Anda di halaman 1dari 24

PUASA

(Pengertian Puasa dan Dasar Hukumnya, Syarat Wajib dan Syarat sah puasa, Rukun

Puasa, Puasa Wajib,Hal-Hal Yang membatalkan Puasa)

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Fiqih

Ibadah pada Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah

OLEH :

KELOMPOK X (sepuluh)
IRMANSYAH (862312021054)

Dosen Pengajar:
Dr. Sarifa Nursabaha, S.Pd,. M.Pd.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah

dengan judul ini. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai

hari penghabisan.

Atas bimbingan kekompakan dan saran dari teman-teman maka disusunlah

Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami

semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah FIQIH IBADAH dan semoga segala

yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para

pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan

saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-

langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena


kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Watampone, 03 Desember 2021

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
A. Pengertian Puasa dan Dasar Hukumnya............................................. 4
B. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa.................................................... 9
C. Rukun puasa........................................................................................ 11
D. Puasa Wajib........................................................................................ 12
E. Hal-Hal yang membatalkan puasa...................................................... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................. 19
A. Kesimpulan......................................................................................... 19
B Saran ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh

manusia sebelum islam.1Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada

Allah SWT, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-

rosulNya, kepada hari akhirat dan kepada qodo dan qadarNya. Islam juga
mengajarkan lima kewajiaban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat,

sebagai pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan

sholat,membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.

Saumu (puasa), menurut bahasa arab adalah “menahan dari segala sesuatu”.

Seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat

dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari sesuatu

yang membatalkannya,satu hari lamanya, mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya

matahari dengan niat dan beberapa syarat.2

Menurut Muhammad Asad, puasa adalah the obstienence of speech memaksa

diri untuk tidak bercakap-cakap dengan perkataan yang negatif, contohnya seperti

memfitnah, berbohong, mencaci maki, berkata-kata kotor, mengadu domba dan

sebagainya.

Menurut Syeikh Mansur Ali Nashif, puasa dapat menjadi benteng daan

peliharaan dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dikatakan demikian karena puasa dapat

1
Prof.Dr.Tgk.M. Hasbi Ash-Shiddieqy,Pedoman puasa,Semarang : Pustaka Rizki Putra
2009,h.1
2
Sulaiman Rasyid,Fiqih Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung , 2014.h.220

1
2

menghancurkan nafsu syahwat, bahkan dapat memelihara dari perilakunya

dari api neraka.

Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga

dari segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk

manifestasi rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah SWT, dalam

hal meninggalkan segala larangan untuk melatih jiwa raga dalam rangka

menyempurnakan ibadah kepadaNya.3

Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab, karena segala sesuatu yang

diciptakan tidak ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya demi

kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut tentang ibadah puasa banyak

sekali manfaat yang diperoleh dari kita berpuasa. Dan barang siapa yang

melakukannya dengan ikhlas da sesuai dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang

besar oleh Allah SWT.4

Dalam hal ini banyak pengertian menurut para ulama maupun dari Hadist-

Hadist rosulullah yang menyatakan bahwa puasa adalah ibadah yang sangat mulai

dan banyak sekali pahala yang diberikan kepada orang yang melaksanakan puasa

apalagi dibulan suci ramadhan,terkait pengertian pasti ada pun keutamaan dalam

melaksanakan puasa serta syarat wajib dan sah dalam melaksanakan puasa.

Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam yakni

merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. Puasa mempunyai banyak faedah bagi

rohani jasmani kita. Ibadah puasa juga banyak mengandung aspek sosial, karena

lewat ibadah ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain yang tidak

dapat memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa juga

3
http://dilihatnya.com/900/pengertian-puasa-menurut-para-ahli (21 juni 2022)
4
https://123dok.com/document/zwojemgy-makalah-puasa-wajib-dan-sunnah.html

2
3

menunjukkan bahwa orang-orang beriman sangat patuh kepada Allah karena mereka

mampu menahan makan atau minum dan hal-hal yang membatalkan puasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas

yaitu sebagai berikut.

1. Pengertian Puasa dan Dasar Hukumnya ?

2. Syarat Wajib dan Syarat sah Puasa ?

3. Rukun Puasa ?

4. Puasa Wajib ?

5. Hal-hal yang Membatalkan Puasa ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Puasa dan Dasar Hukumnya

2. . Untuk Mengetahui Syarat Wajib dan Syarat sah Puasa

3. . Untuk Mengetahui Rukun Puasa

4. . Untuk Mengetahui Puasa Wajib

5. Untuk Mengetahui Hal-hal yang Membatalkan Puasa

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa dan Dasar Hukum Puasa

1. Pengertian puasa

Menurut bahasa arab , puasa disebut dengan Shaum yang berasal dari

kata ‫صوم‬ yang berarti mencegah atau menahan. Sedangkan arti shaum menurut

istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan

puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya

matahari. Artinya , puasa adalah penahan diri dari syahwat perut dan syahwat

kemaluan, serta dari segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh

(seperti obat dan sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak terbitnya fajar

kedua ( yaitu fajar shadiq) sampai terbenamnya matahari yang dilakukan oleh orang

tertentu yang memenuhi syarat yaitu beragaa islam, berakal, dan tidak sedang haid

dan nifas , disertai niat yaitu kehendak hati untuk melakukan perbuatan secara pasti

tanpa ada kebimbangan, agar ibadah berbeda dari kebiasaan.5

Penggunaan kata - kata al-Saum dalam arti etimologi ini ditemukan


dalam Al-Quran dalam surat Maria ayat 26 yang berbunyi:

‫َفُك ِلْي َو اْش َر ِبْي َو َقِّرْي َع ْيًناۚ َفِاَّم ا َتَر ِيَّن ِم َن اْلَبَش ِر َاَح ًد ۙا َفُقْو ِلْٓي ِاِّنْي َنَذ ْر ُت ِللَّرْح ٰم ِن‬
‫ۚ َص ْو ًم ا َفَلْن ُاَك ِّلَم اْلَيْو َم ِاْنِس ًّيا‬

5
Drs. H. Mo. Rifa’I, Fikih Islam Lengkap,(semarang:Pt.Karya Toha Putra, 1978),h.322

4
5

Terjemahannya : Kemudian makan, minum, dan bergembira. Jika Anda melihat seorang

manusia, maka katakan: "Sesungguhnya aku telah berpuasa kepada Tuhan Yang Maha

Pemurah, dan aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari itu."6

Maka makan-lah buah kurma yang berjatuhan itu dan minum-lah air

dari anak sungai tersebut. Nikmatilah dan bersenang hatilah engkau dengan kelahiran

putramu. Jika engkau melihat seseorang dengan kondisimu sekarang, maka

katakanlah kepadanya dengan isyarat, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa,

yakni menahan diri untuk tidak berbicara, untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka

aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”7

Adapun beberapa ulama yang menyatakan tentang puasa sebagai

berikut:

1. Taqiyu al-Din Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini, berpuasa

sebagai pengekangan terhadap hal-hal tertentu dari orang tertentu, pada

waktu-waktu tertentu, disertai dengan kondisi tertentu.

2. Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqh Sunnah, berpuasa sebagai

menahan diri dari apa pun yang membatalkan puasa, dari subuh hingga

matahari terbenam dengan niat.

3. Muhammad bin Ismail al-Kahlani, berpuasa sebagai menahan diri

dari makan, minum, dan hubungan seksual dan orang lain yang diperintahkan

untuk menahan diri dari itu sepanjang hari dengan cara yang ditentukan.

Selain itu, menahan diri dari kata-kata tanpa kata (membuat), merangsang

6
Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Jumaaanatul 'Al.
7
Tafsir Ringkas Kemenag RI,2022, Al-Qur'an dan Terjemahnya,

5
6

(porno) adalah kata lain yang ilegal atau tidak senonoh pada waktu tertentu

dan sesuai dengan kondisi yang ditentukan.

Dapat ditafsirkan bahwa puasa atau sembilan adalah ibadah Allah

swt,dengan syarat dan aturan tertentu dengan menahan diri dari makan, minum,

hubungan seksual dan tindakan lain yang dapat membahayakan atau mengurangi

makna atau nilai puasa, sejak subuh fajar sampai matahari terbenam.

2. Dasar Hukum Puasa

Dalam ayat suci Al-Quran surah al- baqarah ayat 183 yang menjelaskan dasar

hukum puasa yang berbunyi

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬

ya ayyuhallazina amanuu kutiba ‘alaikumush-shiyamu kama kutiba


‘alallazina ming qablikum la’allakum tattaquun

Terjemahanya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa,8

Dalam Al Baqarah ayat 183, Allah memberikan seruan kepada orang-orang

yang beriman. At Thabari dalam kitab puJami' Al Bayan mengatakan bahwa seruan

tersebut menunjuk pada orang beriman yang bersaksi mengenai keesaan Allah dan

kebenaran ajaran yag dibawa Nabi Muhammad, lalu membenarkannya. Selanjutnya,

masih di ayat yang sama, orang-orang beriman diberikan kewajiban berpuasa. Puasa

8
https://tirto.id/glwK, Surah Al-Baqarah Ayat 183-185: Arab, Latin, Tafsir, dan Artinya

6
7

tersebut juga sebelumnya telah diwajibkan pada umat terdahulu. Al Zamakhsyari

dalam Tafsir al-Kasyaf mengatakan bahwa umat terdahulu yaitu para nabi semenjak

Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, beserta para umatnya. Lalu, tujuan berpuasa

adalah membentuk pribadi yang bertakwa.

Sementara itu, Al Qurtuby mendefinisikan puasa dalam ayat tersebut yaitu

menahan diri dari berbuka puasa yang diikuti niat, mulai terbit fajar sampai terbenam

matahari. Seorang muslim yang menjalankan ibadah puasa harus menjauhkan diri

dari berbagai perbuatan yang dapat membatalkannya. Semua perbuatan yang dilarang

agama, bahkan berdusta sekali pun, dapat mengurangi keutamaan berpuasa.

Dan dalam surah al-baqarah ayat 184 yang berbunyi :

‫اََّياًم ا َّم ْعُد ْو ٰد ٍۗت َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َّم ِر ْيًضا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّي اٍم ُاَخ َر ۗ َو َع َلى‬
‫اَّلِذ ْيَن ُيِط ْيُقْو َنٗه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكْيٍۗن َفَم ْن َتَطَّوَع َخْيًرا َفُهَو َخْيٌر َّلٗه ۗ َو َاْن َتُصْو ُم ْو ا َخْيٌر َّلُك ْم‬
‫ِاْن ُكْنُتْم َتْع َلُم ْو َن‬
ayyamam ma’duudat, fa mang kana mingkum maridhan au ‘ala safarin fa
‘iddatum min ayyamin ukhar, wa ‘alallazina yuthiiquunahu fidyatun tha’amu miskin,
fa man tathawwa’a khairan fa huwa khairul lah, wa an tashuumuu khairul lakum ing
kuntum ta’lamuun

terjemahanya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa

diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah

baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan

wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)

membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan

7
8

kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan

berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.9

Lalu, dalam ayat 184, Allah memberikan keringanan pada sebagian

orang untuk tidak berpuasa. Mereka adalah orang yang sakit atau dalam perjalanan.

Mereka bisa menggantinya di hari lain. Selain itu, apabila terdapat orang yang berat

menjalankannya secara syar'i, mereka harus membayar fidyah dengan memberi

makan pada orang miskin. Dan ayat selanjutnya yang menjelasjkan hukum dari puasa

yaitu surah al- baqarah ayat 185

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ْٓي ُاْنِز َل ِفْيِه اْلُقْر ٰا ُن ُه ًدى ِّللَّن اِس َو َبِّيٰن ٍت ِّم َن اْلُه ٰد ى َو اْلُفْر َق اِۚن‬
ۗ ‫َفَم ْن َش ِهَد ِم ْنُك ُم الَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۗ َو َم ْن َك اَن َم ِر ْيًض ا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّي اٍم ُاَخ َر‬
‫ُيِر ْيُد ُهّٰللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِر ْيُد ِبُك ُم اْلُعْس َر ۖ َو ِلُتْك ِم ُل وا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّب ُروا َهّٰللا َع ٰل ى َم ا َه ٰد ىُك ْم‬
‫َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬
syahru ramadhanallazi unzila fihil-qur`anu hudal lin-nasi wa bayyinatim
minal-huda wal-furqan, fa man syahida mingkumusy-syahra falyashum-h, wa mang
kana maridhan au ‘ala safarin fa ‘iddatum min ayyamin ukhar, yuridullahu bikumul-
yusra wa la yuridu bikumul-‘usra wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullaha ‘ala ma
hadakum wa la’allakum tasykuruun

Terjemahanya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,

bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi

manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang

hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat

tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa

sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
9
https://tirto.id/glwK, Surah Al-Baqarah Ayat 183-185: Arab, Latin, Tafsir, dan Artinya

8
9

sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki

kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu

mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-

Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

B. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa

1. Syarat wajib puasa

a). Baligh

Puasa tidak diwajibkan atas anak kecil. Akan tetapi, puasa yang

dilakukan oleh anak kecil yang mumayiz,hukumannya sah, seperti halnya sholat.

Menurut mazhab Syafi’i, Hanafi, dan hanbali, wajib menyuruhnya berpuasa ketika

dia telah berpuasa tujuh tahun. Dan jika anak kecil itu tidak mau berpuasa, walinya

wajib memukulnya ketika di atelah berusiasepuluh tahun. Hal itu dimaksudkan agar

dia menjaditerbiasa dengan puasa, seperti halnya sholat. Kecuali,terkadang seseorang

mampu melakukan sholat, tetapi belum tentu mampu berpuasa. Dalam Sabda
Rasulullah SAW :

“Tiga orang terlepas dari hukum (a) orang yang sedang tidur hingga ia

bangun, (b) ornag gila sampai ia sembuh, (c) kanak-kanan sampai ia balig.” (Riwayat

Abu Dawud dan Nasai).10

10
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014),227

9
10

b). Berakal

Puasa tidak wajib dilakukan oleh orang gila, orang pingsan dan orang-

orang mabuk, karena mereka tidakdikenai khithab taklifiy; Pendapat ini dipahami dari

Hadis Nabi SAW berikut:


‫ُر ِفَع ْالَقَلُم َع ْن َثاَل ٍث َع ْن الّناِئِم َح ّتى َيْسَتْيِقُظ َو َع ِن ْالَم ْج ُن ْو ِن َح ّتى ُيِفْي َق َو َع ِن الَّص ِبِّى َح َّتى‬
‫َيْبُلَغ‬

Artinya: "Hukum (puasa) tidak berlaku atas tiga orang: anak kecil
hingga dia baligh (dewasa), orang gila hingga dia waras, dan orang tidur hingga dia
bangun," (HR Abu Daud dan Ahmad).

Orang yang akalnya (ingatannya) hilang tidak dikenaikewajiban

berpuasa. Dengan demikian, puasa yangdilakukan oleh orang gila, orang pingsan, dan

orang mabuktidak sah. Sebab, mereka tidak berkemungkinan untukmelakukan niat.11

c). Mampu ( sehat ) dan Berada ditempal tinggal (iqamah)

Puasa tidak diwajibkan atas orang sakit. Walaupun demikian mereka

wajib mengqadhanya. Kewajibanmengqadha puasa bagi keduanya ini telah disepakati

oleh para ulama. Tetapi jika keduanya ternyata berpuasa, puasanya dipandang sah.

2. Syarat sah puasa

a). Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa.

b). Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik).

c). Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabismelahirkan).

Orang yang haid atau nifas itu tidak sah berpuasa, tetapikeduanya

wajib mengqadha (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya. Dari Aisyah. Ia

11
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 163.

10
11

berkata, “kami disuruh oleh Rasulullah SAW mengqada puasa dan tidak disuruhnya

mengqada salat,” (Riwayat Bukhari).

d). Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa

pada dua hari raya dan hari Tasyrik (tanggal 11-12-13 bulan Haji). Dari Anas, “Nabi

SAW telah melarang berpuasa lima hari dalam satu tahun; (a) Hari Raya Idul Fitri,

(b) Hari Raya Haji, (c) tiga hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 bulan Haji).” (Riwayat

Daruqutni)12

C. Rukun Puasa

Ialah menahan diri dari dua macam syahwat, yakni syahwat perut dan

syahwat kemaluan. Maksudnya, menahan diri dari segalasesuatu yang

membatalkannya. Dua rukun puasa yaitu:

1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulanRamadhan. Yang

dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya.Sabda Rasulullah

SAW :“ Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit,

maka tiada puasa baginya.”(RiwayatLima Orang Ahli Hadis)

Kecuali puasa sunat, boleh berniat pada siang hari, asal sebelum awal

(matahari condong ke barat)

2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terrbitnya

fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT “ maka

sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu.

Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan

12
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014).h.229

11
12

benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.

Sebagimana firman Allah SWT dalam surah al- Baqarah ayat 187 :

‫ُاِح َّل َلُك ْم َلْيَلَة الِّص َياِم الَّر َفُث ِاٰل ى ِنَس ۤا ِٕىُك ْم ۗ ُهَّن ِلَب اٌس َّلُك ْم َو َاْنُتْم ِلَب اٌس َّلُهَّن ۗ َع ِلَم ُهّٰللا َاَّنُك ْم ُكْنُتْم‬
‫َتْخ َتاُنْو َن َاْنُفَس ُك ْم َفَتاَب َع َلْيُك ْم َو َع َفا َع ْنُك ْم ۚ َفاْلٰٔـ َن َباِش ُرْو ُهَّن َو اْبَتُغ ْو ا َم ا َكَتَب ُهّٰللا َلُك ْم ۗ َو ُك ُل ْو ا َو اْش َر ُبْو ا‬
‫َح ّٰت ى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْي ُط اَاْلْبَيُض ِم َن اْلَخ ْي ِط اَاْلْس َو ِد ِم َن اْلَفْج ِۖر ُثَّم َاِتُّم وا الِّص َياَم ِاَلى اَّلْي ِۚل َو اَل‬
‫ُتَباِش ُرْو ُهَّن َو َاْنُتْم ٰع ِكُفْو َۙن ِفى اْلَم ٰس ِج ِد ۗ ِتْلَك ُح ُد ْو ُد ِهّٰللا َفاَل َتْقَر ُبْو َه ۗا َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا ٰا ٰي ِت ٖه ِللَّن اِس َلَع َّلُهْم‬
‫َيَّتُقْو َن‬
Terjemahannya : Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur

dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi

mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi

Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka

dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga

jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.

Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu

campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka

janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepada manusia, agar mereka bertakwa.

D. Puasa Wajib

Puasa wajib merupakan puasa yang harus dilaksanakan oleh semua umat

islam. Apabila umat islam melakukannya maka mereka akan mendapatkan pahala.

Sebaliknya, apabila tidak melaksanakannya maka akan mendapat dosa.berikut ini

macam-macam puasa wajib

12
13

1. Puasa Ramadhan

Puasa ramadhan merupakan puasa yang wajib dilakukan oleh umat

muslim yang sudah dewasa atau baligh pada bulan ramadhan. Kewajiban berpuasa

dibulan ramadhan bagi umat muslim terantum dalam Al- Qur’an surah Al-Baqarah

ayat 183 sebagai berikut

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬
ya ayyuhallazina amanuu kutiba ‘alaikumush-shiyamu kama kutiba

‘alallazina ming qablikum la’allakum tattaquun

Terjemahanya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa”.(QS.Al-Baqarah ayat 183).

2. Puasa Nazar

Puasa nazar adalah puasa yang dikerjakan untuk memenuhi janji.

Nazar artinya janji. Hukum dari puasa Nazar adalah wajib apabila janji tersebut sudah

terpenuhi. Misalnya, ada seseorang yang mengalami sakit cukup parah. Kemudian

dia berdoa kepada Allah SWT memohon kesembuhan dan janji akan berpuasa selama

tiga hari jika sembuh. Ketika dia sudah sembuh dan sehat maka wajib memenuhi

nazarnya dengan berpuasa.

3. Puasa Kifarat

Puasa kifarat adalah puasa denda, puasa kifarat dilakukan untuk

menggantikan atau denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak

13
14

melaksanakan puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa yang telah

dilakukan.

4. Puasa Qadha Ramadhan

Qadha berarti mengganti kekurangan hari dalam puasa wajib dibulan

ramadhan ketika seseorang tidak bisa melakukannya dengan sempurna karena ada

halangan atau uzur yang diperbolehkan oleh syara seperti sakit dan berpergian.

E. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

Ibadah puasa ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus, namun

juga menahan diri dari hawa nafsu serta perbuatan buruk yang dapat merusak puasa

kita. Puasa melatih kita untuk lebih bersabar dalam menghadapi persoalan sehari-hari.

Supaya ibadah puasa ramadhan kita menjadi berkah, umat Islam wajib mengetahuai

dan menghindari perkara yang membatalkan puasa. Hal-hal yang membatalkan puasa

bersifat haram ketika berpuasa.

Perkara yang membatalkan puasa ramadhan tersebut bukan hanya

makan minum yang disengaja , namun juga hal yang diluar kendali seperti wanita

yang sedang haid atau nifas. Ramadhan tersebut harus dihindari supaya puasa yang

sedang dijalankan lancar dan mendapatkan pahala. Berikut ini beberapa hal-hal yang

membatalkan puasa.13

1. Makan dan Miunum dengan sengaja

Menurut kitab Al-Kasani, “segala sesuatu yang masuk kedalam tubuh

bisa menyebabkan batal puasa seseorang. Hal pertama paling jelas yang

13
https://hot.liputan6.com/read/4937819/perkara-yang-membatalkan-puasa-menurut-hadis-
patut-dihindari-selama-ramadhan

14
15

membatalkan puasa adalah makan dan minum.“Puasa menjadi sebab adanya sesuatu

yang masuk (kedalam tubuh),bukan sebab sesuatu yang keluar (dari tubuh),” (Al-

Kasani, Bada’ius Shana’i.juz 2 halaman 92).

Bahkan jika kalian memakan benda yang bukan termasuk bahan

makanan sekalipun, dapat dikatakan batal puasanya. Misalnya, menelan biji-bijian,

rumput dan sejenisnya.

2. Obat semprot asma dan inhale

Bernafas bukan termasuk hal yang membatalkan puasa, sebab aktifitas

itu berperan vital terhadap kehidupan manusia. Lain ceritanya seseorang memakai

inhaler atau obat semprot asama. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadist yang

berbunyi :“Yang menjadi patokan adalah samapainya sesuatu kedalam perut atau

otak melalui lubang asli, seperti hidung,telinga , dan dubur.” (Imam

Nawawi,Raudhatut Thalibin, juz 2 halaman 356)

Maka dengan begitu, metode pengobatan dengan menghirup asap

melalui mulut atau pun hidung termasuk juga yang membatalkan puasa.

3. Memasukkan obat ke anus atau dubur

Menjalani pengobatan dengan cara memasukkan benda asing atau

obat-obatan kesalah satu dari dua jalan yaitu qubul atau dubur, dinilai menjadi

perkara yang membatalkan puasa. Sebagai contoh, orang penderita ambeien dan

penyakit lain yang memungkinkan memakai kateter urine, dua hal itu membuat puasa

tidak sah.

4. Obat tetes telingan dan hidung

Nah, karena lubang hidung dan telinga termasuk lubang asli. Jika

seseorang sedang puasa lantas memakai obat tetes telinga ataupun hidung, maka batal

15
16

lah puasanya. Sebagaimana dikatakan Imam Syafi’I : “Jika seseorang menelan kerikil

atau benda bukan makanan, menginjeksi, mengobati luka sampai obat itu masuk

keperut, atau meneteskan obat ke hidung hingga sampai ke rongga kepala, maka

puasanya batal, jika ia sadar. Akan tetapi jika ia lupa, maka ia tidak terkena

kewajiban apa-apa.

5. Berhubungan Intim

Melakukan hubungan seksual dengan pasangan secara sengaja atau

berjima juga hukumnya batal dan puasa orang tersebut dianggap tidak sah. Bentuk

ganti ruginya harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu,

wajib memberi makan 60 fakir miskin dengan masing-masing senilai tiga perempat

liter beras. Tapi kalau hubungan suami istri dilakukan pada malam hari saat sudah

berbuka, maka tidak akan merusak puasa.

6. Muntah dengan sengaja

Muntah dengan sengaja termasuk salah satu perkara yang

membatalkan puasa. Misalnya sengaja memasukkan benda kemulut pemicu mual lalu

keluar muntah. Terlebih jika sisa muntah tersebut sengaja dimasukkan kembali

kemulut, maka dipastikan tidak sah puasanya. Sedangkan kalau tidak sengaja muntah

(sama sekali tak ada niatan untuk muntah) maka tidak membatalkan puasa.

Jika seseorang muntah tanpa disengaja atau muntah secara tiba-tiba

(ghalabah) maka puasanya tetap hukumnya selama tidak ada sedikit pun dari

muntahannya yang tertelan kembali olehnya. Jika muntahnya tertelan dengan sengaja

maka ini dapat menjadi salah satu perkara yang membatalkan puasa.

16
17

7. Keluar Mani atau Sperman

Meskipun tidak berhubungan intim secara langsung, jika seorang pria

mengeluarkan mani atau sperma, maka itu termasuk batal puasanya. Artinya, onani

dan mastrubasi juga termasuk yang membatalkan puasa. Tapi jika dalam kasus mimpi

basah, secara tidak sadar saat tidur mengeluarkan mani maka ini tidak membatalkan

puasa.

8. Nifas

Nifas adalah yang keluar setelah seorang wanita setelah proses

melahirkan, biasanya selama 40 hari. Makanya, wanita yang melahirkan di bulan

ramadhan tidak diwajibkan berpuasa.

9. Menstruasi

Menstruasi atau haid pada perempuan juga menyebabkan batal puasa,

meskipun ini adalah siklus hormonal pada wanita. Namun wanita haid tidak perlu

membayar denda atau kafarat. Mereka hanya dikenakan mengganti puasanya yang

batal di lain waktu, sejumlah hari dia tidak berpuasa. Sebagaimana nabi

bersabda:“bukankah ketika haid, wanita itu tidak salat dan juga tidak puasa. Inilah

kekurangan agamanya.”(HR.Bukhari)

10. Gangguan kejiwaan

Perkara yang membatalkan puasa yang berikutnya adalah gangguan

kejiwaan atau hilangnya akal sehat. Kondisi gangguan jiwa atau junun yang dialami

seseorang ketika di pertengahan menjalani ibadah puasa maka dinilai tidak sah.

Keadaan orang tersebut diasumsikan hilang akal sehat sehingga hukum puasa yang

dijalankannya batal.

17
18

11. Murtad

Orang yang keluar dari agama Islam atau murtad maka puasanya

otomatis batal. Sebab dia tidak lagi dibebankan ibadah-ibadah sebagaimana seorang

muslim. Namun ia pun akan menerima ganjarannya di akhirat kelak.

12. Berbuka puasa dengan sesuatu yang haram

Perkara yang membatalkan puasa berikutnya yaitu berbuka puasa

dengan suatu makanan atau minuman haram. Puasa orang tersebut kemungkinan

tidak sah. Disamping itu pahala puasanya hilang dan berdampak pada ibadah

selanjutnya jadi terasa berat.

18
19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Puasa adalah penahan diri dari syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta
dari segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan
sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak terbitnya fajar kedua ( yaitu
fajar shadiq) sampai terbenamnya matahari yang dilakukan oleh orang tertentu yang
memenuhi syarat yaitu beragaa islam, berakal, dan tidak sedang haid dan nifas ,
disertai niat yaitu kehendak hati untuk melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada
kebimbangan, agar ibadah berbeda dari kebiasaan.

B. Saran

Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan dalam memenuhi tugas
fiqih ibadah, mohon maaf atas ada kesalahan penulisan dan pengetikan dalam isi
makalah ini, karna saya selaku pemateri masih perlu belajar lebih dan mohon
dikoreksi biar saya selaku pemateri dapat mempelajari kesalahan yang ada dalam isi
makalah yang saya sempat jelaskan. Tetaplah berpuasa dibulan ramadhan dan
menganti puasanya bagi yang sempat berhalangan akibat sakit atau ada hal tertentu
yang mengakibatkan tidak berpuasa.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Tgk.M. Hasbi Ash-Shiddieqy,Pedoman puasa,Semarang : Pustaka


Rizki Putra 2009.

Sulaiman Rasyid,Fiqih Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung , 2014.

http://dilihatnya.com/900/pengertian-puasa-menurut-para-ahli (21 juni 2022)

https://123dok.com/document/zwojemgy-makalah-puasa-wajib-dan-sunnah.html

Drs. H. Mo. Rifa’I, Fikih Islam Lengkap,(semarang:Pt.Karya Toha Putra, 1978).

Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Jumaaanatul 'Al.

Tafsir Ringkas Kemenag RI,2022, Al-Qur'an dan Terjemahnya.

https://tirto.id/glwK, Surah Al-Baqarah Ayat 183-185: Arab, Latin, Tafsir, dan


Artinya.

H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014).

Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005).

https://hot.liputan6.com/read/4937819/perkara-yang-membatalkan-puasa-menurut-
hadis-patut-dihindari-selama-ramadhan

20
21

21

Anda mungkin juga menyukai