Anda di halaman 1dari 13

Sejarah puasa

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Ushul Fiqh

Dosen Pengampu: Imam Rangga, M.Pd.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 9

Siti Amanah :2311010137

Selfiana Fitri :2311010336

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 1445H/2023 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................2


B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan masalah........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3


A. Puasa.......................................................................................................3
B. Keutamaan Puasa dan Manfaat Puasa.....................................................5
C. Puasa yang Disunnahkan, Dimakruhkan, dan Diharamkan....................8

BAB III PENUTUP........................................................................................11


A. Kesimpulan..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakanperbuatan sukarela dengan berpantang dari makanan,
minuman, perbuatan buruk dan dari segala hal yang dapat membatalkan puasa.
Puasa juga merupakan ibadah pokok di dalam ajaran menjalankan agama
islam, di samping sholat, membayar zakat, berhaji dan mengikhlarkan dua
kalimat syahadat. Puasa ialah wajib bagi tiap orang yang sudah berakal bhalik
laki-laki maupun perempuan, di amalkan selama bulan ramadhan
penuh.1Al-‘Allamah ibnul Qoyim menjelaskan tujuan puasa ialah untuk
membebaskan pikiran manusia dari cengkeraman hawa nafsu yang menguasai
tubuh guna mencapai tujuan kesucian dan kebahagiaan abadi.Puasa bertujuan
untuk membatasi intensitas hawa nafsu melalui rasa lapar dan haus. Selain itu,
puasa juga mendorong manusia untuk merasakan betapa banyak orang di
dunia ini harus pergi tanpa makan apa pun, yang membuat setan sulit untuk
menipunya dan menahan organ-organnya agar tak berbelok ke arah yang
berbahaya bagi dunia ini. Selanjutnya puasa ialah pengendalian bagi orang-
orang yang jujur, perisai bagi para pejuang dan disiplin bagi perbuatan-
perbuatan baik,
mencegah kerusakan yang di sebabkan oleh akumulasi bahan yang membusuk
dan menghilangkan racun bakteri berbahaya (toksin). Puasa dapat
menyembuhkan penyakit yang terdapatpda tubuh akibat rasa kenyang yang
sangat berlebihan.Bahwa itu baik untuk kesehatan dan sangat baik untuk
kesalehan dan ketakwaan.Adapun hal-hal sunnat yang di lakukan selama
puasa yaitu, Makan sahur setelah tengah malam, Melambatkan sahur itu
hingga makin mendekati waktu imsyak, Menyengarakan berbuka, Berbuka
dengan buah-buahan, Berdoa ketika berbuka, Memberi makanan untuk orang-
orang yang berbuka, Banyak sedekah, Baca Al-Quran dan sholat
malam.2Puasa pada hari Senin dan Kamis membantu menahan hasrat biologis
dan memiliki efek positif pada hasrat fisik dan psikologis.Selain itu, dengan

iii
berpuasa pada hari Senin dan Kamis, Anda dapat belajar mengendalikan hawa
nafsu, hal-hal negatif seperti perilaku agresif, kemarahan, kebencian,
permusuhan, pikiran negatif, dll.3Puasa pada hari Senin dan Kamis ialahcara
yang bagus untuk melatih pengendalian diri. Ketika orang dapat
mengendalikan diri dengan sifat-sifat buruk seperti kemarahan, mereka akan
menemukan kedamaian dan ketenangan dalam hidup mereka. Sisa hidup ialah
keadaan hidup dalam keadaan rohani (fikiran, perasaan, kehendak) yang tak
gelisah, semrawut, aman dan damai.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Definisi Puasa?
2. Bagaimana Sejarah Puasa Para Nabi?
3. Apa saja Keutamaan Puasa dan Manfaat Puasa?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Definisi Puasa.
2. Untuk mengetahui Sejarah Puasa Para Nabi.
3. Untuk Mengetahui Keutamaan Puasa dan Manfaat Puasa.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Puasa

Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan
sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan, minuman atau
juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal yang memiliki potensi untuk
membatalkan puasa tersebut selama masih dalam periode pelaksanaan puasa tersebut.
Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan menahan diri untuk makan dan minum
dalam kurun waktu tertentu, umumnya puasa dilaksanakan dalam kurun waktu satu
hari atau selama 24 jam, atau juga bisa beberapa hari. Lamanya periode puasa ini
bergantung pada ketentuan puasa.

1) Pengertian Puasa Secara Etimologi


Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Sebagaimana rukun-rukun Islam
lainnya, seperti ikrar dua kalimat syahadat, mengerjakan sholat, mengeluakan
zakat, menunaikan haji, jika puasa ditunaikan sesuai dengan ketentuan yang
dikehendaki Allah maka ia akan menghasilkan fungsi pendidikan diri. Dengan
berpuasa, seorang muslim berarti tengah membiasakan diri untuk menjalani
berbagai akhlak utama yang berfondasikan ketakwaan kepada Allah SWT.
Ibadah puasa adalah ibadah yang telah dipilih oleh Allah, Tuhan semesta
alam, sebagai milik-Nya. Sebab, orang yang berpuasa itu tidak melakukan
sesuatu, melainkan hanya meninggalkan syahwatnya (kesenangan nafsunya).
Dengan puasa, ia meninggalkan hal-hal yang dicintainya, semata hanya karena
cintanya kepada Allah. Puasa juga merupakan hubungan rahasia di antara
seorang hamba kepada Tuhannya. Orang lain hanya melihat bahwa orang yang
berpuasa itu tidak melakukan hal-hal yang bisa membatalkan puasa secara
lahiriyah.
Namun Kata puasa yang dipergunakan untuk menyebutkan arti dari al-
Shaum dalam rukun Islam keempat ini dalam Bahasa Arab disebut shoum,

v
shiyam yang berarti puasa.1 Menurut L. Mardiwarsito dalam bahasa kawi
disebut “upawasa” yang berarti berpuasa. 2 Dalam Bahasa Arab dan al-Qur‟an
puasa disebut shaum atau shiyam yang berarti menahan diri dari sesuatu dan
meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri. 3 Jadi, secara umum pengertian
puasa menurut bahasa adalah menahan diri atau mengendalikan diri baik dari
makan, bicara, maupun berjalan.

2) Pengertian Puasa Secara Terminology


Secara terminologi, pengertian puasa banyak dikemukakan oleh para ahli,
di antaranya oleh: Menurut Abi Abdillah Muhammad bin Qasim alSyafi'i
“Puasa menurut syara' adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat
membatalkannya seperti keinginan untuk bersetubuh, dan keinginan perut
untuk makan semata-mata karena taat (patuh) kepada Tuhan dengan niat yang
telah ditentukan seperti niat puasa Ramadlan, puasa kifarat atau puasa nadzar
pada waktu siang hari mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari
sehingga puasanya dapat diterima kecuali pada hari raya, hari-hari tasyrik dan
hari syak, dan dilakukan oleh seorang muslim yang berakal (tamyiz), suci dari
haid, nifas, suci dari wiladah (melahirkan) serta tidak ayan dan mabuk pada
siang hari”.4
Menurut Imam Muhammad bin Ismail al-Kahlani “Menahan diri dari
makan, minum dan hubungan seksual dan lain-lain yang telah diperintahkan
menahan diri dari padanya sepanjang hari menurut cara yang telah
disyaratkan. Disertai pula menahan diri dari perkataan siasia (membuat),
perkataan yang merangsang (porno), perkataan-perkataan lainnya baik yang
haram maupun yang makruh pada waktu yang telah disyariatkan, disertai pula
memohon diri dari perkataan-perkataan lainnya baik yang haram maupun yang

1
Adib bisri dan Munawar al-fatah, Kamus Indonesia Arab, Arab Indonesia, (Surabaya:
Pusaka Progessifme, 1999). 272.
2
L. Mardiwarsito, Kamus Jawa Kuno (Kawi), (Indonesia: Nusa Indah, 1978). 380.
3
Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).
276.
4
Abi A'bdillah Muhammad Bin Qasim Al-Syafi`i, Tausyah A’'la Fath Al- Qariib Al-Mujib,
(Dar Al-Kutub Al-Islamiah, t.th.).110.

vi
makruh pada waktu yang telah ditetapkan dan menurut syara‟ yang telah
ditentukan”.5
Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik pengertian bahwa puasa
(shiyam) adalah suatu substansi ibadah kepada Allah Swt. yang memiliki
syarat dan rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari segala keinginan
syahwat, perut, dan dari segala sesuatu yang masuk ke dalam kerongkongan,
baik berupa makanan, minuman, obat dan semacamnya, sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari yang dilakukan oleh muslim yang berakal, tidak
haid, dan tidak pula nifas yang dilakukan dengan yakin dan disertai dengan
niat.

B. Sejarah Puasa Para Nabi


Tentunya, umat Muslim amat menikmati bulan Ramadan ini. Pada
umumnya, bulan Ramadhan hanya lewat setahun sekali dalam kalendar
masehi. Tentu saja mereka akan memaksimalkan keberadaan bulan ini untuk
mencari pahala lebih banyak.
Tradisi yang lewat di bulan suci ini juga sesuatu yang menyenangkan
untuk dijalankan. Kita bisa menemukan jajanan yang sebelumnya tidak ada
pada hari-hari biasa, bertemu dengan teman-teman lama lewat buka bersama,
dan berkumpul dengan sanak saudara menjelang akhir bulan Ramadan, atau
lebih dikenal dengan istilah mudik.
Namun, pernahkah terpikir oleh Grameds, mengenai sejarah dari bulan
puasa, khususnya sejarah puasa di zaman nabi? Apakah wilayah yang
memiliki mayoritas umat Muslim, khususnya di Indonesia, melakukan tradisi
yang sama dengan masyarakat beragama Islam pada zaman nabi? Atau akan
ada perbedaan dari segi budaya menjalankan ibadah puasa?

5
Imam Muhammad Bin Ismail Al-Kahlani, Subulus Salam, Jilid III (Beirut: Darul Al Kitab Al
Ilmiyah, t.th.). 305.

vii
1. Sejarah Puasa Asyura
Untuk mencari tahu hal tersebut, Grameds perlu terlebih dahulu
mempelajari sejarah dari puasa itu sendiri, sebelum mengetahui sejarah puasa
di zaman nabi. Menurut catatan informasi yang beredar, sebelum umat Muslim
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, rata-rata dari mereka terlebih
dahulu menjalankan puasa Asyura.
Puasa Asyura merupakan puasa sunnah yang jatuh di tanggal 10 Muharram
tiap tahunnya. Puasa ini dapat menghapus dosa-dosa yang sudah umat Muslim
perbuat selama setahun sebelumnya, dan akan menghapus dosa-dosa yang
akan dibuat oleh mereka selama satu tahun ke depan. Tanggal 10 Muharram
merupakan salah satu dari sekian banyak hari baik bagi penganut agama
Islam. Di hari tersebut, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya
dari kejaran Raja Firaun. Dia menurunkan air bah untuk menenggelamkan
sang raja beserta pasukannya.
Nabi Muhammad SAW mempelajari hal ini ketika beliau sampai di
kota Madinah setelah hijrah. Berdasarkan riwayat sejumlah hadits, Rasulullah
SAW mendapatkan informasi ini dari kaum Bani Israil yang tinggal di kota
tersebut. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW mengajak sahabat-
sahabatnya untuk ikut menjalankan puasa Asyura. Prinsip puasa Asyura pada
masa itu pun sama dengan puasa yang kita ketahui sekarang. Umat Muslim
dilarang untuk makan dan minum, serta diwajibkan menahan nafsu dan emosi
mereka selepas sahur dan adzan Subuh. Ketika adzan Maghrib berkumandang,
barulah mereka diizinkan untuk kembali minum dan makan.
2. Sejarah Puasa di Bulan Ramadhan
Puasa Asyura sendiri berjalan selama beberapa tahun setelah
Rasulullah SAW bermukim di Madinah. Setelah beberapa lama, Allah SWT
menurunkan perintah kepada umat Muslim untuk berpuasa di bulan
Ramadhan. Perintah-Nya disampaikan melalui Q. S. Al-Baqarah ayat 183,
yang berbunyi:
“Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

viii
Puasa di bulan Ramadan ini pun juga memiliki sistematika yang sama dengan
puasa Asyura. Namun, pada mulanya, Nabi Muhammad SAW mengimbau
para sahabat untuk tidak berada di dekat istrinya ketika bulan Ramadan. Hal
ini bertujuan untuk mencegah hubungan antara suami dan istri.
Mulanya, sahabat-sahabat Rasulullah SAW merasa terbebani dengan
perintah ini. Mereka meminta keringanan untuk tetap diperbolehkan
melakukan hubungan antara suami dan istri. Akhirnya, mereka tetap diizinkan
untuk melakukan kegiatan tersebut dengan catatan mereka melakukannya
pada malam hari, sebelum adzan Subuh terdengar. Puasa di bulan Ramadhan
inilah yang menggantikan puasa Asyura. Meskipun begitu, Nabi Muhammad
SAW tetap mengizinkan para sahabat jika ingin berpuasa di tanggal 10
Muharram. Hanya saja, puasa tersebut tidak dianggap wajib, dan dijadikan
sebagai puasa sunnah untuk menambah pahala.
Di masa itu, bagi umat Muslim yang tidak bisa menjalankan ibadah
puasa di bulan Ramadan, mereka diharuskan untuk membayar fidyah. Fidyah
merupakan pengganti bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah puasa.
Fidyah dilakukan dengan cara memberi santunan berupa makanan atau uang
terhadap fakir miskin. Pada akhirnya, masyarakat Muslim di zaman
Rasulullah SAW mulai terbiasa dengan menjalankan ibadah puasa di bulan
Ramadhan. Peraturan fidyah akhirnya dihapus, dan kini hanya diperuntukan
bagi orang-orang yang benar-benar tidak sanggup menjalankan ibadah puasa
di bulan tersebut, seperti ibu hamil dan orang dengan sakit keras.
3. Sejarah Ibadah Puasa Masuk ke Indonesia
Jika Grameds mengikuti mata pelajaran sejarah dengan saksama,
Grameds sudah mempelajari bahwa sebelum Islam masuk ke Indonesia,
negara ini terlebih dulu didatangi oleh pelancong dari India dan sekitarnya,
yang membawa pengaruh agama Hindu dan Budha ke dalam negeri ini.
Barulah ketika memasuki abad ke-9, ajaran agama Islam masuk ke dalam
Indonesia melalui pedagang dan pelancong dari Arab. Penyebaran agama
Islam di Indonesia semakin diperkuat dengan banyaknya kerajaan bercorak
Hindu dan Budha yang runtuh, baik karena serangan dari kerajaan lain atau

ix
adanya kudeta dalam pemerintahannya. Kendati demikian, ajaran terkait
agama Islam masih tersebar secara sporadis dan belum merata. Masih terdapat
sejumlah daerah di Indonesia yang belum mendapat pengetahuan mengenai
agama Islam. Perintah wajib seperti sholat, membaca Al Quran, dan berpuasa,
belum dilakukan oleh banyak penduduk di Indonesia.
Penyebaran agama Islam, khususnya di pulau Jawa, terbantu oleh
keberadaan Wali Songo. Mereka berdakwah di tanah Jawa untuk menyebarkan
ajaran Islam sekitar abad ke-14. Dakwah yang mereka lakukan berupa ajaran
mengenai agama Islam dengan campuran budaya khas Indonesia. Semenjak
itu, agama Islam memiliki semakin banyak pemeluk. Kemudian perlahan,
mereka menyebar dari pulau Jawa menuju ke pulau-pulau lain di nusantara.
Pada akhirnya, Indonesia memiliki populasi penganut agama Islam terbanyak
di dunia, dengan catatan mencapai 220 juta orang per tahun 2022. Puasa
sendiri mulai banyak dilaksanakan banyak orang Indonesia memasuki akhir
abad ke-19. Menurut catatan sejarah, banyak masyarakat yang memiliki
kemampuan untuk pergi ke Mekkah, untuk mempelajari agama Islam lebih.
Ilmu yang mereka dapat di sana dibawa pulang dan disebarluaskan lebih lanjut
di Tanah Air.
Sementara itu, tradisi yang biasa Grameds lakukan ketika berpuasa
pada umumnya bukanlah tradisi berdasarkan sejarah puasa di zaman nabi,
melainkan budaya asli Indonesia yang sudah tercampur dengan ajaran Islam,
pada masa dakwah Wali Songo, dan tetap dilestarikan oleh masyarakat hingga
saat ini.

C. Manfaat Puasa

1. Manfaat Puasa

Dalam ibadah puasa terkandung beberapa manfaat yang bermacam-macam


ruhiyah, ijtimaiyah, (sosial) dan sihhiyah (kesehatan) yaitu:

a. Manfaat Ruhiyah

x
Puasa melatih dan menguatkan mental untuk bersabar mengajarkan
dan membantu jiwa agar terbiasa mengendalikan diri, dan juga menumbuhkan
serta merawat kekuatan taqwa di dalamnya. takwalah yang menjadi alasan
yang paling tampak dari pensyarikatan puasa seperti yang tersebut dalam
FirmanNya: ''diwajibkan atas kalian puasa Sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian Agar kalian bertakwa."

b. Manfaat ijtima'iyah

Puasa puasa melatih umat agar hidup teratur, tertib, bersatu, cinta,
keadilan, dan bersamaan membentuk rasa kasih dan ihsan dalam diri orang-
orang yang beriman, serta membentengi masyarakat dari tindak kejahatan
maupun kerusakan.

c. Manfaat Sihhiyah

Puasa mampu membersihkan usus, memperbaiki pencernaan,


membersihkan badan dari sisa-sisa makanan dan kotoran yang tidak berguna,
mengurangi kegemukan akibat terlalu banyaknya lemak yang tertimbun
terutama di sekitar perut Rasulullah bersabda;" Yang artinya berpuasalah
kalian niscaya kalian akan sehat.

xi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai


sebagai kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari
makanan, minuman atau juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal
yang memiliki potensi untuk membatalkan puasa tersebut selama masih dalam
periode pelaksanaan puasa tersebut.
1. Sejarah Puasa Para Nabi
Tentunya, umat Muslim amat menikmati bulan Ramadan ini. Pada umumnya,
bulan Ramadhan hanya lewat setahun sekali dalam kalendar masehi. Tentu
saja mereka akan memaksimalkan keberadaan bulan ini untuk mencari pahala
lebih banyak.
2. Sejarah puasa
a. Sejarah Puasa Asyura untuk mencari tahu hal tersebut, Grameds perlu
terlebih dahulu mempelajari sejarah dari puasa itu sendiri, sebelum
mengetahui sejarah puasa di zaman nabi.
b. Sejarah Puasa di Bulan Ramadhan

Puasa Asyura sendiri berjalan selama beberapa tahun setelah


Rasulullah SAW bermukim di Madinah. Setelah beberapa lama, Allah SWT
menurunkan perintah kepada umat Muslim untuk berpuasa di bulan
Ramadhan.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Abi A'bdillah Muhammad Bin Qasim Al-Syafi`i. Tausyah A’'la Fath Al- Qariib
Al-Mujib. Dar Al-Kutub Al-Islamiah.

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. 2014. Minhajul Muslim. Solo: Pustaka Araeah.

Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash Shiddieqy.2009. Pedoman Puasa. Semarang: Pustaka
Rizki Putra.

Sulaiman Rasjid. 2014. Fiqh Islam. Sinar Baru Algensido, Bandung.

Adib bisri dan Munawar al-fatah.1999. Kamus Indonesia Arab, Arab Indonesia.
Surabaya: Pusaka Progessifme.

L. Mardiwarsito.1978. Kamus Jawa Kuno (Kawi). (Indonesia: Nusa Indah).

Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Imam Muhammad Bin Ismail Al-Kahlani. Subulus Salam, Jilid III Beirut: Darul
Al Kitab Al Ilmiyah..

xiii

Anda mungkin juga menyukai