Disusun oleh :
Alhadulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ketentuan Fiqh
Seputar Puasa” ini tepat pada waktunya.
Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Asep Dadang Abdullah, M.Ag.
yang telah membimbing dan mengajarkan Mata Kuliah Ilmu Fiqih.. Serta pihak-pihak yang
bersangkutan yang telah membantu kami, sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Meskipun demikian kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak, khususnya teman-teman kami menjadi harapan bagi
kami guna perbaikan selanjutnya.
Akhirnya permohonan dan harapan semoga apa yang telah kami lakukan mendapat
ridho dan kebaikan dari Allah SWT, serta bermanfaat bagi para pembaca sebagai jembatan
ilmu pengetahuan. Aamiin.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan suatu Tindakan menghindari makanan, minum, serta segala hal lain
yang dapat memuaskan Hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan pada masa
tertentu. Makna dan tujuannya secara umum adalah utnuk menahan diri dari segala
hawa nafsu, merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan terhadap allah SWT.
Salah satu hikmah pusa ialah melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan ruhani.
Nafsu jasmani yang terdapat dalam diri tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan
diarahkan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang
yang menjalankan puasa pada hakikatnya sedang memenjarakan dirinya dari berbagai
nafsu jasmani. Puasa juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf
kehidupan, baik yang dunuawi maupun akhirat. Karena puasa telah dilakukan di setiap
syariat agama.
Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “semua amal ana kadam itu untuk dirinya
sendiri, kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-ku, maka akulah yang akan
memberi balasannya”. Puasa merupakan salah satu bentuk ritual agama yang dapat
meningkatkan kualitas spiritual manusia dan sebagai wahana pensucian diri guna
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama Ketika bulan Ramadhan dapat
dirasakan oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapt dilihat dari berbagai segi. Dalam segi
Kesehatan., justru sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang menemui permasalahan
Kesehatan pada saat berpuasa, maka permasalahan itu muncul akibat yang
bersangkutan tidak menjaga aturan Kesehatan dalam mengkonsumsi makanan.
Pembahasan mengenai ibadah puasa menarik untuk dikaji, mengingat ajaran ibadah
puasa terdapat dalam agama islam dan berlaku pada umat-umat terdahulu hingga
sekarang. Berdasarkan uraian di atas dan sebagai salah satu fiqh, maka kami akan
mengkaji permasalahan seputar ibadah puasa.
B. Rumusan Masalah
1
2. Apa Rukun dan Syarat Puasa?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Puasa
َعلَى الَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَت َّقُ ْو َۙنَ ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْن ِ علَ ْي ُك ُم
َ ِالصيَا ُم َك َما ُكت
َ ب َ ِٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُكت
َ ب
ۙ َتَتَّقُ ْون علَى الَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم
َ ب ِ علَ ْي ُك ُم
َ ِالصيَا ُم َك َما ُكت َ ِٰا َمنُ ْوا ُكت
َ ب
1
DRS.H.Mo.Rifa’I, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Pt.Karya Toha Putra,1978), hlm.332.
3
Artinya: “Wahai orang-orang Yang beriman! Kamu Diwajibkan berpuasa
sebagaimana Diwajibkan atas orang-orang Yang dahulu daripada
kamu, supaya kamu bertaqwa”.2
Perintah puasa bagi umat Islam diwajibkan oleh Allah SWT. pada
bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan karena di bulan Ramadhan itulah
diturunkan al-Qur‟an kepada umat manusia melalui Nabi besar Muhammad
Saw.
1. Rukun Puasa
Puasa terdiri dari dua rukun.Dari dua rukun inilah hakikat puasa
terwujud. Dua rukun tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah s.w.t
“maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan
Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan )
antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian,
sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat al-Baqarah ayat 187.
2
Departemmen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit Hlm.28
4
ّٰللاُ اَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم َ ۗ اس لَّ ُه َّن
ع ِل َم ه ٌ َاس لَّ ُك ْم َواَ ْنت ُ ْم ِلب َ ِث ا ِٰلى ن
ٌ َس ۤا ِٕى ُك ْم ۗ ه َُّن ِلب ُ َالرف ِ َا ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة
َّ الصيَ ِام
ّٰللاُ لَ ُك ْم ۗ َو ُكلُ ْوا
َب ه َ ع ْن ُك ْم ۚ فَ ْال ٰـنَ بَا ِش ُر ْوه َُّن َوا ْبتَغُ ْوا َما َكت َ عفَا َ علَ ْي ُك ْم َو َ س ُك ْم فَت
َ َاب َ ُت َْختَانُ ْونَ اَ ْنف
ام اِلَى ِ ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِۖ ِر ث ُ َّم اَتِ ُّموا
َ َالصي ُ َوا ْش َرب ُْوا َحتهى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي
ُ َط ْاْلَ ْبي
ّٰللاُ ٰا ٰيتِ ٖه ِ عا ِكفُ ْو َۙنَ فِى ْال َمسٰ ِج ِد ۗ تِ ْلكَ ُحد ُْودُ ه
ّٰللا فَ ََل تَ ْق َرب ُْوه َۗا ك َٰذلِكَ يُبَيِنُ ه َ الَّ ْي ۚ ِل َو َْل تُبَا ِش ُر ْوه َُّن َواَ ْنت ُ ْم
َاس لَعَلَّ ُه ْم يَتَّقُ ْون
ِ َِّللن
3
Departemmen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit Hlm.28
4
Departemmen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit Hlm.598
5
2. Syarat Puasa
C. Macam-macam Puasa
Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa wajib dan
puasa sunah. Puasa wajib ada tiga macam, puasa yang terikat dengan
waktu (puasa Ramadhan selama sebulan), Puasa yang wajib karena ada
illat, seperti puasa sebagai kafarat, dan puasa seseorang yang mewajibkan
5
Team Penyusun. Text book ilmu fiqih 1, ilmu fiqih, jilid 1 (Jakarta: Proyek pembinaan prasarana dan sarana
perguruan tinggi Agama/IAIN Jakarta, 1983). Hlm.302
6
Ibidh, Ilmu fiqh, Jilid III, Hlm.303
6
pada dirinya sendiri, yaitu puasa nazar.
Menurut para ahli fiqih, puasa yang ditetapkan syari’at ada 4 (empat)
macam, yaitu puasa fardhu, puasa sunnat, puasa makruh dan puasa yang
diharamkan.
1. Puasa Fardhu
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan
ketentuan syari’at Islam. Yang termasuk ke dalam puasa fardhu antara
lain:
a. Puasa bulan Ramadhan
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah
Allah SWT dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah:183). Ijma’ ulama
tiada yang menyangkal wajibnya puasa Ramadhan, dan tiada satu
imam pun yang berbeda pendapat. Orang yang wajib berpuasa
Ramadhan adalah orang yang baligh, sehat jasmani-rohani dan bukan
musafir. Puasa tidak wajib bagi wanita yang sedang haid. Dalam hal
ini tidak ada perbedaan pendapat, berdasarkan firman Allah (QS. Al-
Baqarah: 185).
b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang
dikarenakan pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian
dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan
seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya diampuni,
bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
a) Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu
memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin
atau membebaskan seorang roqobah, maka ia harus
melaksanakan puasa selama tiga hari.
b) Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang
mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah
(tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus
berpuasa dua bulan berturut-turut (An Nisa: 94).
c) Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan
7
Ramadhan tanpa ada halangan yang telah ditetapkan, ia harus
membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60
hari.
d) Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama- sama
dengan umrah, lalu tidak mendapatkan binatang kurban,
maka ia harus melakukan puasa tiga hari di Mekkah dan
tujuh hari sesudah ia sampai kembali ke rumah. Demikian
pula, apabila dikarenakan suatu mudharat (alasan kesehatan
dan sebagainya) maka berpangkas rambut (tahallul), ia harus
berpuasa selama 3 hari.
Menurut Imam Syafi’I, Maliki dan Hanafi : “Orang yang berpuasa
berturut-turut karena Kafarat, yang disebabkan berbuka puasa pada bulan
Ramadhan, ia tidak boleh berbuka walau hanya satu hari di tengah-
tengah 2 (dua) bulan tersebut, karena kalau berbuka berarti ia telah
memutuskan kelangsungan yang berturut-turut itu. Apabila ia berbuka,
baik karena uzur atau tidak, ia wajib memulai puasa dari awal lagi
selama dua bulan berturut-turut”.
c. Puasa Nazar
8
mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun
puasa sunnat itu antara lain :
9
e. Puasa tanggal 9 dan 10 bulan Muharam.
10
Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Nabi saw.
bersabda: “Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, melainkan
bersama satu hari sebelumnya atau sesudahnya.” (HR.Bukhori dan
Muslim).
4. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang apabila dilakukan maka berdosa.
Puasa yang diharamkan tersebut antara lain:
a. Istri puasa sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu
tapi tidak mengijinkan. Kecuali, apabila suami sedang tidak
membutuhkan seperti suami sedang bepergian, sedang haji atau
umroh.
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh seorang
wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di rumah, di suatu hari selain
bulan Ramadhan, kecuali mendapat izin suaminya.”(HR.Bukhori dan
Muslim)
c. Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan
Dzulhijjah. Keuali untuk dam (sebagai ganti dari menyembelih
qurban).
d. Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan).
11
e. Puasa Dhar (puasa tiap hari tanpa buka)
7
Aulia Rahmi, “Puasa dan hikmahnya terhadap fisik dan mental spiritual”. Vol, 03 no, 01 (2015) 93-100
8
Zakariya al-Ansari, Syarh at Tahrir, Juz. I . Hlm. 432-436
12
Meskipun ibadat puasa Ramadhan merupakan kewajiban yang mesti
dilakukan oleh kaum muslimin yang telah memenuhi syaratnya, namun karena
syariat itu sendiri merupakan pedoman hidup bagi manusia, tentu di dalamnya
memuat ketentuan-ketentuan yang semata-mata untuk kemaslahatan manusia itu
sendiri.
Dengan demikian suatu perintah yang wajib tetap suatu kewajiban. Namun
dalam perlaksanaannya dapat dialihkan kepada yang lain disebabkan terdapat
kesulitan yangmembawa mudarat kepada pelakunya.
Demikian juga halnya dengan kewajiban ibadah puasa Ramadhan. Bagi
kaum muslimin yang memenuhi syarat wajib puasa , syariat memberikan
ketentuan bahwa diperbolehkan bagi mereka berbuka puasa Ramadhan dengan
alasan–alasan atau sebab-sebab tertentu.
Adapun sebab-sebab boleh meninggalkan ibadah puasa Ramadhan adalah
sebagaimana berikut:
1). Orang sakit
Orang yang ditimpa sakit dibolehkan untuk tidak berpuasa. Hal ini
berdasarkan firman Allah SWT , dalam surat al-Baqarah ayat 184 sebagai
berikut:
Artinya: “... maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
( lalu berbuka ), maka (wajiblah baginya puasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan pada hari yang lain.”
penyakitnya tidak parah, sebab pada keumunan ayat tersebut yang tertulis al
Marid atau sakit. Namun para ulama’ memberikan batasan sakit yang
13
.واﻟﻤﺮض اﻟﻤﺒﯿﺢ ﻟﻠﻔﻄﺮ ھﻮ اﻟﻤﺮض اﻟﺸﺪﯾﺪ اﻟﺬى ﯾﺰﯾﺪ ﺑﺎﻟﺼﻮم او ﯾﺨﺸﻰ ﺗﺄﺧﺮ ﺑﺮ ﻧﮫ
Artinya: “dan orang sakit yang boleh berbuka puasa adalah orang yang
sakitnya bersangatan, yang apabila berpuasa akan bertambah
penyakitnya atau ada kekhawatiran akan lambat sembuhnya”
Pada bahagian lain Sayyid Sabiq menmbahkan bahwa orang sakit yang
bahagian ini Sayyid Sabiq menambahkan bahwa orang sakit yang tidak
Dari penjelasan diatas dapat difahami bahwa ada tiga kategori orang
ش ِهدَ ِم ْن ُك ُم
َ ان فَ َم ْن ِ ۚ َت ِمنَ ْال ُه ٰدى َو ْالفُ ْرق ِ ِي ا ُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُ ْر ٰانُ ُهدًى ِلل َّن
ٍ اس َو َب ِي ٰن ْٰٓ ضانَ الَّذ
َ ش ْه ُر َر َم َ
ّٰللاُ ِب ُك ُم ا ْليُس َْر َو َْل َ ع ٰلى
سف ٍَر فَ ِعدَّة ٌ ِم ْن اَي ٍَّام اُخ ََر ۗ ي ُِر ْيدُ ه َ ضا اَ ْو ً ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْي ُ ش ْه َر فَ ْل َي
َّ ال
َع ٰلى َما َه ٰدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْون ي ُِر ْيدُ ِب ُك ُم ْالعُس َْر ِۖ َو ِلت ُ ْك ِملُوا ْال ِعدَّةَ َو ِلتُك َِب ُروا ه
َ َّٰللا
Artinya: “..... maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari yang lain. ”9
Seperti halnya orang sakit, bagi musafir pun diberi juga batasan dalam
kebolehan untuk berbuka puasa .Jumhur ulama’ berpendapat bahwa bagi
9
Departemmen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit Hlm.28
14
musafir yang dibolehkan berbuka puasa itu ada dua syarat. Pertama, safar
(perjalanan) tersebut menempuh jarak yang diperbolehkan untuk meng-qasar
salat dan yang kedua safar yang dimulai sebelum terbit fajar. Ulama
Hanabilah khusunya Ibnu Qaddamah berpendapat bahwa safar yang dimulai
pada siang hari (setelah terbit fajar), walaupun setelah tergelincir matahari,
dibolehkan untuk berbuka puasa. Dan ulama Syafi’iyah khususnya An-
Nawawi menambahkan syarat ketiga yaitu tidak bagi musafir yang
melakukan safar secara terus-menerus.
3. Orang tua yang lemah.
Orang yanglanjut usia tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan
kerana fisiknya sudah lemah. Oleh karena itu, kepada mereka diperbolehkan
meninggalkan puasa Ramadhan.
Hal ini sebagaimana dikemukakan Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh
as Sunah sebagai berikut:
ﯾﺮ ﺧﺺ اﻟﻔﻄﺮى ﻟﻠﺸﯿﺦ اﻟﻜﺒﯿﺮ واﻟﻤﺮاة اﻟﻌﺠﻮز
15
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
ibnu Majah sebagaimana berikut:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ھﺸﺎم ﺑﻦ ﻋﻤﺎر اﻟﺪﻣﺸﻘﻰ اﻟﺮﺑﯿﻊ ﺑﻦ ﺑﺪر ﻋﻦ اﻟﺠﺮﯾﺮي ﻋﻦ اﻟﺤﺴﻦ ﻋﻦ اﻧﺲ ﺑﻦ
رﺧﺺ رﺳﻮل ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻟﻠﺠﺒﻠﻰ اﻟﺘﻰ ﺗﺨﺎف ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﮭﺎ أن ﺗﻔﻄﺮ:ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎل
Dari hadis diatas dapat difahami bahwa wanita hamil dan menyusui
yang menyusui yang mempunyai kekhawatiran akan keselamatan diri, anak,
atau diri dan anak, maka dibolehkan bagi keduanya untuk berbuka.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian dari puasa ialah secara umum, puasa berarti menahan, menururt istilah
berarti menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari dengan di sertai niat.
• Puasa wajib
• Puasa sunnah
• Puasa makruh
• Puasa haram
Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa pada dua hari raya
dan hari tasryik (tanggal 11,12,13 bulan haji). Rukun puasa yaitu niat dan menahan diri
dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Cara pelaksanaan puasa yaitu dengan niat pada malam sebelum sahur, berdoa Ketika
berbuka dan berpuasa, menyegerakan berbuka, selama berpuasa hendaknya
17
menghindari segala hal yang dapat membatalkan puasa, memperbanyak amalan dan
giat beribadah selama berpuasa.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan krtik yang ingin disampaikan, silakan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena
kami adalah hamba allah yang tak luput dari salah, khilaf, alfa dan lupa.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ansariy,Zakariya al. 1988. Syarh at Tahrir, Juz. I. Surabaya: Syirkah Bangkul Indah.
Rahmi, Aulia. 2015. Puasa dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental Spiritua,
3(1). 93-100.
RI, Departemmen agama. 1976. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: PT. Bumi Restu.
Rifa’I,DRS.H.Mo. 1978. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Team Penyusun. 1983. Text book ilmu fiqih 1, ilmu fiqih, jilid 1. Jakarta: Proyek pembinaan
prasarana dan sarana perguruan tinggi Agama/IAIN Jakarta.
19