Dosen Pengampu :
1. AHMAD AYASI
2. ACHMAD THUFAILY
Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas makalah materi
Agama Kelas TI A jurusan Teknologi Infomasi Institut Sains Dan Teknologi Annuqayah
Gulu-guluk Sumenep Madura.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
karena masih tetap belajar. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka akan menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Tim Penyusun,
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. II
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
II
6. Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik .......................................................................... 8
PENUTUP................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................................. 11
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan ibadah agung yang hanya Allah SWT saja yang
mengetahui seberapa besar pahalanya. Seorang yang berpuasa juga akan
mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh selain mereka, yaitu
kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan
Rabbnya.
Aktifitas puasa adalah mengendalikan bagian-bagian dari dalam fisik
untuk melakukan pengendapan, sublimasi, diam, tunduk, memasuki „kosong‟,
agar berjumpa dengan „isi yang sejati‟.1 Usus bermeditasi, urat syaraf meraba
bagian dirinya yang terlambat, perut bersabar, keseluruhan organ tubuh juga
ruhani mengerjakan proses peragian.
Orang yang berpuasa, sebagaimana orang yang mendirikan shalat, zakat,
dan haji, pada hakikatnya sedang memperjuangkan keselamatan alam semesta dan
kehidupan seluruh umat manusia. 2Zakat memacu distribusi kesejahteraan sosial,
shalat mengembalikan kewajaran metabolisme kosmologis, sedangkan puasa
menarik kembali kondisi dan harkat hidup umat manusia dari segala hal yang
palsu dan tidak penting menuju nilai dan situasi hidup yang sejati dan berada
dalam rangkuman Sunah Allah. Kemudian ibadah haji adalah pesta ruhaniuntuk
merayakan keselamatan dan kemenangan itu. Ada beribu-ribu fungsi, kandungan
nilai, makna dan hikmat yang dimuat oleh ibadah di dalam Islam, juga puasa.
Kewajiban puasa telah dikukuhkan dalam Al-Qur‟an, Sunah, dan ijmak.
Dalam Al-Qur‟an, Allah SWT. Berfirman:
1
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, Terjemahan Fathul Mu‟in, diterjemahkan oleh Bahrun
Abu Bakar, dari judul asli Fathul Mu‟in, (Bandung: Algensindo, 2014).
2
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim (Minhajul Muslim), Terjemahan oleh Fadhli Bahri, dari judul
asli Minhaajul Muslim, (Bekasi: Darul Falah, 2009).
1
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah {2}: 183).3
Ayat ini diturunkan pada bulan Sya‟ban tahun ke-2 H. Umat Islam pada
tahun tersebut secara resmi diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan. Adapun
yang diserukan dalam ayat ini adalah orang-orang mukmin, tidak manusia secara
keseluruhan.4 Hal itu menunjukkan dua makna, pertama puasa hanya diwajibkan
pada orang-orang mukmin saja, karena iman itulah yang menjadi dasar adanya
perintah. Kedua, karena atas dasar imanlah puasa itu sah dalam arti mendapatkan
pahala dari Allah.
Agama Islam itu akan kuat dan kokoh apabila pemeluknya dapat
melakukan kelima rukun Islam tersebut dengan baik.5 Artinya tidak hanya
memilih atau mengerjakan salah satu saja, akan tetapi harus semuanya dikerjakan.
Kaum Muslimin dari semua mazhab dan golongan sejak periode Nabi SAW.
hingga hari ini telah sepakat atas wajibnya puasa Ramadhan. Yakni fardhu „ain
bagi tiap-tiap Muslim yang mukallaf tanpa kecuali, baik pada masa lalu maupun
sekarang, sehingga puasa Ramadhan termasuk kewajiban yang bersifat tawatur
yaqini, yang diketahui sebagai bagian integral dari agama, yang kewajibannya
mengikat orang awam maupun khawas tanpa memerlukan kajian dan dalil lagi.
Disisi lain ada orang-orang yang uzur berpuasa Ramadhan beserta hukum-
hukumnya.6 Pertama, uzur yang mewajibkan pemiliknya berbuka dan haram
berpuasa. Jika ia berpuasa, puasanya tidak sah dan tetap harus mengqadhanya. Ini
ditetapkan berdasarkan ijmak. Inilah uzur yang berkaitan dengan perempuan,
yaitu haid dan nifas. Kedua, uzur yang membolehkan pemiliknya untuk berbuka,
bahkan dalam keadaan tertentu mewajibkan, akan tetapi ia wajib menqadha. Ini
adalah uzur sakit dan safar, sebagaimana yang tertuang dalam kitab Allah. Ketiga,
uzur yang membolehkan pemiliknya untuk berbuka, bahkan terkadang
mewajibkannya, dan tidak perlu mengqadha namun memberi fidyah (menurut
jumhur). Itulah uzurnya orang tua renta dan orang yang sehukum dengannya,
3
https://kumparan.com/berita-hari-ini/surat-al-baqarah-ayat-183-arab-latin-arti-dan-tafsirnya-1vaXLntREGQ
4
Wahbah, Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 3, (Jakarta: Ruhama, 1998).
5
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Al Hikmah. 2001).
6
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, Terjemahan M. Abdul Ghoffar, dari judul asli Lubaabut Tafsir min Ibnu
Katsiir, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2004)
2
semisal pengidap penyakit yang tidak ada lagi harapan sembuh. Keempat, uzur
yang masih diperselisihkan ulama tentang jenisnya; apakah ia sejenis dengan uzur
sakit, orang tua renta, atau memiliki hukumnya sendiri? Ini adalah uzurnya
orang hamil dan menyusui. Kelima, uzurnya orang yang berat untuk melakukan
puasa karena jenis pekerjaannya. Misalnya pekerja tambang dan semisalnya.
Tetapi ada beberapa golongan yang mendapat dispensasi dari Allah boleh tidak
berpuasa pada bulan Ramadhan karena uzur, seperti; hamil, menyusui, dipaksa
orang lain, perjalanan (safar), sakit, jihad, lapar, haus, dan usia lanjut.7
Al-Qur‟an menegaskan bahwa orang yang sakit dan musafir boleh berbuka
tetapi harus mengqadha sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari
yang lain. Bepergian atau berpindah tempat adalah bagian dari kehidupan
manusia. Jarang sekali mereka terlepas dari kegiatan ini, baik yang tinggal di desa
maupun di kota. Dibalik perjalanan mereka itu, terdapat berbagai kebutuhan dan
tujuan. Ada yang bersifat keagamaan, keduniaan, individual, maupun sosial.
Mereka ada yang bepergian untuk mencari ilmu, rezeki, keamanan, pengobatan,
pahala, seperti haji, umrah, atau jihad. Ada juga untuk tujuan ilmiah dan sosial,
misalnya bersilaturahmi ke rumah kerabat dan handai taulan, mengenal keindahan
alam negara lain, untuk mengikuti seminar atau konferensi atau boleh jadi
bepergian sekadar untuk rekreasi setelah bekerja keras sekian lama. Semua ini
masyru‟ atau sesuai syariat adanya.
Diantara uzur di atas yang akan penulis bahas adalah salah satu jenis
pekerja berat yakni buruh tani. Pada masa sekarang ini masih banyak masyarakat
ataupun orang-orang yang tidak ataupun kurang mengetahui tentang Hukum
Berpuasa Bagi Pekerja Berat (buruh tani), oleh karena itu makalah ini berjudul :
Meninggalkan Puasa Ramadhan Bagi Buruh Tani Perspektif Fiqih. (Studi Kasus
Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan)”
7
Muhammad Shaih bin Utsaimin, Syarah Hadits Arba‟in Imam An-Nawawi, Terjemahan Umar Mujtahid, dari
judul asli Syarah al-arba‟in an-Nawawiyah, (Jakarta: Ummul Qura, 2012)
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian puasa
2. Apa Landasan hukum puasa Ramadhan
3. Apa Hikmah Puasa
4. Apa Peran Puasa
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami pengertian puasa
2. Memahami Landasan hokum puasa Ramadhan
3. Memahami Hikmah Puasa
4. Memahami Peran Puasa
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga. Puasa adalah salah satu ibadah
umat Islam yang memiliki arti menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan
puasa yang dapat berupa memperturutkan syahwat, perut dan farji (kemaluan) sejak
terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat khusus.
Perintah untuk melaksanakan puasa Ramadhan berdasarkan Al-Quran, Hadits
dan kesepakatan ulama. Dalil yang menyatakan kewajiban berpuasa disebut dalam
Al-Quran surat al-Baqarah ayat 183 yang memiliki arti sebagai berikut:
8
https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-puasa-dan-macam-macamnya-wajib-tahu-kln.html?page=2
5
penunaian yang lebih sempurna dari apa yang telah ditunaikan oleh orang-orang
sebelum mereka.
Dalam hadits Nabi SAW disebutkan Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari
rukun Islam yang lima, disyariatkan pada hari Senin tanggal 2 Sya’ban, tahun kedua
Hijriyah. Nabi SAW, bersabda:
ِص ََلة
َّ َّللا َوإِقَ ِام ال
ِ َّ سو ُل َ َّللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمد
ُ ًار َّ ش َهادَةِ أ َ ْن ََل إِلَهَ إِ ََّل
َ علَى َخ ْم ٍس ِْ ي
َ اْلس ََْل ُم َ بُ ِن
َضان َ ص ْو ِم َر َم َ ج َوِ الز َكاةِ َو ْال َح
َّ َاءِ َوإِيت
“Islam itu ditegakkan atas lima asas yaitu: (1) Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak
ada Tuhan kecuali Allah, dan bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah
utusan Allah. (2) Mendirikan shalat. (3) Menunaikan zakat. (4) Berhaji ke Baitullah.
(5) Berpuasa dalam bulan Ramadhan”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 7 dan
Muslim: 19).9
C. Hikmah Puasa
Di bulan puasa Ramadan, setiap umat Islam wajib menjalani ibadah yang satu
ini. Selain meningkatkan kualitas diri serta keimanan, masih banyak hikmah puasa
Ramadhan lainnya. Ibadah puasa sudah ada sejak Nabi Adam As yang kala itu
melakukan puasa Ayyamul Bidh. Salah satu ibadah ini akhirnya diteruskan hingga
Nabi Muhammad saw. dan sampai sekarang seluruh umat Islam di berbagai belahan
dunia tak lupa melaksanakan ajaran ini. Menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan
bukan hanya sekadar menahan haus dan lapar. Namun, lebih dari itu yaitu, terdapat
beragam hikmah puasa Ramadhan apabila dilakukan dengan serius dan sepenuh hati.
Berikut ini adalah sembilan Hikmah Puasa Ramadhan yang Bisa Kamu Dapatkan
Hikmah puasa secara umum yaitu bisa menaikkan derajat takwa seseorang
kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Menjalankan ibadah puasa pun tertera
dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:
9
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/hukum-puasa-ramadhan/
6
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. ”(QS. Al
Baqarah: 183).
Ayat ini menunjukkan bahwa salah satu dari hikmah puasa di bulan Ramadhan
bagi umat Islam yaitu, telah melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi
setiap larangan-Nya.
7
6. Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik
Dalam keadaan berpuasa, secara tidak sadar, kita akan selalu ingin berbuat
baik dan menjauh apa yang dilarang-Nya. Maka hikmah puasa Ramadan
selanjutnya adalah kita ingin selalu berusaha menjadi lebih baik. Lagi pula, jika
kita melakukan maksiat, maka akan sia-sia puasa kita selama satu hari tersebut.
Maka dari itu, saat berpuasa, sibukkan diri dengan memikirkan dan melakukan
hal-hal baik, serta sekuat tenaga menjauhi larangan-Nya.
D. Peran Puasa
Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi kaum muslimin, di bulan
Ramadaan keimanan kaum muslimin meningkat, jika dibandingkan dengan hari-hari
10
https://www.99.co/blog/indonesia/hikmah-puasa-ramadhan/
8
di luar bulan. Ternyata puasa yang dijalankan umat muslim memiliki makna yang luar
biasa sebagai media pendidikan karakter manusia mengubah pribadinya, menjadi
orang-orang yang berkualitas baik secara pribadi maupun secara sosial.
Ibadah puasa pada Ramadan mempunyai orientasi pada pembentuk karakter
diri seseorang menuju derajat mulia yaitu takwa di hadapan Allah, Tuhan semesta
alam. Bulan Ramadaan merupakan bulan untuk menempa karakter, perilaku kaum
muslimin. Mereka selama satu bulan dilatih baik jiwa maupun raga untuk tunduk dan
patuh pada ketentuan Sang Pencipta, Allah SWT. Dalam Alquran Surat Al Baqarah
ayat 183, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk
berpuasa di bulan Ramadan, puasa ini diwajibkan sebagaimana orang-orang sebelum
mereka, dengan tujuan agar bertakwa, taat dan patuh pada perintah Allah.
Puasa mengajarkan seseorang untuk selalu bersikap tulus dan jujur. Jujur kepada diri
sendiri dan kepada orang lain. Kejujuran adalah dimensi moral dan akhlak yang
sangat penting. Dan kejujuran merupakan modal utama dalam menjalani segala
aktivitas kehidupan. Adapun kebalikan kejujuran adalah berdusta atau berbohong.
Berbohong adalah, seperti yang diilustrasikan Rasulullah Saw. sikap tak bermoral dan
berakhlak. Itulah sebabnya, dalam kehidupan sehari-hari, orang yang tidak jujur
dikatakan sebagai orang yang tidak bermoral dan berakhlak.
Puasa juga mendidik manusia untuk bertindak sabar dalam melaksanakan
kebaikan dan sabar dalam menahan diri dari berbagai perilaku yang menyimpang
yang tidak dibenarkan agama Islam dan akal sehat. Dengan kata lain, puasa mampu
melahirkan berbagai macam sifat kebaikan yang harus dimiliki oleh setiap manusia
yang beriman, misalnya ikhlas, sabar, dermawan, tolong menolong, tidak
rakus/tamak, toleransi dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan cara
berakhlak yang baik dengan Sang Pencipta Alam Semesta, sesama manusia dan
dengan alam. Dengan demikian, tercipta harmonisasi dalam siklus kehidupan. Jika
semua dalam keadaan harmonis, maka akan tercipta kedamaian pada diri seseorang,
sehingga tercipta kedamaian dalam kehidupan bernegara di Indonesia.
Selama satu bulan jiwa dan raga muslim dibina dan ditempa dalam momen
pembinaan Illahi. Berbagai ibadah Ramadan menjadi sarana pembinaan menuju
pribadi muslim mulia. Sejatinya, berpuasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga,
namun menahan dari segala sesuatu yang dilarang Allah SWT. Peran orang tentu
sangat dibutuhkan di bulan yang suci, tidak hanya member pengertian kepada anak,
tapi juga perlu memberikan teladan yang baik bagi anak yang masih tidak terbiasa
9
dengan puasa. Juga perlu kiranya orang tua menjadi role model yang baik sehingga
dapat menjadi inspirasi bagi putra putrinya. Menjalani Ramadan dengan kebersamaan
dalam keluarga bukan berarti mengurangi makna Ramadan, justru kita
mengoptimalisasikan nilai-nilai Ramadan dalam keluarga dengan kegiatan
berorientasi untuk pendidikan karakter.
Bulan Ramadan merupakan bulan untuk membentuk karakter baik, karena di
dalamnya membentuk perilaku baik. Konteks puasa, tidak hanya menahan makan dan
minum saja, akan tetapi menahan untuk tidak berkata bohong, menahan diri untuk
tidak berbuat curang, menahan diri untuk tidak berkata kotor, terlebih lagi adalah
menahan seluruh anggota tubuh untuk senantiasa tunduk dan patuh dalam
menjalankan puasa, seperti mata, dilarang melihat sesuatu yang haram dilihat, tangan
dilarang untuk melakukan tindakan tercela, mulut, hidung dan kemaluan, semuanya
ikut berpuasa atau menahan diri untuk tidak melakukan tidakan buruk. Karena
terdapat korelasi positif antara puasa dengan pendidikan karakter, mari kita
manfaatkan puasa Ramadan sebagai sarana pembentukan karakter bangsa, seiring
dengan hal tersebut kita berupaya meningkatkan puasa sesuai tuntutan syariat,
sehingga rutunitas puasa kita bukan sekedar menahan lapar dan haus sehingga tidak
memiliki dampak dalam hablum minallah dan hablum minannas.11
11
https://www.satelitnews.id/9619/makna-spritual-puasa-dalam-pembentukan-pribadi-berkarakter/
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai Pengaruh Puasa Dalam
Meningkatkan Kualitas Ketaqwaan Umat Islam setiap orang yang memiliki iman
walau seberat apapun. Redaksi ini tidak menunjuk siapa pelaku yang diwajibkannya
agaknya puasa mengisyaratkan bahwa apa yang akan diwajibkan ini sedemikian
penting dan bermanfaat bagi setiap orang bahkan kelompok sehingga, seandainya
bukan Allah yang mewajibkannya, niscaya manusia sendiri yang akan
mewajibkannya atas dirinya sendiri. Puasa tidak hanya sekedar tradisi, apalagi
sekedar menahan lapar dan dahaga. Puasa merupakan pengabdian yang paling tulus
dari seorang hamba kepada Allah. Puasa tak hanya dilakukan umat Islam, tetapi juga
oleh umat-umat lainnya. Caranya pun bermacam-macam. Puasa memiliki pengaruh
bagi fisik maupun psikis puasa ditinjau dari kesehatan mental, puasa bermanfaat
dalam pengobatan, pencegahan, pembinaan, keikhlasan, kejujuran, kebenaran, dan
pengendalian diri. Puasa juga memiliki pengaruh yang sangat luar biasa. Penyakit
jiwa yang sangat berbahaya adalah terjerumus kedalam kejahatan syahwat dan tidak
bisa mereda hawa nafsu ini akan berakibat patal pada kesehatan mental seseorang dan
salah satu solusi atau obatnya adalah dengan berpuasa. Pengaruh puasa terhadap
kesehatan mental diantaranya, Puasa sebagai pengobatan jiwa, Puasa sebagai pereda
kejahatan syahwat dan pengendalian hawa nafsu, Puasa mampu menumbuhkan
emosional positif dan mampu mengendalikan ucapan, pandangan, pendengaran serta
menahan seluruh tubuh dari kejelekan, Puasa menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi
dan terhindar dari keegoisan. Pengaruh puasa tersebut dapat kita kaji dari ayat-ayat
puasa.
B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari hendaklah segala tingkah laku yang dilakukan
mencerminkan perbuatan-perbuatan yang baik karena kebiasaan yang baik akan
menjadikan kita menuju jalan yang diridhoi-Nya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12