maupun malam hari
6. Memperbanyak sedekah
7. Shalat Lail
Pada malam bulan Ramadhan kita disunnahkan mengerjakan shalat lail
yaitu shalat tarawih atau shalat malam6

6. Hal-hal yang membatalkan puasa


1. Masuknya cairan ke rongga perut melalui hidung seperti obat hirup, atau
yang masuk melalui mata atau telinga seperti obat tetes mata atau obat
tetes telinga, dan yang masuk melalui dubur atau kemaluan seperti injeksi
2. Adanya air yang masuk ke rongga perut karena terlalu bersungguh –
sungguh didalam berkumur dan memasukkan air ke hidung baik pada
waktu berwudhu maupun pada waktu lainnya
3. Keluarnya mani karena terus menerus melihat isterinya, atau terus
menerus mengangankan persetubuhan atau karena mencium isteri atau
karena bersentuhan badan dengan isteri
4. Memuntah – muntahkan dengan sengaja
5. Orang yang makan dan minum karena menyangka masih berada diwaktu
malam, kemudian dia mengetahui bahwa ternyata saat itu sudah terbit
fajar
6. Orang yang makan dan minum karena menyangka sudah masuk waktu
malam hari, lalu dia mendapatkan kepastian bahwa saat itu masih siang

6
Abu Bakar J. Al-jaizairi, op.cit., hlm.313.

7
7. Orang yang makan atau minum karena lupa, kemudian di tidak
menghentikannya ketika ingat.
8. Masuknya sesuatu yang bukan makanan dan bukan minuman ke rongga
perut melalui mulut, seperti menelan permata atau jarum.
9. Tidak berniat untuk puasa, walaupun dia tidak makan atau minum
10. Murtad atau keluar dari agama islam
11. Haid dan Nifas, meski sesaat sebelum matahari terbenam
12. Hilang akal seperti gila atau ayan

7. Bentuk Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum
muslimin di seluruh dunia. Allah SWT telah mewajibkannya kepada kaum
yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad
SAW. Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap
umat-umat terdahulu.
Ada empat bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu :
1. Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud
menambah pahala. Misalnya puasanya para pendeta.
2. Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah
dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 26, yang artinya :
Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia, maka katakanlah,
sesungguhnya aku bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah,
maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.
(Q.S. Maryam : 26)
3. Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang
dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-
puasa lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan
oleh masingmasing kaum tersebut.
4. Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia
mempunyai aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum
sebelumnya baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan. Tidak terlalu
ketat sehingga memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar

8
sehingga mengabaikan aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan
keluwesan Islam.

8. Macam-macam Puasa
Di dalam Alquran telah dijelaskan secara detail mengenai ketentuan
kewajiban puasa. Seperti yang termaktub dalam Alquran surat Albaqarah ayat
183-187.
1. Puasa Wajib
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan yaitu puasa yang wajib dilakukan pada bulan
Ramadhan

‫ُبِنَي اإلْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس َش َهاَد ِة َأْن َالِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسْو ُل ِهللا‬
‫َو ِإَقاِم الَّص َالِة َو ِإْيَتاِء الَّز َك اِة َو َح ِّج اْلَبْيِت َو َص ْو ِم َر َم َض اَن‬

Artinya :

“Islam dibangun atas lima pekara. (1) Persaksian bahwa tiada


Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah, (2) mendirikan
shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan
(5) berpuasa Ramadhan”. (HR Bukhari dan Muslim).

Bukhari berkata, Diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Barang siapa


yang berbuka pada satu hari dari bukan Ramadhan tanpa ada udzur
atau sakit maka puasanya tidak akan dapat dibayar walaupun ia
berpuasa sepanjang masa”.

b. Puasa Nadzar
Nadzar adalah janji tentang kebaikan yang asalnya tidak wajib
menurut syara’, setelah dinadzarkan menjadi wajib. Puasa Nadzar
berarti puasa yang dijanjikan untuk dikerjakan, yang asalnya tidak
wajib, setelah dinadzarkan menjadi wajib. Jadi puasa nadzar itu
hukumnya wajib.
Firman Allah SWT yang berbunyi :

9
‫ُيوُفوَن ِبالَّنْذ ِر َو َيَخاُفوَن َيْو ًم ا َك اَن َش ُّر ُه ُم ْسَتِط يًرا‬
Artinya : “Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari
yang azabnya merata di mana-mana” (QS. al-Insaan [76]:7)
Contoh yang wajib berpuasa karena nadzar :
1) Karena mendapat nikmat atau terhindar dari musibah, seperti
ucapan : “Jika saya lulus ujian, maka saya akan puasa selama 3
hari, atau jika penyakitku sembuh, aku akan berpuasa 5 hari”.
2) Mewajibkan puasa dengan tidak ada sesabnya, tetapi bernadzar
akan puasa misalnya : “Karena Allah saya akan berpuasa bulan
ini selama 7 hari”7

c. Puasa Kafarat
Puasa Kafarat yaitu puasa yang harus dilaksanakan karena melanggar
larangan Allah atau melanggar janji.
Sebagaimana Firman Allah SWT pada QS. Al-Maidah ayat 95

.... ‫َأْم ِر ِه‬ ‫َأْو َك َّفاَر ٌة َطَع اُم َم َس اِكيَن َأو َع ْد ُل َذ ِلَك ِص َياًم ا ِّلَيُذ وَق َو َباَل‬....
Artinya:
.... atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-
orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang di
keluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari
perbuatannya....

2. Puasa Sunnah
Beberapa puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilaksanakan bagi
seorang muslim, yaitu :
a. Puasa 6 hari dalam bulan syawal
b. Puasa ‘Arafah yaitu puasa pada tanggal 9/12 Dzulhijjah, kecuali
orang yang sedang ibadah haji

7
Misbakhul Munir, S.Ag dkk.,op.cit. hlm.105.

10
Abu Qatadah meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “ Puasa pada
hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa selama 2 tahun yang akan
datang. Dan puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa setahun
yang telah berlalu”. (HR. Al Jama’ah selain Bukhari dan Tirmidzi)
c. Puasa ‘Asyura dan Tasu’a yaitu puasa pada tanggal 10 dan 9
Muharram
d. Puasa Sya’ban yaitu berpuasa pada bulan Sya’ban
Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Aisyah
meriwayatkan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa
sebulan penuh selain dibulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah
melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
e. Puasa pada hari Senin dan Kamis
Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW sering
berpuasa pada hari Senin dan Kamis, Ketika ditanya mengenai hal
itu beliau menjawab, “Amalan (anak Adam) diserahkan kepada
Allah setiap hari Senin dan Kamis, Dia pun mengampuni setiap
orang yang berserah diri dan beriman kecuali mereka yang
berbuat dosa secara terang-terangan”. (HR. Ahmad dengan sanad
yang Shahih)
f. Puasa pada setiap pertengahan bulan Qomariyah yaitu tanggal
13,14, dan 15
g. Puasa daud yaitu berpuasa sehari tidak dan tidak berpuasa sehari
Abdullah bin Umar meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda,
“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasanya Nabi
Dawud. Dan shalat (sunnah) yang paling disukai oleh Allah
adalah shalat (sunnahnya) Nabi Dawud ia tidur di setengah malam
(pertama), shalat di sepertiga malam,dan tidur (lagi) di seperenam
malamnya. Ia puasa sehari dan tidak puasa sehari”. (HR. Ahmad
dan Ibnu Majjah)
3. Puasa Makruh

11
Puasa Makruh yaitu puasa yang apabila ditinggalkan lebih baik dan
utama.
a. Puasa Arafah bagi orang yang sedang melakukan wukuf disana,
karena Nabi Muhammad SAW melarang puasa Arafah bagi siap
saja yang sedang berada di Arafah
b. Puasa yang dikhususkan pada hari Jum’at saja
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hari Jum’at adalah
hari raya kalian maka janganlah kalian berpuasa pada hari itu
kecuali bila kalian juga berpuasa sehari sebelumnya atau sehari
sesudahnya”
c. Puasa yang dikhususkan pada hari sabtu saja
d. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian berpuasa pada
hari sabtu kecuali puasa yang diwajibkan Allah atas kalian. Jika
salah seorang diantara kalian tidak mendapatkan makanan
kecuali kulit pohon kurma atau kayu pohon maka hendaklah dia
menggigitnya”8

4. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang tidak boleh dikerjakan oleh umat
muslim.hari-hari
 Puasa pada Hari-Hari Tertentu
Ada hari-hari yang Alloh haramkan untuk kita berpuasa. Yaitu pada
dua hari raya dan hari tasyrik.
 Puasa Terus Menerus
Puasa yang terus menerus tidak berbuka dan melanjutkan puasa pada
esok hari.
 Puasa Wanita Haid atau Nifas
 Puasa Sunnah Istri Tanpa Izin Suami

9. Pendapat Ulama tentang Puasa dan Keabsahannya ?

8
Abu Bakar J. Al-jaizairi, Fiqih Ibadah (Surakarta :Media Insani,2006),hlm.295.

12
Niat secara bahasa berarti menyengaja. Secara istilah, Imam Mawardi dalam
kitab Al-Mantsur fil Qawa’id mengatakan, niat adalah bermaksud melakukan
sesuatu disertai pelaksanaannya. Sedangkan Imam Nawawi dalam kitab Al-
Majmu’ mengartikannya sebagai “tekad hati untuk melakukan amalan fardhu
atau yang lain.”

Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali menyebutkan bahwa fungsi niat adalah


untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, atau
membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan. Di samping itu,
untukmembedakan tujuan seseorang dalam beribadah; apakah seorang
beribadah karena mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala ataukah ia
beribadah karena selain Allah, seperti mengharapkan pujian manusia. (Lihat:
Ahmad Ibnu Rajab al-Hambali, Jami’ul-‘Ulum wal Hikam, Beirut: Darul
Ma’rifah, 1408 H. , Halaman 67).

Para ulama sepakat bahwa niat merupakan syarat sah (rukun) ibadah,
termasuk puasa. Artinya, sebuah ibadah tidak dianggap sah dan berpahala
manakala tidak disertai niat. Karenanya, para ulama memberikan perhatian
cukup besar terhadap perkara niat ini. Bahkan, Imam Syafi’i, Ahmad, Ibnu
Mahdi, Ibnu al-Madini, Abu Dawud dan al-Daruquthni menuturkan bahwa
niat merupakan sepertiga ilmu.

Terkait niat puasa, ada dua permasalahan yang sering diperbincangkan oleh
para ulama, yaitu waktu pelaksanaan niat dan hukum memperbaharui niat.
Berkenaan dengan waktu pelaksanaan niat, imam madzhab empat sepakat
bahwa puasa yang menjadi tanggungan seseorang, seperti puasa nazar, puasa
qadha’, dan puasa kafarah, niatnya harus dilaksanakan pada malam hari
sebelum fajar. Kemudian imam madzhab – selain Malik – juga sepakat bahwa
niat puasa sunnah tidak harus dilaksanakan pada malam hari.

Adapun puasa Ramadhan, para ulama berbeda pendapat tentang waktu


niatnya. Pertama, Imam Syafi’i, Malik, Ahmad bin Hambal dan para
pengikutnya menyatakan bahwa niat puasa harus dilakukan di malam hari,
yaitu antara terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Jika niat

13
dilaksanakan di luar waktu tersebut, maka hukumnya tidak sah. Akibatnya,
puasa pun juga tidak sah. Mereka berpegangan pada haditsriwayat Hafshah,
bahwa Nabi shallallahu ala’ihi wasallam bersabda:

‫َم ْن َلْم ُيَبِّيْت الِّص َياَم َقْبَل اْلَفْج ِر َفاَل ِص َياَم َلُه‬

Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada
puasa baginya. (HR. Baihaqi dan Daruquthni).

Hadits di atas secara jelas menegaskan ketidakabsahan puasa bagi orang yang
tidak berniat di malam hari.

Di samping hadits, mereka juga berpedoman pada qiyas (analogi). Mereka


mengqiyaskan puasa Ramadhan dengan puasa nazar, kafarah, dan qadha’, di
mana keduanya sama-sama wajib. Jika niat puasa nazar, kafarah, dan qadha’
harus dilakukan di malam hari, begitu juga niat puasa Ramadhan.

Kedua, Abu Hanifah dan para pengikutnya mengatakan bahwa niat puasa
dapat dilakukan mulai terbenamnya matahari sampai pertengahan siang.
Artinya, tidak wajib melakukan niat di malam hari. Mereka berpedoman pada
firman Allah subhanahu wa ta’ala surat al-Baqarah ayat 187:

‫ُأِح َّل َلُك ْم َلْيَلَة الِّص َياِم الَّر َفُث ِإَلى ِنَس اِئُك ْم ُهَّن ِلَباٌس َلُك ْم َو َأْنُتْم ِلَباٌس َلُهَّن َع ِلَم‬
‫ُهَّللا َأَّنُك ْم ُكْنُتْم َتْخ َتاُنوَن َأْنُفَس ُك ْم َفَتاَب َع َلْيُك ْم َو َع َفا َع ْنُك ْم َفاآْل َن َباِش ُروُهَّن َو اْبَتُغ وا‬
‫َم ا َكَتَب ُهَّللا َلُك ْم َو ُك ُلوا َو اْش َر ُبوا َح َّتى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْيُط اَأْلْبَيُض ِم َن اْلَخْيِط‬
‫اَأْلْس َو ِد ِم َن اْلَفْج ِر ُثَّم َأِتُّم وا الِّص َياَم ِإَلى الَّلْيِل‬
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-
istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari

14
benang hitam, Yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam. (Al-Baqarah: 187).

Pada ayat tersebut, Allah memperbolehkan kaum Mukminin untuk makan,


minum, dan bersenggama pada malam bulan Ramadhan sampai terbit fajar.
Lalu setelah terbit fajar, Allah memerintahkannya berpuasa, dimulai dengan
niat terlebih dahulu. Dengan demikian, niat puasa tersebut terjadi setelah
terbit fajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa niat puasa boleh dilakukan
setelah terbit fajar, tidak harus di malam hari.

Mereka juga berpegangan pada hadits Nabi shallallahu ala’ihi wasallam:

‫ َبَع َث َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه‬: ‫ َأَّنُه َقاَل‬،‫َع ْن َس َلَم َة ْبِن اَأْلْك َو ِع َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه‬
‫ َم ْن َك اَن َلْم‬:‫ َفَأَم َرُه َأْن ُيَؤ ِّذ َن ِفي الَّناِس‬، ‫َو َس َّلَم َر ُج اًل ِم ْن َأْس َلَم َيْو َم َعاُش وَر اَء‬
‫ َو َم ْن َك اَن َأَك َل َفْلُيِتَّم ِص َياَم ُه ِإَلى الَّلْيِل‬، ‫َيُص ْم َفْلَيُص ْم‬
Dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: (Pada hari
‘Asyura, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki
dari suku Aslam’ agar memberitahukan kepada orang-orang bahwa siapa saja
yang tidak berpuasa maka hendaklah ia berpuasa, dan siapa saja yang telah
makan, hendaklah ia menyempurnakan puasanya sampai malam). (HR.
Muslim, No. 1136).

Pada hadits di atas, Nabi shallallahu ala’ihi wasallam menganggap puasa


orang yang tidak melakukan niat di malam hari Asyura’ hukumnya tetap sah.
Padahal, saat itu puasa Asyura’ hukumnya wajib. Dengan demikian dapat
difahami bahwa niat puasa wajib tidak harus dilakukan di malam hari.

Adapun permasalahan kedua, yaitu hukum memperbaharui niat puasa


Ramadhan, para ulama juga berbeda pendapat. Kelompok pertama yang
terdiri dari imam Hanafi, Syafi’i, dan Hambali mewajibkan untuk
memperbaharui atau melakukan niat puasa setiap hari. Mereka berargumen
bahwa hari-hari dalam bulan Ramadhan itu bersifat independen dan tidak
saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Batalnya satu hari puasa tidak

15
berpengaruh pada batalnya hari yang lain. Karenanya, setiap akan memasuki
hari baru diperlukan niat baru.

Sementara kelompok kedua yang terdiri dari imam Malik dan para
pengikutnya tidak mensyaratkan pengulangan niat setiap hari. Bagi mereka,
niat puasa Ramadhan cukup dilakukan di malam hari pertama bulan
Ramadhan. Mereka beralasan, puasa Ramadhan wajib dilaksanakan secara
terus menerus, sehingga hukumnya sama seperti satu ibadah. Dansatu ibadah
hanya membutuhkan satu niat. (Lihat: Muhammad Ramadhan al-Buthi,
Muhadharat fil Fiqhil Muqaran, Damaskus: Darul Fikr, 1981, halaman 28-
34).

Untuk keperluan berhati-hati dalam beribadah, tidak ada salahnya


mengamalkan kedua pendapat di atas sekaligus, yaitu mengamalkan pendapat
imam Malik dengan berniat untuk puasa sebulan penuh, dan mengamalkan
pendapat mayoritas ulama dengan memperbaharui niat setiap malam. Berniat
untuk puasa sebulan penuh dimaksudkan untuk berjaga-jaga agar puasa tetap
sah ketika suatu saat lupa tidak niat. Di dalam kitab Hasyiyata Qalyubi Wa
Umairah, juz 2, halaman 52, disebutkan:

‫َو ُيْنَدُب َأْن َيْنِو َي َأَّو َل َلْيَلٍة َص ْو َم َشْهِر َر َم َض اَن َأْو َص ْو َم َر َم َض اَن ُك َّلُه ِلَيْنَفَع ُه‬
، ‫َتْقِليُد اِإْلَم اِم َم اِلٍك ِفي َيْو ٍم َنِس َي الِّنَّيَة ِفيِه َم َثاًل َأِلَّنَها ِع ْنَد ُه َتْك ِفي ِلَجِم يِع الَّش ْهِر‬
‫َو ِع ْنَدَنا ِلَّلْيَلِة اُأْلوَلى َفَقْط‬.

“Dan pada malam pertama, disunnahkan bagi seseorang untuk niat puasa
bulan Ramadhan atau puasa Ramadhan seluruhnya, agar dapat mengambil
manfaat dari bertaqlid pada Imam Malik terkait kekhawatiran lupa tidak
melakukan niat pada suatu malam. Sebab menurutnya, niat itu sudah
mencukupi selama sebulan. Sedangkan menurut pandangan mazhab kami,
yang demikian itu hanya cukup untuk malam pertama saja”.

Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu


neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam
yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh

16
kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.” (HR.
Nasa’I dan Ahmad).

10. Aplikasi Puasa pada masa sekarang


Dalam puasa terdapat banyak sekali hikmah ataupun nilai-nilai yang dapat
kita ambil sebagai pembelajaran kita dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
nilai-nilai yang dapat kita ambil antara lain : berikut ini beberapa nilai
pendidikan dalam ibadah puasa Ramadhan ditinjau dari aspek jasmani,
1. Puasa Memberikan Istirahat kepada Alat Pencernaan

Puasa memberikan pelajaran kepada manusia untuk senantiasa

mengistirahatkan alat percernaan. Karena alat pencernaan pun

membutuhkan waktu untuk beristirahat. Makanan yang masuk ke dalam

perut akan ditampung di lambung akan di proses selama kurang lebih 4

jam. Sementara itu di usus halus makanan disempurnakan

pencernaannya selama kurang lebih 4 jam. Sehingga setelah kita

menikmati makanan, maka alat-alat pencernaan terus bekerja dan baru

istirahat setelah 8 jam.

Jadwal makan rata-rata orang dimulai dari makan pagi pukul

07:00, makan siang pukul 14:00, dan makan malam pukul 20:00, maka

akan diperoleh gambaran selama sehari semalam (24 jam) sebagai

berikut:9

a.Makan pagi (pukul 07:00)

Sistem pencernaan bekerja menghaluskan, mencerna, dan

menyerap masuk ke dalam darah sampai terakhir kurang lebih

pukul 15:00.

b. Makan siang (pukul 14:00)

9
Toni Pransiska, Peta & Risalah Ramadhan, 67.

17
Belum selesai pekerjaan membereskan makanan pagi, sistem

pencernaan bekerja kembali membereskan makanan siang sampai

kurang lebih pukul 22.00.

c. Makan malam (pukul 20.00)

Belum selesai pekerjaan membereskan makanan siang, sistem

pencernaan bekerja kembali membereskan makanan malam sampai

kurang lebih pukul 04.00 pagi.

Dengan demikian, dalam keadaan tidak berpuasa sistem pencernaan

manusia dibebani pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk yang

menuntut kerja ekstra tanpa mengenal kata istirahat. Kondisi

tersebut berlangsung terus menerus selama hidup.

Sedangkan untuk orang yang berpuasa dengan jadwal

makan sahur pukul 03.00 dan berbuka pukul 17.30 maka

diperoleh gambaran sebagai berikut:10

a. Makan sahur (pukul 03.00)

Sistem pencernaan bekerja menghaluskan, mencerna, dan

menyarap masuk ke dalam darah sampai terakhir pukul

11.30.

b. Berbuka puasa (pukul 17.30)

Antara pukul 11.30 sampai 17.30 (6 jam) tidak ada beban

makan yang masuk untuk diolah. Alat pencernaan

mendapatkan waktu istirahat selama 6 jam. Baru bekerja

10
A. Chodry Romli, Risalah Puasa Ramadhan: Hukum-hukum Puasa dan Hikmahnya,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), 64.

18
kembali membereskan makanan berbuka sampai pukul 01.30

dini hari.

Jadi selama puasa Ramadan, sistem pencernaan manusia

mendapat jatah istirahat selama 6 jam sehari selama 1 bulan penuh.

Selama 11 bulan di luar Ramadan alat pencernaan manusia

mendapatkan tugas yang bertumpuk-tumpuk dan tidak ada waktu untuk

beristirahat. Sebagaimana mesin, organ-organ pencernaan diperbaiki

dan dibersihkan dengan berpuasa. Sehingga setelah menjalankan ibadah

puasa di bulan Ramadan badan menjadi sehat. Kesehatan dapat

dicapai melalui puasa.

Sesuai dengan hadits nabi Muhammad saw.

‫ُص وُم وا َتِصُّح وا‬،

Artinya: “Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.” (H.r. 5 ahli Hadits)11

Berdasarkan hadits di atas, dengan berpuasa tubuh akan menjadi

lebih sehat, dengan syarat menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya

puasa. Kesehatan tidak akan didapat jika kondisi perut selalu dalam

keadaan kenyang. Karena sesungguhnya sumber segala penyakit ada di

dalam perut. Puasa menjadi salah satu solusi dari berbagai penyakit.

Puasa adalah pesirai diri. Seiring dengan hal tersebut nabi

Muhammad saw. bersabda,

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., berkata Rasulullah saw.


bersabda: “Allah berfirman: “ Setiap amal anak Adam
11
Ibid., 60.

19
adalah untuk anak Adam itu sendiri, melainkan puasa.
Sesungguhnya puasa itu bagi-Ku, dan aku membalas
puasanya itu. Puasa itu bagaikan perisai”. (H.r.
Bukhari)12

Bentuk perisai yang tumbuh dari ibadah puasa dalam kajian

kesehatan ialah bertambahnya sel darah putih dan diblokirnya suplai

makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker yang bersarang di dalam

tubuh manusia. Dengan bertambahnya sel-sel darah putih menjadikan

orang yang berpuasa memiliki daya tahan tubuh dan kekebalan yang

meningkat. Sehingga mereka terlihat lebih sehat dan tidak mudah

terserang penyakit seiring ibadah puasa yang dijalankannya dengan

benar.

2. Puasa Mencerdaskan Otak

Otak adalah titik sentral di dalam rongga tubuh manusia untuk

berpikir, belajar, dan bekerja. Ini berarti selama lambung dalam keadaan

kosong, maka cara berpikir menjadi cemerlang. Dengan mengendalikan

makan, akan tercipta konsentrasi dan pemusatan pikiran yang berarti

meningkatkan IQ.

Apabila perut manusia dipenuhi oleh makanan yang berlebihan,

maka sel-sel kebanjiran zat makanan, berakibat urat saraf menjadi

lembab, kerja otak terhambat, dan terjadi kemunduran intelektual,

seperti menjadi pelupa, daya nalar melemah, dan sebagainya.13

Pada waktu kenyang, banyak darah yang tersalur untuk

melakukan proses pencernaan. Sehingga aliran darah banyak terpusat di

lambung dan usus, pasokan darah ke otak menjadi berkurang. Hal ini
12
Al-Imam Al-Bukhari, Terjemah Hadis Shahih Bukhari, 214.
13
Toni Pransiska, Peta & Risalah Ramadhan, 72.

20
menyebabkan kinerja otak menjadi terhambat karena tidak ada asupan

gizi memadai yang dibawa oleh darah. Kekuatan berpikir akan semakin

rapuh dan melemah. Orang yang terlalu kenyang akan mudah

mengantuk, malas melakukan ibadah, letih, dan kondisi kemampuan

berfikirnya menjadi berkurang. Namun, ketika perut dalam kondisi

kosong, dalam artian dalam keadaan puasa, maka volume darah pada

bagian pencernaan dapat dikurangi dan dipakai keperluan lain terutama

untuk otak. Sehingga, kemampuan otak dalam menyerap dan

memahami informasi menjadi lebih cepat dan daya berpikir akan

meningkat.

Makan terlalu berlebihan juga akan membahayakan kesehatan

tubuh. Pada waktu berbuka dan sahur pun kita dianjurkan untuk tidak

menyantap semua hidangan yang tersedia di meja makan. Karena jika

perut dalam kondisi penuh, maka akan membuat tubuh terasa berat

untuk melakukan aktivitas.

Menurut dokter pakar neurosains Taruna Ikrar dalam buku

karangannya yang berjudul 60 Fakta Kesehatan Mutakhir,

menerangkan bahwa manfaat puasa bagi fungsi dan kesehatan otak

dapat dijelaskan secara ilmiah. Dari penelitian plastisitas dan

neurogenesis (kelenturan dan perkembangan otak), pada dasarnya

sinapsis (jaringan otak) dapat berkembang berdasarkan faktor

lingkungan, kejiwaan, dan makanan yang dikonsumsi.

“Lewat puasa sebulan penuh, berdasarkan plastisitas,

neurogenesis, dan fungsional kompensasi, jaringan otak diperbarui.

21
Terbentuk rute jaringan baru di otak, yang berarti terbentuk pribadi

manusia baru secara biologis, psikologis, dan fungsional,” kata Taruna,

alumnus Fakultas Kedokteran Unhas yang kini bekerja sebagai peneliti

dan staf akademik pada Fakultas Kedokteran Universitas California,

Amerika Serikat.

Taruna melanjutkan, saat berpuasa, ada fase istirahat setelah fase

pencernaan normal (6-8 jam). Pada fase itu terjadi degradasi lemak dan

glukosa darah. Terjadi pula peningkatan high density lipoprotein (HDL)

dan apoprotein alfa1 serta penurunan low density lipoprotein (LDL).

Hal ini amat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah

karena HDL berefek baik bagi kardiovaskuler, sedangkan LDL berefek

negatif bagi pembuluh darah.

Penelitian endokrinologi menunjukkan, pola makan yang rotatif

saat berpuasa menyebabkan keluarnya hormon sistem pencernaan,

seperti amilase dan insulin dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan

kualitas hidup dan kesehatan tubuh.

Lebih jauh, Taruna memaparkan bahwa secara biologis, orang

berpuasa menahan lapar dan dahaga selama sekitar 14 jam. Selama itu,

tubuh mengalami proses metabolisme selama sekitar delapan jam.

Rinciannya, empat jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu

dibantu asam lambung yang dikirim ke usus. Empat jam kemudian,

makanan diubah menjadi sari-sari makanan di usus kecil, lalu

diserap oleh pembuluh darah dan dikirim ke seluruh tubuh. Adapun sisa

waktu enam jam adalah waktu ideal bagi sistem pencernaan untuk

22
beristirahat.

Menurut dokter spesialis saraf RSUD Saiful Anwar Malang. Dosen

ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Univ Brawijaya Malang. Penulis

buku "Puasa dan Otak Manusia" penerbit UB media Malang 2014. Puasa

yang kita lakukan di Ramadan sebenarnya melatih kita untuk

mengaktifkan otak dengan cara memberi stimulus kepada otak agar

berperilaku sesuai dengan fitrah manusia. Sehingga dalam syariat

berpuasa selain mencegah hal yang membatalkan puasa seperti makan,

minum dan hubungan seks di siang hari, juga dianjurkan banyak

melakukan amalan sholeh, justru dengan amal sholeh tersebut hakikat

puasa dilaksanakan.14

Puasa yang kita lakukan di Ramadan sebenarnya melatih kita

untuk mengaktifkan otak dengan cara memberi stimulus kepada otak

agar berperilaku sesuai dengan fitrah manusia. Sehingga dalam syariat

berpuasa selain mencegah hal yang membatalkan puasa seperti makan,

minum dan hubungan seks di siang hari, juga dianjurkan banyak

melakukan amalan saleh, justru dengan amal saleh tersebut hakikat

puasa dilaksanakan.

Beberapa amalan saleh yang dicontohkan oleh baginda

Rosulullah saw. mengandung faedah yang luar biasa: sholat malam,

membaca Quran, membantu kesulitan orang lain, infaq-shodaqoh dan

amalan saleh sosial lainnya, bukan hanya dilipatgandakan pahalanya,

akan tetapi juga mengandung manfaat kesehatan bagi orang yang

14
http://www.dakwatuna.com//puasa-ramadhan-dalam-tinjauanneurosains/

23
mengerjakannya. Begitu juga larangan berbuat tidak baik (fahsya’–

mungkar) terdapat faedah yang luar biasa.

3. Puasa Mendidik Seseorang untuk Melepaskan Diri dari


Kebiasaan Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-
kebiasaannya.
Apabila ia telah terbiasa dengan pemenuhan kebutuhannya

secara berlebihan, maka walaupun ia masih memiliki sisa daya, ia akan

mengalami kesulitan yang tidak sedikit guna mengarahkan sisa daya

tersebut ke dalam hal-hal yang tidak sejalan dengan kebiasaannya.

Betapa sulitnya mengubah kebiasaan hidup yang telah

bertumbuh dan melekat pada diri seseorang. Kita lihat contoh

sederhana, tentang kebiasaan merokok. Pada umumnya orang tahu

bahwa merokok itu merusak kesehatan, bahkan berbahaya. Akan tetapi

menghentikan merokok bagi seorang yang telah mencandu baginya

merokok, apapun yang dikatakan kepadanya, tidak akan mengubah

kebiasaannya. Sebab merokok baginya memberikan kenikmatan

tertentu, apalagi bila merokok itu telah dimulainya sejak masa remaja.

Dampak merokok terhadap kesehatan tubuh tidak hanya

dirasakan oleh perokok aktif, namun juga dirasakan oleh perokok pasif.

Pada umumnya, orang mengetahui bahwa kebiasaan merokok yang

dilakukannya dapat merusak kesehatan. Namun, bagi orang yang telah

kecanduan, menghentikan semua itu tidaklah mudah. Lebih-lebih bagi

mereka yang sudah merokok sejak kecil, ditambah lagi dengan faktor

lingkungan yang mempengaruhiya. Kebiasaan buruk seperti ini akan

akan terus berlangsung setiap hari bahkan kapanpun waktunya dapat

dilakukan. Namun, ketika menjalankan ibadah puasa, kebiasaan seperti

24
ini hanya dapat dilakukan pada malam hari saja.

Dalam kenyataan hidup, tidak selamanya orang mampu dan

berkesempatan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum itu pada

waktu yang biasa. Bagi orang yang terlalu terikat kepada kebiasaan

makan pada waktunya, jika tidak dapat menemukan makanan atau

minuman, ia akan sangat menderita, dan kemampuan untuk bekerja

akan menurun, bahkan daya pikirnya pun terasa berkurang dan

sebaliknya emosi semakin meningkat, dan menjadi gelisah, marah,

sedih atau berbuat tidak baik, misaknya mencuri.15

Ibadah puasa melatih manusia untuk melepaskan diri cari

cengkeraman kebiasaan. Puasa mendidik agar tidak terikat oleh tradisi

dan rutinitas tertentu apalagi tradisi dan rutinitas itu buruk. Kebiasaan

makan pukul 07.00 misalnya, diubah menjadi makan sahur pukul 04.00

pagi, sedangkan makan siang ditiadakan dan diubah waktunya pada saat

matahari terbenam. Kebiasaan merokok pun ikatannya dilepas dan

diubah waktunya menjadi pada malam hari.16

Kegiatan yang telah menjadi rutinitas seperti yang telah

disebutkan di atas akan mengalami penurunan intensitasnya ketika

menjalankan ibadah puasa khususnya puasa di bulan Ramadan.

Dikarenakan selama satu bulan penuh sejak terbit fajar hingga

terbenamnya matahari tidak ada suplai apapun yang masuk melalui

mulut. Puasa dapat menjadi terapi bagi para pecandu rokok jika hal

tersebut disertai dengan niat yang kuat serta berusaha untuk

15
Zakiah Daradjat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, 48.
16
Toni Pransiska, Peta & Risalah Ramadhan,77.

25
mengendalikan diri dan berhenti dari merokok. Karena sesungguhnya

inti dari ibadah puasa adalah pengendalian diri.

Dengan demikian, membebaskan manusia dari belenggu

kebiasaan dan keterikatan kepadanya, merupakan suatu hal yang

mutlak dan hal ini merupakan salah satu tujuan dari berpuasa, baik

dalam kebiasaan makan, minum, tidur, bangun bekerja, dan sebagainya.

4. Puasa Mengajarkan untuk Makan Teratur

Kebutuhan terhadap makanan merupakan kebutuhan pokok bagi

manusia. Dengan makan, manusia dapat melangsungkan kehidupannya.

Namun, tidak semua makanan yang masuk ke dalam perut mengandung

zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan tidak sedikit makanan yang

dimakan mengandung pengawet, pewarna, dan zat berbahaya lainnya.

Hai inilah yang memicu timbulnya penyakit. Pola makan yang tidak

teratur serta pola hidup yang tidak sehat akan memberikan dampak bagi

kesehatan seseorang. Umat Muslim dianjurkan untuk makan makanan

yang halal dan baik. Halal dari segi memperolehnya dan cara

mengolahnya. Sedangkan kategori baik dalam hal ini ialah makanan

tersebut mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Ibadah puasa pada dasarnya mengajarkan kepada seseorang

untuk menerapkan pola makan yang teratur. Dengan pola makan yang

teratur akan memberikan dampak positif bagi seseorang. Karena dengan

begitu jadwal makan menjadi teratur dan tidak sembarangan dalam

memilih makanan. Jadwal makan orang yang sedang berpuasa diawali

dari makan sahur sekitar pukul 03.00 dan akan makan kembali pada

26
waktu berbuka puasa, yakni sekitar pukul 17.30. Rasulullah saw.

menganjurkan kepada umatnya untuk mengakhirkan waktu sahur. Hal

ini dimaksudkan agar rentan puasa tidak terlalu jauh, serta untuk tetap

menjaga stamina seseorang yang sedang berpuasa. Sedangkan pada

waktu berbuka dianjurkan untuk menyegerakannya serta diawali dengan

makan yang manis-manis.

Berbeda dengan orang yang tidak puasa, pola makannya tidak

menentu, bahkan sembarangan. Kapan pun orang yang tidak dalam

keadaan berpuasa dapat makan sesuka hatinya. Karena tidak ada jadwal

pengaturan dalam hal makan. Rasulullah saw. menganjurkan kepada

umatnya untuk mengakhirkan waktu sahur. Hal ini dimaksudkan agar

rentan puasa tidak terlalu jauh, serta untuk tetap menjaga stamina

seseorang yang sedang berpuasa.

11. Dalil Dasar hukum tentang Puasa?


Puasa salah satu dari rukun Islam tentunya memiliki dalil qath’i dari
al-quran dan juga hadis nabi. Tidak sampai di situ. kewajiban puasa wajib dan
kesunahan puasa terdapat dari sumber-sumber hukum syariat yang lain.
Agama Islam yang merupakan agama universal memiliki pondasi
hukum yang sangat kuat dibanding yang lainnya. Dalam menentukan suatu
hukum Islam terdapat tool-tool yang begitu komplit sehingga maqashid
Syariah benar-benar bisa tercapai dengan tool hukum tersebut.
Ibadah sebagai kebutuhan setiap individu manusia merupakan salah
satu dari lima poin maqashid Syariah yaitu hifdhud din, menjaga agama.
Dalam melaksanakan ajaran agamanya manusia membutuhkan pijakan
hukum yang jelas sehingga melakukan ibadah dengan benar sesuai dengan
ketentuan agama.

1. Dalil puasa wajib

27
Pada tahun kedua setelah Hijriyah Rasulullah Shallallahu
menerima wahyu berupa perintah melaksanakan ibadah puasa Romadhon.
Yaitu dimulai dari sempurnanya bulan Sya’ban sampai sempurnanya bulan
Romadhon.
Kewajiban puasa sebelumnya sudah Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam peintahkan kepada umatnya untuk berpuasa pada tanggal
9 dan 10 Muharram.
Setelah turunnya wahyu untuk melaksanakan ibadah puasa
Ramadan pada tahun kedua setelah Hijriah puasa tersebut dijadikan
sebagai kesunahan.

Puasa Romadhon telah sangat jelas dalilnya di dalam Alquran


maupun al-hadits. Dalil puasa Ramadan dalam Al Quran termaktub dalam
surat Al Baqarah, yakni pada ayat-ayat berikut ini:
 Surat Al Baqarah Ayat 183

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم‬
‫َلَعَّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,"

 Surat Al Baqarah Ayat 184

ۗ ‫َاَّياًم ا َّم ْعُد ْو ٰد ٍۗت َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َّمِرْيًض ا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر‬
‫َو َع َلى اَّلِذ ْيَن ُيِط ْيُقْو َنٗه ِفْد َيٌة َطَعاُم ِم ْس ِكْيٍۗن َفَم ْن َتَطَّو َع َخ ْيًر ا َفُهَو َخ ْيٌر َّلٗه‬
‫ۗ َو َاْن َتُصْو ُم ْو ا َخ ْيٌر َّلُك ْم ِاْن ُك ْنُتْم َتْع َلُم ْو َن‬

Artinya: "(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara


kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib
mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari

28
yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi
barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu
lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui."

 Surat Al Baqarah Ayat 185

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ْٓي ُاْنِزَل ِفْيِه اْلُقْر ٰا ُن ُهًدى ِّللَّناِس َو َبِّيٰن ٍت ِّم َن اْلُهٰد ى‬
‫َو اْلُفْر َقاِۚن َفَم ْن َش ِهَد ِم ْنُك ُم الَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۗ َو َم ْن َك اَن َمِر ْيًض ا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر‬
‫َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر ۗ ُيِر ْيُد ُهّٰللا ِبُك ُم اْلُيْسَر َو اَل ُيِر ْيُد ِبُك ُم اْلُعْسَر ۖ َو ِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّد َة‬
‫َو ِلُتَك ِّبُر وا َهّٰللا َع ٰل ى َم ا َهٰد ىُك ْم َو َلَعَّلُك ْم َتْش ُك ُرْو َن‬

Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan


Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang
batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka
berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak
berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."

 Surat Al Baqarah Ayat 187

ۗ ‫ُاِح َّل َلُك ْم َلْيَلَة الِّص َياِم الَّر َفُث ِاٰل ى ِنَس ۤا ِٕىُك ْم ۗ ُهَّن ِلَباٌس َّلُك ْم َو َاْنُتْم ِلَباٌس َّلُهَّن‬
‫َع ِلَم ُهّٰللا َاَّنُك ْم ُك ْنُتْم َتْخ َتاُنْو َن َاْنُفَس ُك ْم َفَتاَب َع َلْيُك ْم َو َع َفا َع ْنُك ْم ۚ َفاْلٰٔـ َن‬
‫ّٰت‬
‫َباِش ُرْو ُهَّن َو اْبَتُغْو ا َم ا َكَتَب ُهّٰللا َلُك ْم ۗ َو ُك ُلْو ا َو اْش َرُبْو ا َح ى َيَتَبَّيَن َلُك ُم‬

29
‫اْلَخ ْيُط اَاْلْبَيُض ِم َن اْلَخ ْيِط اَاْلْس َو ِد ِم َن اْلَفْج ِۖر ُثَّم َاِتُّم وا الِّص َياَم ِاَلى اَّلْيِۚل‬
‫َو اَل ُتَباِش ُرْو ُهَّن َو َاْنُتْم َعاِكُفْو َۙن ِفى اْلَم ٰس ِج ِد ۗ ِتْلَك ُح ُد ْو ُد ِهّٰللا َفاَل َتْقَر ُبْو َهۗا‬

‫َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا ٰا ٰي ِتٖه ِللَّناِس َلَعَّلُهْم َيَّتُقْو َن‬

Artinya: "Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur


dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat
menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan
kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu
(perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi
jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid.
Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar
mereka bertakwa."

 Dalil hadits tentang puasa ramadhan

‫َعْن َأِبْي َعْبِد الَّرْح َمِن َعْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر ْبِن الَخ َّطاِب َر ِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا‬
‫ (ُبِنَي اِإل ْس َالُم َع َلى‬: ‫ َسِم ْع ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل‬: ‫َقاَل‬
،‫ َو ِإَقاِم الَّص َالِة‬،‫ َش َهاَد ِة َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُم َح َّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا‬:‫َخ ْمٍس‬
‫ َو َص ْو ِم َر َم َض اَن ) َر َو اُه اْلُبَخ اِر ُّي َو ُم ْس ِلٌم‬،‫ َو َح ِّج الَبْيِت‬،‫َو ِإْيَتاِء الَّزَك اِة‬

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Islam itu dibangun
di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan

30
zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Al
Bukhari dan Muslim).
 Dalil hadist Riwayah Ali Bin Abi Thalib

‫ وعن المجنوِن حَّتى‬، ‫ عِن الَّصبِّي حَّتى يبلَغ‬: ‫ُرفَع القَلُم عن ثالثٍة‬
‫ وعِن الَّنائِم حَّتى يستيقَظ‬، ‫ُيفيق‬

Artinya: “Dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: Pena catatan amal
diangkat dari tiga orang: dari anak kecil sampai dia baligh, dari orang
gila sampai ia waras, dari orang yang tidur sampai ia bangun.” (HR.
Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan bahwa catatan amal seseorang akan
diangkat apabila belum berusia baligh, gila, atau hilang kesadarannya.
Jadi, apabila ada orang yang memiliki kriteria tersebut, maka tidaklah
wajib baginya melaksanakan ibadah puasa.
 Hadist Riwayah Abu Hurairah

‫ُصوُم وا ِلُر ْؤ َيِتِه َو َأْفِط ُروا ِلُر ْؤ َيِتِه َفِإْن ُغ ِّبَي َع َلْيُك ْم َفَأْك ِم ُلوا ِع َّدَة َشْع َباَن‬
‫َثاَل ِثيَن‬

Artinya: “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari


rayalah karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka
sempurnakan bilangan Sya'ban sampai tiga puluh hari.”
Berdasarkan hadis di atas, puasa Ramadhan baru bisa dilaksanakan
apabila hilal telah terlihat. Begitu pun dengan Hari Raya Idul Fitri,
baru bisa dilakukan jika melihat hilal.
 Hadis Riwayat Imam Nasa’I dan Ahmad

‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَتاُك ْم َر َم َض اُن‬
‫َش ْهٌر ُمَباَر ٌك َفَر َض ُهَّللا َع َّز َو َج َّل َع َلْيُك ْم ِص َياَم ُه ُتْفَتُح ِفيِه َأْبَو اُب الَّس َم اِء‬
‫ ِفيِه َلْيَلٌة َخْيٌر ِم ْن‬، ‫َو ُتْغَلُق ِفيِه َأْبَو اُب اْلَج ِح يِم َو ُتَغُّل ِفيِه َم َر َد ُة الَّش َياِط يِن‬
‫َأْلِف َشْهٍر َم ْن ُح ِر َم َخْيَر َها َفَقْد ُح ِر َم‬

31
Artinya: “Dari Abu Hurairah, beliau menuturkan: Rasulullah SAW
bersabda: Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan,
bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di
bulan itu.
Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-
pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat
satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang
tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh
kebajikan apapun.” (HR. Nasa’I dan Ahmad).

2. Dalil puasa sunnah

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sangat menyukai puasa-


puasa sunnah seperti 6 hari puasa pada bulan Syawal puasa 10 hari bulan
Dzulhijjah dan puasa Arafah dan puasa-puasa yang lainnya.
Masing-masing dari puasa sunah tersebut memiliki landasan
hukum dari hadis rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga
seseorang yang mengamalkan puasa tersebut sudah jelas Dalil dan juga
sumber hukumnya.
 Dalil puasa senin kamis

‫ َك اَن َيَتَح َّر ى ِصَياَم اِال ْثَنْيِن َو اْلَخ ِم يِس‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ِإَّن َرُس وَل ِهَّللا‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan
berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan
Ibnu Majah no. 1739. Shahih)
 Dalil puasa yaumul bidh

. ‫ َيُص وُم َثَالَثَة َأَّياٍم ِم ْن ُك ِّل َشْه ٍر َقاَلْت َنَعْم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َأَك اَن َرُس وُل ِهَّللا‬
‫ َقاَل َأُبو ِع يَس ى َهَذ ا‬. ‫ُقْلُت ِم ْن َأِّيِه َك اَن َيُص وُم َقاَلْت َك اَن َال ُيَباِلى ِم ْن َأِّيِه َص اَم‬
‫َح ِد يٌث َح َس ٌن َصِح يٌح‬

32
“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari
setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya,
“Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab,
“Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau
beliau).” (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Shahih)

 Dalil puasa Daud

‫ َك اَن َيَناُم‬:‫ َو أَح ُّب الَّص الِة ِإَلى ِهللا َص الُة َداُو َد‬،‫أَح ُّب الِّص َياِم إلى ِهللا ِص َياُم َداُو َد‬
‫ َو َك اَن ُيْفِط ُر َيْو ًم ا َو َيُصْو ُم َيْو ًم ا‬،‫ َو َيُقوُم ُثُلَثُه َو َيَناُم ُس ُد َسُه‬،‫ِنْص َف الليل‬

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat
yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur
separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada
seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR.
Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

 Puasa bulan sya’ban

‫ َفِإَّنُه َك اَن‬، ‫َلْم َيُك ِن الَّنِبُّى – صلى هللا عليه وسلم – َيُص وُم َش ْهًر ا َأْك َثَر ِم ْن َش ْعَباَن‬
‫َيُص وُم َش ْعَباَن ُك َّلُه‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu
bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR.
Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).

 Puasa bulan syawal


‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ُثَّم َأْتَبَعُه ِس ًّتا ِم ْن َش َّو اٍل َك اَن َك ِص َياِم الَّدْه ِر‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari
di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR.
Muslim no. 1164)

33
 Hadis Riwayat Ali bin Abi Thalib

‫ وعن المجنوِن حَّتى‬، ‫ عِن الَّص بِّي حَّتى يبلَغ‬: ‫ُر فَع القَلُم عن ثالثٍة‬
‫ وعِن الَّنائِم حَّتى يستيقَظ‬، ‫ُيفيق‬

Artinya: “Dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: Pena catatan amal
diangkat dari tiga orang: dari anak kecil sampai dia baligh, dari orang
gila sampai ia waras, dari orang yang tidur sampai ia bangun.” (HR.
Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan bahwa catatan amal seseorang akan
diangkat apabila belum berusia baligh, gila, atau hilang kesadarannya.
Jadi, apabila ada orang yang memiliki kriteria tersebut, maka tidaklah
wajib baginya melaksanakan ibadah puasa.

 Hadis Riwayat Abu Hurairah

‫ُص وُم وا ِلُر ْؤ َيِتِه َو َأْفِطُر وا ِلُر ْؤ َيِتِه َفِإْن ُغ ِّبَي َع َلْيُك ْم َفَأْك ِم ُلوا ِع َّد َة َش ْعَباَن‬
‫َثاَل ِثيَن‬

Artinya: “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah


karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka
sempurnakan bilangan Sya'ban sampai tiga puluh hari.”
Berdasarkan hadis di atas, puasa Ramadhan baru bisa dilaksanakan apabila
hilal telah terlihat. Begitu pun dengan Hari Raya Idul Fitri, baru bisa
dilakukan jika melihat hilal.

 Hadis Riwayat Thalhah bin Ubaidillah

‫هللا عنه أن أعرابيا جاء إلى رسول هللا رضي بن عبيد هللا طلحة عن‬
:‫ يا رسول هللا فقال‬:‫صلى هللا عليه وسلم وهو ثائر الرأس فقال‬

34
‫ «صيام رمضان إال أن‬:‫أخبرني ماذا فرض هللا علي من الصيام؟ قال‬
‫ رواه البخاري ومسلم‬.‫تطوع شيئا‬

Artinya: “Ya Rasulullah, katakan padaku apa yang Allah wajibkan


kepadaku tentang puasa? Beliau menjawab: Puasa Ramadan. Apakah
ada lagi selain itu? Beliau menjawab: Tidak, kecuali puasa sunnah.”
Dijelaskan dalam hadis tersebut, puasa yang wajib hanyalah puasa
Ramadhan. Selain Ramadhan, semua puasa termasuk ke dalam jenis
puasa sunnah.

 Hadis Riwayat Imam Nasa’I dan Ahmad

‫َعْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَتاُك ْم َر َم َض اُن‬
‫َش ْهٌر ُم َباَر ٌك َفَر َض ُهَّللا َع َّز َو َج َّل َع َلْيُك ْم ِص َياَم ُه ُتْفَتُح ِفيِه َأْبَو اُب الَّس َم اِء‬
‫ ِفيِه َلْيَلٌة َخ ْيٌر ِم ْن‬، ‫َو ُتْغَلُق ِفيِه َأْبَو اُب اْلَج ِح يِم َو ُتَغُّل ِفيِه َم َر َد ُة الَّش َياِط يِن‬
‫َأْلِف َشْه ٍر َم ْن ُح ِرَم َخ ْيَر َها َفَقْد ُح ِرَم‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah, beliau menuturkan: Rasulullah SAW


bersabda: Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan,
bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di
bulan itu.

1.

35
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa :
1. Definisi Puasa
Puasa(Shaum), menurut bahasa, berarti menahan diri. Adapun menurut
terminologi yaitu menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan
disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari dengan niat dan syarat-syarat tertentu.
2. Rukun dan Syarat Puasa
a. Syarat Wajib Puasa
1) Beragama islam
2) Berakal
3) Baligh
4) Mengetahui wajib puasa
b. Syarat Sah Puasa
1) Beragama islam
2) Mumayiz
3) Suci dari hadas besar maupun hadas kecil
4) Pada waktu yang diperbolehkan untuk puasa
c. Rukun Puasa
1) Niat
2) Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar
sampai tenggelam matahari
3. Macam-macam Puasa
a. Puasa Wajib
1) Puasa Ramadhan
2) Puasa Nadzar
3) Puasa Kafarat
b. Puasa Sunnah

36
1) Puasa 6 hari dalam bulan Syawal
2) Puasa ‘Arafah
3) Puasa ‘Asyura dan Tasu’a
4) Puasa Sya’ban
5) Puasa pada hari Senin dan Kamis
6) Puasa pada setiap pertengahan bulan Qomariyah
7) Puasa Daud
c. Puasa Makruh
1) Puasa Arafah bagi orang yang sedang melakukan wukuf disana,
karena Nabi Muhammad SAW melarang puasa Arafah bagi
siapa saja yang sedang berada di Arafah
2) Puasa yang dikhususkan pada hari Jum’at saja
3) Puasa yang dikhususkan pada hari Sabtu saja
4. Waktu-waktu yang diharamkan untuk berpuasa
a. Berpuasa pada hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)
b. Berpuasa hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah)
c. Berpuasa dihari Tasyrik (11,12 dan 13 Dzulhijjah)
d. Puasa Wishol(terus-menerus) sepanjang masa
5. Hikmah puasa
a. Dapat menjaga kesehatan
b. Melatih kesabaran dan menahan jiwa
c. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir-miskin
d. Menciptakan umat menjadi disiplin, persatuan dan kesatuan terjaga
e. Mendidik keprcayaan (melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya)
f. Tanda terima kasih Allah karena semua ibadah mengandung arti
terima kasih kepada Allah atas nikmat pemberianNya yang tidak
terbatas banyaknya, dan tidak ternilai harganya.

37
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :

1. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-


sama memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
2. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli
terhadap orang-orang yang tak mampu.
3. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna
dalam berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan
puasa.
4. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
5. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
6. Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
7. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga
mudah menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
8. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
9. Menjaga kesehatan jasmani.

B. Saran
Sebagai orang muslim kita harus melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi laranganNya. Dan setelah menyusun makalah ini diharapkan kita
dapat menambah wawasan bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran yang membangun.

38
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Aprilil. “Pengertian Dasar Hukum dan Macam Puasa Dalam


Islam”.06September2017. http://aprililmuttaqin.blogspot.co.id

Al - jazairi, Abu Bakar J.2006.Fiqih Ibadah.Surakarta:Media Insani

Tuasikal, Muhammad Abduh, M.Sc., “ Fikih Puasa”. Senin, 9 Oktober 2017


https://muslim.or.id/16739-fikih-puasa-1-syarat-wajib-puasa.html

Fiqih, Tim MGMP. 2012.Fiqih Kelas VIII.Ungaran Timur-Kab.Semarang:KKM2


Tsanawiyah Kab. Semarang

Almanhaj. “Dalil Puasa Ramadhan”.06September2017.


https://almanhaj.or.id/2956-bangunan-islam-syarah-rukun-islam-1.html

Munir,Misbakhul, S.Ag, Dkk.2014. Minhaju Ath-Thullab Fi Al Ibadah.Salatiga:


Man Salatiga

39

Anda mungkin juga menyukai