Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PUASA”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas “Agama Islam Kemuhammadiyah”

Dosen Pengampu: Adi Irfan Marjuqi, M.Pd

Disusun Oleh:
Isma Amalia 2202277012
Mila Nurmala 2202277017
Shafira Fitriyani 2202277035

DIPLOMA D-III KEBIDANAN


TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia,
serta taik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan makalah tentang “puasa” ini
dengan baik mestipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
bapak selaku dosen mata kuliah agama islam kemuhammadiyah yang telah memberikan
tugas.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai puasa. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya harap padanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan
dating, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya sekian
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdaapat kesalaham kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari bapak dosen
demi kebaikan makalah ini diwaktu yang akan mendatang

Ciamis, Minggu 26 februari 2023

__________________________
Dosen Pengampun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................iiii
1. Hakikat Puasa...........................................................................................................5
2.1 Hakekat (shaum) puasa.........................................................................................6
2.2 Macam-macam puasa dari segi hukum.................................................................7
2. Mengapa allah mewajibkan berpuasa……………………………………………8
3. Tujuan fungsi puasa.................................................................................................9
4. Hikmah puasa...........................................................................................................10
5. Makna spiritual puasa..............................................................................................11
6. Puasa dan pembentukan insan berkarakter..........................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................................iiiii
3.1 Saran.....................................................................................................................14
3.2 Penutup.................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang tetapi
juga dijalankan pada masa umat - umat terdahulu.bagi orang yang beriman ibadah puasa
merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk
mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan, dan pengangkatan
derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal- amal
ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga
manusia dari bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang bersemayam dalam diri
manusia akan terkekang sehingga manusia tidak lagi menjadi budak nafsu tetapi manusia
akan menjadi majikannya.

Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang
diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi
kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat
yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam
segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan
maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.

Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat


dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya mengenai
kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan puasa secara tidak langsung telah
diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan
mempunyai tingkah laku yang baik.

1.2.Rumusan Masalah
A. Hakekat puasa
B. Mengapa allah mewajibkan puasa
C. Tujuan fungsi puasa
D. Nikmat puasa
E. Makna spiritual puasa
F. Puasa dan pembentukan insan berkarakter
1.3.Tujuan masalah
Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam dalam
menjalankan ibadah khususnya ibadah puasa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. HAKIKAT PUASA

2.1 Hakikat shaum (puasa)


RAMADHAN secara etimologi berasal dari kata ramidha, yar-madhu,
ramadhan yang artinya terik, sangat panas atau terbakar (pembakaran). Adapun
menurut terminologi ramadhan dapat diartikan sebagai pembakaran, peleburan
atau penghapusan atas segala macam dosa. Berdasarkan dari pengertian tersebut
terkadang terjadi penyimpangan makna ramadhan pada sebagian umat muslim.
Dimana ada sebagian umat muslim yang menyambut kedatangan bulan ini dengan
cara menyulut petasan. Sehingga dengan tindakannya tersebut ironis bagi mereka
dapat meraih harapan atau hikmah yang terdapat dalam bulan tersebut.

Pada dasarnya bulan ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan
maghfirah
(ampunan) sehingga dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari
menyatakan bahwa pada bulan ini Allah SWT akan membuka setiap pintu surga
dan akan mem-belenggu syaithan. Maka dengan terbukanya pintu surga dan
dibelenggunya syaithon dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas
keimanan dan ketaqwaan umat muslim. Selain itu ramadhan pun merupakan satu
bulan yang Allah SWT telah mewajibkan puasa terhadap orang yang beriman. QS.
Al-Baqarah 183
Hakekat shaum (puasa)
Shaum menurut bahasa yaitu alimsak (menahan diri), adapun pengertian menurut
syari' yaitu menahan diri dengan niat dari seluruh yang membatalkan puasa seperti
makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam
matahari. (Anas ismail Abu Dzaud, 1996: 412) Namun, secara implisit dalam
puasa terdapat dua nilai yang menjadi parameter antara sah atau rusaknya puasa
seseorang.
Pertama, Nilai Formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya tinjau
dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang telah
dikatakan berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan hubungan
seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Padahal Rasulullah
SAW telah memberikan warning terhadap umat muslim melalui sebuah haditnya
yang berbunyi :
"Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya
rasa lapar dan haus saja". H.R. bukhari.
Dari hadits tersebut kita dapat mengetahui bahwa hakekat atau esensi puasa tidak
hanya menahan rasa lapar, haus dan gairah birahi saja, melainkan dalam puasa
terkandung berbagai aturan, makna dan faedah yang mesti diikuti.
Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau rusaknya puasa
seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk menjadikan
manusia bertakwa (laa'lakum tattaqun). QS. Al-Baqarah 183
Kemudian menurut nilai ini, puasa seseorang sah dan tidak rusak apabila orang
tesebut dapat mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT
Maka dari itu, hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah
sebagaimana berikut ini:

1. Tarbiyat aliradat (Pendidikan keinginan)


Keinginan atau kemauan merupakan fitrah manusia. Tapi acapkali
kemauan atau keinginan yang dimiliki manusia tidak selamanya baik dan tidak
pula selamanya buruk. Karena itu puasa dapat mendidik atau membimbing
kemauan manusia baik yang positif maupun yang negatif. Dengan puasa,
kemauan positif akan terus termotifasi untuk labih berkembang dan
meningkat. Adapun kemauan negatif, puasa akan membimbing dan
mengarahkan agar kemauan tersebut tidak terlaksana.

Adapun yang menyebabkan kamauan seseoarang ada yang positif dan yang
negatif, sesuai yang diungkapkan oleh Imam Al-Gazali bahwa di dalam diri
manusia terdapat sifat-sifat sebagaimana berikut ini:

1) Sifat Rububiyah, yaitu sifat yang mendorong untuk selalu berbuat baik.
2) Sifat Syaithoniyah, inilah sifat yang mendorong seseorang untuk berbuat
kesalahan dan kejahatan.
3) Sifat Bahimiyah (kehewanan), sesuai dengan istilah yang diberikan pada
manusia sebagai mahluk biologis.
4) Sifat Subuiyah, yaitu sifat kejam dan kezaliman yang terdapat dalam diri
manusia.

2. Thariqat almalaikat
Malaikat merupakan makhluk suci, yang selalu taat dan patuh terhadap
segala perintah allah. Begitu pun orang yang berpuasa ketaatan merupakan
suatu bukti bahwa jiwanya tidak dikuasai oleh hawa nafsunya. Juga, orang
puasa akan mengalami iklim kesucian laksana seorang bayi yang baru lahir,
jiwanya terbebas dari setiap dosa dan kesalahan. Inilah janji allah yang
diberikan kepada orang yang berpuasa dan melaksanakan setiap Amanah
ibadah pada bulan Ramadhan.

3. Tarbiyat Allilahiyat (Pendidikan ketuhanan)


Puasa merupakan sistem pendidikan Allah SWT dalam rangka mendidik
atau membimbing manusia. Sistem pendidikan ini mengandung dua fungsi
yaitu:
1) Sebagai sistem yang pasti untuk mendidik manusia supaya menjadi
hamba tuhan yang taat dan patuh.
2) Sebagai suatu sistem yang dapat mendidik sifat rubbubiyyah
(ketuhanan) manusia untuk dapat berbuat adil, sabar, pemaaf dan
perbuatan baik lainnya.

4. Tazkiyat annafsi (penyucian jiwa)


Hakekat puasa yang keempat ini diungkapkan oleh Ibnu Qayim al Jauzi.
Puasa dapat menjadi sarana untuk membersihkan berbagai sifat buruk yang
terdapat dalam jiwa manusia. Adakalanya jiwa manusia akan kotor bahkan
sampai berkarat terbungkus oleh noda dan sikap keburukan yang terdapat
didalamnya. Maka wajar kalau puasa dapat menjadi penyuci jiwa

2.2 Macam-Macam Puasa Dari Segi Hukum


Ulama madzhab Maliki, Syafi'i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu
terbagi menjadi empat macam, yaitu:
1) Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar
2) Puasa sunnah (mandub)
3) Puasa makruh
4) Puasa haram
Beberapa penjelasan dari macam-macam diantaranya:
1. Puasa Wajib (Fardhu)
Puasa wajib atau fardhu yaitu puasa pada bulan ramadhan. Telah kita ketahui
bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang dilakukan secara tepat
waktu artinya pada bulan Ramadhan secara ada' dan demikian pula yang
dikerjakan secara qadha'. Termasuk puasa fardhu lagi ialah puasa kifarat dan
puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini telah disepakati menurut para imam-imam
madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah berbeda pendapat dalam hal
puasa yang dinazarkan. Mereka ini mengatakan bahwa puasa nazar itu puasa
wajib bukan puasa fardhu.
a. Puasa Nadzar (kaulan)
Puasa nazar ialah puasa yang dilakukan karena pernah berjanji untuk
berpuasa jika keinginannya tercapai. Misalnya seorang siswa bernazar: "jika
saya mendapat rangking pertama maka saya akan puasa dua hari". Jika
keinginannya tersebut tercapai maka puasa yang telah dijanjikan
(dinazarkannya) harus (wajib) dilaksanakan. Hukum nazar sendiri adalah
mubah tetapi pelaksanaan nazarnya jika hal yang baik wajib dilaksanakan,
tetapi jika nazarnya jelek tidak boleh dilaksanakan, misalnya jika tercapai
keinginannya tadi akan memukul temannya maka memukul temannya tidak
boleh dilaksanakan.

2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan
apabila kita tinggalkan atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa.
Berikut contoh-contoh puasa sunnah
a. Puasa hari Tasu'a-asyura
hari-hari putih dan sebagainya Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa
pada bulan Muharram. Yang lebih utama adalah tanggal ke 9 dan ke 10
bulan tersebut.
b. Puasa hari arafah
Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu
disebut hari arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang
yang sedang melaksanakan ibadah haji.
c. Puasa hari senin dan kamis
Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di
dalam melakukan puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh.
Hal demikian tak ada keraguan lagi.
d. Puasa 6 hari di bulan syawal
Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak
dengan tanpa syarat-syarat

e. Puasa sehari dan berbuka sehari


Disunnahkan bagi orang yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak
berpuasa sehari. Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah
satu macam puasa sunnah yang lebih utama.

f. Puasa bulan rajab, sya'ban dan bulan-bulan mulia yang lain.


Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya'ban menurut
kesepakatan tiga kalangan imam-imam madzhab.

3. Puasa Makruh
Puasa hari jum'at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan
besar yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya
selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu dimakruhkan
menurut tiga kelompok imam madzhab. Namun ulama madzhab syafi'I mengatakan
tidak dimakruhkan berpuasa pada kedua hari itu secara mutlaq.

4. Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu,
jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa
maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama
telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah:
a. Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya
kurban (idul adha)
b. Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal
ini(fiqih empat madzhab hal 385)
c. Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat,
atau dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara
terang-terangan

2. MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN BERPUASA


a. Karena puasa adalah perintah agama
b. Karena puasa adalah rukun islam
c. Karena dengan puasa kitab isa bertaqwa
d. Karena begitu banyaknya keutamaan dibulan Ramadhan

3. TUJUAN FUNGSI PUASA


Tujuan puasa adalah mencapai derajat takwa. Ini dikatakan dalam sebuah ayat Al-Quran
yang memerintahkan orang yang beriman untuk 2: 183). Istilah takwa sering diartikan sebagai
"takut kepada Allah". Penerjemahan ini tentu saja benar, tetapi ada segi lain yang sangat
penting, yang juga termuat dalam makna terdalam kata takwa, yaitu segi kesadaran akan yang
Ilahi (rabbaniyah), yaitu pengalaman dan perasaan akan kehadiran yang Ilahi, yang
digambarkan dalam banyak ayat Al-Quran; di antaranya ada yang menegaskan bahwa Milik
Allah timur dan barat: ke mana pun kamu berpaling, di situlah kehadiran Allah. (Q., 2: 115).
Pengalaman akan kehadiran Allah inilah yang menggambarkan fenomena mengenai orang
beriman, yang ... apabila disebut nama Allah, tergetar hatinya dan bila ayat-ayat-Nya
dibacakan kepada mereka, bertambah kuat keimanannya.(Q., 8:2).
Orang beriman adalah orang-orang yang konsisten berpegang teguh pada agama. Mereka
dijanjikan oleh Allah kebahagiaan hidup...mereka yang berkata "Tuhan kami adalah Allah,”
kemudian tetap berpegang teguh (pada agama), mereka tak perlu khawatir, tak perlu sedih (Q., 46:
13). Al-Quran menyebut, inilah orang-orang yang menjadikan takwa-pengalaman akan kehadiran
Yang Ilahi itu dan keridaan Allah sebagai asas hidup mereka. Allah mengatakan,
Manakah yang terbaik? Mereka yang mendirikan bangunannya atas dasar takwa dan keridlaan
Allah, ataukah yang mendirikan bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh
bersamanya ke dalam api neraka. (Q., 9: 109).
Dalam jangka panjang tujuan puasa adalah menjadikan takwa ini sebagai asas dan pandangan
hidup yang benar. Ayat di atas menegaskan bahwa asas hidup yang selain takwa dan keridaan
Allah itu adalah salah, diibaratkan dengan orang yang "mendirikan bangunan di atas tanah
pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke dalam api neraka".

Tentang takwa ini, menarik melihat bahwa takwa adalah kesejajaran "iman" dan "tali hubungan
dengan Allah"-yang merupakan dimensi vertikal hidup yang benar. Karena itu pengertian takwa
bersifat ruhaniah, yang masih harus diterjemahkan dalam segi-segi konsekuensial yang
mengikutinya (misalnya dalam kaitan iman dan amal -saleh, yang disimbolkan dalam "takbirat al-
ihram" dalam shalat yang bersegi keruhanian, dan "salam" yang bersegi komitmen sosial).

Dalam Al-Quran s. Al-Baqarah/2 ayat 2-4, digambarkan lima ciri dari orang yang bertakwa,
yaitu:
(1) mereka yang beriman kepada yang gaib
(2) mendirikan shalat
(3) menafkahkan sebagian rezeki
(4) beriman kepada wahyu yang telah Allah sampaikan (Al-Quran) dan wahyu
sebelum Al-Quran
(5) mereka yang yakin akan Hari Akhirat.

Kelima ciri takwa ini adalah an sich ciri dari orang yang beriman. Dari kelima unsur
yang menjadi ciri ketakwaan itu, unsur pertama, beriman kepada yang gaib, mendapatkan
peneguhan utama dalam ibadah puasa, karena puasa adalah ibadah yang paling pribadi,
personal, private, tanpa kemungkinan bagi orang lain sepenuhnya melihat, mengetahui,
apalagi menilainya. Seperti dikatakan dalam sebuah Hadis Qudsi, yang menuturkan firman
Allah, "...Puasa adalah untuk-Ku semata, Akulah yang menanggung pahalanya". Jadi, seperti
juga takwa yang bersifat ruhani, puasa itu harus diawali atau berpangkal pada ketulusan niat
yang juga private, sehingga dikatakan oleh Sakandari dalam kitab Al-Hikâm, bahwa amal
perbuatan adalah bentuk lahiriah yang tampak mata, dan ruhnya ialah adanya rahasia
keikhlasan (yang amat private) di dalamnya.

Kembali ke takwa, maka pangkal takwa adalah keimanan yang mendalam kepada Allah
dan kesadaran tanpa ragu sama sekali akan kehadiran-Nya dalam hidup dan segala kegiatan
manusia. Puasa sebagai ibadah yang sangat private merupakan latihan dan sekaligus peragaan
kesadaran ketuhanan: peragaan akan pengalaman kehadiran Yang Ilahi. Inilah tujuan pokok
puasa yang kemudian melimpah kepada nilai-nilai hidup yang menjadi koncelenensinua vana
meniadikan adanya hikmah kemanusiaan dari ibadah puasa ini, sebuah hikmah yang dilatih
dengan "menahan diri", makna literal dari shiyâm atau shaum atau puasa itu sendiri.
Maka dengan menanggung derita sementara ini (dengan menahan diri secara jasmani,
nafsani dan ruhani) ada proses penyucian yang akan memperkuat segi-segi kelemahan
manusiawi (apalagi "manusia adalah pembuat kesalahan" erare humanum est, begitu kata
pepatah Latin). Kelemahan manusiawi yang amat mencolok adalah kecenderungannya
mengambil hal-hal jangka pendek, karena daya tariknya, dan lengah terhadap akibat buruk
jangka panjang (lihat Q., 75: 20). Terhadap kelemahan manusiawi ini, Tafsir Yusuf Ali
mengatakan, "Manusia suka tergesa-gesa dan segala yang serba tergesa-gesa. Dengan alasan
ini ia menyandarkan imannya pada hal-hal yang fana, yang datang dan pergi, dan
mengabaikan segala yang sifatnya lebih abadi, yang datangnya perlahan-lahan, yang tujuan
sebenarnya baru akan terlihat sepenuhnya di akhirat kelak".

Berikut beberapa manfaat puasa Ramadhan bagi Kesehatan:


1) Dengan kita menjalankan puasa dan khusunya puasa ramadhan ini akan mengistirahatkan
organ pencernaan dan perut dari kelelahan kerja yang terus menerus dalam sehari- hari
tanpa istirahat, mengeluarkan sisa makanan dari dalam tubuh, memperkuat badan.
2) Dengan kita menjalankan puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan
mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan
mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi (kolesterol jahat), kegemukan
dan juga penyakit hipertensi.
3) Dengan kita berpuasa maka hal tersebut akan trut membersihkan tubuh dari racun dan
kotoran (detoksifikasi). Puasa merupakan terapi detoksifikasi yang paling tua dalam
sejarah peradaban manusia. Dengan puasa, berarti kita membatasi kalori yang masuk
dalam tubuh kita sehingga hal ini akan menghasilkan enzim antioksidan yang dapat
membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh.
4) Dengan berpuasa juga akan memotong peremajaan dan juga sel-sel tubuh yang rusak
dengan yang baru. Sehingga sel-sel tubuh bisa mengalami proses peremajaan yang lebih
cepat daripada biasanya.
5) Dalam keadaan kita berpuasa ternyata hal tersebut juga dapat meningkatkan system
kekebalan tubuh . penelitian menunjukan saat puasa terjadi peningkatan limfosit hingga
sepuluh kali lipat. Kendali keseluruhan sel darah putih tidak berubah ternyata sel T
mengalami kenaikan pesat. Dengan kenaikan yang cukup signitifkan hal ini akan
berpengaruhi terhadap peningkatan kekebalan tubuh kita.
6) Tatkala kita sedang menjalankan ibadah puasa, maka keadaan psikologi kita akan lebih
tenang daripada keadaan tidak sedang berpuasa. Keadaan jiwa yang tenang, tidak
dipenuhi amarah maka hal tersebut akan dapat menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh
kita. Seperti kita ketahui bahwasannya Rasulullah juga melarang kita untuk marah,
ternyata dalam kondisi marah akan terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30
kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh
darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial
dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah denyut jantung. Adrenalin juga dapat
menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal
tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, penyakit jantung
dan otak seperti stroke,dan juga penyakit jantung koroner, dan lainnya.

4. HIKMAH PUASA
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu maupun
social, terhadap ruhani maupun jasmani.

Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih
kepekaan dan kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering
di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan memperbanyak
shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani kita,
karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua, sebenarnya Allah
SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan
kelebihan demikian pula keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar
Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:
a) Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita
dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu
menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf,
baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya
kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.
b) Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam
hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah, dan
amal-amal sunat.
c) Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti
persaudaraan, dan silaturahmi.
d) Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.
e) Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan.
f) Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai
ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat
adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan
ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan
ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai
ibadah.
g) Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setian perbuatan
terutama vang mengandung dosa
h) Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan
rintangan.
i) Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.
j) Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas
nikmat-nikmat yang diberikan pada kita dan masih banyak lagi manfaat atau hikmah
puasa yang lain baik di dalam bidang kesehatan dan lain-lain.

5. MAKNA SPIRITUAL PUASA


Puasa banyak mengandung banyak hikmah bagi yang melakukan sesuai dengan aturan.
Dalam hal ini penulis akan mencoba mengupas persoalan puasa dari sisi hikmah puasa dalam
kajian nilai spiritual.

Nilai spiritual adalah nilai ketuhanan yang terkandung dalam ibadah sebagai jalan
menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Rasa terima kasih yang dimana Hal-hal yang
terkait dengan segala aturan pada saat manusia melaksanakan puasa, seperti diperbudak oleh
makanan dan minuman, hubungan seks dan segala perbuatan yang bersifat keji (mencuri,
berdusta, menfitnah dan sebagainya), harus dapat dijauhi dalam rangka memperoleh suatu
kenikmatan yang lebih dari hal itu. Yaitu kehidupan mulia dan baik di mata manusia lebih-
lebih di mata Allah swt.

Dalam nilai spiritual puasa pun menepis sifat kebinatangan yang ada pada manusia, yaitu
sifat yang hanya bergairah kepada makan dan minum serta semisalnya. Hal itu sebagai bentuk
bagaimana Allah yang maha bijaksana mengajarkan bagaimana cara mengemban amanat,
tidak meninggalkan dan tidak melampui batas.

Hal lain, puasa bisa menjadi sebuah cara yang bagus untuk dapat melatih buatan mimpi dan
itulah menurut orang-orang yang dirasakan berat. Waktu siang manusia yang berpuasa tetap bisa
bekerja meskipun dengan sedikit rasa lapar dan dahaga. Sebab hal itu dilakukan semata-mata
karena rasa ingin mendekatkan Allah swt. Pendek kata, nilai spiritual orang yang berpuasa
menjadikan hubungan manusia dengan Allah terasa lebih akrab, hal itu menjadi bukti betapa
benarnya kata-kata Allah bahwa Ia lebih dekat dengan kita daripada urat leher kita.
Nilai spiritual faktual lain, ketika kehidupan zaman sekarang yang cenderung membuat
silau dan banyak dikuasai oleh materialisme (keduniaan) dari pada yang bersifat keakhiratan.
Maka dengan jalan berpuasa diharapkan orang akan lebih bisa menghadapi kesenangan-
kesenangan yang hanya akan membawa kemaksiatan

6. BERKARAKTER
Berbicara tentang puasa Ramadan tidak bisa lepas dari istilah 'menahan karena puasa sendiri
berasal dari kata imsak yang artinya menahan. Puasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam,
yang mana puasa adalah rukun Islam ke empat. Sedangkan makna karakter adalah tingkah laku
dan pola fikir yang terjadi secara alami, apa adanya, tanpa dibuat-buat, terjadi secara reflek. dan
bukan merupakan sandiwara. Lalu kenapa puasa bisa membentuk karakter? karakter adalah
perilaku alami yang berasal dari perfleksian jiwa (bawah sadar) dan karakter merupakan hasil dari
budaya, sedangkan budaya sendiri terlahir salah satunya karena adanya tingkah laku pembiasaan.
Sudah menjadi pengetahan umum bahwa pada setiap bulan Ramadan terjadi pergeseran
pembiasaan. Pergeseran ini terjadi karena di dalam bulan puasa ada amalan-amalan ibadah
tertentu yang dianjurkan bagi umat Islam untuk dilaksanakan pada bulan puasa tersebut. Ibadah
puasa khususnya di Indonesia telah membentuk budaya baru masyarakat.

Sehingga tidaklah salah apabila bulan Ramadan disebut sebagai bulan pelatihan (training)
bagi umat Islam, dengan kata lain bulan Ramadan adalah Madrasah (sekolah) untuk
pembentukan karakter manusia. Pernyataan ini bukanlah omong kosong belaka, namun dapat
diuji dan diteliti kebenarannya. Puasa secara total dan benar (tidak hanya menahan lapar dan
dahaga saja) bisa mengkikis Karakter hewani yang ada pada diri manusia. Lantas apakah
pembiasaan positif yang dilakukan pada bulan puasa bisa melahirkan karakter manusia yang
terpuji? Jawabannya tentu bisa, asal pembiasaan tersebut dilakukan secara konsisten
(istiqomah) dan dengan cara menilai datangnya bulan puasa bukanlah sebuah hal yang tak
bermakna sama sekali sehingga dilalui begitu saja tanpa ada pencarian makna, pedalaman,
dan tindak lanjut setelahnya. Seperti Madrasah pada umumnya, pada Madrasah Ramadan ini
juga memiliki Kurikululum (muatan pelajaran/pesan kebaikan).

Seperti Madrasah pada umumnya, pada Madrasah Ramadan ini juga memiliki
Kurikululum (muatan pelajaran/pesan kebaikan) yang tersirat dalam bentuk tata cara
berpuasa, serta berisi anjuran- anjuran, larangan-larangan, dan perintah-perintah yang berasal
dari Allah kepada manusia baik sebelum, ketika bulan puasa datang, dan sesudahnya.
Diantara 'kurikulum; yang bermuatan karakter mulia (positif) pada Madrasah Ramadan adalah
bisa melahirkan manusia yang mampu dan terbiasa dalam:
1) Berhati-hati
Teliti, dan Waspada Berhati-hati terhadap sesuatu hal yang bisa membatalkan puasa
atau mengurangi pahala puasa. Sehingga tidak menjadi manusia yang ceroboh,
reaksioner, dan mudah terprovokasi.
2) Muhasabah (Evaluasi Diri)
Salah satu anjuran dalam bulan puasa adalah melakukan iktikaf di Masjid. Iktikaf tidak
hanya berisi zikir dan doa, namun juga berisi muhasabah (sadar diri dan sadar potensi),
dan juga bisa berisi renungan-renungan lain, semisal renungan untuk masa depan.

3) Rela Berkorban
Pengorbanan yang tidak menyakiti diri atau menyebabkan tidak baik bagi diri sendiri,
namun untuk mendapatkan ganti dari Allah SWT. Dalam puasa umat Islam membayar
tidak hanya mengorbankan diri dalam bentuk menahan makanan dan minuman yang
lezat pada siang hari, namun juga mengorbankan waktu dan tenaga untuk iktikaf serta
membaca (mengkaji) al Quran. Selain itu pengorbanan harta untuk diberikan pada
para dhuafa, dan guna memfasilitasi orang lain untuk berbuka puasa.

4) Mampu Memanajemen Diri


Anjuran untuk berbuka di awal waktu dan sahur di akhir waktu merupakan
pembelajaran disiplin waktu. Seakan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi
aktivitas sudah tercatat dalam fikiran setiap pribadi yang berpuasa, kegiatan apa saja
yang akan dilakukan tiap jamnya sudah tertanam. Termasuk di dalamnya adalah jungs
mengendalikan diri (emori) serta mengatur (menseting) otak untuk melakukan hal-hal
yang dianjurkan pada bulan puasa. Sehingga bisa menciptakan etos kerja tinggi
karena semua waktu, tenaga, dan fikiran sudah direncanakan sejak awal agar
tercapainya prinsip efektif dan efisien.

5) Berbuat Jujur
Ibadah puasa merupakan ibadah individu yang hanya pelaku dan Allah-lah yang tahu
apakah ia benar-benar puasa atau tidak. Jadi puasa adalah pendidikan bagi manusia
untuk berbuat jujur (tidak munafiq) pada diri sendiri, orang lain, dan jujur pada
Tuhannya.

6) Bertaqwa
Taqwa merupakan salah satu hasil yang diharapkan dari orang yang berpuasa, taqwa
dapat diartikan takut pada Allah, karena Allah adalah dari segala sesuatu yang hanya
wajib ditakuti sehingga dengan rasa takut itu manusia akan taat kepada Allah. Salah
satu ciri orang bertaqwa adalah menepati janji, sabar, membangun siraturrahim
(persaudaraan), bersyukur, menjaga diri, kepedulian sosial, mengendalikan diri
(menahan amarah), pemaaf, kebaikan hati, bertaubat, ikhlas, tawadu', penyayang,
tanggung jawab, dan laku adil.

7) Gaya Hidup Sederhana


Hidup sederhana bukan berarti tidak boleh menjadi orang kaya. Dengan hidup
sederhana manusia tidak akan terjebak pada pola hidup materialistik, konsomerisme,
dan cinta dunia secara berlebih.

8) Sikap Optimis
Sebelum bulan puasa datang umat Islam dianjurkan untuk menyambutnya dengan
penuh kegembiraan dan harapan. Bukan dengan kesedihan dan menganggap
datangnya bulan puasa sebagai beban atau ancaman (masalah). Bulan Ramadan
datang setiap tahunnya adalah sebagai solusi (sumbangan keteguhan jiwa) bagi
manusia yang menjalankannya. Datangnya bulan puasa bukan merupakan sebuah
masalah atau pil pahit (racun yang harus dihadapi). Seharusnya puasa Ramadan
menjadi tantangan bagi setiap orang. Sehingga kita harus menyambut gembira
tantangan berpuasa Ramadan tersebut. Dan tentu juga harus dikejawantahkan dalam
bentuk gembira menghadapi tantangan- tantangan dalam hidup ini.

9) Tahan Uji (Cobaan)


Salah satu cobaan bagi orang yang mengerjakan ibadah puasa adalah ketika ada orang
lain yang meprovokasi, menyinggung perasaan, dan ada godaan-godaan lain yang tidak
sengaja untuk menggoda orang berpuasa, misalnya ada acara iklan makanan dan
minumanan, serta ketika kita melihat orang yang makan atau minum di tempat umum.
10) Meneguhkan dalam Bersikap
Tegas dalam mengambil keputusan (konsisten, tidak plin-plan), siap menghadapi
resiko, serta berkomitmen menjalani keputusan yang telah menjadi pilihan, yaitu
memilih untuk tidak makan dan minum sehingga resiko yang harus dihadapi adalah
rasa lapar. Sebenarnya masih banyak sekali nilai-nilai kebaikan yang terkandung
secara tersirat dari bulan puasa serta manfaat bagi pembentukan karakter ketika
menjalani ibadah puasa. Semua manfaat yang terdaftar di atas tersebut lama kelamaan
akan membentuk karakter, baik karakter pribadi maupun karakter masyarakat jika
perilaku-perilaku baik dalam berpuasa tersebut sudah mendarah daging.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk melaksanakan
puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain. Jika kita berpuasa
dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya.
Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa
yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: "Wahai
orang- orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa"(Q.S Al-Baqarah)

Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah telah
memberikan kita banyak kemudahan (keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini, jadi
jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita
sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat
yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://mardianaharahap26.wordpress.com/2013/04/02/makalah-tentang-puasa/
http://hanisitinurjanah.blogspot.co.id/2015/02/makalah-puasa-wajib-dan-puasa-sunnah.html
http://www.bmttarunasejahtera.com/2013/10/makalah-puasa.html
http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/07/puasa-sebagai-pembentuk-karakter.html
http://shodika.blogspot.co.id/2012/12/pengaruh-puasa-sunnah-terhadap.html
http://endro.staff.umy.ac.id/?p=44
http://www.arrahmah.com/kajian-islam/ini-takaran-bayar-fidyah-menurut-quran-dan-
sunnah.html

Anda mungkin juga menyukai