Anda di halaman 1dari 344

HASMI

Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami

i
Ulasan Utama Dasar-dasar Agama

Diterbitkan oleh :
HASMI
(Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami)
Editor :
Tim Ilmiah MIM
Desain & Tata Letak :
Nasrudin Ariatna, S.E
Cetakan: Pertama, Agustus 2013

Dicetak oleh :
PT. MARWAH INDO MEDIA
Jl. Purnama, Tamansari, Bogor, 16610
(Barat Sektor Grand Harmony, Bogor Nirwana Residence)
Telp/Fax. (0251) 8487-322. HP: 0813-9928-3000
Website: http://www.marwahmedia.com
Email: admin@marwahmedia.com

ii
MUQADDIMAH

َّ َ َ َ ُ َْ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َّ
ِ ‫ِإن الح ْمد هللِ نح َمده ون ْست ِع ْينه ون ْستغ ِف ُره ون ُع ْىذ ِباهللِ ِمن ش ُرو ِر أنف ِسنا وس ِيئ‬
‫ات‬
ُ ‫ضل ْل َف َال َهاد َي َل ُه َأ ْش َه ُد َأ ْن َال ِا َل َه إ َّال‬
‫هللا‬ ْ ‫َأ ْع َمال َنا َم ْن َي ْهد هللا َف َال ُمض َّل َل ُه َو َم ْن ُي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ.‫َو ْ َد ُه َال َشرْ َ َل ُه َو َأ ْش َه ُد َأ َّن ُم َح َّم ًددا َع ْ ُد ُه َو َ ُس ْى ُله‬
‫ر‬ ِ

Setelah memanjatkan puja dan puji syukur kepada Alloh , yang


telah memberikan petunjuk kepada kita untuk selalu berada pada
jalan yang lurus lagi diridhoi-Nya, juga sholawat dan salam sejahtera
semoga tercurah selalu kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad .
Melalui buku singkat ini, kami mencoba untuk memberikan
sumbangsih riil kepada umat dalam rangka menjelaskan ajaran
agama Islam yang mulia.
Agama Islam adalah satu-satunya agama yang hak, yang akan
menghantarkan para pengikutnya kepada kebahagiaan hidup, baik di
dunia maupun di akhirat. Alloh menurunkan agama ini untuk
dipelajari, dianut, diamalkan dan didakwahkan. Tanpa mempelajari
ilmunya, tiada seorang pun yang mampu mengamalkannya. Oleh
karena itu langkah pertama adalah mempelajarinya. Dengan ilmu,
seseorang dapat meninggikan derajatnya di sisi Alloh di dunia dan
di akhirat.
Di antara ayat-ayat yang menunjukkan ke-muliaan ilmu dan
penuntut ilmu adalah:
         
“Katakanlah (wahai Muhammad), samakah orang-orang
yang berilmu dan yang tidak berilmu?” (QS. Az-Zumar
[39]: 9)

iii
          

  


“Orang-orang yang menyeru kepada tuhan selain-Nya
tidaklah ia memiliki syafa’at kecuali orang-orang yang
bersaksi dengan hak dan mereka mengetahui (berilmu).”
(QS. Az-Zukhruf [43]: 86)

    


“Ia memberikan perincian akan ayat-ayat-(Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui (berilmu).” (QS.Yunus
[10]: 5)

         
“Alloh akan meninggikan derajat orang-orang yang
beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu
beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11)

Banyak di antara kaum muslimin yang tidak sadar, bahwa bila


seseorang tidak mempelajari Islam, maka kebodohannya dapat
menghantarkannya kepada kekafiran. Para ulama telah berijma’
bahwa salah satu penggugur keIslaman seseorang adalah ketidak-
pedulian terhadap Islam, tidak mempelajari dan tidak pula me-
ngamalkannya.
     

“Dan orang-orang kafir itu berpaling dari peringatan


yang di-sampaikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqof
(46): 3)

iv
Kejahilan pun merupakan salah satu unsur terbesar dari unsur-unsur
yang akan menjauhkan seorang hamba dari Alloh .
Buku ini -lanjutan dari buku dinul Islam seri pertama- menitik
beratkan pada pembahasan Fiqih Ibadah, adab dan akhlak.
Pembaca yang budiman, mari bersama-sama kita berusaha
menyisihkan sedikit waktu dan tenaga untuk mempelajari,
mengamalkan dan mendakwahkan agama kita, agama Islam. Mari
kita kaji buku ini dengan baik, mudah-mudahan Alloh
menganugerahkan hidayah-Nya kepada kita semua…. Amin

v
DAFTAR ISI

I. FIQIH IBADAH .......................................................... 1


Ilmu Fiqh....................................................................... 3
Mendirikan Sholat ......................................................... 11
Thoharoh ....................................................................... 13
Wudhu’ ......................................................................... 21
Mandi ............................................................................ 29
Tayammum ................................................................... 35
Sholat dan Keutamaannya ............................................. 43
Macam-Macam Sholat ................................................... 53
Waktu-Waktu Sholat ..................................................... 59
Adzan dan Iqomah ......................................................... 65
Sifat Sholat Nabi ........................................................ 77
Hukum-Hukum Seputar Sholat ...................................... 87
Sholat Berjamaah .......................................................... 95
Sholat Qoshor dan Jamak .............................................. 103
Sholat ‘Iedain ................................................................ 109
Sholat Jenazah ............................................................... 117
Puasa (1) ...................................................................... 125
Puasa (2) ....................................................................... 137
Zakat (1)........................................................................ 149
Zakat (2)........................................................................ 169

vi
II. AKHLAK DAN ADAB................................................ 181
Pengantar Tentang Akhlak ............................................. 183
Penyucian Jiwa .............................................................. 187
Hakekat Taqwa.............................................................. 191
Tahapan-Tahapan Taqwa ............................................... 199
Keadaan Hati ................................................................. 207
Penyakit Hati dan Obatnya ............................................ 213
Adab Tidur .................................................................... 219
Adab Bersuci ................................................................. 225
Adab Berpakaian ........................................................... 229
Adab Makan dan Minum .............................................. 237
Adab Terhadap Orang Tua............................................ 243
Adab Terhadap Sesama Muslim ................................... 249
Adab Terhadap Orang Kafir ......................................... 269
Adab Duduk Dalam Majelis ......................................... 277
Adab Menuntut Ilmu .................................................... 283
Adab Safar ................................................................... 297
Adab Membaca Al-Quran ............................................. 309
Adabul Lisan ................................................................. 315
Ziarah Kubur ................................................................ 325
Adab Do’a ..................................................................... 333

vii
viii
FIQIH
IBADAH

1
2
ILMU FIQIH
(Khusus Fiqih Ibadah)

A. Pendahuluan
Sebelum kita memulai membahas dan mempelajari tentang
fiqih atau fiqih ibadah yang diajarkan oleh Islam, maka sangat perlu
sekali untuk memahami istilah kata fiqih yang digunakan sebagai
nama yang umum dalam lapangan ilmu ini. Juga perlu memahami
segala sesuatu yang bertalian dengan pendahuluan pemahamannya.
Pendahuluan pemahaman tersebut dimaksudkan agar para
Tholib (mahasiswa) memiliki cukup pengertian dalam menghadapi
dan mengkaji masalah-masalah fiqih yang mungkin dapat
mengundang kepada salah pengertian dan dapat menimbulkan
perpecahan yang tidak diharapkan, dikarenakan ketidakmampuan
seseorang mendudukan permasalahan tersebut dan kekurangan
pemahamannya dalam ilmu ini.
Dalam kuliah ini kami akan mengajak Tholib untuk bersama-
sama memahami permasalahan fiqih secara obejektif dan akan
menjelaskan masalah-masalah khilaf / ikhtilaf (perbedaan pendapat)
satu kelompok dengan kelompok lainnya atau satu madzhab dengan
madzhab yang lainnya dengan tidak berpihak.
Mengingat kuliah ini baru hanya untuk tingkat mubtadiin
(permulaan), maka masalah-masalah yang lebih sulit dibatasi sesuai
dengan tingkatannya masing-masing.

3
B. Pengertian Fiqih
Fiqih ialah salah suatu pengetahuan dari agama Islam yang
membicarakan tentang hukum-hukum Islam dalam masalah:
1. Sholat dan yang bertalian dengan sholat.
2. Zakat dengan permasalahannya.
3. Shoum (puasa) dengan semua permasalahannya.
4. Haji dengan permasalahannya.
(dari no. 1 sampai dengan no. 4 disebut Fiqih Ibadah)
5. N.T.R (Nikah, Talaq dan Rujuk) dan yang bertalian dengan itu.
‫ْل‬
6. Masalah perdagangan ( ‫ ) ا َب ْل ُع‬dan yang bertalian dengan itu.
7. Waqaf dan Hadiah.
8. Sumpah dan Nadzar.
9. Makanan (halal dan haram)
10. Pakaian.
11. Kehakiman.
12. Ketentuan hukum pidana (tentang kejahatan) dan yang
bertalian dengan itu.
13. Hukum waris dan wasiat.
14. Dan lain-lain yang bertalian dengan masalah kehidupan
manusia dalam bermasyarakat dan bernegara.

C. Definisi Fiqih
Definisi untuk ilmu fiqih yang diberikan oleh para ahli, kami
sebutkan di bawah ini sebagai berikut:
1. ‫ ِف ْل ُع ْلا َب ُعا ْل ِف ْلش َب ْل‬: ‫ِفال ْل ُع‬
‫ِف ِف‬
“Fiqih ialah pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum
Islam.”

4
‫َب َب‬ ‫َّش‬ ‫َب ْل َب‬ ‫ْل ُع َب ْل ْل‬
2. ‫ ا ِفل ُع ِف ا ِف ال ْل ِف َّش ِف ال ِف َّش ِف‬: ‫ِفال‬
“Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syar‟i yang
bersifat amaliyah.”
Maksudnya: Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum
yang ditetapkan oleh agama (Islam) yang harus dilaksanakan
atau dikerjakan sesuai dengan bunyi ketetapan tersebut.
3. Saifuddin al-Amidi (551-631 H.) memberikan definisi
sebagai berikut:
‫َّش ْل ْل‬ ‫ْل َب َّش‬ ‫َب َب‬ ‫َّش‬ ‫َب ْل َب‬ ‫ْل ُع َب ْل ْل‬
‫ ا ِفل ُع ِف ا ِف ال ْل ِف َّش ِف ال ِف َّش ِف ِف ِف ا ِف َب الل ِف ِف َّش ِف‬: ‫ِفال‬
“Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syar‟i yang
bersifat amaliyah dari dalil-dalil yang rinci.”
Maksudnya: Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum oleh
setiap yang telah ditetapkan oleh agama (Islam) yang harus
dikerjakan. Ketetapan tersebut dibuat dari hasil penelitian dalil-
dalil al-Qur‟an dan al-Hadits yang rinci.
Adapun istilah “Hukum Syar‟i” ialah hukum yang ditetapkan
dari ketetapan dalil-dalil al-Qur‟an dan al-Hadits dan tidak diambil
dari ketetapan akal pikiran manusia.
Jadi Ilmu Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum syar‟i yang
telah ditetapkan oleh seorang mujtahid (Imam) atau oleh beberapa
mujtahid dengang ketetapan yang sama, yang telah diteliti dengan
seksama dari dalil-dalil al-Qur‟an dan al-Hadits yang shohih,
sehingga ketetapan-ketetapan tersebut dapat diamalkan dengan
mudah.
Mujtahid ialah orang yang mempunyai kesanggupan untuk
istimbath hukum (menggali ketetapan hukum) dari dalil-dalil al-
Qur‟an dan al-Hadits.

5
Orang-orang yang terkenal sebagai mujtahid mutlaq (mujtahid
yang murni) banyak jumlahnya. Diantaranya yang sangat dikenal
ialah:
1. Imam Abu Hanifah, nama beliau Nu‟man bin Tsabit (lahir
tahun 80 H. dan wafat tahun 150 H.)
2. Imam Malik, nama beliau Malik bin Anas bin Malik (lahir
tahun 93 H. dan wafat tahun 179 H.)
3. Imam Syafi‟i, nama beliau Muhammad bin Idris (lahir tahun
150 H. dan wafat tahun 204 H.)
4. Imam Hambali, nama beliau Ahmad bin Muhammad bin
Hambal. Juga disebut Imam Ahmad (lahir tahun 164 H. dan
wafat tahun 241 H.)
Oleh karena itu, maka pendapat dalam menetapkan hukum oleh
para mujtahid, satu sama lainnya, terkadang mempunyai perbedaan
pendapat, hal ini menyebabkan adanya madzhab fiqih:
- Fiqih Hanafi, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Hanafi dan ulama-ulama yang
mendukungnya.
- Fiqih Maliki, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Malik dan ulama-ulama yang
mendukungnya.
- Fiqih Syafi‟i, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Syafi‟i dan ulama-ulama yang mendukung
beliau.
- Fiqih Hambali, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Ahmad bin Hambal dan ulama-ulama yang
mendukungnya.

6
D. Ketetapan Hukum Syar’i
Ketetapan hukum syari‟i itu ada 7 (tujuh) macam. Adapun 5
(lima) macam yang pertama disebut hukum taklifiyah, sedangkan 2
(dua) macam yang terakhir adalah bagian dari hukum wadh‟iyah.
1. Wajib / Fardhu.
Wajib atau fardhu ialah suatu ketetapan yang harus
dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan. Maka bila ditinggalkan
atau tidak dilaksanakan akan berdosa dan bila dilaksanakan
akan diberi pahala.
Wajib atau fardhu ada 2 (dua) macam:
a. Fardhu „Ain ialah suatu kewajiban yang harus dikerjakan
oleh setiap individu Muslim.
b. Fardhu Kifayah ialah suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh sebagian kecil umat Islam untuk
mewakilkan umat yang banyak yang tidak mempunyai
kesempatan untuk mengerjakannya. Bila tidak ada yang
mengerjakannya, semuanya berdosa.
2. Haram.
Haram ialah suatu perbuatan yang tidak boleh dikerjakan.
Maka bila dikerjakan akan berdosa atau diancam dengan
siksaan Alloh di akhirat dan juga diancam oleh sangsi
hukum tertentu di dunia (dalam negara Islam)
3. Mandub.
Mandub (sunnah) ialah perbuatan yang dianjurkan untuk
dilakukan, dengan diberikan pujian dan pahala bagi orang yang
mengerjakannya, tapi tidak disiksa dengan adzab Alloh bagi
orang yang tidak mengerjakannya.

7
4. Makruh.
Makruh ialah suatu perbuatan yang dianjurkan untuk
tidak dikerjakan, dengan diberikan pujian dan pahala bagi
orang yang tidak mengerjakannya, akan tetapi tidak disiksa
bagi orang yang mengerjakannya.
Contoh perbuatan makruh:
- Bertengkar, mengambil dengan tangan kiri.
- Melakukan yang syubhat (samar antara halal dan haram)
- Meninggalkan perbuatan yang utama (sholat fardhu tanpa
adzan dan iqomah)
5. Mubah.
Mubah ialah suatu perbuatan dalam melaksanakan
ketentuan hukum yang telah memenuhi ketetapannya atau telah
memenuhi syarat dan rukunnya. Maka perbuatan tersebut dapat
diterima.
6. Shohih.
Shohih ialah suatu perbuatan dalam melaksanakan
ketentuan hukum yang telah memenuhi ketetapannya atau telah
memenuhi syarat dan rukunnya. Maka perbuataan tersebut
dapat diterima.
7. Bathil (Batal).
Bathil ialah perbuatan dalam melaksanakan ketentuan
hukum tidak memenuhi ketetapan-ketetapannya atau tidak
memenuhi syarat dan rukunnya. Maka perbuatan tersebut
ditolak.

8
Istilah-istilah di atas dalam hukum syar‟i, digunakan dalam
menetapkan hukum-hukum fiqih yang akan dibicarakan dalam Ilmu
Fiqih.

E. Sumber Hukum Fiqih


Khususnya dalam masalah-masalah fiqih ibadah, penetapan
hukum-hukumnya bersumber kepada dua sumber utama yaitu:
1. Al-Qur‟anul Karim.
2. Al-Hadits an-Nabawi (hadits Nabi ) yang shohih.

9
10
MENDIRIKAN SHOLAT

Dari dalil-dalil tentang sholat, baik dari al-Qur‟an maupun dari


hadits Nabi yang shohih, maka sholat lima waktu itu hukumnya
wajib atau fardhu „ain.
Untuk melaksanakan sholat tersebut harus dipenuhi syarat-
syarat tertentu yang telah ditetapkan sebagai syarat sahnya sholat,
lalu melakukan rukun-rukunnya yang telah ditetapkan secara rinci,
agar seseorang dapat melakukan sholat tersebut dengan tuntunan
agama dan sholatnya shohih.

A. Syarat Sah Sholat


Syarat-syarat ini disiapkan atau dikerjakan sebelum memulai
sholat. Bila salah satu dari syarat tersebut tidak dikerjakan atau
ditinggalkan, maka sholatnya tidak sah (shohih).
1. Suci dari hadats besar dan hadats kecil.
Mensucikan diri dari hadats besar dengan mandi junub
dan mensucikan diri dari hadats kecil dengan melakukan
wudhu.
Dalil untuk itu, firman Alloh di dalam surat al-Maidah:
         ﴿

         

﴾    


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak
mengerjakan sholat, maka basuhlah muka kalian dan

11
tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala
kalian dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kalian junub, maka mandilah...” (QS. al-
Maaidah [5]: 6)
Dalam ayat ini bagi orang yang akan mengerjakan sholat
diharuskan berwudhu. Dan jika mempunyai hadats besar
diwajibkan mandi (dinamakan mandi junub).
Diantara dalil dari hadits Nabi adalah yang
diriwayatkan oleh al-Jama‟ah (5 kitab hadits) kecuali Bukhori
tidak meriwayatkan:
‫َب ًة َب ْل َب‬
‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب ْل‬
‫)) َب َب ُع‬
((‫ِف ِف ُع ْل ٍر‬
“Alloh tidak akan menerima sholat seseorang tanpa
bersuci...”

2. Suci pakaiannya dan tempat sholatnya dari najis (kotoran-


kotoran tertentu).
3. Masuk waktu sholat (sholat pada waktu-waktu yang telah
ditentukan).
4. Menutup aurat dengan pakaian.
5. Menghadap ke arah kiblat (ke arah Ka‟bah/Makkah).

12
THOHAROH

A. Definisi Thoharoh.
Secara Morfologi (bahasa): An-Nazhoofah (membersihkan)
atau an-Nazaahah (mensucikan).
Secara Etimologi (istilah): Membersihkan dari najis (kotoran)
dan mensucikannya dari segala macam sifat/perangai/akhlak/
perilaku yang kotor/ tidak terpuji.
B. Macam-Macam Thoharoh.
Thoharoh ada dua macam, yaitu:
1. Thoharoh Bathinah Ma‟nawiyah (Pensucian Jiwa).
Yaitu mensucikan diri, hati dan jiwa dari noda syirik,
syak (keraguan), syubhat (racun kebohongan) dan bentuk
perbuatan maksiat lainnya. Caranya dengan:
 Mengikhlaskan ibadah hanya bagi Alloh semata, dengan
memfokuskan tujuan dan sasaran ibadah hanya kepada-Nya saja.
 Mutaba‟ah (mengikuti) Rosululloh dalam beramal,
berperilaku, bermuamalah dan berakhlak, bahkan dalam
segala hal yang kita anggap remeh sekalipun.
 Membersihkan diri dari pengaruh dan noda hitam perbuatan
maksiat, dosa-dosa dan segala bentuk penyimpangan dalam
syari‟at, dengan bertaubat nashuha.
2. Thoharoh Zhohiroh Hissiyah.
Yaitu membersihkan diri dari khobats (kotoran luar) dan
hadats (kotoran dari dalam)
Khobats adalah najis (kotoran) yang dapat dihilangkan
dengan air, seperti kotoran yang melekat di baju orang sholat,

13
di badan dan di tempat sholatnya. Sedangkan hadats adalah
thoharoh dari kotoran yang khusus dan tertentu cara
menghilangkan yaitu dengan wudhu, mandi dan tayammum.
(Inilah yang menjadi bahasan dalam bab ini).
C. Jenis-Jenis Air.
Ada empat jenis air yaitu:
1. Air Mutlaq.
Yaitu air yang secara zhohirnya suci dan dapat dipergunakan
untuk bersuci (suci mensucikan). di antaranya adalah:
a. Air hujan, salju atau es (hujan es), air embun, mata air dan
air sungai.
Alloh berfirman:
﴾         ﴿
“Alloh menurunkan kepada kalian hujan dari langit
untuk mensucikan kalian dengan hujan itu.” (QS. al-
Anfaal [8]: 11)
Dari itu Alloh menurunkan air hujan dari langit
kepada kalian agar Dia sucikan kalian dengan air hujan itu dari
hadats dan khobats. [Taisiir al-‘Aziiz ar-Rohman: 278]
Dari Abu Huroiroh berkata (tentang doa iftitah
Rosululloh ):
‫ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب َّش‬
‫)) ا ُع َّش َب ِف ْلد َب ْل ِفن ْلي َبو َبب ْل َب َبخط َب َب ك َب َب َب ْلد َبت َب ْل َب ْل ْلل ِف ِفق‬
‫ض َّش‬ ‫َب ْل َب‬ ‫َب ْل َب َب َب َب ُع َب َّش َّش ْل‬ ‫َب َّش َب‬ ‫َب ْل َب ْل‬
‫ ا ُع َّش ا ِف ِفن ْلي ِف لخط َب ك ن ى اث ُع ألا ُع ِف‬، ‫و ْل ِف ِف‬
‫ْل َب َب َّش ْل َب ْل َب‬ ‫ْل َب َب‬
((‫ و ا َب ِف‬، ‫ و اث ِف‬،‫ ا ُع َّش ا ِفص ْل ِف خط َب َب ِف ْل ِفا‬،‫ض‬
‫ْل‬ ‫َّش َب َب َّش‬
‫اد ِف‬
“Ya Alloh, jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-
kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara
timur dengan barat. Ya Alloh, sucikanlah aku dari

14
segala kesalahan sebagaimana disucikannya baju
putih dari kotoran. Ya Alloh cucilah kesalahanku
dengan air, air salju dan air embun.” (HR. Bukhori
dan Muslim)
b. Air laut.
Abu Huroiroh berkata:
‫ْل ْل َب ْل ُع َب َّش‬
‫اط ُع ْل ُع‬ ‫ُع ْل ُع‬ ‫َب َب‬ ‫َب ْل َب ْل ُع َب ْل َب َب‬
‫ِففي ا ح ِف‬ ‫ َبا َب ش ا ِف‬:‫َبا‬ ‫ِف‬ ))
‫َب ُع ُع‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫ُع ُع‬
(( ‫َب ا ل ِف ُّل َب ْل ل‬
“Seorang laki-laki bertanya kepada Rosululloh
seraya berkata: Ya Rosululloh, saya sedang berlayar
dan hanya membawa sedikit air. Jika kami berwudhu
memakai air minum itu, kami akan kehausan. Apakah
kami boleh berwudhu dengan air laut? Rosululloh
menjawab: Laut itu suci airnya dan halal
bangkainya.” (HR. Malik, Abu Dawud, an-Nasa’i
dan Ibnu Majah)
c. Air Zamzam.
Ali berkata:
‫َب َب َبس ْلج ْل َب ا َب ْل َبز َب َبف َبل َب ْلن ُع‬ ‫ُع ْل َب‬ ‫)) َب َّش‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف ز‬ ‫ِف ٍر ِف‬ ‫َب ش ا ِف‬
‫َّش َب‬ ‫َبو َب َب‬
((
“Sesungguhnya Rosululloh diberikan satu ketel air
Zamzam, lalu beliau meminumnya dan berwudu
dengannya.” (HR. Ahmad)
d. Air yang tercampur, karena telah lama tergenang pada suatu
tempat atau karena bercampur dengan benda yang dapat
merubah dzat air tersebut, seperti air yang dipenuhi oleh
lumut atau ganggang atau bercampur dengan daun-daun
(yang membusuk).

15
2. Air Musta’mal.
Yaitu air sisa wudhu atau mandi. Air jenis ini hukumnya
sama dengan hukum air mutlak yaitu suci dan mensucikan.
‫َب ْل‬ ‫َّش‬ ‫َب َب‬
‫ِفف ْلي َبح ْلل َبن ٍر ف َب َب َب ُعش ُعا‬ ‫َّشان ِفب ِفي‬
‫ْل َب َب َب َب ْل ُع َب‬
‫ض ْلز َبو ِفج‬
‫ا ِف‬ ‫)) ا ص ل‬
‫َب َّش ْل َب َب َب‬
‫ ِفإ ْل ا‬:‫ا‬
‫ْل ُع ْل ُع ُع ُع ًة َب َب‬
‫ ف‬، ‫ ِفإ ِف كن حن‬، ‫َب ُعش َبا ا ِف‬
‫َّش‬ ‫ َب‬: ‫ ف ا ْل‬، ‫َب َبل َب َّش َب ْلن ُع‬
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬
‫ِف‬
(( ‫ُع ْل ِفن ُع‬
“Sebagian istri-istri Nabi mandi di dalam satu bak.
Kemudian, Rosululloh hendak berwudhu dari air tersebut.
Maka, istrinya berkata: Ya Rosululloh, saya ini junub. Beliau
menjawab: Sesungguhnya air tidak menjadi junub.” (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i)
Hadits ini dijadikan dalil atas sucinya air musta‟mal. Air
tidak menjadi junub dengan mandinya orang yang junub dari
air di kolam tersebut. (‘Aunul Ma’bud: 1/131 dan Ta’liq
Sunan Tirmidzi: 1/127)

3. Air yang bercampur dengan sesuatu yang suci.


Seperti bercampur dengan sabun, minyak za‟faran,
tepung dan lainnya yang dapat merubah dzat air. Hukum air ini
adalah suci, selama masih dianggap sebagai air murni.
Dan apabila secara adat sudah tidak dapat dikatakan
sebagai air, maka ia pun tetap suci, namun tidak dapat
digunakan untuk bersuci.
„Ummu „Athiyyah berkata:
‫ْل ْل َب َب ًة َب‬ ‫َب َب َب‬ ‫ْل ِفص ُع‬ ‫َب َب ْل ُع َب‬ ‫َب‬ ‫)) َب َبخ َب‬
‫ْل ن َبل ُع ف َبا ا ِفص َبن َب ث ث ْلو‬ ‫َّشان ِفب ُّلى واح‬ ‫َب ْل َبن‬
‫َب ْل‬ ‫َب َب‬
((‫ِفا ِف َب ٍرا و ِفشد ٍر‬
‫ْل‬ ‫ْل َب ا َب إ ْل َب َب ْل ُع َّش‬ ‫َب ْلو َب ْلك َب َب‬ ‫خ ْل ًةص‬
‫َب‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬
“Nabi masuk menemui kami disaat kami memandikan
anak putrinya. Beliau bersabda: Mandikanlah tiga

16
kali, lima kali atau lebih jika dipandang perlu dengan
campuran air dan daun bidara” (HR. Bukhori: no.
1253 dan Muslim: no 939)

4. Air yang bercampur dengan sesuatu yang najis.


Hal ini masih mempunyai dua kemungkinan, yaitu:
a. Jika najis tersebut merubah dzat (rasa, warna dan bau) air,
maka airnya tidak dapat digunakan untuk thoharoh.
b. Jika najis tersebut tidak merubah salah satu dari dzat air,
sehingga secara adat pun air tersebut masih dianggap
sebagai air, maka hukumnya suci dan mensucikan.

D. Hukum Bejana.
Di antara hukum-hukum yang berkaitan dengan bejana
(mangkok, piring, cangkir dan lainnya) yang patut diketahui adalah:
1. Hukum bejana yang terbuat dari emas dan perak.
Diharamkan menggunakan bejana yang terbuat dari emas
dan perak untuk tempat makan dan minum, baik untuk laki-laki
maupun perempuan.
Rosululloh bersabda:
‫ َبفئ َّشن َب‬، ‫ َبو َب َب ْل ُعك ُع فى ص َب ِفف َب‬، ‫ض ِف‬
‫)) َبو َب َبت ْلل َب ُعب فى آا َب َّشاذ َب َبو ْلال َّش‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫ْل‬
(( ‫ا ُع ْل ِف ْل ادا َب وان ِف ْل ِفخ َب ِف‬
‫ُّل ْل َب َب َب‬ ‫َب‬
“...Dan janganlah kalian minum pada bejana emas dan
perak dan jangan pula makan pada piring yang terbuat
dari keduanya. Kedua bejana tersebut milik mereka
(orang-orang kafir) di dunia dan akan menjadi milik kita
di akhirat kelak.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits di atas menjadi dalil bagi pengharaman bejana
serta piring yang terbuat dari emas dan perak sebagai tempat

17
makan dan minum, baik dari emas murni maupun emas yang
dicampur dengan perak. [Subulus Salam 1/29]
Diharamkannya makan dan minum dalam bejana atau
piring emas dan perak, baik untuk laki-laki maupun perempuan
adalah karena keduanya digunakan atau untuk orang-orang
kafir di dunia. [Taisiir al-‘Allaam 2/532]
2. Bejana dari kulit bangkai.
Sama dengan hukum bejana yang terbuat dari emas dan
perak yaitu haram penggunaannya, karena kulit bangkai adalah
najis. Adapun jika kulit bangkai tersebut telah disamak
(dikeringkan setelah di cuci bersih), maka telah suci dan boleh
digunakan sebagai bejana untuk makan dan minum.
Rosululloh bersabda:
‫َب َب ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب ُع َب‬
(( ‫ِف ِف ُع ف د ُع َب‬ ‫)) ِفإ‬
“Apabila kulit bangkai telah disamak, maka ia telah
suci.” (HR. Bukhori dan Muslim)

E. Benda-Benda Najis.
Benda-benda yang tergolong najis di antaranya:
1. Sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan yaitu dari
dubur dan qubul, seperti:
 Tinja (kotoran/tahi)
Abdulloh bin Mas‟ud berkata (tentang cara istinja
Rosululloh )
‫ك ٌس‬ ‫َب َب ْل َب َب ْل َب َب َب َب َب َّش َب ْل‬
((‫ض‬ ‫ِف‬ ‫))و ا ى ا وث و ا ِفإن‬
“Beliau membuang tinja (kering) dan beliau
bersabda: “Sesungguhnya itu adalah najis.” (HR.
Bukhori, Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

18
 Air kencing
Abu Huroiroh berkata:
‫َب َب َب َب َب ُع َّش ُع َب َب َب‬
‫ ف َبا ا ُع َّشان ِفب ُّلى‬،‫س‬
‫ْل َب‬
‫ِف ْل ْل ْلس ِفج ِفد فلن وا ان‬
‫َب‬
‫َب ِف ٌّىى ف َب َبا‬ ‫)) َب َب َب ْل‬
‫ًة ْل‬ ‫َب‬
((‫َب ْل ِفا ِف َب ْلج ِف َب ٍرا‬ ‫ِف ْل ُع ْل َب ى‬ ‫َب ُع ْل ُع َبو َب‬
“Seorang Arab berdiri dan buang air kecil di dalam
masjid. Maka orang-orang mencelanya, lalu Nabi
berkata: biarkanlah dan tuangkanlah satu ember air
untuk menyiram kencingnya tersebut.” (HR. Bukhori
dan Muslim)
 Madzi (cairan encer akibat rangsangan syahwat yang keluar
dengan tidak disengaja).
 Wadi (cairan putih encer setelah selesai kencing atau saat
mengalami keletihan).
Ali bin Abi Tholib berkata:
‫َب َب َب َب ُع َب ْل َب ْل‬ ‫َّش‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫َب ْل َب ْل َب ْل ْل َب َب ْل َب َب ْل َب َب‬
‫ِف‬ ‫ذ‬ ‫ْل‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫ف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ش‬ ‫ى‬ ‫ألاش ِف ِفإ‬ ‫)) ش ن ِفْل د‬
‫َب َب َّش ْل‬ ‫ُع ُع َّش‬ ‫َب َب‬ ‫َب ْل ُع َب ْل َب َب ْل َب َب ْل َب‬
: ‫ُعج ِف ِف ص ِف ك لل ُع ِف ِف ؟ ف َبا َب ش ا ا ِف‬
‫َب ْل َب َب َب َب‬
(( ‫و ا ْل ف ْل ح‬
“Kami mengutus Miqdad bin al-Aswad kepada
Rosululloh untuk menanyakan tentang madzi yang
keluar dari manusia, apa yang harus diperbuatnya?
Beliau menjawab: wudhulah dan bersihkan
kemaluannya.” (HR. Muslim)
 Darah Haidh
Asma‟ binti Abu Bakar berkata:
‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫َبف َب َبا ْل‬ ‫َّش‬ ‫َب َب َب ْل َب َب ٌس‬
‫َب ْل َب ِفإ ْل َبد ا‬ ‫َب ُع ْل َب‬
‫َب ش ا ِف‬ ‫ا ِف‬ ‫َب ُعش َبا‬ ‫))ش ا ِف‬
‫َب َب‬
‫ِف ؟ ف َبا‬ ‫ْل َبن ُع ِفف‬
‫َب ْل َب ْل َب َب ْل َب َب‬
‫ِف ل ض ِف ك‬ ‫َّشاد ُع‬ ‫إ َب َب َب َب ث ْل َبب َب‬
‫َب‬
‫ِف‬

19
‫ْل َب ُع َّش َّش ُع َب ْل َب ْل َب‬ ‫إ َب َب َب َب َبث ْل َب‬ ‫ُع ُع َّش‬
‫ِفإ د ك اد ِف ل ض ِف‬ ‫ِف‬ ‫َب ش ا ا ِف‬
‫ُع‬
((‫ِفال َب ِف ى ِفف ْل ِف‬ ‫َبف ْل َبل ْل ُع ْل ُع ُعث َّش ِفا َبل ْلن َب ْل ُع ْلْلَب ِفا ُعث َّش‬
‫ِف‬
“Seseorang wanita bertanya kepada Rosululloh : Ya
Rosululloh, apa pendapatmu apabila salah seorang
kami darah haidnya mengenai baju, apa yang harus
dilakukannya? Rosululloh menjawab: Apabila
darah haid mengenai baju, maka keriklah kemudian
bersihkanlah dengan air kemudian baru gunakan
untuk sholat.” (HR. Bukhori dan Muslim)

2. Kulit bangkai (akan tetapi boleh memanfaatkannya apabila


sudah disamak atau dikeringkan)
Abdulloh bin Abbas berkata, aku mendengar
Rosululloh bersabda:
‫َب َب ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب ُع َب‬
(( ‫ِف ِف ُع ف د ُع َب‬ ‫)) ِفإ‬
“Apabila kulit bangkai telah disamak, maka ia telah
suci.” (HR. Muslim)

20
WUDHU

A. Definisi Wudhu.
Secara bahasa berasal dari akar kata (‫ ) ا ُع ُع ْل ُعا‬yang menunjukkan
pekerjaan yaitu pekerjaan mengambil air wudhu (berwudhu) atau
dari (‫ ) ا ُع ُع ْل ُعا‬yang artinya air wudhu.
Secara istilah, pekerjaan menggunakan atau mengambil jenis
air tertentu (yang suci) dengan gerakan-gerakan tertentu untuk
mencuci anggota-anggota tertentu yaitu anggota (badan) wudhu yang
disyari‟atkan Alloh .
B. Dalil Disyari’atkannya Wudhu.
Dalil pensyari‟atan wudhu ada tiga, yaitu:
1. Dalil dari al-Qur‟an.
Firman Alloh :
         ﴿

﴾        


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak
mengerjakan sholat, maka basuhlah muka kalian dan
tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala
kalian dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua
mata kaki.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 6)

2. Dalil dari as-Sunnah.


Di antaranya, sabda Rosululloh :
‫َب ُع ْل َب ُع َب َب ُع َب َب ُع ْل َب َب ْل َب َب َب َب َّش َب‬
(( ‫َّشى َب ل َب‬ ‫ِفدك ِفإ د‬ ))

21
“Alloh tidak menerima sholat salah seorang di antara
kalian apabila berhadats, sampai ia berwudhu.” (HR.
Bukhori: Fathul Bariy 1/206, dan Muslim no. 225)
‫َّش‬ ‫ُع‬ ‫َّش ْل ْل َب َب‬ ‫َب َب‬ ‫َّش‬ ‫َب‬ ‫ْل َب‬
(( ‫)) ِف لل ُعا ا َّش ِف اط ُع ْل ُع و ْلح ِف ْل ُع َب ال ِف ُع و ْلح ِف ْل َب ا ْلص ِف ْل ُع‬
“Kunci pembuka sholat adalah bersuci, tahrimnya
adalah takbir dan pembolehannya adalah salam.” (HR.
Abu Dawud no. 60, Tirmidzi no. 3, Ibnu Majah no.
275 dengan sanad yang shohih)

3. Dalil dari Ijma‟.


Kaum Muslimin telah bersepakat dalam menetapkan
disyari‟atkannya wudhu sejak masa Rosululloh sampai masa
sekarang ini.

C. Keutamaan Wudhu
Banyak sekali hadits yang menerangkan dan menjelaskan
keutamaan wudhu, di antaranya:
Sabda Rosululloh :
‫َب‬ ‫ْل َب َب‬ ‫َب َب َب ُّل ُع َب‬
: ‫لخط َب َبو َب ْل ف ُع ِف ِف َّشاد َب َبح ِفت؟ ا‬ ‫ِف ِف‬
‫ُع‬ ‫)) ُع ا ْل َب ى َب َب ْل ُعح‬
‫َب‬ ‫َب ْل َب‬ ‫ْل ُع َب َب ْل َب َب‬ ‫ْل َب ُع ْل ُع ُع ْل َب َب ْل َب َب َب َب ْل َب ُع‬
‫لخط ِفإ ى ْلص ِفح ِفد و ا ِفلظ ُع ا َّش ِف‬ ‫ِفا ى ْل ِف ِف وك‬ ‫ِفإش غ ا‬
‫ُع‬ ‫ُع َب َب ُع‬ ‫َب ْل َب َّش َب َب َب ُع ُع َب ُع َب َب ُع‬
((‫ُع ا ِف َبب ا فذ ِفا ُع ا ِف َبب ا‬ ‫لد ا ِف فذ ِفا ا ِف ب ا فذ ِفا‬
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian beberapa perkara
yang dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat
kalian? Mau ya Rosululloh, ujar para sahabat. Beliau pun
bersabda: (Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam keadaan
sulit, memperbanyak langkah ke masjid (untuk sholat
berjama‟ah) dan menunggu sholat sesudah selesai

22
mengerjakan sholat, yang demikian itu adalah perjuangan,
sebenar-benarnya perjuangan.” (HR. Muslim)
‫َب ْل‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب ْل َب َب َّش َب َب َب‬
‫ْل َبص َب ا ُع ُع َبا خ َب َبح ْل خط َب ُع ِف ْل َبح َبص ِفد ِف َب َّش ى ُع َبج‬ ‫ف‬ ))
‫ْل َب ْل َب ْل َب‬
(( ‫ِف ِف‬ ‫ِف ح ِف ل‬
“Barangsiapa yang berwudhu, kemudian menyempurna-
kannya, niscaya akan keluar dosa-dosa dari tubuhnya,
bahkan akan keluar pula dosa-dosa dari bawah kuku-
kuku jarinya.” (HR. Muslim)
Abu Huroiroh berkata bahwa Rosululloh bersabda:
‫َب ْل ُع ْل ُع َب َب َب َب ْل ُع َب َب ْل َب ْل‬ ‫))إ َب َب َب َّش َب ْل َب ْل ُع ْل ُع ْل‬
‫ ف ص َب وح َب خ َبج ِف وح ِف ِف‬- ‫ ِفو ْلؤ ِف‬- ‫ال د ْلص ِف ُع‬
‫َب ْل ْل َب َب َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ُع ِف ُّل َب َب َب َب َب َب ْل َب َب ْل َب ْل َب َب ْل َب َب‬
‫ ف ِفئ‬- ‫ِفآخ ِف ط ِف ْل ِفا‬ ‫ و‬- ‫ْل ِفا‬ ‫ك خ ِفط ئ ٍر اظ ِفإاي ِف ل ن ِف‬
‫ْلَب‬ ‫َب َب َب َب َب ْل َب َب َب ْل َب َب ْل ُع ُّل َب َب َب َب َب َب َب ْل َب َب َب ُع َب َب ْل َب‬
‫ و‬- ‫ْل ِفا‬ ‫اص د ِف خ ج ِف د ِف ك خ ِفط ئ ٍر ك طل د‬
‫ َبفئ َب َبا َبص َب ْلح َب ْل ِف َبخ َب َبح ْل ُعك ُّل َبخ ِفط َبئ ٍر َب ل ْل َب‬- ‫َب َب ِفآخ َب ْلط ْلْلَب ِفا‬
‫َب‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف َب ِف‬
‫َب ْل ْل َب َب َّش َب ْل ُع َب َب ًّي َب ُّل ُع‬ ‫ْل َب‬ ‫َب‬
(( ‫ج ا ِف ِف اذا ِف‬ ‫ ى‬- ‫ ْلو َب َب ِفآخ ِف ط ِف ْل ِفا‬- ‫ِف ْلح ُع َب َب ْل ِفا‬
“Apabila seorang hamba Muslim atau Mukmin
berwudhu, lalu mencuci wajahnya, maka keluar dari
wajahnya setiap kesalahan yang dipandang dua matanya
bersama air (atau bersama tetesan air terakhir). Apabila
ia mencuci kedua tangannya, niscaya keluar dari
tangannya setiap kesalahan yang dilakukan dua
tangannya bersama air (atau tetesan air terakhir).
Apabila ia mencuci kedua kakinya, niscaya keluar setiap
kesalahan yang dijalankan oleh kakinya bersama air
(atau tetesan air terakhir). Sehingga ia keluar dalam
keadaan bersih dari dosa.” (HR. Muslim no. 32)

23
D. Tata Cara Wudhu Rosululloh .
1. Niat berwudhu dalam hati, tanpa diucapkan dengan lisan.
Rosululloh bersabda:
‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب َّش‬
(( ‫ ِفوإا َب ِفا ِف ْل ِف ٍرا َب ا َب‬،‫)) ِفإا َب ألا َب ُعا ِف ِفان َّش ِفت‬
‫َب ْل‬ ‫َّش‬
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niat. Dan
seseorang tergantung pada apa yang ia niatkan…” (HR.
Bukori/Fathul Bari: 1/9 dan Muslim: 6/48)

2. Mengucapkan basmallah ( ‫ِف‬ ‫ْل‬


‫) ِف ص ِف‬
Rosululloh bersabda:
‫َب َب‬ ‫ْل ُع‬ ‫َب ْل َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬
(( ‫)) ُعو ْل َبا ِفْل ا ْل َب ذك ِف ْلش َب ِف ْل ِف‬
“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak mengucapkan
nama Alloh padanya.” (HR. Abu Dawud no 101,
Tirmidzi no 25, Imam Ahmad no. 11371, Ibnu Majah
no. 397 dan Ibnu Abi Syaibah: 1/2-3 serta
dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih
Jam’i ash Shoghir no. 7444)
3. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali.
4. Madhmadhoh (berkumur-kumur) dan Istinsyaq (menghirup air
ke hidung dengan sekali nafas sampai ke ujung hidung yang
paling dalam) serta Istintsar (menyemburkan air dari ujung
hidung). Pekerjaan ini dilakukan secara besamaan atau
digabung dengan satu telapak tangan saja, sebanyak tiga kali.
5. Membasuh muka tiga kali, mulai dari ujung kepala tempat
tumbuhnya rambut (ujung kening) sampai jenggot, termasuk
ujung-ujung telinga dan sendi-sendi antara jenggot dan telinga.
6. Membasuh kedua tangan tiga kali, mulai dari ujung ke siku,
dimulai dari tangan kanan lalu tangan kiri.

24
7. Mengusap kepala satu kali, yaitu dengan membasuh kedua
tangan terlebih dahulu lalu mengusapkannya ke depan kepala
hingga bagian belakangnya, lalu menjalankannya kembali ke
depan. Setelah pekerjaan ini selesai, dilanjutkan dengan
mengusap kedua telinga satu kali, dengan air sisa mengusap
kepala, yaitu dengan memasukan kedua telunjuk ke lubang
telinga, sedang kedua ibu jari membasuh bagian luarnya.
8. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki tiga kali, mulai dari
ujung jari-jari kaki hingga dua mata kaki, dimulai dari kaki
kanan lalu kaki kiri.
‫َب َب ِف َب ُع ٍرا‬ ‫)) َب َّش ُع ْل َب َب َب ْل َب ى ُع ْلث َب َب َب ْلخ َب َب ُع َب َّش ُع ْلث َب َب ْل َب َب َّشل َب‬
‫ض َبو ْلش َب ْلن َب َب ُعث َّش َبا َبص َب‬ ‫ض َب َب‬ ‫َبف َبل َب َّش َب َبف َب َبص َب َبك َّشل ْل َبث َب َب َب َّش ت ُعث َّش َب ْل‬
‫ٍر‬ ‫ِف‬
‫َبو ْلح َب ُع َبث َب َب َب َّش ٍرت ُعث َّش َبا َبص َب َب َبد ُع ْلا ُع ْل َبنى إ َب ى ْل ِفْل ْل َبفق َبث َب َب َب َّش ٍرت ُعث َّش َبا َبص َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ ُعث َّش َب َبس َب َب ْل َبش ُع ُعث َّش َبا َبص َب ْلح َب ُع َب ْلا ُع ْل َبنى إ ىَب‬، ‫َب َبد ُع ْلا ُع ْلص َب ِف ْلث َب َب ِفا َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل َب ْل َب ْل َب َب َب َب َّش ُع َّش َب َب َب َب ْل ُع ْل َب ْل َب َب َب َب َب َب َب ْل ُع َب ُع َب َّش‬
‫ش ا ا ِف‬ ‫ٍرت ث اص ا ص ِف ث ِفا ا‬ ‫ا ل ِف ث‬
‫َب‬
‫ )) َب َب ا ْلح َب‬: ‫َب‬ ‫َّش‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َّش‬ ‫َب َب َّش َب ا ْلح َب ُعو اْل ذ ث َّش َبا َب ُعش ُع‬
‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬
‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ِف‬
‫ُعو ُع ا ْل َب َبذ ُعث َّش َب َب َبف َب َبك َب َب ْلك َبل َبل ْل َب ُع َبحد ُع في َب َبا ْلل َبص ُع ُعال َب َبا ُع َب‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب َب َّش َب ْل َب ْل‬
(()) ‫ا ِف ِف‬ ‫د ِف‬
“Sesungguhnya Humron Maula Utsman (mengkabarkan)
bahwa Utsman bin Affan meminta air untuk
berwudhu, lalu beliau mencuci kedua telapak tangannya
tiga kali, lalu berkumur-kumur, memasukkan air kedalam
hidung dan menghembuskan-nya ke luar. Lalu beliau
mencuci mukanya tiga kali, lalu mencuci tangan
kanannya termasuk sikunya tiga kali, lalu mencuci
tangan kirinya termasuk sikunya tiga kali. Lalu beliau
menyapu kepalanya. Lalu mencuci kaki kanannya

25
termasuk mata kakinya tiga kali, lalu mencuci kaki
kirinya termasuk mata kainya tiga kali. Kemudian beliau
berkata: Saya pernah melihat Rosululloh mengambil
air wudhu seperti saya mengambil air wudhu ini, seraya
beliau bersabda: Barangsiapa berwudhu seperti
wudhuku ini, kemudian ia mengerjakan sholat dua
roka‟at yang ia tidak berkata-kata (yang jelek) kepada
dirinya, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR. Muslim: 560)
‫ْل‬
‫ َب َّش ى‬، ‫َّشد ِف َب ِفش ِف‬
‫َب‬ ‫ َب َبد َب ُع‬، ‫َب‬ ‫ َبف َب ْل َب َب ب َب َبو َب ْل َب‬، ‫َب َبس َب َب ْل َبش ُع َب َبد ْل‬
‫ِف ِف‬ ‫)) ُعث َّش‬
‫َّش َب ِف َب َب‬ ‫ِف ِف‬
‫ْل ُع‬ ‫َب َب َب َب ُع ُع َّش َب َّش ُع َب َب ْل َب َب‬ ‫َب َب َب‬
(( ‫ِف ن‬ ‫ا ِفذ د‬ ‫ِفإ ى ْل ِف‬ ‫ ث‬، ‫ِفب ِف ِفإ ى ل‬
“Kemudian ia membasuh kepalanya dengan dua
tangannya dari depan ke belakang. Dimulai dari bagian
depan kepalanya sampai menjalankan kedua tangannya
itu ke arah tengkuknya, lalu mengembalikannya lagi ke
tempat semula (bagian depan kepalanya)...” (HR.
Bukhori: 1/47 dan Muslim: 1/118)

9. Berdoa dengan doa:


‫ُع ُع‬ ‫َب ًة َب ُع ُع َب‬
(( ‫ُع ح َّش د ْل د و َب ُعش ا‬ ‫ و َب د‬، ‫ِفإا ِفإ ا‬ ‫)) َب د‬ ‫َب َب ْل ُع َب َّش‬ ‫َب ْل ُع َب ْل َب َب َب َّش َّش ُع‬
“Aku bersaksi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya. Ya Alloh, jadikanlah aku termasuk orang
yang membersihkan diri.” (HR. Muslim no. 234, Abu
Dawud no. 169, Tirmidzi no. 55, Nasa’i no. 148 dan
Ibnu Majah no 470 dengan sanad yang shohih)
Dari Nu‟man bin Abdillah al-Mujmir , ia berkata: Di dalam
riwayat at-Tirmidzi yang dishohihkan oleh al-Albani
dalam Shohihul Jam‟i ash-Shoghir no. 6043 terdapat tambahan.

26
‫َب‬ ‫َب ْل ُع َب َب‬ ‫ْل‬ ‫َّش ْل َب َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َّش‬
(( ‫)) ا ُع َب ْلح َبل ِف ْل ِف ال َّش ِف و ْلح َبل ِف ْل ِف ْللط ِف ِف ْل‬
“Ya Alloh, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang
bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang membersihkan diri.”

E. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu.


1. Apa-apa yang keluar dari dua jalan yaitu qubul dan dubur,
meliputi air kencing, tinja, madzi, wadi dan kentut, baik yang
bersuara maupun yang tidak bersuara.
Rosululloh bersabda:
‫َب َب َب‬ ‫َب ُع ْل َب َب َب َب‬ ‫َب ُع ْل‬
(( ‫َّشى َب ل َب‬ ‫)) َب ُع َب َب ْل د‬
“Alloh tidak akan menerima sholat salah seorang di
antara kalian apabila dia berhadats, sampai di
berwudhu.” Seorang laki-laki dari Hadromaut bertanya
kepada Abu Huroiroh tentang hadats, maka beliau
menjawab: angin dan buang air besar.” (HR. Bukhori
no. 135 Muslim no. 225)
2. Tidur nyenyak
Rosululloh bersabda:
‫َّش َب‬ ‫َب ْل َب‬
‫)) ا َبل و ك ُعا َّش‬ ‫َب ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب ْل ْل ُع‬
(( ‫اص ِف ف َب ا َب ف َب ل َب‬ ‫ِف‬
“Mata itu (ibarat) pengikat dubur, maka barangsiapa
yang tidur, maka hedaknya dia berwudhu.” (HR. Abu
Dawud no. 203, Ibnu Majah no. 477 dan Ahmad
dengan sanad yang hasan)
3. Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabuk ataupun karena
pengaruh obat.
Hal ini membatalkan wudhu, karena keadaan ini
membuat seseorang tidak sadar dan tidak mengetahui keadaan

27
wudhunya, apakah telah batal atau belum. Hal ini merupakan
kesepakatan jumhur (kebanyakan) ulama.
4. Menyentuh kemaluan secara langsung, tanpa ada batas atau
penghalang sedikitpun.
Rosululloh bersabda:
‫َب َب ْل َب َب ْل َب َب ْل َب ُع َب َب ْل َب َب َب ٌس َب َب‬
‫ِفإ ى ف ِفح ِف وا ض ن وب ن ِفحج و‬ ‫ِف ِفد ِف‬
‫َب‬ ‫))إ َب ْلف َبط ى َب َب ُعد ُعك ْل‬
((‫ْل ُعا‬
‫ُع‬ ‫ْلا ُع‬ ‫َبش ْل ٌس َبف َب ْلد َبو َبح َب َب َب ْل‬
‫ِف‬
“Apabila salah seorang di antara kalian menyentuh
kemaluannya dengan tangan tanpa ada penghalang atau
batas (sedikitpun), maka ia wajib berwuhdu‟.” (HR.
Hakim: 1/13 dan yang lainnya dengan sanad yang
shohih)

28
MANDI

A. Pengertian Dan Disyari’atkannya Mandi


Mandi ( ‫ ) َب ْلا ُع ْلص ُع‬adalah:
‫ْل َب‬ ‫ْل َب‬ ‫ُع َب‬ ‫َّش‬ ‫ْل ْل‬
(‫َب ت ْلل ِف ْل ُع ا َب د ِف ِف ْل ِفا‬ ‫) ِف ْلش ُع ِف ا ِف َبص ِفا ا ِفذ‬
“Nama untuk perbuatan mandi yaitu menyiramkan badan
dengan air secara merata.” (Taisir al-’Allam: 1/81)
Dalil disyari‟atkannya mandi dari junub adalah berdasarkan
firman Alloh .
﴾    ﴿
“Jika kalian junub, maka mandilah.” (QS. Al-Maa’idah
[5]: 6)

Ayat ini mengandung perintah mandi dari junub (Taisiir al-


Kariim ar-Rohman: 185). Sedangkan dalil disyari‟atkannya mandi
dari haid dan nifas adalah firman Alloh :
            ﴿

            

﴾       


“Mereka bertanya kepada kalian tentang haid.
Katakanlah: "Haid itu adalah suatu kotoran". oleh sebab
itu hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid; dan janganlah kalian mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah Suci, maka

29
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Alloh kepada kalian. Sesungguhnya Alloh menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 222)

“Ayat ini mengandung dalil atas wajibnya mandi bagi


orang yang haid dan terputusnya darah merupakan syarat
syahnya mandi.” [Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 82]

B. Hal-Hal Yang Mewajibkan Mandi


Mandi menjadi wajib karena beberapa faktor penyebab di
antaranya adalah:
1. Keluarnya mani dengan syahwat baik ketika tidur atau terjaga,
baik laki-laki maupun perempuan.
Kata junub ( ‫)ح ُعن ًة‬
‫ُع‬ dalam surah (Al-Maa’idah [5]: 6)
ditujukan pula untuk orang yang keluar mani, baik ketika tidur
atau terjaga. [Taisir: 85]
Rosululloh bersabda:
‫َب ْل َب‬ ‫َب ْل َب‬
(( ‫)) ْل ُعا ِف ْل ِفا‬
“Air (mandi) dari (sebab) air (mani).” (HR. Muslim)
Ali bin Abi Tholib berkata:
‫ْل َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل َب‬ ‫َب َب‬ ‫ْل َب‬ ‫َب ْل‬
‫ ِف َب ْل ِفذ ْل ا ُع ُع ْل ُعا َبو ِف َب ْل ِفن ِفي‬:‫ِف َب ْل ِفذ ْل ؟ ف َبا‬ ‫)) َبش ا ُع َّشان ِفبي‬
‫َب ْل ُع‬
(( ‫ا ْلص ُع‬
“Aku bertanya kepada Nabi tentang madzi? Beliau
menjawab: Madzi harus wudhu dan mani harus mandi.”
(HR. Ahmad dalam musnadnya: 1/262, Ibnu Majah:
no. 504 dan Tirmidzi: no 114, ia berkata: Hadits
hasan shohih)

30
2. Bertemunya dua kemaluan (bersetubuh / berjima‟) sekalipun
tidak keluar mani.
Kata junub ( ‫)ح ُعن ًة‬
‫ ُع‬dalam surah (Al-Maa’idah: 6) ditujukan

pula untuk orang yang melakukan jima‟ sekalipun tidak keluar


mani. [Taisir: 85]
‫َب‬ ‫ْل َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب ُع‬ ‫ُع‬ ‫)) إ َب َبح َب َب‬
‫ َبو ِفف ْلي ا ْلل ِفظ‬. ‫ ف ْلد َبو َبح َب ا ْلص ُع‬، ‫ض َب ْل َب َبل ِفب َب ألا ْل َب ِف ث َّش َبح َب َبد َب‬ ‫ِف‬
‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ُع‬ ‫ْل‬ ‫ُع ْل َب ْل َب‬
(( ‫ِف ا‬ ‫ ِفوإ ا‬: ‫ِفْلص ِف ِف‬
“Apabila salah seorang duduk di antara 4 anggota
badan istrinya, kemudian ia memasukkannya, maka
wajib mandi.” Dalam lafadz Muslim: “Sekalipun tidak
keluar mani.” (HR. Bukhori dan Muslim)
“Makna global dari hadits ini adalah apabila seorang
laki-laki duduk di antara cabang wanita yang empat
yaitu (dua tangan dan dua kaki), kemudian memasukan
dzakarnya ke dalam farji wanita, maka ia wajib mandi
dari junub, sekalipun ia tidak keluar mani. Karena
memasukkannya saja merupakan salah satu yang
mewajibkan mandi.” [Taisir al-‘Allam: 1/90]
3. Terputusnya haid dan nifas.
Dalam Al-Qur‟an surat (Al-Baqoroh [2]: 222) di atas,
telah jelas tentang dalil wajibnya mandi karena terputusnya
darah haid. Sedangkan masalah nifas dipersamakan dengan
masalah haid berdasarkan ijma‟ para sahabat. [Fiqhus
Sunnah: 1/52]
4. Kematian
Apabila seorang Muslim wafat, maka wajib
memandikannya menurut ijma‟ para ulama. Ketika putri
Rosululloh (Zainab ) wafat, beliau bersabda:

31
‫ْل ْل َب َب َب َب ًة َب َب‬
(( ‫)) ِفإا ِفص ن ث ث ْلو خ ْل ًةص‬
“Mandikanlah dia (oleh kalian) 3 kali atau 5 kali...”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Di antara hal yang dapat dipetik dari hadits ini adalah
wajibnya memandikan mayat Muslim dimana hal itu adalah
fardhu kifayah. [Taisir al-‘Allam: 1/364]
5. Orang kafir apabila masuk Islam.
Tsumamah Al-Hanafi diperintahkan mandi ketika ia
masuk Islam. (HR. Ahmad)

C. Tata Cara Mandi Rosululloh


Ringkasan tata cara mandi Rosululloh adalah sebagai
berikut:
1. Niat mandi di dalam hati.
2. Mencuci kedua tangannya agar bersih.
3. Mencuci kemaluannya.
4. Menggosokan tangan bekas mencuci kemaluannya tersebut ke
tanah atau lainnya (seperti sabun dan lain-lain).
5. Berwudhu dengan sempurna seperti wudhu untuk sholat. Akan
tetapi, untuk kaki boleh dicuci saat wudhu tersebut atau ia
tunda hingga selesai mandi.
6. Mengguyur, menggosok-gosok kepala dan rambutnya 3 kali
agar air sampai ke ujung-ujung kulit kepalanya. Sedangkan
untuk wanita tidak perlu membuka ikatan rambutnya pada
mandi junub, dan wajib membuka ikatan rambutnya pada
mandi haid.

32
7. Mengguyur seluruh anggota badannya dari badan bagian kanan
lalu bagian kiri, dengan memperhatikan lubang-lubang kuping,
hidung dan lain-lain agar air masuk secara merata.
Tata cara mandi tersebut berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
a. Maimunah berkata:
‫َب َب َب َب‬ ‫َب ُع َب ْل َب َب َب َب َب ْل َب َب َب‬ ‫َب َب ْل ُع ُع ْل‬
‫))و ل ِفا َب ش ِفا ِف و ا لجن ِف ف كل ِف ِف ِفن ِف ى ص ِف ِف‬
‫َب َب ْل َب ْل َب َب ًة ُع َب َب َب َب ُع ُع َب َب َب َب ُع ْل َب َب ْل َب‬
‫ ث َّش َب د ِف ا ْل ِف ِفو ل ِفب ِف‬، ‫ ث َّش اص َب ف ْل ح‬، ‫ و ث ث‬، ‫َّش ِف‬
‫ ُعث َّش‬، ‫ ُعث َّش َبا َبص َب َبو ْلح َب ُع َبو ِف َب َب ْل ِف‬،‫ض َبو ْلش َبل ْلن َبل َبق‬ ‫ ُعث َّش َب ْل‬، ‫َب َّش َب ْل َب ْلو َبث َب ًةث‬
‫ض َب َب‬
‫ِف‬
‫ ُعث َّش َب َبن َّشحى َبف َب َبص َب‬، ‫ ُعث َّش َبا َبص َب َبش ِفب َب َبح َبص ِفد ِف‬،‫َب َبف َب َب َب ى َب ْل ِفش ِف ْلْلَب َبا‬
‫َب‬
(( ‫ِف ْلح ْل ِف‬
“Aku menyediakan air mandi junub bagi Rosululloh ,
lalu beliau mencuci tangannya dengan menggunakan
tangan kanannya 2 atau 3 kali. Kemudian, beliau
mencuci kemaluannya. Lalu, membersihkan tangannya
dengan debu atau permukaan tanah 2 atau 3 kali.
Kemudian beliau berkumur-kumur, memasukkan air ke
hidung, mencuci wajah dan dua tangannya. Lalu, beliau
guyur kepalanya dengan air. Kemudian, mencuci
seluruh badannya. Lalu, mencuci dua kakinya.” (HR.
Bukhori: no. 249, Muslim no. 317, Abu Dawud no.
245, an-Nasa’i no. 1/2208, Ibnu Majah no. 467 dan
Tirmidzi no. 103, ia berkata: Hadits Hasan Shohih)

b. „Aisyah berkata:
‫ْل َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب ْل ُع َّش َب َب َب َّش ُع َب َب َب َب َب َّش ُع‬ ‫)) َبك َب إ َب ْلا َب َبص َب َب‬
‫ ث ل ك ل‬، ‫لجن ِف د ف ص د ِف‬ ‫ِف‬
‫ َبف ُع َب ِف ُع ِفب َب ُع ُع َبا َب َبل ِف ُعث َّش َب ُع ُّل‬،‫َب َبل ُع فى ْلْلَب ِفا‬ ‫َّش َب ِف ُع َّش ُع ْل ُع َب‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ ث د ِفخ‬، ‫ِف‬ ‫ِفا‬
‫َب َب ْل ُع َّش ُع ُع ْل َب َب َب َب ْل ُع‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬
(( ‫ ث ِفل ض ْل ا ى ِفح ِفد ِف ك ِف ِف‬، ‫ِف د ِف‬ ‫ى َب ِفش ِف ث ا َب ٍر‬

33
“Rosululloh apabila mandi junub, beliau mencuci
kedua tangannya, kemudian berwudhu seperti wudhu untuk
sholat, lalu beliau memasukkan jari jemarinya ke dalam
air, lalu menyela-nyela rambutnya dengan dua tangannya,
lalu beliau mengguyurkan air di atasnya 3 kali.
Kemudian mencuci seluruh badannya.” (HR. Bukhori: no.
248, Muslim no. 316, an-Nasa’i no. 1/205 dan Tirmidzi
no. 104, ia berkata: Hadits Hasan Shohih)

c. „Aisyah berkata:
‫َب َب َب َب‬ ‫ْل َب َب َب َب َب َب‬ ‫َب َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل َب‬ ‫َب‬
‫ ف د‬، ‫ ف خذ ِف ِفل ِف‬، ‫ا َبص َب ِف َب ل َبج َبن َب ِف َب َب ِف ْلى ٍرا ا ْلح َب ل ِف ِف‬ ‫)) ِفإ‬
‫َب ُع َب ْل‬
(( ‫َب ِفش ِف ألا ْل َب ِف ث َّش ألا َبص ِف‬
‫ْل‬
‫ِف ِفل ِفق‬
“Nabi apabila mandi junub, beliau meminta air, lalu
mengambilnya dengan telapak tangannya, kemudian
memulainya dengan bagian kepalanya yang kanan,
kemudian yang kiri, beliau menggosok-gosokannya.”
(HR. Bukhori dan Muslim, al-Lu’lu wal Marjan no.
183)
“Dari Ummu Salamah , aku bertanya: “Ya
Rosululloh, saya seorang wanita yang memiliki rambut
tebal. Apakah aku harus membukanya untuk mandi
janabat?” Beliau menjawab: “Tidak perlu! Cukup
engkau guyur 3 kali.” (HR. Muslim no. 330)
“Asma‟ pernah bertanya kepada Nabi tentang
mandi haid. Beliau menjawab: “Hendaklah salah
seorang kalian mengambil air dan pewangi, lalu wudhu
dengan baik kemudian mengguyur di atas kepalanya,
lalu menggosok-gosoknya sampai dasar rambut…” (HR.
Muslim: 332/61)

34
TAYAMUM

A. Definisi Tayamum
Tayammum ( ‫ ) َب َّشال َب ُّل ُع‬menurut asal bahasa artinya menyengaja/
bermaksud (‫ ) َب ْلا َب ْل ُعد‬sedangkan tayamum menurut syara‟ ialah:
‫ْل َب َب‬ ‫ْل‬ ‫َب ْل‬ ‫َب‬ ‫َب ٌس ُع ٌس َب ْل‬
‫)) َب َب َب ِف َّش تل َبل ِف ُع َب ى َب ْلس ِف ا َب ْلح ِف َبو ا َب َبد ْل ِف ِف ْلن َبد َب َبد ِف ْل ِفا ْلو‬
‫َب َب َب َب‬
(( ‫ى د ِف ْلش ِفل ْلل َب ِفا ِف‬
“Pensucian dengan menggunakan debu yang mencakup
membasuh wajah dan dua tangan ketika tidak ada air
atau tidak mampu menggunakan air.” [Taisir al-‘Alam]

B. Dalil di Syari’atkannya Tayamum


Tayamum telah tegas disyari‟atkan berdasarkan Al-Qur‟an dan
Sunnah. Di antaranya adalah:
1. Firman Alloh :
         ﴿

           

            

       

﴾       


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
shalat, sedang kalian dalam keadaan mabuk, sehingga

35
kalian mengerti apa yang kalian ucapkan, (jangan pula
hampiri masjid) sedang kalian dalam keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kalian mandi.
dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kalian telah
menyentuh perempuan, kemudian kalian tidak mendapat
air, Maka bertayamumlah kalian dengan tanah yang baik
(suci); sapulah muka kalian dan tangan kalian.
Sesungguhnya Alloh Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.” (QS. An-Nisa’ [4]: 43)

“Di dalam ayat yang mulia ini terkandung


disyari‟atkannya hukum yang besar di mana Alloh
memberikannya sebagai nikmat bagi umat ini yaitu
disyari‟atkannya tayammum. Dan hal ini telah menjadi
ijma‟ para ulama.” [Taisiir al-Kariim al-Rohman: 145]

2. Firman Alloh :
        ﴿

        

             

         

         

36
        

﴾   


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak
mengerjakan sholat, maka basuhlah muka kalian dan
tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala
kalian dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua
mata kaki, dan jika kalian junub maka mandilah, dan jika
kalian sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kalian tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah muka kalian
dan tangan kalian dengan tanah itu. Alloh tidak hendak
menyulitkan kalian, tetapi Dia hendak membersihkan
kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian,
supaya kalian bersyukur.” (QS. Al-Maa’idah [5]: 6)

3. Dari Jabir bin Abdulloh bahwa Nabi bersabda:


‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل َب ْل‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ُع‬
‫ َبو ُعح ِفل ْل ِف َبي‬... :‫)) ْل ِفط ْل ُع خ ُع ًةص ا ْل ُع ْللط ُع َّش َب ٌسد ِف َب ألاا ِف َب ِفا ْل ِف ْلي‬
‫ْل ُع َّش ْل َب ْل َب َب ْل ُع َّش َب ُع‬ ‫َب ْل ًة َب َب ْل ًة َب ُّل َب ُع‬ ‫َب‬
‫ِف ي كل ا‬ ‫ألا ْل ُع س ِف د و ُع ف َب ح ٍر ِف‬
‫َب ْل‬
((... ‫ف ُع َب ِف‬
“Aku diberikan 5 perkara yang tidak diberikan kepada
satu orang Nabi pun sebelumku, di antaranya; tanah
(bumi) dijadikan untukku sebagai masjid dan alat
bersuci…” (HR. Bukhori no. 335 dan Muslim)
Di antara faedah hadits ini adalah:
- Bahwasanya asal hukum tanah itu suci untuk sholat dan
tayammum.

37
- Bahwasanya setiap tanah layak untuk digunakan
tayammum. [Taisir al-‘Alam: 1/99]

C. Sebab-Sebab Dibolehkannya Tayammum


Berdasarkan ayat-ayat tayammum dapat disimpulkan bahwa
Alloh membolehkan tayammum pada dua kondisi:
1. Kondisi tidak mendapatkan air. Hal ini berlaku secara umum
baik ketika ada di tempat atau sedang dalam safar (perjalanan).
2. Kondisi sulit/berat menggunakan air dengan sebab sakit atau
yang lainnya. [Taisiir al-Kariim al-Rohman: 145]
Jika kita merinci kedua kondisi tersebut, maka ada beberapa
sebab bagi dibolehkannya tayammum:
1. Tidak mendapatkan air atau air yang ada tidak mencukupinya
untuk bersuci.
Imron bin Husain berkata:
‫ُعف َب ُع‬ ‫ َب‬:‫ُع َب ف ْلي ا َب ْل َبف َب َبا‬ ‫َب َب َب ُعح ًة ُع ْلل َب ًة َبا ْل‬ ‫)) َب َّش َب ُعش ْل َب‬
‫ا‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫ٌس َب َب‬
‫و‬ ‫َب ُعش ْل ُعا َب َب َب ْللن ْلي َبح َبن َب‬ ‫ َب‬:‫َب َب َبن َبل َب َب ْل ُع َب َّش َبي ف ْلي ا َب ْل َبف َب َبا‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب‬ ‫َّش ْل َب َّش ُع َب ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬
(( ‫ِفل‬ ‫ْل‬ ‫ َب ْل َب ِف ا ِفل ِفد ف ِفئا‬:‫َب َبا َبا‬
“Sesungguhnya Rosululloh melihat seorang laki-laki
menyendiri tidak sholat. Maka beliau bertanya: Hai
fulan, apa yang menghalangimu untuk tidak sholat
berjama‟ah? Ia menjawab: Ya Rosululloh, saya sedang
junub dan tidak ada air. Beliau bersabda: Gunakanlah
debu, hal itu cukup bagimu.” (HR. Bukhori: 1/91)
Dari Abu Dzar , Rosululloh bersabda:
‫ْل َب‬ ‫ْل َب َب ْل‬ ‫َب ْل َب‬ ‫ْل ُع‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫َّش‬
(( ‫)) ِفإ ا َّش ِفل ْل د اط َّش َب ُع ْل ُع ْل ْلص ِف ِف و ِفإ ا ْل َب ِف ِفد ْل َبا ل َب ِفش ِفن‬
“Sesungguhnya debu yang baik adalah alat bersuci
seorang Muslim sekalipun ia tidak menemukan air

38
selama 10 tahun.” (HR. Ahmad: 8/21624, Abu Dawud
no. 332, al-Hakim no. 627, beliau menshohihkannya
dan disepakati oleh adz-Dzahabi serta diriwayat pula
oleh al-Baihaqi dalam al-Kubro: 1/212/220, an-
Nasa’i: 1/171 dan at-Tirmidzi no. 124, beliau berkata:
Hadits Hasan Shohih)

Seorang yang tidak dapat menemukan air, terlebih dahulu


wajib mencari air tersebut, baik di rumah atau lingkungan
terdekatnya. Jika memang tidak ditemukan, maka boleh
baginya untuk bertayammum.
Ahli-ahli fiqih menjadikan firman Alloh ( ‫ًةا‬ ‫ َبف َب ْل َب ُعد ْلو َب‬/
‫ِف‬
kemudian kalian tidak mendapatkan air, an-Nisa’ [4]: 43)
sebagai dalil wajibnya mencari air ketika masuk waktu sholat.
Mereka mengatakan bahwa tidak dapat dikatakan tidak
mendapat air bagi orang yang belum mencarinya, karena hal itu
baru dapat dikatakan setelah mencarinya. [Taisiir al-Kariim
al-Rohman: 145]
2. Apabila memiliki penyakit, dimana menggunakan air akan
menambah parah penyakitnya atau memperlambat
kesembuhannya. Hal itu dapat diketahui melalui pengalaman
atau informasi dokter yang dapat dipercaya. Firman Alloh
‫ُع‬
(‫ى‬ ‫َب ِفوإ ك ْلن ُعل ْل َب ْل َبض‬ – dan jika kalian sakit an-Nisa’ [4]: 43),
menjelaskan dibolehkannya tayammum bagi orang yang sakit
secara mutlak, baik ada air maupun tidak ada air. „Illat (faktor)
hukumnya adalah sakit, dimana sulit baginya menggunakan air.
[Taisiir al-Kariim al-Rohman: 145]

39
3. Apabila kondisi air atau udara sangat dingin, sehingga
menggunakannya dikhawatirkan menimbulkan bahaya.
Diceritakan bahwa Amr bin al-„Ash pernah junub pada
malam yang sangat dingin, lalu beliau tayammum dan
membaca ayat:
﴾         ﴿
“Janganlah kalian membunuh diri kalian; Sesungguhnya
Alloh adalah Maha Penyayang kepada kalian.” (QS.
An-Nisa’ [4]: 29)

“Hal itu diceritakan kepada Nabi , lalu beliau tidak


mencelanya.” (HR. Bukhori secara mu’allaq: 1/90)

D. Tata Cara Tayammum


Tata cara tayammum yang dicontohkan Rosululloh ialah:
1. Niat tayammum di dalam hati.

2. Menepukkan kedua telapak tangannya pada tanah yang suci.

3. Tepukkan kedua telapak tangan tersebut dibasuhkan pertama


kali pada muka, kemudian baru kedua telapak tangan.
Semuanya dilakukan satu kali dan sekaligus.
„Ammar bin Yasir berkata:
‫ِفف ْلي‬ ‫ف ْلي َب َبح َبف َب ْلح َبن ْل ُع َبف َب ْل َب حد ْلْلَب َبا َبف َبل َب َّش ْلا ُع‬ ‫َب َب َب ْل َب ُع ْل َب‬
‫ِف ِف‬ ‫ٍر‬ ‫)) لث ِفني ش ا ِف ِف‬
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫ُع َب َب َب‬ ‫َب َب َب‬
‫ ِفإ َّشا َب ك‬:‫ف َبا‬ ‫ا َّش ِفل ْل ِفد ك َب َب َّشغ َّشاد َّش فذك ْل ُعت ِفا َب ِفا َّشن ِفب ِفي‬
‫ألا ْل ُعث َّش َبا َبل َب‬
‫ض َب‬ ‫َب ْل َب ًة َب َب ْل َب‬ ‫َب ْل ْل َب َب ْل َب ْل َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب‬
‫ِف‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫ِف‬ ‫ل‬
‫ِف‬ ‫ن ذ فض ِف‬ ‫ِفل‬
‫ُعث َّش َب َبس َب ب َب َب ْل َب َبكل ل َب ا َب ْلو َب ْل َب َب ا َب ل ُعث َّش َب َبس َب ب َب وَب‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف ِف ِف ِف‬ ‫ِف ِف ِف ِف ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫ُع‬
(( ‫ْلح َب‬

40
“Rosululloh mengutusku dalam satu keperluan, lalu
aku berjunub dan tidak mendapatkan air. Maka aku
berguling-guling di tanah sebagaimana berguling-
gulingnya binatang. Lalu hal itu aku ceritakan kepada
Nabi . Maka, beliau menjawab: Cukup engkau
melakukan ini. Beliau tempelkan telapak tangannya ke
arah, kemudian meniupkannya. Lalu membasuh bagian
depan tangannya, kemudian membasuh wajahnya.” (HR.
Bukhori: 1/91)
„Ammar bin Yasir berkata:
‫َب ْل َب َّش ْل‬ ‫ْل‬ ‫َّش‬
(( ( ‫َب َب ِف ال َب ُّل ِف ِفا َب ْلح ِف و ا ل‬
‫َب ُع‬ ‫َّش‬
‫)) ان ِفبي‬ ‫َب ْل‬
“Sesungguhnya Nabi memerintahkannya untuk
tayammum pada wajah dan dua telapak tangan.” (HR.
Ahmad dalam musnadnya: no. 18347, Abu Dawud:
no. 337, at-Tirmidzi: no. 144, beliau berkata Hadits
‘Ammar Hasan Shohih)

Abu „Isa at-Tirmidzi berkata:


“Bukan hanya satu ahli ilmu dikalangan para sahabat, di
antaranya: „Ali, Ammar dan Ibnu „Abbas serta di
kalangan tabi‟in seperti Asy-Sya‟bi, Atho‟ dan Makhul
berpendapat: Tayammum itu satu tepukan untuk wajah
dan dua telapak tangan. Inilah pendapat Ahmad dan
Ishaq.” [Sunan at-Tirmidzi: 1/195]

41
42
SHOLAT DAN KEUTAMAANNYA

A. Definisi Sholat
Sholat ( ‫ ) ا َّش َب ُع‬menurut bahasa artinya doa (‫) ُّلاد َب ُعا‬. Sedangkan
menurut syariat, yang dimaksud dengan sholat adalah:
‫َّش ْل‬ ‫ُع ُع َب َب‬ ‫ُع ُع َّش َب ُع‬ ‫َب ُع َب ْل‬
(‫ْل ُع ْل َب ْل َب ن ُع د ْلو ْلو ِفة َب ِفف ْلي ال ِف َبل ِف‬ ‫) ال َب‬
‫ِف‬
“Ibadah khusus yang telah dijelaskan batas-batas
waktunya dalam syariat.”1

Sebagian ulama mendefinisikan bahwa sholat adalah:


‫َب َب‬ ‫ٌس ْل‬ ‫ًة‬ ‫َب َب ٌس َب َب َب َب ْل ًة َب ْل َب ْل‬
‫ض َّش ُع َب الا َبو ف َبل َب ُع ْل َب ُع ْلل َبل َبل َبح ِف َبل ِف ْل ِف ِف ت َبل ى‬ ‫ل‬ ‫) ِف‬
‫َّش‬ ‫ٌس‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬
( ‫ُع لل َب ِف ا ْلص ِف ْل ِف‬
“Ibadah yang terdiri dari perkataan-perkataan dan
perbuatan-perbuatan khusus yang dibuka dengan takbir
kepada Alloh (takbirotul ihrom) dan ditutup dengan
2
salam.”

Sebagian yang lainnya mendefinisikannya dengan:


‫َب ْل َب ٌس َب َب ْل َب ٌس ْل َب ُع َب ُّل‬
‫اط ُع ْل ُع َبو َب ْلح ْل ُع َب َّشال ْل ْل ُع َبو َب ْلح ِف ْل ُع َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫) ا و فل ا ِف لل‬
‫َّش‬
( ‫ا ْلص ِف ْل ُع‬
“Yaitu ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan,
kucinya bersuci (berwudhu), tahrimnya takbir dan
tahlilnya salam.”3 4

1
[Al-Mu‟jam al-Washiit: 1/522]
2
[Lihat Fiqih Sunnah: 1/78]
3
[Bughyah al-Mutathowwi‟ fii Sholah at-Tathowwu‟: 9]

43
B. Keutamaan Sholat.
1. Sholat adalah rukun Islam yang kedua bahkan merupakan
rukun Islam yang terpenting setelah syahadatain.
Rosululloh bersabda:
‫ْل َب َب َب َّش َّش ُع َب َب‬ ‫َب َب َب َب‬ ‫)) ُع َب ْلش َب ُع َب َب َب ْل‬
‫َّش ُع َبح َّش ًةد َب ُعش ُعا‬ ‫ِفإا ِفإ ا و‬ ‫ِف‬ ‫ض‬
‫ى خ ٍر‬ ‫ِف ِف‬
‫َب َب‬
(( ‫َب َب ض‬ ‫َب َب ْل‬ ‫َب ْل َب‬ ‫َّش َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َّش َب‬ ‫َّش َب َب‬
‫ و ِف‬، ‫ و ل ِف‬، ‫ ِفوإ ل ِفا ازك ِف‬، ‫ ِفوإ ِف ا ِف‬، ‫ا ِف‬
“Islam di bangun di atas lima pondasi, yaitu: Syahadat,
sholat, zakat, haji dan puasa di bulan Romadhon.”5
2. Sholat adalah munajat (komunikasi dan hubungan langsung)
antara hamba dengan Robbnya.
Rosululloh bersabda:
‫ُع‬ ‫َب َّش ُع َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫َّش َب َب َب ُع‬
(( ‫ ف ِفئا ُع ن ِفج ْل َب َّشب‬، ‫َب ِففى َب ِف ِف‬ ‫)) ِفإ دك ْل ِفإ‬
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian apabila
berdiri sholat, maka ia sedang bermunajat dengan
Robbnya.”6
3. Sholat adalah penolong dalam segala urusan penting dan
pencegah dari segala maksiat dan kemunkaran.
Alloh berfirman:
   
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 45)

4
[Miftah atau kunci pembuka artinya syarat sahnya, tahrim artinya setelah
mengucapkan takbir diharamkan melakukan perbuatan selain perbuatan sholat
sedangkan tahlil artinya setelah mengucapkan salam, maka perbuatan yang
tadinya dilarang boleh dikerjakan kembali]
5
[HR. Bukhori dan Muslim]
6
[HR. Bukhori: no. 405]

44
“Alloh memerintahkan mereka untuk meminta tolong
dalam seluruh urusan mereka dengan berbagai jenis
kesabaran yaitu sabar dari maksiat kepada-Nya sehingga
meniggalkannya, dan sabar atas takdir-Nya yang tidak
menyenangkan baginya sehingga tidak murka. Dengan sabar
dan pengendalian jiwa dalam menjalankan perintah Alloh
untuk bersabar merupakan sumber pertolongan terhadap
setiap perkara. Begitu pula meminta pertolongan dengan
sholat yang merupakan timbangan iman dan pencegah dari
kekafiran dan segala macam bentuk kemungkaran.”7

Alloh berfirman:
          
“Dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar.” (QS. Al-Ankabuut [29]: 45)

“Sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar


karena seorang hamba yang menegakkannya dengan
menyempurnakan seluruh rukun dan syaratnya serta
kekhusyu‟annya, maka bersinarlah hatinya, bersihlah
perasaannya, bertambahlah imannya, kuatlah
keinginannya untuk berbuat kebaikan serta sedikit atau
menghilangkan kesukaannya pada keburukan.”8

7
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 34]
8
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 581]

45
4. Sholat adalah cahaya bagi orang-orang beriman yang
memancar dari dalam hatinya dan akan menyinarinya ketika di
Padang Mahsyar.
Rosululloh bersabda:
‫ْل‬ ‫َب َب ًة َب َب َب ًة‬ ‫َب َب ْل َب ُع ُع‬ ‫ْل َب َب َب َب َب‬
((‫َب ْل َب ا ِف َب َب ِف‬ ‫فظ ْلي َب ك ا ا ا ْل ًة و ُعب ْل ا وا‬ ‫)) َب‬
“Barangsiapa yang menjaga sholatnya, niscaya ia akan
menjadi cahaya, bukti dan penyelamat (baginya) pada
hari kiamat.”9

5. Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka sholat adalah


tiangnya.
Rosululloh bersabda:
‫ْلش ُع و ُع ْل‬ ‫َب ُع‬
‫َب ُع ْل‬ ‫ُع ُع‬ ‫َب َب َب‬ ‫ْل َب‬ ‫ْل‬
(( ‫ا َّش‬ ‫)) س ألا ِف ِف‬
“Pokok utama setiap urusan adalah Islam sedangkan
tiangnya adalah sholat.”10

6. Sholat adalah perkara yang pertama kali akan dihisab pada hari
kiamat.
Rosululloh bersabda:
‫ َبفئ ْل َب َب َب ْل َب َب َب‬، ‫ا َّش َب ُع‬
‫ِف‬
‫ْلا َبل ْل ُعد َب ْل َب ْلا َب َب‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫)) َب َّشو ُعا َب ُع َبح َبش ُع‬
‫ِف‬
(( ‫َب ِف ِف‬
‫َبف َبص َبد ْلت َبف َبص َبد َبش ب ُع َب‬ ‫َبا ُع َبش ب ُع َب َب َبوإ ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف ِف‬

9
[HR. Ahmad, al-Mundziri berkarta isnadnya jayyid: 1/386, al-Haitsami
berkata: Perowi Ahmad semuanya tsiqot, ad-Darimi: 2/301 dan Ibnu Hibban:
3/14]
10
[HR. Ahmad: 5/231, at-Tirmidzi: 7/362 ia berkata: Hadits Hasan Shohih,
Ibnu Majah: 2/1314, Ibnu Hibban: 1/218, al-Baihaqi: 9/65 dan al-Hakim: 2/413,
ia berkata: Shohih menurut syarat Bukhori dan Muslim dan disepakati oleh adz-
Dzahabi]

46
“Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang
hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika baik, maka
baiklah seluruh amalnya, dan apabila rusak maka
rusaklah seluruh amalnya.”11

7. Sholat merupakan ikatan Islam yang terakhir hilang dari muka


bumi.
Rosululloh bersabda:
‫ٌس َب َب َب‬ ‫َبف ُع َّش َب ْلا َبل َب َب‬ ‫ُع ْل َب ًة‬ ‫َب ُع ْل َب َب َّش ُع َب ْل ْل َب ُع ْل َب ًة‬
‫ض ْل ُع ْل َبو تل َّش ث‬ ‫و‬ ‫ِف ش ِف و‬ ‫)) ا ن ض‬
‫َب ُع‬ ‫ُع َبوآخ ُع ُع َّش‬ ‫ْل ُع ْل‬ ‫َّش ُع َّش َب َب َب َب َّش ُع ُع َّش َب ْل ًة‬
(( ‫ا َّش‬ ‫ِف‬ ‫ل‬ ‫ان س ِف ا ِف ى ِف ي و وا ا ض‬
“Sungguh akan terurai tali Islam pintalan demi pintalan,
disaat telah terlepas satu pintalan, maka manusia
berpegang teguh dengan pintalan berikutnya. Maka
pintalan yang pertama kali terlepas adalah hukum
(syariat) dan pintalan yang terlepas paling akhir adalah
sholat.”12

C. Disyariatkannya Sholat.
‫ َبف َب َبح ْلل ُع‬. ‫)) ُعث َّش ُعف َب ْل َب َب َّشى ا َّش َب َب ُعت َبخ ْل ص َب َب َب ًة ُعك َّش َب ْل‬
‫ٍر‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب َب َب ْل ُع َب َب ُع َب َب َب َب َب ُع ْل َب َب َب ُع ْل ُع َب ْل ْل َب َب َب ًة‬
‫ ِف ت ِف ِفص‬: ‫ ِف ِف ت؟ ا‬: ‫ ف ا‬،‫ف ت ى و ى‬
‫َب ًة ُع‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫ُع‬
‫ َب ِفوإ ِف ى‬، ‫ َبا ِفإ َّش َّش َبل َب ت ْلص َبل ِفط ْل ُع خ ْل ِفص ْل َب َب ك َّش َب ْل ٍر‬. ‫ك َّش َب ْل ٍر‬
‫َب َب ْل ُع َب‬ ‫َب‬ ‫َب َّش َب ْل َب َّش ْل ُع َّش َب َب َب‬
، ‫ َبو َب ل ْلج ُع َب ِف ْل ِفإ ْلش َب ِفب ْل َب َّشد ْل َبل ل َبج ِف‬، ‫س ْل َب‬ ‫و ا ِف د ح ب ان‬
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬
‫ْل‬
‫ِف‬
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ ف‬، ‫ ف َب حل‬. ‫ف ْل ِفح ْل ِفإ ى َب ِفب َب ف ْلش ا ال ِفل ا َّش ِفل‬
‫ُع‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َّش‬ ‫ُع‬
‫ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل َب َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫ْل َب‬
، ‫ ف َب َبح ْلل ُع ف َب َب َب َب ِفنى َب ل ًة‬، ‫ ف َب َبح ْلل ُع ِفإ ى ُع َبو ى ف َبا ِف ث ُع‬، ‫َب ل ًة‬

11
[HR. Ibnu Nashr: 2/211 dan Thobroni: no. 204, dishohihkan oleh syaikh al-
Albani dalam Silsilah al-Hadits ash-Shohihah: no. 1358]
12
[HR. Ahmad: 5/251, Ibnu Hibban: 8/253, al-Hakim: 4/92 dan beliau
menshohihkannya]

47
‫ َبف َب َبح ْلل ُع‬، ‫ َبف َب َبح ْلل ُع َبف َب َب َب َب نى َب ْلل ًة‬، ‫َبف َب َبح ْلل ُع إ َب ى ُع َبو ى َبف َب َبا ْلث َب ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َّش‬ ‫َب ُع َب َب َب َب ْل َب ُع َب َب َب ْل ُع َب ُع ْل ُع َب ْل َب َب َب ُع‬
، ‫ٍرت ك ٍر‬ ‫ ف حل ُعف ِف ت ِف لل ِف‬، ‫ِفإ ى و ى ف ا ِف ث‬
‫ُع‬ ‫َب‬ ‫ َبف َب َبح ْلل ُع َبف ِف ْل ُعت َب ْل‬، ‫َبف َب َبح ْلل ُع َبف َب َبا ِف ْلث َب ُع‬
، ‫ض َب َب ٍرت ك َّش َب ْل ٍر‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ َبف َب َبا َب ُع ِف ْل َبت ُع ْل ُع ُع ِف ْل ُعت َب ْل ض َب َب َب ٍرت ُعك َّش‬،‫َبف َب َبح ْلل ُع إ َب ى ُع َبو ى‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ َبوإ ى َب دْل‬، ‫ض َب َب َب ت ُعك َّش َب ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب ْل َب َب َّش ُع َّش َب َب َب َب ْل َب ْل ُع َب‬
‫ٍر ِف ِف‬ ‫ٍر‬ ‫تصل ِفط خ‬ ‫ ِفإ ل‬: ‫ ا‬. ‫ٍر‬
‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب‬
‫ ف ْل ح ْل‬، ‫ َبو َب ل ْلج ُع َب ْل إ ْلش َب ب ْل َب َّشد ْل َبل ل َبج‬، ‫س َب ْل َب َب‬
‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َبح َّش ْلب ُع َّشان َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬
‫َب ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل َب ُع‬ ‫َب َب ْل‬ ‫َب‬
، ‫ َبا َبش ا ُع َب ِف ْل َب َّش ى ْلش َبل ْلح َب ْل ُع‬. ‫ِفإ ى َب ِفب َب ف ْلش ا ُع َّشال ِفل ْل ا َّش ِفل َب‬
‫ض ْل ُع‬ ‫ َبف َب َّش َبح َبو ْلز ُعت َبا َب ُع َبن َب ْل َب‬- ‫ َب َبا‬- ‫َبو َبا ْل َب ْل َبض ى َبو ُع َبش ُع‬
‫ٍر‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫ْل‬ ‫َّش‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬
(( ‫ِف َب ِف‬ ‫ف ِف ض ِف ى َبوخلل‬
“Kemudian difardhukan kepadaku sholat 50 kali setiap
harinya, lalu aku kembali dan melewati tempat Musa ,
ia bertanya: apa yang diperintahkan kepadamu? Aku
menjawab: aku di perintahkan 50 kali sholat setiap hari.
Dia berkata: sesungguhnya umatmu tidak mungkin
sanggup melaksanakan 50 kali sholat setiap hari. Demi
Alloh, aku telah melakukan penelitian kepada orang-
orang sebelummu dan atau pernah mengatasi Bani Israil
dengan sangat berat. Kembalilah kepada Robbmu, dan
mintalah keringanan untuk umatmu. Lalu aku kembali,
maka Alloh menggugurkan 10 kali sholat (jadi sisa 40
kali sholat). Aku kembali lagi, maka Alloh
menggugurkan 10 kali sholat (jadi 30 kali sholat). Aku
kembali lagi kepada Musa, ia pun berkata yang sama.
Lalu aku kembali hingga diperintahkan 10 kali sholat
setiap hari. Aku kembali kepada Musa, ia pun berkata
yang sama. Lalu aku kembali hingga aku diperintahkan
sholat 5 kali setiap hari. Kemudian aku kembali kepada
Musa ia berkata: Apa yang diperintahkan kepadamu.

48
Aku menjawab: Aku diperintahkan sholat 5 kali setiap
hari. Dia pun berkata: sesungguhnya umatmu tidak akan
mampu melaksanakan setiap hari. Aku sudah meneliti
orang-orang sebelummu dan aku pernah mengatasi Bani
Israil dengan sangat berat. Kembalilah kepada Robbmu,
mintalah keringanan.”13

Mengenai hadits-hadits yang menegaskan itu ialah sebagai


berikut:
1. Dari Buraidah , ia berkata: Rosululloh bersabda:
‫َب َب ْل َب َب‬ ‫َب ُع َب ْل َب َب‬ ‫َب َب َب َب‬ ‫ُع َّش‬ ‫َب ْل‬
‫)) ا َبل ْل د ا ِفذ ْل َب ْل نن و َبب ْل ن ُع ْل ا َّش ف َب‬
((‫َب ك َب ف د كل َب‬
“Janji yang terikat erat antara kami dengan mereka
(orang kafir) ialah sholat. Maka barangsiap
meninggalkannya, berarti ia telah kafir.”14

2. Dari Jabir ia berkata: Rosululloh bersabda:


‫َب‬ ‫َب ْل َب َب ْل ُع ْل َب ُع‬
((‫ا َّش ُعح ِف و َبب و ا ل ِف ْل ا َّش ِف‬
‫)) َب ْل َب‬
“Telah bersabda Rosululloh : “Batas di antara
seseorang dengan kekafiran itu ialah meninggalkan
sholat.”15

3. Dari Abdulloh bin „Amar bin „Ash yang diterimanya dari


Nabi bahwa pada suatu hari ia menyebut tentang soal sholat,
maka beliau bersabda:

13
[HR. Bukhori: 3887]
14
[HR. At Tirmidzi: no. 2630, ia berkata: Ini hadits hasan shohih ghorib, an-
Nasa‟i: no. 462 dan Ibnu Majah: no. 1079]
15
[HR. Muslim: no. 82, Abu Dawud: no. 4678, Tirmidzi: no. 2629 dan Ibnu
Majah: no. 1079]

49
‫ًة َب َّشان َب ْل َب‬ ‫َبك َبا ْل َبا ُع ُعا ًة َبو ُعب ْل َب ا ًة َبو َبا َب‬ ‫َب َب َب‬
‫ظ َب َب ْلي َب‬ ‫ف‬ ‫)) َب ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ًة َب َب ُع ْل َب ًة َب َب َب َب ًة‬ ‫ْل َب َب َب ُع َب ُع‬ ‫َب َب َب ْل ْلَب‬ ‫ْلا َب‬
، ‫ا و ا‬ ‫و‬ ‫ُع َبح ِففظ َب ْلي َب ا ْل ْل ا ُع ا‬ ‫ و ا‬، ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب ُع َب ْل َب َب‬ ‫َب َب َب ُع و َب َبوف ْل َب ْل َب َبو َب َب َب‬ ‫َب ْل َب ْل َب َب‬ ‫َبو َبك َب‬
(( ‫و ِفى ِف خ ٍر‬ ‫ِف‬ ‫ا ِف ِف‬
“Barangsiapa memeliharanya, maka ia akan beroleh
cahaya, bukti keterangan dan kebebasan di hari kiamat,
dan siapa yang tidak mengindahkannya, maka ia tidak
akan beroleh cahayanya, bukti keterangan dan
kebebasan dan di hari kiamt ia akan bersama Qorun,
Fir‟aun, Haman dan Ubai bin Kholaf.”16

Dalam hadits disebutkan bahwa orang yang meninggalkan


sholat itu akan berada bersama gembong-gembong kekafiran di
neraka, membuktikan bahwa ia pun kafir.

Berkata Ibnu Qoyim :


“Orang yang meninggalkan sholat itu mungkin karena
terlalu sibuk mengurus harta, kerajaan, kekuasaan atau
perniagaannya.”

Maka orang yang bimbang dengan harta, ia akan senasib


dengan Qorun, dan yang sibuk dengan kerajaan, ia akan bersama
Fir‟aun dan siapa-siapa yang terpedaya oleh kebesaran dan urusan
pemerintahan ia akan berteman dengan Haman sedang orang yang
bimbang mengurus perniagaan, maka ia berada berasma Ubai bin
Kholaf.
Hadits-hadits yang telah dikemukakan itu, pada lahirnya
menyatakan kafirnya orang yang meninggalkan sholat dan
menghalalkan darahnya.
16
[HR. Ahmad, Thobroni dan Ibnu Hibban dengan sanad yang cukup baik]

50
Tetapi kebanyakan ulama, baik salaf maupun kholaf, di
antaranya Abu Hanifah dan Malik serta Syafi‟i, berpendapat
bahwa ia tidak kafir, hanya fasik dan disuruh bertaubat jika ia
tidak mau berulah dihukum bunuh.
Ini pendapat Imam Malik, Syafi‟i dan imam yang lainnya,
sedangkan Abu Hanifah mengatakan: “Tidak dibunuh, tetapi
dihukum ta‟zir dan dipenjarakan sampai ia mau sholat.
Mengenai hadits-hadits yang mengkafirkan itu mereka
tujukan kepada orang yang menyangkal atau menghalalkan
ditinggalkannya, dan mereka bantah dengan mengemukakan
beberapa keterangan yang umum seperti firman Alloh :
              
“Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa
mempersekutu-kan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 116)
Dan misalnya lagi hadits Abu Huroiroh riwayat Ahmad dan
Muslim :
‫ْل ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫ٌس َب‬ ‫ٌس‬ ‫ُع َب‬
‫ُّل ا ِفب ٍرى َب ْل َب ُع َب ِفوإ ِف ى خ َبل َب ُعت‬ ‫)) ِفا ِف ا ِفب ٍرى َب ْل َب ُع ْلص َبل َب َب ف َبل َبع َّشج َب ك‬
‫َب َب َب ٌس ْل َب َب َّش ُع َب ْل َب َب َب‬ ‫َب ْل َب َب َب َب ًة ُع َّش َب ْل َب ْل َب َب َب‬
‫ت‬ ‫ا ا‬ ‫ا ِفب ِفإ‬ ‫ا ِف ِف ِف‬
‫ف‬ ‫ِفتى ل ا ِف ى‬
‫ُع ْلل ُع ا َّش َب ْل ًة‬
(( ‫ئ‬ ‫ِف ِف ِف‬
“Bagi setiap Nabi ada doa yang dikabulkan (Alloh).
Maka semua Nabi itu bersegera mengajukan
permohonannya. Tetapi say menyimpan doa saya itu
untuk memberi syafa‟at pada umatku di hari kiamat. Dan
ia akan didapat –Insya Alloh- oleh orang yang mati

51
tanpa mempersekutukan Alloh dengan suatupun
juga.”17

Dalam hadits riwayat Imam Bukhori , Rosululloh


bersabda:
‫ْل َب ْل‬
‫َب‬ ‫ُع َب‬ ‫َب َب َب َّش‬ ‫ْل َب‬ ‫َب َب َب‬
‫)) ْلش َبلد ان س لل ْلي َب‬ ‫َّش‬ ‫ُع‬ ‫َب‬
(( ‫ِف‬ ‫خ ِفا ِف‬ ‫َبا ِفإا ِفإ‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬
“Bahwa Rosululloh telah bersabda: “Orang yang
paling beruntung menerima syafa‟atku ialah yang
mengatakan: “Tidak ada Tuhan melainkan Alloh”
dengan ikhlas dari dalam lubuk hatinya.”18

Terlepas dari kafir dan tidak kafirnya orang yang


meninggalkan sholat, yang pasti bahwa perbuatan tersebut
merupakan dosa besar yang tidak mungkin lahir dari jiwa orang
yang beriman.

17
[[HR. Malik: no. 492, Ahmad: no. 10315, Bukhori: 6304, Muslim: 198, at-
Tirmidzi: 3613, Ibnu Majah: 4307 dan Ibnu Hibban: 46461]
18
[HR. Bukhori: no. 99]

52
MACAM-MACAM SHOLAT

A. Pembagian Sholat.
Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sholat fardhu ( ‫) ا َّش َب ُع ْلَب ْلل ُع ْلو َب ُع‬.
Yaitu sholat yang diwajibkan Alloh kepada hamba-
hamba-Nya sesuai dengan batas-batas yang telah dijelaskan-
Nya, baik melalui perintah maupun larangan. Dalam hal ini
adalah sholat (5) waktu dalam sehari semalam yaitu:
‫ُّل‬
a. Dzuhur ( ‫اظ ْل ُع‬ )
b. „Asar ( ‫) َبال ْل ُع‬
c. Maghrib ( ‫) ْلَب ْل ِف ُع‬
d. „Isya (‫) ا ِفل َبل ُعا‬
e. Fajar ( ‫ ) َبال ْل ُع‬atau Subuh ( ‫) ا ُع ْل ُع‬
2. Sholat Tathowwu‟ ( ‫) َب َب ُع َّشال َبط ُع ْل‬
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat fardhu (5)
waktu, baik bersifat wajib maupun tidak wajib.

B. Pembagian Sholat Tathowwu’.


Sholat Tathowwu‟ ini memiliki 2 bentuk:
1. Sholat Tathowwu‟ mutlaq (‫ْلط ق‬
‫) َّشال َبط ُع ُع ْل ُع ْل َب ُع‬
Yaitu sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak
ditentukan oleh syara‟, dikerjakan dua rokaat-dua rokaat,
baik dikerjakan pada siang hari maupun malam hari. Akan
tetapi, hendaklah sholat tathowwu‟ ini tidak dilakukan terus-

53
menerus seperti sunnah rawatib serta tidak mengarah kepada
bid‟ah atau serupa dengan pelakunya.
2. Sholat Tathowwu‟ muqoyyad (‫َّش د‬
‫) َّشال َبط ُع ُع ْلُع َب ُع‬
Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah
ditentukan oleh syara‟.
Dalam hal ini antara lain sholat-sholat sunnah rawatib,
yaitu:
- Sholat rotibah Fajar yaitu sholat 2 rokaat sebelum sholat
fajar.
- Sholat rotibah Dzuhur yaitu sholat 2 atau 4 rokaat sebelum
ataupun sesudah Dzuhur.
- Sholat rotibah Asar yaitu sholat 4 rokaat sebelum sholat
Asar.
- Sholat rotibah Maghrib yaitu sholat 2 rokaat sesudah
sholat Maghrib.
- Sholat rotibah „Isya yaitu sholat 2 rokaat sesudah sholat
„Isya.
Ibnu Umar berkata:
‫َب ُّل ْل َب َب ْل َب َب ْل‬ ‫َب ْل‬ ‫َب َب َب َب ْل َب َب ْل‬ ‫)) َب ِفل ْلظ ُع ِف َب َّشانبى َب ْلل َب‬
‫ و كلل ِف‬، ‫اظ ِف‬ ‫كل ٍرت كلل ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫ْل َب‬ ‫َب ْل َب َب ْل َب َب ْل‬ ‫َب ْل َب َب َب َب ْل َب َب ْل َب ْل َب ْل َب ْل‬
‫َب ْلل َبد ا ِفلل ِفا ِففى‬ ‫ و كلل ِف‬، ‫ِففى ِفل ِف‬ ‫ و كلل ِف لد ْل ِف ِف‬، ‫لد‬
‫ًة َب َب َب‬ ‫ َبو َبك َبا ْل َبش َب‬، ‫ُّل ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬
‫ُع ْلدخ ُع َب ى‬ ‫ِف‬ ‫ َبو َب ك َبل َبل ْل ِف ْل َب َب ِف ا‬، ‫َب ْل ِفل ِف‬
(( ‫ِففي َب‬ ‫َّشان ِفب ِفى‬
“Aku menghafal 10 rokaat (sholat) dari Nabi . 2
rokaat sebelum dzuhur dan 2 rokaat sesudahnya, 2
rokaat sesudah maghrib di rumahnya 2 rokaat setelah

54
„isya di rumahnya, dan 2 rokaat sebelum sholat shubuh
disaat Nabi tidak boleh dimasuki orang lain.”19
Rosululloh bersabda:
‫ٌس‬ ‫اظ ْل َبو َب ْل َب َب ْلل َبد َب َب َّش َب ُع‬
‫َب ْل َب َب َب َب َب َب ْل َب َب َب َب َب ْل َب ُّل‬
‫فظ ى ِف كل ٍرت‬ ))
‫ِف ٍر‬ ‫َب َب‬
‫َّش‬
(( ‫ى ان ِف‬
“Barangsiapa yang menjaga 4 rokaat sebelum dzuhur
dan 4 rokaat sesudahnya, maka Alloh akan
mengharamkan api neraka baginya.”20
Rosululloh bersabda:
(( ‫ْل َب َب ى ْل َب ا َبل ْل ِف ْل ًةل‬
‫َب َب‬
‫)) َب ِف َب ا‬
‫ْل‬ ‫َّش َب‬ ‫ًة‬ ‫َّش ُع‬
“Alloh merahmati seseorang yang sholat 4 rokaat
sebelum „Asar.”21

Sholat-sholat lain yang disyariatkan dalam bagian ini,


antara lain ialah:
a. Sholat malam/tahajjud/tarawih di bulan Romadhon dan
witir:
Aisyah berkata:
‫ْل َب َب‬ ‫ُع َب ْل ْل َب َب ْل َب َب ْل َب ْل ُع َب ْل َب َب‬ ‫َّش‬ ‫َب‬
‫ا ِفلل ِفا ِفإ ى‬ ‫ِف‬ ‫ل غ ِف‬ ‫ِف ِفف‬ ‫ا ِف‬ ‫َب َب ُعش ُعا‬ ‫))ك‬
‫َب‬ ‫َب ْلل َب َب َب ْلك َبل ًة ُع َبص ِف ُع َب ْل َب ُعك َب ْلك َبل َبل ْل َبو ُع ِف ُع‬ ‫ْل َب‬
((‫َب ِف د ٍر‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ْل ِف ِفإ ْل َبد‬ ‫ال‬
“Rosululloh sholat antara selesai sholat „isya hingga
fajar yaitu 11 rokaat dengan salam 2 rokaat dan witir 1
rokaat.”22
19
[HR. Bukhori: no. 118 dan Muslim: no. 729]
20
[HR. At-Tirmidzi: no. 428, Abu Dawud: no. 1269, an-Nasa‟i: no. 3/265 dan
Ibnu Majah: no. 1160. Dishohihkan oleh syaikh al-Albani dalam shohih Ibnu
Majah: 1/191 ]
21
[HR. Ahmad dalam musnadnya: 4/203, Tirmidzi: no. 430 dan Abu Dawud:
no. 1271. Dishohihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shohih Abu Dawud: 1/237]

55
b. Sholat fardhu 2 rokaat sampai dengan 12
rokaat.
Rosululloh bersabda:
‫َب ُع َب ْل َب‬ ‫َب‬
(( ‫)) ُع ح ِففظ ى َب ِف اضحى ِفإ َّشو ٌس و ِف َب َب ألا َّشو ِف‬
‫َّش َب‬ ‫ُّل َب‬ ‫َب‬ ‫ُع َب َب‬ ‫َب َب‬
“Tidak ada yang selalu menjaga sholat dhuha kecuali
orang-orang yang bertaubat. Itulah sholat awwabin.”23
c. Sholat Tahiyyatul Masjid.
Rosululloh bersabda:
‫َب ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل َب ْل‬
‫))إ خ َب دك ُع ْل ْلسجد ف ْل ك ْل َب ك َبلل ْل َب َب ْل ِف َب‬
((‫ض‬
‫َب َب ْل َب َب‬ ‫ْل َب‬ ‫َب َب ُع ُع‬ ‫َب َب َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
“Apabila salah seorang kalian masuk masjid, maka
sholatlah 2 rokaat sebelum ia duduk.”24

d. Sholat Taubat.
Rosululloh bersabda:
‫ُعث َّش َب ُع ُع َبف َب َبل َبط َّش ُع ُعث َّش ُع َب ِف ى ُعث َّش َب ْلص َبل ْل ِفل ُع‬ ‫َب ْلا ًة‬ ‫)) َب ِف ْل َب ُعح ُع ْلذ ِفا ُع‬
‫ٍر‬
‫َب َب َب َّش َب َب َب َب ُع َب َب ًة‬ ‫َب َب َب‬ ‫(( ُعث َّش‬ ‫ا َّش َب إ َّش َبا َبل َب ا َّش ُع َبا ُع‬
‫(و ا ِفذ ِفإ فل ف ِف ل‬ ‫َب ِفِف‬
‫ذ‬ ‫ِف‬
‫ْل‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب ْل َب َب ُع َب ْل‬
(()) ‫الص‬ ‫و‬
“Tidak ada seorang yang melakukan dosa, kemudian ia
bangun dan bersuci kemudian sholat dan meminta
ampun kepada Alloh, kecuali Alloh akan
mengampuninya. Kemudian beliau membaca ayat ini
(QS. Ali ‘Imron: 135).”25

22
[HR. Muslim: no. 736]
23
[HR. Ibnu Khuzaimah: 2/228, lihat al-Ahaadits ash-Shohihah: no. 1994]
24
[HR. Bukhori: no. 444 dan Muslim: no. 714]
25
[HR. At-Tirmidzi: no. 406, Abu Dawud: no. 1521, Ibnu Majah: no. 1395 dan
Ibnu Hibban dalam Shohihnya: 2/389-390. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam shohih at-Tirmidzi: 1/128]

56
‫‪e. Sholat Tasbih yaitu 4 Rokaat.‬‬
‫‪Caranya adalah:‬‬
‫ك( ْل‪Membaca tasbih:‬‬
‫ُع َبو ُع َب ْل َب‬ ‫َب َب َب َب َّش‬ ‫ْل‬
‫ِف َبو ل َب ْل ُعد ِفا ِف و ِفإا ِفإ‬ ‫) ُعش ْل َبح َب‬
‫‪‬‬ ‫‪15 kali setelah membaca surat (sebelum ruku‟).‬‬
‫‪‬‬ ‫‪10 kali di waktu ruku‟,‬‬
‫‪‬‬ ‫‪10 kali di waktu i‟tidal,‬‬
‫‪‬‬ ‫‪10 kali di waktu sujud,‬‬
‫‪‬‬ ‫‪10 kali di waktu duduk di antara dua sujud,‬‬
‫‪‬‬ ‫‪10 kali di waktu sujud kedua,‬‬
‫‪‬‬ ‫‪10 kali di waktu istirahat.26‬‬

‫‪f. Sholat Istikhoroh.‬‬


‫‪Jabir bin Abdulloh‬‬ ‫‪berkata:‬‬
‫ُ َ ّ ُ َ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ُ َ ّ ُ َ ُّ َ‬ ‫ََ ُ ْ ُ‬
‫الس ْو َزة‬ ‫هللا يع ِلمىا ِْلاس ِتخازة ِفي ْلامو ِز كما يع ِلمىا‬ ‫((كان َزسول ِ‬
‫َ‬ ‫َ ُ َْ َْ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُْ‬
‫ِم َ ال ْس ِن َ ْو ُل‪ِ :‬إذا َه َّم أ َح ُدك ْم ِباْل ْم ِس فل َي ْرك ْع َزك َعت ْي ِن ِم ْ غ ْي ِر‬
‫َ َّ ّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ‬ ‫َْ َ ُ ُ‬
‫ال ِسْ ِ َّم ِل َ ْو ُل‪ :‬الل ُه َّم ِإ ِو ْي أ ْست ِخ ْي ُرك ِب ِعل ِمك‪َ ،‬وأ ْست ِد ُزك‬
‫ََْ‬ ‫َ َّ َ َ ْ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫ُ َ َ َُ َ‬
‫ِب ْد َزِتك‪َ ،‬وأ ْسألك ِم ْ ف ْ ِلك ال َع ِظ ْ ِم‪ ،‬ف ِإهك ت ِد ُز َوال أق ِد ُز‪،‬‬
‫ْ ُْ َ َ َ َ‬ ‫َ َّ‬ ‫َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ْ ُ‬
‫َو ْعل ُم َوال أ ْ ل ُم‪َ ،‬وأه َ ُ ال ُ ْو ِ ‪ .‬الل ُه َّم ِإن كى ْعل ُم أ َّن‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ‬
‫اات ُ ‪ -‬خ ْي ٌر ِل ْي ِف ْي ِد ْ ِن ْي َو َم َع ِاش ْي َو َ ا ِق َب ِ أ ْم ِس ْي‬ ‫هرا ْلامس ‪-‬و سم ح‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫اا ِل ِ َو ِا ِل ِ ‪ -‬فاق ُد ْز ُه ِل ْي َو َ ِ ّس ْس ُه ِل ْي َّم َب ِاز ْك ِل ْي ِف ْ ِ ‪َ ،‬وِإن‬ ‫‪َ -‬أ ْو َق َ‬
‫ال‪َ :‬‬
‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َ‬ ‫ُْ َ َ َ َ‬
‫كى ْعل ُم أ َّن َهرا ْلا ْم َس ش ٌّس ِل ْي ِف ْي ِد ْ ِن ْي َو َم َع ِاش ْي َو َ ا ِق َب ِ أ ْم ِس ْي ‪-‬أ ْو‬

‫‪26‬‬
‫‪[HR. Abu Dawud: no. 1297, dan Ibnu Majah: no. 1386, Ibnu Khuzaimah: no.‬‬
‫]‪1216, Thobroni di al-Kabair: 2/234-244, Hakim: 1/378 dan al-Baihaqi: 3/51-52‬‬

‫‪57‬‬
َ ْ ْ ْ ْ ْ َ َّْ ُْ ْ َ َ ‫َق‬
‫اص ِسف ِن ْي َ ى ُ َواق ُد ْز ِل َي الخ ْي َر‬‫ فاص ِسف ِني و‬- ِ ‫اا ِل ِ َو ِا ِل‬ ِ
َ :‫ال‬
َ َ َ
)) ِ ‫ان ُ َّم أ ْز ِ ِن ْي ِب‬ ‫ك‬
ُ َْ
‫ح‬
“Rosululloh mengajarkan kami istikhoroh dalam
segala perkara, sebagaimana beliau mengajarkan kami
surat al-Qur‟an. Beliau bersabda: “Apabila salah
seorang kalian bercita-cita dalam satu masalah,
sholatlah 2 rokaat selain fardhu, kemudian berdoalah:
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat
kepada-Mu dengan ilmu pengetahuan-Mu dan aku
mohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi persoalanku)
dengan ke Maha Kuasaan-Mu. Aku mohon kepada Mu
sesuatu dari anugerah-Mu Yang Maha Agung,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak
kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak
mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui
hal yang ghoib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui
bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat
hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam
agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi
bersabda: …di dunia atau akhirat- sukseskanlah
untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah.
Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa
persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama,
per-ekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka
singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku
daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja
kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaan-Mu
kepadaku.”27

27
[HR. Bukhori: no. 162]

58
WAKTU-WAKTU SHOLAT

Sesungguhnya sholat memiliki waktu-waktu yang telah


ditentukan serta harus tepat pada waktunya.
Alloh berfirman:
       
“Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-
Nisa’ [4]: 103)
“(Yaitu) diwajibkan pada waktunya masing-masing. Hal
itu menunjukkan kefardhuannya dan tidak akan sah
kecuali dikerjakan pada waktunya. Dan waktu tersebut
adalah waktu-waktu yang telah ditetapkan bagi kaum
Muslim, baik kecil maupun besar, alim maupun jahil.
Waktu-waktu tersebut diketahui dari Nabi mereka,
Muhammad dengan sabdanya:
“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatkku
sholat.”28
Alloh mengisyaratkan beberapa waktu sholat dalam
firman-Nya, di antara adalah:
1. Alloh berfirman:
        

28
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 162]

59
“Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada
malam.” (QS. Huud [11]: 114)
“Alloh memerintahkan untuk menegakkan sholat
secara sempurna (pada kedua tepi siang) artinya: Awal
dan akhirnya pada waktu ini maksudnya sholat Fajar,
sholat zuhur dan Asar (serta pada bagian permulaan
daripada malam). Dalam hal tersebut masuk waktu shalt
Maghrib dan Isya serta Qiyamullail. Karena ia termasuk
sesuatu yang dapat mendekatkannya kepada Alloh .”29
2. Alloh berfirman:
          

    


“Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam dan (dirikanlah pula sholat) subuh.
Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).” (QS. Al-Isro’ [17]: 78)
“Di dalam ayat ini, disebut lima waktu untuk sholat-
sholat wajib dan sholat yang terjadi pada waktu-waktu
tersebut adalah sholat fardhu karena kekhususan
perintah-Nya.”
Lima waktu tersebut adalah:
“(Tergelincirnya matahari) yaitu condongnya matahari
ke ufuk barat setelah tergelincir, dalam waktu itu
masuklah sholat Zhuhur dan Asar. (hingga gelap malam)

29
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 347]

60
yaitu masuknya waktu sholat Maghrib dan Isya. Begitu
pula sholat Fajr.”30
Rosululloh menerangkan pula secara rinci waktu-waktu
sholat sesuai yang telah ditentukan oleh Alloh berdasarkan contoh
dari Jibril .
Dari Jabir bin Abdillah :
‫َب َب َب ُع َب‬ ‫َّش‬ ‫َّش َّش َب‬ ‫َب‬
، ‫ ْل ف َب ِف ِف‬: ‫ ف ا ُع‬، ‫)) َّش َّشان ِفب َّشي َب ى ا ُع َب ْل ِف َبو َبش َب َبح َبا ُع ِفح ْل ِف ُع‬
‫ ُع ْل‬:‫ َبف َب َبا‬، ‫ ُعث َّش َبح َبا ُع ْلا َبل ْل َب‬،‫ض‬ ‫َّش‬ ‫َب َب َب‬ ‫ُّل‬ ‫َب َّش‬
‫ال ْل ُع‬ ‫ف َب ى اظ ْل َب ِف ز ا ِف‬
‫ْل َب ْل‬ ‫ْل َب ُع‬ ‫ُع َب‬ ‫َب َّش ْل‬ ‫َب‬
، ‫ ف َب ى ا َبل ْل َب ِف َب َب َب ِف ُّل ك ِف ش ْلي ٍرا ِف ث ُع ث َّش َبح َبا ُع ْل ِف َب‬، ‫ف َب ِف ِف‬
‫ ُعث َّش َبح َبا ُع‬،‫ض‬ ‫َّش‬ ‫َب َب َب‬ ‫َب َّش َب ْل َب ْل‬ ‫َب َب ُع َب‬
‫ال ْل ُع‬ ‫ ف َب ى ْل ِف َب ِف وح َب ِف‬، ‫ ْل ف َب ِف ِف‬:‫ف َبا‬
‫ ُعث َّش‬،‫ال َبل ُعق‬ ‫َب َب َب َّش‬ ‫َب َّش ْل َب‬ ‫َب َب ُع َب‬ ‫ْل َب‬
‫ ِف ا‬،‫ ْل ف َب ِف ِف ف َب ى ا ِفلل َبا‬:‫ ف َبا‬،‫ا ِفلل َبا‬
‫ ُع ْل‬:‫ َبف َب َبا‬، ‫ ُعث َّش َبح َبا ُع ِف َب ْلا َب ِفد ِفا ُّلظ ْل‬، ‫ ِف َب َب َب َبق ْلا َبل ْل ُع‬، ‫َبح َبا ُع ْلا َبل ْل َب‬
‫ِف‬
‫ ُعث َّش َبح َبا ُع‬، ‫َبش ْليا ْلث َب ُع‬ ‫ُّل ْل َب َب َب َب ُّل َب َب َب‬ ‫َب َب َب َب َّش‬
‫ٍر ِف‬ ‫ِف ك ث ِف ِف ِف‬ ‫ ف ى اظ ِف‬، ‫ف ِف ِف‬
‫ُع َب‬ ‫َب َّش ْل‬ ‫َب َب ُع َب‬ ‫ْل‬
‫ ف َب ى ا َبل ْل َب ِف َب َب َب ِف ُّل ك ِف ش ْلي ٍرا‬، ‫ ْل ف َب ِف ِف‬:‫ ف َبا‬، ‫ِفا َبل ْل ِف‬
‫ْل َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل َب ْل‬ ‫ْل َب ُع‬
،‫ ث َّش َبح َبا ِفا ِفلل ِفا‬، ‫ َبو ًةل َبو ِف ًةد ا ْل َب ُعز ْلا َب ْلن ُع‬، ‫ ث َّش َبح َبا ُع ْل ِف َب‬، ‫ِف ث ْل ِف‬
‫ُع َب‬ ‫َب َّش ْل َب‬ ‫َب َب ُع َب‬ ‫َب َب‬ ‫ُع‬
:‫ ث َّش َبا‬، ‫ ف َب ى ال ْل َب‬، ‫ ْل ف َب ِف ِف‬:‫ ف َبا‬، ‫ث َّش َبح َبا ُع ِف َب ْلشل َب ِفح ًّيد‬
‫َب َب ْل َب َب َب َب ْل ْل َب ْل َب ْل ٌس‬
(( ‫ذ ْل ِف ا َب ل ِف و‬
“Sesungguhnya Nabi pernah di datangi Jibril , maka
Jibril berkata: “Berdirilah dan sholatlah! Lalu Nabi
sholat Zhuhur ketika mathari tergelincir, kemudian
datang waktu Asar. Jiril berkata: “Bangun dan sholat
Asarlah! Maka Nabi sholat Asar, ketika bayangan
setiap sesuatu sama dengan bendanya. Kemudian datang
waktu Maghrib, Jibril berkata: “Bangun dan sholat
Maghriblah! Maka Nabi sholat Maghrib, ketika
30
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 416]

61
matahari terbenam. Kemudian datang waktu Isya, Jibril
berkata: “Bangun dan sholat Isyalah! Maka Nabi
sholat Isya, ketika mega merah hilang. Kemudian datang
waktu sholat Shubuh ketika Fajar terbit. Pada keesokan
harinya datang waktu Zhuhur. Maka Jibril berkata:
“Bangun dan sholat Dzhuhurlah! Lalu beliau sholat
Zhuhur disaat bayangan segala sesuatu sama dengan
bendanya. Kemudian datang waktu Asar disaat
bayangan sesuatu sebanding 2 kali dari bendanya.
Kemudian beliau melaksanakan sholat Maghrib pada
satu waktu saja, kemudian datang waktu Isya ketika
selesai pertengahan malam atau sudah masuk yang
malam, lalu beliau sholat Isya. Kemudian datang waktu
disaat cerah sekali, maka Jibril berkata: “Bangunlah
sholat Fajar, lalu beliau sholat Fajar dan bersabda: “Di
antara dua waktu inilah waktu-waktu sahlat.”31

1. Waktu sholat Zhuhur.


Dimulai dari tergelincirnya matahari (melewati batas-
batas tengah langit) hingga bayangan segal sesuatu sama
dengan bendanya.

2. Waktu sholat Asar.


Dimulai dari saat bayangan benda sebanding dua kali
lipat sampai matahari menguning atau memerah. Dan samapai
waktu darurat hingga suruf matahari. Berdasarkan hadits Abu
Huroiroh bahwa Nabi bersabda:

31
[HR. Ahmad: 1/3081, Abu Dawud no. 393, at-Tirmidzi no. 150 dan Hakim
no. 693]

62
‫ض َبف َب ْلد َب ْل َب َب‬ ‫ْل َب ْل َب َب َب ْل َب ًة َب ْل َب ْل َب ْل َب َب ْل َب ْل ُع َب َّش‬
‫ال ْل ُع‬ ‫ت‬ ‫)) َب‬
‫كل ِف ال ِف‬
‫ْل‬
(( ‫ْل َب‬ ‫ا َبل‬
“….Barangsiapa yang mendapatkan roka‟at dari sholat
Asar sebelum tenggelam suruf matahari, maka berarti ia
telah mendapatkan sholat Asar.”32
3. Waktu sholat Maghrib.
Dimulai dari saat tenggelamnya matahari hingga
hilangnya mega merah.
4. Waktu sholat Isya.
Dimulai dari saat hilangnya mega merah hingga
pertengahan malam.
5. Waktu sholat Shubuh.
Dimulai dari terbit fajar ke dua yaitu putih yang
membentang di ufuk bagian timur yang tidak lagi gelap
setelahnya, hingga terbit matahari.

32
[HR. Bukhori no. 579 dan Muslim no. 608]

63
64
ADZAN DAN IQOMAH

A. Makna Adzan
‫َب‬
Adzan ( ‫ )ألا َب ُع‬menurut pengertian bahasa adalah: Pemberitahuan
‫َب‬
( ‫) ِف ْل ُع‬. Dalam bahasa Arab dikatakan :
‫َب ًة‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب ْل‬ ‫َب َّش‬
‫ ِفإ ْل ذ ا‬-- ‫ ُع ْلؤ َب‬-- ‫ُع‬ atau ‫ ِف ْل ًةن‬-- ‫ ُع ْلؤ ِف ُع‬-- ‫َب‬
‫َب‬
Maka kalimat Adzan ( ‫ )ألا َب ُع‬berarti: memperdengarkan ( ‫)الا ْلش ِفل َب ُع‬
‫ ِف‬.
33

Di antara makna tersebut adalah firman Alloh :


         
“Dan (inilah) suatu permakluman daripada Alloh dan
Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar.”
(QS. At-Taubah [9]: 3)
         

     


“Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan
makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat
minum) ke dalam karung saudaranya. kemudian
berteriaklah seseorang yang menyerukan: "Hai kafilah,
Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri.”
(QS. Yusuf [12]: 70)
Sedangkan makna adzan menurut Syari‟at adalah:

33
[Baca: Al-Qomus al-Muhith: 4/1954. Al-Mu‟jam al-Wasith: 1/11]

65
‫) َب ْل َب ُع َب ْل ا َّش َب َب ْلا َبل ظ َب ْل ُع ْل َب َب ْل َبد ُع ُع َّشان ْل ُع َب ْل‬
‫ٍر‬ ‫ِف ِف ٍر‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫َّش‬
( ‫َب ِف ِف ال ِف‬
‫ْل‬
“Pemberitahuan waktu sholat dengan lafadz-lafadz
khusus yang bersumber dari pembuat syari‟at (Alloh
dan Rasul-Nya).”34

B. Disyari’atkannya Adzan
Adzan disyari‟atkan pada tahun pertama dari hijriyah
Rosululloh inilah pendapat yang paling kuat menurut para ulama.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-„Asqolani berkata:
“Tahun diberlakukannya adzan itu diperselisihkan.
Maka yang paling kuat dalam masalah tersebut adalah
pada tahun pertama hijriah.”
Sedangkan mengenai hadits-hadits yang menerangkan tentang
disyari‟atkannya adzan di kota Makkah, beliau mengemukakan:
“Yang benar adalah bahwa hadits-hadits tersebut tidak
shohih sedikitpun. Sesungguhnya Ibnu al Mundzir
menegaskan bahwa nabi sholat tanpa adzan. Sejak
difardhukannya sholat di kota Makkah, hingga beliau
hijrah ke Madinah dan terjadinya musyawarah untuk hal
tersebut sebagaimana di dalam hadits Abdullah bin
Umar dan Abdullah bin Zaid.”35
“Ketika kaum Muslimin menuju Madinah, mereka mulai
berkumpul dan mereka mulai memasuki waktu sholat dan
belum ada seseorang yang adzan. Kemudian mereka
membicarakan hal tersebut. Sebagian mereka
berpendapat: Buat saja sebuah lonceng seperti Nashoro,

34
[Baca: Fathul Baari: 2/77 dan Subulus salam: 1/118]
35
[Fathul Baari: 2/78]

66
sebagian lagi berkata: Buat saja sebuah terompet seperti
Yahudi. Maka Umar bin Khoththob berkata: Apakah
tidak sebaiknya kalian utus saja seseorang untuk
memanggil sholat? Maka Rosululloh berkata: Ya Bilal,
bangun dan panggillah untuk sholat.”36
Cerita panjang dari hadits ini adalah apa yang diceritakan
oleh Abdullah bin Zaid ia berkata:
“Ketika terjadi peristiwa Rosululloh diusulkan
menggunakan lonceng untuk memberitahukan manusia
berkumpul untuk sholat, maka saya bermimpi bertemu
seorang laki-laki yang membawa lonceng di tangannya,
lalu aku bertanya: “Hai hamba Alloh, apakah engkau
menjual lonceng itu.” Maka laki-laki bertanya: “Untuk apa
lonceng itu?” Aku menjawab: “Untuk kami gunakan
memanggil sholat.” Laki-laki itu berkata: “Maukah engkau
ku beritahu sesuatu yang lebih baik dari hal tersebut?” Aku
menjawab: “Tentu.” Laki-laki itu berkata: “Engkau
ucapkan: Allohu Akbar-Allohu Akbar- Allohu Akbar-
Allohu Akbar-Asyahdu ala Ilaha Illalloh. Asyhadu anna
Muhammadar Rosululloh-Hayya „alash Sholah. Hayya „ala
Falaah-Hayya „ala Falaah. Allohu Akbar-Allohu Akbar.
Laa Ilah Illalloh. Kemudian ia mundur tidak terlalu jauh,
kemudian ia berkata: “Apabila engkau iqomah engkau
ucapkan: Allohu Akbar-Allohu Akbar. Asyahdu ala Ilaha
Illalloh. Asyhadu anna Muhammadar Rosululloh. Hayya
„alash Sholah. Hayya „ala Falaah. Qod Qoomatish Sholah-
Qod Qoomatish Sholah. Allohu Akbar-Allohu Akbar. Laa
Ilah IllAlloh. Ketika pagi hari, aku mendatangi Rosululloh
dan memberitahukan tentang mimpiku. Maka, Beliau
bersabda: “Sesungguhnya hal tersebut adalah mimpi yang
36
[HR. Bukhori no. 604, Muslim no. 377, Ahmad no. 6365, an-Nasa‟i: 2/2 dan
at- Tirmidzi no. 190 ia berkata, ini hadits hasan shohih]

67
benar –Insya Alloh-. Bangunlah bersama bilal, ajarkan
kepadanya mimpimu itu, perintahkanlah adzan kepadanya,
karena ia bersuara lebih lantang daripadamu. Maka, aku
berdiri bersama Bilal. Peristiwa itu di dengar oleh Umar
Ibnul Khoththob –sedang dia ada dirumahnya-, lalu ia
keluar dengan memakai selendangnya dan berkata: “Demi
Yang mengutusmu dengan kebenaran ya Rosululloh!
Sungguh aku bermimpi sepertinya.” Maka, Rosululloh
berkata: “Hanya bagi Alloh segala puji.”37

C. Keutamaan Adzan Dan Iqomah


Adzan begitujuga iqomah yang cukup singkat tersebut
mencakup berbagai masalah aqidah. Karena, ucapan takbir
mengandung arti keberadaan Alloh dan ketetapan tentang sifat
keagungan dan kebesaran-Nya. Dua syahadat memantapkan
kemurnian tauhid, kerisalahan Nabi dan antipati terhadap syirik.
Seruan kepada kemenangan (al-Fath) mengisyaratkan pada hari
kembali dan hari pembalasan. Para ulama banyak menyebutkan
hikmah-hikmah yang cukup besar, di antaranya menampilkan syi‟ar
Islam dan kalimat tauhid, ketetapan risalah, pemberitahuan tentang
masuknya waktu sholat dan seruan untuk berjama‟ah. 38
Karena begitu indahnya kalimat-kalimat adzan ini, maka
kalimat-kalimat ini memiliki banyak keutamaan yang menjanjikan
kemuliaan dan kebahagiaan, di antaranya adalah:
1. Adzan merupakan sebab memperoleh ampunan dan
dimasukkan ke dalam jannah.

37
[HR. Abu Dawud no. 499, Ibnu Majah no. 706, Ahmad no. 16478 dan at-
Tirmidzi no. 189 dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaul Gholil no.
246]
38
[Tafsir al-„Alam: 1/146]

68
Rosululloh bersabda:
((‫ض‬ ‫)) َبو ْلْلُع َبؤ ُع ُع ْل َبل ُع َبا ُع َب َّشد َب ْل َبو ُع َب د ُع ُع َب ْل َبش َبل ُع ْل َب ْل َب َب‬
‫ٍر و ِف ٍر‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
“Muadzin diampuni dosanya sepanjang suaranya dan
ucapannya dibenarkan oleh para pendengarnya baik
dari kalangan yang basah maupun yang kering.”39
Rosululloh bersabda:
‫ُع َبؤ ُع‬ ‫َّش َّش ْل َب َب‬ ‫ْل َب ْل‬ ‫َب َب‬ ‫ْل‬ ‫َب َّش َب َب‬ ‫َب ُّلب َب‬ ‫)) َب ْلع َبج ُع‬
‫ِف‬ ‫ِفس ال ِفظ ِف ِفا ج ِف‬ ‫ز وح َّش ِف َب ِفاى ان ٍر ِف‬
‫ُع َبؤ ُع‬ ‫َب‬ ‫ُع ْل ُع َب‬ ‫َّش‬ ‫َب‬ ‫َب‬
‫ِف‬ ‫ِف ْل ف َب ُع ُعا ا ُع َب َّشز َبو َبح َّش اظ ُع ْلو ِفإ ى َب ْل ِفد ْل َب ذ‬ ‫َبو ُع َب‬
‫ِف ا َّش ِف‬
‫َب ْل ًة َب ْل َب َب ُع َب ُع َب َب ْل َب ْل ُع ُع ْل َب َّش َب‬ ‫َب ُع‬ ‫َبو ُع ُع َب‬
(( ‫ئ د ال ْل ت ا و خ ل لجن‬ ‫ِف‬
“Robbmu kagum terhadap seorang penggembala domba
di sebuah padang di kaki bukit, dia serukan adzan lalu
sholat. Maka, berfirmanlah Alloh : Lihatlah khamba-
Ku ini ia adzan dan iqomat ketika hendak sholat. Ia takut
kepada-Ku, maka telah Kuampuni hamba-Ku dan
Kumasukkan ia ke dalam Jannah.”40
2. Para muadzin adalah orang-orang yang paling panjang
lehernya pada hari kiamat.
Rosululloh bersabda:
‫ْل‬ ‫َب ْل َب ًة‬ ‫َّش‬ ‫ْل ُع َب ُع َب َب ْل‬
(( ‫س ن َب ْل َب ا ِف َب َب ِف‬ ‫َب ُع‬
‫ا ان ِف‬ ‫)) ْلؤ ِف ا‬
“Sesungguhnya para muadzin adalah orang-orang yang
paling panjang lehernya di hari kiamat.”41

39
[HR. Ahmad dan an-Nasa‟i dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shohihul Jami‟: 6644]
40
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa‟i. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohihul Jami‟ no. 8102]
41
[HR. Bukhori no. 610 dan Muslim no. 387]

69
3. Doa di antara adzan adalah mustajab (diterima / tidak
ditolak oleh Alloh )
‫َب ُّل َب ْل ُع‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب ُّل َب ْل َب َب َب‬
(( ‫ْل‬ ‫)) اد َب ألا ِف و ِف َب ِف ُع َب ف‬
“Doa di antara adzan dan iqomah diterima, maka
berdoalah kalian.”42

D. Hukum Adzan
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum adzan, akan
tetapi pendapat yang paling kuat berdasarkan analisa dalil-dalil
adalah hukum wajib (seperti pendapat Imam Ahmad, sebagian
ulama Malikiyah, Syafi‟iyah, „Atho, al-Auza‟iy, Dawud, Ibnu
Mudzir, dan lain-lain). Hal tersebut berdasarkan dalil-dalil sebagai
berikut:
1. Anas bin Malik berkata:
‫ْل‬ ‫َب ْل ًة َبا ْل َب ُع ْل‬ ‫َب َب َب‬ ‫َب‬
‫َب َّش ى ُع ْل َب‬
‫ِف‬ ‫َب ُعزو ِف َبن‬ ‫)) َّش َّشان ِفب َّشى ك َب ِفإ ا َبز ِف َبن‬
‫ًة َب َب َب َب‬ ‫َب ْل َب ْل َب َب‬ ‫ َبوإ ْل َبا ْل‬، ‫َب ْلن ُع ْل‬ ‫َب َب ْل ُع َب َب ْل َب َب َب َب ًة َب َّش‬
(( ‫ا ا َب ي ِف‬
‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ص‬ ‫ِف‬ ‫ ف ِفئ ش ِف ا ك‬، ‫و نظ‬
“Apabila Nabi memerangi suatu kaum bersama kami,
beliau tidak menyerang hingga Shubuh, lalu beliau
meneliti. Apabila beliau mendengar adzan, beliau tidak
menyerang mereka dan apabila tidak terdengar adzan,
maka beliau mengepung mereka.”43
“Dalam hadits di atas terkandung makna bahwa adzan
merupakan bagian dari syi‟ar Islam dan tidak boleh
ditinggalkan. Seandainya penduduk satu negeri sepakat

42
[HR. Abu Ya‟la dalam al-Musnad dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohihul Jami‟ no. 3405]
43
[Fathul Bari: 2/107]

70
untuk meninggalkannya, maka pemerintah wajib
memerangi mereka.”44
“Sesungguhnya pendapat yang mengatakan bahwa adzan itu
adalah sunnah merupakan pendapat yang tidak perlu kita
ragukan kekeliruanya. Bagaimana mungkin itu sunnah,
padahal adzan merupakan bagian dari syi‟ar Islam yang
terbesar di mana Rosululloh apabila tidak mendengarnya
di suatu tempat, maka beliau memerangi dan mengepung
mereka. Sedangkan jika beliau mendengarnya, maka beliau
tidak melakukan penyerangan.”45
2. Asy-Syaukani memiliki penjelasan yang cukup lengkap
tentang dalil-dalil diwajibkannya adzan:
“Ibadah (adzan) ini merupakan bagian dari syi‟ar-syi‟ar Islam yang
terbesar dan unsur-unsur agama yang termasyhur. Karena, telah
dilaksanakan terus menerus baik siang maupun malam, baik dalam
perjalanan maupun diam di tempat sejak disyari‟atkan oleh Alloh
hingga Rosululloh wafat, dan tidak pernah terdengar bahwa
terjadi keteledoran atau keringanan untuk meninggalkannya.
Rosululloh memerintahkan para komandan pasukan untuk tidak
menyerang apabila mendengar adzan sedangkan jika mereka tidak
mendengarnya, mereka diperintahkan untuk menerangnya. Hal
tersebut dijadikan oleh Rosululloh sebagi tanda keislaman dan
penunjuk atas keteguhan di dalamnya. Disamping itu juga adanya
kelanggengan yang terus menerus yang diperintahkan oleh
Rosululloh berkali-kali. Di antaranya hadits Ibnu al Huwairits
bahwa Nabi bersabda:

44
[Tamamul Minnah: 1/144]
45
[Tamamul Minnah: 1/144]

71
‫َب َب َب َب‬ ‫َب َب ْل ُع ْل َب َب ُع ْل َب َب َّش ْل ُع ُع ُع ْل ُع ُع ُع ْل َب ْل ُع َب ُّل‬ ‫)) َبا ْل‬
‫َب كذ ِففى‬ ‫ و ف‬، ‫حلل ِفإ ى ِف ِف ك فل ل‬
‫ْل‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬
‫ض َب ت ا َّش ف ُع َبؤ ْل‬ ‫َب‬
‫ َبوإ َب َب‬، ‫كذ‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب َب َب َب َب َب َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫كذ ِفف َبى ِف ِف‬ ‫ و‬، ‫كذ‬ ‫ِف ِف‬
‫َب َب ُع ُع َب ُع ُع ْل َب ُع‬
‫ْل‬ ‫َبا ُع ْل‬
(( ‫ وا َب ؤ َّش ْل ك ُع ك ْل‬، ‫دك ْل‬
“Seandainya kalian kembali ke negeri kalian, maka
ajarkanlah mereka, perintahkanlah mereka untuk sholat
seperti ini dan pada waktu ini. Dan apablila waktu sholat
telah tia, maka hendaklah salah seorang kalian
melakukan adzan dan hendaklah yang menjadi imam
adalah orang yang paling tua di antara kalian.”46
Dan sabda Rosululloh kepada Utsman bin Abil „Ash :
‫ْل َب ًة َب ْل ُع ُع َب‬ ‫َب‬ ‫ُع ُع َّش‬
‫ِف َّش ِف ذ ُع ؤ ِف ا َب خذ َب ى‬ ‫ْل آخ َب َب َب‬
‫ِف د ِفإ َبا َّش َب ش ا ا ِف‬ ‫ِفَب ِف ِف‬
‫))إ َّش‬
‫َب ِف‬
‫َب‬
(( ‫ْلح ًة‬ ‫ِفا ِف‬
“Sesungguhnya di antara akhir perjanjian aku dengan
Rosul adalah mengangkat muadzin yang tidak
mengambil upah dari adzannya.”47
(( ‫و ُع ِف َب ِف َب‬
‫َب َب‬ ‫َب َب َب َب َب ْل‬
‫))ف ِف َب ِف ٌسا لل َب ألا‬
‫َب َب ْل َب ْل َب‬ ‫َب ُع‬
“Bilal diperintahkan untuk menggenapkan adzan dan
mengganjilkan iqomah.”48
“Kesimpulannya bahwa tidak selayaknya seseorang ragu
tentang kewajiban ibadah yang cukup agung ini. Hal ini
tidak hanya dikhususkan untuk sholat jama‟ah, bahkan
untuk setiap orang yang sholat, wajib adzan dan iqomah.
Akan tetapi, bagi orang yang sholat berjama‟ah, cukup
baginya adzan dan iqomahnya muadzin. Begitu pula

46
[HR Bukhori no. 685 dan Muslim no. 674, pent.]
47
[HR. Ahmad no. 17926, Abu Dawud no. 531, at-Tirmidzi no. 209, an-Nasa‟i:
2/23 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya: 1/258]
48
[HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa‟i dan Ibnu Majah]

72
wanita sama dengan laki-laki... perintah untuk laki-laki
adalah perintah untuk wanita.”49
Mengenai kewajiban adzan bagi wanita, Aisyah
meriwayatkan:
‫َب َّش‬ ‫َب‬ ‫َب َب ُع‬ ‫َب َب ُع‬
(( ‫)) ن َب ك ا ؤ ِف و ِف ُع و ؤ ُّل ِفان َبص َبا و ُع و َبشط ُع‬
‫َب َب ْل ُع َب ُع َب ُع‬ ‫َب َّش‬
“Bahwa beliau adzan dan iqomah dan mengimami
para wanita serta berdiri di tengah-tengah mereka.”50
Dari Wahb ibn Kaisan (ia) berkata:
‫ َب َبا َب ْلا َبهى َب ْل‬:‫)) ُعشئ َب ْل ُع ُع َب َب َب ْل َب َب ى ان َبص ا َب َب ٌس ؟ َبف َب ض َب َبو َب َبا‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل‬
(( ‫ِف ك ِف ِف‬
“Ibnu „Umar ditanya apakah wanita wajib adzan? Maka,
beliau marah dan berkata: Apakah aku akan melarang
dzikir kepada Alloh.”51

E. Kaifiyat (Cara Mengumandangkan) Adzan


Cara mengumandangkan adzan berbeda-beda, cara mana saja
yang digunakan adzan insya Alloh dibolehkan, karena hal tersebut
masuk dalam kategori ikhtilaf tanawwu‟ (berbedaan jenis/ bentuk) saja.
Ibnu Hajar al-Atsqolani berkata:
“Ahmad, Ishaq, Dawud dan Ibnu Jarir berpendapat bahwa
hal tersebut termasuk dalam ikhtilaf mubah. 4 kali takbir
yang pertama atau 2 kali, menggenapkan tasyahhud atau
tidak menggenapkan. Iqomah 2 kali-2 kali atau 1 kali-1 kali
kecuali ‫ َب ْلد َب َب ِف ا َّش َب ُع‬, maka seluruhnya dibolehkan.”52

49
[As-Sail al-Jaror: 1/196]
50
[HR. Al-Baihaqi dan al-Hakim]
51
[HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf: 1/223]
52
[Fathul Baari: 2/34]

73
Akan tetapi, yang lebih sempurna adalah sebagaimana yang di
riwayatkan oleh Mahdzuroh (ia) berkata:
“Ya Rosululloh! Ajarkanlah sunnah adzan kepadaku.
Lalu, beliau mengusap bagian muka kepalanya dan
bersabda: “Engkau ucapkan.”
‫َب ْل‬ ‫ ُع َب ْلك َب‬--- ‫﴿ ُع َب ْلك َب ُع َب ْلك َب‬
﴾ ‫ُع ك َب‬
‫ْل َب َب َب َّش َّش‬ ‫َب ْل َب ُع َب ْل َب َب َب َّش َّش ُع َب‬
﴾ ‫َب ُعد ْل ِفإا َب ِفإ ا ُع‬ --- ‫ِفإا ِفإ ا‬ ‫﴿ د‬
[ Dengan suara lunak ]
‫َب ْل َب ُع َب َّش ُع َب َّش ًة َب ُع ُع َّش‬ ‫َب ْل ُع َب َّش ُع َب ًة ُع ُع َّش‬
﴾ ‫ د ح د ش ا ا ِف‬--- ‫﴿ َب د ح َّش د َب ش ا ا ِف‬
[ Dengan suara lunak ]
‫ْل َب َب َب َّش َّش‬ ‫َب ْل َب َب َب َّش َّش‬
﴾ ‫ َب َب ُعد ْل ِفإا َب ِفإ ا ُع‬--- ‫﴿ َب ُعد ْل ِفإا َب ِفإ ا ُع‬
[ Dengan suara keras ]
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬
﴾ ‫ َبا َّش َب ى ا َّش ِف‬--- ‫﴿ َبا َّش َب ى ا َّش ِف‬
[ Dengan suara keras ]
‫َب ْل َب َب‬ ‫َب ْل َب َب‬
﴾ ‫ َبا َّش َب ى ال ِفا‬--- ‫﴿ َبا َّش َب ى ال ِفا‬
Jika di waktu Shubuh, engkau ucapkan:
‫َب ُع َب‬ ‫َب ُع َب‬
﴾ ‫ ا َّش خ ْل ٌس ِف َب َّشان ْل ِف‬--- ‫﴿ ا َّش خ ْل ٌس ِف َب َّشان ْل ِف‬
53 ‫ُع َب ْل َب‬ ‫ ُع َب ْلك َب‬--- ‫﴿ ُع َب ْلك َب ُع َب ْلك َب‬
﴾ ‫ك‬

F. Menjawab Adzan Dan Doa Sesudah Adzan


Rosululloh bersabda:
“Apabila muadzin berkata:
‫ُع َب ْلك َب‬ ‫ُع َب ْلك َب‬ maka dijawab:
‫ُع َب ْلك َب‬ ‫ُع َب ْلك َب‬

53
[HR. Abu Dawud dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Takhrijul
Misyikat no. 645]

74
‫‪Muadzin berkata:‬‬
‫َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع‬ ‫‪maka dijawab:‬‬
‫ِف ِف‬
‫َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع‬
‫ِف ِف‬
‫ُع ح َّش د َب ُعش ُعا ا ِف ‪Muadzin berkata:‬‬
‫َّش‬ ‫‪َ maka dijawab:‬ب ْل َب ُعد َب َّش َب ًة‬
‫َب ْل ُع َب َّش ُع َب ًة ُع ُع َّش‬
‫َب د ح َّش د َب ش ا ا ِف‬
‫َب‬ ‫َب َب َب‬
‫‪ maka dijawab:‬ا َّش ى ا َّش ِف ‪Muadzin berkata:‬‬
‫َب ُع َب َّش‬ ‫َب‬
‫َب ْل َبا َبو َّش ِفإ ِف هللِف‬
‫َب َب َب ْل َب َب‬
‫‪ maka dijawab:‬ا َّش ى ال ِفا ‪Muadzin berkata:‬‬
‫َب ُع َب َّش‬ ‫َب‬
‫َب ْل َبا َبو َّش ِفإ ِف هللِف‬
‫ك ‪Muadzin berkata:‬‬
‫‪ُ maka dijawab:‬ع َب ْلك َب ُع َب ْل َب‬
‫ُع َب ْلك َب ُع َب ْلك َب‬

‫‪ِ maka dijawab:‬فإا ِفإ ا ‪Muadzin berkata:‬‬


‫َب َب َب َّش َّش ُع‬
‫َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع‬
‫ِف ِف‬
‫‪Dari hatinya niscaya dia masuk surga.” 54‬‬
‫‪Rosululloh bersabda:‬‬
‫َب ْل َب ُع َب‬
‫و د‬ ‫ْلْلُع َبؤ َب َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع‬ ‫)) َب ْل َب َبا ْل َب َب ْلص َب ُع‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب ُع َب َّش َب ُع ًة‬
‫و ِفب ح ٍرد ش‬ ‫َب ْل ُعد ُع َبو َب ُعش ُعا ُع َب ْل ُع ا َّش َب بًّي‬ ‫َب ْل َب َبا ُع َبو َب َّش ُع َبح َّش دًة‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب ْل ُع‬
‫ا ُع ((‬
‫َبوب إل ْلش َب ْل ًةن ‪ُ .‬عال َب َبا ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف ِف‬
‫‪“Barangsiapa berdoa ketika mendengar muadzin dengan‬‬
‫‪doa berikut ini:‬‬

‫‪54‬‬
‫]‪[HR. Muslim: 4/85‬‬

‫‪75‬‬
‫َبا ُع َبو َب َّش ُع َبح َّش ًةد َب ْل ُعد ُع‬ ‫ْل َب‬ ‫َّش ُع َب ْل َب ُع َب َب‬
‫و د‬ ‫ِفإ‬ ‫َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب‬
‫َبو ِفب ِفإل ْلش ِف ِف ْل ًةن‬
‫ًة‬ ‫َب شُع‬ ‫َّش‬
‫ِف ا ِف َب ًّيب َبو ِفب ُع َبح َّش ٍرد‬ ‫َبو َب ُعش ُعا ُع َب ُع‬
‫ِف‬
(Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak
kecuali Alloh yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-
Nya. Aku ridho Alloh sebagai Robb-ku, Muhammad
sebagai Rosul, dan Islam sebagai agamaku).
Niscaya akan di ampuni dosanya.”55
Rosululloh bersabda:
َّ َّ َ ْ َّ َ َّ َّ َّ ‫ َب َب ْلص َب ُع َب َب‬:‫)) َب ْل َب َبا‬
ِ ‫ِفاند ا الل ُهم َز ه ِر ِه الد و ِة التام‬ ‫ِف‬
َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ً َ َ ْ َ َّ َ
‫الص ِة ال ا ِئ َم ِ ِت ُمح َّمدا ال َو ِس ل َوال ِ ل َوابعث َم ًاما‬ ‫و‬
‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َّش‬ ُ َ ْ
‫ َب ْل ُع‬، ‫ودا الر َو َ دت‬ َّ ً ‫َم ْح ُم‬
(( ‫ا ل ِف ْل َب ْل َب ا ِف َب َب ِف‬ ِ
“Barangsiapa ketika selesai mendengar adzan berdoa:
‫ِت ُم َح َّم ًدا‬ َ َ ْ َ َّ َ َّ َّ َ ْ َّ َ َّ َّ َّ
ِ ‫الل ُهم َز ه ِر ِه الد و ِة التام ِ والص ِة ال ا ِئم‬
ُ ‫َو َ ْد َت‬ َّ ً ُ ْ َ ً َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ
‫ودا ال ِر‬ ‫الو ِس ل وال ِ ل وابعث م اما محم‬
(Ya Alloh, Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang
sempurna dan memiliki sholat yang didirikan. Berilah
Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, serta
kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia ke
tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau telah
janjikan)
Niscaya akan diperoleh syafa‟atku pada hari kiamat.”56

55
[HR. Muslim: 4/86]
56
[HR. Bukhori no. 614]

76
SIFAT SHOLAT NABI

Urutan dan tata cara sifat sholat yang dicontohkan Rosululloh ,


sesuai dengan sabdanya:
‫ُع‬ ‫َب ُع‬
((‫)) َب ْل ك َب َب ْل ل ُع ْل ِف ْل َب ِف ْلي‬
‫َب‬ ‫ُّل‬
“Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat”57
Adalah sebagai berikut:
1. Niat.
Rosululloh bersabda:
‫َب‬
)) …‫)) ِفإ َّشا َب ألا ْل َب ُعا ِف ِفان َّش ِفت‬
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung
niatnya...”58
Ibnu Abu al-„Izzi al-Hanafi berkata:
“Tidak ada seorangpun di antara empat orang imam
termasuk imam Syafi‟i yang mensyaratkan diucapkan
(dilafadzkan)nya niat, karena menurut kesepakatan
mereka niat adalah amalan hati. Akan tetapi, sebagian
ulama mutaakhirin ada yang mewajibkan atau
mensunnahkan di lafadzkannya niat beralasan dengan
satu pendapat dalam madzhab Syafi‟i”. An-Nawawi
berkata: “pendapat ini keliru”.”

57
[HR. Bukhori]
58
[HR. Bukhori dan Muslim]

77
Ibnul Qoyyim al-Jauziyah mengatakan:
“Rosululloh apabila berdiri melaksanakan sholat,
beliau mengucapkan Allohu Akbar, tidak ada sedikitpun
beliau ucapkan sesuatu sebelumnya dan tidak pula
melafadzkan niatnya. Tidak ada seorangpun yang
meriwayatkan masalah tersebut, baik dengan sanad yang
shohih, dho‟if, musnad ataupun mursal sekalipun, baik
dari pendapat seorang sahabat, istihsannya seorang
tabi‟in atau pendapat empat imam sekalipun.”59

2. Takbirotul ihrom.
Yaitu mengucapkan Allohu Akbar diiringi dengan mengangkat
kedua tangan (sebelum, bersamaan atau sesudah ucapan Allohu
Akbar) searah bahu atau telinga serta sedikit merenggangkan jari-jari
tangan ke arah kiblat.
3. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada.
Ini merupakan sunnah atau kebiasaan para nabi, dan
Rosululloh pun menyuruh para sahabatnya untuk melakukannya.
4. Kemudian, membaca secara sir (hanya terdengar oleh diri sendiri)
salah satu doa-doa iftitah di bawah ini.
‫ْل َب ْل‬ ‫ْل َب ْل‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫َّش‬
، ‫)) ا ُع َّش َب ِف ْلد َب ْل ِفن ْلي َبو َبب ْل َب خط َب َب ك َب َب َب ْلد َبت َب ْل َب ْلل ِف ِفق َبو ْل ِف ِف‬
‫ ا َّش ُع َّش‬،‫ض ِف َب َّشاد َب ض‬ ‫َّش ُع َّش َب ْل َب ْل َب َب َب َب َب ُع َب َّش َّش ْل ُع َب‬
‫ألا ْل َب ُع‬
‫ِف‬ ‫ا ا ِف ِفني ِف لخط ك ن ى اث‬
‫ْل َب َب َّش ْل َب ْل َب‬ ‫َب َب‬
(( ‫ا ِفص ْل خط َب َب ِف ْل ِفا و اث ِف و ا َب ِف‬
‫ْل‬
“Ya Allah, jauhkan antara aku dan kesalahan-
kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara
timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dan
kesalahan-kesalahanku, sebagaimana baju putih

59
[Al-Qoulul al-Mubin fi Akhtoil Mushollin/Masyhur Salman hal. 98]

78
dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari
kesalahan-kesa-lahanku dengan salju, air dan air es.”60
‫َب َب َب َّش َب َب َب َب‬
‫ألا ْل َب َب ن ْل ًةل َبو َب َب َبا َب‬ ‫َّش‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫)) َبو َّشح ْل ُع َبو ْلح ِفه َبي ِفا ِفذ فط اص ِفت و‬
‫َب‬ ‫ْل ُع ْل َب َّش َب َب ْل َب ُع ُع ْل َب َب ْل َب َب َب َب َب ْل َّش َب ْل َب َب ْل َب َب َب‬
‫َب ِف‬ ‫ِفت و ص ِف و ح و ِفت ِفا ِف ِف ال ِفْل‬ ‫ْلل ِف ِفك ِفإ‬
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب‬
‫ ْلا َب‬. ‫َبا ُع َبوب َبذا َب ْل ُعت َبو َبا َب ْلُع ْلص َب ا ُع َّش ْلا َب ْل ُع إا َب إ َّش ْلا َب‬
‫َّش‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫ُع‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬
‫َب ْل َبو َب َبا َب ْل ُعد َب َب َب ْل ُع َبا ْلل ْلي َبو ْل َب َب ْلف ُع َبذ ْلابى َبف ْلال ْل ْلي ُع ُعا ْل َبح لًة‬
‫ِف ِف‬ ‫َب ِف ِف َب ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫إ َّشا ُع َب َب ْل ِفل ُع ُّلاذ ُعا َب إ َّش َب ْلا و ِفد ِف ْل ِفا ْل َبص ألاخ ق َب ْل ِفد ْل ِفا ْل َبص ِفن َب‬
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫إ َّش َب ْلا َب َبو ْل ْل َب نى َبش َبئ َب َب َب ْل ُع َب نى َبش َبئ َب إ َّش َب ْلا َب َبا َّش ْل َب‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ض إ َبا ْل َب َب َبا َب َبوإ َبا ْل َب َب َب َب ْلك َب‬ ‫ال ُّل َبا ْل َب‬
‫َب َب ْل َب ْل َب َب ْل َب ْل ُع ُع ُّل ُع َب َب ْل َب َب َّش‬
‫وشلد و لخ ك ِففى د و‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫َب َب‬ ‫َب َب َب َب ْل َب َب َب ْل َب َب َب ُع‬
(( ‫ْلشل ِفل ُع و ُع ِفإا ْل‬ ‫وتل ا‬
“Aku hadapkan wajahku kepada Alloh yang telah
menciptakan langit dan bumi dengan penuh patuh, dan
tiadalah aku dari golongan musyrikin. Sesungguhnya
sholatku dan ibadahku, hidup serta matiku, adalah hanya
untuk Alloh Rabb seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-
Nya dan untuk itulah aku diperintah sedangkan aku
termasuk golongan Muslimin Ya Alloh, Engkaulah Malik
(raja) yang tidak ada ilah kecuali Engkau. Ya Alloh,
Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu aku telah
berbuat aniaya terhadap diriku dan aku akui
kesalahanku, maka ampunilah dosaku seluruhnya. Dan
tidak ada yang dapat mengampuni dosa itu kecuali
Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik,
dimana tidak ada yang dapat menjauhkan aku dari
akhlak jelek itu kecuali Engkau. Aku penuhi panggilan-
Mu ya Alloh dan aku patuhi perintah-Mu segala
kebaikan hanya di tangan-Mu sedangkan kejelekan

60
[HR. Bukhori dan Muslim]

79
bukanlah milik-Mu, aku berserah diri kepada-Mu, Maha
Suci Engkau dan Maha Tinggi, aku mohon ampunan-Mu
dan bertaubat kepada-Mu ”61
‫َب َب َب َب َب ُّل َب َب َب َب َب َب ْل َب‬
(( ‫ْلش ُع وت َبل ى حد و ِفإا ا ُع‬
‫َب‬ ‫َب َب‬
‫)) ُعش ْل ح ا ا ُع َّش وبح ْل ِفد َب َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب َب َب َّش‬
‫ِف‬
“Maha Berkah nama-Mu dan Maha Tinggi kekayaan-Mu
serta tidak ada ilah selain-Mu.”62
5. Membaca ta‟awwudz dan bacalah secara sir.
Bunyi ta‟awwudz adalah:
‫َب َب ْل‬ ‫َب َب ْل‬ ‫َب ْل َب‬‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َّش َب‬
‫)) ْل‬ ‫َب‬ ‫َب ُع ُع‬
((‫ْل ِفز ِف و ال ِف ِف و ال ِفث ِف‬ ‫ِف هللِف ِف ال ط ِف ا َّش ِفح ِف و ِف‬
“Aku mohon perlindungan kepada Alloh dari Setan yang
terkutuk, bisikan dan hembusannya”63
‫َّش َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب ُع ُع‬
(( ‫اص ِف ْل ِف ا َبل ِف ْل ُع ِف ال ْل ط ِف ا َّش ِفح ْل ِف‬
‫)) ْل هللِف َّش‬
‫ِف‬
“Aku mohon perlindungan kepada Alloh yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui dari (godaan) syetan
yang terkutuk”64
Kemudian dirangkai dengan membaca basmalloh.
‫ا َّش ْل َب ا َّش ْل‬ ‫ْل‬
(( ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫)) ِف ص ِف‬
6. Membaca al-Fatihah dengan jahar pada dua rokaat pertama sholat
magrib, „isya dan shubuh, dan membacanya secara sir pada
seluruh rakaat sholat dzuhur dan „Asar atau dua rakaat terakhir

61
[HR. Muslim: 1/311]
62
[HR. Abu Dawud no. 775, Tirmidzi no. 242, an-Nasa‟i no. 898, Ibnu Majah
no. 804 dan Imam Ahmad no. 11657. Dishohihkan oleh al-Albani dalam
Shohih Tirmidzi: 1/77 dan Shohih Ibnu Majah: 1/135 serta dalam Shifat Sholat
Nabi : hal. 93]
63
[HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Daruquthni, Haitsmani dan Ibnu Hibban]
64
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]

80
sholat „isya dan satu roka‟at terakhir sholat magrib. [Al-Fatihah
ini hendaknya dibaca satu ayat satu ayat]
7. Setelah mengucapkan: Waladhdhoolliin, maka ucapkanlah:
Aamiin dengan jahar di waktu jahar dan dengan sir di waktu sir.
Bagi imam wajib mengeraskan bacaan aamiin. Kemudian
membaca salah satu surat al-Qur‟an (jahr dan sirnya sama
dengan ketentuan membaca al-Fatihah).
Membaca surat disunnahkan pada setiap dua rakaat
pertama.
8. Diam sejenak sebelum ruku‟ lalu mengangkat kedua tangan
(seperti pada takbiratul ihrom) dengan bertakbir (Allohu Akbar)
dan melakukan ruku‟ dengan meletakkan kedua tangan (jari-jari
sedikit renggang) di atas lutut serta sedikit menjauhkan kedua
sikunya dari lambungnya, sehingga antara kepala dan punggung
tampak rata dan lurus.
9. Membaca doa-doa ruku‟ secara sir.
Di antaranya:
‫ْل‬ ‫َب َب‬
(( ‫)) ُعش ْل ح َب ِف َب ا َبل ِفظ ْل ِف‬
“Maha suci Robbku lagi Maha Besar.” (Dibaca 3x dan
terkadang lebih dari itu)65

‫َب َب‬ ‫ْل‬ ‫َب َب‬


(( ‫)) ُعش ْل ح َب ِف َب ا َبل ِفظ ْل ِف و ِف ح ْل ِفد ِف‬
“Maha suci Rabbku yang maha besar dan segala puji
hanyalah milikNya.” (Dibaca 3x)66

65
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Daruquthni dan Ibnu Khuzaimah]
66
[HR. Abu Dawud, Daruquthni, Ahmad, Thobrani dan Baihaqi]

81
‫ْل‬ ‫َّش‬ ‫َب‬ ‫َب َب َب‬ ‫َب َب َب َّش‬
((‫ ا ُع َّش ا ِفل ْل ِف ْلي‬، ‫)) ُعش ْل ح ا ا ُع َّش َب َّشبن و ِفبح ْل ِفد‬
“Maha Suci Engkau ya Alloh, dan dengan memujiMu ya
Alloh ampunilah aku”67

((‫وا‬ ‫ُّل‬ ‫ٌس َب ُّل‬ ‫ُع ُّل ٌس‬ ‫ْل َب َب َب َب‬ ‫ُع ُّل‬
‫))ش ا دوس ْل ِفب ِف و ا ِف‬
“Maha Suci Alloh Yang Maha Suci, lagi Rabbnya
Malaikat dan ruh”68

10. Bangun dari ruku‟ dengan mengangkat kedua tangan hingga ke


arah bahu atau telinga dan mengucapkan “sami‟ Allohu liman
hamidah” serta berdiri tegak.

11. Mengucapkan doa-doa i‟tidal


Antara lain:
((‫)) َب َّشبن و ا ل ْل د‬
‫َب َب َب َب ْل َب ُع‬
“Ya Robb kami, bagi Engkau segala puji” diberkahi69
‫ًة‬ ‫َب‬ ‫َب َب َب َب ْل َب ُع َب ًة َب ْل‬
((‫)) َب َّشبن و ا ل ْل د ْل د ك ِفث ًة ِف ًة ُع َب َب ك ِفف ْل ِف‬
“Ya Robb kami bagi-Mu segala puji, puji-pujian yang
melimpah, baik lagi penuh keberkahan”70

12. Turun dari sujud (dengan mengucapkan Allohu Akbar) sambil


merapatkan hidung, kening dan kedua tangan dijauhkan dari
lambung, jari-jari tangan dirapatkan dan diletakkan searah

67
[HR. Bukhori: 1/148 dan Muslim: 1/201]
68
[HR. Muslim: 1/202]
69
[HR. Bukhori: 1/143 dan Muslim: 1/166]
70
[HR. Bukhori: 1/144]

82
dengan bahu atau telinga, serta seluruh jari-jari kaki diarahkan ke
kiblat dengan merapatkan seluruh tumit kaki.

13. Membaca do‟a sujud


‫َب ْل َب‬ ‫َب َب‬
((‫)) ُعش ْل ح َب ِف َب ألا ى‬
“Maha suci Robbku yang Maha Tinggi.” (Dibaca 3x)71
72 ‫ْل ْل ْل‬ ‫َب َب َب َب َّش‬ ‫َب َب َب َّش‬
((‫ ا ُع َّش ا ِفل ِف ي‬، ‫)) ُعش ْل ح ا ا ُع َّش َب َّشبن و ِفبح ْل ِفد‬
73
((‫وا‬ ‫ُّل‬‫وس َب ُّل ْلْلَب َب ب َب َب‬
‫)) ُعش ُّل ٌسا ُع ُّلد ٌس‬
‫و ا ِف‬ ‫ِف ِف‬
14. Duduk diantara dua sujud dengan iftirasy (yaitu dengan melipat
kaki kiri, lalu mengembangkan dan duduk diatasnya serta
menegakkan telapak kaki kanan sambil menghadapkan ujung-
ujung jarinya ke arah kilat). Dengan kedua telapak tangan di
letakkan di atas kedua paha.

15. Membaca doa di antara dua sujud.


‫َب ُع ْل‬ ‫َب ْل‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب َّش‬
((‫)) ا ُع َّش ا ِفل ْل ِف ى و ْل ْل ِفن ْلي و ِفف ِفن ْلي و ِفد ِف ْل و ْل ز ِفن ْلي‬
“Ya Alloh, ampunilah aku, sayangilah aku, „afiyatkanlah
aku, beri hidayahlah aku dan berilah rizqi kepadaku”74

16. Untuk duduk akhir, dilakukan dengan cara duduk tawarruk (yaitu
menegakkan kaki kanan sambil menghadapkan jari-jarinya ke
arah kiblat dan melipat kaki kiri di bawah kaki kanan sambil

71
[HR. Abu Dawud no.871, Tirmidzi no.261. dishohihkan oleh al-Albani
dalam sifat sholat Nabi hal. 146 serta dalam Shohih Tirmidzi:1/83]
72
[HR. Tentang doa tersebut ada pada doa-doa ruku‟ di pembahasan no. 9]
73
[Hadits ini sama dengan doa ruku‟]
74
[HR. Abu Dawud no.850, Tirmidzi no.284, Ahmad no.2897. Dishohihkan
oleh al-Albani dalam sifat shalat Nabi n hal.153]

83
duduk dengan pinggul di atas lantai). Kedua tangan diletakkan di
atas kedua paha dengan cara menggenggam empat buah jari yang
kanan kecuali jari telunjuk yang selalu memberikan isyarat dan
digerakan dari awal tasyahhud hingga selesai. Mata diarahkan ke
arah isyarat.

17. Membaca doa tasyahhud.


‫َب َب ْل َب َب ُّل َب َّش ُّل َب َب ْل َب ُع‬ ‫اص َب ُع‬
‫ َّش‬،‫اط َب ُعت‬ ‫َّش َّش ُع َّش َب َّش َب َب ُع َب َّش‬
‫ان ِفبى و‬ ‫ و ا ت و ِف‬، ‫)) ال ِفح ت ِفا ِف‬
‫ َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب‬. ‫ل َب‬ ‫اص َب ُع َب َب ْل َبن َبو َب َب ى ِف َب ِف ا َّش ِف ا َّش‬
‫ َّش‬، ‫ا َّش ِف َبو َبب َب َبك ُع ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫ُع ُع‬ ‫َّش َّش ُع َب َب ْل ُع َب َّش َب ًة َب ُع ُع َب‬
(( ‫ و َب د ُع ح َّش د ْل د و َب ُعش ا‬، ‫ِفإ ا‬
“Salam sejahtera hanyalah untuk Alloh demikian pula
sholawat dan salam. Salam sejahtera untuk Nabi,
demikian pula rahmat dan berkahnya. Dan semoga
salam sejahterapun untuk kita semua dan untuk para
hamba Alloh yang sholih dan aku bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh dan
aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
utusannya.”75

18. Membaca sholawat.


‫َب‬ ‫ َبك َب َب َّش ْل َب َب َب ْل‬،‫ َبو َب َب ى آا ُع َبح َّش ٍرد‬،‫َب َب ى ُع َبح َّش ٍرد‬ ‫)) ا َّش ُع َّش َب‬
‫ى ِفإ َب ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب َّش َب َب ْل ٌس َب ْل ٌس َّش ُع َّش َب ْل َب َب ُع َب َّش َب َب َب‬ ‫ْل‬ ‫َب َب َب‬
‫ و ى ِفآا‬،‫ى ح ٍرد‬ ‫ِف‬ ‫ ا‬،‫ِف د ِف د‬ ‫ ِفإا‬، ‫و ى ِفآا ِفإ َب ِف‬
‫ إ َّشا َب َب ْل دٌس‬، ‫ َبو َب َب ى آا إ ْل َب ْل َب‬، ‫َب َب ْلك َب َب َب ى إ ْل َب ْل َب‬ ‫ َبك َب‬،‫ُع َبح َّش ٍرد‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫ٌس‬
((‫َب ِف ْل د‬
“Ya Alloh, berilah rahmat kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah beri

75
[HR. Bukhori dan Muslim]

84
rahmat kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Alloh, berilah berkah kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberi berkah kepada Ibarahim dan keluarga Ibrohim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”76

19. Sebelum salam bacalah doa-doa.


‫ْل َب ْل َب ْل ْل َب‬ ‫َب َّش َب َب ْل َب َب‬ ‫َب ُع ُع َب ْل َب َب‬ ‫)) ا َّش ُع‬
‫ِف ِف ذ ِف ح َب ن و ِف ذ ِف ا ِف و ِف ِففلن ِف‬ ‫َّش ِفإ ِف ى‬
‫َّش‬ ‫َب ْل َب َب َب ْل َب ْل َب ْل َب‬ ‫ْلْلَب ْلح َب‬
((‫ِف ِففلن ِف ْل ِفص ْل ِف اد َّشح ِفا‬ ‫و ْل ِفت و ِف‬
“Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon perlindungan
kepadaMu dari adzab Jahannam dan dari „adzab kubur
dan dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari
kejelekan fitnah al Masih ad Dajjal”77

20. Lalu mengucapkan salam dua kali. Ke arah kanan


(assalamu‟alaikum wa rohmatulloh) dan ke arah kiri
(assalamu‟alaikum wa rohmatulloh) dengan memalingkan wajah
sampai terlihat pipi dari arah belakang.

76
[HR. Bukhori: no. 904 Ahmad: 4/243 dan Darimi: 1/309]
77
[HR. Muslim: 1/237]

85
86
HUKUM-HUKUM
SEPUTAR SHOLAT

1. Mengingatkan bacaan imam ketika tersamar atau keliru dalam


membaca.
Dari Ibnu Umar :
‫َب َب‬
‫ف َبغ‬ ‫َبف َب َّش‬ ‫ِف‬
‫ض َب َب ْل‬ ‫)) َب َّش َّشانب ُّلي َب َب ى ُع َب َب ْل ِف َبو َبش َّش َب َب َّش ى َب َب ًة َبف ْلا َبل َب َب‬
‫ِف‬
‫َب ْلل َبل َب‬ ‫َب ْل‬ ‫ ( َبف َب َب َبن َبل َب‬:‫ َب َبل ْل َب َبا‬:‫ ( َب َب ْلد َبت َب َبل َبن ؟) َب َبا‬: ‫َب َبا ُعا َب‬
‫ِف‬
‫َب َب‬
(()‫َّشي؟‬
“Sesungguhnya Nabi pernah melaksanakan sholat, beliau
membaca suatu ayat, lalu tersamar. Maka ketika beliau
selesai, Beliau berkata kepada Ubay: Apakah engkau
sholat bersama kami. Ia berkata: Ya. Beliau bertanya: apa
yang mencegahmu untuk mengingatkanku?” 78
2. Mengucapkan tasbih (subhanalloh) bagi laki-laki dan melakukan
tashfiq (menepuk tangan) bagi perempuan apabila mengingatkan
imam atau lainnya.
Rosululloh bersabda:
‫)) َب ْل َبا َب ُع َبش ْلى ٌسا ف ْلي َب َب َبف ْل ُع َبص ْل َبفئ َّشا ُع إ َب َبش َّش َب ْلا ُعلل َب إ َبا ْل َبوإ َّشا َب‬
‫ِف ِف ِف ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫ُع‬
((‫ال ْل ِفل ْل ق ِفا ِفن َبص ِفا‬
‫َّش‬

78
[HR. Abu Dawud no.907, Ibnu Asakir: 2/296 no.2, Ibnu Hibban dan
Thobroni. Dishohihkan oleh al-Albani dalam Sifat Sholat Nabi hal. 128]

87
“Barangsiapa yang ingin mengingatkan sesuatu di waktu
sholat, maka bertasbihlah. Sedangkan tashfiq (menepuk
tangan) hanya untuk wanita”79
3. Membunuh ular atau kalajengking.
Rosululloh bersabda:
‫َب ْل َب َب َب ْل ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل ُع ُع‬
(( ‫)) ل ألا ْلش َب ْل ِف ِففى ا َّش ِف ل َّش و ا َبل َب َب‬
“Bunuhlah dua binatang hitam di waktu sholat yaitu ular
dan kalajengking”80
4. Menghalangi orang yang lewat di hadapannya.
Rosululloh bersabda:
‫ َبف َب َب َب َب َب ٌسد َب ْل َب ْل َبل َبز َب ْل َب‬،‫َب َّش ى َب َب ُعد ُعك ْل إ َب ى َبش ْلىا َب ْلص ُع ُع ُع َب َّشان س‬ ‫َب‬
‫)) ِفإ‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ٍر‬ ‫ِف‬
‫ٌس‬ ‫َب ْل َب ْل َب ْل ُع َب ْل َب َب َب ْل ُع َب ْل ُع َب َّش َب ُع َب َب ْل َب‬ ‫َب َبد ْل‬
(( ‫ط‬ ‫ ف ِفئا‬، ‫ ف ِفئ ى ف ِف‬، ‫ف دفل‬ ‫ِف‬
“Apabila salah seorang di antara kalian sholat
menghadap suatu sutroh, lalu ada orang yang hendak
lewat di hadapannya, maka halangilah. Jika ia tidak
mau, maka bunuhlah karena dia adalah setan.”81
5. Menjawab salam dengan isyarat (dengan menganggukan kepala,
isyarat telunjuk atau isyarat tangan).
Jabir bin „Abdulloh berkata:
‫َبو ُع َب ُع ْلن َبط ٌسق إ َب ى َب ن ْلي ْلْلُع ْل َبط ق َبف َب َب ْل ُعل ُع َبو ُع َب‬ ‫َّش‬ ‫َب َب‬
‫)) ْل َبش ِفنى َب ُعش ُعا‬
‫ِف ِف ِف َب َب ِف ِف‬ ‫ا ِف‬
‫ ُعث َّش‬- ‫ َبو ْلو َب ُعز َب ْل ٌس َب ِفد ِف‬- ‫َبف َب َّش ْل ُعل ُع َبف َب َبا ْلي َب ِفد ِف َب َب َبذ‬ ‫ُع َب َب َب َب ْل‬
‫ِف ْلي ى ِفل ِف ِف‬
‫ِف‬
‫ َبو َب َبا َب ْلش َب ُعل ُع‬- ‫ألا ْل‬ ‫َب َب َب َب ْل َب َب ُع َب ْل ِف ٌس َب ْل ِف ًة َب َب ْل َب َب‬ ‫َبك َّش ْل ُعل ُع َبف َب َبا ى َب‬
‫ِف‬ ‫ ف و ز ض ِف ِفد ِف اح‬- ‫ذ‬ ‫ِف‬
79
[HR. Bukhori dan Muslim]
80
[HR. Abu Dawud no. 921, Tirmidzi no. 388, ia berkata: Hadits Abu Huroiroh
adalah hadits Hasan Shohih. An-Nasai no. 1245 dan Imam Ahmad no. 7181
serta dishohihkan oleh al-Albani]
81
[HR. Bukhori: 1/99, Muslim no. 505, Abu Dawud no. 698 dan Imam Ahmad
no. 11299]

88
‫َبا « َب َبف َبل ْل َب فى َّشا ِفذ ْل َب ْل َبش ْل ُعل َب َبا ُع َبفئ َّشا ُع َبا ْل‬ ‫َب َب َب َب‬
‫فغ‬ ‫َب ْل ِفش ِف َبف َب َّش‬ ‫َب ْل َب ُع ُع ْل ُع‬
‫ِف‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ُع ُع‬ ‫َب ُع‬ ‫ُع َب َب َب َّش‬ ‫َب ْل َبن ْللن ْلي َب ْل‬
((‫َب ِف ى‬ ‫ِف ْل ك ْلن‬ ‫ك ِف ِفإ‬ ‫ِف‬
“Rosululloh mengutusku sedangkan beliau bertolak
menuju Bani al Mustholiq. Lalu, aku mendatangi beliau,
sedangkan beliau sholat di atas kendaraannya. Maka aku
berbicara kepada beliau dan beliau menjawab dengan
isyarat tangannya. Kemudian aku berbicara kembali, maka
beliau menjawabnya dengan isyarat kepalanya. Ketika,
beliau selesai sholat, beliau berkata: apa yang sudah
engkau lakukan dari tugas yang telah aku berikan? Karena
tidak ada yang menghalangi aku berbicara denganmu
kecuali karena aku dalam keadaan sholat.”82
6. Menggendong anak kecil atau membawanya ketika sholat.
Abu Qotadah al-Anshori berkata:
‫َب ْل َب ُع َب َب ْل‬ ‫ْلا َب‬ ‫َب َب ْل ُع َّش َّش َب ُع ُّل َّش َب َب ُع َب َب ُع ْل ُع َب‬
‫ا و َبي ْل ن زْل ن َب ِف ن ِف‬ ‫ل‬ ‫ِف ن َب ِف‬ ‫ان ِفبى ؤ ان س و‬ ))
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب َب َب ِف ُّل ُع َب‬ ‫َبفئ َب َب َبك َب َبو َب َبل َب وإَب‬ ‫َب َب ى َب‬ ‫َّش‬
(( ‫ف ِف اسج ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف ِف‬ ‫ان ِفب ِفى‬
“Aku melihat Nabi sedang mengimani para sahabat,
sedangkan Umamah binti Abul „Ash (yaitu anak
Zainab putri Rosululloh , sedang berada di atas pundak
beliau. Apabila ruku‟ maka beliau menurunkannya, dan
apabila beliau bangun dari sujud, maka beliau
mengangkatnya kembali)”83
7. Sedikit berjalan untuk sebuah keperluan selama tidak berpaling
dari arah kiblat.
Aisyah berkata:

82
[HR. Muslim: 1/219, Abu Dawud no. 926, an-Nasai dan Imam Ahmad no.
14594]
83
[HR. Muslim 1/221]

89
‫ ُع َب ْلي َبو ْلا َب ُع َب َب ْل ُع ْل َب ٌسق َبف ْلئ ُع‬- ‫َب َبا َب ْل َب ُعد‬ ‫َب َب ُع ُع َّش‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫))ك َب ش ا ا ِف‬
‫ َبف َب َب ى َبف َبل َبل َب ى ُعث َّش َب َبح َب إ َب ى ُع َب َّش ُع َبو َبو َب َبل ْل‬- ‫ َب َبا َب ْل َب ُعد‬- ‫َبف ْلش َبل ْلل َبل ْلح ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل َب‬ ‫َب َّش ْل‬
(( ‫ا َب َب ِففى ا ِف ْل ِف‬
“Rosululloh sedang sholat di rumah, sedangkan pintu
rumah tertutup. Lalu aku datang dan meminta dibukakan
pintu, maka beliau berjalan dan membukakannya untukku.
Kemudian beliau kembali ke tempat sholatnya. Ia
mensifatkan bahwa pintu tersebut berada di arah kiblat.”84

Dzikir-Dzikir Shohih Setelah Sholat


Dari Abu az-Zubair ia berkata:
‫َب ُع َبص ُع « َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع‬ ‫َب َب ْل ُع ُّل َب ْل َب ُع ُع ُع ُع ُع َب َب‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ٍر ِف‬ ‫ازب ِف ا ِففى ِف ك ِف‬ ‫))ك‬
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ُع‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬
‫ِف َب ا ُع ا ُع ْل ُع َبوا ُع ل َب ْل ُعد َبو ُع َب َب ى ك ِف ش ْلى ٍرا ِفد ٌس َب ْل َبا‬ ‫َبو ْل د ُع‬
‫ض ُع‬ ‫َبو َب ُع َّش َب إ َّش ا َّش َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع َبو َب َب ْلل ُع ُعد إ َّش إ َّش ُع َبا ُع ان ْلل َب ُع َبو َبا ُع ْلا َبل ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف ِف ِف ِف ِف‬
‫َبو َبا ُع َّشاث َبن ُعا ْلل َب َبص ُع َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع ُع ْل ْل َب َبا ُع اد ْل َب َبو َبا ْل َبك َب ْلا َب ف ُع و َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫َب َب َب َب َب َب ُع ُع َّش ُع َب ُع َّش ُع ُع َب ُع َب َب‬
(( ‫ٍر‬ ‫ك ِف‬ ‫ِف ِفب ِف‬ ‫ و ا ك ش ا ا ِف‬.»
“Ibnu az Zubair setiap selesai salam, beliau berdo‟a:
Tidak ada ilah kecuali Alloh, tidak ada sekutu bagi-Nya.
bagiNya semua kerajaan dan puji-pujian. Dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan upaya
selain Alloh. Tidak ada Ilah selain Alloh. Kami tidak
mengabdi selain kepada-Nya. Bagi-Nya segala nikmat
dan keuntungan serta bagi-Nya pula pujian yang baik.
Tidak ada ilah selain Alloh, dengan penuh ikhlas kami
melaksanakan din-Nya sekalipun orang-orang kafir

84
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]

90
membenci kami. Lalu ia berkata: Rosululloh selalu
bertahlil dengan kalimat tersebut setiap selesai sholat.”85

‫ُع َبو ْل َبد ُع‬ ‫َب ْل‬ ‫َّش‬ ‫َب ْل‬


‫) ِفإا َب ِفإ‬33x( ‫) ُع ك َب ُع‬33x( ‫) ل َب ْل ُعد ِفا ِف‬33x( ‫ُعش ْل َبح َبن ِف‬
‫ َبو ُع َب َب َب ى ُعك ِف َبش ْلي ٍرا َب ِفد ٌس‬،‫ َبو َبا ُع ل َب ْل ُعد‬، ‫ َبا ُع ْلُع ْل ُع‬، ‫َب َب ْل َب َبا ُع‬
‫ِف‬
Dari Abu Huroiroh :
‫« َب ْل َبش َّش َب ا َّش َب ف ْلي ُع ُع ُعك َب َب َبث َب ًةث َبو َبث َب ث ْل َب‬ ‫َّش‬ ‫َب ْل ُع‬
‫ِف‬ ‫ٍر‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫)) َب ش ِفا ا ِف‬
‫َب َب َب َّش َب َب َب ًة َب َب َب َب َب َب َّش َب َّش َب َب َب ًة َب َب َب َب َب ْل َب ْل َب ٌس َب ْل ُع َب‬
‫و ِف د ا ث ث وث ِفث وك ا ث ث وث ِفث ف ِفل ِفتصل و ِفتصل‬
‫َبو َب َبا َب َب َب ْلْل َبب َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع َبو ْل َبد ُع َب َب َب َبا ُع َبا ُع ْلْلُع ْل ُع َبو َبا ُع ْلل َب ْل دُع‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف ِف‬
‫ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ُع َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ْل‬ ‫ُع‬ ‫َب ُع َب َب ُع َب َب‬
(( ‫و َب ى ك ِف ش ْلى ٍرا ِفد ٌس ا ِفل َب ت خط َب ِفوإ ك ا ِف ث َب زَبب ِفد ا َب ْلح ِف‬
“Rosululloh bersabda: Barangsiapa yang bertasbih
kepada Alloh setelah menunaikan sholat (wajib) 33 x dan
bertahmid kepada Alloh 33 x serta bertakbir kepada
Alloh 33 x, maka jumlahnya menjadi 99 x. Kemudian ia
menyempurnakannya menjadi 100 kali dengan
mengucapkan (satu kali): La ilaha illallohu wahdahu la
syaikalahu lakul mulku walahul hamdu wahuwa „ala
kulli syay in qodir, niscaya akan diampuni seluruh
dosanya sekalipun sebanyak buih di lautan”86

                 

               

85
[HR. Muslim: 1/239]
86
[HR. Muslim: 1/241, Ibnu Khuzaimah no.750 dan al-Baihaqi: 2/187]

91
             

          

Pada dasarnya, berdzikir itu dilarang dilakukan beramai-ramai


serta dipimpin oleh imam.
Alloh berfirman:
         
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan
suara yang lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’roof
[7]: 55)
Rosululloh bersabda:
‫َب َب‬ ‫َّش ُع ْل َب ُع َب َب َب ْل ُع ُع ْل َّش ُع ْل َب َب ْل ُع َب َب‬ ‫)) َب ُّل َب‬
، ‫َب َّش َبو ا ِفب ًة‬ ‫د‬ ‫ ِفإا‬، ‫ى ال ِفص‬ ‫ان س ل‬
‫َب‬ ‫َب ْل ُع َب‬ ‫إ َّشا ُع ْل‬
(( ‫َبش ِف ْل ًةل ِف ْل ًة‬ ‫د‬ ‫ِف‬
“Wahai manusia, rendahkanlah suara-suara kalian.
Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat Yang tuli
dan ghoib. Kalian sedang berdoa kepada Dzat Yang
Maha Mendengar lagi Maha Dekat”87
Imam Syathibi berkata:
“Sesungguhnya berdoa dengan cara bersama-sama terus
menerus, jelas bukan merupakan perbuatan Rosululloh
bukan pula perkataan dan iqror beliau”88
Syekh Abdul Aziz bin „Abdullah bin Baz berfatwa:

87
[HR. Bukhori: 4/110 dan Muslim: 2/475]
88
[Al-I‟tishom: 1/352]

92
“Menjaharkan (mengeraskan) dzikir setelah sholat-sholat
fardhu atau sholat Jumat setelah salam merupakan hal
yang disunahkan berdasarkan hadits yang terdapat di
dalam Shohihain dari Ibnu „Abbas, bahwasanya
mengeraskan suara dzikir ketika orang-orang
menyelesaikan sholat fardhu terdapat pada masa Nabi
lalu Ibnu „Abbas berkata: Aku mengetahui apabila
mereka menyelesaikan sholat, aku mendengarnya...”89

Ibnu Mas‟ud seorang sahabat besar pernah marah dan


mengingkari dengan keras sekali terhadap orang-orang yang
berdzikir dengan suara keras dan beramai-ramai serta dipimpin oleh
seseorang. Kemudian sewaktu orang-orang itu berkata bahwa mereka
tidak menghendakinya kecuali dengan niat baik, Ibnu Mas‟ud
berkata:
‫ُع‬ ‫ْل َب ْل َب‬ ‫ْل‬ ‫َب َب‬
(( ‫))وك ْل ِف ُع ِف ْل ٍرد ِفا خ ِف ا ْل ُع ِف ْل‬
“Berapa banyak orang yang menghendaki kebaikan
(akan tetapi) ia tidak pernah dapat memperolehnya”90

89
[Fatawa Muhimmah Tata‟allaqu bish Sholat: hal.106]
90
[HR. Darimi dalam sunannya: 1/68-69]

93
94
SHOLAT BERJAMAAH

A. Hukum Sholat Berjama’ah


Hukum sholat lima waktu berjama‟ah adalah wajib bagi setiap
mukmin yang tak ada udzur (halangan) syar‟i untuk mengikutinya.
Rosululloh bersabda:
“Suatu kampung atau dusun yang dihuni oleh tiga orang
dan di situ tidak ditegakkan sholat berjama‟ah, maka
pasti mereka akan dikalahkan oleh setan. Maka wajib
atas kamu sholat berjama‟ah. Karena serigala akan
menerkam kambing yang jauh dari kawannya,”91
“Demi yang di jiwaku berada dalam tangan-Nya (demi
Alloh) sesungguhnya ingin rasanya aku menyuruh orang
membawa kayu bakar hingga terkumpul, kemudian aku
menyuruh adzan dan sholat. Kemudian aku suruh
seorang laki-laki mengimami sholat. Dan aku datangi
mereka yang tidak sholat berjama‟ah pada waktu itu,
lalu aku bakar rumah-rumah mereka.”92
Seorang buta bertanya kepada Rosululloh :
“Ya Rosululloh, saya tidak punya orang yang menuntun
saya ke masjid. Dia meminta kepada beliau untuk
memberikan keringanan baginya agar dia dapat sholat
dirumahnya, maka Rosululloh memberi kelonggaran
kepadanya tapi tatkala ia berpaling hendak pergi, beliau
Rosululloh bersabda apakah engkau mendengar

91
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa‟i dan Hakim. Dihasankan oleh Syeikh al-
Albani dalam Shohihul Jami‟ no. 5701]
92
[HR. Bukhori: 644 dan Muslim: 651]

95
adzan? Ia berkata: Ya. Nabi bersabda: kalau begitu
hendaklah engkau jawab.”93
Ibnu Mas‟ud berkata:
“Barangsiapa menginginkan perjumpaan dengan Alloh
kelak dalam keadaan Muslim, hendaklah ia menjaga
sholat-sholat itu di saat diseru untuk melaksanakannya.
Sesungguhnya Alloh telah mensyari‟atkan kepada Nabi
kalian sunnah-sunnah yang berfungsi sebagai petunjuk.
Sesungguhnya sholat-sholat itu adalah sunnah-sunnah
petunjuk. Dan andaikata kalian sholat di rumah-rumah
kalian seperti sholatnya orang yang menyelisihi
(meninggalkan sholat berjamaah) di rumahnya dalam
hal ini kalian berarti meninggalkan sunnah-sunnah nabi
kalian. Andaikata kalian meninggalkan sunnah nabi
kalian pasti kalian akan tersesat. Sungguh telah kita
saksikan tidaklah ada yang akan meninggalkan (sholat
berjamaah) kecuali munafik yang nyata.”94

B. Keutamaan Sholat Berjama’ah


Sholat berjama‟ah memiliki keutamaan dan pahala yang besar sekali.
Rosululloh bersabda:
“Sholat berjama‟ah itu mempunyai keutamaan dua puluh
tingkat dari sholat sendirian.”
Rosululloh bersabda:
“Sholat seseorang dengan berjama‟ah dilipatgandakan
pahalanya dari sholat sendirian di rumah atau di pasar
dengan dua puluh lima kali lipat, yang demikian itu jika
seseorang menyempurnakan wudhunya kemudian keluar ke
masjid. Tiada ia melangkah kaki selangkah, melainkan
93
[HR. Muslim no. 653]
94
[HR. Muslim no. 257 (654)]

96
diangkat satu derajat dan dihapus satu dosa. Dan bila ia
sholat selalu dido‟akan oleh para malaikat jika selama ia
berada di tempat sholat itu. Malaikat berdoa : Ya Alloh,
limpahkanlah sholawat kepadanya ya Alloh kasihanilah
dia. Dan tetap ia dianggap sholat selama ia menantikan
sholat.”95

C. Batas Jumlah Sholat Berjama’ah


Sholat berjama‟ah sedikitnya dapat dilakukan oleh dua orang,
yaitu imam dan makmum. Dan jika jumlahnya banyak, akan lebih
dicintai Alloh .
“Sholat berjama‟ah adalah lebih baik dari sholat
sendirian. Dan sholat dengan dua orang adalah lebih
baik dari pada sholat sendirian. Dan jika lebih banyak
akan lebih disukai Alloh .”96
Sholat berjama‟ah dilaksanakan di masjid. Masjid yang
letaknya jauh dari tempat tinggal akan lebih utama dan besar
pahalanya daripada masjid yang dekat.
Rosululloh bersabda:
“Orang yang paling besar pahala sholatnya ialah orang
yang terjauh jalannya ke tempat sholat.”97

D. Berjama’ah Bagi Wanita


Kaum wanita dibolehkan sholat berjama‟ah di masjid sejauh
tidak menimbulkan fitnah dan aman dari gangguan. Akan tetapi,
sholat mereka di rumahnya masing-masing adalah lebih utama.
95
[HR. Bukhori no. 647]
96 [HR. Ahmad, Abu Dawud no. 550, an-Nasa‟i: 2/104-105 dan Ibnu Hibban.
Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jami‟ no. 7457]
97
[HR. Muslim no. 662]

97
Rosululloh besabda:
“Jangan kalian melarang kaum wanita menghadiri
masjid-masjid Alloh. Rumah-rumah mereka lebih baik
bagi mereka.”98
Rosululloh bersabda:
“Hendaknya kaum wanita keluar dari rumahnya tidak
memakai pakaian yang berlebihan dan harum-
haruman.”99
Rosululloh bersabda:
“Siapa saja kaum wanita yang memakai harum-
haruman, jangan ikut sholat Isya besama kami.”100

E. Perihal Imam
1. Orang yang Paling Utama Menjadi Imam
Orang yang paling utama menjadi imam adalah orang yang
paling banyak hafalan ayat Qur‟annya. Jika sama, maka orang
yang paling mengerti terhadap sunnah. Jika sama, maka orang
yang lebih dahulu hijrahnya. Dan jika sama, maka orang yang
paling tua umurnya.
Rosululloh bersabda:
“Orang yang menjadi imam bagi suatu kaum ialah orang
yang paling baik bacaan Qur‟annya. Bila sama-sama
baik bacaannya diambil yang paling „alim dalam bidang
agama. Bila sama-sama „alim, dipilih yang paling

98
[HR. Abu Dawud dan Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih Abu
Dawud no. 576]
99
[HR. Ahmad dan Abu Dawud dan Disohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shohihul Jami‟ no. 7457]
100
[HR. Muslim: 4/162. Abu Dawud no. 4175 dan an-Nasa‟i:8/154]

98
dahulu hijrohnya. Bila sama-sama terdahulu hijrah,
maka dipilih yang paling tua umurnya.”101

2. Wanita Menjadi Imam


Wanita sah menjadi imam bagi wanita serta berada di
tengah-tengah shof pertama mereka, karena Ummu al Hasan
pernah melihat Ummu Salamah , isteri Nabi sedang
mengimami sejumlah wanita dan beliau berdiri bersama mereka di
barisan shof mereka.102
3. Posisi Makmum di Belakang Imam
Apabila seseorang menjadi makmum, hendaklah ia berdiri di
samping kanan sejajar dengan imam (jika makmum sendirian).
Demikian pula halnya perempuan, bila menjadi makmum kepada
perempuan lainnya, harus berdiri di samping kanannya. Tetapi
apabila makmumnya laki-laki dan wanita, laki-laki seorang dan
perempuan seorang, maka makmum laki-laki berdiri disamping
imam, meskipun dia anak-anak yang mumayyiz dan perempuan
berdiri di belakang mereka berdua.
Ibnu Abbas berkata:
“Aku bermalam di rumah bibiku (yaitu) Maimunah
ketika Rosululloh sholat Isya. Lalu aku datang dan
sholat empat roka‟at kemudian tidur. Setelah bangun
(sholat malam), maka aku datang dan berdiri di samping
kirinya. Kemudian beliau memindahkan aku ke samping
kanannya.”103

101
[HR. Muslim no. 673. Abu Dawud no. 582 dan at Tirmidzi no. 235]
102
[HR. Ibnu Abu Syaiban. Syeikh al-Albani berkata: Ini sanad
Shohih/Tamammul Minnah: 1/154]
103
[HR. Bukhori no. 697]

99
Anas berkata:
“Saya berada dalam satu shof dengan anak yatim di
belakang Rosululloh , sedang perempuan tua di
belakang kami.”104
4. Kewajiban Mengikuti Imam
Makmum wajib mengikuti imam, maka dilarang bagi
makmum mendahului atau menyamai (berbarengan) dengan imam
dalam seluruh gerakan sholatnya. Yang diperintahkan adalah
makmum melaksanakan gerakan setelah imam sempurna
melaksanakan gerakannya. Seperti setelah imam takbir secara
lengkap maka makmum baru takbir dan seterusnya.
Rosululloh bersabda:
“Apabila seseorang dari kamu tidak takut jika
mengangkat kepalanya sebelum imam, akan berubah
kepalanya menjadi kepala himar (keledai) atau Alloh
mengubah bentuk badannya menjadi bentuk himar
(keledai).”105
Rosululloh bersabda:
“Wahai manusia aku ini adalah imam kalian, jangan
kalian mendahului aku di waktu ruku‟, sujud, berdiri
atau berpaling (selesai).”106
5. Meluruskan Shof
Seseorang imam wajib memerintahkan makmum untuk
meluruskan shof dan membetulkannya hingga rapat (rapat kaki
dan pundak) serta lurus (tidak ada yang terlalu belakang dan tidak
ada yang terlalu depan). Jika diperlukan seorang imam dapat

104
[HR. Bukhori no. 380 dan Muslim no. 658]
105
[HR. Bukhori no. 380 dan Muslim no. 658]
106
[HR. Muslim no. 426]

100
memerintahkan salah seorang makmum untuk memeriksa shof-
shof di belakangnya.
Rosululloh bersabda:
“Rapatkanlah shof barisan kalian dan ratakanlah. Lalu
Nabi bersabda: Luruskan barisan kalian, karena
meluruskan shof-shof itu termasuk kesempurnaan
sholat”107
Rosululloh bersabda:
“Luruskan shof-shof kalian! (3X) Demi Alloh kalian
benar-benar meluruskan shof-shof kalian atau Alloh
akan menjadikan hati kalian berselisih. “Nu‟man
berkata: “Maka aku melihat seseorang menempelkan
bahunya dengan bahu kawannya, lututnya dengan lutut
kawannya serta mata kaki dengan mata kaki
kawannya.”108
Nafi‟ berkata:
“Sesungguhnya Umar bin Khottab memerintahkan
(beberapa orang, pent) untuk meluruskan shof. Apabila
mereka telah datang, lalu melaporkannya bahwa shofnya
sudah lurus, barulah beliau takbir.”109

Masalah merapatkan dan meluruskan shof adalah masalah


penting yang saat ini banyak disepelekan oleh kaum Muslimin,
sehingga sholat mereka tidak menampakkan keserasian dan
kebaikan. Bahkan mungkin inilah salah satu sebab banyaknya
kaum Muslimin yang melaksanakan sholat bersama-sama, akan

107
[HR. Bukhori/Fathul Baari no. 723 2/244]
108
[HR. Abu Dawud no. 662, Ibnu Hibban: 396 dan Ahmad: 4/272.
Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as Shohih no. 32]
109
[HR. Malik dalam al-Muwaththo‟: 1/173]

101
tetapi hati-hati mereka tidak terikat oleh rasa persaudaraan yang
mendalam. Untuk itu, seorang imam memiliki kewajiban yang sangat
pokok untuk berusaha semaksimal mungkin memerintahkan dan
mengontrol makmum dalam kerapatan dan kelurusan shof-shof
mereka (sampai benar-benar nempel pundak lutut dan kaki mereka),
jangan ada sedikitpun terlihat adanya kerenggangan atau
ketidaklurusan shof walaupun sedikit. Semoga Alloh memberikan
ampunan kepada kita semua.

102
SHOLAT QOSHOR DAN JAMAK

A. Sholat Qoshor
1. Pengertiannya
Qoshor ialah meringkas sholat yang empat roka‟at menjadi dua
roka‟at dengan membaca Fatihah dan surat. Adapun Maghrib dan
Subuh tak boleh diqoshor, karena Magrib tiga roka‟at dan Subuh dua
roka‟at.
2. Hukum sholat qoshor
Qoshor disyari‟atkan dalam Islam berdasarkan firman Alloh :
           
“Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka
tidaklah mengapa kalian mengqoshorkan sholat
(kalian)….” (QS. An-Nisaa’ [4]:10)

Dan sabda Nabi tatkala beliau ditanya tentangnya:


“Qoshor adalah sedekah yang diberikan Alloh untukmu,
maka terimalah olehmu sedekah itu.”110
Berdasarkan dalil-dalil yang kuat dalam masalah ini, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa hukum sholat qoshor dalam
perjalanan adalah wajib.

110
[HR. Muslim no. 606, Abu Dawud: 1199, at-Tirmidzi: 3037 dan Ibnu
Majah: 10651]

103
Aisyah berkata:
“Ketika Alloh memfardhukan sholat wajib adalah 2
roka‟at-2 roka‟at diwaktu diam atau perjalanan, lalu hal
itu ditetapkan untuk sholat dalam perjalanan dan
ditambahkan untuk sholat di waktu diam (di tempat).”111

Ash-Shon‟ani berkata:
“Di dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan
wajibnya sholat qoshor di dalam perjalanan, karena
kata-kata: “memfardhukan” adalah “mewajibkan”. Hal
ini merupakan madzhab al-Hadawiyah, al-Hanafiyah
dan lain-lain.”112
Al-Khoththobi menggolongkan ini kepada madzhab
kebanyakan ulama salaf dan para fuqoha berbagai negara. Begitu
juga pendapat Umar, Ali, Ibnu Umar, Jabir, Ibnu „Abbas, Umar bin
Abdul „Aziz, al-Hasan dan Qotadah yang menyatakan wajibnya
sholat qoshor dalam perjalanan. 113

3. Perjalanan yang disunnahkan untuk sholat qoshor


Nabi tidak memberi batas suatu perjalanan yang boleh
mengqoshor sholat. Namun sebagian sahabat, tabi‟in dan para imam
menetapkan bahwa perjalanan yang dipakai Rosululloh untuk
mengqoshor sholat adalah sekitar empat burd. Mereka perkirakan
empat burd itu sekitar empat puluh delapan mil, yaitu batas terendah
bagi perjalanan yang mengqoshor sholat. Siapa yang berjalan sejauh
itu bukan di jalan maksiat dirukhsahkan baginya sholat qoshor. Dan
mengqoshor sholat yang empat roka‟at yaitu Zhuhur, „Asar dan Isya.
111
[HR. Bukhori: 1/464, Muslim no. 685 dan Abu Dawud: 1198]
112
[Subulus Salam: 2/441]
113
[Al-Qoul al-Mubin: 431]

104
Asy-Syinqithi berkata:
“Pendapat yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil yang
paling jelas adalah pendapat yang mengatakan bahwa
setiap perjalanan yang dinamakan safar walaupun
pendek dibolehkan mengqoshor sholat, karena mutlaknya
(tidak di ikat oleh sifat tertentu) kata safar di dalam
berbagai nash-nash.”114

4. Permulaan dan Akhir Sholat Qoshor


Seorang musafir mengqoshor sholatnya sejak meninggalkan
kampung halamannya dan terus berlangsung selama dalam
perjalanan sampai kembali ke negerinya.
Ali bin Robi‟ah berkata:
“Kami pernah keluar bersama Ali bin Abi Thalib
menuju ke Syam. Beliau sholat 2 roka‟at – 2 roka‟at,
sehingga ketika kembali dan telah melihat Kuffah, waktu
sholat tiba. Maka mereka berkata:
“Hai Amirul Mukminin, ini negeri Kuffah, kita
sempurnakan sholat ?”
Ali Menjawab:
“Tidak, sampai kita memasukinya.”115

B. Sholat Jamak
1. Hukumnya
Sholat jamak merupakan rukhsoh, kecuali jika antara dua
Zhuhur pada hari Arofah di Arofah dan dua Isya malam hari di

114
[Adwa‟ al-Bayaan:1/320
115
[HR. Abdur Rozzaq dalam al-Mushonnaf no. 4321, al-Baihaqi dalam as-
Sunan al-Kubro: 3/146 dan al Bukhori dalam shohihnya: 2/569 dengan
mu‟allaq]

105
Muzdalifah, karena merupakan sunnah yang tak ada pilihan untuk
mengerjakannya, karena berdasarkan hadits shohih dari Nabi :
Bahwasannya Nabi melakukan sholat Zhuhur dan Asar di
Arofah dengan satu adzan dan dua iqomah. Dan tatkala sampai di
Muzdalifah beliau sholat Maghrib dan Isya dengan satu adzan dan
dua iqomah.

2. Cara sholat jamak


Jamak dilakukan oleh musafir, yaitu Zhuhur dan Asar di
satukan pada awal waktu Zhuhur, dengan jamak taqdim atau dengan
jamak takhir, bila kedua sholat tersebut di lakukan pada awal waktu
Asar. Demikian pula Maghrib dengan Isya dijamak taqdim atau
dijamak takhir.
Rosululloh bersabda:
“Bahwasanya Nabi pada suatu hari menangguhkan
sholatnya, kemudian keluar, lalu sholat Zhuhur dan Asar
dengan dijamak, kemudian keluar, lalu sholat Maghrib
dan Isya dengan dijamak, maka beliau singgah di Tabuk
pada saat perang.”116

Demikian bagi penduduk negeri boleh menjamak antara


Maghrib dan Isya di masjid pada waktu malam turun hujan lebat,
karena Nabi menjamak sholat Maghrib dan Isya pada malam turun
hujan. 117
Begitu pula bagi orang sakit boleh menjamak sholatnya,
Zhuhur dengan Asar, Maghrib dengan Isya, apabila amat berat bagi
orang sakit melakukan tiap sholat pada waktunya, sebab illat (alasan)

116
[HR. Bukhori dan Muslim]
117
[HR. Bukhori]

106
sholat jamak adalah karena adanya kesulitan. Dimana ada kesulitan,
di situ boleh jamak. Kadang-kadang ada keperluan mendesak bagi
seorang Muslim pada waktu biasa seperti takut jiwanya terancam,
khawatir atas kehormatannya atau takut hartanya lenyap. Maka pada
saat demikian boleh baginya jamak. Karena ada hadits shohih dari
Nabi yang menyatakan bahwa suatu kali Nabi menjamak
sholatnya dalam keadaan biasa, bukan karena hujan.
Ibnu Abbas berkata:
“Bahwasanya Nabi melakukan sholat di Madinah
tujuh roka‟at dan delapan roka‟at, yaitu Zhuhur, Asar,
Maghrib dan Isya”118

Ibnu „Abbas berkata:


“Rosululloh menjama‟ di antara sholat Zhuhur, Ashar,
Maghrib dan Isya di Madinah bukan karena takut atau
hujan.”119

118
[HR. Bukhori: 1/46 dan Muslim: 1/491]
119
[HR. Ahmad dalam al-Musnad: 1/223. Isnadnya shohih menurut syarat
Bukhori dan Muslim]

107
108
SHOLAT ‘ IEDAIN
( DUA HARI RAYA )

A. Hukum Sholat ‘Iedain


Sholat „Iedain atau dua hari raya, yaitu „Iedul Fitri dan „Iedul
Adha adalah wajib. Alloh berfirman :
     QS  
“(Sungguh beruntung) Kami memberikan kepadamu
nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena
Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al Kautsar (108) : 1-2)

         
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan
diri (dengan beriman),dan dia ingat nama( kebesaran)
Tuhannya, maka dirikanlah sholat.” (QS. Al-A’la [87]:
14-15)
Rosululloh terus menerus melakukan sholat „Iedain dan
tidak meninggalkannya. Beliau memerintahkan kaum Muslimin
untuk keluar menghadiri sholat „Iedain sampai-sampai beliau
memerintahkan untuk mengeluarkan wanita-wanita merdeka, gadis-
gadis pingitan dan wanita-wanita haidh pada hari „Iedain.
Ummu „Athiyah berkata:
‫َب ْل‬ ‫ْل ْل ْل َب‬ ‫َب ْل ُّل ْل‬ ‫َب َب َب ُع ْل ُع‬
‫ِف َبح ُع َّش ِفف ْلي ا ِفلط ِف َبوألا ْل َبحى ا َبل َب ِف َبق‬ ‫ا‬ ‫)) َب ا َب ش ا ِف‬
‫َب‬
‫َبو ِفف ْلي ا ْلل ٍرظ‬
‫ْل ُع َّش َب َب َب َب ْل َب ْل َب َّش َب َب‬
‫ل ض فص ل ِفا ا‬ ‫ض َبو َب َبو ِفت ْلل ُعخ ُعد ْلو َبف َب َّش‬
‫َبو ْلل ُع َّش َب‬
‫ِف‬
‫ْل ُع ْل َب‬
(( ‫ْل ْلص ِف ِف‬
‫َب ْل ُع َب َّش َب َب ْل َب ْل َب ْل َب ْل َب َب َب ْل َب َب‬
‫ْل ى و ل د لخ و‬

109
“Rosululloh nmemerintahkan kami untuk mengeluarkan
mereka di saat „iedul Fitri dan Adha yaitu para wanita
merdeka, wanita-wanita haid. Sedangkan wanita-wanita
haid hendaklah mereka menjauhi sholat. Dalam riwayat
lain tempat sholat dan mereka menyaksikan kebaikan
serta doa kaum Muslimin.”
Dalam satu lafadz: “Menjauhi tempat sholat, dan tetap
menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslimin.”
Aku bertanya:
(( ‫ٌس‬ ‫َب َب ُعد َبا َب َب ُع ْل ُع َبا َب ح ْل َب‬ ‫َب ُع ْل َب‬
‫ِف‬ ‫)) َب ش ا ِف‬
“Ya Rosululloh..! salah seorang dari kami tidak memiliki
jilbab?”
‫ض ُع ْلخ َب َب ْل ح ْل َب َب‬
‫)) ِفا َبل ْل ُع‬
(( ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف‬
“Hendaklah saudarinya meminjamkan pakaian jilbab.” 120

B. Waktu Sholat ‘Iedain


Sholat „Iedul Fitri dimulai terbit matahari setinggi satu tombak
sampai tergelincir matahari. Sebaliknya sholat „Iedul Adha dilakukan
lebih awal waktunya untuk memberi kesempatan kepada masyarakat
agar segera memotong hewan kurban. Sedangkan sholat Iedul Fitri
lebih utama diakhirkan sedikit waktunya agar masyarakat
berkesempatan membagikan zakat fitroh mereka.
Abdullah bin Busr keluar bersama-sama dengan orang-orang
pada hari „Iedul Fitri dan Adha, maka ia mengingkari keterlambatan
imam seraya berkata:

120
[HR Bukhori no. 324, Muslim No. 980, Ahmad: 5/84, an-Nasa‟i dalam
Mujtaba: 3/180, Ibnu Majah no. 1307 dan at-Tarmidzi No. 539]

110
‫َب‬ ‫ْل َب‬ ‫َب َب َب‬
‫َب‬ ‫َب ُع َب َب‬
‫))إا كن َب َب‬ ‫َب ْل َب ْل َب‬ ‫َّش‬ ‫َّش ُع َّش‬
((‫ا ْلص ِف ْل ُع‬ ‫ان ِفب ِفي د ف َب ان ش ن ِفذ ِف و ِفا ِف‬ ‫ِف‬
“Dahulu kami bersama Nabi selesai disaat ini ketika
sholat dhuha.‟121

C. Tata Cara Dan Adab-Adab Sholat ‘Ied


1. Mandi, memakai wangi-wangian dan memakai pakaian yang
bagus, karena Ibnu Abi ad-Dunya dan al-Baihaqi
meriwayatkan dengan isnad yang shohih bahwa:
‫ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب َّش ُع َب َب ْل َب‬ ‫َب ُع‬ ‫َب َّش‬
(( ‫ض ْل َبص ِفث َب ِف ِف ِفف ْلي ا ِفل ْل د ْل ِف‬
‫)) ِف ْل َب َب ا ك َب ُع‬
“Ibnu Umar memakai pakaian terbaiknya di hari „Iedul
Fitri dan Adha.”122
2. Makan dulu sebelum sholat Iedul Fitri, dan tidak makan,
kecuali sesudah sholat „Iedul Adha dan disembelih binatang
kurban, beralasan dengan hadits Buraidah :
‫َب َب ْل ُع ُعج َب ْل َب ْلا ِفل ْلط َب َّش ى َب ْلط ُعل َب َبو َب َب ْلط ُعل َب َب ْل َب َبان ْل‬ ‫َب‬
‫))ك َب َّشان ِفب ُّلي‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب َّش ْل‬
(( ‫ى ُع ذ َب َب‬
“Nabi tidak keluar di hari „Iedul Fitri sebelum makan
dan beliau tidak makan pada hari „Iedul Adha sebelum
menyembelih binatang kurban.”123
3. Takbir pada hari raya „Iedul Fitri dan Adha. Untuk Iedul Adha
diteruskan sampai hari-hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah),
sedangkan „Iedul Fitri takbir dimulai sejak keluar hendak
sholat „Ied sampai Imam berdiri untuk melaksanakan sholat.

121
[HR. Abu Dawud dan Bukhori secara muallaq dan dishohihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shohih Abu Dawud no. 1040]
122
[Fathul Baari: 2/510]
123
[HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim. Dishohihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shohihuh Jaami no. 4845]

111
“Sesungguhnya Rosululloh keluar pada hari „Iedul
Fitri dimana beliau bertakbir sampai beliau tiba di
lapangan dan sampai sholat dilaksanakan, maka beliau
menyelesaikan takbirnya.” 124
Lafadz takbir ialah :
‫ُع َب ْل َب َب َّش ْل َب ُع‬
((‫ك ُع وِفا ِف ل ْل د‬
‫َب ْل‬
، ‫ُع َبو ُع ك َب ُع‬
‫ُع َب ْل َب ُع َب َب َب َّش‬
‫ ِفإا ِفإ‬، ‫ك‬
‫َب ْل‬
، ‫ُع ك َب ُع‬ ))
“Alloh Maha Besar, Alloh Maha Besar, Tidak ada Tuhan
selain Alloh. Alloh Maha Besar, Alloh Maha Besar,
segala puji bagi Alloh. 125

Dan membaca takbir „Iedul Adha dilakukan sejak


keluar ke lapangan dan sesudah mengerjakan sholat fardhu
pada hari-hari tasyrik.
Firman Alloh :
…..      

“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Alloh dalam


beberapa hari yang berbilang…” (QS. Al-Baqoroh (2):
203)
Firman Alloh :
…       
“….Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kalian mengagungkan Alloh atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian.” (QS. Al-
Baqoroh [2]: 185)

124
[HR. Ibnu Abu Syaibah dalam al-Mushonnaf: 2/165 dan al-Faryabi dalam
al-Ahkam al-„Iedain no. 59, dishohihkan oleh syaikh al-Albani dalam Silsilah
Hadits Shohih no. 171]
125
[HR. Ibnu Abi Syaibah dan lihat Irwaul Gholil: 3/125-126]

112
4. Menggunakan jalan berbeda ketika pergi dan pulang dari
sholat,
Jabir berkata :
‫َّش َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب َب‬ ‫َّش‬
(( ‫)) ك ان ِفب ُّلي ِفإ ك َب ْل َب ِف ْل ٍرد خ َبا اط ِف ْل ق‬
‫َب َب‬
“Nabi menggunakan jalan yang berbeda (pergi dan
pulang).”126
5. Hendaklah didirikan sholat „Ied dilapangan (padang), kecuali
karena darurat disebabkan hujan dan lain-lain. Maka sholat
dilakukan di masjid. Karena Rosululloh selalu melaksanakan
sholat „Ied di mushola (tanah lapang), sebagaimana
dikemukakan dalam hadits shohih.
Abu Sa‟id al-Khudri berkata :
‫ْل ُع َّش‬
((‫ِفإ َبى ْل َب ى‬
‫ْل ْل َب ْل َب ْل َب‬ ‫ْل‬
‫))ك َب ُعش ْل ُعا ِف َب ُع ُعج َب ْل َب ا ِفلط ِف وألا‬ ‫َب َب‬
“Rosululloh keluar pada hari raya „Iedul fitri dan
Adha ke Musholla (lapangan) 127
6. Menyampaikan ucapan selamat
Orang Muslim berkata kepada saudaranya:
‫ُع َّش َب ْل ُع‬ ‫َب َب‬
(( ‫ِف ن و ِف ن ْل‬ ‫)) َّش َب‬
“Semoga Alloh menerima amal kami dan amal kalian.”
Karena diriwayatkan bahwa para sahabat Rosululloh
bila bertemu satu sama lain pada hari „Ied mengucapkan:
Taqobballohu Minna wa minkum “ 128

126
[HR. Bukhori no. 986]
127
[HR. Bukhori no. 956 dan Muslim no. 889]
128
[Fathul Baari: 2/517, al-hafidz berkata: Kami riwayatkan di malam al-
Muhaamilliyat dengan isnad yang hasan]

113
7. Tidak dilarang bergembira dengan makan minum dan
permainan yang diperbolehkan, karena nabi bersabda :
Hadits dari Anas :
‫ُع ْل ُع‬ ‫َّش ُّل َب ْل َب ْل َب َب َب َب ُع ْل َب ْل َب َب ْل َب ُع ْل َب َب َب َب‬ ‫)) َب َبد َب‬
‫ ف َبا َب ش ا ِف‬، ‫ِفف ْلي ِف‬ ‫ِف ل‬ ‫ان ِفبي ْل ِفد ن و ا‬
‫َب‬
‫ َب ْل َب الط َبو َب ْل َب ألا ْل َب‬، ‫َب ْل َبد َبا ُع ُع ُع َبت َب َب ى ب َب خ ْل ًة ْلن ُع َب‬
‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َب‬ ‫َب‬
(( ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ْلد‬
“Nabi datang ke Madinah, sedang mereka mempunyai
dua hari besar, dimana mereka bermain-main pada hari
itu, lalu Rosululloh bersabda: “Alloh telah memberi
ganti buat dua hari itu dengan lebih baik dari keduanya,
yaitu „Iedul Fitri dan ‟Iedul Adha.” 129

Sabda Nabi kepada Abu Bakar ketika ia menghardik


dua orang sahaya perempuan yang mendendangkan syair di
rumah „Aisyah pada hari „Ied.
‫ َبو َب َبذ ْل ْلد َب‬، ‫ إ َّش ا ُع َب ْل ْل ًةد‬، ‫)) َب َب َب َب ْل‬
(( ‫ِف‬ ‫ٍر ِف ِف ِف ٍر ِف‬
“Hai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum punya hari
raya dan hari ini adalah hari raya kita .”130

D. Pelaksanaan Sholat ‘Iedain


1. Kaum Muslimin hendaknya keluar dari rumahnya menuju
tempat sholat „Ied di lapangan sambil bertakbir sendiri-sendiri
tidak bersama-sama (dan tidak ada sholat apapun yang
dilaksanakan sebelum sholat „Ied).
2. Tatkala Matahari naik beberapa meter, imam pun berdiri, lalu
sholat dua roka‟at, tanpa adzan dan iqomah.

129
[HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa‟i: Sanadnya shohih / Shohihul Jami‟ no.
4381]
130
[HR. Bukhori / Fathul Baari No. 952]

114
3. Pada roka‟at pertama bertakbir tujuh kali termasuk takbirotul
ihrom dan makmun bertakbir mengikuti imam (di sela-sela
takbir dapat membaca tasbih, tahmid, tahlil dn takbir).
4. Kemudian imam membaca al-Fatihah dan surat al-A‟laa atau
Qof dengan suara keras.
5. Pada roka‟at kedua bertakbir enam kali termasuk takbir berdiri,
lalu membaca al-Fatihah dengan surat al-Ghoosiyah atau al-
Qomar.
6. Setelah salam, imam pun berdiri di hadapan hadirin lalu
berkhutbah satu kali.
Bila Imam telah selesai berkhutbah, maka bubarlah semuanya,
karena tak ada sholat sunnah sebelum dan sesudahnya, kecuali orang
yang luput mengerjakan sholat „Ied, maka hendaklah ia sholat empat
roka‟at .
Jabir bin Samuroh berkata :
‫َب ْل ْل َب ْل َب ْل َب َب َّش َب َب َب َّش َب ْل َب ْل َب َب َب َب‬ ‫َب‬
‫ِف ِف ِف ٍر و‬ ‫ا ِفل د ِف ا ٍر و‬ ‫)) َب ْل ُع َب َب َّشان ِفب ِفي‬
‫َب‬
(( ‫ِفإ َب ٍر‬
“Aku sholat dua „Ied bersama Rosululloh bukan satu
atau dua kali saja tanpa adzan dan iqomah.131
Umar bin Khottob bertanya kepada Abu Waqid al-
Laitsi : Apa yang dibaca Rosululloh pada „Iedul Fitri dan
Adha? beliau menjawab:
‫َّش ُع ْل َب‬ ‫ْل َب َب‬ ‫َب ْل ُع ُع ْل َب‬ ‫َب َب َب ْل ُع‬
‫اص َب َبو ل َبق‬ ‫َب ِفف ْلي ِف َب ِفـ )ق و ا ْل آ ْل ِف ْل ِفد ( و ) ِف َب ِف‬ ‫))ك‬
‫َب‬ ‫ْل َب‬
((.( ‫ا ُع‬
“Beliau membaca Qoof wal Qur‟anil majiid dan
Iqtarobatis Sa‟ah wan Syaqqol Qomaru.132

131
[HR. Muslim no. 887, Abu Dawud no. 1148 dan at-Tirmidzi no. 532]

115
Nu‟man bin Basyir berkata:
‫َب ْل َب ُع ْل ْلال ْل َبد ْل َبو ْل ْلل ُعج ْل َبل ( َبش ْلش َب َب ب َب‬ ‫ا‬‫)) َبك َب َب ُعش ْل ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب ْل َب َب َب َب ُع ْل َب‬ ‫ْل َب َب‬
(( ) ‫ِفد ْل ا ِف َب‬ ( ‫ألا ْل ى) و‬
“Rosululloh membaca (Sabbihisma Robikkal A‟la) dan
(Hal Ataaka haditsul Ghoosyiyah) di dalam „Iedain dan
Jum‟at.”133

“Sesungguhnya Rosululloh bertakbir diwaktu „Iedain


takbir pertama 7 kali sebelum membaca (al-Fatihah) dan
takbir terakhir lima kali sebelum membaca (al-Fatihah ).134

132
[ HR. Muslim no. 891, an-Nasa‟i: 3/184 dan Ibnu Majah no. 1282]
133
[HR. Muslim no. 878, No 5706, at-Tirmidzi no. 533, an-Nasa‟i:3/184 dan
Ibnu Majah no. 1281]
134
[HR. Tirmudzi 536, Ibnu Majah no. 1279, ad-Daruqutni: 1/181, at-Thohawi:
2/399 dan lain-lain dengan sanad yang hasan]

116
SHOLAT JENAZAH

Dalam sholat jenazah ada empat takbir, atau lima bahkan


sampai Sembilan takbir. Semua ini memiliki sumber dari nabi .
Sebab kadang-kadang beliau mengerjakan yang empat takbir dan
kadang-kadang pula yang lainnya, namun hendaknya memilih pada
yang empat takbir. Karena hadits-hadits yang empat takbir ini adalah
yang paling kuat dan terbanyak. Sedangkan untuk makmun
hendaknya ia bertakbir sebagaimana imam.
Disyaratkan mengangkat kedua tangan dalam takbir pertama
berdasarkan dua hadits yang salah satunya dapat menguatkan hadits
yang lain dan disepakati oleh para ulama.
Kemudian meletakan tangan kanan di atas tangan kiri serta
meletakan lengan atas dan bawah. Kemudian mengecangkan diantara
keduanya di atas dada, (mengenai hal tersebut banyak haditsnya yang
sudah terkenal).
Kemudian membaca al-Fatihah dan satu surat al-Qur‟an setelah
takbir yang pertama. Ini berdasarkan hadits Tolhah Ibnu Abdullah
Ibnu Auf , katanya:
‫ َبف َب َب َب َبل َبح ْلا َب‬، ‫َب َب ى َبح َبن َب‬
‫ل‬ ‫َب َّش ِفس‬ ‫)) َب َب ْل ُع َب ْل َب ْل‬
‫ِف ِف َب ِف ِف ِف‬ ‫ز ٍر‬ ‫خ ِف ِف‬
‫َب ْل َب َب‬ ‫َب َب َب َب َب َب ْل‬ ‫َب‬
:‫ ف َبص ا ُعل ُع فـ َبا‬، ‫ ف َّش ف َبغ خذ ُعت ِف َب ِفد ِف‬، ‫ْلش َب ْلل َبن‬ ‫ َبو َبح َب َب َب َّش ى‬، ‫َبو ُعش ْل َب ٍر‬
‫َب ٌس َب َب ٌس‬
((‫ن َب ُعشن و ق‬
‫َب َّش‬ ‫إ َّشا َب َبح َب ْل ُعت ا َبل ْلل َب ُع ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
“Aku sholat di belakang Ibnu Abbas untuk satu
janazah. Ia membaca al-Fatihah serta satu surat al-
Qur‟an. Dan mengeraskan suara hingga kami dengar.

117
Setelah selesai, aku genggam tangannya, lalu
kutanyakan kepadanya. Ia menjawab: Aku mengeraskan
suara hanyalah agar kalian tahu bahwa itu sunnah dan
kebenaran.” 135
Dan membaca bacaan ini secara sir (pelan-pelan/hanya terdengar
seorang diri) berdasarkan hadits Abu Ummah Ibnu Sahl berkata :
‫اص َبن ُع ف ْلي ا َّش َب ِف َب َب ى َبح َبن َبز ٍر َب ْل َب ْل َب َب ْل َّش ْل ْل َب ْل ُع ْل َب ُع ْل ُع ْل‬
‫)) ُّل‬
‫ِففي ال ِف ِف ألاو ى ِف ِف ا آ ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل َب ْل‬ ‫ْل َب َب ًة َب َّش‬ ‫َب َب ًة ُع‬
((‫َب ف ث َّش َب َب ُع ث ث و ا ْلص ِف ْل ُع ِف ند ِفخ َب ِف‬
“Merupakan Sunnah dalam sholat jenazah adalah takbir
yang pertama hendaklah membaca al-Fatihah secara sir,
kemudian bertakbir tiga kali, dan mengucapkan salam
saat bertakbir yang terakhir (ke-4).136

Kemudian bertakbir dengan takbir yang kedua dan membaca


sholawat atas nabi. Ini berdasarkan hadits Umamah bahwa ia
pernah diberitahu seseorang dari sahabat Nabi :
‫اص َّشن َب ف ْلي ا َّش َب َب َب ى ْلل َبج َبن َبز َب ْل ُع َب ْل َب ُع ُع َب ْل ُع َب َب‬ ‫)) َب َّش َب‬
‫ ث َّش َب ِف ل ِف ح ِف‬، ‫ِف َب ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ُع ُع ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل ُع َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬
‫ا ِف َبل ِف َب ْلل َبد َبال ِف ْل َب ِف ألا ْلو ى ِفف ْلي ا ْلل ِفص ِف – َبو ِفف ْلي ِف َبو َب ٍر َب ْل َب ِف ِف ا ُع ْل ِفآ‬
‫ُع َب َب َب ًة‬ ‫َب‬ ‫َب َب ًة ُع‬
– ‫– َبو ِفف ْلي ِف َبو َب ٍر ث َّش ُع ِف ُع ث ث‬ ‫َب ف – ث َّش ُع َب ِف ْلي َب ى َّشان ِفب ِفي‬
‫َب ُع َب‬ ‫َب َب‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َب‬
‫ َبو َب ْل َب ِفف ْلي ش ْلي ٍرا‬،) ‫َبو ُع ِف ُع ُّلاد َب َبا ِفا َبج َبن َبز ِف ِفف ْلي َبال ِف ْل َب ِفت ( اث ِف‬
‫َب َب َب‬ ‫ ُعث َّش ُع َبص ُع ش ًّي ف ْلي َبا ْللص ْل َب َب ْلن َب ُع َب ْل َب‬، ‫ْلن ُع َّش‬
‫ِف ْل ِفن ِف – و ِفف ْلي ِف و ٍر‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫اص َبن ُع َب ْل َب ْلل َبل َب َب ْل َبو َب َبا َب ْلث َب َب َبفل َبَب‬ ‫َبو ا َّش ْلص ْل ُع ْلن َبد ْل خ َب – َبو ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫ُع‬
(( ‫ِفإ َب َب‬

135
[HR. Al-Bukhori:3/158, Abu Dawud:2/68, an-Nasa‟i: 1/28, at-Tirmidzi:
2/142, Ibnu Jarud di dalam al-Muntaqo: 264, Daruqutni: 191 dan al-Hakim:
1/358, 286]
136
[HR. an-Nasa‟i: 1/281 dengan sanad yang shohih]

118
“Bahwa yang merupakan sunnah dalam sholat jenazah,
hendaklah Imam bertakbir, kemudian membaca al-
Fatihah secara sir didalam dirinya setelah takbir yang
pertama, kemudian membaca sholawat atas nabi dan
mengikhlaskan doa untuk jenazah dalam tiga takbir
berikutnya. Tidak membaca sesuatu (dari surat al-
Qur‟an) diantara takbir itu. Kemudian mengucapkan
salam secara sir di dalam dirinya yaitu ketika selesai
menoleh kekanannya, dan merupakan sunnah bagi orang
yang berada di belakang imam, hendaknya ia
mengerjakan seperti yang dikerjakan imamnya.137
Adapun bacaan sholawat atas Nabi dalam sholat jenazah
sama dengan bacaan sholawat yang terdapat dalam tasyahud pada
sholat fardhu.
Adapun bertakbir dengan sisa takbir selanjutnya
mengikhlaskan doa untuk mayat dalam takbir-takbir itu. Ini selain
berdasarkan hadits Abu Umamah yang telah tersebut tadi juga
sabda Rosululloh :
‫ُّل َب‬ ‫َب ُع‬ ‫َب َب ْل‬ ‫ْل َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب ُع‬ ‫َب‬
((‫َب ْل ل ْل ى ْل ْل ِف ف خ ِف ُع ْل ا اد َبا‬ ‫)) ِفإ‬
138
“Bila kalian sholat untuk mayat, ikhlaskanlah doa untuk-Nya”.
Berdoa dalam tiga takbir itu dengan doa-doanya yang sudah
ditetapkan Nabi diantaranya ada empat doa:
‫َبو ْل َب ْل ُع َبو َب ف َبو ْل ُع َب ْلن ُع َبو َب ْلك ْل ُعا ُعزَبا ُع َبو َبوش ْل‬ ‫)) ا َّش ُع َّش ْلال ْل َبا ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل ْلل َبخ َبط َب َبك َب َبا َّش ْل َب‬ ‫ْل َب َب َّش ْل َب ْل َب َب َب َب‬ ‫ُع ْلد َبخ َب ُع َبو ْلاص ْل ُع‬
‫ِف ْل ِفا و اث ِف و ا ِف وا ِف ِف ِف‬ ‫ِف‬

137
[HR. Asy-Syafi‟i dalam al-Umm: 1/239-240, al-Baihaqi: /39 dan Ibnu Jarud:
265]
138
[HR. Abu Dawud: 2/68, Ibnu Majah: 1/456, Ibnu Hibban dalam Shohihnya:
754 dan al-Baihaqi: 4/40]

119
‫ض ْل َّشاد َب ض َبو َب ْل د ْلا ُع َب ًة َبخ ْل ًة ْل َب‬ ‫ْل َب‬
‫ألا ْل َب َب‬ ‫( َبوف ْلي َبو َب ٍر ) َّشاث ْل َب‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫َبو َبز ْلو ًةح ( َبوف ْلي َبو َب َبز ْلو َبح ًة ) َبخ ْل ًة ْل َبز ْلوح َبو َب ْل خ ْل ُع‬ ‫َبو َب ْل ًة َبخ ْل ًة ْل َب ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ٍر‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َّش‬ ‫ْل َب ْل َب ْل ْل َب َب‬ ‫َب َب‬ ‫ْلل َبج َّشن َب َبو َب ْلذ ُع ْل‬
((‫ذ ِف ان ِف‬ ‫ذ ِف ا ِف و ِف‬ ‫ِف ِف‬
“Ya Alloh, ampunilah dan sayangilah dia, bebaskanlah
dan ma‟afkanlah dia, muliakanlah penginapannya dan
luaskanlah tempatnya, bersihkanlah dia dengan air salju
dan embun, sucikanlah dia dari dosa-dosanya
sebagimana engkau telah mensucikan (dalam suatu
riwayat: sebagaimana disucikannya) pakaian putih dari
kotoran. Berilah dia ganti dengan rumah yang lebih
daripada rumahnya dan keluarga yang lebih baik
daripada keluarganya dan pasangan (dalam suatu
riwayat: istri) yang lebih baik dari pasangannya.
Masukanlah dia ke surga, jauhkanlah dia dari siksa
kubur dan dari siksa neraka.” 139
‫َب َب َب‬ ‫َب َب‬ ‫ْل‬ ‫َّش‬
، ‫َب ا َبوك ِف ا‬ ‫ َبو‬، ‫)) ا ُع َّش ا ِفل ْل ِفل َب ِف َبن َبو ِف ِف َبن و ِف ِفدا َبوا ِفب َبن‬
‫ َبو َب ْل‬، ‫ْل ْلش َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب َب ُع ْل َب َب َّش‬
‫ِف ِف‬ ‫و ك ِف ا َبو اث ا ا ُع َّش َب ْل ْل َب ْل َبل ُع ِف َّشن ف ْل ِف ِف َب ى‬
‫ َبو َب َب ْلللنَّش‬، ‫َب ْلح َب ُع‬ ‫ْلح ِف ْل َبن‬
‫َّش ُع َّش َب َب‬ ‫َب َّش َب ْل‬ ‫َّش‬
‫ ا‬، ‫َب ف ْل َبل ُع ِف َّشن ف َبل َب ف ُع َب ى ِف ْل َب ِف‬
‫ِف‬
(( ‫ْللد‬
‫َب َب ُع‬
“Ya Alloh, ampunilah yang hidup dan yang mati
diantara kami, yang hadir dan yang tak hadir, yang
besar dan yang kecil, yang laki-laki dan yang perempuan
diantara kami, hidupkanlah dengan memeluk Islam. Dan
yang engkau wafatkan diantara kami, wafatkanlah
bersama iman. Ya Alloh, jangan engkau hilangkan untuk

139
[HR. Muslim: 3/59-60, an-Nasai‟: 1/271, Ibnu Majah: 1/4256, Ibnu al-Jarud:
264-265, al-Baihaqi: 4/40. Ath-Thayalisi: 999, dan Ahmad: 6/23,28]

120
kami ganjaran dan jangan engkau sesatkan kami
sesudahnya. 140
‫ْل َب‬ ‫ْل َب َب‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫ُع‬ ‫)) ا َّش ُع َّش‬
، ‫ا ْل ِف‬ ‫ ف ِف ِف ِففلن‬، ‫ َبو َب ْل ِف ِفح َب ِف َب‬، ‫ِفإ َّش ف َب ْل َب ف ٍر ِففي ِف َّش ِفل َب‬
‫َب ْلا َب‬ ‫ َبف ْلال ْل َبا ُع َبو ْل َب ْل ُع إ َّشا َب‬, ‫ َبو َب ْلا َب َب ْل ُع ْلا َب َبف ا َبو ْلل َب ق‬, ‫َّشان‬ ‫َبو َب َبذ َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ُع‬
(( ‫ا َّش ِف‬ ‫ْلا َب ُعل ُع‬
“Ya Alloh, sesungguhnya fulan dan anak fulan dalam
tanggungan Engkau dan dalam ikatan tetangga Engkau,
jagalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka. Engkau
adalah Maha Sempurna dan Maha Benar. Karena itu,
ampunilah dan sayangilah dia. Sesungguhnya Engkau
Maha pengampun dan penyayang.141
Kemudian berdoalah dengan doa yang dikehendaki. Berdoa
diantara takbir yang terakhir dan salam adalah disyariatkan. Ini
berdasarkan hadits Abu Ya‟fur dari Abdulloh Ibnu Abu Aufa ,
berkata:
‫ُع َب‬ ‫ًة‬ ‫َب ُع َب‬ ‫َب ُع َب َب‬
:‫ ث َّش َبا‬- ‫ َب ْلل ِفن ْلي َب ْلد ُع ْل‬- ‫)) َب ْلد ُع ك َب َب َب ى َبح َبن َبز ٍر ْل َب ًةل ث َّش َب َبش َب‬
‫َبك َب َب ْل َب ُع‬ ‫َّش ُع ْل َب‬ ‫َب َب ْل ُع ْل ُع َب ْل َب َب ًة َب ُع ْل َب َب‬
‫ ِفإ َب ش ا ِف‬:‫ َبا‬، : ‫َب و ِف ْل كن ك ُع خ ْل ص ؟ ا‬
‫َب َب‬
(( ‫ْل ًةل‬
“Aku pernah menyaksikan Abu Ya‟fur. Dia bertakbir empat
kali untuk jenazah kemudian berdiri sesaat yakni berdo‟a,
kemudian bertanya: Apakah kalian melihatku bertakbir
lima kali? Mereka menjawab: Tidak. Abu Ya‟fur berkata:
Sesungghnya Rosululloh bertakbir empat kali. 142

140
[HR. Ibnu Majah: 2/456, al-Baihaqi: 4/41]
141
[HR. Abu Dawud: 2/68, Ibnu Majah: 1/456 dan Ahmad: 3/471]
142
[HR. Baihaqi: 4/35. Dengan sanad yang shohih]

121
Kemudian mengucapkan salam dua kali, seperti salam yang
diucapkan dalam Sholat Fardhu, pertama dengan menoleh ke kanan
kemudian ke kiri. Ini berdasarkan hadits Ibnu Mas‟ud , berkata:
‫س إ ْل َبد ُع َّش‬‫َب ْل َب ْل ُع َّش َب َب َب َب ُع َّش َّش ُع‬ ‫َب َب َب ُع ْل ُع‬
‫ِفخ ِفا ك َب ش ا ِف‬
‫َب َب ُع‬
‫لل و ك ان ِف‬ ‫))ث‬
‫َب‬
((‫ْل ِف ِفف ْلي ا َّش ِف‬ ‫َب َب َب َب َب ْل َب ْل‬ ‫ا َب ْلص ْل‬
‫ُع ى حن ز ٍر ِف ث َب ا ص ِف‬ ‫ِف‬
“Tiga perkara yang dikerjakan Rosululloh , tapi
manusia meninggalkannya. Salah satu dari tiga perkara
itu mengucapkan salam dalam sholat untuk jenazah
seperti salam yang diucapkan dalam sholat lainnya.143

Telah ditetapkan di dalam shohih Muslim serta lainnya dari


Ibnu Mas‟ud , bahwa Nabi mengucapkan dua salam dalam
sholat. Ini menunjukkan bahwa salam yang dimaksud perkatannya
dalam hadits yang pertama: “Seperti yang diucapkan dalam sholat”.
Tegasnya dua salam yang sudah terkenal itu.
Tetapi boleh mencukupkan pada salam yang pertama, ini
berdasarkan hadits Abu Huroiroh , katanya:
‫َب َّش َب َب َب َب َب َب َب َّش َب َب َب ْل َب َب ْل َب ًة َب َب َّش َب َب ْل ْل َب ًة‬ ‫َّش ُع ْل َب‬
‫ي ل و ش تص ِف‬ ‫ى ى حن ز ٍر ف‬ ‫)) ِفإ َب ش ا ِف‬
‫َب َب ًة‬
(( ‫و ِف د‬
“Bahwa Rosululloh sholat jenazah, beliau bertakbir
empat kali dan mengucapkan salam sekali.”144

Yang merupakan sunnah dalam sholat jenazah, hendaklah


mengucapkan salam dengan samar. Baik imam maupun yang di
belakang imam sama saja. Ini berdasarkan hadits Umamah yang
telah disebutkan, lafadznya:

143
[HR. Al-Baihaqi: 4/43. Dengan Isnad Hasan]
144
[HR. Ad-Daruquthni: 191, al-Hakim: 1/360, dan al-Baihaqi: 4/43]

122
‫اص َّشن ُع َب ْل َب ْل َب ْل َب َب‬
‫ف ْلي َبا ْللص ْل َب َب ْلن َب ُع َبو ُع‬ ‫ُع َبص ِف ُع‬ ‫)) ُعث َّش‬
‫لل َب ِف و ِفا ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫ِفش ًة‬
‫ُع‬ ‫َب‬ ‫ِف ْلث َب‬
(( ‫ُع‬ ‫َب إ َب‬
‫ِف‬ ‫َب ف َبل‬
“Kemudian mengucapkan salam samar-samar di dalam
diri sendiri ketika selesai, dan merupakan sunnah bagi
orang yang ada di belakang imam, hendaknya ia
mengerjakan seperti yang dikerjakan imamnya.145

Tidak boleh mensholatkan jenazah pada tiga waktu yang


diharamkan, kecuali darurat. Ini berdasarkan hadits Uqbah Ibnu
Amir , berkata:
‫َب َب ُع‬ ‫َب‬ ‫)) َبث َب ُع َبش َب‬
‫َب ِف َبي‬ ‫وش َب ْلن َب ا ْل ا‬ ‫ى‬ ‫ِف‬ ‫ُعا‬ ‫َب َب ُعش‬ ‫ٍرت ك‬
‫َب َّش ى‬
‫َب ْل ُع ُع َّش ْل ُع َب َب ًة‬
‫ط ال ض ِفزا‬ ‫ َب‬: ‫َبا‬ ‫َب ْل َب‬ ‫في َّش‬ ‫َبا ْل ُع َب‬ ‫في َّش َب ْلو َب ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫َّش ُع‬ ‫ َبو َب َب ضَب‬،‫ض‬ ‫َّش‬ ‫َب َب َّش َب‬ ‫َّش‬ ‫َب ِفب ُع‬ ‫َب ُع ُع‬ ‫و َب‬،‫َب ْل َب ل َب َب‬
‫ِف َب ال ْل ُع ِف‬ ‫ِف ى‬ ‫اظ ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫َّش‬
‫ال ْل ُع‬
((‫ض‬
“Tiga waktu, dimana Rosululloh melarang kita untuk
sholat atau menguburkan orang mati di antara kita pada
tiga waktu itu: ketika terbit matahari sampai tinggi,
ketika bayangan tegak lurus (tengah hari) sampai
tergelincir matahari dan ketika matahari nyaris
terbenam.” 146

145
[HR. Al-Baihaqi: 4/39 dan Ibnul Jauzi: 265]
146
[HR. Muslim: 2/208, Abu Awanah di dalam kitab Shohihnya: 1/386, Abu
Dawud: 2/66, an-Nasai‟: 1/283, at-Tirmidzi: 2/44, dan dishohihkannya, Ibnu
Majah: 1/463, al-Baihaqi: 4/32, ath-Thoyalisi no. 1001 dan Ahmad: 4/152]

123
124
ASH-SHIYAM (PUASA)
(1)

A. Definisi Puasa
Secara etimologi as-Shiyam ( ‫ُع‬ ‫ ) ا َب‬adalah al-imsak ( ‫ْل َبص ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ )
yang berarti menahan diri.
Sedangkan secara terminologi atau syar‟i ash-shiyam adalah:
‫َب ْل‬ ‫َب ْل‬ ‫َب ُّل‬ ‫ُع َب ْل ْل َب ُع َب ْل َب ْل‬
‫و ال ْل ِف و ل ِفج َب ِف َب َب ِفان َب ِف ِفف ْلي و ٍر‬ ‫ ِف‬i ‫ِف‬
‫ك‬ ‫) ِف ص‬
‫َب ْل ُع ْل‬ ‫ْل َب ْل‬ ‫َب ْل ُع ْل‬
(‫ا‬ ‫ٍر‬ ‫خ ٍر‬ ‫ا ِف‬
‫ٍر‬
“Menahan dari makan, minum dan jima‟ disertai dengan
niat dan dilaksanakan pada waktu khusus dan dari
orang-orang yang khusus pula.”147

B. Keutamaan Puasa
Di antara hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan puasa
adalah:
‫ْل ْل َب‬ ‫ُع َبو ْلح َب ُع َب َّشان َب‬
‫س‬ ‫ِف َب َّشل َبد‬ ‫)) َب ْل َب َب َب ْل ًة ْل َب ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِففي ش ِف ِف‬
‫َب ًة‬
(( ‫خ ِف ْل ل‬
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Alloh, niscaya
Alloh jauhkan wajahnya dari jilatan api neraka sejauh
tujuh puluh musim panas.”148

147
[Hasyiah al-Ushulus Tsalasah Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin
Qosim al-Hambali an-Najdi: 58]
148
[HR. Bukhori dan Muslim]

125
‫َّش ب ُع ْل َب َب ْل َب‬ ‫َب‬ ‫ُع‬
‫ُع َب ْلدخ ُع ِف ْلن ُع ا‬ ‫ُعا َبا ُع ا َّش َب‬ ‫ْل َب َّش َب ًة ُع َب‬
‫ِفف ْلي‬ ‫))إ َّش‬
‫ِف‬ ‫لجن ِف‬ ‫ِف‬
‫َب ْلا َب َبق َبف َب ْل َب ْلد ُعخ ْل‬ ‫ َب إ َب َب َبخ ُع ْل‬، ‫ُع ْل‬ ‫َب َب ٌسد َبا ْل ُع‬ ‫َب َب ْلد ُعخ ُع ْلن ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب‬ ‫ْلا َب‬
‫ِف‬
‫ِف‬
‫َب َب ٌس‬
((‫د‬
‫ْلن ُع‬
‫ِف‬
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang
dinamakan ar-Royyan, di mana orang-orang yang puasa
akan masuk surga melaluinya pada hari kiamat kelak,
padahal tidak ada orang lainpun yang memasukinya.
Apabila mereka telah masuk semua, kemudian pintu
tersebut ditutup hingga tidak ada seorangpun yang dapat
memasukinya”149

((‫ِفدك ْل ِف ا ِف ل ِفا‬ ‫ُع‬ ‫َب ْل َب‬


‫َب ُع ُع‬ ‫َّش ٌس َب َب َب َب ُع‬ ‫َب‬
‫)) ا ِف حن ك ن ِف‬
“Puasa itu adalah perisai, seperti perisainya salah
seorang di antara kalian dalam perang”150

C. Hukum Puasa Romadhon


Puasa Romadhon hukumnya wajib berdasarkan al-Kitab,
as-Sunnah dan al-Ijma‟.
Dari al-Kitab, Alloh berfirman:
          

             

            

149
[HR. Bukhori: No. 2840 dan Muslim: 1153]
150
[HR. An-Nasa‟i dihasankan oleh al-Albani didalam “Shohih Sunan an-
Nasa‟i: 2106

126
       

 
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Romadhon, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 185)

Dari as-Sunnah, Rosululloh bersabda:


‫َب‬ ‫ُع َب َب َب َّش‬ ‫ َب َب‬:‫ ْلش َب ُع َب َب ى َب ْل ض‬o‫)) ُع ْلن َبي ْل إ‬
‫ُع َبو َّش ُع َبح َّش ًةد‬ ‫َب ْل ِف ا َب ِفالا‬ ‫ٍر‬ ‫ِف‬
‫ْل َب ْل َب َب ْل‬ ‫إ ْل َبل ا َّشاز َبك َبو َب‬ ‫َب ُعش ْل ُعا َبو إ َب ا َّش َب وَب‬
‫ا ِف و ِف‬ ‫ح‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬
‫َب َب‬
((. ‫َب َب ض‬
“Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu: syahadah la
ilaha illAlloh dan Muhammad Rosululloh, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, haji dan berpuasa di bulan
Romadhon”151

Dari al-Ijma‟, maka ummat telah sepakat atas wajibnya puasa


Romadhon bahkan termasuk salah satu rukun Islam yang lima dan
orang yang mengingkari kewajibannya dihukumi kafir yang murtad
dari Islam.

151
[HR. Bukhori dan Muslim]

127
Kewajiban puasa Romadhon dimulai pada hari Senin, dua hari
setelah berlalunya bulan Sya‟ban pada tahun kedua Hijriah.

D. Keutamaan Bulan Romadhon


Bulan Romadhon mempunyai banyak keutamaan daripada
bulan-bulan yang lainnya, di antaranya keutamaannya yang terdapat
dalam hadits adalah:
‫ض َب‬ ‫ُع ى ْلل ُعج ُع َبل َبو َب َب َب‬
‫ض َب َبى َب َب َب‬ ‫َب َّش َب َب ُع ْل َب ْل ُع َب ْل ُع ُع ُع ُع‬
‫)) ا ت لخ ض و لج ل‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب‬ ‫ْل‬ ‫َب ٌس َب َب َب َّش َب ُع ْل ُع َب‬
(( ‫ا َب ِفب ُع‬ ‫ُع ِفل َب ت ِفْل ْل ن ُع ِف حل ِفن ِف‬
“Sholat lima waktu dan dari Jumat ke Jumat serta dari
Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa di
antaranya selama tidak mengerjakan dosa besar” 152
‫ْل َب ْل‬
((. ‫ا ِف ِف‬ ‫َب‬ ‫َب َب َّش‬ ‫َب ُع‬ ‫ُع‬
‫)) َب َب َب َب َب ض إ ْل َب ا و ْل َبص ًة ال َب ا َب‬ ‫ًة َب‬ ‫َب َب‬ ‫ْل‬
‫د ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
“Barangsiapa puasa Romadhon dengan penuh iman dan
pengharapan akan pahala-Nya, niscaya akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu”153

E. Keutamaan Amal Sholih Di Bulan Romadhon.


Amal sholih akan dilipatgandakan pahalanya karena sebab-
sebab tertentu, diantaranya karena kemuliaan dan keutamaan bulan
Romadhon. Di antara contohnya adalah:
((‫ا ِف ِف‬
‫ْل َب ْل‬
‫َب‬ ‫َب َب َّش‬ ‫َب ُع‬ ‫ُع‬
‫َب َب َب ض إ ْل َب ا و ْل َبص ًة ال َب ا َب‬ ‫)) َب‬ ‫ًة َب‬ ‫َب َب‬ ‫ْل َب‬
‫د ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
“Barangsiapa qiyam (sholat) Romadhon dengan penuh
iman dan pengharapan akan pahala-Nya, niscaya akan
diampuni dosa-dosa yang telah lalu”154

152
[HR. Muslim: No. 233]
153
[HR. Bukhori No. 1901 dan Muslim: No. 760]
154
[Ibid]

128
‫َب ٌس‬ ‫َب َب َب‬ ‫ٌس‬
((. ‫َب َب ض ت ْلل ِفد ُعا ح َّشج‬ ‫ُع ْل َب ِفف ْلي‬ ))
“Umroh di bulan Romadhon menyamai haji”155

Dan masih banyak lagi contoh amal sholih yang lainnya.

F. Bagaimana Menetapkan Bulan Romadhon


Datangnya bulan Romadhon dapat ditetapkan dengan salah
satu dari dua cara, yaitu:
1. Dengan melihat hilal (bulan sabit) pada mlam ketiga puluh di
bulan Sya‟ban.
Rosululloh bersabda:
‫ْل‬ ‫ُع َب ْل‬ ‫َب َب َب ُع‬ ‫َب‬ ‫ْل َب‬
(( ‫ ِفوإ َب ْل ل ُع ْل ف ف ِفط ُع و‬، ‫)) ِفإ َب ْل ل ُع ا ِف َبا ف ُع ْل ُع ْل‬
‫َب َب ُع‬
“Apabila kalian telah melihat hilal, maka berpuasalah
dan apabila kalianpun melihatnya, maka berbukalah”156
Untuk melihat hilal tersebut, cukuplah dengan kesaksian
salah seorang yang adil. Sedangkan untuk menentukan hilal
Syawal saat berbuka, maka harus dengan kesaksian dua orang
yang adil.
2. Menyempurnakan hitungan bulan Sya‟ban genap tiga puluh
hari. Apabila bulan Sya‟ban telah genap tiga puluh hari, maka
sehari setelahnya adalah awal Romadhon. Rosululloh
bersabda dalam lanjutan hadits di atas:
‫ َبإ ْل ُعا َّش َب َب ْل ُع ْل َب ْلك ُع ْل ْلال َّشد َب َبث َب ث ْل َب َب ْل ًة‬.....))
(( ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬

155
[HR. Bukhori. Dalam riwayat Maimunah disebutkan: “Umroh di bulan
Romadhan seperti haji denganku”, dan ini adalah riwayat yang shohih]
156
[HR. Bukhori dan Muslim]

129
“......apabila berawan (tidak terlihat hilal), maka
genapkanlah hitungan (bulan Sya‟ban) tiga puluh
hari”157

G. Syarat Puasa
Syarat wajib puasa bagi seorang Muslim adalag berakal dan
baligh (dewasa). Rosululloh bersabda:
‫َب َب َب‬ ‫)) ُع ف َب ْلا َب َب ُع َب ْل َب َب َب‬
‫َّشان ِفب ِف َب َّش ى َب ْلص ْل ظ َبو َب ِف ا ِفب ِفي َب َّش ى‬ ‫ ِف‬، ‫ث ٍر‬ ‫ِف‬
(( ‫ْلل ِف َب‬
‫َب‬ ‫َب ْلح َبل َب َبو َب ْلْلَب ْل ُعن ْل َب ىَّش‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
“Pena (catatan amal) diangkat dari tiga hal, yaitu orang
yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga dewasa dan
orang gila hingga sembuh”158

Selain itu, dia harus sehat dan tidak sakit, muqim dan tidak
musafir serta mampu mengerjakannya tanpa halangan. Dan bagi
seorang Muslimah, maka dia harus suci dari haidh dan nifas.
Rosululloh bersabda ketika menjelaskan kurangnya agama bagi
wanita:
(( ‫ا ْل َب ِف وا ْل ُع ْل‬
‫َب َب َب‬
‫)) ا َبص ِف‬
‫ْل َب َب َب ْل َب ُع‬ ‫َب َب ْل‬
“Bukankah kalau dia haidh, maka dia tidak shalat dan
tidak puasa?”159

H. Orang Yang Dibolehkan Berbuka Dan Wajib Mengqodho


Puasa.
1. Orang sakit yang masih mungkin sembuh.

157
[HR. Muslim: No. 1081]
158
[HR. Abu Dawud dan lainnya dan sanadnya shohih]
159
[HR. Bukhori]

130
Ia boleh berbuka dan harus menggantinya sebanyak hari-hari
yang dia tidak berpuasa. Dan apabila dia sanggup untuk
mengerjakannya tanpa kesulitan, maka tidak apa-apa.
‫ُع َب‬ ‫َب َّش ٌس ْل َب‬
(( ‫))ف ِفلد ِف َّش ٍر خ ٍر‬
“Baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqoroh [2]: 184)

2. Musafir
Apabila seorang Muslim musafir sejauh perjalanan yang
diperbolehkan untuk mengqoshor shalat, maka dia boleh berbuka
dan mengqodhonya setelah kembali. Apabila dalam perjalanannya
dia berpuasa karena tidak mengalami kesulitan, maka itu lebih
baik. Dan apabila dia berbuka karena menemui kesulitan, maka
itu pun lebih baik baginya. Abi Sa‟id al-Khudri berkata:
“Kami pernah berperang bersama Rosululloh saw di
bulan Romadhon. Di antara kami ada yang berpuasa dan
ada pula yang berbuka, namun kami tidak saling
mencela. Karena kami beranggapan bahwa siapa yang
sanggup berpuasa maka itu baik baginya, dan siapa yang
merasa lemah untuk berpuasa kemudian berbuka, maka
itupun baik baginya.160

I. Hukum Wanita Hamil Dan Menyusui


Seorang Muslimah, baik karena hamil atau menyusui,
diperbolehkan berbuka apabila ia khawatir atas (kesehatan) dirinya
atau atas (kesehatan) anaknya atau atas (kesehatan) dirinya dan
anaknya. Rosululloh bersabda:

160
[HR. Muslim: 7/234]

131
‫ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب ْل‬ ‫ْل ُع‬
‫َب َبو َب َب َب ِف ْل َبص ِفف ِف ا َب ْل ُع َبو ط ُع ا َّش ِف َبو َب ْل ل ُع ْل ى‬ ‫))إ َّش‬
‫ِف‬
(( ‫ِف ِف ا َب ْل ُع‬ ‫َبو ْلْلُع ْل‬
“Sesungguhnya Alloh menggugurkan puasa dan
sebagian shalat kepada musafir. Dan menggugurkan
puasa kepada wanita hamil dan menyusui”161

Dan apabila udzurnya telah selesai, maka wanita hamil dan


menyusui wajib mengqodho‟ puasa dalam tiga kondisi tersebut di
atas. Pada kondisi yang kedua, yaitu apabila kekhawatirannya atas
anaknya, di samping qodho diapun harus membayar fidyah setiap
harinya berupa satu mud gandum. Hal ini untuk menggenapkan dan
menyempurnakan pahala puasanya. Pendapat ini berdasarkan fatwa
dari Ibnu „Abbas, Ibnu „Umar, Imam Asy-Syafi‟i dan Imam Ahmad.
Sedangkan Imam Abu Hanifah, beliau berpendapat yang wajib hanya
mengqodho‟, tanpa membayar fidyah.

J. Orang Yang Diperbolehkan Berbuka Dan Hanya Wajib


Membayar Fidyah
Orang tua atau sakit yang tidak ada harapan sembuh,
diperbolehkan berbuka dan hanya membayar fidyah setiap hari
kepada satu orang miskin dengan satu mud makanan. Mereka tidak
wajib mengqodho‟, karena bagi mereka puasa adalah hal yang berat.
Ini adalah pendapat Ibnu „Abbas yang berkata:
“Diperbolehkan bagi orang tua untuk memberikan
fidyah kepada satu orang miskin setiap hari, dan tidak
ada qodho‟ baginya”162

161
[HR. Ahmad : 4 / 347 dan Ashab as-Sunan dengan sanad hasan]
162
[HR. Ad-Daruquthni dan al-Hakim serta dishohihkan dan disepakati oleh
adz-Dzahabi]

132
K. Rukun Puasa
1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti
makan, minum, jima‟ dan lainnya.
2. Niat, yaitu berupa „azm (tekad) hati untuk melaksanakan
perintah Alloh dalam ibadah puasa untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
Rosululloh bersabda:
‫ْل َب ْل‬
((‫)) ِفإا َب ألا َب ُعا ِف ِفان َب ِفت‬
‫َّش‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada
niatnya”163

Apabila puasa wajib, maka wajib niatnya pada malam hari


sebelum terbit fajar.
Rosululloh bersabda:
‫َب ُع‬ ‫َب َب‬ ‫ْل َب‬ ‫َب‬
(( ‫)) َب ا ْل َب ْل َب ُع ا ِف َب َب ْل َب ال ْل ِف ف ِف َب َب ا‬
‫ْل َب‬
“Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar,
maka puasanya tidak sah”164

Dan apabila puasa sunnah, maka niatnya boleh setelah


terbit fajar, asalkan belum makan apa-apa. „Aisyah berkata:
‫َب‬ ‫ُع ْل‬ ‫ُع َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫)) َب َبخ َب‬
: ‫ َب ْل ِف ْلن َبدك ْل ش ْلي ٌسا؟ َبن‬: ‫َب ى َب ُعش ْل ِفا ِف َبت َب ْل ٍر ف َبا‬
‫َب‬ ‫َب‬
(( ‫ْل َب ِفب ٌس‬ ‫ ِفإ ِف‬:‫َبا‬
“Rosululloh masuk menemuiku pada suatu hari seraya
berkata: Adakah makanan hari ini?, lalu dijawab: Tidak

163
[HR. Bukhori dan Muslim]
164
[HR. Abu Dawud: No. 2454, At-Tirmidzi: 730 dan lainnya dengan sanad
shohih]

133
ada. Beliau menyahut: Kalau begitu, hari ini saya
puasa”165

L. Waktu
Waktunya yaitu siang hari bulan Romadhon semenjak terbit
fajar hingga terbenam matahari.
          

        


“....dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai malam...” (QS. Al-
Baqoroh [2]: 187)

M. Sunnah Puasa
1. Sahur, yaitu makan dan minum pada akhir malam dengan niat
puasa.
‫َب ٌس‬ ‫َب َّش‬ ‫ْل‬ ‫َب‬
(( ‫اس ُع ْل ِف َب َب ك‬
‫))ت َبس َّش ُع و إ ِف ْل َّش‬
‫ِف‬
“Bersahurlah, karena sesungguhnya dalam sahur
terdapat berkah”166

2. Mengakhirkan sahur hingga akhir malam selama tidak


dikhawatirkan terbit fajar.
(( ‫اس ُع ْل َب‬
‫ْل ْل َب َب َب ْل‬
‫َب ع َّشج ْل ا ِفلط َب و خ ُع و َّش‬ ‫َب ُع‬
‫ُع َّش ْل‬ ‫َب ْل‬ ‫ُع‬ ‫َب َب َب‬
‫)) ز ا ِف ي ِف ٍر‬
“Ummatku senantiasa berada dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan
sahur”167

165
[HR. Muslim: No. 1154]
166
[HR. Bukhori: No. 1923]

134
3. Menyegerakan berbuka apabila matahari telah benar-benar
terbenam.
‫ْل ْل‬ ‫َب ُع‬
‫)) َب ز ُعا ان ُع‬ ‫َب ْل‬ ‫َّش‬ ‫َب َب‬
(( ‫س ِف ٍر َب ع َّشج ْل ا ِفلط َب‬
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka” 168

4. Berbuka dengan ruthob (kurma segar), tamr (kurma kering)


atau air berdasarkan urutan keutamaannya.
Anas bin Malik berkata:
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب ُع‬ ‫َب‬ ‫ُع َب َب‬ ‫َب‬
‫))ك َب َب ُعش ْل ُعا ِف َب ْللط ُع َب ى ُع َب ٍرت ِفإ َّش ا ْل ْل ُع َب ٌست ف َبل َب َب ٍرت‬
‫ْل‬
((‫َبص َب ٍرت ِف َب ٍرا‬
‫َبإ ْل َبا ْل َب ُع ْل َب َب َب ٌست َب َّشص َب‬
‫ِف‬
“Rosululloh apabila berbuka, maka beliau berbuka
dengan kurma segar sebelum sholat, jika tidak ada maka
dengan kurma kering dan jika tidak ada juga, maka
dengan beberapa teguk air”169

5. Berdoa ketika puasa, terutama di saat berbuka.


‫َب َب َب ُع َّش َب َب ْل َب ُع ْل َب ْل ُع ْل َب َب ْل َب ُع‬ ‫َب َب ُع‬
‫ْلظ ِف و‬ ‫ا ِفب ِف و‬ ،‫)) ث َب َب َب ٍرت ُع ْلص َبل َب َب ٍرت‬
‫ْل ُع‬
(( ‫ْل َبص ِفف ِف‬
“Ada tiga doa mustajab, yaitu: doa orang puasa, doa
orang teraniaya dan doa musafir”170

‫))إ َّش ا َّش ب ْلن َبد ف ْلط َبا َبد ْل َب ٌس َب َب َب ُع‬


(( ‫ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف‬

167
[HR. Ahmad dengan sanad shohih]
168
[HR. Bukhori: No. 1957 dan Muslim: No. 1098]
169
[HR. Abu Dawud: No. 2356 dan At-Tirmidzi: No. 696 dengan sanad hasan]
170
[HR. Al-Baihaqi dalam Syu‟ab al-Imam dan lainnya dengan sanad shohih]

135
“Sesungguhnya bagi yang berpuasa ada satu doa yang
tidak akan ditolak yaitu ketika dia berbuka”

„Amr bin al-„Ash apabila berbuka, beliau berdoa:


‫َب َب ْل‬ ‫ُع َب‬ ‫َّش‬ ‫َب َّش ُع َب ْل َب ْل َب ُع‬
‫ْل ت ِفل ْل ِف ْلي‬ ‫سا َب ِف َب ْل َب ِفل َب ا ِف ْلي َبو ِفش َبل ْل ك َّش ش ْلي ٍرا‬ ‫)) ا ِفإ ِف‬
‫ُع ُع‬
(( ‫ا ْل ِف ْل‬
“Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu
dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, agar
Engkau mengampuni dosa-dosaku”171

171
[HR. Ibnu Majah dan al-Bushiri dalam az-Zawa‟id berkata: sanadnya
shohih]

136
ASH-SHIYAM (PUASA)
(2)

N. Makruh Puasa
1. Berlebih-lebihan dalam melakukan madhmadhoh dan
istinsyaq ketika wudhu
‫َّش َب ْل َب ُع َب‬ ‫ْل َب‬ ‫ْل‬ ‫َب ُع‬
(( ‫َب ِفب ًة‬ ‫ْل‬ ‫))و َبب ِفا ِفف ْلي ِفالا ٍرش ِفلنل ِفق ِفإ‬
“Sempurnakanlah istinsyaq, kecuali ketika engkau
sedang puasa”172
Hal ini karena dikhawatirkan menyebabkan masuknya air
ke dalam kerongkongan sehingga puasanya menjadi rusak.
2. Mencium atau meraba tubuh istri (suami) bagi yang tidak
dapat mengekang nafsunya.
3. Banyak melihat dengan syahwat kepada istri dan berkhayal
untuk berjima‟ dengannya.
4. Mencicipi makanan atau minuman tanpa udzur.
5. Mengunyah permen karet atau lainnya, karena dikhawatirkan
ada yang masuk ke kerongkongan.

O. Pembatal Puasa
Pembatal puasa ada dua, ada yang mewajibkan qodho‟ saja dan
ada yang mewajibkan qodho‟ serta kifaroh.
Pembatal Puasa Yang Mewajibkan Qodho’.
1. Makan dan minum dengan sengaja
172
[HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa‟i dan lainnya dengan sanad
shohih]

137
Sedangkan apabila karena lupa atau dipaksa, maka tidak
wajib qodho‟.
‫ُع‬ ‫)) َب ْل َب َبي َبو ُع َب َب ب ٌس َب َبك َب َب ْلو َب َب َبف ْل َب َبل َّش َب ْل َب ُع َبإ َّشا َب َب ْل َبل َب ُع‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب َب ُع‬
(( ‫و َبش‬
“Barangsiapa makan dan minum di saat puasa karena
lupa, maka puasanya karena Alloh-lah yang
memberinya makan dan minum”173

2. Makan, minum dan jima‟ karena menyangka telah terbenam


matahari padahal belum (masih siang).
3. Berlebih-lebihan dalam madhmadhoh dan istinsyaq hingga ada
yang masuk ke dalam kerongkongan, namun saat itu dia ingat
sedang puasa. Termasuk juga memasukkan makanan atau
minuman ke dalam kerongkongan dan memasukkan suntikan
vitamin yang dapat mengenyangkan ke dalam tubuh.
4. Memasukkan sesuatu yang tidak mengenyangkan ke dalam
kerongkongan, seperti garam.
5. Mengeluarkan mani dengan sadar, baik karena onani, jima‟,
ciuman, melihat dengan syahwat atau cara lainnya. Adapun
jika keluar mani karena mimpi, maka tidak batal karena tidak
disengaja.
6. Muntah dengan sengaja.
Adapun muntah yang tidak disengaja, maka tidak
membatalkan puasa. Rosululloh bersabda:
‫َبا‬ ‫ض َب َب ْل َب َب‬
‫ َبو َب ِف ْلش َبل َبق‬،‫ض ٌسا‬ ‫ْل َب َب َب َب ْلا َب ْل ُعا َبو ُع َب َب ِفب ٌس َبف َب ْل َب‬ ‫)) َب‬
‫ِف‬
((‫ض‬ ‫ْل َب‬ ‫َبف ْل َب‬

173
[HR. Bukhori: No. 1933]

138
“Barangsiapa yang muntah tidak dengan sengaja saat
dia berpuasa, maka tidak ada qodho‟ baginya. Dan
apabila muntahnya disengaja, maka dia harus
mengqodho”174

7. Membatalkan niat puasa, maka siapa yang berniat untuk


berbuka padahal sedang puasa, maka puasanya batal meskipun
tidak dilakukannya.
8. Murtad dari Islam
‫َبائ ْل َب ْل َب ْلك َب َبا َب ْلح َب َبط َّش َب َب ُع َب‬
‫ِف‬
“Jika kamu mempersekutukan (Alloh), niscaya akan
hapus amalmu” (QS. Az-Zumar [39]: 65)

P. Pembatal Puasa Yang Mewajibkan Qodho’ Dan Kifaroh.


1. Jima‟ dengan sengaja.
Abu Huroiroh berkata:
“Ada seorang laki-laki datang menemui Nabi seraya
berkata: Celaka aku ya Rosululloh! Rosul balik
bertanya: Apa yang mencelakakanmu? Dia menjawab:
Aku telah berjima‟ dengan istriku pada siang hari bulan
Romadhon. Rosul berkata: Kalau begitu kejadiannya,
apa engkau mempunyai budak yang dapat
dimerdekakan? Dia menjawab: Tidak ada. Rosul
bertanya lagi: Sanggupkah engkau puasa dua bulan
berturut-turut? Dia menjawab: Tidak sanggup. Rosul
bertanya lagi: Dapatkah engkau memberi makan enam
puluh orang miskin? Dia menjawab: Tidak. Kemudian
dia duduk dan Nabi membawakannya 15 sho‟ kurma
kepadanya seraya berkata: Ambil dan sedekahkan kurma

174
[HR. Abu Dawud: No. 2380, At-Tirmidzi: No. 720, Ibnu Majah: No. 676]

139
ini! Dia menjawab: Adakah orang yang lebih miskin dari
pada kami? Demi Alloh, sesungguhnya di Madinah tidak
ada yang lebih miskin selain kami. Mendengar hal ini
Nabi tertawa hingga kelihatan gigi-giginya dan
berkata kepadanya: Kalau begitu, pergi dan berikan
kepada keluargamu!”175

Kafaratnya berupa: membebaskan budak mukmin, jika


tidak punya maka puasa dua bulan berturut-turut, dan jika tidak
mampu juga maka memberi makan enam puluh orang miskin
dengan makanan yang kita makan sehari-hari. Kafarotnya
harus sesuai urutan yang disebutkan, tidak boleh diacak. Yang
dimaksud memberi makan adalah memberi makan setiap orang
miskin dengan satu mud gandum, kurma atau makanan lainnya
yang dipunyai. Kafarat tersebut dapat berlipat tergantung
banyaknya kesalahan yang dikerjakan. Maka siapa yang
berjima‟ pada suatu hari dan belum membayar kafaratnya,
kemudian dia berjima‟ lagi pada hari lainnya, maka kafaratnya
dua kali lipat. Pendapat yang lebih mendekati kebenaran adalah
pendapat yang mengatakan satu kali kafarat.

Q. Hal-Hal yang Diperbolehkan Ketika Puasa


1. Membasahi tubuh dengan air karena panas, termasuk mandi
atau berendam.
„Aisyah berkata:
“Sesungguhnya Nabi pernah junub di waktu pagi saat
berpuasa, maka beliau pun mandi”176

175
[HR. Bukhori: No. 984 dan Muslim: No. 81]
176
[HR. Bukhori: No. 980 dan Muslim: No. 78]

140
Nabi pun pernah mengguyurkan air di atas kepalanya
ketika puasa, baik karena haus maupun karena cuaca panas. 177
2. Berpagi hari dalam keadaan junub, berdasarkan hadits „Aisyah
di atas.
3. Makan, minum dan jima‟ di malam hari hingga terbit fajar.
Rosululloh bersabda:
‫))إ َّش َب ًة ُع َبؤ ُع َب ْل َبف ُع ُع َبو ْل َب ُعب ْل َب َّش َب ُع ُع ُع ْل ُع‬
(( ‫ى ُع ؤ ِف ِفإ ْل ِف َب ل ْل ٍر‬ ‫ِف ِف ٍر‬ ‫ِف ِف‬
“Sesungguhnya ketika Bilal mengumandangkan adzan di
malam hari, maka makan dan minumlah (sepuas kalian)
hingga terdengar adzan Ibnu Ummi Maktum”178
4. Wanita haidh dan nifas apabila pendarahannya berhenti di
malam hari, dia boleh mengakhirkan mandi jinabahnya hingga
Shubuh, dan berpuasa kemudian bersuci untuk sholat.
5. Siwak pada siang hari.
Ini adalah madzhab jumhur berdasarkan keumuman dalil
tentang keutamaan siwak dan tidak ada pengkhususan waktu.
Adapun hadits-hadits lain yang menjelaskan makruhnya siwak
ketika puasa, menurut para ulama adalah hadits dho‟if.
6. Bepergian untuk tujuan yang mubah, meskipun terkadang
dalam perjalanannya dia berbuka.
7. Berobat dengan cara yang halal, asalkan tidak ada sesuatu yang
masuk ke dalam kerongkongannya. Di antaranya adalah
dengan suntikan, asalkan tidak mengenyangkan.

177
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya dengan sanad shohih]
178
[HR. Bukhori dan Muslim]

141
8. Mencicipi makanan, asalkan tidak sampai masuk ke dalam
tenggorokan.
9. Memakai wawangian dan menciumnya.

R. Puasa Sunnah
Rosululloh banyak memberikan motivasi untuk melaksanakan
puasa sunnah, diantaranya:
1. Puasa enam hari di bulan Syawwal.
Rosululloh bersabda:
‫َّش ْل‬ ‫َب َب َب‬
(( ‫َب ٍرا ك ك ِف َب ِف اد ِف‬
‫ْل َب‬
‫َب َب‬ ‫ًّي‬
‫)) َب َب َب َب‬ ‫َب َب ُع َب ْل ُع‬ ‫ْل‬
‫َب ض ث َّش ل ِفشل ِف‬
“Barangsiapa berpuasa Romadhon kemudian
dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawwal,
maka bagaikan puasa setahun penuh”179
2. Puasa Senin-Kamis
Abu Huroiroh berkata:
“Sesungguhnya Nabi banyak mengerjakan puasa
Senin-Kamis, dan ketika ditanyakan kepadanya, beliau
bersabda:
‫َّش ْل َب ْل َب َب ُع ْل َب ُع ُع َّش ْل َب ْل َب َب ْل َب َب ْل ُع ُع ُع ُع ْل َب ْل ُع‬
‫ِفا ِف ص ِف ٍر و ِفا ِف‬ ‫ض ف ِفل‬ ‫)) ِفإ ألا ا تل ك ثن ِف و خ ٍر‬
‫َب‬
‫ْل ُع‬ ‫َب َب ُع‬
(( ‫ ِفخ ُع و َب‬:‫ُع ؤ ِف ٍر ِفإ ْل ُع ِفح ِف ْل ف َب ْل ُعا‬
‫َّش ْل ُع ُع‬ ‫ْل‬
“Sesungguhnya amalan disetorkan tiap hari Senin dan
Kamis, saat itulah Alloh mengampuni setiap Muslim atau
mukmin kecuali dua orang yang sedang bermusuhan,
seraya berfirman: Tundalah keduanya”180

179
[HR. Muslim: No. 1164 dan at-Tirmidzi: No. 759]
180
[HR. Ahmad dengan sanad shohih]

142
3. Puasa tiga hari setiap bulan.
Rosululloh bersabda,
:‫ض‬ ‫ َبو َبي َب َّش ُع ْلا ْل‬، ‫ َب ُع َّشاد ْل‬: ‫َب ْل‬ ‫ك‬
‫ْل ُع‬ ‫َب َّش‬ ‫َب َب ُع‬
‫ث‬ ‫ث‬
‫َب‬ ‫)) َب ُع‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ٍر ِف‬ ‫ِف ِف َب ِف‬ ‫ِف‬
‫َب‬ ‫َب َب َب َب َب ْل َب َب‬ ‫َب َبل َب َبو ْل َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب‬ ‫َب ْل َب ُع‬
(( ‫ض ل‬ ‫ل وخ ِف‬ ‫ِف‬ ‫ث ِف‬ ‫ث‬ ‫ِف ح‬
“Puasa tiga hari setiap bulan adalah puasa setahun
penuh, yaitu puasa hari-hari putih (purnama), pada pagi
hari tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas”181
4. Puasa tanggal 9 Dzul Hijjah
Rosululloh bersabda:
‫َب َّشز َبو َبح َّش ْل َب‬ ‫َب َب ُع َّش ُع ْل َب َب َب َب‬ ‫َب‬
‫ِفذ ِف‬ ‫ِف‬ ‫َّش ِف ى ِف‬ ‫)) َب ِف ْل َّش ِف ال ا ِفل ِففي‬
‫َب َب‬ ‫َب ُع‬ ‫ْل‬ ‫َب ْل ْل َب َب‬ ‫ْل َب‬
‫ َب َب ُعش ْل َبا ِف و‬: ‫ألا َب ِف َب ْلل ِفن ْلي ا َبلل ُع ِفف َب ُعا ِف ْل ِف ْل ل ِف َّشج ِف ـ ا ْل‬
‫َب‬ ‫َّش‬ ‫َب ْل‬ ‫َب‬ ‫ْل‬
‫ َبو ل ِفج َب ُع ِفف ْلي َبش ِف ْل ِف ِف ِفالا َب ُعح ٌس خ َب َبج‬:‫ل ِفج َب ُع ِفف ْلي َبش ِف ْل ِف ِف ؟ َبا‬
‫َب َب َب ُع ُع َّش َب ْل َب ْل ُع ْل َب َب َب‬ ‫َب ْل‬
((‫ِفا ِف ْلي ٍرا‬ ‫ِف نل ِفص ِف و ا ث ا ِفح ِف‬
“Tidak ada satu hari di mana amal sholih lebih dicintai
Alloh selain dari hari ini yaitu sepuluh hari pertama
bulan Dzul Hijjah. Mereka bertanya: Tidak juga jihad di
jalan Alloh ya Rosululloh? Beliau menjawab: Ya, tidak
juga jihad kecuali kalau ada seseorang yang keluar
(jihad) dengan jiwa dan hartanya kemudian kembali
dengan tidak membawa apa-apa lagi (mati syahid)”182
Terutama lagi adalah hari „Arofah, 9 Dzul Hijjah bagi yang
tidak sedang berhaji.
Rosululloh ditanya tentang puasa hari Arofah, lalu
beliau menjawab:
‫ُع َب ُع َب َب َب َب ْل َب َب َب َب ْل َب َب َب‬
(( ‫)) ِفل اصن ْل ِف و ا ِف‬

181
[HR. An-Nasa‟i dan lainnya dengan sanad hasan]
182
[HR. Bukhori]

143
“(Puasa pada hari „Arofah) dapat menghapuskan dosa
setahun yang lalu dan yang akan datang”183
5. Puasa di bulan Muharrom
Ketika ditanya tentang puasa yang utama setelah
Romadhon, Rosululloh bersabda:
‫َب ْل ُع َب ُع ْل ُع َب‬
(( ‫)) ْل ُع ِف ا ِفذ ْل د ْل ا ْلح َّش ُع‬
‫َّش‬ ‫َب‬
“(Yaitu) puasa di bulan Alloh yang dinamakan dengan
bulan Muharrom”184
6. Puasa „Asyura‟, 10 Muharrom.
Rosululloh bersabda:
‫ًة‬ ‫َب ًة‬ ‫َب‬ ‫َب ُع‬
(( ‫ْل َب ِفا ُع ِفل ُع َبشن َب ِف َب‬ ‫)) ُع ْل ُع َب ْل َب‬
“Puasa „Asyuro‟ dapat menghapuskan dosa satu tahun
yang lalu”185
Disunnahkan pula selain puasa pada 10 Muharrom, juga
puasa satu hari sebelumnya, 9 Muharrom sebagai bentuk
penyelisihan terhadap orang-orang Yahudi dan Nashroni. Hal
ini dikarenakan ketika diberitahukan kepada Rosululloh
bahwa 10 Muharrom adalah hari yang diistimewakan oleh
orang Yahudi dan Nashrani, maka beliau bersabda:
“Kalau begitu, pada tahun depan kita puasa juga pada
tanggal 9 Muharrom”
Namun pada akhirnya Rosululloh tidak dapat
melaksanakannya karena beliau meninggal dunia. 186

183
[HR. Muslim: 1162]
184
[HR. Muslim]
185
[HR. Muslim]
186
[HR. Muslim]

144
S. Puasa Yang Diharamkan.
1. Puasa dua hari raya: „Iedul Fitri dan „Iedul Adha.
„Umar bin Al-Khoththob berkata:
‫ َب َّش َب ْل ُع ْلا ِفل ْلط َبف ِفل ْلط ُع‬: ‫ْل َب ْل‬ ‫َب َبذ ْل َب ْلا َب‬ ‫َبا َبهى َب ْل َب‬
‫ِف‬
‫َب‬
‫)) َّش َب ُعش ْل َبا‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف َب ِف‬
‫ْل‬ ‫ْل ُع ُع ْل ُع ُع ُع‬ ‫ْل َبحى َبف ُع ُع ْل‬ ‫ُع ْل َب َب َّش َب ْل ُع ْل‬ ‫ُعك ْل ْل َب ْل‬
(( ‫ِف ل ِف ص ِف‬ ‫ألا‬ ‫و‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
“Sesungguhnya dua hari ini – Iedul Fithri dan „Iedul
Adha – adalah hari yang dilarang oleh Rosululloh
untuk puasa, karena hari itu adalah hari berbuka dan
hari untuk memakan hewan qurban” 187
2. Tiga Hari Tasyriq, 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah
Rosululloh pernah mengutus Abdullah bin Hudzafah
untuk thowaf dimana sambil mengucapkan sabda beliau :
‫َب ْل‬ ‫َب ْل َب ُع‬ ‫َب َّش َب‬ ‫ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب َّش َب َب‬
(( ‫ِفذ ِف ألا َب َب ِفإن َب َب ُع ك ٍر و ْل ٍر و ِف ك ِف ِف‬ ‫ُع ْل ُع ْل‬ ))
“Janganlah kalian berpuasa pada hari-hari tasyriq
karena hari-hari tersebut adalah hari-hari makan dan
minum dan hari-hari dzikir kepada Alloh”188

Hal ini tidak berlaku bagi seseorang yang melakukan


haji tamattu‟ dan qiron apabila tidak mendapatkan hewan
sembelihan.
3. Hari haidh dan nifas.
‫ُع‬ ‫َب َب‬ ‫َب َب‬ ‫َب ُع‬ ‫َب‬ ‫َب َب‬
‫َب‬
‫ا ِف‬ ‫)) ا ْل َبص ْل ِفإ َب َب ْل ا ْل َب ِف َبو ا ْل ُع ُع ؟ فذ ِفا َب ِف ْل ا ْلق‬
(( ‫ِف ْل ِفن ِف‬
“Bukankah kalau dia haidh, maka dia tidak sholat dan
tidak puasa? Itulah sisi kekurangan agamanya”189
187
[HR. Bukhori: No. 1014 Muslim: No. 138 dan At Tirmidzi: No. 771]
188
[HR. Ahmad, At Tirmidzi: No. 773 dan Abu Dawud : No. 2419]
189
[HR. Bukhori : 1/334]

145
Para ulama telah sepakat tentang batalnya puasa wanita
haidh dan nifas.
4. Puasanya seorang istri di hadapan suaminya, kecuali dengan
seizin suaminya.
Rosululloh bersabda:
‫ٌس َّش ْل‬
‫ُع ْل ُع و زوح َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب ْل َب‬
‫َب‬ ‫َب َب ْل َب‬ ‫ْل‬ ‫َب‬
(( ‫ِف د ِفإ ِفإ ِفا ِف‬ ‫)) ِفح ُّل ِفا َب ْل ٍر‬
“Tidaklah halal bagi seorang istri berpuasa ketika
suaminya berada di sampingnya kecuali harus dengan
seizinnya.”190

N. Puasa Makruh.
1. Puasa hari „Arofah bagi yang sedang berhaji
Rosululloh bersabda:
‫َب َبف َبو َب ْل َب َّشان ْلح َبو َب َب ُع ا َّش ْلل ْل ق ْل ُعد َبا َب ْل ُع ْل ْلش َب َبو َبي َب َب ُع‬ ‫)) َب ْل َب َب‬
‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب ْل َب ُع‬
(( ‫ْل ٍر‬ ‫ك ٍر و‬
“Hari „Arofah, hari Qurban dan hari-hari tasyriq adalah
„ied kita ummat Islam yaitu hari makan-makan dan
minum-minum (berbuka, tidak puasa)”191
2. Puasa hari Jumat sendirian.
Rosululloh bersabda:
(( ‫ٌس‬ ‫َب َب ُع ْل َب َّش َب َب ُعد ُعك ْل َب ْل َب ْلل ُعج ْل َبل إ َّش َبو َب ْل َب ُع َب ْل ٌس َب ْلو َب ْلل َبد ُع َب ْل‬
‫ِف ِف‬ ))

190
[HR. Bukhori: No. 5195 dan Muslim No. 1026. Larangan dalam hadits ini
menunjukkan larangan, menurut pendapat jumhur ulama yang dikuatkan oleh
an-Nawawi dan Ibnu Hajar]
191
[HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan lainnya dengan sanad shohih. Para ulama
berpendapat bahwa hari „Arofah adalah hari „Ied bagi yang sedang wuquf,
berbeda dengan yang tidak sedang wuquf, maka „Iednya adalah di hari Qurban]

146
“Janganlah salah seorang kalian berpuasa pada hari
Jum‟at (sendirian) kecuali diiringi satu hari sebelum
atau sesudahnya”192

3. Puasa hari sabtu sendirian


Rosululloh bersabda:
‫َب‬ ‫َب ُع‬ ‫إ َّش ِفف ْل َب ِف ْلف َب َب‬ ‫)) َب َب ُع‬
‫ِفإ ْل ا ْل َب ِف ُعد‬ ‫َب َب ْل ْل َبو‬ ‫ِف‬ ‫اص ِف‬
‫َّش ْل‬ ‫ْل ُع ْل َب ْل َب‬
‫َب ُع ُع‬ ‫ُع ْل َب َب َبج َب َبف ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َّش‬ ‫َب َب ُعد ُعك ْل‬
(( ‫ْل ض‬ ‫ٍر‬ ‫ِف َبن ِف ْلو‬ ‫ِفإ ِفل َب َبا‬
“Janganlah berpuasa pada hari Sabtu (sendirian)
kecuali puasa yang diwajibkan kepada kalian. Apabila
kalian tidak menemukan sesuatu (untuk
membatalkannya), maka berbukalah dengan pelepah
kurma atau batang pohon”193
4. Puasa setahun penuh
Rosululloh bersabda:
((‫َب َب ألا َب د‬ ‫)) َب َب َب‬ ‫ْل َب ُع‬ ‫ْل‬ ‫َب‬
“Tiada ada puasa bagi orang yang berpuasa setahun
penuh”194
‫َب َب َب ْل َب‬ ‫ْل َب ُع َب َب‬ ‫ْل‬
(( ‫َب َب و فط َب‬ ‫)) َب َب َب ألا َب د ف‬
“Barangsiapa berpuasa setahun penuh, maka puasa dan
berbukanya tidak dianggap apa-apa”195
5. Menyambung puasa dua hari atau lebih secara berturut-turut,
dinamakan dengan puasa wishol,
Rosululloh bersabda:

192
[HR. Bukhori: No. 1985 dan Muslim: No. 147]
193
[HR. At Tirmidzi: No. 744, Abu Dawud: No. 2421 dan Ibnu Majah: No.
1726]
194
[HR. Bukhori: No. 1977 dan Muslim]
195
[HR. Ahmad, An-Nasa‟i dan lainnya dengan sanad shohih]

147
((‫ُعا‬ ‫))إ َّش ُعك ْل َبو ْلا َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
“Jauhilah puasa wishol”196

‫َب َّش‬ ‫َب ْل‬ ‫َب ُع َب َب َب ْل ُع‬ ‫ُع‬ ‫َب ُع‬


(( ‫اس ُع ِف‬
‫َب َب ف ُع َب ُع ى َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫)) َب ِف ْل ُع ْل َب‬
“Janganlah kalian menyambung puasa, apabila salah
seorang di antara kalian tetap ingin menyambungkannya,
maka sambunglah hingga waktu sahur”197
6. Puasa di hari yang meragukan, yaitu tanggal tiga puluh
Sya‟ban.
„Ammar bin Yasir berkata:
‫ْل َب‬ ‫َب‬ ‫َب َب ْل َب‬ ‫َّش‬ ‫ُع َب ُّل‬ ‫َّش‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬
(( ‫ص ى َب ا ِفش ِف‬
‫س ف د َب‬
‫)) َب َب َب ا َب ْل َب ا ِفذ ْل ل ِفف ْل ِف ان ُع‬
“Barangsiapa berpuasa di hari yang meragukan, maka
berarti dia telah bermaksiat kepada Muhammad”198
Rosululloh bersabda:
‫ض َب َب ْل َب ْل َب ُع َب ْل َب ْلو َب ْل َب ْل إ َّش َب ْل َّش ُع ْل َب َب ُعح ٌس َبك َب‬ ‫)) َب َب َب َّشد ُع ْل َب َب َب‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف ٍر‬ ‫ِف ٍر‬
‫َب ْل‬
(( ‫َب ُع ْل ُع َب ْل ًة ف َب ُع ُع‬
“Janganlah mendahului puasa Romadhon dengan puasa
sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang biasa
berpuasa sebelumnya”199

196
[HR. Bukhori dan Muslim]
197
[HR. Bukhori: No. 1967]
198
[HR. Abu Dawud: No. 2334, at-Tirmidzi: No. 686 an-Nasa‟i: No. 2190 dan
Ibnu Majah: No. 1645. Berkata at-Tirmidzi: Hadits hasan shohih seperti yang
disebutkan oleh Bukhori secara mu‟allaq]
199
[HR. Muslim]

148
ZAKAT
(1)

A. Definisi Zakat
‫ُع‬ ‫ُع‬
Zakat ( ‫ ) َباز َبك ُع‬berarti kesucian ( ‫اط ُع ُع‬ ) pertumbuhan ( ‫ ) َبان َب‬dan
pertambahan ( ‫) ِفازَب َب ُع‬. Dinamakan zakat karena membuahkan dan
menumbuhkan harta. Dalam bahasa arab dikatakan ( ‫ َب)ز َبك َباز ْل ُع‬apabila
banyak hasilnya. Begitu pula kalimat ( ‫ َب)ز َبك ُعت َبان َبل َب ِف‬apabila nafaqoh itu
diberkahi. 200
Sedangkan pengertian zakat menurut al-Mawardi dalam kitab
al-Hawi adalah:
‫َب ْل ُع ْل ا ْل َب ا َب ْل ُع ْل ا َب َب ى َب ْلو َب‬ ‫َب ْل َب‬ ‫َب ُع‬
‫)) َبازك ِف ْلش ُع ِفاخ ِفذ ش ْلي ٍرا‬
‫ٍر‬ ‫ٍر‬ ‫ٍر‬ ‫ٍر ِف‬
‫َب َب َب ْل‬ ‫َب ْل‬
(( ‫ُع ْل َب ٍر‬ ‫َب‬
‫ُع ْل ٍر ِفاط ِفبل ٍر‬
“Zakat adalah nama bagi pengambilan harta tertentu
menurut sifat-sifat tertentu untuk diberikan kepada
golongan tertentu.201
Asy-Syaukani berkata :
‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫َب‬
‫)) ِفإ ْل ط ُعا ُعج ْلز ٍرا ِف َب ِفان َب ِف ِفإ َبى ف ِف ْل ٍر َبو ا ْلح ُع ُع ا ْل َب ُع َبل ِف ٍر ِف َب ِف ٍر ْل ٍراى‬
‫َب‬ ‫َب َب َّش‬
(( ‫َب ْل ن ُع ِف ال َب ُع ِف ِفإا ْل ِف‬
“Memberikan satu bagian harta yang telah mencapai
nishob kepada orang fakir dan sebagainya, yang tidak

200
[Al-Mughni: 2/572]
201
[Al-Mughni: 5/ 325]

149
bersifat dengan sesuatu halangan hukum yang tidak
membolehkan kita memberikan kepadanya.202

B. Hukum Zakat dan Mengingkarinya


Al Hafidz Ibnu Hajar berkata :
‫ج َبا ُع‬ ‫ْل ل َب‬ ‫َب ْل َب ْل ْل َب ْل َب َب ُع‬
‫صل ِفني‬ ‫َّش ْل‬ ‫ٌس‬ ‫)) َبو َّشاز َبك ُع َب ْل ٌس َب ْل ُعط ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬ ‫ِف ِف ِففى ال ِف‬
‫َب َب‬ ‫َب َب َب‬ ‫َب‬ ‫َب ْل ُع‬ ‫َب َّش َب َب َب َب ْل ْل َب ُع‬
‫ازك ِف‬ ‫َبا ف ْل ِف ِف‬ ‫ِف ِف َبو إ َّش‬
‫ِف‬ ‫ض ف ُع ْلو‬ ‫ِففى ل ِف‬ ‫ِفوإا و ِف خ ِفل‬
‫َب َب ْل َب َب َب َب َب َب‬
(( ‫د كل َب‬ ‫ف‬
“Zakat merupakan perkara yang diputuskan oleh hujkum
syari‟at secara qoth‟i yang tidak membutuhkan kerja
keras dalam menentukan dalilnya. Perbedaan pendapat
hanya terjadi pada sebagian cabang-cabangnya.
Barangsiapa yang mengingkari kewajiban zakat secara
asasi adalah kafir.”203

Zakat adalah kewajiban dari Alloh atas setiap Muslim yang


memiliki harta senishob dengan syarat-syarat tertentu. Zakat adalah
rukun ketiga diantara rukun-rukun Islam.
Alloh berfirman:
      

“Ambilah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan


sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan jiwa
mereka....” (QS. At-Taubah[9]: 103)

202
[Nailul Author : 4/170]
203
[Fathul Baari: 3/309]

150
          

 

“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan


Alloh) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kalian...” (QS. Al-Baqarah [2]: 267)

Rosululloh bersabda:
‫الا ُع َبو َب َّش ُع َبح َّش ًةد َّش ُعش ْل ُعا ُع‬
‫َب َب َب َب َب ْل َب َب َب َّش‬ ‫َب َب َب ْل‬ ‫ْل ْلش َب ُع‬ ‫)) ُع ْلن َبي‬
‫ِفإا ِف‬ ‫ض‬‫خ ٍر‬ ‫ِف‬
‫َب َب‬ ‫َبو إ ْل َبل ا َّشاز َبك َبو َبح ْل َب َب‬
(( ‫اْل ِف و َب ْل ِف َب َب ض‬
‫َّش َب‬ ‫َب َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ا ِف‬ ‫و ِفإ ِف‬
“Islam didirikan atas lima perkara, yaitu bersaksi tidak
ada Ilah selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu
hamba dan utusan Alloh, mendirikan sholat, menunaikan
zakat, haji dan puasa di bulan Romadhon.”204

Nabi bersabda dalam pengarahannya kepada Mu‟adz ketika


ia diutus ke Yaman:
‫َب َب َب َب َب ْل َب َب َب َّش‬ ‫ت َب ْل ًة َب ْل َب ِفك َبل َبف ْل ُع ُع ْل‬ ‫))إ َّشا َب َب ْل ِف ْل‬
‫ُع َبو‬ ‫ِف ا ِفإ‬ ‫ِف‬ ‫ِفإ ى‬ ‫ِف‬ ‫َب ِف‬
‫َب‬ ‫َب َب ا َبذ ا َب َبف ْل َب ُع ُع ْل إ َّش‬ ‫َب ْل ُع ْل َب َب‬
‫َب ْلد‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬
‫ُع‬ ‫ْل‬ ‫ُع‬
‫ِف ح د و ش ا ِف ف ِفئ‬ ‫َب‬ ‫َب‬ ‫ٌس‬ ‫َّش‬ ‫َب‬ ‫ُع‬ ‫ْل‬
‫ْل َب‬ ‫َب ْل َبو َبا ْل َب َبفئ ْل ُع ْل َب َب ُع‬ ‫ْل ُع‬ ‫ض َب َب َب‬ ‫ِف ْلف َب َب َب َب َب ْلي ْل َبخ ْل َب‬
‫ٍر ِف‬ ‫ٍر‬ ‫ٍرت ِففي ك ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل‬ ‫َب َب َب ًة ْل َب ْل َب ْل َب ْل ُع ُع‬ ‫َبف ْل َب ْل ُع ْل َب َّشا ُع َب ْلد إ ْلف َب َب َب َب َب ْلي ْل‬
‫ِف‬ ‫ِفا ِف خذ‬ ‫د ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬

204
[HR. Bukhori/Fathul Baari no. 8 dan Muslim no. 2116]

151
‫َب َب َب ِفا َبذ ِفا َب َبفئ َّش َب َبو َبك َب ِفب ُع‬ ‫ُع ْل َب‬ ‫َب ْلان َب ا ْل َبو ُع َب ُّل إ َب ى ُعف َب َب ا ْل َب إ ْل‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف ِف‬
‫ٌس‬ ‫َب‬
(( ‫ِف ِفحج‬
‫َب ْل َبن َب َبو َب ْل َب‬ ‫ض‬ ‫َبا ْل َب‬ ‫َب ْل َب ا ْل َبو َّش ق َب ْل َب َب ْلْلَب ْلظ ُع ْل َبفئ َّشا ُع‬
‫ِف ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِف‬
“Engkau akan berhadapan dengan ahli kitab oleh karena
itu serulah mereka agar meyakini bahwa tidak ada Ilah
selain Alloh dan muhammad adalah rosul-Nya, bila
mereka menyambt seruanmu itu, ajarkanlah kepada
mereka bahwa Alloh mewajibkan atas mereka sholat
lima kali dalam sehari semalam dan bila mereka
mengerjakannya ajarkan kepada mereka bahwa Alloh
mewajibkan agar menunaikan zakat yang diambil dari
mereka untuk diberikan kepada orang-orang miskin di
kalangan mereka, jika mereka telah mentaati kamu,
janganlah kamu sekali-kali mengganggu harta mereka,
takutlah kamu akan doa orang-orang yang teraniaya
karena tidak ada penghalang antara dia dengan
Alloh.”205

Alloh berfirman :
    QS    

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan


menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-
saudaramu seagama.” (QS. At-Taubah [9]: 11)

205
[HR. Bukhori dan Muslim]

152
Rosululloh bersabda :
‫َب‬ ‫َب َّش‬ ‫َب ْل ُع َب َب َّش ُع َب َّش َب ْل َب ُع ْل َب ْل َب‬ ‫ُع‬
‫ِف ا َب ِفالا ُع َبو َّش ُع َبح َّش ًةد‬ ‫ِف ان س ى ل دو‬ ‫)) ِف ْل ُعت‬
‫َب ُع َب‬ ‫َب ُع ْل َب َّش َب َب َب ُع ْل ُع َب َب َب َب َب‬
‫ف َبل ْل ِفا َب َب َب ُع ْل ِف َّشنى‬ ‫و ؤ ازك ف ِفئ‬ ‫ و ِف ا‬، ‫ِف‬ ‫َب ُعش ْل ُعا‬
(( ‫َب ًّي‬
“Aku diperintahkan untuk menerangi manusia sehingga
mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Alloh dan
Muhammad adalah Rosululloh, mendirikan sholat,
menunaikan zakat. Apabila mereka melaksanakan hal
tersebut, maka mereka telah menjaga darahnya dariku.”

Banyak sekali ayat-ayat al-Qur‟an dan sunnah Rosululloh


yang memberikan ancaman keras terhadap orang-orang yang enggan
membayar zakat. Diantaranya adalah firman Alloh :
        

           

          

 
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Alloh, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih,pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka

153
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu." (QS. At Taubah [9]: 34-35)

              

         QS   

      


“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan
harta yang Alloh berikan kepada mereka dari
karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan
kepunyaan Alloh-lah segala warisan (yang ada) di langit
dan di bumi. dan Alloh mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Ali imron [3]: 180)
Rosululloh bersabda :
“Wahai orang-orang muhajirin, lima perkara itu jika kalian diuji
dengan perkara-perkara itu dan ditimpakan atas kamu, aku berlindung
kepada Alloh daripada kalian menderitanya:
1. Tiada berkembang zina pada suatu kaum , melainkan
berjangkitklah di kalangan mereka berbagai penyakit yang
belum pernah diderita oleh orang-orang tua mereka .
2. Tiada mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan
mereka ditimpa oleh kemarau dan kekurangan bahan makanan
serta kedzoliman penguasa.
3. Tiada mereka menahan zakat harta melainkan ditahan hujan
dari langit, sekiranya tak ada binatang-binatang di atas bukit
tiada mereka mendapat hujan sama sekali.

154
4. Dan tiada mereka merusak janji Alloh dan Rosul, melainkan
dijajahlah mereka oleh musuh-musuh mereka.
5. Apabila para pembesar tidak lagi memutuskan hukum atau
mengendalikan negara dengan kitab Alloh , maka mereka
satu sama lain akan bermusuh-musuhan.”206

C. Syarat-Syarat Wajib Zakat


Zakat diwajibkan bagi orang-orang yang memenuhi syarat-
syarat di bawah ini :
1. Islam
2. Merdeka
3. Kepemilikan yang mencapai nishob (ukuran minimal
membayar zakat). Nishob ini merupakan kelebihan dari
kebutuhan-kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan,
transportasi dan alat-alat kerja
4. Harta tersebut telah mencapai satu tahun sempurna, kecuali
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang dihitung menurut
masa panen.
5. Harta tersebut bersih dari utang piutang, baik seluruhnya
ataupun bagian besarnya.

D. Jenis-Jenis Harta Yang Wajib Dizakatkan


Jenis-jenis harta yang diwajibkan menurut dalil-dalil syar‟i
adalah :
1. Emas dan perak, barang-barang dagangan yang setingkat
keduanya, barang-barang tambang dan barang-barang temuan
yang dipersamakan serta surat-surat berharga yang setingkat.

206
[HR. Ibnu Majah dan al-Hakim. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shohihul Jaami‟ no. 7978]

155
Alloh berfirman:
        

   

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan


tidak menafkahkannya pada jalan Alloh, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah[9]: 34)
Nabi bersabda:
‫َب َب َب ٌس‬ ‫َب ْل َب ْل َب ُع ْل َب َب ْل َب‬
(( ‫ض َبو ٍرق د‬‫))ا ض ِفف و خ ِف‬
“Tidak ada zakat pada selain lima uqiyah”.207

Sabda Rosululloh :
“Dan harta rikaz zakatnya seperlima. 208

2. Binatang ternak
Adapun binatang ternak yang mesti dizakati adalah unta,
sapi dan kambing
Nabi bersabda:
‫َب َب ُع ْل ُعت َب ُعح ٌس َبف َب َبد ُع إ ًة َب ْلو َب َب ًة َبا ْل ُع َبؤ ِف َبز َبك َبة َب‬ ‫َب‬
‫ض ْل ِف ِفد ِف‬
‫َب َّش ْل َب ْل‬
‫ِف ِف‬ ‫))و ا ِفذ ال ِف‬
‫َب ْل َبظ ُع َب َبك َبا ْل َبو َب ْلش َب ُعن ُع َب َبط ُعؤ ُع َب ْلخ َبل ف َب وَب‬ ‫إ َّش َبح َبا ْل ُع َب ْل َب ْلا َب َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫َب‬
‫َبا َبد ْلت ْلخ َب َب َب َب ْلت َب َب ْل ِف َبو َب َب َب َّش ى َب ْل ض َب‬ ‫ُع‬ ‫َب ْل َب ُع ُع ُع ُع ْل َب ُع َبَّش‬
‫نطح ِف و ِفن ك‬
((‫س‬
‫َب ْل َب َّش‬
‫ان ِف‬
207
[HR. Bukhori / Faathul Baari no. 1447 dan Muslim no. 3979]
208
[HR. Bukhori / Fathul Baari no. 1499]

156
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada
seorang pun mati dan memiliki unta, sapi atau kambing
lalu tidak dibayarkan zakatnya, kecuali pada hari kiamat
ternak-ternak tersebut menjadi makhluk yang paling
besar dan paling gemuk. Ternak-ternak itu akan
menginjak-injaknya dengan telapak kakinya dan
menanduknya dengan tanduk-tanduknya. Setiap selesai
rombongan ternak yang terakhir maka yang pertama
mengulanginya, demikian seterusnya sampai umat
manusia diberi keputusan.”209
3. Buah-buahan dan Biji-bijian
Biji-bijian yang wajib dizakati adalah semua jenis biji-bijian
yang menjadi makanan pokok dan dapat disimpan, seperti
gandum, kacang, kedelai, kacang pendek, kacang tanah,
jagung, padi dan lain-lain. Adapun buah-buahan yaitu kurma,
zaitun, anggur dan kismis.
Alloh berfirman :
          

  

“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan


Alloh) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 267]
   

209
[HR. Bukhori no. 775, Muslim no. 30 dan at-Tirmidzi no. 617]

157
“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin)” (QS. Al-
An’am [6]: 141)

‫َب َب َب‬ ‫َب ْل َب ْل َب ُع ْل َب َب ْل َب‬


(( ‫ٍر‬ ‫ض َبو ٍرق د‬‫))ا ض ِفف و خ ِف‬
“Tidak ada zakat pada selain lima uqiah” 210

Rosululloh bersabda:
‫اص َب َبا َبو ْلا ُعل ُع ْل ُع َب ْلو َبك َب َب ْل ًة ُع‬
‫ال ُعل ْل ُع َبو ِفف ْل َب ُعش ِف َب‬ ‫))ف ْل َب َبش َب ُع َب‬
‫ِف‬ ‫ِف‬
‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل ُع‬
(( ‫ا ُعلل ِف‬ ‫ِف َبان َب ِف ِفا‬
“Pada tanaman yang disiram hujan atau mata air,atau
tanaman atsaru [tanaman yang mengambil air dengan
akarnya karena dekat dengan aliran air], maka zakatnya
sepersepuluh dan tanaman yang disiram dengan tenaga
manusia zakatnya separuh dari sepersepuluh (5%)”211

E. Syarat Nishob Benda Yang Dizakati


1. Emas
Syarat zakat harus haul (genap) setahun dan mencapai
senishob, yaitu dua puluh dinar (85gr) dalam zakat yang
dikeluarkan sebesar seperempat puluh (2,5%). Jadi setiap
duapuluh dinar, zakatrnya setegah dinar dan seterusnya.
2. Perak
Syarat wajib zakat perak adalah haul dan nishob. Nishob
perak adalah lima wasaq yaitu 200 dirham. Kewajiban zakatnya
210
[HR. Bukhori/Fathul Baari no. 1447 dan Muslim no. 3 (979)]
211
[HR. Bukhori no. 791 dan at-Tirmidzi no. 640]

158
sama seperti emas yaitu 2,5 %. Lebih dari itu diperhitungkan
zakatnya.
3. Barang Dagangan
Barang dagangan bisa berbentuk barang keperluan sehari-
hari seperti makanan, pakaian, kelontong, dan sebagainya. Dan
bisa berbentuk barang spekulan, yaitu barang berupa tanah
pemukiman, lahan pertanian dan sebagainya.
Bila berbentuk barang keperluan sehari-hari, zakatnya bisa
dihitung dengan bentuk uang setiap akhir tahun , dari sejak dia
dagang dengan cara menggabungkan barang yang belum terjual,
uang tunai dan piutang yang ada di luar. Bila berdagang spekulan,
zakatnya dikeluarkan pada waktu barangnya terjual dalam satu
tahun, walaupun barang itu ada pada dirinya bertahun-tahun saat
ia menunggu naiknya harga barang dagangannya, maka besar
zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2.5 %, sedangkan nishobnya
sama dengan nishob emas dan perak.
4. Harta Rikaz
Yaitu harta terpendam. Siapa yang menemukan di tanah
miliknya atau di rumahnya harta terpendam tersebut, maka wajib
dikeluarkan zakatnya seperlima untuk fakir miskin dan badan
sosial.
5. Barang Tambang
Bila barang tambang berupa emas atau perak wajib
dizakatkan dari hasil tambangnya bila sampai senishob. Jumlah
zakatnya ada dua pendapat yaitu ada yang berpendapat seperlima
ada yang berpendapat yang sama dengan emas dan perak,
mengambil alasan dengan kemurnian dalil: “Dan tidak wajib zakat

159
harta yang kurang dari lima wasaq”. Lima wasaq mencakup
barang tambang dan yang lainya, perintah di sana luas artiya.
Adapun bila barang tambang berupa besi, tembaga, fosfor
dan sebagainya disunahkan mengeluarkan zakatnya dari
perolehannya dengan perbandingan 2,5%. Karena tidak ada nash
yang jelas mengenai kewajiban zakat pada barang tersebut, tapi
bila barang tambang berupa emas dan perak maka wajib
dizakatkan.
6. Kekayaan Hasil Produksi
Bila hasil produksi, baik berupa hasil peternakan maupun
perusahaan wajib dizakatkan dengan zakat asalnya, tidak
memandang pada haul setahun. Bila produksi itu bukan dari
keuntungan dagangnya atau peternakan maka dilihat dulu bila
sudah setahun dan sudah cukup nishobnya hendaknya dizakatkan.
Siapa yang mendapat hisab ataupun warisan tidak wajib
zakat sebelum hisab atau warisan itu cukup setahun.
7. Binatang Ternak
a) Unta
Syarat zakat untuk unta adalah haul dan cukup senishob.
Nishobnya sudah mencapi lima ekor atau lebih.
Nabi bersabda:
“Tidak wajib zakat pada unta yang kurang dari lima
ekor.”212
 Zakat yang dikeluarkan dari lima ekor unta adalah satu
ekor kambing atau domba umur setahun masuk 2 tahun,

212
[ HR. Bukhori dan Muslim]

160
sebagaimana biasanya umur kambing yang harus
dizakatkan.
 Untuk sepuluh ekor unta zakatnya 2 ekor kambing.
 Untuk 15 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing.
 Untuk 20 unta zakatnya 4 ekor kambing.
 Untuk 25 ekor unta zakatnya 1 anak unta umur satu tahun
(bintu makhodh). Bila tidak ada, boleh denggan unta
jantan atau (bintu labun) umur 2 tahun lebih sampai 3
tahun.
 Zakat 36 ekor unta adalah seekor anak unta betina (bintu
labun) umur 2 tahun lebih.
 Untuk 46 ekor unta zakatnya seekor anak unta (hiqqoh)
umur 3 tahun lebih.
 Bila mencapai 61 ekor unta zakatnya adalah seekor unta
jazzah yang berumur 4 tahun lebih.
 Bila 91 ekor unta zakatnya 2 ekor hiqqoh umur 3 tahun
lebih.
 Bika mencapai 120 ekor unta maka tiap 40 ekor unta
zakatnya seekor bintu labun umur 2 tahun lebih.
Perhatian :
Yang diwajibkan zakat dengan unta pada umur yang
ditentukan kemudian tidak didapatkannya, maka ia wajib
membayar dengan unta yang ada. Bila ternyata umur unta lebih
muda dari yang diminta, hendakanya ditambah dengan 2 ekor
kambing atau 20 dirham uang. Bila lebih tua dari yang
ditentukan, maka tetap harus ditambah dengan 2 ekor kambing
atau uang 20 dirham untuk menambah kekurangannya, kecuali
ibnu labun dianggap cukup untuk menutupi bintu labun.

161
b) Sapi atau kerbau
Syarat sapi yang diusahakan adalah haul dan nishob. Batas
nishob sapi adalah 30 ekor, zakatnya adalah seekor anak sapi
yang berumur satu tahun lebih. Bila mencapai 40 ekor sapi atau
kerbau zakatnya seekor musinnah (anak sapi berumur 2 tahun
lebih. Rosul bersabda:
“Setiap 30 ekor sapi zakatnya seekor sapi umur satu
tahun lebih dan setiap 40 ekor sapi sakitnya seekor
musinnah umur 2 tahun lebih.”213
c) Kambing
Yang termassuk kambing adalah domba dan sarat wajb
zakatnya, adalah ketika mencapai haul dan nishob. Nishob
kambing adalah:
 40 ekor zakatnya 1 ekor kambing betina umur 2 tahun
lebih.
 Bila mencapai 121 ekor, zakatnya 2 ekor kambing betina
umur 2 tahun lebih.
 Bila lebih dari 300 ekor, zakatnya tiap seratus ekor satu
ekor kambing betina umur 2 tahun lebih.
 Apabila lebih dari 300 ekor, Nabi bersabda:
“Bila lebih dari 300, maka zakatnya seekor
kambing betina umur dua tahun lebih.”
Perhatian :
Jumhur ulama mensyaratkan bahwa kambing yang
dizakatkan adalah kambing yang digembalakan lebih dari satu

213
[HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi]

162
tahun, sedangkan Imam Malik tidak memberi syarat
demikian, dan itulah yang dilakukan oleh penduduk Madinah.
Jumhur ulama berdalil dengan sabda Nabi :
“Kambing yang digembalakan di padang rumput bila mencapai
jumlah empat puluh ekor, zakatnya seekor kambing umur 2 tahun
lebih. Demikian bila berjumlah 120 ekor.”
Pada hadits tersebut fi saimatul ghonam (kambing yang
makan di padang rumput ), maka jumhur ulama mengambil
kata-kata tersebut sebagai dalil bagi persyaratan kambing yang
dizakatkan. Untuk unta dan sapi diqiyaskan kepada kambing.
Mereka berkata: “Dalam kesulitan memberi makan ternak
itulah, maka dikenakan persyaratan makan ditempat bebas.”
d) Kelebihan dari nishob zakat ternak
Kelebihan dari ketentuan nishob zakat ternak tidak wajib
dizakatkan. Maka yang memiliki kambing 40 ekor, wajib zakat
1 ekor demikian sampai jumlah 120 ekor zakatnya tetap, bila
lebih satu ekor dari batas tersebut, zakatnya 2 ekor. Maka
jumlah 40 ekor dengan 120 ekor sama saja. Itulah yang disebut
waqos.
“Tidak wajib zakat atas waqas dari semua tempat yang
wajib dizakatkan.”
Hal tersebut karena Nabi pernah menyebutkan untuk
zakat ternak: “Bila ternak mencapai jumlah sekian. Maka
diketahui bahwa jumlah antara dua batas yang diwajibkan
tidak wajib dizakatkan.”
e) Penggabungan dalam zakat
Kambing dan domba digabungkan jika mau dihitung
zakatnya. Demikian juga kerbau dengan sapi, juga unta Arab

163
dengan unta Khurosan, yang punya dua punggung, karena
kedua macam ternak itu sejenis, berdasarkan atas keumuman
lafadz dari Nabi :
“Pada kambing yang digembalakan di padang bebas,
bila mencapai 40 ekor, zakatnya seekor kambing.” Setiap
lima ekor unta, zakatnya seekor kambing, setiap 30 ekor
sapi (zakatnya seekor).”

f) Zakat atas Ternak Bersyarikat


Orang yang bersyarikat memiliki binatang ternak baik dua
orang atau lebih bila cukup nishobnya, maka dipandang satu
orang, maka wajib zakatnya dengan satu kandangnya, satu
tempat menggembala-nya, satu jalan ke tempat
penggembalaannya, satu tukang gembalannya, satu jantan
bibitnya, satu tempat minumnya dan satu tempat memerahnya
dan orang yang memerahnya.
Misalnya: Bila seseorang mempunyai 40 ekor, yang lain
punya 80 ekor maka, pemungut zakat mengambil zakatnya
seekor dari yang 40 ekor. Maka yang punya 80 ekor
mengembalikan dua pertiganya kepada yang punya 40 ekor.
Dengan demikian, maka tidak boleh menggabungkan 2
kelompok kambing yang berbeda, karena ingin menghindari
dari kewajiban zakat. Dan tidak boleh pula memisahkan ternak
yang telah digabungkan karena beralasan dengan surat Abu
Bakar Shidiq yang mengatakan:
“Tidaklah dikumpulkan antara yang terpisah, dan tiada
pula dipisahkan antara yang terkumpul, karena khawatir
mengeluarkan zakat. Dan tidaklah ada dua pencampur

164
ternak kecuali keduanya kembali bersama-sama
berzakat,”214
g) Zakat yang dibayar dengan kambing, sapi atau unta yang
kurus tidak di terima. Maka hendaknya diperhitungkan dari
pemiliknya berdasar ucapan Umar kepada pembantunya:
“Perhitungkan kepada mereka binatang yang kurus itu,
janganlah engkau mengambilnya.”
h) Zakat tidak boleh dipungut dari ternak yang sudah tua dan
cacat, karena harganya murah. Hal itu berdasar perkataan
Abu Bakar :
“Tidak di pungut zakat yang sudah tua, cacat dan
kambing jantan.”
Demikian pula tidak dipungut zakat dari ternak khusus,
seperti binatang bunting yang hampir beranak, ternak pejantan
dan kambing yang digemukkan untuk dimakan, juga ternak
yang diperas susunya.
Nabi bersabda kepada Muadz :
“Jangan engkau pungut zakat dari ternak-ternak
khusus.”
Umar melarang pada pemungut zakat untuk mengambil
ternak yang khusus untuk dimakan, ternak yang sedang diperas
susunya, ternak buntingan kambing pejantan.
8. Buah-Buahan dan Biji-Bijian
Syarat buah-buahan dan biji-bijian yang dizakatkan ialah,
buah yang matang kuning atau merah. Sedangkan biji-bijian

214
[HR. Bukhori dan Malik]

165
bila telah dapat dipecahkan atau digiling, dan anggur harus
yang sudah manis.
Nishobnya lima wasaq (1 wasaq = 60 sho‟, 1 sho‟ = 4 mud).
Rosululloh bersabda:
“Tidak ada zakat bagi biji-bijian yang kurang dari lima
wasaq.”
Yang wajib di zakatkan ialah bila digabung tanpa susah
payah seperti dengan air hujan, mata air atau sungai, maka dari
lima wasaq zakatnya setengah wasaq. Tetapi bila diairi dengan
susah payah seperti dengan kincir, maka zakatnya
seperduapuluh. Jadi dari lima wasaq zakatnya seperempat
wasaq, selebihnya dihitung dan dizakatkan .
Nabi bersabda:
“Pada biji yang diairi dengan air hujan dan atau mata
air, atau yang menghisap air dengan akarnya, zakatnya
sepersepuluh dan diairi dengan kincir adalah
seperduapuluh.”215
Perhatian :
 Tanaman yang di sekali diairi dengan menggunakan alat
dan pada waktu yang lain tanpa alat, zakatnya ¾ dari
sepersepuluh (7,5 %). Demikian menurut pendapat ahli
ilmu. Ibnu Qudama berkata: “Kami tidak tahu, apakah
ada khilaf dalam soal tersebut.”
 Bermacam-macam kurma, dicampur satu sama lain. Bila
sampai nishob wajib dizakatkan, dan tidak dipisah-pisah
mana yang baik dan mana yang buruk.

215
[HR. Bukhori dan Muslim]

166
 Semua jenis gandum dijumlahkan. Bila jumalahnya
mencapai nishob, wajib dizakatkan dari bagian yang
terbanyak jumlahnya.
 Bermacam-macam kacang-kacangan seperti kedelai,
kacang tanah dan lain-lain. Bila mencapai nishob, wajib
dizakatkan.
 Bila biji zaitun dan biji-biji lainya yang dibuat minyak,
yang dikeluarkan zakatnya adalah minyaknya.
 Bermacam-macam anggur dijumlahkan satu sama lain,
bila mencapai nishob, dizakatkan. Bila dijual sebelum
dibuat kismis dikeluarkan zakatnya dari hasil penjualan
yaitu seperempat puluh atau seperduapuluh.
 Padi , jagung dan tembakau, masing-masing berdiri
sendiri, maka tidak dijumlahkan atau digabungkan. Bila
hanya dapat setengah nishob, maka tidak wajib
dizakatkan .
 Siapa yang menyewa tanah dan hasilnya mencapai
nishob, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
 Siapa memiliki biji-bijian yang diperolehnya dengan
cara hibah, membeli atau warisan dalam keadaan telah
matang (dipanen), maka tidak wajib dizakatkan, karena
yang wajib mengeluarkan zakatnya yang membeli atau
menjualnya. Tetapi jika dimilikinya sebelum dipanen
maka berkewajiban baginya membayar zakatnya.
 Orang yang mempunyai utang apabila hartanya akan
habis untuk membayar utangnya maka tidak wajib
zakat.

167
168
ZAKAT
(2)

F. SASARAN ZAKAT
Orang-orang yang berhak mendapatkan zakat terbagi menjadi
delapan golongan, sebagaimana dijelaskan oleh Alloh dalam
firmannya:
       

            

   


“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para mu‟alaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang yang berhutang, untuk di
jalan Alloh dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Alloh, dan Alloh Maha Mengetahui lagi maha
bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]: 60)

1. Fakir
Orang fakir ialah orang yang tidak mempunyai harta untuk
memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, baik makanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggal, meskipun ia mempunyai
harta senishob.

169
2. Miskin
Orang miskin kadang lebih ringan dari orang fakir, atau
lebih berat. Tetapi keduanya sama dalam segala hal.
Rosululloh bersabda:
“Orang miskin itu bukanlah orang yang suka datang ke
rumah-rumah orang menerima sesuap nasi, sebuah atau
dua buah kurma, tetapi orang miskin adalah orang yang
tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan orangpun
tidak mengetahuinya, sehingga tak bersedekah padanya.
Dan mereka menahan diri dari meminta-minta kepada
orang lain.”216

3. Amil Zakat
Yaitu orang yang memungut/mengumpulkan zakat, panitia
dan pencatat hasil zakat. Amil zakat diberi upah kerja dari hasil
zakat, walaupun dia kaya.
Nabi bersabda:
“Tidak halal sedekah bagi orang kaya, kecuali dalam
lima hal; yaitu amil zakat, orang yang membeli barang
sedekah dengan hartanya, orang berhutang, orang
berperang di jalan Alloh dan orang miskin yang
mendapat sedekah dari zakat lalu dihadiahkan kepada
orang kaya.”

4. Golongan Muallaf
Ialah orang Muslim yang keislamannya masih lemah tetapi
berpengaruh pada kaumnya, sehingga ia diharapkan akan
membantu kepada Islam. Muallaf diberi bagian dari zakat agar

216
[HR. Bukhori]

170
hatinya semakin cenderung kepada Islam sehingga ada
manfaatnya dalam membela dan menolong tegaknya Islam. Dan
kadang-kadang dimasukkan golongan ini yang tugasnya
merealisir kepentingan Islam dan kaum Muslimin dalam segi
dakwah, seperti para wartawan dan penulis.

5. Dalam memerdekakan budak belian


Yang dimaksud dengan sasaran ini ialah budak Muslim
yang dibeli dengan zakat agar ia menjadi orang merdeka melalui
jalan Alloh . Atau memerdekakan budak belian yang telah ada
perjanjian dengan tuannya, bila ia punya uang dalam jumlah
tertentu ia dapat dibebaskan oleh tuannya setelah membayar
tebusan.
6. Orang yang berhutang
Yang dimaksud ialah mereka yang mempunyai beban
hutang bukan karena maksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya
dan perlu dibantu agar ia terlepas dari beban hutang itu. Mereka
diberi bagian dari zakat untuk meringankan hutangnya.
Nabi bersabda:
“Tidak halal minta-minta, kecuali bagi tiga golongan;
yaitu orang yang sangat fakir, orang berhutang yang
berat memikulnya atau orang yang harus membayar diat
dan tak bisa membayarnya”217
7. Di jalan Alloh
Yang dimaksud ialah mereka yang bekerja dan berjuang
untuk mendapatkan keridhoan Alloh dengan menjunjung dan

217
[ HR. Tirmidzi dengan sanad hasan]

171
berjihad menegakkan agama Alloh . Maka mereka yang
berperang di jalan Alloh diberi bagian dari sedekah zakat.
Tercakup dalam golongan ini mereka yang berusaha dan bekerja
untuk kepentingan agama Alloh . Seperti mengurus masjid,
membangun rumah sakit, sekolah dan panti asuhan yatim piatu.
8. Ibnu Sabil
Adalah orang yang membutuhkan bantuan karena kehabisan
bekal ketika melakukan perjalanan yang jauh dari negerinya. Maka
ia diberi bagian zakat meskipun kaya di negerinya, karena dalam
perjalanan ia membutuhkan bantuan. Kepadanya diberikan zakat bila
ia tidak memperoleh pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhannya.
Bila ada yang meminjamkan uang ia wajib meminjamnya dan tidak
boleh diberi zakat, bila di negerinya ia kaya.
Perhatian :
 Jika seorang Muslim memberikan zakat hartanya kepada
salah satu sasaran zakat dari delapan golongan itu maka
cukuplah. Tetapi hendaknya diberikan kepada yang sangat
membutuhkan. Bila harta zakat itu banyak, lalu dibagikan
kepada semua golongan yang delapan maka itu lebih utama.
 Zakat tidak boleh diberikan kepada orang yang menjadi
tanggung jawab seorang Muslim dalam memberi nafkah,
seperti orang tua, anak dan istri walaupun mereka susah
hidupnya, karena mereka orang yang wajib diberi nafkah
pada saat membutuhkannya.
 Zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga Nabi , karena
kemuliaan mereka. Mereka itu ialah keluarga Bani Hasyim,
keluarga „Ali, keluarga Uqoil dan keluarga Abbas.

172
Nabi bersabda:
“Sedekah itu tidak layak bagi keluarga Nabi
Muhammad dan sesungguhnya sedekah itu ialah
kotoran manusia.”218
 Cukup dan boleh seorang Muslim yang menyerahkan
zakatnya pada imam, amil dari penguasa Muslim, walaupun
dia orang aniaya dan zakat itu berada di dalam tanggung
jawabnya.
Nabi bersabda:
“Bila kamu bayarkan zakat kepada utusanku, maka
engkau bebas dari kewajiban zakat. Dan engkau
mendapat pahalanya, dosanya bagi orang yang
menyelewengkannya.”219
 Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kafir dan fasiq,
seperti orang yang tidak sholat dan orang yang tidak mau
menjalankan syariat Islam.
Nabi bersabda :
“Zakat dipungut dari orang-orang kaya di antara
mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir di
antara mereka. Yaitu orang-orang kaya di kalangan
kaum Muslimin, orang-orang miskin di kalangan
mereka. Maka zakat itu tidak boleh diberikan kepada
orang kaya dan orang yang status ekonominya kuat.”
Nabi bersabda: “Tidak ada bagian zakat untuk orang
kaya dan orang yang kuat ekonominya.”220

218
[HR. Muslim]
219
[HR. Ahmad dan dibawakan oleh al-Hafidz dalam at-Talqia dan tidak
diberikan komentar]
220
[HR. Ahmad, hadits hasan]

173
 Tidak boleh memindahkan zakat dari satu daerah ke daerah
lain yang jaraknya dapat mengqoshor sholat atau lebih.
Nabi bersabda:
“Zakat diberikan kepada fakir miskin di antara
mereka”

Ahli ilmu mengecualikan bila di suatu daerah tidak ada fakir


miskin atau daerah lain sangat memerlukan, maka boleh
memindahkan zakat ke daerah yang terdapat fakir miskin.
Apakah itu dilakukan oleh imam atau yang lainnya.
 Siapapun yang punya piutang kepada orang fakir, lalu ia
ingin membayar dengan zakat yang diberikan kepadanya,
maka hal itu dibolehkan, bila orang fakir itu akan kesusahan
ditagih utangnya. Adapun bila orang fakir itu tidak rela atau
orang berzakat memberikan kepadanya agar dia membayar
utangnya, maka dibolehkan.
 Tidak sah zakat kecuali dengan niat berzakat. Bila seseorang
membayar zakatnya tanpa menunaikan kewajiban, maka
tidak sah.
Nabi bersabda:
“Sesungguhnya sahnya semua amal adalah dengan
niat. Dan sesungguhnya setiap orang tergantung
pada niatnya.”
Maka bagi si pembayar zakat hendaklah berniat karena Alloh
wajibkan zakat atas hartanya, karena itu lebih baik bagi
ibadahnya.
Alloh berfirman:
        

174
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

G. Mengenai Zakat Fitroh


1. Hukumnya
Zakat fitroh adalah wajib bagi setiap kaum Muslimin,
berdasar hadits dari Ibnu Umar :
“Rosululloh mewajibkan zakat fitroh pada bulan
Romadhon sebanyak satu sho‟ (3,1 liter) kurma atau
gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki,
perempuan, anak kecil dan orang dewasa dari kaum
Muslimin.”221

2. Hikmahnya
Di antara hikmah zakat fitroh adalah mensucikan jiwa orang
yang berpuasa dari pengaruh-pengaruh perbuatan yang tidak
berguna dan kata-kata keji. Demikian pula zakat fitroh
membantu memenuhi kebutuhan fakir miskin pada hari raya.
Ibnu Abbas berkata:
“Rosululloh mewajibkan zakat fitroh untuk mensucikan
jiwa orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan
kata-kata keji serta memberi makan orang-orang
miskin.”222 “Cukupkanlah kebutuhan mereka pada hari
ini.”223

221
[HR. Bukhori dan Muslim]
222
[HR. Abu Dawud, Ibnu Majah. Disahkan oleh Hakim dengan tambahan:
Siapa yang membayarkan zakatnya diterima, dan bila dibayarkan sesudah
sholat maka itu hanyalah sedekah biasa]
223
[HR. Baihaqi sanad dho‟if]

175
3. Besarnya Zakat Fitroh dan Jenis Makanan yang Dizakatkan
Banyaknya zakat fitroh adalah satu sho‟. Satu sho‟ itu ada
empat mud (3,1 liter) dan dibayarkan dalam bentuk makanan
pokok dari penduduk negeri itu, boleh berupa gandum, tepung,
kurma, beras, kismis, jagung, dan lain-lain, berdasar hadits dari
Abu Said :
“Tatkala kami berada bersama Rosululloh, kami selalu
mengeluarkan zakat fitroh dari semua anak kecil, orang
dewasa, orang merdeka dan hamba sahaya satu sho‟
dari makanan atau satu sho‟ dari susu yang dikeringkan
(susu bubuk) satu sho‟ dari gandum atau satu sho‟ dari
kismis (buah anggur yang dikeringkan)”224

4. Zakat Fitroh Tak Boleh Selain Makanan


Yang wajib dikeluarkan buat zakat fitroh adalah dari
berbagai macam makanan dan tak boleh diganti dengan uang,
kecuali darurat, karena tak ada ketentuan dari Nabi makanan
diganti dengan uang, bahkan tak ada keterangan lain dari
seorang sahabat pun zakat fitroh diganti dengan uang.

5. Waktu Wajib Zakat Dikeluarkan


Wajib dikeluarkannya zakat fitroh pada malam hari raya
„Iedul Fitri. Adapun waktu-waktu yang lain yang boleh
mengeluarkan zakat fitroh adalah sehari sebelum Iedul Fitri,
berdasar atas perbuatan Ibnu Umar. Sedangkan waktu yang
utama mengeluarkan zakat fitroh adalah sejak terbit fajar pada
hari raya „Iedul Fitri sampai sebelum dilaksanakan sholat „Iedul
Fitri, karena Rosululloh memerintahkan mengeluarkan zakat

224
[HR. Bukhori dan Muslim]

176
fitroh sebelum orang pergi untuk sholat „Iedul Fitri. Dari Ibnu
Abbas :
“Rosululloh mewajibkan zakat fitroh untuk mensucikan
jiwa orang-orang yang berpuasa dari perbuatan-
perbuatan sia-sia dan kata-kata keji serta memberi
makan orang-orang miskin. Siapa membayarkannya
sebelum sholat „Ied, maka zakatnya diterima dan siapa
yang membayarkannya sesudah sholat „Ied, maka itu
adalah sedekah biasa”225
Waktu qhodo zakat fitroh adalah sesudah sholat „Ied dan
seterusnya, karena dibayarkan pada hari itu tapi makruh.
6. Sasarannya
Sasaran zakat fitroh adalah seperti sasaran pada umumnya,
hanya fakir miskin harus lebih diutamakan dari sasaran yang
lainnya.
Rosululloh bersabda:
“Cukupkanlah kebutuhan mereka pada hari ini. Jangan
kau bayarkan fitroh kepada selain fakir miskin, kecuali
pada saat mereka tidak ada atau kebutuhan mereka tidak
seberapa atau mustahik yang lain sangat membutuhkan.”

Perhatian:
 Seorang istri boleh membayarkan zakatnya kepada
suaminya yang fakir. Adapun sebaliknya tidak boleh,
karena wanita wajib diberi nafkah oleh laki-laki dan bukan
wanita memberi nafkah kepada laki-laki.
 Tidak ada kewajiban membayar zakat fitroh dari orang
yang tidak punya bekal makan untuk „Iedul Fitri, karena

225
[HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, disahkan oleh Hakim]

177
Alloh tidak membebani seseorang, melainkan sesuai
dengan kemampuannya.
 Siapa yang punya kelebihan makanan sedikit pada hari
raya, lalu ia keluarkan, cukuplah. Karena Alloh
berfirman:
    
“Maka bertaqwalah kalian kepada Alloh menurut
kesanggupan kalian.” (QS. At-Taghobun [64]: 16)

 Boleh beberapa orang menerima zakat dari seseorang


untuk dibagi-bagikan di antara mereka, dan boleh pula
seseorang menerima zakat dari beberapa orang, karena
syari‟at menentukan secara mutlak, tidak ada ikatan.
 Wajib zakat fitroh kepada orang Muslim dimana ia berada.
 Tidak boleh memindahkan zakat fitroh dari satu negeri ke
negeri yang lain, kecuali darurat, sama halnya dengan
zakat-zakat lainnya.
Alloh berfirman:
      

          

      


“Sesungguhnya sedekah-sedekah itu ialah
kepunyaan orang-orang fakir dan miskin dan yang
mengurusnya, orang-orang yang diperjinakkan
hatinya, orang-orang yang berhutang, untuk di jalan
sabilillah dan ibnu sabil. Yang demikian itu sebagai

178
kefardhuan Alloh, dan Alloh Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]: 60)

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ziyad Ibnu al-Harts ,


ujarnya:
“Aku datang kepada Rosululloh kemudian berbai‟at
kepadanya, maka datanglah seorang lelaki meminta
sedekah, Katanya: “Berilah kepadaku ya Rosululloh,
bagianku dari sedekah.” Maka menjawablah Nabi :
“Sesungguhnya Alloh tiada merelakan hukum seorang
Nabi dan tiada selainnya dalam urusan membagi
sedekah ini hingga Alloh sendiri menentukan ketentuan,
maka Alloh telah membagikan ke dalam delapan bagian,
jika sekiranya engkau masuk ke salah satu bagian itu
niscaya aku berikan hakmu dari sedekah.”

Nabi berkata kepada Mu‟adz :


“Diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan
kepada orang-orang fakir mereka.”

Nabi bersabda:
“Bukanlah orang miskin itu, orang yang dapat
dikembalikan oleh sebiji dua biji kurma, sesuap dua suap
makanan. Hanya orang miskin itu ialah yang tetap
memelihara diri.”

Dalam riwayat lain:


“Akan tetapi orang miskin itu ialah orang yang tidak
mempunyai barang keperluannya, dan tidak diketahui
orang akan kemiskinannya yang menyebabkan orang

179
memberikan pertolongan kepadanya, dan tidak pula ia
meminta-minta kepada manusia.”226

Umar berkata:
“Apabila kamu memberikan (dalam pemberian zakat),
maka berikanlah sehingga orang yang menerimanya
memperoleh kecukupan.” 227

Dari Ubaidillah Ibnu „Ady , ujarnya:


“Diberitakan kepadaku dua orang lelaki, mereka
mendatangi Nabi dalam haji wada‟, kala itu Nabi
sedang membagi sedekah, lalu memohon kepada Nabi
bagiannya. Maka Nabi mengangkat pandangann,
melihat kami merendahkannya, lalu Beliau mendapati
kami dua orang yang kuat, karena itu bersabdalah beliau
: Jika kamu menghendaki aku berikan juga,
sesungguhnya tak ada bagian pada zakat itu untuk orang
kaya dan untuk orang kuat yang mampu berusaha.”

226
[HR. Bukhori dan Muslim]
227
[HR. Abu Dawud, Ahmad, an-Nasa‟i]

180
AKHLAK & ADAB

181
182
PENGANTAR TENTANG AKHLAK

A. Definisi Akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari akar kata ( ‫ ) َخال ْل ُق‬yaitu gerakan
dan sikap lahiriyah yang dapat diketahui dengan indera penglihat,
dan juga berasal dari ( ‫ ) ُقال ْل ُق‬yaitu perangai dan sikap mental yang
diketahui dengan bashiroh (mata hati).
Secara istilah akhlak ialah sifat-sifat, perangai atau tabi‟at
seseorang dalam bergaul dengan orang lain atau dalam
bermasyarakat.

B. Jenis Akhlak
Ada dua yaitu:
1. Akhlak hasanah/ jamilah/ mahmudah/ karimah.
Yaitu akhlak yang terpuji, seperti: pemaaf, penyantun,
dermawan, sabar, rohmat (kasih sayang), lemah lembut dan lainnya.
2. Akhlak sayyiah/ qobihah/ madzmumah.
Yaitu akhlak yang tercela, yang merupakan lawan dari
akhlak yang terpuji seperti: pendendam, kikir, berkeluh kesah,
keras hati, pemarah dan lainnya.
Namun kata-kata akhlak ini biasanya diperguanakan untuk
menjelaskan akhlak yang terpuji.

C. Keutamaan Akhlak Terpuji


1. Menempati kedudukan yang tinggi dalam agama, karena
termasuk salah satu risalah (misi) agama yang paling utama.
Rosululloh bersabda:
‫َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ‬ ‫َّن َخ ُق ْل ُق ُق َخ ِّم‬
(( ‫ِإ‬ ‫ا ِإس ا‬ ‫)) ِإئ ا ِإ ا ِإ‬
183
“Tiada lain aku diutus (kedunia) adalah untuk
menyempurnakan kebaikan akhlak.” (HR. Ahmad:
2/381, Bukhori dalam Adabul Mufrod: 42 al-Hakim:
2/613 dan Shohihul Jami’: no. 2349)
2. Akhlak merupakan timbangan atau neraca kebaikan.
Rosululloh bersabda:
ً ‫ُق ُق َخ ْل َخ‬ ‫ُق َخ َخ‬ ‫ْل‬ ‫َّن‬
(( ‫)) ِإئنا ِإ نا ِإ َخي ِإسك ْل اأح ِإظنك ْل اأ ق‬
“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian
adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhori dan
Muslim)
3. Akhlak merupakan penyempurna keimanan.
Rosululloh bersabda:
ً ‫ُق ُق‬ ‫ً َخ َخ ُق‬
(( ‫))أك َخ ُقلا ْلإ ِإ ِإنين ِإائ ْلي َخ اأح ِإعن ُقه ْل ا ق‬
‫ْل ُق ْل ْل َخ‬ ‫َخ ْل‬
“Orang Mukmin yang paling sempurna keimanannya
adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi dan
Ahamd)
4. Pemberat timbangan (kebaikan) pada hari kiamat.
Rosululloh besabda:
‫ُق ُق‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ُق ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل َخ‬
‫)) َخ ا نا َش ْل ٍء اأ ق ُقلا ا يي نا ْلإ ن َخاي ْل َخ ا اقي َخ ا ن ُق‬ ‫ْل َخ‬
(( ‫اح ْلع ِإنا ٍء‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
“Tidak ada sesuatu yang dapat memperberat timbangan
(kebaikan) seorang Mukmin pada hari kiamat selain
kebaikan akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
5. Pengantar ke surga.
Ketika Rosululloh ditanya tentang hal yang paling banyak
memasukkan seseorang ke surga, maka beliau menjawab:
‫)) ق َخ ا ا ُق‬ ‫ُق ْل ُق ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل‬
(( ‫اح ْلعنا ال ْل ِإ‬ ‫ِإ‬
“Takwa kepada dan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi:
4/363 dan dalam Silsilah Shohihah: no 997)

184
6. Sebaik-baik warisan.
Hal ini berdasarkan kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa
dalam firman Alloh :
            ﴿

          

‫ ﴾ااا‬              
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang
anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda
simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar
supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 82)

D. Masdar/ Dasar Pijakan Akhlak.


Yaitu fitroh yang telah digariskan oleh Alloh kepada Bani
Adam. Alloh berfirman:
﴾         ﴿
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka
Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya.” (QS. Asy Syams [91]: 7-8)
‫ا﴾اا‬           ﴿
“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah
mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah
menunjukkan kepadanya dua jalan.” (QS. Al Balad: 8-10)
185
Rosululloh bersabda:
‫َخ َّن‬ ‫َخ‬ ‫اح ْلع ُقنا ْلا ُقل ُق ا َخ إلا ْل ُق ا َخ َخ‬ ‫)) ْلاب ُّر ُق‬
‫ىاص ْلذ ِإس َخكا َخ ك ِإش ْله َخ اأ ْلن َخايؼ ِإ َخعا‬
‫اح َخكا َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َّن‬ ‫َخ َخ‬
((‫ْلي ِإ ا ان ط‬
‫ُق‬
“Kebajikan adalah budi pekerti yang baik, sedangkan dosa
adalah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada,
dimana engkau merasa segan untuk memperlihatkan
perbuatanmu di hadapan manusia.” (HR. Muslim)
Maka, jelaslah bahwa jiwa manusia, secara fitroh sejak
dihembuskan ruh kehidupan, merupakan gudang penyimpanan
undang-undang akhlak atau budi pekerti sehingga ia dapat
mengetahui dan memilih jalan yang ingin di lakoninya, apakah jalan
kebajikan ataukah jalan kejahatan?
Namun, cahaya fitroh ini tidak akan putih selamanya, terlebih
lagi jika pemiliknya rela dan ridho untuk mengotorinya.
Fitroh ini dapat dirusak oleh beberapa hal, antara lain:
- Adat atau kebiasaan turun temurun masyarakat yang jelek
(bertentangan) dengan agama dan norma.
- Berbagai macam arus dan pemikiran yang merusak.
- Hawa nafsu.
Hal ini telah diperingatkan oleh Rosululloh dengan sabdanya:
‫َخ‬ ‫اف َخأ َخب َخ ُقه ُقاي َخه ِّم َخد َخاأ ْل ُقاي َخن ِّم‬،
‫َّن ُق َخ ُق َخ َخ ْل ْل َخ َخ‬ ‫ُق‬
‫ص َخش ِإ ِإ اأ ْل ا‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫)) َخ ا ِإ ْلنا َخ ْل ا ٍءد ِإائالاي اذا لىا ا ِإفؼش ِإة‬
(( ‫ُقي َخ ِإ ِّم َخع ِإ ِإ‬
“Tidak seorang bayi pun yang lahir kecuali dilahirkan
dalam fitrohnya, maka kedua orang tuanyalah yang
membuatnya menjadi Yahudi, Nashroni ataupun
Majusi.” (HR. Muslim)

186
PENYUCIAN JIWA
(TAZKIYATUN NUFUS)

Sesungguhnya jiwa manusia terkadang mengalami kelalaian


dan kejemuan dalam ketaatan kepada Alloh serta kewajiban-
kewajiban yang telah ditetapkan-Nya. Dimana berbagai amal
bercampur-baur dengan berbagai kemauannya dan keinginan yang
terkadang tidak sejalan dengan hakekat kehambaannya. Aka tetapi
terkadang manusia juga menyenangi berbagai pujian dan ucapan
terima kasih yang diberikan orang lain atas dasar kebaikan yang
diberikannya. Serta terkadang jiwa mereka bersemangat untuk
melaksanakan berbagai kebaikan dan keutamaan yang dapat
mendekatkan dirinya kepada Alloh . Tentu saja semuanya
berpangkal pada sejauh mana jiwa manusia itu bersih dari berbagai
kotoran yang menghinggapinya. Untuk itu, kita perlu mengetahui
bagaimana kita harus mensucikan jiwa kita tersebut.
Tazkiyatun nufus (penyucian jiwa) merupakan salah satu
tujuan diutusnya para Nabi dan Rosul. Alloh berfirman:
          ﴿

‫﴾ااا‬          
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rosul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 2)

187
Alloh berfirman:
         ﴿

‫﴾ااا‬  


“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rosul
dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka Al kitab (Al Qur‟an) dan Al Hikmah (As Sunnah)
serta mensucikan mereka.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 129)
Alloh mengaitkan keberuntungan dengan usaha penyucian
jiwa. Dia berfirman:
﴾    ﴿
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu.” (QS. Asy-Syams: 9)
Kebutuhan adanya penyucian jiwa muncul akibat adanya
penyimpangan jiwa manusia yang fitroh dari jalan lurusnya yang
telah ditetapkan oleh Alloh kepada seluruh manusia, dimana Dia
berfirman:
           ﴿

‫﴾ااا‬        


“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi.” (QS. Al-A’rof [7]: 172)

188
Perjanjian ini menurut ulama dikenal sebagai Mitsaqul Fithroh
(perjanjian fitroh).
Hati adalah wadah yang harus disucikan guna menolak
syahwat (segala bentuk keinginan yang keluar dari fitroh) dan
syubhat (segala bentuk penyamaran hakekat).
Alloh mengaitkan baiknya seluruh bentuk aktivitas amal
seseorang dengan baiknya sebuah hati (pusat jiwa). Rosululloh
bersabda:
‫َخ‬ ُّ ‫ُق‬ ‫َخ َخ َّن ْل ْل َخ َخ ُق ْل َخ ً َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل‬
‫ا َخ ِإئر ا‬، ‫اصل َخحا ا َخج َخع ُقذاك ُق‬ ‫))أال ِإائنا ِإ ا اجع ِإذا ظغ ِإائر اصلح‬
‫ْل‬ ‫َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق ُق ُّ ُق َخ َخ َخ ْل َخ‬
(( ‫ف َخعذ اف َخعذا اج َخعذاك اأالا ِإ َخىا اق ُق‬
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat
segumpal darah. Apabila dia baik, maka baiklah seluruh
jasad. Dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh
jasad. Ketahuilah, itulah hati.”(HR. Bukhori: No. 39)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa upaya untuk


menyucikan jiwa merupakan satu bentuk ibadah yang amat penting
sebagai tolak ukur bagi baiknya seluruh aktivitas jasad yang
dilakukan. Sejauh mana kita berupaya menyucikannya, sejauh itu
pula amal yang kita usahakan mencapai kemuliaan atau kehinaan.

189
190
HAKEKAT TAQWA

A. Ta’rif Taqwa.
Kata Taqwa ( ‫ ) َخال ْلق َخ‬berasal dari Wiqoyah ( ‫ ) ا ِإ َخق َخي ُق‬yaitu kalimat
yang menunjukkan penolakan terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti
apa yang dapat menghalangi sesuatu. [Lisanul ‘Arob; 15/403 dan
Maqoyiisul Lugoh: 6/131]
Maka, taqwa seorang hamba kepada Robb-Nya berarti
menjadikan penghalang antara dia dengan apa yang ditakuti dari
Robb-Nya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksa-Nya yaitu
dengan cara menta‟ati-Nya dan menjauhi maksiat kepada-Nya.
[Manhajul Anbiya fii Tazqiyatin Nufuus: 28]
Hakekat taqwa adalah:
‫َخ َخ ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ‬
‫ِإ ا ْلش ُقج ْل ا َخ َخبا ِإ ا َخ أ ْلنا ت ُقر َخكا‬ ‫))أ ْلنات ْل َخ ُقل ِإابؼ َخ ِإ ا ِإ ا َخ لىا ْل ٍءسا ِإ َخنا‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ ُق‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ‬
((‫ِإ ق َخبا ِإ‬ ‫ا‬ ‫َخ ْل ِإص َخي ا ِإ ا َخ لىا ْل ٍءسا ِإ َخنا ِإ ا‬
“Beramal dengan mentaati Alloh berdasarkan cahaya
ilmu dari Alloh dalam rangka mengharap pahala-Nya
serta menjauhi maksiat kepada-Nya berdasarkan cahaya
dari Alloh tersebut karena takut siksaan-Nya.”
Umar pernah bertanya kepada Ubay bin Ka‟ab tentang
taqwa. Maka Ubay bertanya: pernahkah engkau menempuh jalan
berduri? Umar menjawab: Tentu. Ubay bertanya lagi: Apa yang
engkau lakukan? Umar menjawab: Hati-hati dan sungguh-sungguh.
Maka Ubay berkata: Itulah taqwa.

191
B. Taqwa Dalam Al-Qur’an Dan As-Sunnah.
1. Firman Alloh :
‫ ﴾ا‬     .. ﴿
“Dan bertakwalah kepada Alloh yang kepada-Nyalah
kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Maa’idah [5]: 96)

2. Alloh berfirman:
            ﴿

‫ ﴾اااا‬       


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Alloh dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Alloh, Sesungguhnya Alloh Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr
[59]: 18)

3. Alloh berfirman:
‫ ﴾ا‬     ﴿
“Dan bertakwalah kepada Alloh agar kalian beruntung.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 189)

Apabila kata taqwa disandarkan langsung kepada Alloh ,


maka maksudnya adalah bertaqwa (takut) kepada murka-Nya, karena
dari situlah munculnya berbagai hukuman di dunia maupun di
akhirat.
Kata taqwa terkadang pula disandarkan kepada tempat
diberlakukannya siksaan Alloh yaitu neraka. Alloh berfirman:

192
            ﴿

‫ ﴾ااا‬  


“Maka jika kalian tidak dapat membuatnya (surat
semacam al-Qur‟an), dan pasti kalian tidak akan dapat
membuatnya, peliharalah diri kalian dari neraka yang
bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi
orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 24)

Dan terkadang disandarkan kepada waktu diberlakukannya


siksaan Alloh yaitu hari kiamat. Alloh berfirman:
             ﴿

‫ ﴾اااا‬      


“Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada
hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain,
walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima
syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka
akan ditolong.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 48)

Sedangkan di dalam sunnah, kata taqwa disandarkan pula


kepada hal-hal yang diharamkan:
1. Rosululloh bersabda:
“Takutlah (taqwalah) terhadap perbuatan dzolim,
karena kedzoliman akan menjadi kegelapan pada hari
kiamat. Dan takutlah (taqwalah) kepada sikap kikir,
karena kekikiran telah membinasakan orang-orang
sebelum kalian sehingga membawa mereka
menumpahkan darah dan merobek-robek kehormatan.”
(HR. Muslim: 16/134 Syarah An-Nawawi).

193
2. Rosululloh bersabda kepada Muadz ketika diutus ke
Yaman:
“Bertaqwalah (takutlah) kamu kepada doa orang yang
didzolimi, karena antara dia dan Alloh tidak terdapat
penghalang.” (HR. Bukhori: 3/357 Fathul Bari dan
Muslim: 1/197 Syarah An-Nawawi).

C. Sarana-Sarana Taqwa.
Alloh telah menetapkan sarana-sarana untuk mencapai
taqwa (tujuan tazkiyatunnufus). Semuanya dapat kita golongkan pada
3 kaidah:
1. Kaidah meneliti seluruh syi‟ar-syi‟ar agama.
Sesungguhnya Islam itu aqidah dan ahkam yang tujuannya
adalah taqwa atau tazkiyatunnufus agar manusia dapat istiqomah
pada perintah Alloh tidak secara individu, kelompok maupun
masyarakat.
Alloh berfirman:
﴾     ﴿
“Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis.”
(QS. At-Taubah [9]: 28)

Seluruh ajaran Islam bertujuan mensucikan jiwa manusia


dari kotoran-kotoran hati. Wudhu, mandi dan tayammum juga
merupakan pensucian. Ketika Alloh berbicara tentang
ketiganya, Alloh dalam akhir kalam-Nya berfirman:
﴾     ﴿
“Tetapi Dia hendak membersihkan kalian.” (QS. Al-
Maa’idah [5]: 6)

194
Sholat merupakan pensucian jiwa, karena ia mensucikan
jiwa dan anggota badan dari kekejian (fahsy) dan kemungkaran.
Alloh berfirman:
‫ ﴾ا‬       ﴿
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Di dalam sholat terdapat tiga kondisi: ikhlas, khosyah


(rasa takut) dan dzikir kepada Alloh . Ikhlas memerintahkan
yang ma‟ruf, khosyah melarang dari yang munkar dan dzikir
kepada Alloh menjadikannya memiliki mata hati. Begitu pula,
zakat bertujuan mensucikan jiwa, Alloh berfirman:
            ﴿

‫ ﴾ااا‬      


“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Alloh
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. At-
Taubah [9]: 103)

Dan begitulah seluruh ajaran Islam bertujuan mensucikan


jiwa, jika kita mau meneliti ayat-ayat Al-Qur‟an dan Sunnah-
sunnah Rosul, maka kita akan menemukannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa jalan yang dapat
mengarahkan kepada taqwa adalah ibadah, karena ibadah adalah:
“Nama-nama yang umum dan menyeluruh, yang
mencakup perkataan dan perbuatan yang dicintainya dan
diridhoi Alloh .”
195
2. Kaidah mengenal sifat orang-orang taqwa yang sempurna dan
orang-orang Mukmin yang ikhlas.
Alloh berfirman:
            ﴿

         

           

‫ ﴾ااا‬       


“Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghoib, yang mendirikan
sholat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman
kepada kitab (Al-Qur‟an) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat, mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk
dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 2-5)

Ayat yang menerangkan tentang sifat-sifat orang yang


bertaqwa ini seluruhnya betujuan pada pensucian jiwa.
3. Kaidah mengenal hakekat wali.
Wali-wali Alloh adalah orang-orang yang Mukmin yang betaqwa.
Alloh berfirman:
﴾            ﴿

196
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (QS. Yunus: 62)

D. Rukun-Rukun Taqwa.
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama‟ah suatu amal hanya diterima
dari orang yagn bertaqwa yaitu orang yang amalnya ikhlas karena
Alloh dan sesuai dengan syari‟at yang ditetapkan oleh Rosululloh
. Sebagian ulama merumuskannya dengan dua point pokok:
‫َخ ْل َخ‬
‫االا َخ ْل َخ ُقذائ َّنالا َخ‬
1. ‫ِإ‬ ‫( أن‬tidak beribadah kecuali kepada Alloh ), dan
2. ‫االا َخ ْل ُق َخذ ُقهائ َّنالاب َخ َخاأ َخ َخشا َخ َخ‬
‫ػس َخ‬ ‫َخ ْل َخ‬
‫( أن‬tidak beribadah kepada Alloh
‫ِإ ِإ‬
kecuali dengan apa yang telah diperintahkan dan disyari‟atkan-
Nya atau melalui lisan para Rosul-Nya).
Ketentuan ini didasarkan oleh dalil-dalil dari Al-Qur‟an dan
Sunnah sebagai berikut:
Alloh berfirman:
             ﴿

‫ ﴾اااا‬            
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam
(Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku
pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya
Alloh hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Maa’idah: 27)

Alloh berfirman:
197
          ﴿

‫﴾ا‬ 
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Al-Mulk: 2)
‫َخ ْل َخ ُق َخ َخ َخ‬
Dalam menafsirkan yang lebih baik amalnya ( ‫)أحعنا‬ Al-
Fudhoil bin „Iyadh menjelaskan: Yaitu yang paling ikhlas dan
paling benar
‫ص ُق ا َخ َخاأ ْل ُق‬
( ‫ص َخ َخ‬ ‫) َخأ ْل َخ َخ‬, maka orang-orang pun bertanya: Hai
Abu „Ali, apa yang paling ikhlas dan yang paling benar itu? Beliau
menjawab: Sesungguhnya amal apaila ikhlas tetapi tidak benar, maka
tidak diterima. Dan amal apabila benar, tatapi tidak ikhlas, maka juga
tidak diterima. Sampai amal itu benar-benar ikhlas dan benar. Ikhlas
adalah karena Alloh dan benar itu adalah sesuai sunnah (tuntunan
Rosululloh ).
Dua syarat di atas ditambahkan dengan satu point penting
lainnya yaitu: Ilmu. Maksud ilmu yaitu mengilmui dua rukun di atas
dan mengilmui hakekat taqwa itu sendiri serta hal-hal lainnya yang
terkait.

198
TAHAPAN-TAHAPAN TAQWA

Untuk mencapai taqwa, seseorang harus melalui tahapan-


tahapan yang akan mengarahkannya menuju hal tersebut, di
antaranya adalah:
A. Tahapan Musyaro’ah ( ‫ اُمل َش َشا َش ُمل‬/ Pemberian Syari’at)
Hati manusia membutuhkan penyatuan dengan nafasnya,
mengatur tata kerjanya dan memberikan beberapa persyaratan,
mengarahkannya kepada jalan kebahagiaan, serta tidak lalai untuk
memantaunya. Sesunguhnya nafsu tidak aman dari upaya
pengkhianatan dan penyepelean terhadap hati. Karena, nafsu selalu
memerintahkan keburukan.
﴾          ﴿
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan.” (QS. Yusuf [12]: 53)
Setelah itu dilakukan, hendaklah nafsu itu dihisab
(diperhitungkan) serta dimintakan pertanggungjawabannya untuk
memenuhi persyaratan yang telah jelas diberikan kepadanya.
Untuk itulah Umar bin al-Khoththob berkata:
‫َخ ْل‬ ‫)) َخح ِإظ ُق َخاأ ْل ُقف َخع ُقك ْل َخاق ْل َخل َخاأ ْلنا ُق َخح َخظ ُق ا َخ َخ َخضَّني ُقن ِإاا ْل َخ ْل‬
‫ضا ك َخب ِإرا َخ ِإئ َّن َخ ا‬ ‫ِإ‬ ‫ش‬
‫ُّ ْل‬ ‫َخ ْل ُق‬ ‫َخ َخ ْل َخ‬ ‫ْل‬ ‫ُق ُّ ْل‬
(( ‫َخي فا ا ِإح َخع ُقب َخاي ْل َخ ا ا ِإق َخي َخ ِإ ا لىا َخ ناح َخظ َخ ا ف َخع ا ِإ ىا اذ ي‬
‫َخ‬
“Hisablah diri-diri kalian, sebelum kalian dihisab,
hiasilah diri kalian untuk menghadapi hari besar
(kiamat). Hisab akan ringan pada hari kiamat hanya
199
bagi orang-orang yang menghisab dirinya di dunia.”
(HR. Tirmidzi: 4/638)

‫ُمل َش َش َش ُمل‬
B. Muroqobah ( ‫ا ا‬ / Pengawasan)
Apabila manusia sudah mewasiatkan dirinya sendiri serta
memberi persyaratan kepadanya, maka tidak ada lagi bagi dirinya
kecuali memberi pengawasan kepadanya. Karena ia memahami
tentang firman Alloh :
﴾           ﴿
“Dan ketahuilah bahwasanya Alloh mengetahui apa
yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 235)

Begitu juga tentang sabda Rosululloh yang ditanya oleh


Jibril tentang makna ihsan:
‫َخ‬
((‫َخاي َخش ك‬
‫)) َخأ ْلن َخات ْل ُق ذا َخ َخاك َخأ َّن َخ ا َخ َخش ُقه َخافا ْلن َخاا ْل ا َخ ُقك ْلنا َخ َخش ُقه َخافا َّن ُق‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Engkau beribadah kepada Alloh , seakan-akan
engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya,
maka Dia pasti melihatmu.” (HR. Muslim no. 8)

Seseorang harus mengawasi dirinya pada 3 tingkatan:


1. Tingkatan sebelum beramal. Maka ia harus mengawasi, apakah
amalnya digerakkan oleh hawa nafsu, mencari jabatan atau
kekayaan atau karena ridho Alloh semata? Jika karena Alloh
, maka laksanakanlah. Dan jika tidak, maka hilangkanlah.
Itulah ikhlas.
2. Tingkatan dalam beramal. Maka ia harus mengawasi, apakah
ketika amalnya yang sedang berlangsung itu dia perbaiki dan
perbagus agar dilihat dan dipuji, atau karena takut orang
200
melihatnya kurang sempurna lalu mereka mencelanya. Ataukah
agar Alloh melihatnya bagaimana ia melaksanakan perintah-
Nya? Jika karena Alloh, maka laksanakanlah. Jika tidak, maka
mintalah ampunan kepada-Nya dengan (istighfar).
3. Tingkatan setelah beramal. Maka ia harus mengawasi, apakah
ia senang dipuji orang atas hasil yang telah dilakukannya.
Ataukah ia hanya berharap balasan dari Alloh .

‫ُمل‬ ‫ُمل‬
C. Tahapan Mujahadah ( ‫ ا َش َشا َش‬/ Berjuang Diri).
Ini adalah perjuangan umum dalam agama Alloh dan
mencari keridhoan-Nya. Di antara hal itu adalah memperjuangkan
jiwa serta terikat dalam menjaganya agar tidak terjatuh dalam tipu
daya setan di saat kelalaian manusia mucul.
         ﴿

‫ ﴾ااا‬ 
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Alloh,
supaya kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 200)
‫َّت‬
D. Tahapan Taslim ( ‫ ال ْس ِل ْس ُمل‬/ Berserah Diri Atau Menerima
Dengan Ridho).
Alloh berfirman:
            ﴿

‫ ﴾اااا‬       


“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
201
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisaa’
[4]: 65)

Untuk mencapai keimanan dalama ayat ini, Alloh


menentukkan tiga tingkatan:
a. Tahkim (yang mengandung pemberian syarat dan pengawasan
agar jiwa selalu berada pada perintah Alloh dan Rosul-Nya).
b. Intifaul Haroj (tidak ada keberatan dan lapang dada). Hal ini
dilakukan dengan perjuangan sehingga hati murni dan siap
menuju tingkat ke 3 yaitu:
c. Taslim (yaitu murni dan bersih dari syubhat yang menentang
perintah-perintah Alloh ).

‫َش‬
E. Tahapan Ridho (‫ى‬ ‫ا ِل ض‬ / Rela).
Kerelaan ini memiliki beberapa perkara:
1. Rela menjadikan Alloh sebagai Robb ( ‫) اش َخضَشىاب هلل َخِإاسَخ‬.
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Rela menjadikan Alloh sebagai Robb mengandung
persaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak di ibadahi kecuali
Alloh . Dimana ia tidak akan menjadikan selain Alloh
sebagai Robb dan Ilah (Pencipta, Pengatur dan Pemilik seluruh
makhluk dan Dzat yang wajib diibadahi semata).
Alloh berfirman:
﴾           ﴿
“Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain
Alloh, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu”.”
(QS. Al-An’am [6]: 164)
202
Hal-hal yang membantu tercapainya kerelaan menjadikan
Alloh sebagai Robb:
 Tawakkal kepada Alloh .
 Konsekuen terhadap sesuatu yang diridhoi Alloh .
 Mengenal kedho‟ifan dan kelemahan diri sebagai manusia.
 Mengenal rahmat dan kasih sayang Alloh .
2. Rela menjadikan Muhammad sebagai Rosul (‫ىاب ُق َخح َّن ٍءذ َخاس ُقظ ْل ًال‬ ‫ِّم َخ‬
‫) ِإاشضَش ِإ‬.
Rela menjadikan Muhammad sebagai Rosul mengandung
persaksian bahwa Muhammad adalah Rosululloh dengan
ketundukkan yang sempurna dan kepatuhan secara mutlak.
Dimana beliau lebih utama dari dirinya sendiri. Tidak akan
mengambil hidayah kecuali dari untaian kalimatnya, tidak akan
bertahkim kecuali kepadanya serta tidak ridho dengan hukum
selainnya.
            ﴿

‫ ﴾ااا‬       


“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 65)

‫ْل َخ‬
3. Rela menjadikan Islam sebagai Dien (agama) ( ‫ىاب ا ِإإلا ْلظ ِإ ِإاد ْلي ًن‬ ‫َّن َخ‬
‫) اشضَش ِإ‬.
Orang yang rela menjadikan Alloh sebagai Robb, berarti
ia pun ridho dengan sesuatu yang diridhoi Alloh dan memilih
203
apa saja yang dikehendaki Alloh . Islam adalah agama yang
diridhoi oleh-Nya untuk para hamba-Nya. Dia memerintahkan
mereka untuk mengikuti agama-Nya serta tidak Dia terima
pengganti dan tebusan apapun kecuali beada di atas manhaj
(aturan tata hidupnya).
Alloh berfirman:
‫ ﴾ا‬      ﴿
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Alloh
hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 19)

﴾             ﴿
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 85)

         ﴿

﴾ 
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
Al-Ma’idah [5]: 3)

Ketiga kerelaan di atas digambarkan oleh Rosululloh sebagai


penyebab masuk jannah, jika diucapkan (dengan penuh keyakinan).
Rosululloh bersabda:

204
‫َخ‬ ً ‫َخ‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬
‫)) َخ ْلناق َخل َخاس ِإط ْلي ُق ِإاب ا ِإ َخاسًّ ا َخ ِإ ِإإل ْلظ ِإ ِإاد ْلي ًن ا َخ ِإ ُق َخح َّن ٍءذ َخاس ُقظ الا َخ َخج َخ ْل اا ُق ا‬
‫ْل َخ َّن ُق‬
(( ‫اجن‬
“Barangsiapa yang mengucapkan: Aku ridho Alloh
sebagai Robb, Islam sebagai dien dan Muhammad
sebagai Rosul, niscaya ia wajib mendapatkan jannah.”
(HR. Abu Dawud no. 1529, dan lain-lain dengan
sanad yang shohih)
‫ُمل‬ ‫ُمل‬ ‫ُمل‬
F. Tahapan Sakinah Dan Tumaninah ( ‫ ا َّت ِل ْس َش َش ال َش ِلأ ْس َش‬/ Tenang
Dan Tentram).
Dasarnya adalah ketenangan dan ketentraman yang diberikan oleh
Alloh pada hati hamba-Nya yang beriman ketika goncangan jiwanya
dan sangat berat rasa takutnya. Sehingga apapun yang akan dihadapinya
tidak dapat menggoyahkannya, bahkan hal tersebut menambah luas
keyakinan dan kemantapan serta menambah keimanannya. Bahagialah
orang-orang seperti ini karena Alloh berfirman:
          ﴿

‫ ﴾ااا‬      


“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah
ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr [89]: 27-30)

Ketentraman semacam ini terdapatdalam hati dengan selimut


taqwa. Sedangkan berbakti (‫ ) ِإاب ُّر‬adalah syi‟ar-syi‟ar-Nya.

205
       ..﴿

‫ ﴾ا‬      


“Alloh menurunkan ketenangan kepada Rosul-Nya, dan
kepada orang-orang mukmin dan Alloh mewajibkan
kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak
dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya.” (QS.
Al-Fath [48]: 26)

206
KEADAAN HATI

A. Makna Dan Definisi Hati


Hati dinamakan qolbun karena cepat dan dahsayatnya
mengalami pergolakan (berbolak-balik) dan senantiasa terombang-
ambing.
Rosululloh bersabda:
‫َّن َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل َخ ْل َخ َخ‬ ُّ ‫َخ َخ‬ ‫ْل َخ ْل‬
‫اظ ِإ ِّمم َخ ا اق ُق ا ِإ ْلنا ق ِإ ِإ ِإائ َّن َخ ا َخ ُقلا اق ِإ اك َخ ِإل ِإاسْليؽ ٍء ا ُق َخ ق ٍء ا ِإ ْل ا‬
‫))ئ َّن َخ ُق‬
‫ِإ‬
‫َخ ْل َخ َخ َخ ُق َخ ِّم ُق َخ ِّم ْل ُق َخ ْل ً َخ ْل‬
((‫اشي ا ش ِإاا ؼ ٍءن‬ ‫أص ِإلا جش ٍءةايق ِإ ه ا ِإ‬
“Hati dinamakan qolbu karena gampang berbolak-balik.
Sesungguhnya perumpamaan hati adalah seperti bulu
yang tergantung di atas pohon yang dapat di bolak-
balikan hembusan angin, ke kiri maupun ke kanan.”
(HR. Ahmad: 4/408 dan dalam shohih al-Jami’ no.
2365)

Di dalam riwayat lain disebutkan:


“Perumpamaan hati seperti bulu yang ada di tanah
lapang yang di bolak-balikkan oleh angin, ke kiri
maupun ke kanan.” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab
as-Sunnah no. 227 dan isnadnya shohih, Dzilalul
Jannah fi Takhrij as-Sunnah karya al-Albani: 1/102)

Rosululloh bersabda:
ً ‫َخ ْل ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ‬ ُّ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ ْل ُق ْل َخ َخ‬
(( ‫اغ ي‬ ‫اآد َخ اأ ْلظ َخش ُق ا ق ٍء ا ِإ نا ا ِإقذ ِإس ِإائر ا ظل‬ ‫)) اق ا ب ِإن‬
“Sesungguhnya hati anak Adam lebih cepat berbolak-
balik daripada periuk ketika didihannya menyatu.” (HR.
Ibnu Abi ‘Ashim no. 226 dan Dzilalul jannah: 1/102)
207
Karena cepat dan dahsyat berbolak-baliknya itulah, maka Rosul
berdoa:
‫َخ َخ َخ‬ ‫ْل ُق ُق َخ َخ َخ‬
(( ‫اص ِّم ِإش اق ْل ُق ن ا لىاػ ِإل‬
‫صش ا اق ْل ب َخ‬ ‫َخ ْل ُق ُق‬
‫ُق َّن ُق َخ‬ ‫َخ َّن‬
‫ِإ‬ ‫)) ا ا ِإ‬
“Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikan hati,
palingkanlah hati kami dalam taat kepada-Mu.” (HR.
Muslim no. 2654)

Hati bagi anggota badan sama seperti raja yang berhak


mengatur pasukannya, dimana semuanya berbuat atas dasar
perintahnya, semuanya berada di bawah pengabdian dan kepatuhan
kepadanya. Maka jika hati baik, maka baik pula seluruh jasadnya.
Dan jika hati rusak, maka rusaklah perilaku anggota badan yang
lainnya.
Rosululloh bersabda:
‫ُق ُّ َخ‬ ‫َخ َخ َخ َّن ْل ْل َخ َخ ُق ْل َخ ً َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل‬
‫اصل َخحا ا َخج َخع ُقذاك ُق ا َخ ِإئر ا‬ ‫))أال ِإائنا ِإ ا اجع ِإذا ظغ ِإائر اصلح‬
‫َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق ُق ُّ ُق َخ َخ َخ ْل َخ ْل‬
(( ‫اأالا ِإ َخ ا اق ُق‬، ‫ف َخعذ اف َخعذا اج َخعذاك‬
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada
segumpal darah. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh
jasadanya. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah
seluruh jasadnya. Itulah (gambaran) hati.” (HR.
Bukhori no. 53 dan Muslim no. 1599)

B. Macam-Macam Hati
Hati bila ditinjau dari sudut hidup dan matinya terbagi menjadi
3 macam, yaitu:
‫)ق ْل ٌب ا َخ ح ْلي ٌب َخ‬
1. Hati yang sehat/ selamat ( ‫اظ ِإ ْلي ٌب‬
‫َخ‬
‫ِإ‬
Qolbun Salim yang dapat membawa keselamatan di sisi
Alloh adalah:

208
‫ُق ُّ َخ‬ ‫َخ َخ َخ َّن ْل ْل َخ َخ ُق ْل َخ ً َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل‬
‫اصل َخحا ا َخج َخع ُقذاك ُق ا َخ ِإئر ا‬ ‫)) أال ِإائنا ِإ ا اجع ِإذا ظغ ِإائر اصلح‬
‫ْل‬ ‫َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق ُق ُّ ُق َخ َخ َخ ْل َخ‬
(( ‫اأالا ِإ َخ ا اق ُق‬، ‫ف َخعذ اف َخعذا اج َخعذاك‬
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada
segumpal darah. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh
jasadnya. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah
seluruh jasadnya. Itulah (gambaran) hati.” (HR.
Bukhori no. 53 dan Muslim no. 1599)
“Hati yang selamat dari syahwat yang menyalahi
perintah dan larangan Alloh serta selamat dari setiap
syubhat yang bertentangan dengan berita-berita-Nya.”
(Ighotsatul Lahfan: 1/12)

Keadaannya selamat dari ubudiyah (peribadatan) kepada


selainnya dan selamat dari bertahkim kepada selain Rosululloh .
Serta selamat dalam mencintai Alloh diiringi tahkim kepada-
Nya, tawakkal dan rendah diri kepada-Nya, serta mendahulukan
ridho-Nya dalam setiap hal dengan menjauhkan diri dari
kemurkaan-Nya.
‫َخ ْل‬
2. Hati yang mati ( ‫)ق ٌب ا َخ ِإِّمي ٌب‬
Hati yang mati adalah hati yang tidak memiliki kehidupan
yaitu tidak mengenal Robbnya, tidak beribadah kepada-Nya
dengan perintah-Nya. Dia selalu tunduk pada syahwat dan
keinginannya, sekalipun mengandung kemurkaan dan kebencian
Robbnya. Ketika ia berhasil dengan syahwat dan keinginannya, ia
pun tidak peduli apakah Robbnya riho atau murka. Jika ia
mencintai, ia cinta karena hawa nafsunya. Jika ia benci, maka ia
pun benci karena hawa nafsunya. Jika ia memberi, maka ia
memberi karena hawa nafsunya dan seterusnya. Hawa nafsu
adalah imanmya, syahwat adalah komandonya, kejahilan adalah
sopirnya dan kelalaian adalah kendaraannya.
209
‫)ق ٌب ا َخ شْلي ٌب‬ ‫َخ ْل‬
3. Hati yang berpenyakit (‫ع‬ ‫ِإ‬
Penyakit hati adalah bentuk kerusakan yang terjadi di dalam
hati yang dapat merusak tashowwur (wawasan keilmuan) dan
irodah (tujuan)nya. Tashowwurnya dirusak oleh syubhat yang
datang, sehingga ia tidak mampu melihat kebenaran, atau ia
melihatnya tidak sesuai dengan hakekatnya. Irodahnya pun
dirusak dengan cara membenci kebenaran yang membawa
manfaat dan kebatilan yang membawa mudhorot. [Amrodhul
Qulub wa Syifauha: 9]
Dua macam penyakit hati yang merupakan biang dari segala
macam penyakit hati lainnya sekaligus menjadi sumber dari
terjadinya berbagai bentuk pelanggaran dan kemaksiatan seorang
hamba dihadapan Alloh , pertama adalah penyakit syubhat dan
syak (keraguan), kedua adalah penyakit syahwat dan ghoy
(penyimpangan ilmu).
Tiga macam hati tersebut telah dijelaskan oleh Alloh
dalam firman-Nya:
             ﴿

            

          

          

             

﴾      


“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rosulpun
dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia
mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan
210
godaan-godaan terhadap keinginan itu, Alloh
menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan
Alloh menguatkan ayat-ayat- nya. Dan Alloh Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar dia menjadikan apa
yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi
orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang
kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang zholim
itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan agar
orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya
al-Quran itulah yang hak dari Tuhan mu, lalu mereka
beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
sesungguhnya Alloh adalah pemberi petunjuk bagi orang-
orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-
Hajj [22]: 52-54)

211
212
PENYAKIT HATI DAN OBATNYA

Hati bisa sakit sebagaimana halnya tubuh. Hal itu disebabkan


ada unsur-unsur dan sebab yang membuat hati itu sakit.

A. Jenis Penyakit Hati


Penyakit-penyakit hati, dibagi menjadi dua jenis:
Jenis pertama adalah yang tidak dirasakan oleh pemiliknya
secara langsung, yaitu penyakit kebodohan, syubhat dan keraguan.
Ini merupakan jenis penyakit hati yang lebih berat, akan tetapi hati
yang telah rusak, maka ia tidak dapat merasakannya.
Jenis kedua adalah penyakit hati yang bisa langsung dirasakan,
seperti: kecemasan, kesedihan dan perasaan marah. Penyakit ini
terkadang bisa hilang dengan obat-obatan alamiah, dengan cara
menghilangkan sebab-sebabnya dan sebagainya.

B. Penyembuhan Penyakit Hati


Penyembuhan hati yang sakit bisa ditempuh dengan empat
cara:
1. Dengan al-Qur‟an al-Karim. Karena al-Qur‟an adalah penyembuh
bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada, yang berupa
keraguan. Al-Qur‟an juga bisa menghilangkan kesyirikan,
kekufuran, penyakit-penyakit syubhat dan syahwat yang terdapat
di dalamnya. Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi orang yang
mengetahui dan mengamalkan kebenaran. Ia juga merupakan

213
rahmat, karena dengannya orang-orang Mukmin bisa memperoleh
ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat.
           ﴿

           

‫﴾اا‬ 
“Dan apakah orang yang sudah mati. Kemudian dia
kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang
terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan
orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang
sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka
kerjakan.”(QS. Al-An’am [6]: 122)

2. Hati itu membutuhkan tiga hal, dan pengobatannya sesuai


dengan kebutuhannya tersebut:
a) Apa yang bisa memelihara kekuatannya. Pengobatannya
bisa berupa iman, amal sholih dan dzikir-dzikir.
b) Perlindungan dari berbagai mudhorot. Pengobatannya bisa
terwujud dengan menjauhi maksiat-maksiat.
c) Menghilangkan unsur-unsur yang menjadikan sakit.
Pengobatannya bisa dilakukan dengan taubat dan isthigfar.
3. Penyakit hati akibat dominasi hawa nafsu
Untuk hal ini, ada dua macam penyembuhan, yaitu
melakukan muhasabah dan melawan hawa nafsu tersebut.

214
Muhasabah dibagi menjadi dua macam:
a) Sebelum beramal.
Dalam hal ini perlu diperhatikan 4 hal:
1) Apakah amalan ini mampu dikerjakan?
2) Apakah mengerjakan amalan ini lebih baik daripada
meniggalkannya?
3) Apakah amalan ini ditujukan untuk memperoleh ridho
Alloh ?
4) Misalnya untuk mengamalkan amalan ini diperlukan
bantuan orang, apakah ada orang-orang yang membantu?
Jika jawabannya ada, maka ia bisa melaksanakan amalan
terebut. Bila tidak, ia perlu mengukur kemampuannya.
b) Setelah beramal.
Dalam hal ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1) Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan baik
yang belum dilaksanakan sebagaimana mestinya,
sehingga mengurangi hak Alloh di dalamnya. Di
antara hak-hak Alloh adalah keikhlasan, ketulusan,
mutaba‟ah (maksudnya, mengamalkan sesuai dengan
tuntunan syari‟at), perasaan senantiasa diawasi oleh
Alloh , pengakuan terhadap karunia Alloh di
dalamnya dan pengakuan akan kekurangan setelah
melaksanakan semua itu.
2) Melakukan muhasabah terhadap amalan yang lebih baik
ditinggalkan daripada dikerjakan.
3) Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan mubah
atau adat kebiasaan yang dikerjakan, apakah untuk
mencari ridho Alloh dan kebahagiaan di negeri
akhirat, sehingga ia menjadi orang yang beruntung,

215
ataukah untuk mencari kebahagiaan di dunia saja
sehingga ia akan merugi.
Kesimpulan dari semua itu, hendaklah ia melakukan
muhasabah terhadap amalan-amalan wajib, kemudian
menyempurnakannya apabila terdapat kekurangan, kemudian
melakukan muhasabah terhadap larangan-larangan Alloh jika
ia mengetahui bahwa dirinya melakukan salah satu darinya, ia
mengiringnya dengan bertaubat dan beristighfar, kemudian
melakukan muhasabah terhadap apa saja yang dikerjakan oleh
anggota badannya dan apa saja yang dilalaikannya.
4. Pengobatan penyakit hati yang terkena godaan setan.
Setan adalah musuh manusia. Untuk menyelamatkan diri
darinya, kita harus melakukan penyelamatan diri sesuai dengan
yang disyari‟atkan oleh Alloh , yaitu dengan cara beristi‟adzah
(memohon perlindungan). Nabi pernah menggabungkan
permintaan, perlindungan dari kejahatan nafsu dan setan sekligus.
Nabi bersabda kepada Abu Bakar :
‫ُق‬ ‫َّن‬ ‫ْل َخ‬
‫ضا َخ ِإا َخ ا اغ ْلي ِإ ا َخ اؽ َخ َخد ِإة َخاس َّنباك ِإ ِّملا‬ ‫س‬‫اع َخ َخ ِإ ا َخ ا َخ ْل‬
‫ َخ ا َّن ُق َّن َخاف ِإػ َخشا َّن‬:‫)) ُقق ْلل‬
‫ِإ‬
‫اؼ ِّمشا َخ ْلفسَشىا َخ ا ناْل‬ ‫َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق َخ ْل َخ ُق َخ ْل َخ َخ َخ َّن َخ ْل َخ َخ ُق ْل ُق َخ ْل َخ‬
‫ِإ‬ ‫َشى ٍء ا ا ِإ يك اأؼ ذاأناال ِإائا ِإائالاأ اأ ر ِإب ا ِإ ن ِإ ِإ‬
‫ُق ْل ً َخ ْل َخ ُق َّن ُق َخ‬ ‫َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ‬ ‫َّن ْل َخ َخ‬ ‫َخ‬
‫اؼ ْلش ِإك ِإ ا َخ اأ ْلناأقت ِإر ا َخ لىا ْلف ِإسَشىاظ ؤ اأ اأجشه ِإائلىا‬ ‫ؼ ِّم ِإشا اؽيؼ ِإنا ِإ‬
(( ‫ُق ْلع ِإ ٍء‬
“Katakanlah: “Ya Alloh, Pencipta seluruh langit dan
bumi, Yang Mengetahui apa yang ghoib dan apa yang
Nampak, Robb dan raja bagi sesuatu. Aku bersaksi
bahwa tiada ilah selain Engkau, aku berlindung kepada-
Mu dari kejahatan nafsuku dan dari kejahatan setan
beserta sekutunya dan dari melakukan kejahatan

216
terhadap diriku atau terhadap seorang Muslim”.” [Lihat
Shohih Tirmidzi: 3/142]

Isti‟adzah, tawakkal dan keikhlasan akan melindungi


seseorang dari dominasi setan:
Renungkanlah ayat-ayat Alloh dan sabda-sabda
Rosululloh di bawah ini:
a) Firman Alloh :
‫﴾اااا‬            ﴿
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati
menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ro'd [13]: 28)
b) Firman Alloh :
         ﴿

           

‫﴾اااا‬ 
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-
dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 135)

217
c) Firman Alloh :
‫ْل ُق ُق‬ ‫َخ ْل‬ ‫َخ‬ ‫ِّم َخ‬
‫﴿ َخ َخ ْلنا ُق َخ ِإ ْل اؼ َخ ِإة ِإشا ِإ اف ِإا َّن َخه ا ِإ ْلنا ق َخ ا اق ِإ ﴾ا‬
“Barangsiapa yang mengagungkan syi‟ar-syi‟ar Alloh
(amal sholeh), maka ia termasuk ketakwaan hati.” (QS.
Al-Hajj [22]: 32)

d) Rosululloh bersabda:
ً ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل‬ ‫ُق‬
((‫اإلا ْلي َخ نا ِإ ْل اق ِإ ا ْل ٍءذاأ َخبذ‬ ُّ ‫َخ ْل‬
‫َخ ْل ُق‬ ُّ ‫َخ‬ ‫َخ‬
‫)) الاي ل ِإ عا اشحا ِإ‬
“Bakhil tidak dapat bersatu dengan iman di dalam satu
hati seorang hamba selama-lamanya.” (HR. An-Nasa’i
dalam Al-Mujtaba’: 6/13 dan tercantum dalam
shohih Al-Jami’ no. 2678)

218
ADAB TIDUR

Tidur merupakan salah satu nikmat yang Alloh berikan


kepada hamba-hamba-Nya.
Alloh berfirman:
          ﴿

‫﴾ا‬  


“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian
malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada
malam itu dan supaya kalian mencari sebahagian dari
karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kalian
bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qoshosh [28]: 73)
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman:
‫﴾اا‬   ﴿
“Dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat.” (QS.
An-Naba' [78]: 9)
Dalam keheningan malam (tidur), seorang hamba dapat
beristirahat dengan tenang setelah sehari penuh bergelut dengan
berbagai aktifitas hingga dia dapat meraskaan kenikmatan hidup dan
dia pun dapat memulihkan tenaganya sebagi persiapan untuk
menyongsong aktifitas baru disaat fajar menyingsing. Oleh karena
itu, hendaklah seorang hamba (Muslim) memperhatikan adab-adab
tidur, sehingga tidurnya tidak sekedar pelepas lelah namun juga
sebagai suatu ibadah. Di antara adab-adab tersebut adalah:

219
A. Adab Sebelum Tidur.
1. Tidak mengakhirkan waktu tidur (begadang) kecuali untuk hal-
hal yang mendadak (mendesak) seperti mengulang pelajaran,
berbincang-bincang dengan tamu atau bercengkrama bersama
anggota keluarga.
2. Selalu menjaga wudhu‟ saat hendak tidur
Rosululloh bersabda:
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ُق‬ ‫ْل َخ َخ َخ َخ َّن ْل‬
‫))ئر اأ ي ا َخ ج َخ افل َخ طأا ُق ط َخ ك ِإاا َّن‬
((‫ص ِإة‬
‫َخ َخ َخ ْل َخ‬
‫ِإ‬
“Jika kamu hendak merebahkan diri ke pembaringan,
berwudhu‟lah sebagaimana engkau berwudhu‟ untuk
sholat.”1
3. Tidur berbaring dengan lambung kanan menghadap kiblat.
‫َخ‬ ‫ِّم َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫ْل َخ‬ ‫ُق‬
((‫ىاؼ ِإق ا ْلي َخ ِإن‬ ‫ْل‬
‫)) َّن ا طؼ ِإ عا ل ِإ‬
“...kemudian berbaringlah di atas pinggang sebelah
kananmu.”2
4. Tidak tidur dengan posisi tengkurap.
5. Berdzikir dan berdoa.
Di antara dzikir, doa dan perbuatan yang bisa dilakukan
Rosululloh adalah:
a) Membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas,
kemudian ditiupkan pada kedua telapak tangan (dengan
sedikit meludah), sesudah itu diusapkan ke anggota tubuh
mulai dari kepada, wajah dan lainnya yang dapat dijangkau
sebanyak tiga kali. 3

1
[HR. Bukhori: no. 6311 dan Muslim: no. 2710]
2
[HR. Bukhori: no. 6311 dan Muslim: no. 2710]
3
[HR. Bukhori: no. 6319 dan Muslim: 4/1723]
220
b) Membaca Ayat Kursi. 4
                 ﴿

                

             

‫﴾ا‬         


“Alloh, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang
dapat memberi syafa'at di sisi Alloh tanpa izin-Nya? Alloh
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Alloh melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Alloh meliputi langit dan bumi. dan Alloh tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Alloh Maha
Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 255)
c) Membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqoroh.
           ﴿

          

           

               

             

4
[HR. Bukhori: no. 5010]
221
               

‫﴾اا‬     


“Rosul telah beriman kepada Al-Qur‟an yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. semuanya beriman kepada Alloh, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rosul-rosul-Nya.
(mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rosul-rosul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami
taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali." Alloh tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami
lupa atau Kami salah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa
yang tak sanggup Kami memikulnya. beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang
kafir.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 255)5

d) Meletakkan tangan kanan di bawah pipi (tangan kanan


sebagai bantal).6
e) Membaca surat as-Sajdah dan al-Mulk. 7

5
[HR. Bukhori: no. 6319 dan Muslim: 4/1723]
6
[HR. Abu Dawud: 4/311. Lihat Shohih at Tirmidzi: 3/143]
7
[HR. Tirmidzi dan Nasaa‟i. Lihat Shohih al Jamii‟: 4/255]
222
f) Berdoa, di antaranya:
‫ُق َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬
(( ‫)) ِإ ْلع ِإ ا ا ُق َّن اأ ُق ْل ا اأ ْلح َخي‬
“Dengan nama-Mu ya Alloh, aku mati dan hidup.”8
‫َخ َخ‬ ‫ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫َّن‬
((‫)) ا ُق َّن ا ِإق ِإ ْل ا ز َخب َخاي ْل َخ ا ْل َخ ا ِإ َخ دك‬
“Ya Alloh, jauhkanlah aku dari siksaan-Mu pada hari Engkau
membangkitkan hamba-hamba-Mu.” (dibaca 3 kali).”9

B. Adab Disaat Tidur.


1. Berusaha menghindari posisi tidur tengkurap.
2. Apabila hendak membalikkan tubuh, berdoa:
‫ضا َخ َخ َخاب ْلي َخن ُقه َخ ا‬ ‫س‬‫اع َخ َخ ِإ ا َخ َخ ْل‬
‫الِاا ُق ا َخ ْلا َخ ِإح ُقذا ْلا َخق َّن ُقس َخاس ُّبا َّن‬‫َخ َخ َخ َّن‬
‫))الا ِإ ا ِإ‬
‫ِإ‬
‫َّن‬ ‫َخ‬ ‫ُق‬
((‫ا َخ ِإضْليضا اغف ُقس‬
“Tidah ada Ilah selain Alloh, Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa, Tuhan Yang Menguasi langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduannya, Yang Maha Mulia lagi
Maha Pengampun.”10
3. Jika ada sesuatu yang menakutkan dalam tidur , maka
bedoalah:
‫َخ‬ ‫َّن َّن َّن ْل َخ‬
‫اغ َخ‬ ‫َخ ُق َخ‬
‫ظ ِإ ِإ ا َخ ؼ ِّم ِإشا ِإ َخ ِإد ِإها َخ ِإ ْلن َخاه َخ َخض ِإ ا‬ ‫))أ ُق ر ِإاب ِإ َخ ِإ ا ا ِإ ا ال ِإ ا ِإ ن‬
‫ُق‬ ‫َخ َخ ْل‬ ‫َّن‬
((‫اؽ َخي ِإػ ِإينا أن َخاي ْلحظ ُقش ِإن‬
“Aku berlindung dengan kalimat Alloh yang
sempurna, dari kemarahan dan siksaan-Nya, dari
kejahatan hamba-hamba-Nya dan dari godaan setan
agar jangan sampai mereka hadir di hadapanku.”11

8
[HR. Bukhori dan Muslim]
9
[HR. Abu Dawud]
10
[HR. Al-Hakim, adz-Dzahabi, an-Nasaa‟i dan Ibnu Suni. Lihat Shohih al-
Jamii‟: 4/321]
11
[HR. Abu Dawud, Shohih Tirmidzi 3/]
223
4. Jika bermimpi baik:
- Tidak diceritakan kecuali kepada orang yang sedang
mendengarkannya. 12
5. Jika bermimpi buruk:
- Meludah kekiri tiga kali (dengan sedikit percikan),
- Berta‟awudz 3 kali,
- Tidak menceritakannya kepada orang lain,
- Mengubah posisi tidur,
- Bangun dan sholat malam, jika mau. 13

C. Adab Setelah Tidur.


1. Berdoa:
‫ُّ ُق‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫َّن‬ ‫َخ ْل َخ ُق‬
‫)) اح ْل ذاا ا از ْل اأ ْلح َخي ا ْل ذ َخ اأ َخ‬
((‫ا ِإائا ْلي ِإ ا الؽ ْل ُقس‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬
“Segala puji hanya bagi Alloh yang membangunkan
kami setelah ditidurkan-Nya. Dan kepadanya kami di
bangkitkan.”14
2. Mencuci kedua tangan.
3. Berwudhu‟.
4. Sholat tahajjud dan witir paling sedikit sholat witir satu rokaat.

12
[HR. Bukhori: 7/24 dan Muslim: 4/1772]
13
[Lihat hadits Muslim 4/1772-1773 dan Bukhori 7/24]
14
[HR. Bukhori dan Muslim]
224
ADAB BERSUCI

Di antara kebiasaan sehari-hari yang dilakukan manusia adalah


masalah buang hajat atau buang air, baik buang air besar maupun
kecil yang dalam bahasan fiqih masuk dalam bab thoharoh atau
kebersihan. Dan sesungguhnya Islam telah memberikan aturan-
aturan tentang cara buang hajat yaitu dengan memberikan tuntunan
berupa adab-adabnya, sehingga kebiasaan tersebut dapat menjadi
suatu ibadah.
Di antara adab-adab buang air, yang harus diperhatikan adalah:
A. Adab Sebelum Buang Air.
1. Mencari tempat yang sunyi dan tidak terlihat.
Mughiroh bin Syu‟bah berkata:
‫ْل َخ ْل َخ‬ ‫َخ َخ َخ ُق َخ َخ ْل َخ‬
(( ‫ح جل فأ َخ ذ ِإ ْل ْلزه ِإ‬
‫َّن‬ ‫َخ َخ َخ َخ‬ ‫َّن‬ ‫ُق ْل ُق‬
‫))كن َخ َخع ان ِإ ِإ ِّمى ِإ ى َخظف ٍءش فأتى ان ِإ ُّى‬
“Aku pernah bersama Nabi di dalam satu perjalanan,
lalu beliau hendak buang hajat, maka beliau mencari
tempat yang (sunyi hingga tidak terlihat orang lain).”15
2. Tidak membawa masuk sesuatu yang tertulis nama Alloh ,
seperti pada cincin, jam tangan dan benda lainnya.
3. Tidak menanggalkan atau melepaskan pakaian (terutama
celana) sebelum dekat dengan permukaan tanah atau lantai.

15
[HR. Abu Dawud no. 1, Tirmidzi no. 20, Ibnu Majah: no. 334, an Nasaa‟i:
1/17, dan Tirmidzi, berkata; Hasan Shohih]
225
4. Mendahulukan kaki kiri ke tempat buang air, sambil
mengucapkan:
‫َخ ْل َخ‬ ‫َخ ْل ُق‬ ‫ِّم َخ ُق ُق َخ‬ ‫َخ َّن‬
(( ‫)) ِإ ْلع ِإ ا ِإ اأا ُق َّن ِإائ ِإ ىاأ ْل ر ِإاب ا ِإ نا ال ُق ِإ ا ا ال َخ ِإة ِإ‬
“Dengan nama Alloh. Ya Alloh, aku berlindung kepada-
Mu dari godaan setan laki-laki dan setan perempuan.”
5. Tidak menghadap atau membelakangi.
Abu Ayub Al-Anshori berkata: Rosululloh
bersabda:
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل َخ َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ ْل ُق ُق ْل َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل ُق‬
‫ا ِإق ْل ِإ غ ِإة ٍءؽ َخ ال َخب ْل ِإلا َخ االا‬ ‫)) ِإئر أ يل اغ ِإةؽ ف تعلق ِإ‬
‫َخ َخ ْل ْل َخ‬
(( ‫ت ْلعلذ ِإب ُقش ه‬
“Apabila kalian buang hajat, janganlah kalian
menghadap kiblat dan jangan membelakanginya, baik di
saat buang air besar atau kecil.”16
‫َخ َّن‬ ‫َّن‬ ‫َّن َخ‬ ‫َّن‬ ‫َخ ُق‬ ‫َّن‬
‫ ا ِإز َخي َخل لى‬: ‫ ق ا ْل َخ َخ ا ِإ َخن ِإن َخي َخس ُقظ َخل ا ِإ ق َخل‬.» ‫)) َّن ُقق ا ِإ َخن ْلي ِإن‬
‫َّن َخ ِّم‬ ‫َخ‬
(( ‫ط أ ْل ِإ ِإ ِإ ْل‬
‫ِإ ى ػ ِإشي ِإ ان ِإ‬
“Takutlah kalian kepada dua perkataan yang
mendatangkan laknat? Sahabat bertanya: apakah itu ya
Rosululloh? Beliau berkata: yaitu orang yang buang
air di jalan-jalan (umum) dan di naungan (tempat
pertemuan).”17

16
[HR. Bukhori: no. 393, Muslim: no. 264, Abu Dawud: no. 9, ad-Darimi: no.
665 dan Malik dalam al-Muwaththo: no. 453 dan Tirmidzi: no. 8]
17
[HR. Muslim: no. 269]
226
B. Adab Istijmar (Bersuci Dengan Benda Keras, Seperti Batu,
Daun dan Tisu) dan Istinja’ (Bersuci Dengan Air).
1. Tidak beristijmar dengan tulang atau kotoran binatang.
2. Tidak beristijmar dan beristinja, ataupun menyentuh kemaluan
dengan tangan kanan.
3. Beristijmar dalam hitungan ganjil yaitu dengan tiga batu (atau
semisalnya). Dan jika dirasa belum bersih, maka dengan lima
batu. Hal ini berdasarkan pendapat Salman al-Farisi berikut:
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ‬
‫أ ْلن ال ْلع َخل ْلق ِإ َخل ا ِإق ْل َخ أ ْلن ال ْلع ْلن ِإ َخى ِإبأ ْلي َخ ِإ َخن َخ ال َخ ْلك َخل ِإف َخى ِإب ُقذ ِإن‬ ‫))أ ش‬
‫ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ ٌب َخ َخ َخ ْل‬ ‫َخ َخ َخ َخ‬
(( ‫ٌب‬ ‫ج ٍءس ايغ ِإفيه س ِإجيع ال‬ ‫ِإ أ‬
“Rosululloh melarang kami buang air besar dan kecil
menghadap kiblat, atau beristinja‟ dengan tangan kanan,
atau beristinja kurang dari tiga batu, atau beristinja‟
dengan tahi/kotoran atau tulang bintang.”18
4. Jika ingin beristinja‟ dan beristijmar sekaligus, maka
dahulukan istijmar. Dan jika dirasa cukup dengan salah
satunya, maka hal ini tidak apa-apa. Akan tetapi secara umum,
beristinja‟ lebih bersih dan lebih suci.
5. Memercikkan air ke kemaluan dan celana untuk
menghilangkan was-was.
6. Mengusap-usap tangan kiri ke tanah atau membasuhnya
dengan sabun (atau semisalnya).

18
[HR. Muslim: no. 262, Abu Dawud: no. 7, Ibnu Majah: no. 316, dan Tirmidzi
no. 16 ia berkata: Hadits Salman dalam bab ini adalah Hadits Hasan Shohih]
227
C. Adab Setelah Buang Air.
Mendahulukan kaki kanan, sambil bedoa:
‫ُق ْل َخ َخ‬
(( ‫))غف َخش‬
“Ya Alloh, ampunilah aku.”
Aisyah berakata:
‫ُق ْل َخ َخ‬ ‫َخ ْل َخ َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫َّن‬ ‫َخ َخ‬
(( ‫ غف َخش‬:‫ِإئر ا َخش ا ِإ نا ال ِإ اق َخل‬ ‫))ك نا ان ِإ ا‬
“Nabi apabila keluar dari jamban, maka beliau
berdoa: “Ya Alloh, ampunilah aku.”19

19
[HR. Ahmad: no. 25275, Tirmidzi: no. 7, Abu Dawud: no. 30, Ibnu Majah:
no. 300 dan ad-Darimi: 68, sanadnya shohih]
228
ADAB BERPAKAIAN

Alloh sangat sayang dan memperhatikan kepentingan


hamba-hamba-Nya. Bukti hal ini dapat diketahui seorang Muslim
yang bersyukur dalam banyak hal dan kenikmatan yang
dianugerahkan-Nya, yang besar maupun kecil, yang terlihat maupun
tidak, yang disadari maupun tidak disadari. Dan semua nikmat
tersebut tidak akan dapat dihitung. Namun sebagai salah satu bukti
penguat yang dapat dirasakan dan diperhatikan adalah dalam
masalah pakaian.
Sebagian orang, bahkan kaum Muslimin banyak yang tidak
memperhatikan masalah ini sehingga terkadang pakaian yang
dikenakannya dijadikan ajang pelampiasan nafsu, yang akhirnya
menyalahi garis fitroh berpakaian. Secara tegas dalam ayat-ayat al-
Qur‟an yang mulia, Alloh menganugerahkan pakaian sebagi
minnah (anugerah) dan nikmat-Nya. Bahkan Allohpun telah
mewajibkan dan memerintahkannya secara khusus pada kondisi-
kondisi tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu pula, yang pada
intinya adalah untuk maslahat bagi hamba-hamba-Nya itu sendiri.
Alloh berfirman:
          ﴿

﴾    


“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepada kalian pakaian untuk menutup aurat kalian dan
229
pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa
itulah yang paling baik.” (QS. Al-A’roof [7]: 26)

Tafsir ayat di atas:


“Alloh memberikan kegembiraan kepada Bani Adam
dengan menganugerahkan pakaian sebagai kebutuhan
sandang yang vital maupun pakaian keindahan seperti
masalah makanan, minuman dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya. Dan Alloh pun menjelaskan penganugerahan
nikmat-Nya tersebut bukan sebagai sarana pelengkap
semata-mata, bahkan ada tujuan lain yang lebih besar
yaitu sebagai media untuk menunjang ibadah dan
ketaatan taqwa yang berupa kebaikan hati dan jiwa.”20

Alloh berfirman:
           ﴿

‫﴾ا‬    


“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-
A’rof [7]: 31)

Tafsir ayat di atas adalah:


Setelah Alloh menganugerahkan pakaian untuk
menutup aurot dan pakaian indah untuk perhiasan, maka
Allohpun memerintahkan Bani Adam untuk menutup aurat
mereka di saat sholat, baik sholat wajib maupun sunnah.
Menutup aurot dengan pakaian berarti menghiasi badan
tersebut sebagaimana jika aurot tersebut dibuka (bahkan
20
[Taisiir al-Kariim ar-Rohmaan: 248]
230
dipajang) yang merupakan tindak pelecehan dan keburukan.
Dari ayat ini dapat diambil hukum lainnya seperti:
1. Perintah menutup aurot di saat sholat.
2. Perintah memperbagus pakaian sholat (bersih dan rapi).
3. Perintah menjaga kebersihan pakaian dari kotoran dan
najis. 21
         ﴿

‫﴾اا‬     


“Dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di
gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang
memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang
memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Alloh
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu
berserah diri (kepada-Nya).” (QS. An-Nahl [16]: 81)

Tafsir ayat ini adalah:


“(Ayat ini dan 3 ayat sebelumnya) menjelaskan nikmat-
nikmat Alloh yang banyak dan sebagai kesempurnaan-
Nya adalah dengan menambahkan nikmat-nikmat
tersebut hingga batasan yang tidak dapat ditakar
maupun dihitung.”22

Disamping itu Rosululloh juga telah memberikan


tuntunan mengenai pakaian dan menggunaannya dalam sabdanya:
‫َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫ْل َخ ْل‬ ‫َخ ْل َخ‬ ‫َّن ُق‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ ْل‬ ‫ُق ُق‬
((‫صذق ْل اا ا ا ُقع ْل ا ِإ ناغي ِإر ِإائ ْلظ َخش ٍء ا االا َخ ِإ ْلي ٍء‬
‫)) ك ْل ا ا ؼ َخشُق ْل ا ا َخ‬
“Makan dan minum, berpakaian dan bersedekahlah
kalian namun jangan berlebih-lebihan dan sombong.”23

21
[Taisiir al-Kariim ar-Rohmaan: 249]
22
[Taisiir al-Kariim ar-Rohmaan: 298]
23
[Shohih Sunnan an-Nasa‟i no. 2399]
231
Dari dalil-dalil di atas, karena pakaian bukan hanya sekedar
alat pembungkus tubuh bahkan erat kaitannya dengan perintah
ibadah, maka hendaknya seorang Muslim senantiasa
memperhatikan adab-adabnya, sebagaimana Rosululloh pun
telah menjelaskan jenis-jenis pakaian yang diperoleh, dilarang,
disunnahkan maupun yang dibenci. Di antara adab-adab
berpakaian adalah:

A. Adab Sebelum Berpakaian


1. Bagi laki-laki dilarang memakai sutera dan emas secara
mutlak, namun kedua hal tersebut dihalalkan bagi perempuan.
‫ْل َخ ُق‬ ‫ُّ ْل َخ‬ ‫ُق‬ ‫ْل َخ‬ ‫َخ َّن ُق‬ ‫ْل َخ‬ ‫َخ َخ ْل َخ‬
((‫يشاف ِإا ا َخ ناا ِإ َخع ا ِإ ىا اذ َخي اا ْل َخاي ْلع ا ِإ ىا ِإ َخش ِإة‬
‫))الا ُقع ْل ا احش َخ‬
‫ِإ‬
“Janganlah memakai kain sutra, karena siapa saja yang
memekainya di dunia, maka di akhirat dia tidak akan
memakainya lagi.”24
2. Lebih utama memakai pakaian yang berwarna putih,
meskipun warna yang lainnya diperbolehkan.
Rosululloh bersabda:
‫َخ ُق‬ ‫َخ َخ ِّم ُق‬ ‫َخ َخ ْل‬ ‫َخ َّن َخ ْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل َخ‬
((‫ضاف ِإا َخه اأػ َخ ُقشا أػ َخي ُق ا ك ِإفن ا ِإف َخيه ا َخ ْل ك ْل‬
‫)) ا ُقع ا ا َخ َخي َخ‬
“Pakailah pakaian putih, karena dia lebih suci dan lebih
bagus. Dan kafanilah mayit kalian denga nkain putih
tersebut.”25
3. Tidak meniru pakaian orang-oran musyrik, kafir dan golongan
yang terlarang untuk diikuti lainnya.
Rosululloh bersabda:
‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ‬
(( ‫ْل‬ ‫)) َخ ْلناتؽ َّن َخ ِإابق ْل ٍء اف ُق َخ ا ِإ ْلن ُقه‬
24
[HR. Bukhori: no. 5834 dan Muslim: no. 2069]
25
[HR. Ahmad: no. 20239, Ibnu Majah no. 3567, an-Nasa‟i no. 5337 dan at-
Tirmidzi no. 2819. Ia berkata: Ini hadits hasan shohih]
232
“Barangsiapa yang meniru-niru (perbuatan) suatu kaum,
maka dia termasuk golongan mereka.”26
4. Tidak boleh memakai pakaian lawan jenis seperti laki-laki
memakai pakaian perempuan atau sebaliknya.
Rosululloh bersabda:
‫َخ‬ ‫غ ِإاا ْل َخع َخ ا ْلْلَخ ْل َخشأ ِإةا َخ ْلْلَخ ْل َخشأ َخةا َخ ْل َخ ُق‬
‫غ ِإاا ْل َخع ا‬ ‫َّناش ُقج َخل َخاي ْل َخ ُق‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬
‫))ا َخ َخن َخاس ُقظ ُقلا ا ِإ ا‬
((.‫اش ُقج ِإل‬ ‫َّن‬
“Alloh melaknat laki-laki yang memakai pakaian
wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.”27
5. Memulai memakai pakaian dari kanan.
Aisyah berkata:
‫َخ َخ َخ‬ ‫َخ ْل ُق ِّم‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬
‫ُقاي ِإح ُّ ا َّنال َخي ُّ َخنا ِإ ىاؼأ ِإ ِإ اك ِإ ِإ ا ِإ ْلا ْل ْلي ِإ ا َخ َخش ُّج ِإ ِإ ا‬ ‫((ك َخن َخاس ُقظ ُقلا ا ِإ ا‬
‫ُق‬
))‫َخ ػ ُق ٍءس‬
“Rosululloh menyenangi memakai sesuatu dari bagian
kanan dalam setiap perbuatan, baik dalam bersandal,
berjalan maupun bersuci.”28
6. Tidak memanjangkan pakaian, baju, mantel dan lainnya
melebihi mata kaki, walaupun tidak berniat sombong.
Rosululloh bersabda:
‫َخ‬
))‫اإلا َخص ِإساف ِإفىا َّنان ِإس‬ ‫(( َخ َخاأ ْلظ َخف َخلا َخنا ْلا َخك ْل َخ ْلينا َخ‬
‫ن‬
‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
“(Kain) yang melebihi mata kaki tempatnya di
neraka.”29
Rosululloh bersabda:
‫َخ‬ ‫(( َخال َخاي ْلن ُق ُقشا ا َّن ُق َخاي ْل َخ ا ْلاق َخي َخ ائ َخلىا َخ ْلن َخ‬
))‫اج َّنش ِإائ َخص َخس ُقه َخابؼ ًش‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬
26
[Shohih Sunan Abu Dawud no. 3401]
27
[HR. Abu Dawud: 4/157, an Nasa‟i: 371 dan Ahmad: 2/325]
28
[HR. Muslim no. 67 [268]]
29
[HR. Bukhori: no. 5787]
233
“Alloh tidak akan melihat orang yang memanjangkan
bagian (melebihi mata kaki) karena sombong.”30

Sedangkan bagi perempuan Muslimah diperintahkan


untuk memanjangkan pakaian hingga menutup kedua kakinya
dan mengulurkan jilbab (kerudung)nya hingga menutupi
kepala, tengkuk, leher dan dadanya.
Alloh berfirman:
         ﴿

‫﴾ا‬  
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-
anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.” (QS. Al-Ahzab [33]: 59)

        …﴿

﴾ ...  


“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka...” (QS.
An-Nur [24]: 31)

Dalam riwayat Aisyah dan Ummu Salamah ,


dijelaskan bahwa kaum Muslimah ketika turun perintah hijab,
maka mereka merobek selendang tebalnya sebagai kerudung dan
senantiasa memakainya ketika keluar rumah. 31

30
[HR. Bukhori: no. 5788 dan Muslim: 48 [2087]]
31
[HR. Bukhori: no. 4758]
234
7. Berdoa disaat berpakaian:
‫ْل َخ‬ ‫ْل َخ ْل ُق َّن َّن ْل َخ َخ ْل َخ َخ َّن ْل َخ َخ َخ َخ َخ‬
‫اح ْل ٍءلا ِإ ِإ ِّم ىا‬
‫اغ ْلير َخ‬
‫)) اح ذ ِإاا ِإ ا ا ِإز اكع ِإن اهز ا( ا ب) سصق ِإني ِإ ا ِإ ن ِإ‬
‫َخ ُق‬
))‫َخ الاق َّن ٍءة‬
“Segala puji bagi Alloh yang menganugerahkan pakaian
ini kepadaku sebagai rezekiNya, tanpa daya dan
kekuatan dariku.”32

Dan ketika memakai pakaian baru hendaklah berdoa


dengan doa:
‫َّن ُق َّن َخ َخ ْل َخ ْل ُق َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق َخ ْل َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق َخ‬
‫اص ِإن َخعاا ُق ا‬ ‫(( ا اا ا اح ذاأ اكع ِإلي ِإ اأظأا ا ِإ نا ي ِإر ِإها ي ِإرا‬
‫َخ َخ ُق ُق َخ ْل َخ ِّم َخ َخ ِّم َخ ُق َخ‬
)) ‫اص ِإن َخعاا ُق‬ ‫أ ر ِإاب ا ِإ ناؼ ِإش ِإها ؼ ِإشا‬
“Ya Alloh, Engkaulah yang memberi pakaian ini
kepadaku. Aku memohon kepada-Mu untuk memperoleh
kebaikannya dan kebaikan penciptaannya. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan
penciptaannya.”33

B. Adab Di Saat Berpakaian


1. Mendoakan teman (Muslim) yang mengenakan pakaian baru
dengan doa:
‫َخ َخ‬ ‫ْل ُق‬ ‫ُق‬
))‫(( ْل ِإل ْلا َخ ُقاي ِإ فا ُق ات َخ لى‬
“Kenakanlah sampai lusuh, semoga Alloh memberikan
gantinya kepadmu.”34

32
[HR. Ashabu Sunan kecuali Nasa‟i, Irwaul Gholil: 7/47]
33
[HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, al Bukhori dan terdapat dalam Mukhtasor
Syamail, Tirmidzi tahqiq Syaikh al Albani halaman, 147 ]
34
[HR. Abu Dawud: 4/41]
235
‫َخ‬
)) ‫اح ِإ ْلي ًذ ا َخ ا ُق ْل اؼ ِإ ْلي ًذ‬ ‫اج ِإذ ْلي ًذ ا َخ ا ِإ ْل‬
‫ؾ َخ‬ ‫((ئ ْلا َخ ْل‬
‫غ َخ‬
‫ِإ‬
“Berpakaianlah yang baru, hiduplah dengan terpuji dan
matilah sebagai syahid.”35

2. Senantiasa menjaga kerapian dan kebersihan pakaian


terutama dari najis dan kotoran-kotoran lainnya.
C. Adab Setelah Berpakaian
Meletakkan pakaian pada tempatnya dengan rapi sambil
membaca doa:
(( ‫)) ِإ ْلع ِإ ا ِإ‬
“Dengan nama Alloh (aku meletakkan pakaian).”36

35
[HR. Ibnu Majah: 2/1178, al Bukhori: 12/41 dan dengan Shohih Ibnu Majah:
2/275]
36
[HR. at Tirmidzi: 2/505 dan lainnya. Lihat Shohihul Jami‟: 3/203]
236
ADAB MAKAN DAN MINUM

Banyak orang yang memandang proses makanan dan minuman


sebagai suatu kegiatan yang lazim, adat atau kewajiban hidup.
Hingga tak jarang terdengar ungkapan bahwa: “Hidup untuk makan
dan makan untuk hidup.” Dalam Islam, makan dan minum tidak
hanya dipahami secara sempit seperti di atas.
Kamu Muslimin memandang bahwa proses makan dan minum
hanyalah sebagai sarana, bukan tujuan hidup. Mereka menjadikannya
sebagai penunjang keselamatan badan untuk memaksimalkan ibadah
kepada Alloh . Dengan demikian dalam proses makan dan minum
mereka senantiasa memperhatikan adab-adab yang telah dicontohkan
Rosululloh di antara adab-adab tersebut adalah:
A. Adab Sebelum Makan Dan Minum
1. Makan dan minum harus halal dan baik.
Alloh berfirman:
﴾        ﴿
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 168)
“Alloh memberikan nikmat kepada mereka dengan
memerintahkan mereka untuk makan seluruh apa
yangada di muka bumi, berupa biji-bijian, buah-buahan,
sayur-sayuran dan hewan (yang halal). Artinya
dihalalkan memakannya, bukan dengan cara merampas,
mencuri, sarana perdagangan yang diharamkan atau
237
dengan cara yang di haramkan serta (yang baik) artinya
bukan barang kotor, darah, daging babi dan lain-lain.”37
2. Makan dan minum harus diniatkan untuk taat kepada Alloh
3. Mencuci kedua tangan agar bersih dan suci.
4. Hendaklah makan secara bersama-sama atau berjama‟ah.
Rosululloh bersabda:
“Berjama‟ahlah dalam makan kalian, niscaya kalian
akan diberikan berkah di dalamnya.”38

B. Adab Ketika Makan Dan Minum


1. Mengucapkan Basmalah ( ‫ِإ‬ ‫) ِإ ْلع ِإ ا‬.
Rosululloh bersabda:
‫َخ َخ ْل‬ ‫َّن َخ َخ‬ ‫َخ ْل‬ ‫َخ َخ َخ َخ ُق َخ‬
‫)) ِإئر اأك َخلاأ َخح ُقذك ْل اػ َخ ً اف َخي ُقق ْللا ِإ ْلع ِإ ا ا ِإ اف ِإا ْلنا ِإسَش َخىا ِإ ىاأ َّن ِإا ِإ اف َخي ُقق ْللا‬
‫َخ َخ‬ ‫َّن‬
((‫ِإ ْلع ِإ ا ا ِإ ا ِإ ىاأ َّن ِإا ِإ ا آ ِإ ِإش ِإه‬
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka
ucapkanlah ( ‫ ) ِإ ْلع ِإ ا ِإ‬Dan jika lupa pada waktu awalnya,
‫َخ‬
maka ucapkanlah. ( ‫( ) ِإ ْلع ِإ ا ِإ ا ِإ ْل اأ َّن ِإا ِإ ا َخ اآ ِإ ِإش ِإه‬Dengan menyebut
nama Alloh diawal dan di akhir).”39
2. Menggunakan tangan kanan dan makan makanan yang lebih
dekat dengan dirinya lebih dahulu.

37
[Lihat Taisiir al Kariim ar Rahman: 63]
38
[HR. Ibnu Majah no. 3286]
39
[HR. Ahmad: 10/26148, Abu Dawud: no. 3767, Tirmidzi: no. 1865, ia
berkata: Ini hadits hasan shohih. Ibnu Majah: no. 3264, Ad Darimi: 2/94, Ibnu
Hibban dalam Shohihnya: 12/5214, Al Baihaqi: 7/276 dan Al Hakim: 4/7087]
238
„Umar bin Abi Salamah berkata:
‫ْل َخ َّن َخ ُق ْل َّن َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫َّن‬ ‫ُق َخ‬ ‫ُق‬
‫اص ْلحف ِإ ا‬ ‫اي ِإذ ا ِإؼيؾا ِإ ا‬ ‫))ك ْلن ُق اغ ً ا ِإ ىا ِإ ْلج ِإش َخاس ُقظ ِإلا ا ِإ ا ا ك‬
‫ُق‬ ‫ُق‬ ‫َخ ُق َخ ُق َخ ِّم َّن‬ ‫َّن‬ ‫َخ َخ‬
‫ا َخ ك ْلل ِإاب َخي ِإ ي ِإن َخ ا َخ ك ْللا ِإ َّن ا‬، ‫َخ‬ ‫فق َخل ِإال َخاس ُقظ ُقلا ا ِإ اا ااي اغ اظ ِإ ا ا‬
‫َخ‬
(( ‫َخي ِإ ي‬
“Dahulu, aku menjadi pembantu di rumah Rosululloh .
Dengannya aku pernah merambah piring makanan, lalu
Rosululloh bersabda kepadaku: “Hai nak!
Ucapkanlah Basmalah, makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.”40
3. Hendaklah sisa-sisa makanan yang ada di piring atau di tangan
dibersihkan dengan mulutnya agar tidak tersisa sedikitpun hal
yang mengandung barokah. Dan hendaklah makanan-makanan
yang jatuh ke tanah, dibersihkan lalu dimakan dengan baik.
Anas berkata:
‫َّن َخ َخ َخ‬
‫ ق َخلا‬. ‫ص ِإ َخ ُق ا ا‬ ‫اػ َخ ً َخاا َخ َخاأ َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ‬ ‫َّن‬
‫))أ َّنن َخاس ُقظ َخلا ا ِإ ا اك ن ِإائر اأكل‬
‫َخ‬
‫ِإ‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ ْل ْل ُق ْل‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ُق ُق َخ ُق َخ ْل ْل‬
‫اظقؼ ْل اا ْلق َخ اأ َخح ِإذك ْل اف ُقي ِإ ؽا َخ ْلن َخه ا ر ا َخ ا َخيأك َخ ا َخ الا‬ ‫ق ل ِإائر‬
‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ُق‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬
‫َخي َخذ ْل َخ اا ؽ ْليؼ نا أ َخ َخش اأنا ْلع ا اق ْل‬
‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َّن‬
‫ص اق َخلاف ِإا ك ْل االا ذ ُقس نا ِإ ىا‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َخ ِّم َخ َخ ُق ُق ْل َخ َخ َخ ُق‬
(( ‫أ ِإ اػ ِإ ك ا ابرك‬
“Sesungguhnya Rosululloh apabila makan, beliau
menjilat 3 jarinya (yang digunakan untuk makan). Beliau
bersabda: “Apabila makanan kalian jatuh, cucilah
kotorannya, lalu makanlah. Dan jangan biarkan bagian
untuk syaitan. Beliau memerintahkan kami untuk
membersihkan (dengan mulut) piring makanan, beliau
bersabda: “Sesungguhnya kalian tidak tahu, makanan
kalian yang mana mengandung berkah.”41
40
[HR. Ahmad: 5/16334, Bukhori no. 5376, Muslim no. 2022, Tirmidzi: no.
1864, Abu Dawud no. 3777 dan Ibnu Majah no. 3265]
41
[HR. Muslim: 2034]
239
4. Disunnahkan untuk berjamaah ketika makan.
Sesungguhnya orang-orang berkata: “Ya
Rosululloh, kami makan tetapi tidak kenyang.”
Rosululloh bertanya: “Mungkin kalian saling sendiri-
sendiri?” mereka menjawab: “Ya.”
Rosululloh bersabda:
‫ْل َخ ُق‬ ‫َّن َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ ُق َخ ْل ُق‬ ‫َخ َخ‬
(( ‫)) ف ْلجل ِإ ُق ا لىاػ َخ ِإ ك ْل ا رك ُقش ا ْلظ َخ ا ا ِإ ا ْلي ِإ ُقاي َخ َخسكااك ْل ا ِإفي ِإ‬
“Berkumpullah kalian ketika kalian makan, dan sebutlah
nama Alloh niscaya kalian diberi berkah.”42
5. Dilarang mencela makanan, jika tidak suka tinggalkan.
Abu Huroiroh berkata:
‫ْل َخ ُق َخ َخ َخ ُق َخ َّن َخ َخ ُق‬ ُّ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َّن‬
(( ‫)) َخ ا َخب َخاس ُقظ ُقلا ا ِإ ا ػ َخ ً اقؽ ِإائ ِإنا ؼ َخه هاأك ا ِإائالا َخشك‬
‫َخ‬
“Rosululloh tidak pernah mencela makanan
sedikitpun. Jika ia suka, ia memakannya dan jika tidak,
ia tinggalkan.”43
6. Dilarang minum sambil berdiri, bernafas atau meniup minuman
dan minum langsung dari lubang botol.
(( ‫اإلا ِإ‬
‫َخ‬
‫َخ ْل‬ ‫ُق‬ ‫َخ ْل َخ َخ َّن‬
‫))أناي نفغا ِإ ِإ‬
“Sesungguhnya Nabi melarang bernafas pada bejana.”44

42
[HR. Abu Dawud no. 3764, Ibnu Majah no. 3286, Ahmad 3/501. Syaikh
Salim Hilaly berkata: Akan tetapi hadits ini hasan lighoirihi: Shohih al-Wabil
[ash-Shoyyib: 231]]
43
[HR. Bukhori: Fathul Bari: 9/547 dan Muslim no. 2064]
44
[HR. Bukhori: 1/221 dan Muslim: 261]
240
‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫)) َخ َخه َخ‬
(( ‫ِإ ا ْلظ ِإف َخي ِإ‬ ‫ىاس ُقظ ْل َخلا ِإ ا ا َخ ِإنا ِإل َخن‬
“Rosululloh melarang minum dari ujung
botol/teko.”45

C. Adab Selesai Makan Dan Minum


1. Apabila selesai makan, mengucapkan Hamdalah di
antaranya:
‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل‬ ً ‫َخ‬ ‫َّن َخ‬ ‫ْل‬
‫ا َخ الا ُق َخ َّند ٍء ا َخ الا ُق ْلع َخلغ ً ىا‬،‫اغ ْلي َخرا َخ ك ِإف ٍءِّمىا‬، ‫)) ا َخح ْل ُقذ ِإاا ِإ اك ِإ ًير اػ ِإِّمي ً ا ُق َخ َخسك ا ِإفي ِإ‬
‫َخ ْلن ُق َخ َخ‬
(( ‫اسَّن ن‬،

Abu Umamah berkata:


ً ‫َخ‬ ‫َّن َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫َخ‬
‫))أ َّننا َّنان ِإ َّنىا اك َخن ِإائر َخاسف َخعا َخ ِإة َخذ ُق اق َخلا« ا َخح ْل ُقذ ِإاا ِإ اك ِإ ًير اػ ِإِّمي ً ا ُق َخ َخسك ا‬
‫ا َخ َخالا ُق َخ َّند ا َخ َخالا ُق ْلع َخل ْلغ ً ىا َخ ْلن ُق َخ َخ‬،‫اغ ْلي َخرا َخ ْلكف ِّمى‬،
(( ‫اسَّن ن‬،
‫َخ‬
‫ٍء‬ ‫ٍء‬ ‫ِإ‬ ‫ِإفي ِإ‬
“Sesungguhnya Nabi apabila menyelesaikan
makannya, beliau berdoa: “Segala puji bagi Alloh
yang banyak, baik dan penuh berkah. Pujian yang tidak
mencukupi yang tidak dititipkan dan tidak dibutuhkan
oleh Robb kami.”46

2. Tidak terlalu kenyang dalam makan dan minum


Rosululloh bersabda:
‫َخ‬ ‫َخ ْل ُق ْل ُق ْل ُق‬ ‫َخ‬ ‫ْل ُق‬ ‫ْل َخ‬
((‫ىاظ ْل َخ ِإ اأ ْل َخ ٍء ا ْلإ ِإ ن َخايأك ُقلا ِإْلا َخ ْلع ٍءا ِإح ٍءذ‬
‫)) ا ف ُقش َخايأك ُقلا َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Orang kafir makan dalam tujuh usus, sedangkan orang
Mukmin makan dalam satu usus.”47

45
[HR. Bukhori: 10/78 dan Muslim: 2023]
46
[HR. Bukhori no. 5458 dan Tirmidzi: 3452]
47
[HR. Muslim: 2060]
241
‫َخ‬ ‫َخ ْل‬ ‫َخ ْل َخ‬ ‫ً َخ‬ ‫ْل ُق ْل ُق َخ ْل‬
((‫ىاظ ْل َخ ِإ اأ ْل َخ ٍء‬
‫)) ْلإ نا ؽ َخش ُقبا ىا ىا حذا ا ف ُقشا ؽ َخش ُقبا َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ٍء‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
“Orang Mukmin minum dalam satu usus, sedangkan
orang kafir minum dalam tujuh usus.”48

48
[HR. Muslim: 2063]
242
ADAB TERHADAP ORANG TUA

Seorang Muslim percaya terhadap hak kedua orang tua dan


kewajiban untuk berbuat baik kepada keduannya, serta kewajiban
taat dan berbuat kebajikan terhadap mereka. Hal itu semata-mata
bukan karena orang tua merupakan sebab adanya mereka atau
berbuat baik kepada mereka karena ingin membalas budi baiknya.
Akan tetapi karena Alloh mewajibkan taat dan berbuat baik
kepadanya. Hal itu terbukti dengan disertakannya kewajiban berbuat
baik kepada orangtua dengan kewajiban beribadah kepada-Nya.
Alloh berfirman:
           ﴿

           

          

‫﴾اا‬    


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
243
Perkataan yang mulia. dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil".” (QS. Al-Isro’ [17]: 23-24)

          ﴿

﴾      


“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14)

Rosululloh bersabda kepada seorang laki-laki yang bertanya


kepada beliau:
‫َخ‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ‬
‫ ق َخلا‬. ‫ أ ُّ َخ‬:‫ َّن ا َخ ْلن اق َخل‬:‫ أ ُّ َخ اق َخل‬:‫ِإ ْل اق َخل‬ ‫)) َخ ْلناأ َخح ُّ ِإاب ُقح ْلع ِإنا َخ َخح َخب‬
‫ْل َخ ُق َخ َخ‬
((‫ َّن اأ ُقب ك‬:‫َّن ا َخ ن اق َخل‬
‫ُق َّن َخ ْل َخ َخ ُق ُّ َخ َخ َخ ُق‬
:‫ أ ااق ل‬:‫ا ن اق ل‬
“Siapakah orang yang berhak dipergauli dengan baik?
Nabi menjawab: Ibumu, kemudian siapa? Nabi
menjawab: Ibumu. Kemudian siapa? Nabi menjawab:
Ibumu. Kemudian siapa? Nabi menjawab: Bapakmu.”49

Dan sabda Nabi :


‫ْل ْل‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ ُق‬ ‫))ئ َّننا ا َّن َخ َخ‬
‫ا‬، ‫ا َخ َخ َخن َخعا ا َخ َخه ِإ ا َخ َخ أ َخدا ا َخ َخن ِإ‬، ‫اح َّنش َخ ا َخ ْليك ْل ا ُق ُقق ا َّن َخ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ُّ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ َخ َخ َخ ُق‬
((‫ا ِإئط ا ْل ِإل‬،‫ا ك رةا اعإ ِإل‬،‫ا ِإقيلا ق ل‬، ‫ك ِإشهااك‬

49
[HR. Bukhori no.5971]
244
“Sesungguhnya Alloh mengharamkan kepada kalian
mendurhakai orangtua, melarang sesuatu yang tidak
dilarang Alloh dan meminta sesuatu yang bukan haknya,
mengubur anak hidup-hidup dan Alloh benci kepada
orang yang mengatakan qila wa qola (kata si anu kata si
ini) dan banyak bertanya dan menghamburkan harta.” 50
‫َخ ُق َخ َخ َخ َخ ُق َخل َّن َخ َخ ْل‬
‫اإلاؼ َخش ُقكا‬ ‫َخ َخ ُق َخ ِّم ُق ُق ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ‬
‫))أالاأ ِإ ئك ِإابأكب ِإرا اك ِإة ِإش اق ا ابلىاي اسظ ا ا ِإ َخاق ل ِإ‬
‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫َّن َخ ُق ُق ُق ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ‬
‫غا َخ ك َخنا ُق َّنل ِإك ًئ افق َخلاأالا َخ ق ْل ُقلا ُّاض ِإسا‬ ‫ا ق ا ا ِإاذي ِإنا ج‬، ‫ِإب ا ِإ‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ ِّم ُق َخ َخ َّن ُق ْل َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ‬
(( ‫ق لاف اص لايك ِإشسه اح ىاق ن اايل اظك‬
“Maukah aku katakan pada kalian tentang dosa yang
paling besar? Mereka menjawab: Mau ya Rosululloh .
Nabi bersabda: Yaitu menyekutukan Alloh dan
durhaka kepada orangtua, sedang waktu itu Nabi
bersandar lalu duduk dan berkata: Ingatlah dan berkata
dusta serta bersaksi palsu. Ingatlah dan berkata dusta
serta bersaksi palsu. Nabi mengulang-ngulang hingga
Abu Bakroh berkata: Semoga beliau berhenti
mengatakannya kembali.”51

Seorang laki-laki menghadap Nabi meminta izin kepada


beliau untuk ikut berperang di jalan Alloh .
Nabi menjawab:
‫ْل‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ‬
((‫ ف ِإف ِإيه َخ اف ِإهذ‬:‫ َخ ْل اق َخل‬:‫))أ ٌّيا ِإاذ كاق َخل‬
“Apakah ibu bapakmu masih hidup? Ia menjawab: Benar.
Nabi menjawab: Mengurusi kedua orangtuamu itupun
berjihad “52

50
[HR. Bukhori no. 2408 dan Muslim no. 593]
51
[HR. Bukhori no. 6273 dan Muslim no. 87]
52
[HR. Bukhori dan Muslim]
245
‫ِّم‬ ‫َخ َخ ْل‬ ‫ِّم‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬
‫اأب ِّمشا اب ِّمراأن َخايص َخلا َّناش ُقج ُقلاأه َخلا ُق د َخ‬
‫َخ‬ ‫َّن‬
((‫اأب ْلي ِإ ا ْل ذاأن ُقاي ِإل َخ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫))ئنا ِإ ن ِإ ِإ ِإ‬
“Sesungguhnya di antara amal yang paling baik adalah
seseorang menghubungkan tali silaturahmi dengan
keluarga kecintaan ayahnya sesudah ayahnya
meninggal.”53

Kaum Muslimin menghargai hak kedua orangtuanya dan


melaksanakannya dengan sebaik-baiknya demi ketaatannya kepada
Alloh dan melaksanakan perintah-Nya. Di antara bentuk kewajiban
dan adab terhadap kedua orang tua adalah:
a. Taat kepada perintah dan menjauhi larangan yang diberikan kedua
orangtua dalam hal-hal yang bukan berbuat maksiat kepada Alloh .
Alloh berfirman:
           ﴿

﴾          
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan
kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-
lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 8)

b. Wajib menghormati dan mengagungkan martabat kedua orangtua


serta merendahkan diri kepadanya, wajib memuliakan mereka
dengan kata-kata dan perbuatan dan dilarang membentaknya,
tidak boleh bicara lebih keras kepadanya. Tidak boleh berjalan di
depan mereka, tidak boleh mereka diganggu oleh istri dan anak,

53
[HR. Muslim no. 2552]
246
tak boleh memanggil namanya, tapi harus memanggilnya dengan
panggilan bapak atau ibu. Dan jangan berpergian tanpa seizin dan
keridhoan mereka.
c. Hendaklah berbuat baik kepada orangtua dengan beragai macam
kebaikan, seperti memberinya makan, pakaian dan obat,
menghindarkan mereka dari berbagai bahaya dan ancaman dan
bersedia menjadi sandera bila diperlukan.
d. Bersilaturahmi dengan mereka yang telah terjalin hubungan
silaturahmi dengan kedua orangtua, mendoakan, memohonkan
ampun bagi keduanya dan melaksanakan janjinya serta
menghormati sahabatnya.

247
248
ADAB TERHADAP SESAMA MUSLIM

Kaum Muslimin percaya akan hak-hak dan adab yang harus


dilakukannya terhadap saudara-saudara sesama muslim. Dan iapun
harus menunaikan kewajiban itu dengan sebaik-baiknya. Karena dia
yakin bahwa penunaian kewajiban dan hak-hak sesama muslim
merupakan ibadah kepada Alloh dan sebagai suatu cara
mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab hak-hak dan adab tersebut
telah diwajibkan oleh Alloh kepada kaum muslimin untuk
dilaksanakan. Dan sebagai suatu bentuk ketaatan kepada-Nya.
Di antara hak-hak dan adab tersebut adalah:
1. Mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama muslim
sebelum berbicara kepadanya. Yaitu dengan mengucapkan:
Assalamu‟alaikum warohmatulloh, lalu berjabat tangan, yang
diberi salam menjawab: Wa‟alaikum salam wa rohmatulloh wa
barokaatuh.
Hai itu didasarkan firman Alloh :
                 ﴿

‫﴾ا‬  


“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya
Alloh memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An-
Nisaa’ [4]: 86)

249
Rosululloh bersabda:
‫َخ ْل َخ ُق َخ‬ ‫َخ َخ ْل َخ‬ ‫َخ ْل َخ‬ ‫َخ َخ ْل َخ‬ ‫ُق َخ ِّم‬
‫يل َخ لى‬ ‫ اق ِإ‬،‫ ْل ِإ َش ْل لى اق ِإ ِإذ‬، ‫)) ع ِإ ُق َّناش ِإك ُق لى ْل ِإ َش ْل‬
‫ْل َخ‬
((‫ير‬
‫اك ِإ ِإ‬
“Yang berkendaraan hendaklah memberi salam kepada
yang berjalan kaki. Yang berjalan kaki memberi salam
kepada yang duduk dan yang sedikit memberi salam
kepada yang banyak.”54
‫ْل‬ ‫ْل َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫َخ َخ ْل ُق‬
(( ‫َخ ن ا ْل ت ْل ِإش‬ ‫اع َخ لى َخ ن َخشف‬
‫)) ق َخشأ َّن‬
“Hendaklah memberi salam kepada orang yang engkau
kenal dan kepada yang tidak engkau kenal”55
‫َخ ْل َخ َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫ْل َخ‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬
(( ‫ص فح ِإن ِإئال غ ِإف َخش ا ُق َخ ق ْل َخل أن َخيلف َّنشق‬
‫)) َخ ن ُق ْلع َخ ين َخي لق َخي ن ف َخيل َخ‬
‫ِإ ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
“Tidaklah kedua orang muslim bertemu kemudian
keduanya bersalaman, kecuali Alloh mengampuni
keduanya sebelum mereka berpisah.”56

2. Mendoakannya, sewaktu dia bersin dengan kata


“yarhamukalloh”, jika dia mengucapkan “alhamdulillah”. Dan
orang yang bersin mengucapkan “yahdikumullah wa yushlih
balakum” (semoga Alloh memberi petunjuk padamu dan
menjadikan baik urusannya).
Rosululloh bersabda:
‫غ َخأ َخح ُقذ ُقك ْل َخف ْل َخي ُقق ْلل َخا ُق َخأ ُق ُقه َخي ْلش َخح ُق َخ ا َّن ُق َخفا َخر َخق َخل َخا ُق َخي ْلش َخح ُق َخ‬
‫))ئ َخر َخ َخؼ َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ْل‬ ‫َّن ُق َخ ْل َخ ُق ْل َخ ُق َخ ْل ُق ُق َّن ُق َخ ُق ْل ُق َخ َخ ُق‬
(( ‫ا ف يقلاا يه ِإذيك ا يص ِإلح ب اك‬

54
[HR. Bukhori no. 6233 dan Muslim no. 2160]
55
[HR. Bukhori no. 12 dan Muslim no. 39]
56
[Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohih Jami‟ no. 5777]
250
“Apabila seseorang dari kamu bersin, maka ucapkanlah
padanya, yarhamukalloh. Apabila dia menjawab dengan
yarhamukalloh, maka hendaklah diucapkan padanya
yahdikumullah wa yushlih balakum.”57

‫ُق َخ َخ ْلي ِإ َخ َخظ َّن َخ ئ َخر َخ َخؼ َخ‬ ‫َّن‬ ‫ُقل َّن َخ َّن‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫َخ‬
‫غ َخ َخ‬
‫ط َخع‬ ‫ِإ‬ ‫صلى ا‬ ‫ا ِإ‬ ‫((أ ُقب ْل ُقاه َخشْلي َخشة ق َخل ك َخن َخس ُقظ‬
‫ْلن َخ‬ ‫َخ‬
‫ع أ ْل َخغ َّن‬ ‫َخ َخف َخ‬ ‫َخ ْل َخ ُق َخأ ْل َخي َخذ ُقه َخ َخلى َخج ْل َخهل َخ‬
)) ‫ص ْل ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ع‬ ‫ِإ ِإ‬
“Abu Huroiroh berkata: Rosululloh apabila bersin,
menutup mulutnya dengan tangan atau bajunya dan
merendahkan suaranya”58

3. Menengoknya bila sakit dan mendoakan agar cepat sembuh.


Rosululloh bersabda:
‫ َخ ِّم َخ ُق‬،‫ َخ َخي َخد ُقة ْلْلَخشيع‬، ‫اع َخ‬ ُّ ‫)) َخح ُّ ْلْلُق ْلع َخ َخلى ْلْلُق ْلع َخ ْل ٌب‬
‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫غ َخسد َّن ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬
‫َخ َخ َخ ُق َّن ْل َخ َخ َخ ْل ُق َخْل‬ ‫ْل َخ َخ‬
((‫غ‬
‫ تؽ ِإ ي ا ِإػ ِإ‬،‫ ِإئج ب اذ ِإة‬،‫اجن ِإة ِإض‬
“Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada lima
yaitu menjawab salam, menengoknya bila sakit,
mengantarkan jenazah, memenuhi undangannya dan
mendo‟akan bila bersin”59

4. Menyaksikan dan mengantar jenazahnya apabila dia meninggal.


Rosululloh bersabda:
“Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada lima
yaitu menjawab salam, menengoknya bila sakit,
mengantarkan jenazah, memenuhi undangannya dan
mendo‟akan bila bersin.”

57
[HR. Bukhori no. 6224]
58
[HR. Abu Dawud no. 5029 dan Tirmidzi no. 2746 dan dishohihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shohih Jami‟ no.4755]
59
[HR. Bukhori no. 1240 dan Muslim no. 2162]
251
5. Menghargai sumpahnya apabila dia bersumpah terhadap sesuatu,
jika sumpahnya bukan pada hal yang dilarang. Maka hendaklah ia
melaksanakan sumpahnya, sehingga ia tidak melanggar
sumpahnya. Hal itu didasarkan pada hadits Barro bin Azib . Ia
berkata:
“Rosululloh menyuruh kami menengok orang sakit,
mengantar jenazah, mendoakan orang bersin,
menghargai orang bersumpah, menolong orang
teraniaya, memenuhi undangan dan menyebarluaskan
salam.”

6. Memberi nasihat kepadanya, bila diminta yaitu dengan cara


menerangkan sesuatu yang dipandang baik atau benar.
Rosululloh bersabda:
(( ‫ص ْلح ا‬
‫َخ ُق‬
‫صح أحذك ْل أ ه ف َخين َخ‬
‫))ئر ْلظ ن َخ‬ ‫َخ َخ َخ ُق ُق َخ َخ ُق َخ ْل ْل‬ ‫َخ ْل‬ ‫َخ‬
‫ِإ‬
“Apabila seseorang di antaramu meminta nasihat
kepada saudaranya yang lain, maka hendaklah ia
memberi nasihat.”60
‫َّن َخ َخ َخ ُق ْل َخ َخ‬ ‫َخ ْل َخ َخ‬ ‫َخ ِّم ْل ُق َّن ْل َخ ُق َخ ُق‬
‫ ِإا ِإ ِإا ِإكل ِإب ِإ ِإا َخشظ ِإا ِإ ِإ ِإة َّن ِإ‬: ‫ ِإْلن فق َخل‬:‫(( ِإاذين ان ِإصيح ظ ِإئ َخل‬
‫ْل ُق‬
)) ‫ْل ْلع ِإ ِإ ْلي َخن َخ َخ َّن ِإ ِإه ْل‬
“Agama itu nasihat. Nabi ditanya, bagi siapa? Nabi
menjawab: Bagi Alloh, kitab-Nya, Rosul-Nya bagi para
pemimpin kaum muslimin dan bagi kaum muslimin pada
umumnya”61

60
[HR. Bukhori]
61
[HR. Muslim]
252
7. Mencintainya seperti mencintai dirinya sendiri dan membencinya
seperti benci untuk dirinya.
Rosululloh bersabda:
‫ْل‬ ‫ْل َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ‬
‫ا َخ َخيك َخش ُقهاا ُق ا َخ َخيك َخش ُقها‬، ‫((ال ُقي ْلإ ِإ ُقن أ َخح ُقذك ْل َخح َّن ى ُقي ِإح َّن ِإ ي ِإ َخ ُقي ِإح ُّ ِإا َخن ْلف ِإع ِإ‬
))‫ِإا َخن ْلف ِإع ِإ ا‬
“Tidak sempurna iman seorang diantara kamu sebelum
ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri. Dan membenci sesuatu buat saudaranya seperti
ia benci bila buat dirinya.”62

Dan Rosululloh bersabda:


‫َخ‬ ‫َخ ْل‬ ‫َخ ُق‬ ‫َخ‬
‫ْل َخ ِإ ِّمد ِإه ْل َخ َخش ُقح ِإ ِإ ْل َخ ت َخ ػ ِإف ِإ ْل َخ ُقل ا َخج َخع ِإذ ِإئر‬
‫َخ‬ ‫ْل ُق ْل َخ‬ ‫َخ‬
‫(( َخ ُقل‬
‫ْلإ ِإ ِإنين ِإ‬
‫ْل‬ ‫َخ َخذ َخعى َخا ُق َخظ ِإة ُقش ْلا َخج َخع ِإذ ب َّن‬
))‫اع َخ ِإش َخ ا ُقح َّنمى‬ ‫ْلن ُق ُق ْل‬
‫ظ ٌب‬ ‫ِإ‬
‫ْل َخ‬
‫ؼ َخل ى‬
‫ِإ‬
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih
sayang di antara mereka seperti satu tubuh, bila satu
anggota badan merasa sakit, tidak bisa tidur atau
merasakan panas, maka seluruh tubuh akan merasa
sakit, tidak bisa tidur atau panas dan sakitnya”63

8. Wajib menolong dan tidak membiarkannya bila ia membutuhkan


pertolongan dan bantuan.
Rosululloh bersabda:
‫َّن َخ ُق َخ َّن َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل ُق‬ ‫َخ ً َخ‬ ‫ُق ْل ُق َخ َخ‬
‫اع ُق ا َخ ْلنا‬ ‫ص ْلش أ َخك ِإْل أ ْل َخ ً ا َخ ُقظ ِإئ َخلا َخ ْلي ِإ ا اص ةا ا‬ ((
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ُق‬ ‫ُق‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ُق‬ ‫َخكف َّني ا ْل‬
‫ص ِإش ِإها َخ اه َخ ا ِإا ٌب افق َخلا أ زاف ْل َخايذ ْلي ِإ ِإاب َخ ْل ِإ ىا ْلح ُقج ُقض ُقها َخ ِإنا‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬
‫ُق‬ ‫َّن ْل َخ َخ ُق ْل ُق َخ ْل َخ ُق َخ َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ َخ ْل ُق َخ َخ‬
)) ‫ا ِإ ا ا ح لابين ا ابينا ِإف ِإ ِإ افز ِإا ا صشكاا‬
“Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya atau
dianiaya. Nabi ditanya bagaimana cara menolong
62
[HR. Bukhori dan Muslim]
63
[HR. Bukhori no. 1239 dan Muslim no. 2066]
253
orang yang menganiaya? Nabi menjawab: Engkau
cegah tangannya. Makanya engkau larang dia berbuat
aniaya dan engkau cegah dari berbuat aniaya. Demikian
itulah kamu menolong dia.”64

9. Janganlah menimpakan kepada orang Muslim suatu keburukan


dan suatu yang tidak disenanginya.
Rosululloh bersabda:
‫(( ُقك ُّل ْلْلُق ْلع َخ َخلى ْلْلُق ْلع َخح َخش ٌب َخد ُق ُق َخ َخ ُقا ُق َخ ْلش ُق‬
)) ‫ط ُق‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬
“Setiap muslim atas muslim lainnya haram darah, harta
dan kehormatannya”65
‫َخ‬ ‫ْل ُق‬ ‫ْل ُق‬
))‫(( ْل ْلع ِإ ُق َخ ْلن َخظ ِإ َخ ْل ْلع ِإ ُق ن ِإ ْلن ِإا َخع ِإ ِإ َخ َخي ِإذ ِإه‬
“Orang Muslim itu ialah orang yang menjadikan kaum
Muslimin selamat dari lidah dan tangannya”66

Rosululloh bersabda:
‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ ْل‬ ‫ْل ُق‬ ‫َخ‬ ‫ْل ُق‬
)) ‫(( ْل ْلإ ِإ ُقن َخ ْلن أ ِإ َخن ُق ْل ْلإ ِإ ُقن ن َخ لى أ ُقف ِإع ِإ ْل ا َخ اأ ْل َخ ِإا ِإ ْل‬
“Orang Mukmin ialah orang yang menciptakan rasa
aman pada kaum Mukminin atas jiwa dan harta
mereka‟67

10. Merendahkan diri dan tidak sombong kepada sesama muslim.


Juga tidak mengusirnya dari tempat duduk dalam majelis. Alloh
berfirman:

64
[HR. Bukhori no. 2443]
65
[HR. Tirmidzi no. 1928 dan dishohihkan oeh Syaikh al-Albani dalam Shohih
Jami‟ no. 6706]
66
[HR. Bukhori no. 6484]
67
[Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohih Jami‟ no. 6658]
254
             ﴿

‫﴾ا‬  


“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Alloh, Sesungguhnya
mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman
yang besar".” (QS. Luqman [31]: 13)

Rosululloh bersabda:
‫َّن‬ ‫َّن َّن َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ‬
)) ‫ط َخع أ َخح ٌبذ ِإا ِإ ِإئال َخسف َخ ُق ا ُق‬ ((
“Tidak ada seorangpun yang tawadhu karena Alloh,
kecuali ia akan ditinggikan (derajatnya) oleh Alloh ”68

11. Setiap muslim mengetahui kerendahan hati Rosululloh sebagai


penghulu para rasul. Beliau tidak pernah sombong, berjalan
bersama para janda, dan orang-orang miskin serta membantu
kebutuhan mereka. Bahkan Nabi berdoa:
‫ْل َخ‬ ‫ُق‬ ‫ُق‬ ‫ً َخ‬ ‫ً َخ َخ ْل‬ ‫َخ‬ ‫َّن‬
((‫)) ا ُق َّن أ ْلح ِإي ِإ ى ِإ ْلع ِإكين أ ِإ ل ِإ ى ِإ ْلع ِإكين ْلحؽ ْلشِإ ى ِإ ى ص ْل َخش ِإة ْل َخع ِإك ِإين‬
“Ya Alloh, jadikanlah aku hidup sebagai orang miskin,
matikanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah
aku dalam orang-orang miskin.”69

Kemudian Rosululloh bersabda:


‫ َخ اك ْلن َخ َخ َّنظ ُق‬، ‫غ في‬ ‫ُق َخ ْل‬ ‫ُق َخ َّن َخ ُق ُق ُق ً ْل َخ ْل‬
‫ِإ‬ ‫))ال ي ِإقي ن أحذك ْل َخسج ِإ ن ِإ ِإع ِإ َّن ي ِإ ُق ِإ ِإ‬
‫َخ َخ َخ‬
(( ‫ف َّنس ُقح‬

68
[HR. Ahmad: 2/235, ad-Darimi: no. 1683, Muslim: no. 2588, at-Tirmidzi: no.
2029 dan Ibnu Khuzaimah: no. 2438]
69
[HR. Ibnu Majah dan Hakim]
255
“Janganlah seseorang dari kamu menyuruh orang lain
berdiri dari tempat duduknya kemudian kamu duduk di
tempatnya. Akan tetapi berlapang-lapanglah dan berilah
keluasan.”70

12. Janganlah memutuskan hubungan dengan sesama muslim lebih


dari tiga hari.
Rosululloh bersabda:
‫َخ َخ ُّ َخ ُق َخ ْل َخ ْل ُق َخ َخ َخ ُق َخ ْل َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ ُق ْل َخ َخ‬
‫ض َخهز‬‫ِإ ي ل ِإقي ِإن في ِإش‬ ‫))ال ي ِإحل ِإاشج ٍءل أن ي جش أ ه ف‬
‫َخ ُق ْل َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق ُق َخ َّن َخ ْل َخ ُق َّن َخ‬
(( ‫ يره ا ِإز ي ذأ ِإب اع ِإ‬، ‫ي ِإشض هز‬
“Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga hari. Jika bertemu keduanya
saling membuang muka. Sesungguhnya yang paling baik
dari keduanya ialah yang dahulu memberi salam.”71
ً ‫َخ َّن ْل‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ ُق ُق‬
(( ‫ِإ َخ د ا ِإ ِإئ َخ‬ ‫ ك‬، ‫)) ال ذ بش‬
“Janganlah kamu saling membelakangi. Dan jadilah
hamba-hamba Alloh yang bersaudara”72

13. Tidak menggunjing seorang muslim, menghina, mengejek atau


memanggilnya dengan panggilan yang buruk.
Alloh berfirman:

           ﴿

            

70
[HR. Bukhori dan Muslim]
71
[HR. Bukhori dan Muslim]
72
[HR. Muslim]
256
          

﴾      


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh
Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela diri kalian sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zholim.” (QS. Al Hujurot [49]: 11)

Rosululloh bersabda:
‫َخك ب َخ‬ ‫َخ ْل َخ ُق َخ َخ ْل ُق َخ َخ َخ‬ ‫)) َخأ َخ ْلذ ُقس َخن َخ ْلاغي َخ ُق َخق ُقا ا َّن ُق َخ َخس ُقظ ُقا ُق‬
‫ِإ‬ ‫ ِإركشك أ‬:‫أ اق ل‬ ‫ِإ‬
‫َخ ُقق لُق‬ ‫ ئ ْلن َخك َخن ف ْلي َخ‬:‫ُقل َخق َخل‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ ُق‬ ‫ْل‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ أفشأي ِإئن ك ن ِإ ى أ ِإخى أق‬:‫ا ِإقيل‬،‫َخيك َخش ُقه‬
‫َخ َخ ْل َّن ُق‬ ‫َخ َخ ْل َخ ْل َخ ُق َخ ْل َخ ُق ْل‬
(( ‫فق ِإذ غل ل ِإئن ا ْل َخيكن ِإفي ِإ فقذ َخ َخهل‬
“Tahukah kalian apa ghibah (menggunjing) itu? Mereka
menjawab: Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui. Nabi
bersabda: Yaitu kamu mengatakan sesuatu pada diri
seseorang yang dia membencinya. Nabi ditanya:
Bagaimana pendapatmu bila keburukan yang dikatakan
itu memang betul ada padanya? Nabi menjawab: Ya
kalau memang keburukan itu ada padanya, itulah
ghibah. Dan kalau yang engkau katakan itu tidak ada
padanya maka engkau telah memfitnahnya”73

73
[HR. Muslim no. 2001]
257
‫َخ َخ ُق‬ ‫َخ‬ ‫ُق ُق‬ ‫ُق ُق َخ َخ ْل‬
(( ‫)) ِإئن ِإد َخ ُق ك ْل أ ْل َخ اك ْل أ َخش طك ْل ح َخش ٌب ا ْليك ْل‬
‫ُق َخ َخ‬ ‫َّن‬
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatannya haram
bagimu”74
‫ُق ُق‬ ‫َخ ُق َخ ُق ُق َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ ْل ُق‬ ‫ْل ُق‬ ‫ُق‬
(( ‫))ك ُّل ْل ْلع ِإ ِإ لى ْل ْلع ِإ ِإ ح َخش ٌب د ُق َخ ا ِإ ْلشط‬
“Setiap muslim atas muslim lainnya haram darah, harta
dan kehormatannya”75

14. Tidak memaki dan mencerca seorang muslim tanpa hak, di waktu
hidup atau sesudah matinya.
Rosululloh bersabda:
‫ٌب َخ َخ ُق ُق ُق ْل‬ ‫ُق‬ ‫ْل ُق‬
((‫ ِإقل ا كف ٌبش‬، ‫)) ِإظ َخ ُقب ْل ْلع ِإ ِإ ف ُقع‬
“Memaki seorang muslim itu fasik (dosa besar) dan
membunuhnya adalah kufur.” 76

15. Janganlah iri hati, dengki, berprasangka buruk, membenci atau


mencari-cari kesalahan sesama Muslim.
Alloh berfirman:
            ﴿

          

﴾           
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk
sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan

74
[HR. Muslim]
75
[HR. Muslim]
76
[HR. Bukhori dan Muslim]
258
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurot [49]: 12)

           ﴿

‫﴾ا‬   


“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu
orang-orang mukminin dan Mukminat tidak bersangka
baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak)
berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”
(QS. An-Nur [24]: 12)

Rosululloh bersabda:
‫َّن‬‫َخ َخ‬ ‫َخ ُق ُق‬ ‫َخ َخ‬ ‫ َخ َخال َخ َخ َخغ ُق‬، ‫)) َخ َخال َخ َخح َخظ ُقذ‬
‫ِإ د ا ِإ‬ ‫ ك‬، ‫ َخ ال َخ َّنع ُقع‬، ‫ظ‬
ً ‫ْل‬
(( ‫ِإئ َخ‬
“Janganlah kamu saling iri hati, saling benci-membenci,
saling mencari kesalahan dan saling memburukkan. Dan
jadilah hamba-hamba Alloh yang bersaudara.”77

‫ْل َخ‬ ‫َّن َّن َخ ْل َخ‬ ‫َّن َّن َخ َّن‬ ‫ُق َخ‬
(( ‫ ف ِإان ا ن أكز ُقب اح ِإذي ِإ‬،‫)) ِإئ َّني ك ْل ا ن‬
“Jauhilah olehmu prasangka, karena prasangka itu
perkataan yang paling bohong.”78

77
[HR. Muslim no. 2564]
78
[HR. Bukhori]
259
16. Janganlah menipu dan mengecoh seorang muslim.
Alloh berfirman:
       ﴿

﴾    


“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin
dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka
Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.” (QS. Al-Ahzab [33]: 58)

            ﴿

‫﴾ا‬ 
“Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa,
kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah,
Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan
dosa yang nyata.” (QS. An-Nisaa [4]: 112)

Rosululloh bersabda:
‫ا َخ ا َخ ْلن َخغ َّنؽ َخن َخف َخ ْلي َخ َّن‬، ‫غ َّنن‬ ‫)) َخ ْلن َخح َخ َخل َخ َخ ْلي َخن ِّم َخ َخ َخ َخ ْل‬
(( ‫غ ِإ ن‬ ‫اع ف ي َخ ِإ‬ ‫ِإ‬
“Barangsiapa yang menghunus kami dengan senjata dan
menipu kami, maka dia bukan termasuk golongan
kami.”79
17. Tidak boleh berlaku khianat, mendustakan atau menangguhkan
pembayaran utang kepada seorang muslim.
Alloh berfirman:
﴾     ﴿

79
[HR. Muslim]
260
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu…” (QS. Al-Maidah [5]: 1)

﴾   ﴿


“….dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji…” (QS. Al-Baqoroh [2]: 177)

﴾       ﴿


“… dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya…” (QS. Al-Israa’
[17]: 34)

Rosululloh bersabda:
‫َخ ْل َخ ٌب‬ ‫ْل‬ ‫َخ َخ ُق َخ ً َخ ً َخ َخ ْل َخ َخ‬ ‫ُق‬ ‫َخ‬
‫ص ِإ ْلن ُقه َّنن‬ ‫ِإفي ِإ‬ ‫ ن ك‬، ‫))أ ْلسَخ ٌبع َخ ْلن ك َّنن ِإفي ِإ ك ن ن ِإفق ِإاص‬
‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ َّن َخ‬ ‫َخ ْل َخ ٌب َخ ِّم َخ َخ َّن َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق‬ ‫َخ َخ‬
‫ِإ ن ن ِإئر حذ‬ ‫ك ْل ِإفي ِإ ص ِإ ن ِإانف ِإ ح ى يذ ِإئر ؤ‬
‫ َخ ئ َخر َخ َخ َخ َخ‬،‫َخك َخز َخب َخ ئ َخر َخ َخه َخذ َخغ َخذ َخس‬
((‫ص َخ ف َخش‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Ada empat sifat munafik. Bila keempat sifat itu
berkumpul pada diri seseorang, maka ia disebut munafik
murni. Bila satu ciri saja ada padanya, maka orang itu
punya satu sifat kemunafikan sampai ia membuang sifat
itu. Keempat sifat itu ialah: Apabila diberi kepercayaan
ia khianat, bila bicara ia berbohong, bila berjanji ia
ingkar dan bila bertengkar melampaui batas.”80

18. Wajib bergaul dengan sesama muslim dengan akhlak yang baik,
yaitu dengan berbuat baik kepadanya, tidak menyakitinya,
bersikap ramah, menerima segala kebaikannya, memaafkan

80
[HR. Bukhori no. 24 dan Muslim no. 58]
261
kesalahannya dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang ia
tidak mampu, tidak meminta ilmu dari yang bodoh dan tidak
minta penjelasan dari orang dungu.
Alloh berfirman:
﴾       ﴿
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’rof [7]: 199)

Rosululloh bersabda:
‫اع ِّمي َخئ َخ ْلا َخح َخع َخن َخ َخ ْل ُقح َخ َخ َخ ِإا َّنان َخ‬
‫ط‬ ‫ا َّن َخ َخح ْلي ُق َخ ُقك ْلن َخ َخ َخأ ْل ع َّن‬ ‫َّن‬ ))
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُق ُق‬
((‫ح َخع ٍءن‬
‫َخ‬
‫ِإب ٍء‬
“Bertakwalah kepada Alloh di mana saja engkau berada.
Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, maka kebaikan
itu akan menghapuskan keburukan. Dan bersikap baiklah
dalam pergaulan dengan manusia.”81

19. Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda.


Rosululloh bersabda:
‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬
‫غ ِإ ن َخ ن ا ْل ُقي َخ ِإقش ك َخير َخي ْلشح ْل َّن‬ ‫ِّم َخ‬ ‫ْل َخ‬ ‫َّن‬ ‫َخ ْل‬
(( ‫ص ِإغ َخير‬ ‫ِإ ِإ‬
‫))اي َخ‬
“Bukan golongan kami orang yang tidak menghormati
yang tua dan tidak menyanyangi yang muda dari kami”82
‫ْل ُق‬ ‫َّن ْل‬ ‫ْل‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬
(( ‫)) ِإ ن ِإئ ْلج ِإل ا ِإ ِإئك َخش َخ ِإر ْل اؽي َخ ِإ ْل ْلع ِإ ِإ‬
“Memuliakan orang yang beruban termasuk bagian dari
mengagungkan Alloh”83
81
[HR. Hakim dan Tirmidzi, dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shohih
Jami‟ no. 97]
82
[Abu Dawud dan Tirmidzi, dishohihkan oleh Syaikh al Albani dan Shohih
Jami‟ no. 5445]
262
20. Hendaklah berlaku adil terhadap orang Muslim seperti terhadap
dirinya sendiri dan memperlakukan hukumnya dengan sebaik-
baiknya.
Rosululloh bersabda:
‫ْل َخ‬ ‫َخ َخ ْل َخ ْل ُق ْل َخ ْل ُق ْل َخ َخ َخ َّن َخ ُق ْل َخن ْل َخ َخ ُق‬
‫ ِإإلا ف ُق ِإ َخن‬:‫ص ٍءل‬
‫َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإفي ِإ‬ ‫))ال علك ِإ ل ا ذ ِإإلاي ن ح ى ي‬
‫َخ َخ ْل ُق َّن َخ‬ ‫ص ُق ْل َخ ْل‬ ‫ َخ إلا ْل َخ‬،‫ِإ ْلاق َخل س‬
(( ‫ زل اع ِإ‬، ‫ِإ ن ف ِإع ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬
“Tidak sempurna iman seseorang hamba sebelum ada
tiga sifat dalam dirinya, yaitu berinfak ketika kesusahan,
berlaku adil terhadap dirinya dan murah mengucapkan
salam.”84

21. Hendaklah memaafkan kesalahan seorang muslim dan menutupi


aibnya serta jangan mendengar berita-berita rahasia tentang dia.
Alloh berfirman:
﴾       ﴿
“Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka,
Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. Al Maidah [5]: 13)

﴾           ﴿
“Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan
dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi maaf) membayar denda (diyat) kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula).” (QS. Al
Baqoroh [2]:178)

83
[HR. Abu Dawud dengan sanad hasan]
84
[HR. Bukhori]
263
﴾      ﴿
“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, Maka
pahalanya atas (tanggungan) Alloh.” (QS. Asy Syura
[42]: 40)

﴾         ﴿


“….dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang
dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Alloh
mengampunimu…..” (QS. An Nur [24]: 22)

          ﴿

﴾          


“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)
perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-
orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di
dunia dan di akhirat. dan Alloh mengetahui, sedang,
kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nur [24]: 19)

Rosululloh bersabda:
ًّ ‫َّن َخ‬
((‫)) َخ ص دا ا ْل ذ ا ْل ف ْل ِإالِاا ض‬
‫ُق َخ ً َخ ُق‬ ‫َخ َخ‬
“Alloh tidak menambah kepada hamba yang memaafkan
itu, kecuali kemudian”85

Rosululloh bersabda:
‫ْل‬ ‫ُّ ْل َّن َخ ُق َّن ُق‬ ً ‫َخ َخ ُق َخ ٌب َخ‬
(( ‫))ال ْلعت ُقر ْل ذ ْل ذ ِإ ى اذ َخي ِإئال َخظت َخره ا َخي ْل َخ ا ِإق َخي َخ ِإ‬

85
[HR. Muslim]
264
“Tidaklah seorang menutup aib hamba yang lainnya,
kecuali Alloh akan menutupi keburukan dia pada hari
kiamat. ”86

Kemudian Rosululloh bersabda:


‫َخ َخ ْل‬ ‫َخ ْل‬ ‫ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ‬
‫ق ِإ ِإ ال تغ َخل ُقب‬ ‫َخ ا ْل َخي ْلذ ِإل ِإإلاي َخ ُقن ِإ ى‬ ‫)) ؽ َخش ن آ ن ِإب ِإ ع ِإ ِإ‬
‫ْلْلُق ْلع َّن َخ َخع ا َّن ُق‬ ‫َخ َّن َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ‬ ‫ْلْلُق ْلع ِإ َخين َخ َخال َخ َّن ُق َخ ْل َخس ِإاه ْل‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ف ِإان ن ِإ ع سة أ ِإ ي ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬
(( ‫ْل َخس ايف ح ِإ ج ِإ بي ِإل ِإ‬
‫َخ‬ ‫ُق‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ ُق‬
“Wahai golongan yang beriman dengan lidahnya, tapi
belum beriman dengan hatinya. Janganlah menggunjing-
kan kaum muslimin dan janganlah kamu cari-cari aib
mereka. Sesungguhnya barangsiapa mencari-cari
keburukan saudara-saudaranya, maka Alloh akan
mencari keburukannya dan akan membukakannya
walaupun tersembunyi di dalam rumahnya”87
‫َخ ْل‬ ‫َخ ُق َخ‬ ‫)) َخ نا ْلظ َخل َخ َخع ِإاا َخل َخبر َخاق ْل ا َخ ُقاه ْل َخاا ُق َخاك س ُقاه ْل َخن ُق‬
‫اص َّن ا ِإ ْل اأر ْلي ِإ ا َخ َخاي ْل َخ ا‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ٍء‬ ‫ِإ‬
‫ْل‬
(( ‫ا ِإق َخي ِإ‬
‫َخ‬
“Barangsiapa yang mencari berita suatu kaum, sedang
mereka tidak senang dengan tersiarnya berita tersebut,
maka telinganya akan dituangi cairan timah pada hari
kiamat.”88

86
[HR. Muslim no. 2590]
87
[HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud. Dishohihkan oleh Syaikh al Albani
dalam Shohihul Jami‟ no. 7984]
88
[HR. Thobroni. Dishohihkan oleh Syaikh al Albani no. 6028]
265
22. Menolong seorang muslim jika membutuhkan pertolongan dan
membantu memenuhi kebutuhannya, bila berkesanggupan.
Alloh berfirman:
﴾    ﴿
“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 2)

﴾       ﴿


“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik,
niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari
padanya.” (QS. An Nisaa [4]: 85)

Rosululloh bersabda:
ً ‫ُق‬ ‫ُّ ْل َخ َخ َّن َخ َّن‬ ‫ُق‬ ً ‫ُق‬ ‫)) َخ ْلن َخ َّنف َخ‬
‫غ ا ُق َخ ْلن ُق ك ْلشَخ ِإ ْلن‬ ‫غ َخ ْلن ُق ْلإ ِإ ٍءن ك ْلشَخ ِإ ْلن ك َخش ِإب اذ ي ف‬
‫ْل‬ ‫َّن َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫ُق‬
‫ك َخش ِإب َخي ْل ِإ ا ِإق َخي َخ ِإ َخ َخ ْلن َخ َّنع َخش َخ لى ُق ْل ِإع ٍءش َخ َّنع َخش ا ُق َخ ْلي ِإ ِإ ى ُّاذ َخي‬
‫َّن‬ ‫َخ َّن‬ ‫َخ‬
‫َخ ِإ َخش ِإة َخ َخ ْلن َخظت َخر ُق ْلع ِإ ً َخظت َخر ُقه ا ُق ِإ ى ُّاذ ْل َخي َخ ِإ َخش ِإة َخ ا ُق ِإ ى َخ ْل ِإن‬
‫َخ َخ ْل ُق َخ َخ‬ ‫ْل‬
(( ‫ا َخ ْل ِإذ َخ ك ن ا َخ ْل ذ ِإ ى ْل ِإن أ ِإ ي ِإ‬
“Barangsiapa menghilangkan kerusuhan seorang
mukmin dari kesusahan dunia, maka Alloh akan
menghilangkan kesusahan orang itu di hari kiamat. Dan
barangsiapa memberi pertolongan kepada orang yang
kesusahan, maka Alloh akan memberi kemudahan
baginya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa
menutupi (aib) seseorang muslim, maka Alloh akan
menutupi aib orang itu di dunia dan akhirat. Dan Alloh
selalu menolong hambanya, selagi hamba itu menolong
saudaranya.” 89

89
[HR. Muslim]
266
‫ُق ْل َخ ْل‬ ‫ْل َخ‬
(( ‫)) ِإ ؼف ُق ْل ا ئ ُقش‬
“Berilah pertolongan pada orang muslim, maka kamu
akan diberi pahala”90

Kemudian Rosululloh bersabda:


‫َخ‬
(( ‫َخ ؼ َخ‬ ‫َّن ُق َخ َخ َخ َخ ِّم‬ ‫َخ َخ ْل‬
‫)) يق ِإظَش ْل ا لى ِإاع ِإن ِإ ِإي ِإ‬
“Dan Alloh menentukan apa yang dikehendaki-Nya
melalui nabiNya”91

23. Hendaklah memohonkan perlindungan bagi seorang muslim.


Rosululloh bersabda:
‫َخ َخ ْلن َخد َخ ُقك ْل‬ ‫َّن َخ َخ ُق‬ ‫َخ َخ ُق‬ ‫َخ َّن َخ َخ ُق‬
‫ْلظ َخل َخ ر ِإب ا ِإ فأ ِإ يز ُقه َخ َخ ْلن َخظأاك ْل ِإب ا ِإ فأ ْل ؼ ُقه‬ ‫)) َخ ِإن‬
‫َخ ُق َخ ف ُقئ َخ ُق‬ ‫َخ َخ َخ‬ ‫ً َخ َخ‬
‫ص َخن َخع ِإئا ْليك ْل َخ ْل ُقش ف ف ِإف ُقئ ُقه ف ِإا ْلن ا ْل ِإ ُقذ‬
‫ُق َخ َخ ْل َخ َخ ُق‬
‫ه ن‬ ‫َخف َخأجي ُق‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُق‬ ‫ُق‬ ‫َخ ُق َخ َّن َخ َخ ْل َخ َّن ُق ْل َخ ْل َخ َخ ْل ُق‬ ‫َخف ْلد ُق‬
((‫ا ح ى ش أ ك قذ ك فأ ه‬
“Barangsiapa meminta didoakan agar dapat
perlindungan Alloh, maka doakanlah dia. Dan
barangsiapa memintamu berdoa untuk meminta sesuatu
kepada Alloh, maka mintakanlah. Dan barangsiapa
mengundangmu, maka penuhilah. Dan barangsiapa
berbuat kebajikan kepadamu, maka balaslah. Apabila
tidak dapat membalasnya, maka doakanlah sehingga
kamu merasa telah membalas budinya.”92

90
[HR. Bukhori dan Muslim]
91
[HR. Bukhori dan Muslim]
92
[HR. Hakim, Nasa‟i dan lain-lain. Dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam
Shohih Jami‟ no. 6021]
267
268
ADAB TERHADAP ORANG KAFIR

Kaum muslimin berkeyakinan bahwa agama-agama selain


Islam adalah bathil dan para pemeluknya adalah kafir. Karena
menurut al-Qur‟an, Islam adalah agama yang benar.
Alloh berfirman:
﴾     ﴿
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Alloh
hanyalah Islam… “ (Qs. Ali Imron [3]:19)

﴾             ﴿
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan di terima (agama itu)
daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (Qs. Ali Imron [3]: 85)

Maka dengan berita wahyu dari Alloh, kaum muslimin


mengetahui bahwa semua agama sebelum Islam telah diperbaiki oleh
Islam. Dan Islam menjadi agama kemanusiaan yang menyeluruh.
Maka Alloh tidak akan menerima dari seseorang selain Islam dan
Alloh tidak meridhoi syariat selain Islam. Dari segi inilah kaum
Muslimin melihat bahwa orang yang tidak menganut Islam adalah
kafir dan punya kewajiban terhadap mereka dengan adab-adab
sebagai berikut:

269
1. Tidak Mengakui dan Ridho Dengan Kekufuran.
Alloh berfirman:
          ﴿

           

﴾ 
“Hai orang-orang yang beriman. Janganlah kalian
mengambil jadi pemimpin kalian orang-orang yang
membuat agama kalian jadi buah ejekan dan permainan,
(yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab
sebelum kalian, dan orang-orang kafir (orang-orang
musyrik). Dan bertakwalah kepada Alloh jika kamu
betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS. Al-
Maidah [5]: 57)

“Alloh melarang hamba-hamba-Nya yang beriman


menjadikan ahlul kitab dari kalangan Yahudi dan
Nasroni dan seluruh orang-orang kafir sebagai wali-wali
(yang dicintai) diangkat menjadi pemimpin, memberikan
informasi berbagai rahasia kaum mukminin dan
membantu sebagian urusan mereka yang dapat
membahayakan Islam dan kaum muslimin.” [Tafsir al-
Karim ar-Rohman: 199]
Karena ridho kepada kekufuran adalah kufur.
2. Benci Kepada Kekufuran Karena Alloh Membencinya.
“Ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Alloh
dan benci karena Alloh.”93

93
[HR. Thobroni dalam al-Kabir no. 11537, Abu Dawud ath-Thoyalisi no. 378,
al-Hakim: 2/480. Berkata Syaikh al-Albani: Isnadnya hasan-Silsilah Hadits
Shohih no. 998]
270
Sebab kita harus cinta dan benci karena Alloh . Selagi Alloh
benci kepada kekufuran, maka kaum muslimin juga benci kepada orang
kafir karena-Nya.
3. Tidak Mengangkat Orang Kafir Menjadi Pemimpin.
Alloh berfirman:
﴾           ﴿
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin…..” (QS. An Nisaa’
[4]: 144)

          ﴿

﴾           
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman
kepada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih sayang
dengan orang-orang yang menentang Alloh dan
rasulNya sekalipun orang itu bapak-bapak, atau anak-
anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka…”
(QS. Al Mujadilah [58]: 22)
4. Hendaklah Berlaku Adil dan Bersikap Baik Kepada Orang Kafir,
Jika Bukan Musuh.
Alloh berfirman :
           ﴿

‫﴾ا‬          

271
“Alloh tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangi kalian karena agama dan tidak (pula)
mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Alloh
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-
Mumtahanah [60]: 8)

Ayat tersebut membolehkan pengadilan berlaku adil dan


berbuat baik kepada orang-orang kafir. Tak ada pengecualian
terhadap mereka selain kafir musuh. Karena terhadap mereka berlaku
hukum terhadap musuh (hukum perang).
5. Hendaklah bersikap manusiawi kepada orang kafir, seperti
memberi makan jika dia lapar, memberi minum jika haus dan
mengobatinya jika sakit dan juga melindungi mereka dari bencana
dan menjauhkannya dari bahaya.
          ﴿

       

            

﴾  


“Sembahlah Alloh dan janganlah kalian
mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh. Teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.” (QS. An Nisaa’ [4]:36)

272
“Setiap orang yang disebutkan dalam ayat tersebut wajib
ditunaikan haknya sekalipun mereka orang kafir.”94

6. Tidak menyakiti dan mengganggunya baik terhadap harta, darah


atau kehormatannya kecuali musuh.
           ﴿

﴾
“…Tetapi jika mereka membiarkan kalian dan tidak
memerangi kalian serta mengemukakan perdamaian
kepada kalian, maka Alloh tidak memberi jalan bagi
kalian (untuk menawan dan membunuh) mereka.” (QS.
An-Nisaa’ [4]: 90)

Alloh berfirman dalam hadits Qudsi:


“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya telah Aku
haramkan zholim itu atas diri-Ku dan diri kalian. Maka
janganlah kamu saling menzholimi.” (HR. Muslim)

7. Diperbolehkan memberi hadiah kepada orang kafir dan menerima


hadiahnya. Serta boleh pula memakan makanannya jika mereka
Ahli Kitab, Yahudi atau Nasroni (selama tidak berkaitan dengan
hari besar keagamaan mereka).
Alloh berfirman:
﴾          ﴿
“...makanlah (sembelihan) orang-orang yang diberi
Kitab itu halal bagimu....” (Qs. Al Maidah [5]: 5)

94
[Ahkaam Ahli adz Dzimmah: 2/417]

273
Berdasarkan hadits shohih bahwasanya Nabi diundang
makan oleh orang Yahudi di Madinah. Lalu Beliau memenuhi
undangan itu dan makan makanan yang disediakan oleh mereka.

8. Tidak boleh menikahi orang kafir. Akan tetapi laki-laki Muslim


boleh menikahi perempuan ahli kitab, dan Mukminah dilarang
menikah dengan laki-laki kafir.
Alloh berfirman:
﴾          ﴿
“..Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan
orang-orang kafir itu tiada halal bagi mereka.” (QS.
Mumtahanah [60]: 10)

﴾      ﴿


“….dan janganlah kalian menikahkan orang-orang
Musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman…..” (QS. Al-Baqoroh [2]: 221)

Dan firman Alloh mengenai kebolehan muslim laki-laki


menikahi perempuan ahli kitab.
“….(dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang
menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang
beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian,
bila kalian telah membayar maskawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan
tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik…..” (QS. Al-
Maidah [5]: 5)

274
‫َخ ْل‬
9. Mendoakannya bila dia bersin dan mengucapkan ‫ ا َخح ْل ُقذاهللِإ‬dengan
ucapan doa:
‫َخ ُق‬ ‫)) َخي ْله ِإذ ُقك ُق ا ُق ا َخ ُقي ْل‬
(( ‫ْل‬ ‫ص ِإل ْلح َخاب اك‬
“Semoga Alloh menunjuki kalian dan memperbaiki keadaan
kalian”.

Rosululloh mendo‟akan orang Yahudi tatkala bersin, kemudian


‫َخ ْل‬
mereka mengucapkan ‫ا َخح ْل ُقذاهللِإ‬ dengan harapan agar Nabi
‫َخ َخ َخ‬
mengucapkan kepada mereka, ‫ي ْلشح ُق ا ِإ‬, namun Nabi berkata
‫َخ ُق‬ ‫َخي ْله ِإذ ُقك ُق ا ُق ا َخ ُقي ْل‬
kepada mereka: ‫ص ِإل ْلح َخاب اك ْل‬

10. Jangan mendahului mengucapkan salam kepada orang kafir. Jika


dia mengucapkan salam jawablah dengan “wa‟alaikum”.

Rosululloh bersabda:
“Apabila ahli kitab memberi salam kepadamu, maka
ucapkanlah wa‟alaikum.”95

11. Hendaklah berbeda dengan orang kafir dan tidak menyerupainya.


Baik dalam bidang aqidah dan wawasan ibadah serta sikap,
akhlak dan adab, muamalah, adat kebiasaan, pakaian dan lain-
lain.

95
HR. Bukhori no. 6258 dan Muslim no. 2163]
275
Rosululloh bersabda:
“Dan barangsiapa meniru suatu kaum, maka dia dari
golongan mereka.”96

“Bedakanlah dirimu dengan orang-orang musyrik.


Panjangkanlah janggutmu dan cukur kumismu.”97

96
[HR. Bukhori dan Muslim]
97
[HR. Bukhori dan Muslim]
276
ADAB DUDUK DALAM MAJELIS

Kaum muslimin dalam seluruh hidup dan kehidupannya tunduk


kepada peraturan Islam yang mengatur segala seluk beluk
kehidupannya sampai dalam cara duduk di majelis sekalipun.
Oleh karena itu, setiap Muslim senantiasa melaksanakan adab
duduk dalam majelis sebagai berikut :
1. Apabila ia ingin duduk dalam majelis, hendaklah ia memberi
salam terlebih dahulu kepada orang yang hadir dalam majelis,
kemudian duduk sampai acara dalam majelis selesai. Ia tidak
boleh menyuruh seseorang berdiri agar ia dapat duduk disitu dan
tidak boleh duduk diantara dua orang, kecuali seizin mereka.
Rosululloh bersabda:
“Janganlah seseorang menyuruh temannya bangkit dari
tempat duduknya, kemudian ia duduki tempatnya, akan
tetapi hendaklah kamu memperluas (merenggangkan)
untuk memberi tempat”98

“Tidak halal bagi seorang laki-laki duduk di antara dua


orang dengan memisahkan mereka kecuali dengan
seizinnya.”99
Apabila seseorang bangkit dari tempat duduknya dan kembali
ketempatnya semula, maka ia lebih berhak duduk di tempatnya.

98
[HR. Bukhori dan Muslim]
99
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan]
277
Rosululloh bersabda:
“Apabila seseorang berdiri dan bangkit dari tempat
duduknya (dalam suatu majelis) lalu ia kembali ke situ,
maka ia lebih berhak untuk duduk lagi di situ”100

2. Tidak boleh seseorang duduk di tengah tempat orang-orang duduk


melingkar (halaqah). Karena Rosululloh melarangnya:
“Rosululloh mengutuk orang yang duduk di tengah
halaqoh.”101

3. Apabila seseorang duduk dalam suatu majelis, hendaklah ia


memperhatikan adab-adab sebagai berikut: Yaitu, hendaklah
duduk dengan sopan dan tenang, tidak duduk sambil menganyam
jari-jari tangannya, mempermainkan janggut dan cincinnya,
mengorek-ngorek giginya dengan tangan atau memasukkan
jarinya ke hidung, banyak meludah atau membuang dahak, dan
banyak bersin atau menguap. Hendaklah duduk dengan tenang
pada tempat duduknya dan tak banyak bergerak. Kalau bicara
benar, teratur dan berirama. Jangan terlalu banyak berbicara dan
menjauhkan diri dari senda gurau dan berbantah. Jangan
berbicara membanggakan diri, keluarga, anak-anaknya,
pekerjaannya dan hasil usahanya di bidang materi atau karya
seperti syair (puisi), karangan dan lain-lain. Apabila orang lain
berbicara, hendaklah kita dengar dan perhatikan, tidak terlalu
kagum dengan apa yang didengarnya, tidak pula memotong
pembicaraan orang atau minta mengulangi orang berbicara,
karena hal itu akan membuat tidak enak bagi yang berbicara.

100
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan]
101
[HR. Abu Dawud]
278
4. Adab yang perlu diperhatikan apabila duduk di tepi jalan yaitu:
a. Menundukkan pandangan, tidak memandangi wanita yang
lewat, tak berdiri di depan pintu rumah wanita, duduk di teras
rumahnya atau menengok ke jendela rumahnya. Disamping itu
tidak boleh memandang orang dengan cara yang tak sopan atau
mengejeknya.
b. Jangan mengganggu orang-orang yang lewat di jalan.
Seseorang tidak boleh menyakiti orang lain dengan lidahnya,
baik dengan memaki, mengejek atau menjelek-jelekkan.
c. Tak boleh pula mengganggu orang dengan tangannya seperti
memukul atau menonjok, menjambret, merampas harta orang,
menghalangi jalan dan lain sebagainya.
d. Menjawab salam kepada setiap orang yang memberi salam,
karena menjawab salam adalah wajib, sebagaimana firman
Alloh :
﴾         ﴿
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik daripadanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa)…” (QS. An-
Nisaa’ [4]: 86)

e. Hendaklah menyuruh kepada perbuatan ma‟ruf bila mereka


yang ada di situ mengabaikannya sedang ia menyaksikannya.
Sebab dia bertanggung jawab untuk menyuruhnya, karena
amar ma‟ruf diwajibkan bagi setiap muslim secara jelas dan
kewajiban itu tidak akan gugur kecuali dengan
melaksanakannya. Misalnya mengajak sholat kepada jama‟ah
yang ada di majelis pada saat adzan dikumandangkan, ketika
mereka santai-santai saja. Karena menjawab panggilan muazin
279
itu wajib hukumnya. Dan termasuk hal yang ma‟ruf. Kalau
orang-orang mengabaikannya, kita wajib mengingatkannya.
Contoh yang lain, bila ada orang yang kelaparan atau ada
orang yang berpakaian compang-camping lewat di depan
seseorang yang sedang duduk-duduk di jalan, dia wajib
memberi makanan atau pakaian jika mampu. Kalau tidak
mampu hendaklah meminta kepada orang lain untuk
memberinya makanan atau pakaian. Karena memberi makanan
kepada orang yang lapar dan memberi pakaian kepada orang
yang berpakaian compang-camping termasuk perbuatan ma‟ruf
yang wajib dilaksanakan bila orang lain meninggalkannya.
f. Mencegah perbuatan mungkar bila dia melihat ada orang yang
mengerjakannya, karena hal ini termasuk kewajiban setiap
Muslim.
Rosululloh bersabda:
“Barangsiapa di antara kamu melihat suatu
kemungkaran, hendaklah mengubahnya.”102
Misalnya, di hadapannya ada seseorang yang
mengganggu orang lain, dengan memukul atau merampas uang
atau barangnya, maka orang lain itu wajib bertindak terhadap
kemungkaran tersebut dengan cara mengenyahkan
penganiayaan tersebut sebatas kemampuannya.

g. Memberi bantuan sebatas kemampuannya bila ada seseorang


yang meminta ditunjukkan rumah, jalan atau alamat seseorang.
Semua itu termasuk adab-adab yang mesti dilakukan oleh
orang yang duduk-duduk di pinggir jalan seperti di depan

102
[HR. Muslim]
280
rumah, toko-toko, warung-warung kopi, lapangan-lapangan
umum, taman-taman dan lin-lain.
Rosululloh bersabda:
“Jauhilah duduk-duduk di jalanan. Mereka berkata:
Kami tak biasa meninggalkannya, karena jalan itu
tempat kami duduk-duduk dan berbincang-bincang. Nabi
menjawab: Jika enggan dan tetap akan duduk di
majelis-majelis, berikanlah hak bagi pejalan. Mereka
bertanya: Apakah hak pejalan itu? Nabi menjawab:
Menahan pandangan, menghindari dari menyakiti orang
lain, menjawab salam, menyuruh kepada yang ma‟ruf
dan mencegah dari yang munkar. Pada sebagian riwayat
ditambah dengan: Memberi petunjuk kepada orang-
orang yang tersesat di jalan.”103

Diantara adab-adab tersebut ialah memohon ampun kepada


Alloh pada saat bangkit dari duduk sebagai usaha menutupi
kesalahan yang mungkin dilakukan di waktu duduk di majelis
tersebut.
Rosululloh apabila akan berdiri dari duduk beliau membaca:
“Maha Suci Engkau Ya Alloh, dengan memuji-Mu aku
bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Engkau, aku mohon
ampun padaMu dan aku bertobat pada Engkau,” Nabi
saw ditanya tentang do‟a tersebut, beliau menjawab:
”Untuk menutupi kesalahan selama duduk di majelis.”104

103
[HR. Bukhori dan Mulsim]
104
[HR. Tirmidzi, hadits shohih]
281
282
ADAB MENUNTUT ILMU

Tholabul „Ilmi atau menuntut ilmu merupakan bentuk taqorrub


(pendekatan diri) kepada Alloh yang paling agung dan bentuk
ketaatan yang paling nyata yang akan mengangkat kedudukan
pelakunya disisi-Nya. Disamping itu, Alloh telah memerintahkan
hamba-hamba-Nya untuk menuntut ilmu, tafakkur, tadabbur, dan
memperingatkan mereka akan bahaya kebodohan dan
memperturutkan hawa nafsu. Karena pentingnya masalah tholabul
ilmi, Rosululloh senantiasa mendidik para sahabat dan
menganjurkan ummatnya untuk memperhatikan dan mengamalkan
adab-adab menuntut ilmu, agar tholabul ilminya tetap dalam
rangkaian perjalanan mencari ridho Alloh .
Diantara adab-adab tersebut adalah:

A. Ikhlas
Alloh berfirman:
          ﴿

﴾      


“Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Alloh
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Yang demikian
itu adalah agama yang lurus.” (QS. Al Bayinah [98]: 5)

283
            ﴿

﴾          
“Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan
kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa
menghendaki keuntungan didunia kami berikan
kapadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak
ada baginya suatu bagianpun di akhirat.” (QS. Asy-
Syuura [42]: 20)

Rosululloh telah menjelaskan bahwa syarat


diterimanya amal sholih adalah harus didasari ikhlas dalam
tujuannya.
Beliau bersabda :
‫َخ‬ ‫ُق‬ ‫َخ َّن‬
(( ‫َخ ُقل ِإاب ِإان َّني ِإ ا ِإئ َخ ِإاا ِإ ِّملا ْل ِإش ٍءبا َخ ا َخ‬
‫ِّم‬
‫)) ِإئ َخ ا‬ ‫ْل َخ ْل‬ ‫َّن‬
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat dan
setiap orang itu tergantung niatnya”105
‫َّن‬ ‫اال َخاي َخل َخ َّن ُق‬،
‫َخ‬ ‫َخ ْل َخ َخ َّن َخ ْل ً َّن ُق َخ َخ‬
‫ُق ِإائال ِإاا ُقي ِإص ْلي َخ اب ِإ ا‬ ‫َخ ْل ُق‬
‫ىاب ِإ ا ج ا ِإ‬ ‫)) نات ا ِإ ا ِإ اي لغ ِإ‬
‫ْل‬ ‫اا ْل َخاي ْلذا َخ ْلش َخ ا ْلا َّن‬،‫َخ َخ ً َخ ُّ ْل َخ َخ‬
((‫َخ ِإ‬ ‫جن ِإ َخاي ْل َخ ا ا ِإق َخي‬ ‫ِإ‬ ‫شط ا ِإ نا اذ ي‬
“Barang siapa yang belajar ilmu yang seharusnya hanya
untuk mengharapkan wajah Alloh, kemudian dia tidak
mempelajari-nya kecuali karna terpengaruh kemegahan
dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harum surga di
hari kiamat.”106

105
[HR. Bukhori, Muslim no. 1907 dan lainnya]
106
[HR. Abu Dawud no. 3664, Ibnu Majah: 1/93, al-Hikam dalam Mustadrok:
1/85, kemudian dishohihkan dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi dan juga
dishohihkan Imam Nawawi dalam Al-Majmu‟: 1/23]
284
Sufyan ats-Tsauri berkata :
“Tidak ada penyakit yang sulit bagiku untuk mendeteksi
selain dari niatku, karena dia senantiasa berubah-ubah
disetiap waktu.”107

B. Mengamalkan Ilmu Yang Telah Dipelajari Dan Menjauhi


Maksiat
Alloh Berfirman :
           ﴿

‫﴾ا‬      


“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian
katakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar
kebencian di sisi Alloh bahwa kalian mengatakan apa-
apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS. Ash-Shoff [61]:
2-3 )

         ﴿

“Mengapa kamu suruh orang lain ﴾ 


(mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca al-kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS. Al-
Baqoroh [2]: 44)
‫ْل‬ ‫َخ ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬
، ‫اف َخل ْلن َخذ ِإا ُق اأق َخل َخب َخابؼ ِإن ِإ‬، ‫ىاب َّناش ُقج ِإل َخاي ْل َخ ا ا ِإق َخي َخ ِإ اف ُقي قىا ِإ ْلا َّنان ِإس‬ ‫ِإ‬ ‫)) ُقي ْلإت‬
‫َخ ُق َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬
:‫ ف َخي ْل َخل ِإ ُقع ِإائا ْلي ِإ اأ ْله ُقلا َّنان ِإساف َخي ُقق ْل ا ْل ن‬,‫ف َخي ُقذ ْل ُقسا ِإ َخه اك َخ َخاي ُقذ ْل ُقسا ا ِإح َخ ُقس ِإاب ُقاش َخحى‬

107
[Al-Jaami‟ li Akhlaaq Ar Roowi wa aadab as Samii‟: 1/317]
285
‫ْل ُق َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ ُق َخ ْل‬ ‫ُق َخ‬
:‫َخي ف ُقنا َخ اا َخ اأا ْل ا ك ْلنا أ ُق ُقش ِإاب ْل ْل ُقش ْل ِإ ا َخ ْلن َخهىا َخ ِإنا ْل ْلنك ِإش اف َخي ُقق ْل ُقل‬
‫َخ َخ ْل َخ َخ ْل ُق ْل َخ َخ‬ ‫ْل َخ ْل َخ َخ‬ ‫َخ َخ ْل ُق ْل ُق‬
(( ‫ا اأ هىا ِإنا ْلنك ِإشا اآ ِإ ْلي ِإ‬، ‫َخبلىاقذاكن اآ ِإ ًش ِإاب ْل ْل ُقش ِإ ا الاآ ِإ ْلي ِإ‬
“Pada hari kiamat akan ada seseorang yang diseret
kemudian dilemparkan kedalam neraka hingga terurai
seluruh isi perutnya. Kemudian ia berputar-putar seperti
keledai yang menarik penggilingan. Hal ini membuat
para penghuni neraka keheranan seraya berkata: Wahai
fulan, bukankah engkau yang selama di dunia
memerintahkan kepada yang ma‟ruf dan melarang dari
yang munkar? Apa yang terjadi padamu? Dia menjawab:
Benar, selama di dunia aku memerintahkan kepada yang
ma‟ruf namun justru tidak pernah aku kerjakan, dan aku
pun melarang dari yang munkar namu justru aku sendiri
yang mengerjakan”108

Bisyr Bin al-Harist Berkata :


“Jika engkau mempelajari satu ilmu, maka tinggalkanlah
perbuatan maksiat”.109

C. Tawadhu (Rendah Hati)


Alloh Berfirman :
﴾      ﴿
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman.” (QS.
Asy-Syu’aaro [26] : 215)

108
[HR. Muslim no. 2989]
109
[Al-Jaami‟ lil Akhlaqi ar-Roowi wa Aadab as-Samii‟: 1/142]
286
             ﴿

﴾   


“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18)
Rosululloh bersabda:
‫َخ َخ ْل ُق ْل َخ َّن َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل ْل َخ َخ‬
‫اح َّن ا ْلنا َخ ْلش َخدلا ْلن ْل‬
((‫اكب ٍءر‬
‫ٍء ِإ ِإ‬ ‫))الايذ ُقلا اجن ا ناك نا ِإ اق ِإ ِإ ا ِإ ق ُقل ٍء ِإ‬
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam
hatinya ada kesombongan walaupun hanya seberat biji
sawi”.110
Muajahid berkata:
“Tidak akan mendaptkan ilmu orang pemalu dan orang
yang sombong”.111

D. Menghormati Ulama Dan Majelis Ilmu


Alloh Berfirman :
           ﴿

          

           

﴾      


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi, dan
110
[HR. Muslim no. 91]
111
[HR. Bukhori secara mu‟allaq kitab Ilmu bab 40]
287
janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang
keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kakalian
terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus
(pahala) amalan kalian, sedangkan kalian tidak
menyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan
suaranya di sisi Rosululloh, mereka itulah orang-orang
yang telah diuji hati mereka oleh Alloh untuk bertakwa.
bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-
Hujurot [49]: 2-3)

‫﴾اا‬         ﴿
“Demikianlah (perintah Alloh). Barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Alloh, maka sesungguhnya
itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj [22]: 32)

       ﴿

﴾    


“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang
mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab [33]:
58)

Pada suatu hari Ibnu Abbas berdiri di hadapan Zaid bin Tsabit
, lalu dia mengambil dan menuntun kendaraannya hingga Zaid
berkata: “Mengapa engkau berbuat demikian wahai anak paman

288
nabi? Ibnu Abbas pun berkata: “Beginilah kami bersikap
terhadap ulama dan orang-orang yang lebih utama dari kami.”112

E. Sabar
Alloh Berfirman:
﴾       ﴿
“Dan bersabarlah, karena Sesungguhnya Alloh tiada
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
kebaikan.” (QS. Huud [11]: 115)

        ﴿

﴾    


“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa
yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan
berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya.” (QS.
Maryam [19]: 65)
Yahya Bin Said Berkata :
“Aku Pernah berjalan beberapa hari hanya untuk
mencari sebuah hadist.”113

“Seseorang akan dikatakan orang „alim selama dia


masih mau belajar. Dan jika dia telah meniggalkan
belajar karena telah merasa cukup, maka dia adalah
orang yang bodoh.”114

112
[HR. Al-Hakim dan dishohihkannya: 3/423 dan Adz-Dzahabi pun
membenarkannya, Ibnu Sa‟ad: 2/360, al-Haitsami dalam Majma az-Zawaa‟id:
9/345]
113
[Jaami‟u Baayan al-Ilmi wa Fadhluhu: 1/91]
114
[Tadzkiroh as-Samii‟ wa al-Mutakallim: 183]
289
F. Berlomba-Lomba Dalam Menuntut Ilmu
Alloh berfirman:
﴾    ﴿
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan." (QS. Thoha [20]: 114)

Rosululloh Bersabda :
‫َخ ْل َخ ْل َخ َخ ْل ُق ْل ُق ْل َخ ْل َخ ْل َخ ُق ُق َخ َّن َخ ُق َخ ْل َخ ُق َخ َّن َخ‬
(( ‫ىاي ْل نا ُق ن َخه ها اجن‬ ‫)) انا ؽ عا ْلإ ِإ نا ِإ نا ي ٍءرا ع اح‬
“Seorang mukmin tidak akan merasa puas untuk mencari
kebaikan sebelum mencapai tujuan yang terakhirnya
yaitu surga.”115

Sa‟id bin Jubair berkata :


“Seseorang akan dikatakan orang „alim selama dia
masih mau belajar. Dan jika dia telah meniggalkan
belajar karena telah merasa cukup, maka dia adalah
orang yang bodoh.”116

G. Jujur Dan Amanah


Alloh Berfirman :
        ﴿

﴾  


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengkhianati Alloh dan Rosul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang

115
[HR. At-Tirmidzi no. 2686 dan dia berkata: Hasan Ghorib]
116
[Tadzkiroh as-Samii‟ wa al-Mutakallim: /183]
290
dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.”
(QS. Al-Anfaal [8]: 27)

Rosululloh Bersabda :
‫َخ ْل َخ‬ ‫َخ َخ ْل‬ ‫َخ َّن‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ ْل‬
‫ ف َخي َخ َّن أا‬- ‫ َخ ِإ ْل ا ِإس َخ َخ ٍءة‬-‫))الا ك ِإز ُقب ْل ا َخ ل َّن اف ِإا َّن ُق ا َخ ْلناكز َخبا َخ ل َّن اف َخي ِإل ِإ ِّمجا َّنان ُقسا‬
‫ْل ُق ُق َخ َّن‬
((‫َخ ق َخ ذها ِإ نا ان ِإس‬
“Janganlah kalian berdusta kepadaku, karena
barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah
untuk masuk ke neraka (dalam riwayat lain: Bersiap-
siaplah untuk mengambil tempat duduknya di neraka).”
(HR. Bukhori)

Al Haitsam bin Jamil berkata :


“Orang yang lancang (bohong) dalam berfatwa adalah
orang yang sedikit ilmunya.”117

Alloh berfirman:
         ﴿

            

﴾      


“Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang
disebut-sebut oleh lidah kalian secara dusta "Ini halal dan
ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap
Alloh. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Alloh tiadalah beruntung. (Itu
adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab
yang pedih.” (QS. An-Nahl [16]: 116-117)

117
[Adab al-Mufti wa al-Mustafti: 78 dan lihat pula I‟lam al-Muwaqqi‟iin:
2/165]

291
H. Menyebar (Mendakwahkan) Ilmu Dan Mengerjakannya
Alloh berfirman :
           ﴿

‫﴾ا‬         


“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa
yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan
(yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati
Alloh dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang
dapat melaknati.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 159)

             ﴿

﴾      


“Hai rosul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan
(apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Alloh memelihara kamu
dari (gangguan) manusia…” (QS. Al-Maidah [5]: 67)
Rosululloh bersabda :
‫ْل ُق َخ َخ َخ َّن ُق‬
(( ‫)) ي ُقرك ْل ا َخ نات َخ َخ ا اق ْلشآنا َخ‬
‫ْل َخ َّن‬ ‫َخ ْل ُق‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-
Qur‟an dan mengajarkannya.”118

118
[HR. Bukhori: 6/108]
292
‫َخ ُق َخ َخ‬ ‫َخ َخ‬ ً ‫َخ َخ‬ ‫َخ‬
‫))ف َخ ِإ ا! ْلن َخاي ْله ِإذ َخ ا ُق ِإاب َخ َخاس ُقج ا َخ ِإح ًذ ا ْلي ٌبراا َخ ا ِإ ْلناأ ْلن َخاي ْل ناا َخ ا‬
‫ِّم‬
(( ‫ُقح ْل ٌبشا ِإان َخ ِإ‬
“Demi Alloh, seandainya Aloh memberikan hidayah
kepada seseorang melalui perantaraan (dakwah)mu,
niscaya hal itu lebih baik bagimu dibandingkan dengan
onta merah.”119

Adh-Dhohhak bin Muzaahim berkata :


“(Tingkatan) ilmu ada empat : (1) Diam, (2) Mendengar
(3) Mengamalkan, dan (4) Menyebarkan (mendakwah-
kannya) dan mengajarkannya.”120

I. Zuhud
Alloh berfirman :
             ﴿

﴾  


“Hai manusia, sesungguhnya janji Alloh adalah benar.
Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kalian dan sekali-kali janganlah setan
yang pandai menipu, memperdayakan kalian tentang
Alloh.” (QS. Faathir [35]: 5)

Rosululloh bersabda :
‫َخ ُق َخ َخ‬ ‫ْل ُق‬ ‫َّن ُّ ْل َخ ُق ْل ٌب َخ ٌب‬
‫اف َخي ْلن ُقشاك ْليفا‬، ‫ا َخ ِإئ َّننا َخ ا ُق ْلع َخل ِإ ُقفك ْل ا ِإف ْلي َخه‬،‫اح َخ ةا ِإظ َخشة‬ ‫((ئنا اذ ي‬
‫ِّم‬ ‫ُق‬ ‫َّن‬ ‫ْل‬ ُّ ‫ُق‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬ ‫َخ ُق َخ‬
)) ‫ا ق ْل ا ِإال َخع َخ‬، ‫اف ق ْل ا اذ َخي‬،‫ت ْل َخ ْل ن‬

119
[HR. Bukhori: 4/207]
120
[Al-Jaami‟ li Akhlaq ar-Rowi: 1/9]
293
“Sesungguhnya (kemegahan) dunia itu sangat
menggiurkan. Dan sesungguhnya Alloh akan menjadikan
kalian Kholifah di muka bumi untuk mengetahui apa
yang kalian perbuat, maka takutlah kalian terhadap
dunia dan terhadap wanita.”121

Ibnu Umar berkata :


“Jika tiba waktu sore janganlah kamu menunggu waktu
pagi. Dan jika tiba waktu pagi janganlah menunggu sore
hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datangnya
waktu sakit dan waktu hidupmu sebelum datang
kematian”122

J. Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin


Rosululloh bersabda :
‫ُق ْل َخ ُق‬ ‫ْل َخ َخ َخ ْل ُق ْل ٌب َخ َخ ْل ِّم َخ َّن‬
))‫اص َخح ا َخ اف َخش ا‬
‫(( ِإ ل ِإنا غ نا ِإف ْلي ِإه اك ِإ ي ٌبرا ِإ نا ان ِإطا ِإ‬
“Ada dua nikmat yang sering dilalaikan kebanyakan
orang, kesehatan dan waktu luang.”123

Sebagian salaf berkata :


“Jika dalam suatu hari diriku tidak mendapatkan
tambahan ilmu yang dapat mendekatkanku kepada Alloh,
maka pada hari itu diriku tidak mendapatkan
keberkahan-Nya.”124

121
[HR. Muslim no. 2724]
122
[HR. Bukhori: 7/107]
123
[HR. Bukhori: 7/107]
124
[Miftaahu Daari as-Sa‟adah: 1/122]
294
K. Mudzakaroh (Mengulang-Ulang) Pelajaran Agar Tidak Lupa
Ali berkata :
“Saling berkunjunglah kalian untuk mengulang-ulang
hadist (ilmu) dan janganlah kalian melalaikannya hingga
kalian pun lupa.”125
Az Zuhri berkata :
“Ada dua hal yang dapat menghilangkan ilmu, lupa dan
meninggalkan mudzakaroh.”126

L. Bersahaja
Rosululloh bersabda :
‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫ْل َخ ْل َخ َخ ْل ُق‬
‫ا َخيك َخشه َخ‬
(( ‫اظف َخع ف َخ‬
‫َخ‬ ‫َّن‬
‫)) ِإئنا ُقاي ِإح ُّ ا َخ َخ ِإل َخ ا‬
‫ِإ‬
“Sesungguhnya Alloh menyenangi akhlak mulia dan
membenci akhlak yang hina.”127

Umar bin al-Khoththob berkata :


“Belajarlah ilmu, dan pelajari kalian ketenangan dan
keramahan dalam mempelajari ilmu tersebut.”128

M. Berkawan Dengan Orang Sholih


Alloh berfirman :
﴾       ﴿
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi
musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 67)

125
[Al-Jaami li Akhlaaq ar-Rowi: 1/236]
126
[Al-Jami‟ul Bayan al-Ilmi: 1/108]
127
[HR. Ath-Thobroni dalam al-Kabiir dan Khotib al-Baghdadi dalam al-
Jamii‟: 1/92. Lihat Majma az-Zawaa‟id: 8/188]
128
[Al-Jaami‟ li Akhlaaq ar-Roowi: 1/236]
295
Rosululloh bersabda :
‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ ْل ْل ُق َخ َخ ُق ُق‬ ‫ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ‬
((‫ينا ِإ ي ِإ ِإ اف َخين ْلشاأحذك ْل ا َخ ن ُقاي ِإا ُقل‬ ‫)) َّناشج ُقلا ل ِإ‬
‫ىاد ِإ‬
“Seseorang itu akan mengikuti agama teman akrabnya,
maka pilihlah orang yang akan kalian jadikan teman
akrab.”129

‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫ُّ َخ‬ ‫اص احا َخ ْلا َخ‬ ‫))ئ َّن َخ ا َخ َخ ُقلا ْلا َخج ِإ يغا َّن‬
‫اع ْل ِإ اك َخح ِإ ِإلا ِإْل ْلع ِإ ا َخ ِإف ِإخا‬ ‫يغا‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ج‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ْل‬
((‫ير‬
‫ا ِإك ِإ‬
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang sholih dan
yang jahat itu bagaikan penjual minyak dan tukang las
(pandai besi).”130

129
[HR. At-Tirmidzi no. 2379, ia berkata: Hasan dan Abu Dawud no. 4833
serta lainnya]
130
[HR. Muslim no. 2628]
296
ADAB SAFAR

Safar atau bepergian adalah suatu yang umum yang dikenal


masyarakat, dan senantiasa dikerjakan mereka sejak dulu sampai
sekarang. Oleh karena safar merupakan suatu hal yang senantiasa
menyertai kehidupan manusia, ia pun tak luput dari aturan Sang
Pencipta manusia, Alloh yang telah menetapkan aturan yang
lengkap berkenaan dengan adab safar agar nilai safarnya tetap dalam
kerangka ibadah.

A. Macam-Macam Safar
Ditinjau dari segi hukumya, safar ada empat macam yaitu :
1. Safar wajib
Yaitu Safar yang dilakukan dalam rangka menunaikan
kewajiban-kewajiban syari‟at, seperti menunaikan ibadah haji
bagi yang mampu, menuntut ilmu agama, hijrah meninggalkan
negeri musuh, berjihad di jalan Alloh , dan lain-lain.

2. Safar mustahab (disukai)


Seperti berziarah ke tiga masjid yaitu masjidil Haram di
Makkah, masjid Nabawi di Madinah dan masjidil Aqsho di
Palestina. Termasuk Safar yang mustahab adalah mengunjungi
keluarga atau silaturahmi, dan lain-lain.

297
3. Safar Mubah (dibolehkan)
Seperti dalam rangka mencari nafkah yang halal untuk diri
dan keluarga, rekreasi dalam rangka menghilangkan kepenatan
agar kembali segar dan semangat dalam beribadah dan belajar.
Adapun jika rekreasi tersebut tidak memberi pengaruh baik pada
agama, atau hanya semata-mata darmawisata, maka hal ini akan
menyia-nyiakan waktu, merusak hati dam memboroskan harta.

4. Safar madzmum (Yang Tercela)


Seperti mengunjungi kuburan-kuburan yang dianggap
keramat sebagai pengagungan kepada penghuninya dan perbutan-
perbuatan tercela lainya.

B. Adab-Adab Safar
Adab-adab safar yang harus diperhatikan seorang muslim agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan perjalanannya pun
mendapat berkah, diantaranya :
1. Mendahulukan Sholat Istikhoroh
Jika seseorang yang hendak melakukan safar, ada baiknya
jika ia melakukan sholat Istikhoroh terlebih dahulu untuk
memantapkan hatinya, apalagi dalam perkara yang ia tidak tahu
maslahat (baik) dan mafsadatnya (buruk) secara pasti.
2. Mencari Teman Yang Baik
Ibnu Umar berkata :
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬
‫اأ ْل ا ُق َخع ِإف َخشا‬،‫)) ِإئ َّننا ِإ َّن ا ا َخهىا َخ ِإنا ا َخ ْلح َخذ ِإةاأ ْلن َخاي ِإ ْلي َخ ا َّناش ُقج ُقلا َخ ْلح َخذ ُقه‬
((‫ْلحذه‬
‫َخ َخ ُق‬

298
“Sesungguhnya Nabi melarang bersendiri, baik ketika
bermalam maupun ketika bersafar.”131

Yang perlu diingat, hendaknya teman yang akan menyertai


dalam safar tersebut adalah teman yang baik (sholih) karena
Rosululloh bersabda :
‫َّن َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َّن ْل ً َخ َخ ْل ُق‬ ‫َخ ُق‬
(( ‫ص ِإح ُق ِإائالا ُق إ ِإ ن ا ال َخايأك ُقلاػ َخ َخ ِإائالا ِإق ٌّي‬
‫))ال َخ‬
“Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan orang
mu‟min dan janganlah makan makananmu kecuali
orang-orang yang bertakwa.”132

3. Mengangkat Pemimpin
Rosululloh bersabda :

‫َخ َخ َخ ُق‬ ‫َخ َخ ْل َخ‬


‫))ئر ا َخش ا ا َخ‬
(( ‫اظف ٍءشاف ُقيإ ِّم ِإ ُقش اأحذه ْل‬
‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ ٌب‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Apabila tiga orang keluar melakukan safar, hendaklah
mereka mengangkat salah satunya sebagi pemimpin.”133

4. Minta Izin
Yaitu minta izin pada kedua orang tua, sedang seorang istri
bila hendak bepergian dengan mahromnya yang lain selain
suaminya, ia berangkat harus dengan izin dari suaminya.

131
[HR. Ahmad dengan sanad shohih 8/38, tahqiq Ahmad Syakir]
132
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dengan sanad Hasan dari Abi Sa‟id.
Dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shohih Sunan Abi Dawud, juz 2:
no. 4045]
133
[HR. Abu Dawud dari Abi Sa‟id dan Abi Huroiroh, lihat Shohih Jami‟us
Shoghir: 1/197]
299
5. Berpamitan
Dalam berpamitan hendaklah orang yang akan melakukan
safar membaca doa yang ma‟tsur (diriwayatkan) dari Nabi ,
berikut ini:

(( ‫يعا د ِإت ُق‬


‫ُق‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ‬
‫))أ ْلظل ْل د ا ا ا از ْل االا ظ ُق‬ ‫َّن َخ َّن‬ ‫ُق َخ‬ ‫َخ َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Aku titipkan kalian kepada Alloh yang tidak menyia-
nyiakan titipan.”134
Demikian pula orang-orang yang mukmin, dalam melepas
musafir hendaklah ia juga mengucapakan doa :
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ‬ ‫ُق َّن َخ‬ ‫َخ َخ‬
(( ‫))أ ْلظل ْل ِإد ا ا ِإادين ا أ َخ ل ا َخ ِإ ي َخ ا َخ ِإ‬
“Aku titipkan kepada Alloh agamamu, amanahmu, dan
penutup amalanmu.”135

Atau membaca :
‫َخ َخ ُق َخ َخ ْل َخ َخ َخ ُق ُق َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ ُق ُق ْل َخ‬
(( ‫))أ ْلظل ْل ِإد ا ا الق َخ ا غف َخش ر َخ ا ا َّنع َخشا ا الي َخراح ْلي ا َخ اكن‬
“Semoga Alloh membekalimu dengan taqwa,
mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkan bagimu
kebaikan dimanapun kamu berada.”136

6. Berdoa Ketika Keluar Rumah Dengan Membaca :


‫َّن‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ َّن‬ ‫َّن‬ ‫َّن َخ َّن ْل ُق َخ َخ‬
((‫)) ِإ ْلع ِإ ا ا ِإ ا َخ ك ا لىا ا ِإ االاح ْل لا الاق َّن ة ِإائال ِإاب ا ِإ‬
“Dengan nama Alloh, aku bertawakal kepada Alloh tidak
ada daya dan kekuatan kecuali dengan Alloh.”137

134
[HR. Ahmad: 2/403, Ibnu Majah: no.2943, lihat Shohih Sunan Ibnu Majah:
2/1331]
135
[HR. Ahmad, Tirmidzi 5/499 dari Ibnu Umar . Lihat Shohih Sunan
Tirmidzi: 2/155]
136
[Lihat Shohih Sunan Tirmidzi: 5/490. Lihat Sunan Tirmidzi: 3/151]
300
7. Berdoa Ketika Hendak Menegendarai Kendaraaan dan
Memulai Perjalanan
Dari Ali bin Robi‟ah , ia berkata :
‫َخ‬ ‫ُقاأ ْل ت ْل اب َخذ َخب اا َخي ْلر َخك ُق َخه َخاف َخ َّن ا َخ َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ‬
‫ط َخع ِإاس ْلج ُق ا‬ ‫ِإ ِإ ٍء ِإ‬ ‫))ؼ ِإ ْلذ ُق ا َخ ِإل ْل ِإاب ْلناأ ِإ ْل اػ ِإا‬
‫ْل َخ ُق َّن‬ ‫َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ َخ‬
‫ ا اح ْل ذ ِإاا ِإ‬:‫اف َّن ا ظل ا لىا ْل ِإشه اق َخل‬، ‫ ِإ ع ِإ ا ِإ‬:‫ِإ ْل ا ِّم ِإاشك ِإباق َخل‬
‫ىاسِإِّم َخن ا‬ ‫ َخ ئ َّن ائ َخل َخ‬.‫ { ُقظ ْل َخح َخنا َّنا ِإز ْل ا َخ َّنل َخش َخاا َخن َخاه َخز ا َخ َخ ُقاك َّنن َخاا ُق ا ُق ْلقشِإ ْلي َخن‬:‫اق ل‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُق‬ ‫َخ‬ ‫ُق َخ ْل‬ ‫َخ ُق ْل َخ ُق ْل َخ ُق َّن َخ َخ ْل َخ ْل ُق َّن ْل َخ ْل ُق َّن ْل َخ ْل ُق َّن‬
‫ا‬،‫ا اأكبر‬، ‫ا اح ذ ِإاا ِإ‬، ‫ا اح ذ ِإاا ِإ‬، ‫ اح ذ ِإاا ِإ‬:‫ْلنق ِإ ن{ا اق ل‬
‫َخ ْل‬ ‫َّن ِّم َخ َخ َخ‬ ‫ُق َخ ْل َخ ُق ُق َخ ْل َخ ُق ُق َخ‬
‫ا‬، ‫اظ ْل َخح َخ ا ا ُق َّن ِإائ ِإ ْل ا ْل ُق ا ْلف ِإسَش ْل اف غ ِإف ْلش ِإال ْل‬، ‫ا اأكبر‬،‫اأكبر‬
‫ ناْل‬:‫ا ُق َّن ا َخ َخح َخ َخافق ْلي َخل َخاي َخأ ْلي ُقرا ْلْلُق ْلإ ن ْلي َخن‬، ‫االا َخ ْلغف ُقشا ُّاز ُق ْل َخبائ َّنال َخاأ ْل َخ‬ ‫َخ َّن ُق َخ‬
‫ف ِإا‬
‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ا ُق َّن ا َخ َخح اَخ‬، ‫َخف َخ َخل َخاك َخ َخاف َخ ْل ُق‬ ‫ َخسأ ْلي ا ان َّن‬:‫َخأ ِّم ا َش ْل ٍء ا حك اق َخل‬
‫َّن‬ ‫ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ ئ َّنن َخاسَّن َخ ا ُق ْلعج ُق ا ناْل‬:‫َخف ُقق ْل ُق َخاي َخاس ُقظ ْل َخلا ا ْلن َخاأ ِّم ا َخ َش ْل ا َخ َخح ْلك َخ َخاق َخل‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ٍء‬ ‫ِإ ِإ‬
‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َخ ْل َخ َخ َخ ْل ْل ْل َخ ْل ْل َخ ْل َخ ُق َخ َّن ُق َخ َخ ْل ُق ُّ ُق ْل َخ َخ‬
((. ‫اأ االا غ ِإفشا از باغي ِإر‬ ‫ا‬، ‫ ئغ ِإفشِإل ار ِإ‬:‫ِإذ ِإه ِإائر اق ل‬
“Aku saksikan Ali bin Abi Tholib didatangkan
kendaraan untuk ia kendarai, ketika ia meletakkan
kakinya di kendaraan tersebut ia berkata: “Bismillah”,
kemudian membaca: “Subhanaladzi… dan seterusnya,
(Maha Suci Alloh yang telah menundukan kendaraan ini
bagi kami, tidaklah kami mampu menundukannya, dan
sungguh kami kelak kembali kepada-Nya), setelah itu
mengucapkan: “Alhamdulillah” tiga kali, kemudian:
“Allohu Akbar” tiga kali, lalu berdo‟a: “Maha Suci
Engkau”, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku
sendiri, maka ampunilah aku, tidak ada yang
mengampuni dosa selain Engkau,” kemudian ia tertawa.
Dikatakan: “Wahai Amirul Mukminin, apa yang

137
[HR. Abu Dawud: 4/325, Tirmidzi: 5/490. Lihat Shohih Sunan Tirmidzi:
3/151]
301
membuatmu tertawa?” Ia menjawab: “Aku pernah
melihat Nabi melakukan seperti apa yang pernah aku
lakukan, kemudian beliau tertawa”, aku (Ali) bertanya:
“Wahai Rosululloh, apa yang membuatmu tertawa?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya Robbmu takjub dari
hamba-Nya bila berkata: Ampunilah dosa-dosaku,
hamba ini tahu bahwa tidak ada yang mengampuni dosa
selain Alloh”.”138

8. Bertakbir Ketika Mendaki dan Bertasbih Ketika Menurun


Dari Jabir ia berkata :
‫َخ‬
(( ‫اظ َّن ْلحن‬
‫ْل َخ َخ َّن َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ‬
‫ا ئر ا ضان َخ‬، ‫اص ذ اكب ْلر‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ‬
‫))كن ِإائر ِإ‬
“Kami dahulu, apabila perjalanan kami mendaki kami
bertakbir, dan apabila menurun kami bertasbih.”139

9. Saling Membantu
Diantara kesempurnaan akhlak seorang muslim adalah ia
berbuat baik atau mendoakan orang yang berbuat baik kepadanya,
membayar penuh kendaraan yang disewa, saling membantu
sesama teman, menolong bagi yang tidak mendapat bagian
kendaraan atau bekal, serta senantiasa mengisi kekosongan
dengan hal-hal yang bermanfaat.
Dari Abu Sa‟id al-Khudri , ia berkata :
“Ketika kami sedang dalam perjalanan, datanglah
seseorang di atas kendaraannya, lalu ia memalingkan
pandangannya kekanan dan kekiri, maka Rosululloh
bersabda: Siapa yang memiliki punggung (kendaraan)
yang lebih, hendaklah ia membantu orang yang tidak

138
[HR. Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan, lafadz ini
dari Abu Dawud. Dishohihkan oleh Salim al-Hilali dalam Bahjatun Nadzirin
juz 2, hal. 213]
139
[HR. Bukhori]
302
mempunyai kendaraan, dan siapa yang memiliki bekal
yang berlebih, hendaklah ia membantu orang yang tidak
memiliki bekal. Lalu beliau menyebutkan beberapa jenis
harta hingga kami lihat tidak ada lagi yang berhak
memiliki kelebihan diantara kami.”140

10. Adab Berjalan, Singgah dan Bermalam


Dari Abu Huroiroh , ia berkata: Rosululloh bersabda:
‫َخ‬
‫ا َخ ائر ا‬،‫ض‬ ‫َخ َخ َّن ُق َخ ْل‬ ‫ص َخافأ ْل ُقؼ ْل‬ ‫ْل‬ ‫َخ َخ َخ ْل ُق ْل ْل‬
‫اإلابلاح ا ِإ نا س ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫))ئر اظ فش ا ِإ ا ِإال ِإ‬
‫َخ‬ ‫أظش ُق ْل ا َخ َخ ْلي َخه ا َّن‬
‫اع ْلي َخرا َخ َخاب ِإد ُقس ا ِإ َخه ا ِإ ْلق َخي َخه ا َخ ائر ا‬ ‫َخ ْل َخ ْل‬ ‫َخ َخ ْل ُق ْل‬
‫ظ فش ا ا اجذ ِإباف ِإ‬
‫اػ ُقش َخ ا َّناذ َخ با َخ ا َخ أ َخ ا ا َخ َخ ِّم اب ْلي َّن‬ ‫َخ َّن ْل ُق ْل َخ ْل َخ ُق ْل َّن ْل َخ َخ َّن َخ ُق‬
((‫الِإل‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫شظل اف جل ِإل ا اؼ ِإشي افا ه‬
“Apabila kalian bersafar di tempat yang subur dan
berumput maka berilah kesempatan bagi unta untuk
makan dari rumputnya. Jika kalian bersafar dan
melewati daerah kering maka cepatkanlah jalan kalian
dan bersegeralah (selagi masih kuat). Apabila kalian
bersinggah di malam hari maka hindarilah singgah di
jalanan karena tempat tersebut tempat dilewati binatang
tunggangan, begitu juga tempat binatang buas di malam
hari.”141

11. Dianjurkan Berjalan Dimalam Hari


Dari Anas bin Malik , Ia berkata: Rosululloh bersabda:
‫َّن‬ ‫َخ َخ ْل ُق ْل ُّ ْل َخ َخ َّن ْل َخ ْل َخ ُق ْل‬
((‫ضا ؼ َخ ِإاب ا ْلي ِإل‬
)) ‫يك ِإاب اذاج ِإ اف ِإانا س‬
“Hendaklah kalian berjalan di malam hari, karena bumi
dilipat pada malam hari.”142

140
[HR. Muslim]
141
[HR. Abu Dawud dengan Sanad Hasan. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohih Sunan Abi Dawud juz 2: no. 2288]
142
[HR. Abu Dawud dengan sanad hasan. Dishohihkan Syaikh al-Albani dalam
Shohih Sunan Abu Dawud Juz 2: no. 2241]
303
Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahdatun Nadzirin
mengatakan: Disukai berjalan dimalam hari, karena, lebih
segar bagi diri dan kendaraan, juga tidak merasakan letih
dan jauhnya perjalanan, seolah-olah bumi dilipat, jarak
yang jauh menjadi dekat, Allohu‟alam.

12. Memperhatikan Kondisi Kendaraan


Dari Abu Ja‟far ia berkata :
“Suatu hari Rosululloh , membonceng aku di
belakangnya, dan beliau menyampaikan hadist kepadaku
secara rahasia, tidak ia sampaikan kepada seorang pun.
Rosululloh lebih suka bertabir ketika buang hajat
dengan dinding kurma.”

Al-Barqoni menambahkan dengan Sanad Muslim setelah


ucapan “dinding kurma” sebagai berikut :
“…Maka beliau masuk ke dinding milik seorang Anshor,
ternyata di ana ada seekor unta. Ketika unta itu melihat
Rosululloh , ia bersuara dan matanya berlinang air
mata. Maka Nabi pun mendatanginya dan mengelus-
elus punuknya dan tulang belakang telinganya, lalu unta
itu diam.”

Rosululloh bersabda :
‫ص ِإسا‬ ‫)) َخ ْلن َخاس ُّب َخاه َخز ا ْلا َخج َخ ُقل اْلَخ ْلن َخاه َخز ا ْلا َخج َخ ُقل َخاف َخ َخ َخاف ً ىا َخنا ْل َخ ْل َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َّن‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ‬
‫ أف ا ل ِإ ا ِإ اه ِإز ِإها ا ِإهي ِإ ا ا ِإ ْل ا‬:‫ َخهز ِإال ْل َخاي َخاس ُقظ ْل َخلا ِإ ا افق لا‬:‫فق َخل‬
‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ َّن َخ َخ َّن َخ َخ ْل ُق ْل َخ َّن َخ ْل َخ ُق‬
(( ‫لاأ ا ِإ ْلي ُق َخ ا ا ذة ه‬ ‫ك ِإائي ه اف ِإا ه اتؽ ِإائ‬
“Siapa pemilihara unta ini? Siapa pemiliknya? Maka
datanglah pemuda dari kaum Anshar lalu berkata : Ini
milikku wahai Rosululloh. Beliau bersabda :Tidakkah
304
engkau bertakwa kepada Alloh dalam memelihara
binatang yang Alloh serahkan kepada pemiliknya?
sungguh bahwa ia mengadu kepadaku bahwa engkau
membiarkanya lapar dan letih.”143

13. Berdoa Apabila Khawatir Terhadap Gangguan Suatu Kaum


Rosululloh , bila khawatir gangguan suatu kaum beliu
berdoa :
‫َخ‬ ‫ْل َخ‬ ‫ْل‬ ‫َّن‬
‫)) ا ُق َّن ا ك ِإف ِإن ْلي ِإه ْل ِإاب ِإ‬
(( ‫اؼ‬
“Ya Alloh, cukupkanlah aku dari mereka dengan apa
yang Engkau hendaki.”144

14. Berdoa Apabila Singgah di Suatu Tempat


Rosululloh bersabda :
‫ْل َخ ِّم َخ َخ َخ‬ ‫َّن‬ ‫ْل ً ُق َخ َخ ُق َخ‬ ‫َخ‬
. ‫َخ‬ ‫)) َخ ْلنا َخض َخلا َخ ِإيالا َّن اق َخلاأ ُق ر ِإاب ِإ َخ ِإ ا ا ِإ ا َّنال َّن ِإ ا ِإ ناؼ ِإشا ا‬
‫ُق ُق َخ‬ ‫َخ‬
(( ‫ا ْل َخايظ ُّشها َش ْلى ٌب‬
“Barang siapa yang singgah ditempat lalu
mengucapkan: A‟udzu bi kalimaatillahi taamaati min
syarri ma kholaq… (Aku berlindung kepda kalimat-
kalimat Alloh yang sempurna dari bahaya apa-apa yang
telah diciptakan-Nya), niscaya tiada sesuatu pun yang
dapat membahayakannya.”145

15. Dianjurkan Bagi Musafir Untuk Segera Pulang Apabila


Kebutuhannya Telah Selesai.

143
[HR. Muslim dan tambahannya shohih dari riwayat Abu Dawud: 2549]
144
[HR. Muslim: 4/2300]
145
[HR. Muslim]
305
Rosululloh bersabda :
‫َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ ُق َخ‬ ‫ْل َخ‬ ‫َّن َخ ْل ٌب‬
‫اعف ُقشا ِإقؼ َخ ا ِإ ْلنا ا َخ ز ِإب َخاي ْل َخن ُقعاأ َخح َخذك ْل اػ َخ َخ ُق ا َخ ؼ َخش َخب ُق ا َخ ْل َخ ُق اف ِإار ا‬ ))
‫ْل‬ ‫َخ َخ َخ َخ ُق ُق ْل ْل َخ َخ ُق ْل َخ َخ َخ ْل ُق َخ ِّم ُق َخ َخ‬
(( ‫ق َشىاأحذك ا ِإ ه ل ا ِإ ناظف ٍءشاف يع ِإجل ِإائلىاأه ِإ ِإ‬
“Safar adalah sebagian dari Azab, menghalangi makan,
minum, tidur. Maka bila kebutuhan salah satu dari
kalian telah selesai, hendaklah ia bersegera pulang
menjumpai keluarganya.”146

16. Berdo‟a Apabila Kembali Dari Perjalanan


Dari Abdullah bin Umar , ia berkata :
‫َخ‬ ‫َخ َخ ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ‬
‫ؼ َخش ٍء ا‬ ‫((ك َخن ِإئر اقف َخل ِإ ْلن غ ْلض ٍء أ ْل َخ ٍء ِّمج أ ْل ُق ْل َخش ٍءة ُقايك ِإِّمب ُقرا َخ لىاك ِإ ِّمل‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ َّن‬ ‫ُق‬ ‫َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ َخ ْل‬
‫ا‬، ‫ ال ِإائا َخ ِإائالا ُق ا َخ ْلح َخذ ُقهاال ؼ ِإشْلي َخ اا ُق‬:‫ضا ا ك ِإ ْلي َخر ٍء ا َّن َخاي ُقق ْل ُقل‬ ‫َخ ِإ ن ْل ْل س ِإ‬
‫َخ َخ ُق ِّم َخ ْل َخ ْل ٌب ُق ْل َخن َخ ُق ْل نَخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬
‫ا ُق ا ْلُق ُق ا َخ ا ا ا َخح ْل ذا َخ ُقه َخ‬
‫ُق‬ ‫ُق‬
‫اآي ا ِإة ا‬ ‫ِإ‬ ‫لىاك ِإلا َش ٍء اق ِإذيش‬
‫ْل َخ‬ ‫اص َخذ َخ ا ُق ا َخ َخ َخذ ُقها َخ َخ َخ‬ ‫اح ُقد ْل َخن َخ‬ ‫َخ ُق ْل َخ َخ ِّم َخ َخ‬
‫ص َخش ُقها َخ ْل َخذ ُقها َخ َخاه َخض َخ ا ْلح َخض ُقبا‬ ‫ِإبذ ن ِإاشِإ ن ِإ‬
))‫َخ ْلح َخذ ُقه‬
“Rosululloh apabila kembali dari peperangan atau
haji atau umroh beliau bertakbir di setiap ketinggian
dari bumi tiga kali kemudian mengucapkan: “Laa Ilaaha
illalloh…”(Tidak ada sesembahan kecuali Alloh semata
tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segenap
kerajaan dan milik-Nya segenap puji, Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu, kami kembali, kami bertaubat, kami
menyembah pada Robb kami, kami memuji. Maha benar
janji-janji Alloh. Alloh menolong hamba-hamba-Nya,
dan menghancurkan musuh-musuh sendirian.”147

146
[HR. Bukhori dan Muslim]
147
[HR. Bukhori dan Muslim]
306
17. Dianjurkan Bagi Musafir Melakukan Sholat Dua Roka‟at di
Masjid Apabila Telah Tiba di Kampung Halaman (Tempat
Tinggal Tetap) Sebelum Ia Menjumpai Keluarganya.
Ibnu Umar berkata: “Aku pernah bersama Nabi dalam
suatu perjalanan, tatkala tiba di Madinah, Beliau bersabda
kepadaku:
‫ْل َخ ْل‬ ‫َخ َخ‬ ‫ْل َخ‬ ‫ُق ْل ُق‬
((‫ص ِإ ِّمل َخاسك َخ لي ِإن‬
‫)) د لا ْل ْلسجذاف َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Masuklah ke dalam masjid dan sholatlah dua
rakaat”148

18. Dianjurkan Bagi Musafir Yang Telah Kembali Agar


Menjumpai Keluarganya di Siang Hari.
Dari Jabir , sesungguhnya Rosululloh bersabda:
‫َخ‬ ً ‫َخ َخ َخ ُق ْل َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ‬
‫)) ِإئر اػ َخلاأ َخح ُقذك ُق ا اغ ْلي َخ اف َخايؼ َخشق َّنناأ ْله ُق اا ْلي ا( َخ ِإ ْل ِإاس َخ َخي ٍء ا) أ َّننا‬
ً ‫َخ َخ َخ ْل َّن ْل َخ َخ َّن َخ ْل َخ ُق َخ‬
(( ‫اش ُقج ُقلاأه ااا ْلي‬ ‫َخس ُقظ ْل َخلا ِإ ا ا هىاأنايؼش ا‬
“Jika kalian meninggalkan keluarga dalam waktu yang
lama, janganlah mengetuk pintu (mendatangi)
keluarganya di malam hari. “Dalam riwayat lain:
“Rosululloh telah melarang seseorang mengetuk pintu
keluarganya di malam hari.”149

19. Dianjurkan Membawa Oleh-oleh Karena Perhatian Keluarga


yang Ditinggalkan Tertuju Pada Seorang yang Baru Datang.
Mereka menyambut dengan penuh rasa rindu dan gembira.
Mereka ingin mendengar kita bertutur tentang perjalanannya.
Alangkah lebih baik jika kita membawa buah tangan buat mereka.

148
[HR. Bukhori]
149
[HR. Bukhori dan Muslim]
307
308
ADAB MEMBACA AL-QUR’AN

Seorang Muslim diperintahkan oleh Alloh agar senantiasa


membaca Al-Qur‟an, yang merupakan kitab sucinya yang teragung.
Dalam membaca Al-Qur‟an, kita pun tidak lupa untuk selalu
memperhatikan bacaan kita, karena membaca Al-Qur‟an dengan baik
(penuh adab) dan benar akan mempunyai pengaruh yang baik bagi
pembaca dan pendengarnya, agar dapat dipahami isi dan
kandungannya serta untuk menemukan rahasia kemukjizatan Al-
Qur‟an melalui kekhusuan dalam membacanya. Dan agar upaya
tersebut di atas dapat kita realisasikan, maka ada beberapa adab
membaca Al-Qur‟an yang harus kita perhatikan dan ketahui, yaitu:

A. Adab Sebelum Membaca Al-Qur’an


1. Mengikhlaskan Niat.
Ketika membaca Al-Qur‟an, tujuan kita hanyalah untuk
mengharapkan wajah Alloh semata.
Alloh Berfirman:
          ﴿

‫﴾ا‬      


“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya mereka
hanya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.”
(QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

309
Dan dalam sebuah Hadits, Rosululloh bersabda:
‫ِّم‬
(( ‫َخ ُقل ِإاب ِإان َخي ِإ‬
‫))ئ َخ َخ ا ْل َخ ْل‬
‫ِإ‬
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung kepada
niatnya”. (HR. Bukhori dan Muslim)

2. Membaca d itempat yang bersih dan suci, terutama di Masjid.


Hal ini juga upaya kita untuk ikut serta memakmurkan masjid,
sebagaimana yang Alloh firmankan :
          ﴿

           

﴾ 
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Alloh
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan
hari kemudian serta mendirikan sholat, menunaikan
zakat dan tidak takut kepada siapapun selain Alloh”.
(QS. At-Taubah [9]: 18)

3. Disunahkan untuk bersiwak atau bersikat gigi terlebih dahulu.


4. Lebih utama supaya berwudhu terlebih dahulu.
5. Menghadap kiblat dan duduk dengan tenang.

B. Adab Ketika Membaca Al-Qur’an


1. Membaca ta‟awudz
Alloh berfirman :
﴾        ﴿

310
“Apabila kamu hendak membaca al-Qur‟an, memintalah
perlindungan kepada Alloh dari godaan setan yang
terkutuk” (QS. An-Nahl [16]: 98)

2. Membaca basmalah pada setiap permulaan surat kecuali dalam


surat at-Taubah.
3. Membaca dengan tartil (perlahan-lahan), sesuai dengan firman
Alloh
﴾      ﴿
“Dan bacalah al-Qur‟an dengan tartil (perlahan-
lahan)” (QS. Al Muzzammil [73]: 4)

4. Membaca dengan khusyu‟, tenang dan sopan.


5. Berusaha memahami apa yang sedang dibaca.
Sesungguhnya inilah tujuan utama yang dikehendaki di saat
kita membaca Al-Qur‟an. Alloh berfirman :
﴾    ﴿
“Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur‟an?”
(QS. An-Nisaa’ [4]: )

6. Berusaha agar terpengaruh atau terkesan dengan apa yang


dibaca, dengan cara:
a) Mengulang-ulang ayat dan membacanya dengan perlahan-
lahan.
b) Tafakkur (memikirkan) dan tadabbur (memahami) isinya.
c) Menangis atau berusaha untuk menangis pada saat membaca
ayat yang menerangkan tentang azab.

311
d) Berdoa apabila membaca ayat yang memberitakan kabar
gembira (pahala, surga, kemenangan dan kabar gembira
lainnya)
Ibnu Mas‟ud berkata :
“Rosululloh berkata kepadaku: Bacakan al-Qur‟an
kepadaku!” Saya pun berkata: “Ya Rosululloh, apakah
saya harus membaca al-Qur‟an kepadamu, sedangkan
al-Qur‟an itu sendiri diturunkan kepadamu?” Beliau
menjawab: “Benar, akan tetapi saya ingin
mendengarnya dari bacaan orang lain. Kemudian saya
pun membaca surat an-Nisaa‟ sampai ayat yang ke 14.
Maka Beliau pun berkata: “Cukup, cukup.” Tatkala
saya melirik kepadanya, saya melihat beliau meneteskan
air mata.” (HR. Bukhori)

7. Membaguskan suara dengan tidak dibuat-buat dan tidak


berlebih-lebihan.
Rosululloh bersabda:
‫ُق‬ ‫ْل ُق َخ َخ َخ‬ ‫َخ ُق‬
(( ‫ص َخ ِإ ك ْل‬
‫))صِّمين ْل ا اق ْلش نابأ ْل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Baguskanlah (bacaan) al-Qur‟an dengan suara
kalian,” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

8. Membaca dengan melihat pada mushaf, dan boleh juga dari


hafalan (terutama pada saat muroja‟ah).
9. Tidak mengeraskan suara apabila dikhawatirkan riya‟ (pamer)
atau mengganggu orang yang sedang sholat. Boleh membaca
dan mengeraskan suara apabila bacaannya meresap ke dalam
hati atau agar dapat didengar orang lain, misalnya dalam
mengajarkan atau ada hal lainnya yang bermanfaat.

312
10. Tidak diperbolehkan membaca al-Qur‟an dengan
menggunakan bahasa „Ajam (selain bahasa Arab), baik di saat
sholat maupun di luar sholat.
11. Tidak diperbolehkan membaca al-Qur‟an dengan riwayat
yang syadz (menyimpang dan tidak terkenal).
12. Membaca sesuai dengan urutan surat.
13. Dimakruhkan untuk memutuskan bacaan al-Qur‟an hanya
sekedar untuk berbicara, tertawa, dan hal lainnya yang tidak
bermanfaat.
14. Disunahkan untuk bersujud tilawah pada saat membaca ayat
Sajadah.

15. Waktu yang baik untuk membaca Al-Qur‟an di antaranya :


a. Di dalam sholat, sebelum, saat, atau sesudahnya.
b. Pada malam hari.
c. Pada sepertiga malam yang terakhir.
d. Setelah sholat subuh.
e. Dan waktu-waktu yang lain.

C. Adab Setelah Membaca Al-Qur’an


1. Berdoa
2. Meneruskan bacaan.
Ketika selesai membaca surat an-Naas lalu dilanjutkan
dengan surat al-Fatihah dan surat al-Baqoroh sampai ayat ke-5.

313
314
ADABUL LISAN

A. Pengertian Menjaga Lisan


Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata bahwa salah satu
pintu maksiat adalah lisan. Beliau mengatakan:
“Menjaga lisan adalah agar jangan sampai seseorang
mengucapkan kata-kata yang sia-sia. Apabila ia berkata,
hendaklah mengatakan sesuatu yang bisa diharapkan
keuntungan padanya dan manfaat bagi Diennya. Apabila
akan berbicara hendaklah ia pikirkan: apakah dalam ucapan
yang akan diungkapkan itu terdapat manfaat dan keuntungan
atau tidak? Apabila tidak bermanfaat hendaklah ia diam.
Apabila bermanfaat, hendaklah ia pikirkan lagi apakah ada
kata-kata lain yang lebih bermanfaat atau tidak. Hal itu agar
ia tidak menyia-nyiakan waktunya dengan perkataan pertama
yang akan ia ucapkan tadi.
Apabila engkau ingin mengetahui apa yang ada di hati
seseorang maka engkau dapat mengetahuinya melalui
gerakan lisannya. Karena untuk ucapan dapat menunjukkan
apa-apa yang terdapat di hatinya, baik ia kehendaki atau pun
tidak”.

B. Pentingnya Pembahasan dalam Masalah Lisan


Beberapa hal penting yang menjadi latar belakang
pembahasan topik ini adalah :
1. Lisan merupakan salah satu dari nikmat Alloh yang
diberikan kepada kita yang tidak terhitung banyaknya.

315
Alloh berfirman:
﴾       ﴿
“Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah
mata, lidah, dan dua bibir.” (QS. Al-Balad [90]: 8-9)
Kita wajib mensyukuri nikmat tersebut dengan cara:
a. Mengakui dalam hati bahwa Alloh satu-satunya pemberi
nikmat.
b. Memuji Alloh melalui lisan kita.
c. Menggunakan nikmat-nikmat tersebut dalam hal-hal yang
diperintahkan dan diridhoi Alloh serta meninggalkan hal-
hal yang dilarang dan dimurkai-Nya.
Al-Imam Ibnu Qoyyim berkata: “Sesungguhnya Alloh
tidak menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia atau
dibiarkan begitu saja. Ia menjadikan mereka di muka
bumi ini untuk menjalankan tugas melaksanakan
perintah-perintah-Nya. Ia mewajibkan mereka untuk
memahami hal yang dibimbing-Nya (shirotul mustaqim)
baik secara garis besar maupun terperinci. Alloh
membagi para makhluk-Nya menjadi dua golongan, yaitu
orang yang sengsara dan orang yang bahagia. Masing-
masing golongan diberi-Nya tempat menetap (Neraka
Jahanam dan Surga yang penuh kenikmatan). Alloh
menganugerahkan pada mereka organ-organ tubuh untuk
menerima ilmu dan beramal, berupa hati, telinga, mata,
dan anggota tubuh lainnya sebagai suatu nikmat dan
keutamaan dari-Nya. Barangsiapa tidak menggunakan
nikmat-nikmat tersebut untuk taat kepada-Nya dan untuk
berjalan yang bengkok, maka ia berarti telah
menjalankan kufur atas nikmat-nikmat tersebut untuk
kepuasan pribadi dan syahwatnya serta tidak
memperhatikan hak pencipta-Nya (hak Alloh ), maka ia

316
menjadi orang yang rugi ketika ia (kelak) ditanya akan
segala nikmat yang diterimanya dan sedih selama-
lamanya. Sesungguhnya semua pasti akan dihisab,
sebagaimana firman Alloh :
             ﴿

‫﴾ا‬   


“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati
semuanya akan ditanya (diminta pertanggung
jawaban)”. (QS. Al-Isro [15]: 36)
Mensyukuri nikmat lisan ini adalah dengan
menggunakan dalam hal-hal yang Alloh ridhoi dan
menahannya dari ucapan yang Alloh murkai.

2. Menjaga Lisan Merupakan Konsekuensi Keimanan Seseorang.


Rosululloh bersabda :
‫ْل‬ ‫َخ ْل َخ‬ ‫َخ ْل ُق‬ ‫ْل َخ‬ ‫َخ ْل‬ ‫ْل َخ َخ ْل ُق‬
‫)) َخ ناك ن ُقايإ ناب هللِإا ا َخي ْل ا شاف َخيق ْللا ي ًر اأ ْل اا َخي ْل‬
(( ‫ص ُق‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir
maka hendaklah ia berkata yang baik atau (kalau tidak)
hendaklah ia diam” (HR. Bukhori dan Muslim)

Apabila seseorang berkata-kata yang tidak baik menurut


syari‟at, maka hal itu adalah maksiat dan mengakibatkan turunnya
keimanan. Semakin banyak maksiatnya semakin banyak pula
turun imannya.

3. Dengan menjaga lisan menyebabkan seseorang mendapatkan


ridho Alloh dan masuk surga, sebaliknya dengan tidak
menjaga lisan dapat menyebabkan kemurkaan Alloh dan
masuk neraka.
317
Rosululloh bersabda :
‫َخ ْل َخ ْل ُق ُق ْل َخ ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل ُق َخ ُق ْل َخ َّن ُق‬
(( ‫اس ْلج ْلي ِإ اأط َخ ناا ا اجن‬‫)) نايظ ن ِإال ابين ِإااحيي ِإ ا ابين ِإ‬
“Barangsiapa menjamin bagiku antara dua rahang
(tulang tempat tumbuh gigi yaitu lisan) dan antara kedua
kakinya (yaitu kemaluan), aku jamin baginya surga”.
(HR. Bukhori)
‫َخ ُقذا ِإ َّن ا‬ ‫))ئ َّننا ْلا َخ ْل َخذ َخاا َخي َخل َخ َّن ُق اب ْلا َخ َخ ا َخ َخاي َخ َخ َّني ُقناف ْلي َخه َخايض ُّلا َخه ا ِإ َخلىا َّنان س َخاأ ْل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َخ ْل َخ ْل َخ ْل َخ ْل َخ ْل‬
((‫بينا ْلؽ ِإش ِإ ا ا ْلغ ِإش ِإب‬
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan sesuatu
yang ia tidak memikirkan (apakah baik atau buruk), lalu
ia tergelincir ke dalam api neraka sejauh antara timur
dan barat karenanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

‫ً َخ‬ ‫ْل َخ َخ‬ ‫((ئ َّننا ْلا َخ ْل َخذ َخاا َخي َخل َخ َّن ُق اب ْلا َخ َخ ا ْلناس ْل‬
‫ِإ ا َخ ُقاي قىاا َخ َخاب ال َخاي ْلشف ُق ُق ا‬ ‫ط َخ ِإنا‬ ‫ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬
‫ِإ ا ِإ ْلنا ُق ل ِإؽا ِإ ات َخ َخلىاالا‬ ‫ا َخ ئ َّننا ْلا َخ ْل َخذ َخاا َخي َخل َخ َّن ُق اب ْلا َخ َخ‬، ‫ُق ا َخه َخاد َخس َخج ٍء‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َخ‬ ‫َّن‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ً ‫ُق ْل َخ َخ َخ َخ‬
)) ‫ي قىاا اب الايه ِإ ا ِإ ه ا ِإ اج ن‬
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata
yang Alloh ridhoi yang tidak terpikirkan olehnya, Alloh
tinggikan orang tersebut beberapa derajat dengannya.
Sebaliknya seorang hamba mengucapkan sesuatu yang
Alloh murkai yang tidak terpikirkan olehnya, maka ia
terjerumus ke dalam Jahanam karenanya.” (HR.
Bukhori)

4. Tidak menjaga lisan dapat menyebabkan retaknya ukhuwah


Islamiyyah.
Ukhuwah Islamiyah merupakan buah dan konsekwensi
keislaman seseorang.

318
Rosululloh bersabda :
‫َخ َخ َخ ُق ُق‬ ‫َخ َخ ْل ُق ُق ْل ْل َخ َّن َخ َخ َّن ُق ْل ُق ْل َخ َخ ُق ْل ُق ْل َخ َخ‬
‫اأ َخ الاأ ُقداك ْل ا‬، ‫اح َّن ىا َخح ُقب ْل‬ ‫ا الا إ ِإ ن‬، ‫((الا ذا ا اجن اح ىا إ ِإ ن‬
‫َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل ُق ُق ْل ُق َخ َخ َخ ْل ُق ْل َخ ْل ُق ْل َّن َخ َخ َخ ْل َخ ْلُق‬
)) ‫اأف ؽ ا اع ابينك‬، ‫لىا َش ٍء ِإائر اف ل ها ح ب ل‬
“Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian
beriman dan tidaklah (sempurna) iman kalian sampai
kalian saling cinta-mencintai. Maukah aku beritahukan
kepada kalian suatu perbuatan yang jika kalian
melakukannya niscaya kalian akan saling cinta
mencintai, yaitu sebarkanlah salam di antara kalian”.
(HR. Muslim, Abu Dawud, Abu Awamah, Ibnu
Majah, dan Ahmad)

Ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu nikmat Alloh


yang wajib kita syukuri, Alloh berfirman:
            ﴿

           

﴾           
“Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali
Alloh (agama Alloh), dan janganlah kalian bercerai
berai. Ingatlah nikmat Alloh kepada kalian ketika kalian
dahulu (masih jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh
melunakkan antara hati kalian, menjadikan kalian
orang-orang yang bersaudara dengan nikmat Alloh. Dan
kalian tadinya berada di tepi jurang neraka, maka Alloh
telah menyelamatkan darinya. Demikianlah Alloh
menjelaskan ayat-ayatNya kepada kalian agar kalian
mendapat hidayah.” (QS. Ali Imron [3]: 103)
Cara mensyukuri nikmat ukhuwah adalah dengan menjalankan
sarana-sarana untuk memperoleh ruh ukhuwah diantara kita seperti
319
menyebarkan salam kepada kaum muslimin (baik yang kita kenal
ataupun yang tidak kita kenal), dengan mengunjunginya, saling
memberi hadiah, dan lain-lain. Selanjutnya kita harus menjauhi hal-
hal yang dapat meretakkan ukhuwah dan menyebabkan permusuhan
seperti memperolok-olok sesama muslim, berprasangka buruk
kepada saudaranya, memberi gelar yang buruk, mengintai dan
mencari-cari kesalahan orang lain, ghibah, mengadu domba, dan
semua perbuatan dosa pada umumnya yang dapat menyebabkan
perpecahan sebagaimana sabda Rasul :
‫ُق َخ‬ ‫َّن َخ ْل‬ ‫َخ ُق‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬
)) ‫(( َخ ا َخ ُّد ِإائ َخن ِإنا ِإ ْل ا ِإ اف َخي ْلف ُقش َخاب ْلي َخن ُقه َخ ِإائال ِإابز ٍء َخاي ْلح َخذ ُق اأ َخح ُقذ ُقه َخ‬
“Tidaklah dua orang yang saling menyayangi di jalan
Alloh lalu dipisahkan antara keduanya melainkan
disebabkan dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari
keduanya.” (HR. Bukhori dalam bukunya al-Adab al-
Mufrod).
Demikian pula perbuatan bid‟ah merupakan sebab berpecah
belahnya ummat.
Alloh berfirman :
        ﴿

          

﴾      


“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-
Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu sekalian dari jalan-Nya. Yang
demikian itu Alloh perintahkan kepada kalian agar
kalian bertaqwa.” (QS. Ali Imron: 153)

320
C. Beberapa Kiat Untuk Dapat Menjaga Lisan
Setelah kita mengetahui pentingnya menjaga lisan, diharapkan
kita akan semakin berhati-hati dalam berbicara serta semakin giat
dalam meningkatkan ilmu dan amal.
Di bawah ini ada beberapa cara agar kita dapat menjaga lisan.
Semoga Alloh memberi taufiq-Nya kepada kita semua.
1. Sadarilah bahwa kita diuji dalam masalah lisan ini. Kesadaran
kita akan sebuah penyakit merupakan langkah awal dalam
rangka penyembuhan.
2. Selanjutnya bertaubat kepada Alloh atas segala dosa-dosa
yang kita lakukan baik berupa kewajiban yang belum kita
laksanakan ataupun larangan-larangan yang selalu kita langgar.
Janganlah diri kita merasa telah melaksanakan segala
kewajiban dengan semestinya dan telah meninggalkan sekalian
larangan-Nya.
3. Dengan mempelajari ayat-ayat Al Qur‟an dan hadits-hadits
shohih yang berkenaan dengan masalah lisan agar kita dapat
mengetahui ucapan-ucapan yang wajib serta yang disukai
kemudian setelah itu kita amalkan. Juga agar kita mengetahui
segala bahaya lisan yang dapat merugikan kita di dunia dan
akhirat agar kita menjauhinya.
4. Dengan banyak berdoa kepada Alloh agar Alloh
memudahkan kita untuk dapat selalu menjaga lisan-lisan kita.
Di antara doa-doa tersebut antara lain :
‫َخ‬ ‫َخ َّن ُق َّن ِّم ْل َخ ُق ْل ُق َخ ْل َخ ِّم َخ ْل ْل َخ ْل َخ‬
‫ص ِإش ْل ا َخ ِإ ْلناؼ ِّم ِإش ِإاا َخع ِإ ْل ا‬
‫اؼ ِّمش َخاب َخ‬
‫(( ا ِإائ ِإ اأ ر ِإاب ا ِإ ناؼ ِإشاظ ِإ ا ِإ ن ِإ‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ ْل‬
)) ‫َخ ِإ ْلناؼ ِّم ِإشاق ِإ ْل ا َخ ِإ ْلناؼ ِّم ِإشا َخ ِإن ْل ِإ‬
“Ya Alloh, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu
dari kejahatan-kejahatan telingaku, dari kejelekan
mataku, dari kejelekan lisanku, dari kejahatan hatiku,

321
dan dari kejahatan maniku.” (HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasai, dan Ahmad)
‫ْل ُق‬ ‫َخ َّن ُق َّن ْل َخ ْل َخ ْل َخ ُق ْل َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ‬
‫لىا ال ِإ اأ ْلح ِإي ِإ ْل ا َخ ا َخ ِإ َخ ِإ ا ا َخح َخي ةا‬ ‫(( ا ا ِإ ِإ ِإ ا اغي ِإ ا قذسِإ ا‬
‫َخ ْل ً ْل َخ َّن ُق َّن َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل ْل َخ ْل َخ َّن َخ َخ َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ َخ َخ‬
‫ ا ا أظأا ا ؽيل ا ِإ ا اغي ِإ ا اؽ د ِإةا أظأا اك ِإ ا‬. ‫ير ِإل‬
‫َخ َخ ُق‬ ‫ْل‬ ‫ْل َخ‬ ‫ظ ا َخ َخأ ْلظ َخأ ُقا َخ ا ْلا َخق ْل‬ ‫ط ا َخ ْلا َخغ َخ‬ ‫ْلا َخح ِّم ا ْل ا ِّماش َخ‬
‫ص َخذا ِإ ْل ا اف ْلق ِإشا َخ ا ِإغ َخ ىا َخ أ ْلظأا َخ ا‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ ِإ‬
‫ط ا َخ ْل ذاَخ‬ ‫اال َخاي ْلن َخقؼ ُقعا َخ َخأ ْلظ َخأ ُقا َخ ا ِّماش َخ‬ ‫َخ ْل ً َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ ْل َخ ُق َخ ُق َخ َخ َخ ُق َخ‬
‫َخ‬ ‫ِإ ي االين َخفذ َخا أظأا اقشةا ي ٍءن ْل ِإ َخ َخ َخ ِإ‬
‫ُق َخ‬ ‫َخ‬ ‫ظ ا َخ أ ْلظأ ُقا َخ َخاب ْلش َخدا ْلا َخ ْل‬ ‫ْلا َخق َخ‬
‫ؾا َخ ْل َخذا ْل ْل ِإ ا َخ أ ْلظأا َخ ااز َخ ا َّنان ِإش ِإائ َخلىا‬ ‫ِإ‬ ‫ي‬ ‫ِإ‬
‫ َخ ا َّن ُق اَّن‬. ‫اط ْلش ٍء ا ُق ِإظ َخش ٍءةا َخ َخالا ِإف ْلل َخن ٍء ا ُق ِإظ َخ ٍء‬ ‫اغ ْلير َخ‬‫َخ ْل َخ َخ َّن ْل َخ َخ َخ َخ ْل َخ‬
‫ِإ‬ ‫ج ِإ ا اؽ ِإائلى ِإااق ِإة ا ِإ‬
ً ‫ْل‬ ‫َخ ِّم َخ ْل َخ ْل‬
))‫اإلا ْلي َخ ِإنا َخ ْلج َخ َخن اهذ ةا ُق ْل ل ِإذ ْلين‬
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ُق‬
‫صِإين ِإاب ِإضين ِإ ِإ‬
“Ya Alloh, dengan melalui perantaraan ilmu-Mu yang
ghoib dan kekuasaan-Mu terhadap sekalian makhluk,
hidupkanlah aku apabila kehidupan itu menurut
pengetahuan-Mu lebih baik bagiku dan matikanlah aku
apabila kematian itu menurut pengetahuan-Mu lebih baik
bagiku. Wahai Alloh aku memohon kepada-Mu perasaan
takut kepada-Mu di kala sendiri maupun di hadapan orang
lain. Aku memohon kepada-Mu perkataan benar, baik
dalam keadaan senang atau pun marah. Aku memohon
kepada-Mu kesederhanaan baik dalam keadaan miskin
maupun kaya. Aku memohon kepada-Mu ridho terhadap
ketentuan-Mu dan aku memohon kepada-Mu kehidupan
yang sejuk setelah mati. Aku memohon kepada-Mu agar
dapat merasakan lezatnya memandang wajah-Mu dan
kerinduan untuk bertemu dengan-Mu tanpa adanya
mudhorot disebabkan kelakuan orang-orang yang
merugikan atau fitnah dari orang-orang yang menyesatkan.
Wahai Alloh, hiasilah kami dengan perhiasan iman dan
jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan bagi orang-orang
dan sebagai orang yang mendapat hidayah.” (HR. Nasa’i
dan Ahmad)
322
‫َخ َخ ُق َخ‬ ‫ُق‬ ‫َخ ِّم َخ ِّم ْل َخ َخ ُق ُق َخ َخ َّن َخ ْل ُق ْل ْل َخ َخ َخ ْل ُق َخ‬
‫ص ُقشا َخ ل َّن ا َخ ْل ك ْلشِإل ْل ا َخ ال ْل ك ْلش َخ ل َّن ا‬ ‫((س ِإباأ ِإ ِإ ا الت ِإ نا ل ا صشِإ ا ال ن‬
‫َخ ْل ْل َخ َخ ِّم ْل ُق َخ َخ َّن َخ ْل ُق ْل ْل َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َّن َخ ِّم ْل َخ ْل ْل َخَخ‬
‫ه ِإذ ِإ ا ي ِإع ِإشا ا ذ ا ِإ ل ا صشِإ ا لىا نا غىا ل اس ِإبا ج ِإ اا ا‬
‫ْل َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ َّن َخ َخ َّن َخ‬
‫ؼ ًس اا َخ ارك ًس اا َخ َخاس َخه ًب ا َخ ا َخ ؼ َخ ً ِإائا ْلي َخ ا ُق ِإ ًل ا َخ اأ َخ ًه ا ُق ِإن ْلي ً َخاس ِإ ِّمبا‬
‫َخ ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخق َّن ْللا َخ ْل َخ ْل ا َخ َخغ ِّمع ْلل َخ‬
‫اح ْل َخ ِإ ْل ا َخ أ ِإج ْل َخاد ْل َخ ِإت ْل ا َخ ِإِّم ْل ا ُق َّنج ِإ ْل ا َخ ْله ِإذاق ِإ ْل ا‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫ُق‬
)) ‫َخ َخظ ِإذ ْلد ِإاا َخع ِإ ا ظ لا ِإلي اق ِإ‬
‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫ْل‬
“Wahai Robb, bantulah saya (dari sekalian musuh), dan
janganlah engkau tolong orang yang menguasaiku.
Berilah petunjuk kepadaku cara untuk mengalahkan
lawan dan janganlah Engkau beri petunjuk kepada
lawan untuk mengalahkanku. Berilah hidayah kepadaku
dan mudahkanlah hidayah itu agar sampai kepadaku.
Tolonglah saya terhadap orang yang mendzolimiku.
Rabb-ku, jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur
kepada-Mu, orang yang selalu mengingat-Mu orang-
orang yang selalu takut kepada-Mu, orang yang selalu
bersegera dalam ketaatan-Mu. Hanya kepada-Mu aku
khusyu‟ dan tunduk, merintih (menangis) dan bertaubat.
Robb-ku Terimalah taubatku, hapuskanlah dosaku,
kabulkanlah doaku, mantapkanlah hujjahku, berilah
hidayah hatiku, luruskanlah lisanku dan cabutlah
kotoran-kotoran hatiku (berupa dendam dan lainnya)”.
(HR. Ahmad dan lainnya)
5. Menyibukkan lisan kita dengan berdzikir kepada Alloh .
Karena salah satu faedah dzikir adalah membuat lisan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbuat ghibah, atau ucapan
bathil lainnya. Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah dalam bukunya al-Wabilus Shayyib, beliau
menyebutkan lebih dari tujuh puluh faedah dzikir.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata dalam bukunya Ad-
Daa‟ wa Dawa: “Dalam masalah lisan ini ada dua bahaya yang
323
sangat besar. Apabila selamat dari salah satunya belum tentu
selamat dari yang lainnya, yaitu bahaya berbicara dan bahaya
diam. Boleh jadi salah satu dari keduanya lebih besar dosanya
daripada yang lainnya pada saat tertentu. Orang yang diam dari
berbicara yang hak berarti dia adalah setan bisu, bermaksiat
kepada Alloh , melakukan riya‟ dan sebagai penjilat. Kecuali
kalau dia diam karena takut akan kecelakaan dirinya atau
keluarganya (dengan syarat takutnya adalah takut tobi‟i atau
secara fitrah bukan takut yang tercela seperti takut akan
terputusnya rezeki karena ini termasuk syirik). Sedangkan orang
yang berbicara dengan kebathilan maka berarti dia adalah setan
yang berbicara, bermaksiat kepada Alloh pula.
Kebanyakan makhluk menyimpang dari kebenaran dalam
ucapannya atau diamnya. Pada umumnya mereka bicara dengan
bathil atau diam dari menyampaikan kebenaran.
Sedangkan ahlul wasath (orang-orang yang pertengahan)
yang berjalan di atas shirotol mustaqim adalah orang-orang yang
menahan lisan mereka dari berbicara yang bathil serta
mengeluarkan ucapannya dalam hal yang membuat manfaat bagi
mereka di akhirat. Sehingga tidaklah engkau dapati salah seorang
diantara mereka berbicara dengan sia-sia, tanpa manfaat, apalagi
ucapan yang merugikan dia di akhirat kelak. Sesungguhnya
seorang hamba akan datang di hari kiamat dengan membawa
kebaikan sebesar gunung, lalu ia mendapatkan lisannya telah
menghacurkan semua amal buruknya dikarenakan di dunia banyak
berdzikir kepada Alloh dan hal-hal yang berhubungan
dengannya.

324
ZIARAH KUBUR

Ziarah kubur disyari‟atkan sebagai upaya penyadaran dan


peringatan tentang hari akhir, dengan syarat tidak melakukan atau
mengucapkan sesuatu yang dimurkai Alloh. Seperti memberikan
sesaji memohon sesuatu kepada mayit yang berada di kubur, dan
meminta pertolongan kepada selain Alloh dan lain sebagainya.
Ziarah kubur disyari‟atkan bagi laki-laki dan wanita.
Rosululloh bersabda :
‫ْل‬ ‫َخ‬
))‫((ف ُقض ْل ُقس ْل ا ا ُقق ُق ْل َخس‬
“.....Maka kini ziarahlah kalian ke kuburan.....”150

Di dalam hadits ini termasuk wanita, keterangannya ialah :


Pada awalnya Nabi melarang ziarah kubur, baik untuk pria
maupun wanita.
Rosululloh bersabda :
‫ْل ُق‬ ‫ُق‬ ‫ُق‬
))‫((ك ْلن ُق ا َخ َخه ْلي ُقلك ْل ا َخ ْلنا ِإصَخي َخس ِإةا اق ُق ْل ِإسا‬
“Dahulu aku telah melarang kalian ziarah kubur....”
Setelah Nabi bersabda sebagaimana hadits di atas, maka
yang dapat difahami adalah bahwa beliau melarang kedua jenis insan
itu untuk ziarah akan tetapi kemudian Beliau bersabda :
‫َخ‬
)) ‫((ف ُقض ْل ُقس َخه‬
“.....Maka kini ziarahlah kalian sekalian ke kuburan”151

150
[HR. Muslim: 53/6;6/82, Abu Dawud: 2/72,131, al-Baihaqi: 4/77, an-Nasai:
1/285, 286; 2/239, 330 dan Ahmad: 5/350, 355, 356, 361]
325
Nabi telah memberi rukhshoh (keringanan) kepada kaum
wanita dalam ziarah kubur. Rukhshoh ini terdapat di dalam dua
hadits yang dihafal Aisyah , Ummul Mukminin:
‫ُق ْل‬ ‫ْل َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ ْل َخ َخ‬ ‫َخ َخ‬
‫ ق ُق ا‬.‫)) َخ ْلنا َخ ْل ِإذ ِإ ِإاب ْلنا َخ ِإ ْليك اأ َّننا َخ ِإتؽ اأق َخ ُق ار َخ َخاي ْل ٍء ا ِإ َخنا ْلق ِإب ِإش‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ‬ ‫َخ َخ ْل ْل‬ ‫ُق ْل ُق‬ ‫َخ‬
‫ ِإ ْلناق ْلب ِإرا َخ ْل ِإذا َّناش ْلح َخ ِإن ِإاب ْلنا‬: ‫ َخي اأ َّن ا ْل ْلإ ِإ ِإن ْلي َخنا ِإ ْلناأ ْلي َخناأق َخ ِإ اق ا ْل‬: ‫ا َخ‬
‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل َخ ْل َخ ُق ْل ُق َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ‬
‫غاك َخن َخاس ُقظ ْل ُقلا ِإ ا َخهىا َخ ْلن ِإاصَخي َخس ِإةا ا ُقق ُق ْل ِإسا ا‬ ‫ أاي‬: ‫ فق اا‬.‫أ ِإ ابك ٍءش‬
‫صا‬ ‫ أن َخاس ُقظ ْل َخلا ا َخاس َخ‬: ‫ َخ ْل اس َخي ٍء ا َخ ْلن َخه‬. ‫ا ُق َّن َخاأ َخ َخشابضَخي َخسا َخه‬، ‫ َخ َخ ْل‬:‫َخق َخا ْل ا‬
‫َّن‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ‬
‫ْل‬
))‫ِإ ْل ِإاصَخي َخس ِإةا ا ُقق ُق ْل ِإس‬
“Dari Abdulloh bin Abu Malikah , bahwa suatu hari
Aisyah datang dari satu kuburan. Maka aku bertanya
kepadanya: “Hai Ummul Mukninin, Anda datang dari
mana?” Jawabnya: “Dari kuburan Abdurrohman bin
Abu Bakar .” Lalu aku tanya lagi:“Bukankah
Rosululloh telah melarang ziarah kubur?” Jawabnya:
“Ya, (beliau melarang) kemudian beliau memerintahkan
ziarah kubur itu.”152
Namun, kaum wanita tidak boleh memperbanyak ziarah
kubur dan berulang kali. Sebab ini akan mengantarkan mereka pada
pertentangan syari‟at. Seperti menjerit, mempertontonkan kecantikan
pada orang lain, menjadikan kuburan sebagai tempat-tempat hiburan
dan membuang-buang waktu dalam berbicara yang tiada guna,
sebagaimana yang kita saksikan dewasa ini di beberapa negara Islam.
Insya Alloh inilah yang dimaksudkan hadits yang sudah terkenal ini:
‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ ُق ْل ُق‬
))‫ ُقاص َخ َخس ِإ ا ا ُقق ُق ْل ِإس‬، ‫ ا َخ َخنا ُق‬: ‫َخ ِإ ْل اا ْلف ٍء‬ ‫((ا ن َخاسظ لا ِإ‬

151
[HR. Muslim: 3/65 dan Abu Dawud : 2/72]
152
[HR. Al-Hakim: 1/376 dan al-Baihaqi: 4/78]
326
“Rosululloh mengutuk (dalam suatu riwayat: Alloh
mengutuk) para wanita yang terlalu banyak ziarah
kubur.”153

Al-Qurthubi mengatakan :
“Kutukan di dalam hadits tersebut hanyalah buat para wanita
yang banyak berziarah. Karena bentuk katanya mubalaghoh
(berlebihan). Barangkali sebabnya karena ada suatu
kesempatan untuk menghilangkan hak suami, mempertontonkan
kecantikan pada orang lain, menjerit dan sebagainya. Boleh
dikata, bila semua ini dapat diamankan, maka tiada larangan
untuk mengizinkan kaum wanita. Karena mengingat mati itu
diperlukan kaum pria dan juga wanita.”
Asy-Syaukani mengatakan di dalam kitab Nailul Author (4/93):
“Pembicaraan ini perlu dipegang teguh dalam memadukan
antara hadits-hadits yang lahirnya tiada senada.”
Boleh berziarah ke kuburan orang-orang non muslim sebagai
upaya mengingat mati saja. Berdasarkan hadits Abu Huroiroh dan
lainnya.
‫با ِإ ْل‬ ‫ا َخ َخأ ْلب َخ ىا َخ ْلن َخ‬،‫ َخاف َخ َخ ى‬، ‫(( َخص َخس َّنان ُّ َخق ْلب َخر ُقاأ ِّم‬
‫اح ْل َخا ُق َخاف َخق َخلائ ْلظ َخل ْلأ َخر ْل ُق َخاس ِّم ْل‬
‫َخ ِإ‬ ‫َخ َخ ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ْل‬ ‫َخ‬ ‫َخ ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق ْل ُق ْل َخ ْل َخ ْل َخ ْل ُق ْل ْل ُق ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ‬
‫ا‬، ‫ ظلأر ا ِإ اأناأص ساقبره افأ ِإرنا ِإ‬، ‫اف ايإ ِإرن ِإال‬، ‫أناأظلغ ِإفشاا‬
‫َخ ُق َخ ْل َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬
)) ‫ف ُقض ْل ُقس ْل ا ا ُقق ُق ْل َخساف ِإا َّن َخه ا ز ِإك ُقشا ْل ْل َخ‬
“Nabi pernah berziarah ke kuburan ibunya, lalu beliau
menangis dan menangiskan orang-orang sekitarnya.
Beliau bersabda: “Aku minta izin kepada Tuhanku guna
memohonkan ampun untuk berziarah ke kuburannya,
maka Dia memberi izin kepadaku. Karena itu

153
[HR. Al-Jama‟ah]
327
berziarahlah kalian ke kuburan-kuburan, karena ziarah
itu mengingatkan pada kematian.”154
Maksud atau tujuan ziarah kubur ada dua:
1. Peziarah dapat mengingat kematian dan orang-orang yang
sudah mati. Dan mereka akan kembali entah ke surga atau ke
neraka. Inilah tujuan utama dari ziarah ke kubur itu sendiri,
seperti yang ditunjukkan hadits-hadits yang telah lalu.
2. Dapat berbuat baik kepada mayit dengan mengucapkan salam,
mendoakannya dan memohonkan ampun untuknya. Ini khusus
bagi orang Islam. Mengenai ini ada beberapa hadits di antaranya:
‫َخ‬
‫ا ْل َخ ُقذ ْل نا‬
‫ُق‬ ‫ا َخ ائ َّن ا َخ ائ َّني ُقك ْل ا َخ َخ‬،‫ٌب ا ُق ْلإ ن ْلي َخن‬ ‫اع َخ ُق ا َخ َخ ْلي ُقك ْل َخاأ ْله َخلا ِإِّماذ َخي س َخاق ْل‬‫(( ِّم َّن‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َخ‬ ‫اال ِإح ُقق ْل َخنا َخ ا َّن ُق َّن ا ْلغ ِإفشْل‬
‫ُق ُق ْل َخ‬ ‫ا َخ ائ َّننائ ْلن َخؼ َخ‬،‫َخغ ًذ ا ُق ْلإج َخ ُقا ْل َخن‬
‫ِإ ْله ِإل َخاب ِإق ِإعا‬ ‫ِإابك‬ ‫ِإ ِإ‬
‫ْل َخ َخ‬
))‫اغ ْلشق ِإذ‬
“Assalamu‟alaikum wahai penghuni kuburan kaum
mukminin. Sesungguhnya kami, kamu sekalian dan
segala yang dijanjikan esok, pasti akan datang. Dan
Insya Alloh kami akan mengikuti kalian. Ya Alloh,
ampunilah penghuni al-Baqi al-Ghorgod ini.”155
‫ْل ُق‬ ‫ْل ُق‬ ‫َخ َّن َخ َخ ُق َخ‬
‫اع ُق ا َخ ْليك ْل اأ ْله َخلا ِإِّماذ َخي ِإسا ِإ َخنا ْل ْلإ ِإ ِإن ْلي َخنا َخ ا ْل ْلع ِإ ِإ ْلي َخن َخ َخاي ْلش َخح ُق ا ُق ا‬ ((
‫ْل ُق ْل َخ ْل ْل َخ َّن َخ ْل ُق ْل َخ ْل ْل َخ َخ َّن ْل َخ َخ ُق ُق ْل َخ ُق ْل نَخ‬
)) ‫ِإابك اال ِإحق‬ ‫ْلعلق ِإذ ِإ ينا ِإ ن ا ا ْلعلأ ِإ ِإشينا ِإائن ِإائنؼ‬
“Assalamu‟alaikum wahai penghuni kuburan, mukminin
dan muslimin. Semoga Alloh memberi rahmat kepada
orang-orang yang telah mendahului kami dan yang

154
[HR. Ibnu Syaibah : 4/141, Ibnu Majah: 1/478, al-Baihaqi dan Ahmad 3/242
serta al-Hakim: 1/374]
155
[HR. Muslim 3/63, an-Nasai: 1/287, Ibnu as-Sunni: 585, al-Baihaqi: 4/79
dan ahmad: 6/180]
328
kemudian. Insya Alloh kami benar-benar akan mengikuti
kalian.”156
‫َخ‬ ‫ْل ُق‬ ‫ْل ُق‬ ‫َخ َّن َخ َخ ُق َخ‬
‫اع ُق ا َخ ْليك ْل اأ ْله َخلا ِإِّماذ َخي ِإسا ِإ َخنا ْل ْلإ ِإ ِإن ْلي َخنا َخ ْل ْلع ِإ ِإ ْلي َخنا َخ ِإائ َّنن ِإائ ْلن ؼ َخ ُق ا‬ ((
‫ُق ْل َخ ُق ْل َخن َخ ْل ُق ْل َخ َخ َخ َخ ٌب َخ َخ ْل ُق َخ ُق ْل َخ َخ ٌب َخ ْل َخ ُق َخ َخ َخ َخ َخ ُقُق‬
‫ا ا حنااك ا عاأظألا اان ا ااك ا‬،‫ِإبك اال ِإحق اأ ل اان افشغ‬
‫َخ‬ ‫ْل‬
)) ‫ا َخ ِإف َخي‬
“Assalamu‟alaikum wahai penghuni kubur, mukminin
dan muslimin. Insya Alloh kami benar-benar akan
mengikuti kalian. Kalian terlepas dari kami, dan kami
mengikuti kalian. Aku memohon kesejahteraan kepada
Alloh untuk kami dan kalian.”157
Adapun membaca al-Qur‟an ketika ziarah kubur, ini tidak ada
dasarnya di dalam as-Sunnah, justru hadits-hadits yang telah tersebut
mengenai masalah tadi memberi kesan bahwa bacaan itu tidak
disyari‟atkan. Sebab kalau disyari‟atkan, tentu telah dikerjakan
Rosululloh dan diajarkan para sahabatnya. Terutama sekali hal ini
telah ditanyakan Aisyah , ia adalah manusia yang paling dicintai Nabi
. Aisyah menanyakan tentang apa yang harus ia katakan bila
ziarah kubur? Maka beliau mengajarnya “assalamu‟alaikum...” Dan
doa tadi. Beliau tidak mengajarnya membaca al Fatihah atau ayat-ayat
lain dari al-Qur‟an. Kalaulah membaca ayat itu disyariatkan, tentu
beliau tidak menyembunyikan-nya terhadap Aisyah . Kalau ditunda
penjelasannya dari waktu keperluannya, ini jelas tidak boleh di dalam
Ilmu Ushul Fiqih, lalu bagaimana bisa disembunyikan? Kalau Nabi
pernah mengajarkan sesuatu dari bacaan ayat al-Qur‟an itu kepada para
shabatnya, tentu ini sampai atau pindah kepada kita. Oleh karena tidak

156
[HR. Muslim dan lain-lain]
157
[HR. Muslim 3/65, an-Nasai dan Ibnu Majah : 1/469, Ibnu Abi Syaibah:
4/138, Ibnu as-Sunni [538], al-Baihaqi dan Ahmad 5/355, 359, 360]
329
pernah dipindahkan dengan sanad tetap, maka ini menunjukkan bahwa
membaca ayat al-Qur‟an itu tidak pernah terjadi.
Ada sabda Nabi yang menguatkan bahwa hal ini tidak
disyariatkan:
‫ُق‬ ‫َّن‬ ‫ْل‬ ‫َّن َخ‬ ‫َخ‬ ‫ُق َخ‬ ‫َخ َخ ُق‬
‫اف ِإا َّننا اؽ ْليؼ َخن َخاي ِإف ُقشا ِإ َخنا ا َخ ْلي ِإ ا ا ِإز ْل َخاي ْلق َخشأ‬،‫((الا ْل َخ ْل ا ُقاب ُقي ْل ِإ ك ْل ا َخ ق ِإب َخش‬
‫ْل ُق ُق ْل َخ‬
))‫اظ ْل َخسةا ا َخ ق َخش ِإة‬ ‫ِإ ِإ‬
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai
kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang
dibacakan surah al-Baqoroh di dalamnya.”158
Dalam hadits ini, Nabi telah memberi isyarat bahwa
kuburan-kuburan itu bukanlah tempat untuk bacaan tersebut menurut
syara. Karena itu beliau menganjurkan agar membaca al-Qur‟an di
rumah-rumah, dan beliau melarang rumah-rumah itu dijadikan
seperti kuburan yang tidak dibacakan al-Qur‟an, sebagaimana
ditunjukkan hadits lain bahwa kuburan itu bukanlah tempat untuk
sholat juga. Rosululloh bersabda:
‫ُق‬ ‫َخ َخ ُق‬ ‫ُق‬ ُّ ‫َخ‬
)) ‫ا َخ الا َّنل ِإ ز ْل َخاه اق ُق ْل ًس‬، ‫ص ْل ا ِإ ْل ُقاب ُقي ْل ِإ ك ْل‬ ((
“Sholatlah kalian di rumah-rumah kalian. Dan janganlah
rumah-rumah kalian itu dijadikan sebagai kuburan.”159
Hadits ini ditafsirkan Imam al-Bukhori dengan mengatakan:
“Bab makruhnya sholat di kuburan (Bab Karohiyat ash Salah Fi al
Maqobir)”. Demikian juga hadits yang sebelumnya ditafsirkan
makruh mambaca al-Qur‟an di kuburan, tiada bedanya. Karena itu,
madzhab jumhur ulama terdahulu seperti Abu Hanifah, Malik, dan
lain-lain, menghukumi haram membaca al-Qur‟an di sisi kuburan.
Dan inilah perkataan al Imam Ahmad, kata Abu Dawud mengenai
158
[HR. Muslim2/188, at-Tirmidzi: 4/42 dan dishohihkan Ahmad: 2/284, 337,
338, 378, 388 dari hadits Abu Huroiroh]
159
[HR. Muslim: 2/187 dan lain-lain dari Ibnu Umar]
330
masalah ini: “Aku pernah mendengar Ahmad ditanya tentang bacaan
tersebut di sisi kuburan,” Maka jawabnya: “Jangan, (tidak boleh).”
Boleh mengangkat kedua tangan dalam mendoakan mayat. Ini
berdasarkan hadits Aisyah :
‫ُق َخ‬ ‫ْل‬ ً ‫َخ َخ َخ َخ َخ ْل‬ ‫َخ‬
‫افأ ْلس َخظ ُق َخاب ِإشْلي َخشةا ِإ ْل ِإائ ِإش ِإه ِإاا َخل ْلن َخشاأ ْلي َخنا‬، ‫(( َخش َخ َخاس ُقظ ْل ُقلا ِإ ا ار َخ اا ْلي ٍء‬
‫ُق َخ‬ ‫ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ‬ ‫َخ‬
‫ ق ا ْل اف َخع َخ ا ْلح َخ َخاب ِإق ْلي ِإعا اغ ْلشق ِإذاف َخ قفا ِإ ْلاأ ْلد ىا ا َخ ِإق ْلي ِإعا َّن َخاسف َخعا‬. ‫ر َخه َخ‬
‫َخ َخ ْل ُق َّن ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ َّن َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ ْل‬
‫اظأا ُقل ُق ا‬ ‫ا ا ِإئ صش افشج ِإائل اب ِإشيش ٍءةافأ بر ِإ اف اأص ح‬، ‫ِإبيذي ِإ‬
‫َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ َّن ْل َخ َخ َخ َخ ُق ْل ُق َخ َخ ْل ْل‬ ‫َخ ْل‬
‫ ِإ ا ِإ لىاأه ِإلا ا ِإقي ِإعا‬:‫ َخي َخاس ُقظ ْل َخلا ِإ ا أينا شج ا ا ي اق ل‬: ‫ف ُقق ُق‬
‫ْل‬ ‫َخ‬
‫َخ‬ ‫ُق َخ‬
)) ‫ص ِإل َخ ا َخ ْلي ِإه ْل‬ ‫ِإ‬
“Suatu malam Rosululloh keluar. Maka aku mengutus
Bariroh di belakangnya untuk melihat ke mana beliau pergi.
Bariroh berkata: Rosululloh berjalan ke Baqi al-Ghorqod.
Beliau berhenti di bawah al-Baqi, kemudian mengangkat
kedua tangannya, lalu pulang. Maka Bariroh kembali
padaku, lalu memberitahu kabar itu kepadaku. Setelah tiba
waktu pagi, aku bertanya kepada beliau: Ya Rosululloh,
keluar ke mana Anda semalam? Jawabnya: Aku telah diutus
ke penghuni al-Baqi guna mendoakan mereka.”160
Namun ketika mendoakan, tidak menghadap ke kuburan, tapi
menghadap ke Ka‟bah. Karena Nabi melarang sholat ke kuburan,
sementara doa merupakan inti saripati daripada sholat, seperti telah
terkenal. Maka hukumnya adalah hukum sholat. Rosululloh bersabda:
‫ُق َخ‬ ‫ُق ُق َخ َخ َخ‬ ‫ْل‬ ‫َخ‬
))‫ َخ ق َخل َخاسُّ ك ْل اأ ْلد ُق ْل ِإ ْل‬:‫ َّن اق َخشأ‬.‫(( ُّاذ َخ ُق ُقاه َخ ا ا ِإ َخ َخدةا‬
“Doa adalah ibadah. Kemudian beliau membacakan
ayat: “Dan Tuhan kamu berfirman: “Berdoalah kamu
kepada-Ku….”161

160
[HR. Ahmad: 6/92 dan an-Nasai: 1/287 dengan isnad Hasan]
161
[HR. Ibnu al-Mubarok di dalam buku al-Zuhud: 10/151, al-Bukhori di dalam
buku al-Adab al-Mufrod no. 714, Abu Dawud: 1/551, at-Tirmidzi: 4/178, 223,
331
Bila berziarah ke kuburan orang kafir, tidak boleh
mengucapkan salam dan tidak pula mendoakan. Tapi boleh
memberikan kabar tentang siksa neraka. Begitulah Rosululloh
memerintahkan dalam hadits Sa‟id bin Abi Waqosh :
‫َخ َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ ْل َخ ٌب َخ َّن ُق َخ َخ َخ َّن َخ ْل َخ‬
‫افأ ْلي َخنا‬،‫ا َخ ك َخن‬، ‫باك َخن َخاي ِإص ُقلا َّناش ِإح َخ‬ ‫ ِإئناأ ِإ‬:‫((ج اأ شِإ ِإائلا ان ِإ ا افق َخل‬
‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ ْل‬ ‫َخ‬
‫ َخي َخاس ُقظ ْل َخلا‬:‫افق َخل‬، ‫اف َخنا ْل َخش ِإب ا َخ َخجذا ِإ ْلنار ِإا َخ‬،‫ ِإ ْلا َّنان ِإس‬:‫ُقه َخ اق َخل‬
‫َخ‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ ِّم‬ ‫ُق‬ ‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ‬
:‫ ق َخل‬.‫ َخح ْلي َخ ا َخ َخش ْلس َخ ِإابق ُقب ٍءراك ِإف ٍءشاف َخ ِإؽ ْلش ُقه ِإاب َّنان ِإس‬:‫ِإ ا! فأ ْلي َخناأ ُقب ْل َخك اق َخل‬
‫َخ‬ ‫َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ‬ ‫َخ َخ َخ ْل َخ‬
‫ اق ْلذاك ف ِإن َخاس ُقظ ْل ُقلا ِإ ا ات ْل ً ا َخ ا َخ َخش ْلس ُق ا‬:‫افق َخل‬،‫فأ ْلظ َخ ا ْل َخش ِإب ا َخ ْل ُقذ‬
‫َّن َخ ُق‬ ‫َخ َخ‬
))‫ِإبق ْلب ٍءراك ِإف ٍءش ِإائالا َخ ؽ ْلش ُق ِإاب َّنان ِإس‬
“Seorang Arab Badui datang kepada Nabi , ia
bertanya: Sesungguhnya ayahku menyambung
silaturrahim dan..... lalu di manakah ia tempatnya?
Jawab beliau: Di neraka. Orang Arab Badui itu seolah-
olah mendapatkan sesuatu dari jawaban tersebut. Maka
ia bertanya lagi: Lalu Ayah Anda dimanakah tempatnya?
Jawab beliau, kapan saja engkau lewat di kuburan orang
kafir, berilah kabar tentang neraka. Sesudah itu, orang
Arab Badui itu masuk Islam. Ia berkata: Rosululloh
telah membebani aku dengan suatu kepayahan! Setiap
aku lewat di kuburan orang kafir, pasti aku selalu
memberitakan kepadanya tentang neraka.”162

Ibnu Majah: 2/428-429, Ibnu Hibban [2396], al-Hakim: 1/491, Ibnu Manduh di
dalam buku at-Tauhid [q. 69/61] dan Ahmad: 4/267,276, 277]. Dan isnadnya
shohih, kata al-Hakim, lalu kata at-Tirmidzi: hadits hasan shohih]
162
[Isnadnya shohih ditakhrij al-Bukhori, 8/92, Muslim, 17/6, Ahmad, 3/101.
332
ADAB BERDOA

Doa adalah ungkapan kepasrahan hamba kepada Robb-nya,


yang dibaca setiap waktu, dalam keadaan senang maupun takala
mendapat cobaan, takala sempit maupun lapang. Memohon pertolongan
kepada Alloh berarti lari kepada-Nya. Doa merupakan esensi
kehidupan manusia. Dan Rosululloh telah menerangkan kepada
kita dalam berbagai hadist tentang keagungan doa.
Berikut ini akan kami paparkan sebagian adab yang harus
diperhatikan oleh seluruh kaum muslimin, agar doa kita semua
diterima di sisi Alloh , yaitu:
Pertama: Merasa pasti dalam berdoa dan percaya bahwa Alloh
akan mengabulkan. Meskipun masalah yang Anda pinta kepada
Alloh berat dan sukar, di dalam hati Anda tetap harus ada keyakinan
bahwa Alloh akan memenuhi dan mengabulkannya. Inilah yang
diperintahkan Nabi kepada kita. Dari Anas , dia berkata,
Rosululloh bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kamu berdoa, maka
hendaklah ia meneguhkan permintaannya, dan janganlah
sekali-kali dia mengucapkan: “Ya Alloh, apabila Engkau
menghendakiku, maka limpahkanlah kepadaku”,
sesungguhnya dia enggan kepadanya.”163

Dalam riwayat lain dari Abu Huroiroh disebutkan:


“Janganlah salah seorang diantaramu mengucapkan:
“Ya Alloh, ampunilah dosaku, Ya Alloh, rahmatilah aku,
kalau memang Engkau menghendaki”. Tetapi hendaklah

163
Isnadnya shohih, ditakhrij al-Bukhori 8/92, Muslim, 17/6, Ahmad, 3/101
333
dia meneguhkan permintaannya. Sesungguhnya Dia
tidak enggan kepadanya.”164
Kedua: Mengulang-ulang dalam berdoa. Ini adalah cara yang
terpuji. Sebab ini merupakan gambaran sikap merendahkan diri
kepada Alloh dan kepasrahan kepada keagungan-Nya serta
husnuzhon (berbaik sangka) kepada rahmat-Nya.
Dari Abu Huroiroh , bahwasanya Nabi bersabda:
“Masih tetap akan dikabulkan bagi seorang hamba
selagi dia tidak berdoa dengan dosa atau pemutusan tali
persaudaraan, dan selagi dia tidak terburu-buru. Ada
yang bertanya, wahai Rosululloh, apa maksud terburu-
buru itu? beliau menjawab, Dia berkata, “Aku sudah
berdoa, tetapi Alloh belum memenuhi bagiku‟. Lalu dia
pun merasa letih pada saat itu dan tidak lagi berdoa”.

Jadi kita harus tetap berdoa dan tidak boleh beranggapan


bahwa pemenuhan doanya terlalu lambat.
Ketiga: Berdoa dengan suara pelan dan lembut. Inilah yang
diperintahkan Alloh , yaitu agar kita merendahkan diri dan pasrah
kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:
﴾         ﴿
“Berdoalah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan
suara yang lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-A’rof [7]:
55)

Ini merupakan perintah berdoa, yang disertai dengan sifat-


sifatnya, yaitu khusyu‟ dan merendahkan diri. Khufyah artinya secara
rahasia. Maksudnya agar terhindar dari riya‟. Nabi Muhammad
bersabda:
164
[Ditakhrij al-Bukhori, 8/92].
334
“Lembutkanlah suaramu. Karena kamu sekalian tidak
berdoa kepada yang tuli, tidak pula kepada yang tidak
ada, tetapi kamu berdoa kepada yang Maha Mendengar
dan Maha Melihat.”

Keempat: Memohon kepada Alloh dengan asma‟ dan sifat-


sifat-Nya yang tinggi. Firman Alloh :
﴾    ﴿
“Alloh mempunyai asma‟ul husna, maka memohonlah
kepada-Nya dengan menyabut asma‟ul husna." (QS. Al-
A’rof [7]: 180).

Dari Buroidah , bahwa Rosululloh pernah mendengar


seseorang berdoa: “Ya, Alloh, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu, dan aku benar-benar bersaksi bahwa Engkau adalah
Alloh, yang tiada Ilah selain Engkau, yang Maha Esa, Alloh yang
bergantung kepada-nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan
tidak pula diperanakan, yang tak seorangpun setara dengan-
Nya”. Maka beliau berkata, "Engkau telah memohon kepada
Alloh dengan nama ini, yang apabila diajukan permintaan
dengannya tentu akan diberi dan apabila diucapkan do‟a
dengannya, tentu akan dikabulkan.”165

Kelima: Berdoa dengan amal sholih. Hal ini telah disebutkan


dalam sebuah hadist shohih, tentang tiga orang yang dikisahkan
Nabi , yang sedang terperangkap dalam sebuah goa, karena mulut
goa tertutup sebongkah batu. Maka mereka bertawasul dengan
menyebut amal-amal mereka yang tulus dan benar. Maka kemudian
Alloh mengabulkan doa mereka.
165
[Isnadnya shohih, ditakhrij Muslim, 17/52].
335
Keenam: Dengan memakan makanan yang baik, mengangkat
tangan ke atas dan menghadap kiblat.

Dan masih banyak adab serta syarat-syarat doa yang lain.

336

Anda mungkin juga menyukai