Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIQIH IBADAH

“PUASA”

Dosen Pengampu :

Hj. Azizah, S. Ag

Oleh :

1. Nuarisma (22012026)

2. Inda Cahyani (22012107)

3. Mutiara Tsani Aprilia (22012109)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS DARUNNAJAH JAKARTA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


senantiasa menganugerahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas dalam penyusunan makalah Fiqih Ibadah tentang
Puasa. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai pengertian puasa, dasar hukum
puasa, hikmah puasa, rukun dan syaratnya serta hal-hal yang membatalkan puasa
juga mengenai orang-orang yang diperbolehkan berbuka puasa dan diharapkan
berbuka puasa sehingga dapat membantu para pembaca dalam memahami lebih
dalam ilmu tentang puasa, karena amal yang baik harus dilandasi ilmu yang baik.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fiqih Ibadah yang diamanatkan oleh Hj. Azizah, S. Ag. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini  banyak sekali kekurangannya, baik dalam
cara penulisan  maupun dalam isi.
Oleh karena itu, diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. 
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah  ini. Aamiin

Serang, 24 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2

1.3 Tujuan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puasa............................................................................3

2.2 Dasar Hukum Puasa.......................................................................3

2.3 Hikmah Puasa................................................................................5

2.4 Rukun dan Syarat Puasa................................................................5

2.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa.................................................6

2.6 Orang-orang yang Diperbolehkan Meninggalkan Puasa...............7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................8

3.2 Saran..............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puasa dalam pemaknaanya seringkali diartikan dalam pengertian yang


sempit, yakni hanya sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus saja.
Padahal hakekat puasa yang sebenarnya lebih luas dari itu, tidak hanya
sebatas menahan lapar dan haus saja tetapi menahan diri untuk melakukan
perbuatan yang dilarang oleh agama yang didalamnya ada banyak makna
serta hikmah yang bisa diambil.
Puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas antar sesama, dengan
puasa akan terjadi interaksi sosial yang dapat digambarkan pada konsepsi
lapar dan haus yang akan memungkinkan adanya tenggang rasa antar umat
manusia. Dengan berpuasa, sama sekali tidak akan merugikan diri karena
didalamnya ada banyak manfaat dan kebaikan yang bisa kita rasakan
nantinya, baik dalam kesehatan, ibadah, ekonomi, sosial, dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu puasa?


2. Bagaimana dasar hukum puasa?
3. Apa saja hikmah puasa?
4. Bagaimana rukun dan syarat puasa?
5. Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa?
6. Siapa saja orang-orang yang diperbolehkan meninggalkan puasa?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui bagaimana pengamalan Ibadah Puasa

2. Tujuan Khusus:
a. Untuk memahami pengertian puasa
b. Untuk memahami dasar hukum puasa
c. Untuk memahami hikmah puasa
d. Untuk memahami rukun dan syarat puasa
e. Untuk memahami hal-hal yang membatalkan puasa
f. Untuk memahami orang-orang yang diperbolehkan meninggalkan puasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puasa

Pengertian puasa secara bahasa dalam Al Quran dan hadits disebut dengan
kata ash-shiyam atau ash-shaum. Melansir buku '125 Masalah Puasa' terbitan
Tiga Serangkai, secara harfiah memiliki makna menahan diri dari sesuatu.
Kata shaum sendiri juga dipakai oleh Maryam AS yang melaksanakan
petunjuk malaikat Jibril, dalam Al Quran surat Maryam ayat 26:

ِ ِ
ُ ‫َأح ًدا َف ُقوىِل ٓى ِإىِّن نَ َذ ْر‬
‫ت‬ ‫ِإ‬
َ ‫فَ ُكلى َوٱ ْشَرىِب َو َقِّرى َعْينًا ۖ فَ َّما َتَريِ َّن م َن ٱلْبَ َش ِر‬
ِ ‫لِلرَّمْح ٰ ِن صوما َفلَن ُأ َكلِّم ٱلْيوم ِإ‬
‫نسيًّا‬ َ َْ َ ْ ً َْ َ

Artinya: Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu
melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusiapun pada hari ini".
Pengertian puasa menurut istilah adalah menahan diri dari makanan,
minum, hubungan seksual, dan segala yang membatalkan, mulai dari terbit
fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah.1

2.2 Dasar Hukum Puasa

Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 183 disebutkan, yang artinya,


"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

1
Puti Aini Yasmin, “Pengertian Puasa Menurut Bahasa dan Istilah dalam Agama Islam",
inews.id, 23 Maret 2022 : https://www.inews.id/lifestyle/muslim/pengertian-puasa-
menurut-bahasa-dan-istilah-dalam-agama-islam

3
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa."

a. Puasa wajib
Meliputi puasa Ramadhan, puasa kafarat (denda atau tebusan), dan puasa
nazar. Dalam mazhab Imam Syafii, yang tergolong puasa wajib juga adalah
puasa qadha, puasa pada haji dan umrah (sebagai ganti penyembelihan dalam
fidyah), serta puasa terkaitan shalat minta hujan (istisqa') ketika sudah ada
perintah dari pemimpin. Yang dimaksud dengan puasa kafarat adalah puasa
yang dilakukan seseorang karena sebab-sebab tertentu. Misalnya, ia telah
bersetubuh pada siang hari bulan Ramadhan, maka ia wajib berpuasa kafarat.
Adapun puasa nazar adalah puasa yang diwajibkan atas seseorang karena
suatu nazar
.
b. Puasa haram
Puasa bisa menjadi haram hukumnya jika dilakukan pada Hari Raya Idul
Fitri dan Idul Adha. Puasa pada Hari Tasyrik, yakni tanggal 11, 12, dan 13
Zulhijah, juga hukumnya haram. Bahkan, puasa sunah seorang istri yang
dilakukan tanpa seizin suaminya pun hukumnya haram. Puasa yang dilakukan
seorang perempuan dalam keadaan haid dan nifas juga haram.

c.  Puasa sunah
Ada banyak contohnya. Misalnya, puasa Senin-Kamis, puasa Nabi Daud
AS (sehari berpuasa, besoknya tidak), dan lain sebagainya.

d. Puasa makruh
Puasa jenis ini terbagi menjadi tiga macam. Pertama, puasa hari Jumat,
kecuali beberapa hari sebelumnya telah puasa. Kedua, puasa wisal, yakni
puasa yang dilakukan secara bersambung tanpa makan dan minum pada

4
malam harinya. Ketiga, puasa dahri atau puasa yang dilakukan secara terus-
menerus.2

2.3 Hikmah Puasa

Mengenai hikmah, firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 269.
Yang artinya “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al Qur’an dam As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
barang siapa yang dianugerahial hikmah itu, ia benar-benar dianugrahi karunia
yang banyak. Dan hanya orangorang yang barakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah)”. Q.S. Al Baqarah: 269

Hikmah Puasa diantaranya:


1. Sarana penyucian jiwa
2. Mendidik jiwa agar biasa dan dapat mengontrol diri
3. Membersihkan hati dan menerangi pikiran
4. Memupuk kepedulian sosial
5. Mendidik jiwa supaya berperangai Jujur
6. Menjaga memperbaiki, dan menambah kesehatan tubuh
7. Mendidik jiwa menjadi penyabar dan tahan uji
8. Menumbuhkan rasa syukur kepada Allah

2.4 Rukun dan Syarat Puasa

a. Rukun Puasa
Rukun puasa hanya ada 2 yaitu:
 Niat

2
Hasanul Rizqa, “Mengenal Empat Hukum Puasa dalam Islam”, Republika, 22 April 2022,
https://iqra.republika.co.id/berita/q8mf5n458/mengenal-empat-hukum-puasa-dalam-
islam#:~:text=Dalam%20Alquran%20surah%20al%2DBaqarah,sebelum%20kamu%20agar
%20kamu%20bertakwa.%22&text=Dalam%20Islam%2C%20dikenal%20berbagai%20macam
%20puasa.

5
Tanpa niat puasa seseorang tidak sah. Sebab Rasulullah SAW.
menyatakan bahwa setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Niat
puasa yang harus dilakukan sebelum memasuki ajar adalah puasa wajib,
Sedangkan untuk puasa sunnah, niat boleh dilakukan setelah fajar terbit
dengan syarat sebelum matahari tergelincir (zhuhur) dengan catatan ia
belum membatalkan sesuatu yang membatalkan puasa.
 Menahan diri dari dua macam syahwat
yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan. Maksudnya, menahan diri
dari segala sesuatu yang membatalkannya.

b. Syarat Puasa

 Islam
Puasa orang kafir, menurut jumhur hukumnya sama sekali tidak sah,
meskipun dia murtad, dia tidak berkewajiban mengqadha puasanya.
 Baligh dan berakal
Puasa tidak wajib atas anak kecil, orang gila, orang pingsan, dan orang
mabuk, karena mereka tidak dikenai khithab taklifiy; mereka tidak
berhak berpuasa.
 Mampu (sehat) dan berada di tempat tinggal (iqamah.)
Puasa tidak diwajibkan atas orang sakit atau musafir. Walaupun
demikian, mereka wajib mengqadhanya
 Suci dari hadats besar seperti haid dan nifas

2.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa

1. Makan dan minum dengan sengaja


2. Muntah dengan sengaja
3. Mabuk atau pingsan sepanjang hari
4. Mengeluarkan mani dengan sengaja
5. Haidh dan nifas

6
6. Jima’ pada siang hari
7. Murtad
8. Gila walaupun sebentar
9. Menyuntikan sesuatu
10. Memasukan sesuatu ke rongga tubuh dan kepala

1.6 Orang-orang yang Diperbolehkan Meninggalkan Puasa

 Orang sakit.
Jika sudah sembuh, harus meng-qadha puasa wajib sesuai dengan
hari yang ditinggalkan
 Mushafir
Minimal jaraknya adalah 81 km dan harus meng-qadha puasa
wajib sesuai dengan hari yang ditinggalkan
 Haidh/Nifas
Harus meng-qadha puasa wajib sesuai dengan hari yang
ditinggalkan
 Orang yang telah tua/lemah
Bagi orang tua yang tidak kuat untuk berpuasa, maka bisa
menggantinya dengan fidyah, yaitu memberi makan untuk berbuka
sebanyak 1 Mud (1 Mud=575-576 gram). Bagi orang faqir dan
orang yang tidak sanggup membayarfidyah, ia terbebas dari
tuntutan
 Orang yang hamil.
Bagi ibu yang sedang hamil dan menyusui jika takut akan kondisi
janin/bayinya, maka diperbolehkan berbuka dan mengqadhanya

7
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Puasa merupakan salah satu rukun Islam. Sebagai sebuah rukun,


keberadaan puasa dalam Islam sungguh penting. Puasa dalam bahasa Arab
disebut dengan lafadz “shaum” dan “shiyam” yang menurut pengertian
bahasa (etimologi) berarti menahan. Sedangkan menurut syar’i, shaum adalah
menahan diri (mukallaf) dari makan, minum, masturbasi dan muntah disertai
niat sejak fajar hingga maghrib. Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 183
disebutkan, yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa."

3.3 Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap agar para pembaca


mengetahui bagaimana pengamalan puasa yang sesuai ajaran. Makalah ini
bisa menjadi sumber informasi bagi pembaca. Penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Puti Aini Yasmin, “Pengertian Puasa Menurut Bahasa dan Istilah dalam
Agama Islam", inews.id, 23 Maret 2022
: https://www.inews.id/lifestyle/muslim/pengertian-puasa-menurut-bahasa-
dan-istilah-dalam-agama-islam
Hasanul Rizqa, “Mengenal Empat Hukum Puasa dalam Islam”,
Republika, 22 April 2022,
https://iqra.republika.co.id/berita/q8mf5n458/mengenal-empat-hukum-puasa-
dalam-islam#:~:text=Dalam%20Alquran%20surah%20al
%2DBaqarah,sebelum%20kamu%20agar%20kamu%20bertakwa.
%22&text=Dalam%20Islam%2C%20dikenal%20berbagai%20macam
%20puasa

Anda mungkin juga menyukai