Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PUASA

IBADAH, AKHLAK, DAN MUAMALAH

DISUSUN OLEH
WINANDA ARSIH HERAWATI ( 1910105030 )
SURA ANJELYNA ( 1910105034)
DWI ASTUTI (191010503 )
SITI ASMANAH ( 191010503)
BERLIANA MITA ENDARTI ( 1910105041 )
RINA FIBRIANI ( 1910105042 )

DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KEBIDANAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah hirobbilalamin, puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT
karena Atas izin dan rahmatnya, kita semua masih diberi kesehatan hingga saat ini dan bisa
menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan salah satu penugasan.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada anggota tim yang sudah mau bekerjasama untuk
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan para pembaca.

Meskipun kami sangat berharap makalah ini tidak memiliki kekurangan, tetapi kami
menyadari bahwa pengetahuan kami sangatlah terbatas, sehingga kami tetap mengharapkan
masukan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
ISI..........................................................................................................................................................3
A. Pengertian Puasa........................................................................................................................3
B. Tujuan Puasa.............................................................................................................................4
C. Hukum Puasa.............................................................................................................................6
D. Syarat wajib dan sah puasaa......................................................................................................6
E. Hikmah Puasa............................................................................................................................7
F. Kaum yang di izinkan tidak berpuasa........................................................................................8
G. Hal – hal yang membatalkan puasa............................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................10
KESIMPULAN...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa Ramadhan adalah kewajiban sakral dan ibadah Islam yang bersifat syiar yang
besar, juga salah satu rukun Islam praktis yang lima, yang menjadi pilar agama.Puasa
merupakan ibadah agung yang hanya Allah SWT saja yang mengetahui seberapa besar
pahalanya. Seorang yang berpuasa juga akan mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak
dirasakan oleh selain mereka, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika
mereka bertemu dengan Rabbnya. Aktifitas puasa adalah mengendalikan bagian-bagian dari
dalam fisik untuk melakukan pengendapan, sublimasi, diam, tunduk, memasuki „kosong‟,
agar berjumpa dengan „isi yang sejati‟. Usus bermeditasi, urat syaraf meraba bagian dirinya
yang terlambat, perut bersabar, keseluruhan organ tubuh juga ruhani mengerjakan proses
peragian. Orang yang berpuasa, sebagaimana orang yang mendirikan shalat, zakat, dan haji,
pada hakikatnya sedang memperjuangkan keselamatan alam semesta dan kehidupan seluruh
umat manusia.
Zakat memacu distribusi kesejahteraan sosial, shalat mengembalikan kewajaran
metabolisme kosmologis, sedangkan puasa menarik kembali kondisi dan harkat hidup umat
manusia dari segala hal yang palsu dan tidak penting menuju nilai dan situasi hidup yang
sejati dan berada dalam rangkuman Sunah Allah. Kemudian ibadah haji adalah pesta
ruhaniuntuk merayakan keselamatan dan kemenangan itu. Ada beribu-ribu fungsi, kandungan
nilai, makna dan hikmat yang dimuat oleh ibadah di dalam Islam, juga puasa. Kewajiban
puasa telah dikukuhkan dalam Al-Qur‟an, Sunah, dan ijmak.
Dalam Al-Qur‟an, Allah SWT. Berfirman yang mana artinya :“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” )QS. Al-Baqarah {2}: 183(. 4 Ayat ini diturunkan pada bulan
Sya‟ban tahun ke-2 H. Umat Islam pada tahun tersebut secara resmi diwajibkan berpuasa
pada bulan Ramadhan. Adapun yang diserukan dalam ayat ini adalah orang-orang mukmin,
tidak manusia secara keseluruhan. Hal itu menunjukkan dua makna, pertama puasa hanya
diwajibkan pada orang-orang mukmin saja, karena iman itulah yang menjadi dasar adanya
perintah. Kedua, karena atas dasar imanlah puasa itu sah dalam arti mendapatkan pahala dari
Allah.
Agama Islam itu akan kuat dan kokoh apabila pemeluknya dapat melakukan kelima
rukun Islam tersebut dengan baik. Artinya tidak hanya memilih atau mengerjakan salah satu
saja, akan tetapi harus semuanya dikerjakan. Kaum Muslimin dari semua mazhab dan
golongan sejak periode Nabi SAW. hingga hari ini telah sepakat atas wajibnya puasa

1
Ramadhan. Yakni fardhu „ain bagi tiap-tiap Muslim yang mukallaf tanpa kecuali, baik pada
masa lalu maupun sekarang, sehingga puasa Ramadhan termasuk kewajiban yang bersifat
tawatur yaqini, yang diketahui sebagai bagian integral dari agama, yang kewajibannya
mengikat orang awam maupun khawas tanpa memerlukan kajian dan dalil lagi.
Disisi lain ada orang-orang yang uzur berpuasa Ramadhan beserta hukumhukumnya.
Pertama, uzur yang mewajibkan pemiliknya berbuka dan haram berpuasa. Jika ia berpuasa,
puasanya tidak sah dan tetap harus mengqadhanya. Ini ditetapkan berdasarkan ijmak. Inilah
uzur yang berkaitan dengan perempuan, yaitu haid dan nifas. Kedua, uzur yang membolehkan
pemiliknya untuk berbuka, bahkan dalam keadaan tertentu mewajibkan, akan tetapi ia wajib
menqadha. Ini adalah uzur sakit dan safar, sebagaimana yang tertuang dalam kitab Allah.
Ketiga, uzur yang membolehkan pemiliknya untuk berbuka, bahkan terkadang
mewajibkannya, dan tidak perlu mengqadha namun memberi fidyah (menurut jumhur). Itulah
uzurnya orang tua renta dan orang yang sehukum dengannya, semisal pengidap penyakit yang
tidak ada lagi harapan sembuh. Keempat, uzur yang masih diperselisihkan ulama tentang
jenisnya; apakah ia sejenis dengan uzur sakit, orang tua renta, atau memiliki hukumnya
sendiri? Ini adalah uzurnya orang hamil dan menyusui. Kelima, uzurnya orang yang berat
untuk melakukan puasa karena jenis pekerjaannya. Misalnya pekerja tambang dan
semisalnya. Tetapi ada beberapa golongan yang mendapat dispensasi dari Allah boleh tidak
berpuasa pada bulan Ramadhan karena uzur, seperti; hamil, menyusui, dipaksa orang lain,
perjalanan (safar), sakit, jihad, lapar, haus, dan usia lanjut

B. Rumusan Masalah
 ayat al-qur’an serta hadist yang membicarakn tentang puasa ?
 pengertian puasa?
 hikmah perpuasa?
 tujuan puasa?

C. Tujuan
 memahami arti penting berpuasa
 mengetahui keutamaan puasa ramdahan
 mengetahui berbagai macam puasa sunah

2
BAB II
ISI
A. Pengertian Puasa
Puasa menurut bahasa berarti menahan diri dari sesuatu. Puasa menurut istilah:
menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami isteri dan segala yang
membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah. Dasar
keharusan niat berpuasa karena Allah:
ِ ‫هَ َ ل ِل ِصني ُخ ْ َ م ُوا اهلل ُد ب ْ َع‬
1) Firman Allah SWT: ُ ‫ ] َاء ف‬... َ‫( ابلينة‬89): 5 ]. ‫ي ل َّ ِال ُوا إ ِمر ُ َا أ َم و‬
‫َ ن ُ َ ح ِّين ادل‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus …” [QS.
Al-Bayyinah (98): 5].
َّ ‫ه ْ ي َ ل َ ُ ع‬
2) 2) Hadits Nabi Muhammad saw: ِ ‫ى اهلل َ ل اهلل ص ِ َ ُول َس َّ ر ن َ َ أ ر َ م ُ ْ ع َن ع ُِّل ِلك َ ِة‬
‫ و َ َا ن ِ ٍئ م ر ْ ام كتاب اإليمان‬،‫ ]أخرجه ابلخاري‬... ‫[و َّ ي ِّ ِانل ُ ب َال م ْ ع َ أل ْ َا ا م َّ ِن َ إ َال َ ق م َّ ل َ َس و َى‬.
Artinya: “Dari Umar r.a. (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya
semua perbuatan ibadah harus dengan niat, dan setiap orang tergantung kepada niatnya
…” [Ditakhrijkan oleh AlBukhari, Kitab al-Iman].
3) Hadits Nabi Muhammad saw: َ ‫َيض َ اهلل ََْْن ر ِ ِمين ْ ؤ ُ مل ِْ ِّ ا م ُ َ أ َ ة ْص ف َ ْ ح َن ع ْ م َ ْ ل َن َ م َال َ ق م َّ ل َ َس ِه و ْ ي‬
ِ ‫اَهْنَُع‬
351، 2 ،‫ الصنعاين‬،‫ ُ َه َ ل َام َ ِ يص َال ِ ف ر ْ َج ف ْ َ ال ْل ب َ َ ق َامِ ِّ ي ْ الصِ ِّت ي َ ب ُ ي ]رواه اخلمسة‬. ‫ل َ ُ ع َّى اهلل َ ل َّ ص َّب ِي َّ انل ن َ أ‬.]
Artinya: “Dari Hafshah Ummul Mu’minin r.a. (diriwayatkan bahwa) Nabi saw bersabda:
Barangsiapa tidak berniat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya.”
[Ditakhrijkan oleh AlKhamsah, lihat Ash-Shan‘aniy, II, 153].
Puasa merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa dan penyembuh bagi berbagai
penyakit jiwa dalam tubuh. Hal ini dikarenakan pencegahan dari makan dan minum, sejak
sebelum fajar hingga terbenamnya matahari pada semua hari bulan ramadhan, merupakan
latihan bagi manusia dalam melawan dan menundukkan hawa nafsunya. Dengan ini, dapat
tertanam semangat ketakwaan pada dirinya. Allah berfirman dalam surah al- baqarah yang
artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (Al-baqarah: 183).
Dengan kata lain, puasa dapat menghindarkan diri dari berbagai maksiat. Sebab puasa
bisa menundukkan hawa nafsu yang mendorong tindakan maksiat. puasa juga merupakan
latihan bagi manusia untuk bersabar dalam menahan lapar, haus, dan mencegah hawa nafsu.
Selanjutnyya, kesabaran yang dipelajari dari puasa akan diterapkan diseluruh aspek
kehidupannya. Kesabaran merupakan tindakan terpuji yang diperintahkan Alloh kepada
manusia untuk menjadikannya sebagai perhiasan.

3
B. Tujuan Puasa
Puasa merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa dan penyembuhan bagi
berbagaipenyakit jiwa dalam tubuh. Hal ini dikarenakan pencegahan dari makan dan minum
sejak sebelum fajar hingga terbenamnya matahari.34 Ditinjau dari segi ilmiah puasa dapat
memberikan kesehatan jasmani maupun rohani. Dua buah buku yang ditulis oleh Dr. Alan
Cott, doktor ahli dari Amerika tentang manfaat puasa berjudul "Fasting as aWay of Life" dan
"Fasting the Unlimate Diet" . Kalau pengertian puasa dalam islam adalah menahan diri (dari
nafsu makan, minum, seks) sejak matahari terbit hingga matahari terbenam, maka pengertian
puasa neburut Cott agak beda. Dalam pengertian Cott, puasa masih boleh minum air. Dengan
demikian, kita tentunya harus berhati-hati atas kesimpulan Cott. Dari kedua buku yang telah
disebut diatas diceritakan antara lain bagaimana keterkaitan antara puasa dengan gangguan
kejiwaan.
Puasa yang merupakan rukun islam yang ketiga sangat syarat dengan hikmah dan
manfaat bagi kehidupan umat manusia. Diantara hikmah puasa itu adalah mampu
mengendalikan diri dari perbuatan yang dilarang agama. Ibadah puasa mendidik orang-orang
yang beriman untuk menahan diri dari lapar dan haus dan dari perbuatan-perbuatan godaan-
godaan syaitan. Bayangkan saja dalam keadaan pengawasan tanpa siapapun dari manusia
namun tetap orang-orang yang beriman itu tidak mau membetalkan puasanya (tidak makan
tidak minum dan tidak mau melakukan sesuatu yang membatalkan ibadah puasa). Ibadah
puasa juga bisa dijadikan sebagai benteng diri dari berbagai godaan dan kenikmatan dunia.
Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Alloh SWT pasti mengandung manfaat dan tujuan.
Dimana tujuan tersebut pada hakikatnya adalah untuk menyembah Alloh SWT.
Adapun tujuan menurut beberapa ahli diantaranya adalah Kaysan menjelaskan tujuan ibadah
puasa adalah untuk menahahn nafsu dari berbagai syahwat, sehingga ia mampu menghadapi
sesuatu yang menjadi puncak kebahagiaannya, menerima sesuatu yang menyucikannya, yang
didalamnya terdapat kehidupannya yang abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar
dan dahaga serta mengingatkannya dengan keadaan orang-orang yang menderita kelaparan
diantara orang-orang miskin, menyempitkan jalan setan pada diri hamba dengan
mnyempitkan jalan aliran makan dan minum.
Selain itu Ahmad Azhar Basyir mengungkapakan tujuan puasa lebih kompleks yang
ditinjau dari beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Kejiwaan
Al-Qur'an menjelaskan bahwa tujuan puasa adalah untuk menjadikan
seseorang berjiwa takwa. Takwa berarti menjaga diri jangan sampai sengsara.
Menjaga diri dilakukan dengan taat menjalankan perintah Alloh dan menjauhi
laranganNya. Orang akan dapat taat apabila jiwanya kuat sebab perintah Alloh tidak
dimaui hawa nafsu dan larangan Alloh amat disenangi hawa nafsu.

4
2. Aspek Kemasyarakatan
Orang yang merasa lapar pada waktu puasa akan terketuk hati dan ingatannya
kepada orang fakir miskin. Dalam suatu riwayat, ketika Nabi Yusuf diberi kekuasaan
atas gudang makanan di Mesir, ia banyak berpuasa. Pada waktu ditanya mengapa ia
berpuasa padahal kekuasaan, perbendaharaan, dan gudang bahan makanan di
tangannya, ia menjawab, "apabila saya selalu kenyang, takut lupa kepada perasaan
lapar yang diderita si fakir".
3. Aspek Jasmani
Hadist riwayat Ibnu Majjah dan Ibnu Hibbah mengajarkan bahwa tempat
pada manusia tidak ada yang lebih buruk dipenuhi daripada perutnya, cukuplah orang
makan sekedar dapat untuk menegakkan tulang punggungnya, apabila harus diadakan
pembagian, hendaknya sepertiga dari untuk minuman, dan sepertiga perut untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafasnya. Apabila perut
itu adalah sarang penyakit, mencegah makanan adalah obat yang paling utama.
Dengan demikian, puasa adalah salah satu cara yang amat besar artinya bagi
kesehatan jasmani.
Oleh karena itu, puasa pada siang hari yang diikuti makan sepuaspuasnya
pada malam harinya, beraneka macam makanan di beli, ibarat pesta malam selama
bulan Ramadhan, tidak sesuai dengan tujuan puasa dari segi jasmani tersebut.
Berpuasa harus kita lakukan dengan cara yang benar sehingga akan mendatangkan
kesehatan rohaniah maupun jasmaniah, bukan puasa yang formalitas, maupun puasa
yang berjiwa, puasa yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas kepada Alloh SWT dan
sesuai tuntunan Nabi SAW.
Puasa pada dasarnya adalah sebuah ibadah yang mengajak orang yang
menunaikan untuk memiliki sifat moderat (al-wasthiyah) dan seimbang (attawazun).
Dalam pergaulan hidup sehari-hari sering di jumpai dua posisi berlawanan seperti
rohani versus jasmani, individu versus sosial, pragmatis versus idealis, statis versus
dinamis, tetap versus berubah-ubah, dan sebagainya.
Tujuan diatas mengindikasikan bahwa puasa bertujuan untuk berbakti kepada
Alloh , agar menjadi orang yang bertakwa karena itu merupakan tugas utama manusia
dan mendidik manusia untuk menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani dalam
kehidupannya, selain itu agar manusia sadar bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang membutuhkan bantuan orang lain dalam arti manusia harus sadar lingkungan
yang ada disekitarnya.

5
C. Hukum Puasa
Puasa di tinjau dari hukumya dibedakan menjadi empat macam yaitu puasa fadhu/wajib,
puasa sunnah, puasa haram, dan puasa makruh.
a) Puasa fardhu/wajib :
1. Puasa Ramadhan
2. Puasa Qadha'
3. Puasa Nadzar
4. Puasa Kifarat (Denda karena suatu pelanggaran)
b) Puasa yang disunnahkan
1. Puasa pada bulan syawal
2. Puasa senin kamis
3. Puasa arafah (9 dzulhijjah)
4. Puasa 'asyura (tanggal 10 mharram)
5. Puasa tiga hari setiap bulan qamariyyah (tanggal 13,14,15)
6. Puasa Nabi Daud As.
7. Puasa pada bulan sya'ban
c) Puasa yang di haramkan
1. Puasa pada dua hari raya
2. Puasa pada hari tasrik
3. Puasa khusus pada hari jum'at
4. Puasa sepanjang masa
5. puasa pada hari yang diragukan
6. Puasa seorang istri tanpa izin suami (pada saat selain puasa wajib)
d) Puasa yang di makruhkan
1. Puasa pada hari jum'at saja atau hari sabtu saja
2. Puasa yang dapat membuat diri menderita.

D. Syarat wajib dan sah puasaa


Adapun syarat wajib dan sahnya puasa adalah sebagai berikut:
a) Syarat-syarat wajib berpuasa itu ada 3 perkara, menurut sebagian keterangan 4
perkara, yaitu :
1) Islam
2) Sudah dewasa (Baligh)
3) Berakal sehat
4) Kuasa (mampu) mengerjakan puasa.29
b) Syarat Syahnya Puasa adalah :
1) Islam

6
2) Tamyiz, artinya orang-orang/ anak-anak yang dapat membedakan antara baik
buruk, tegasnya bukan anak yang terlalu kecil dan bukan orang gila
3) Suci dari haid dan nifas, wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika
mereka berpuasa, tapi wajib qada' pada waktu lain, sebanyak bilangan hari
yang ia tinggalkan
4) Tidak di dalam hari-hari yang di haramkan berpuasa.
c) Sunah puasa :
1. Mengakhirkan sahur hingga bagian akhir malam, selama tidak khawatir
terbitnya fajar.
2. Menyegerakan berbuka jika telah pasti tenggelamnya matahari.
3. Memperbanyak amal-amal kebaikan, dan yang terdepan adalah menjaga
shalat 5 waktu tepat pada waktunya yang dikerjakan bersama jamaah,
membayar zakat kepada yang berhak, memperbanyak shalat sunah, sedekah,
tilawah al-Quran, zikir, berdoa dan beristigfar.
4. Jika dicela hendaknya mengatakan: "Aku sedang puasa." Tidak membalas
celaan, tetapi menanggapinya dengan baik agar mendapatkan pahala dan
selamat dari dosa.
5. Membaca doa ketika berbuka dengan doa yang disukainya. Diantaranya: ‫م ُ ه‬
ِ ْ ‫ ن َك َ ْ ن ت‬# $ ِ " ‫ك ْ ِ ُ ْ ر َ ط ْ ف َ َ ف َ ت َ ق ب ْ ل ِم‬
ْ ‫لس م ي ُ ع ْ َ ل ع ِل‬ ِ
َ َ ‫ت ْ مُ ص ََ ق‬
ُ ‫َك ل ل َ ل‬
‫" ي ُ م‬Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizki-Mu aku berbuka,

terimalah amalku, sesungguhnya engkau Maha Mendengar dan Maha


Mengetahui."

E. Hikmah Puasa
Setiap ibadah yang di perintahkan Alloh SWT pasti mempunyai hikmah di dalam
pelaksanaanya puasa memiliki hikmah dan keutamaan yang banyak. Hal ini diisyaratkan
dalam nash-nash syara’ itu sendiri, antara lain:
1. Pembersih jiwa (tazkiyat al-nafs). Hal ini tercipta dengan menaati apa yang di
perintahkan Alloh SWT dan menjauhi laranganNya serta berupaya menyempurnakan
penghambaan kepada Alloh SWT sekalipun harus menahan diri dari dorongan hawa
nafsu dan dari hal-hal yang menyenangkan.
2. Sesungguhnya puasa selain untuk menjaga kesehatan badan sebagaimana dijelaskan
para dokter spesialis, para ahli fiqih juga menegaskan bahwa puasa mampu
mengangkat dimensi kejiwaan mengungguli dimensi materi dalam diri
manusia.manusia sebagaimana digambarkan dengan penciptaan adam a.s. memiliki
potensi diri yang ganda.dalam diri manusia, ada unsure tanah dan unsure ruh ilahi

7
yang Alloh SWT tiupkan kepadanya. Satu unsure akan menjatuhkannya kedalam
kehinaan,dan unsure lainnya akan mengangkatnya kepada kemuliaan.
3. Puasa adalah proses mendidik kehendak diri dan jihad jiwa, membiasakan sabar, dan
revolusi atas kebiasaan diri.
4. Dorongan seksual merupakan senjata setan yang paling berbahayadalam
menjerumuskan manusia.sebagian psikolog mengungkapkan bahwa dorongan seksual
merupakan cirri umum bagi setiap perilaku manusia terutama bila berkaca pada
peradaban masyarakat barat sekarang. Pengaruh puasa sangat besar dalam menahan
hawa nafsu dan meninggikan naluri manusia, khususnya jika melaksanakan puasa
semata mengharap ridha Alloh SWT.
5. Hikmah puasa juga adalah mengajarkan orang yang berpuasa untuk mensyukuri
nikmat Alloh SWT.nikmat yang melimpah biasanya menghilangkan kepekaan
manusia akan arti nikmat tersebut dan tidak menyadari besarnya nikmat itu, kecuali
ketika nikmat itu hilang.
6. Selain itu, puasa juga memiliki hikmah social (hikamh ijtima’iyyah), khususnya
puasa ramadhan. Puasa dengan memaksamenahan lapar kepada seluruh manusia,
termasuk orang yang kaya sekalipunsebagai bagian nilai kesetaraan dalam
penderitaan, dan menumbuhkan dalam jiwa-jiwa orang kaya rasa prihatin akan nasib
kaum fakir dan miskin.
7. Hikmah keseluruhan dari berpuasa adalah agar manusia mencapai derajat taqwa dan
naik peringkat menjadi muttaqin (orang yang bertakwa).

F. Kaum yang di izinkan tidak berpuasa


Dibolehkan tidak berpuasa bagi 4 macam orang:
1) Orang sakit yang jika berpuasa malah akan membahayakannya dan musafir yang
perjalanannya boleh diqoshor (diringkas jumlah rakaat) shalat. Bagi keduanya
berbuka lebih utama. Keduanya wajib mengganti puasanya. Jika tetap berpuasa itu
pun tidak mengapa.
2) Wanita haid dan nifas. Keduanya wajib mengganti puasanya. Jika keduanya tetap
berpuasa, maka puasanya tidak sah.
3) Wanita hamil dan menyusui. Jika khawatir terhadap anak/janinnya boleh tidak puasa,
tetapi wajib mengganti dan memberi makan setiap harinya satu orang miskin. Jika
khawatir terhadap dirinya, dia hanya cukup mengganti puasanya saja. Keduanya
boleh juga tetap berpuasa.
4) Tidak mampu berpuasa karena jompo dan sakit kronis (kecil harapan sembuhnya).
Dia boleh tidak puasa, dan menggantinya dengan memberi makan satu orang miskin

8
setiap harinya sebanyak 1 mud gandum atau 1/2 sho' dari selainnya (kurang lebih
1kg-1,5 kg).3

G. Hal – hal yang membatalkan puasa


a) Diharamkan jima (bersetubuh) di farj (vagina) pada siang Ramadhan. Bagi yang
melakukannya wajib mengganti dan menunaikan kafarah mughalazoh, yaitu
membebaskan budak, jika budak tidak ada maka dengan berpuasa selama dua bulan
berturut-turut, jika tidak mampu berpuasa maka dengan memberi makan 60 orang
miskin.
b) Makan dan minum dengan sengaja. Jika karena lupa puasanya tidak batal.
c) Infus dan transfusi darah pada orang yang berpuasa, seperti akibat pendarahan.
Sedangkan suntikan yang bukan makanan, ulama berbeda pendapat, lebih utama tidak
melakukannya kecuali darurat yang mengharuskan berbuka agar keluar dari khilaf.
d) Mengeluarkan air mani secara sadar dengan onani, mencumbu, mencium atau yang
sepertinya dengan sadar. Adapun bila keluar mani karena mimpi, tidaklah
membatalkan puasa karena di luar kesadaran.
e) Murtad dari Islam.

9
BAB III
KESIMPULAN
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat di ambil:

1. Puasa adalah menahan dari makan, minum, dan hubungan kelamin, mulai dari waktu fajar
sampai Maghrib, karena mencari Ridha Allah . Puasa dalam pengertian bahasa adalah
menahan dan berhenti dari sesuatu, sedangkan dalam istilah agama artinya adalah menahan
dari makan, minum, dan hubungan kelamin, mulai dari waktu fajar sampai Maghrib, karena
mencari Ridha Allah .
2. Macam-macam puasa ada puasa wajib, Puasa Sunnah, Puasa Makruh, Puasa haram.
3. Rukun puasa ada dua yaitu Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, semenjak
terbit fajar hingga terbenam matahari dan niat.
selain itu puasa merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa dan penyembuh bagi berbagai
penyakit jiwa dalam tubuh. Hal ini dikarenakan pencegahan dari makan dan minum, sejak
sebelum fajar hingga terbenamnya matahari pada semua hari bulan ramadhan, merupakan
latihan bagi manusia dalam melawan dan menundukkan hawa nafsunya. Dengan ini, dapat
tertanam semangat ketakwaan pada dirinya. Allah berfirman dalam surah al- baqarah yang
artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (Al-baqarah: 183).

10
DAFTAR PUSTAKA

Ibn, A., & Al-Jarullah, J. (2010). Ringkasan Hukum-Hukum Seputar Puasa Indonesia-Indonesian.

Muhammadiyah, P. P. (2013). Tuntunan Ibadah Pada Bulan Ramadhan. Yogyakarta(Gramasurya).

11

Anda mungkin juga menyukai