i
Ulasan Utama Dasar-dasar Agama
Diterbitkan oleh :
HASMI
(Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami)
Editor :
Tim Ilmiah MIM
Desain & Tata Letak :
Nasrudin Ariatna, S.E
Cetakan: Pertama, Agustus 2013
Dicetak oleh :
PT. MARWAH INDO MEDIA
Jl. Purnama, Tamansari, Bogor, 16610
(Barat Sektor Grand Harmony, Bogor Nirwana Residence)
Telp/Fax. (0251) 8487-322. HP: 0813-9928-3000
Website: http://www.marwahmedia.com
Email: admin@marwahmedia.com
ii
MUQADDIMAH
َّ َ َ َ ُ َْ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َّ
ِ ِإن الح ْمد هللِ نح َمده ون ْست ِع ْينه ون ْستغ ِف ُره ون ُع ْىذ ِباهللِ ِمن ش ُرو ِر أنف ِسنا وس ِيئ
ات
ُ ضل ْل َف َال َهاد َي َل ُه َأ ْش َه ُد َأ ْن َال ِا َل َه إ َّال
هللا ْ َأ ْع َمال َنا َم ْن َي ْهد هللا َف َال ُمض َّل َل ُه َو َم ْن ُي
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ.َو ْ َد ُه َال َشرْ َ َل ُه َو َأ ْش َه ُد َأ َّن ُم َح َّم ًددا َع ْ ُد ُه َو َ ُس ْى ُله
ر ِ
iii
“Alloh akan meninggikan derajat orang-orang yang
beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu
beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11)
iv
Kejahilan pun merupakan salah satu unsur terbesar dari unsur-unsur
yang akan menjauhkan seorang hamba dari Alloh .
Buku ini -lanjutan dari buku dinul Islam seri pertama- menitik
beratkan pada pembahasan Fiqih Ibadah, adab dan akhlak.
Pembaca yang budiman, mari bersama-sama kita berusaha
menyisihkan sedikit waktu dan tenaga untuk mempelajari,
mengamalkan dan mendakwahkan agama kita, agama Islam. Mari
kita kaji buku ini dengan baik, mudah-mudahan Alloh
menganugerahkan hidayah-Nya kepada kita semua…. Amin
v
DAFTAR ISI
vi
II. AKHLAK DAN ADAB................................................ 181
Pengantar Tentang Akhlak ............................................. 183
Penyucian Jiwa .............................................................. 187
Hakekat Taqwa.............................................................. 191
Tahapan-Tahapan Taqwa ............................................... 199
Keadaan Hati ................................................................. 207
Penyakit Hati dan Obatnya ............................................ 213
Adab Tidur .................................................................... 219
Adab Bersuci ................................................................. 225
Adab Berpakaian ........................................................... 229
Adab Makan dan Minum .............................................. 237
Adab Terhadap Orang Tua............................................ 243
Adab Terhadap Sesama Muslim ................................... 249
Adab Terhadap Orang Kafir ......................................... 269
Adab Duduk Dalam Majelis ......................................... 277
Adab Menuntut Ilmu .................................................... 283
Adab Safar ................................................................... 297
Adab Membaca Al-Quran ............................................. 309
Adabul Lisan ................................................................. 315
Ziarah Kubur ................................................................ 325
Adab Do’a ..................................................................... 333
vii
viii
FIQIH
IBADAH
1
2
ILMU FIQIH
(Khusus Fiqih Ibadah)
A. Pendahuluan
Sebelum kita memulai membahas dan mempelajari tentang
fiqih atau fiqih ibadah yang diajarkan oleh Islam, maka sangat perlu
sekali untuk memahami istilah kata fiqih yang digunakan sebagai
nama yang umum dalam lapangan ilmu ini. Juga perlu memahami
segala sesuatu yang bertalian dengan pendahuluan pemahamannya.
Pendahuluan pemahaman tersebut dimaksudkan agar para
Tholib (mahasiswa) memiliki cukup pengertian dalam menghadapi
dan mengkaji masalah-masalah fiqih yang mungkin dapat
mengundang kepada salah pengertian dan dapat menimbulkan
perpecahan yang tidak diharapkan, dikarenakan ketidakmampuan
seseorang mendudukan permasalahan tersebut dan kekurangan
pemahamannya dalam ilmu ini.
Dalam kuliah ini kami akan mengajak Tholib untuk bersama-
sama memahami permasalahan fiqih secara obejektif dan akan
menjelaskan masalah-masalah khilaf / ikhtilaf (perbedaan pendapat)
satu kelompok dengan kelompok lainnya atau satu madzhab dengan
madzhab yang lainnya dengan tidak berpihak.
Mengingat kuliah ini baru hanya untuk tingkat mubtadiin
(permulaan), maka masalah-masalah yang lebih sulit dibatasi sesuai
dengan tingkatannya masing-masing.
3
B. Pengertian Fiqih
Fiqih ialah salah suatu pengetahuan dari agama Islam yang
membicarakan tentang hukum-hukum Islam dalam masalah:
1. Sholat dan yang bertalian dengan sholat.
2. Zakat dengan permasalahannya.
3. Shoum (puasa) dengan semua permasalahannya.
4. Haji dengan permasalahannya.
(dari no. 1 sampai dengan no. 4 disebut Fiqih Ibadah)
5. N.T.R (Nikah, Talaq dan Rujuk) dan yang bertalian dengan itu.
ْل
6. Masalah perdagangan ( ) ا َب ْل ُعdan yang bertalian dengan itu.
7. Waqaf dan Hadiah.
8. Sumpah dan Nadzar.
9. Makanan (halal dan haram)
10. Pakaian.
11. Kehakiman.
12. Ketentuan hukum pidana (tentang kejahatan) dan yang
bertalian dengan itu.
13. Hukum waris dan wasiat.
14. Dan lain-lain yang bertalian dengan masalah kehidupan
manusia dalam bermasyarakat dan bernegara.
C. Definisi Fiqih
Definisi untuk ilmu fiqih yang diberikan oleh para ahli, kami
sebutkan di bawah ini sebagai berikut:
1. ِف ْل ُع ْلا َب ُعا ْل ِف ْلش َب ْل: ِفال ْل ُع
ِف ِف
“Fiqih ialah pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum
Islam.”
4
َب َب َّش َب ْل َب ْل ُع َب ْل ْل
2. ا ِفل ُع ِف ا ِف ال ْل ِف َّش ِف ال ِف َّش ِف: ِفال
“Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syar‟i yang
bersifat amaliyah.”
Maksudnya: Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum
yang ditetapkan oleh agama (Islam) yang harus dilaksanakan
atau dikerjakan sesuai dengan bunyi ketetapan tersebut.
3. Saifuddin al-Amidi (551-631 H.) memberikan definisi
sebagai berikut:
َّش ْل ْل ْل َب َّش َب َب َّش َب ْل َب ْل ُع َب ْل ْل
ا ِفل ُع ِف ا ِف ال ْل ِف َّش ِف ال ِف َّش ِف ِف ِف ا ِف َب الل ِف ِف َّش ِف: ِفال
“Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syar‟i yang
bersifat amaliyah dari dalil-dalil yang rinci.”
Maksudnya: Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum oleh
setiap yang telah ditetapkan oleh agama (Islam) yang harus
dikerjakan. Ketetapan tersebut dibuat dari hasil penelitian dalil-
dalil al-Qur‟an dan al-Hadits yang rinci.
Adapun istilah “Hukum Syar‟i” ialah hukum yang ditetapkan
dari ketetapan dalil-dalil al-Qur‟an dan al-Hadits dan tidak diambil
dari ketetapan akal pikiran manusia.
Jadi Ilmu Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum syar‟i yang
telah ditetapkan oleh seorang mujtahid (Imam) atau oleh beberapa
mujtahid dengang ketetapan yang sama, yang telah diteliti dengan
seksama dari dalil-dalil al-Qur‟an dan al-Hadits yang shohih,
sehingga ketetapan-ketetapan tersebut dapat diamalkan dengan
mudah.
Mujtahid ialah orang yang mempunyai kesanggupan untuk
istimbath hukum (menggali ketetapan hukum) dari dalil-dalil al-
Qur‟an dan al-Hadits.
5
Orang-orang yang terkenal sebagai mujtahid mutlaq (mujtahid
yang murni) banyak jumlahnya. Diantaranya yang sangat dikenal
ialah:
1. Imam Abu Hanifah, nama beliau Nu‟man bin Tsabit (lahir
tahun 80 H. dan wafat tahun 150 H.)
2. Imam Malik, nama beliau Malik bin Anas bin Malik (lahir
tahun 93 H. dan wafat tahun 179 H.)
3. Imam Syafi‟i, nama beliau Muhammad bin Idris (lahir tahun
150 H. dan wafat tahun 204 H.)
4. Imam Hambali, nama beliau Ahmad bin Muhammad bin
Hambal. Juga disebut Imam Ahmad (lahir tahun 164 H. dan
wafat tahun 241 H.)
Oleh karena itu, maka pendapat dalam menetapkan hukum oleh
para mujtahid, satu sama lainnya, terkadang mempunyai perbedaan
pendapat, hal ini menyebabkan adanya madzhab fiqih:
- Fiqih Hanafi, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Hanafi dan ulama-ulama yang
mendukungnya.
- Fiqih Maliki, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Malik dan ulama-ulama yang
mendukungnya.
- Fiqih Syafi‟i, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Syafi‟i dan ulama-ulama yang mendukung
beliau.
- Fiqih Hambali, yaitu ketetapan hukum yang ditetapkan oleh
pemahaman Imam Ahmad bin Hambal dan ulama-ulama yang
mendukungnya.
6
D. Ketetapan Hukum Syar’i
Ketetapan hukum syari‟i itu ada 7 (tujuh) macam. Adapun 5
(lima) macam yang pertama disebut hukum taklifiyah, sedangkan 2
(dua) macam yang terakhir adalah bagian dari hukum wadh‟iyah.
1. Wajib / Fardhu.
Wajib atau fardhu ialah suatu ketetapan yang harus
dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan. Maka bila ditinggalkan
atau tidak dilaksanakan akan berdosa dan bila dilaksanakan
akan diberi pahala.
Wajib atau fardhu ada 2 (dua) macam:
a. Fardhu „Ain ialah suatu kewajiban yang harus dikerjakan
oleh setiap individu Muslim.
b. Fardhu Kifayah ialah suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh sebagian kecil umat Islam untuk
mewakilkan umat yang banyak yang tidak mempunyai
kesempatan untuk mengerjakannya. Bila tidak ada yang
mengerjakannya, semuanya berdosa.
2. Haram.
Haram ialah suatu perbuatan yang tidak boleh dikerjakan.
Maka bila dikerjakan akan berdosa atau diancam dengan
siksaan Alloh di akhirat dan juga diancam oleh sangsi
hukum tertentu di dunia (dalam negara Islam)
3. Mandub.
Mandub (sunnah) ialah perbuatan yang dianjurkan untuk
dilakukan, dengan diberikan pujian dan pahala bagi orang yang
mengerjakannya, tapi tidak disiksa dengan adzab Alloh bagi
orang yang tidak mengerjakannya.
7
4. Makruh.
Makruh ialah suatu perbuatan yang dianjurkan untuk
tidak dikerjakan, dengan diberikan pujian dan pahala bagi
orang yang tidak mengerjakannya, akan tetapi tidak disiksa
bagi orang yang mengerjakannya.
Contoh perbuatan makruh:
- Bertengkar, mengambil dengan tangan kiri.
- Melakukan yang syubhat (samar antara halal dan haram)
- Meninggalkan perbuatan yang utama (sholat fardhu tanpa
adzan dan iqomah)
5. Mubah.
Mubah ialah suatu perbuatan dalam melaksanakan
ketentuan hukum yang telah memenuhi ketetapannya atau telah
memenuhi syarat dan rukunnya. Maka perbuatan tersebut dapat
diterima.
6. Shohih.
Shohih ialah suatu perbuatan dalam melaksanakan
ketentuan hukum yang telah memenuhi ketetapannya atau telah
memenuhi syarat dan rukunnya. Maka perbuataan tersebut
dapat diterima.
7. Bathil (Batal).
Bathil ialah perbuatan dalam melaksanakan ketentuan
hukum tidak memenuhi ketetapan-ketetapannya atau tidak
memenuhi syarat dan rukunnya. Maka perbuatan tersebut
ditolak.
8
Istilah-istilah di atas dalam hukum syar‟i, digunakan dalam
menetapkan hukum-hukum fiqih yang akan dibicarakan dalam Ilmu
Fiqih.
9
10
MENDIRIKAN SHOLAT
11
tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala
kalian dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kalian junub, maka mandilah...” (QS. al-
Maaidah [5]: 6)
Dalam ayat ini bagi orang yang akan mengerjakan sholat
diharuskan berwudhu. Dan jika mempunyai hadats besar
diwajibkan mandi (dinamakan mandi junub).
Diantara dalil dari hadits Nabi adalah yang
diriwayatkan oleh al-Jama‟ah (5 kitab hadits) kecuali Bukhori
tidak meriwayatkan:
َب ًة َب ْل َب
َب ُع َب ْل
)) َب َب ُع
((ِف ِف ُع ْل ٍر
“Alloh tidak akan menerima sholat seseorang tanpa
bersuci...”
12
THOHAROH
A. Definisi Thoharoh.
Secara Morfologi (bahasa): An-Nazhoofah (membersihkan)
atau an-Nazaahah (mensucikan).
Secara Etimologi (istilah): Membersihkan dari najis (kotoran)
dan mensucikannya dari segala macam sifat/perangai/akhlak/
perilaku yang kotor/ tidak terpuji.
B. Macam-Macam Thoharoh.
Thoharoh ada dua macam, yaitu:
1. Thoharoh Bathinah Ma‟nawiyah (Pensucian Jiwa).
Yaitu mensucikan diri, hati dan jiwa dari noda syirik,
syak (keraguan), syubhat (racun kebohongan) dan bentuk
perbuatan maksiat lainnya. Caranya dengan:
Mengikhlaskan ibadah hanya bagi Alloh semata, dengan
memfokuskan tujuan dan sasaran ibadah hanya kepada-Nya saja.
Mutaba‟ah (mengikuti) Rosululloh dalam beramal,
berperilaku, bermuamalah dan berakhlak, bahkan dalam
segala hal yang kita anggap remeh sekalipun.
Membersihkan diri dari pengaruh dan noda hitam perbuatan
maksiat, dosa-dosa dan segala bentuk penyimpangan dalam
syari‟at, dengan bertaubat nashuha.
2. Thoharoh Zhohiroh Hissiyah.
Yaitu membersihkan diri dari khobats (kotoran luar) dan
hadats (kotoran dari dalam)
Khobats adalah najis (kotoran) yang dapat dihilangkan
dengan air, seperti kotoran yang melekat di baju orang sholat,
13
di badan dan di tempat sholatnya. Sedangkan hadats adalah
thoharoh dari kotoran yang khusus dan tertentu cara
menghilangkan yaitu dengan wudhu, mandi dan tayammum.
(Inilah yang menjadi bahasan dalam bab ini).
C. Jenis-Jenis Air.
Ada empat jenis air yaitu:
1. Air Mutlaq.
Yaitu air yang secara zhohirnya suci dan dapat dipergunakan
untuk bersuci (suci mensucikan). di antaranya adalah:
a. Air hujan, salju atau es (hujan es), air embun, mata air dan
air sungai.
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
“Alloh menurunkan kepada kalian hujan dari langit
untuk mensucikan kalian dengan hujan itu.” (QS. al-
Anfaal [8]: 11)
Dari itu Alloh menurunkan air hujan dari langit
kepada kalian agar Dia sucikan kalian dengan air hujan itu dari
hadats dan khobats. [Taisiir al-‘Aziiz ar-Rohman: 278]
Dari Abu Huroiroh berkata (tentang doa iftitah
Rosululloh ):
ْل َب َب َب َب َّش
)) ا ُع َّش َب ِف ْلد َب ْل ِفن ْلي َبو َبب ْل َب َبخط َب َب ك َب َب َب ْلد َبت َب ْل َب ْل ْلل ِف ِفق
ض َّش َب ْل َب َب ْل َب َب َب َب ُع َب َّش َّش ْل َب َّش َب َب ْل َب ْل
ا ُع َّش ا ِف ِفن ْلي ِف لخط َب ك ن ى اث ُع ألا ُع ِف، و ْل ِف ِف
ْل َب َب َّش ْل َب ْل َب ْل َب َب
(( و ا َب ِف، و اث ِف، ا ُع َّش ا ِفص ْل ِف خط َب َب ِف ْل ِفا،ض
ْل َّش َب َب َّش
اد ِف
“Ya Alloh, jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-
kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara
timur dengan barat. Ya Alloh, sucikanlah aku dari
14
segala kesalahan sebagaimana disucikannya baju
putih dari kotoran. Ya Alloh cucilah kesalahanku
dengan air, air salju dan air embun.” (HR. Bukhori
dan Muslim)
b. Air laut.
Abu Huroiroh berkata:
ْل ْل َب ْل ُع َب َّش
اط ُع ْل ُع ُع ْل ُع َب َب َب ْل َب ْل ُع َب ْل َب َب
ِففي ا ح ِف َبا َب ش ا ِف:َبا ِف ))
َب ُع ُع ْل َب ُع ُع
(( َب ا ل ِف ُّل َب ْل ل
“Seorang laki-laki bertanya kepada Rosululloh
seraya berkata: Ya Rosululloh, saya sedang berlayar
dan hanya membawa sedikit air. Jika kami berwudhu
memakai air minum itu, kami akan kehausan. Apakah
kami boleh berwudhu dengan air laut? Rosululloh
menjawab: Laut itu suci airnya dan halal
bangkainya.” (HR. Malik, Abu Dawud, an-Nasa’i
dan Ibnu Majah)
c. Air Zamzam.
Ali berkata:
َب َب َبس ْلج ْل َب ا َب ْل َبز َب َبف َبل َب ْلن ُع ُع ْل َب )) َب َّش
ِف ِف ِف ز ِف ٍر ِف َب ش ا ِف
َّش َب َبو َب َب
((
“Sesungguhnya Rosululloh diberikan satu ketel air
Zamzam, lalu beliau meminumnya dan berwudu
dengannya.” (HR. Ahmad)
d. Air yang tercampur, karena telah lama tergenang pada suatu
tempat atau karena bercampur dengan benda yang dapat
merubah dzat air tersebut, seperti air yang dipenuhi oleh
lumut atau ganggang atau bercampur dengan daun-daun
(yang membusuk).
15
2. Air Musta’mal.
Yaitu air sisa wudhu atau mandi. Air jenis ini hukumnya
sama dengan hukum air mutlak yaitu suci dan mensucikan.
َب ْل َّش َب َب
ِفف ْلي َبح ْلل َبن ٍر ف َب َب َب ُعش ُعا َّشان ِفب ِفي
ْل َب َب َب َب ْل ُع َب
ض ْلز َبو ِفج
ا ِف )) ا ص ل
َب َّش ْل َب َب َب
ِفإ ْل ا:ا
ْل ُع ْل ُع ُع ُع ًة َب َب
ف، ِفإ ِف كن حن، َب ُعش َبا ا ِف
َّش َب: ف ا ْل، َب َبل َب َّش َب ْلن ُع
َب َب َب
ِف
(( ُع ْل ِفن ُع
“Sebagian istri-istri Nabi mandi di dalam satu bak.
Kemudian, Rosululloh hendak berwudhu dari air tersebut.
Maka, istrinya berkata: Ya Rosululloh, saya ini junub. Beliau
menjawab: Sesungguhnya air tidak menjadi junub.” (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i)
Hadits ini dijadikan dalil atas sucinya air musta‟mal. Air
tidak menjadi junub dengan mandinya orang yang junub dari
air di kolam tersebut. (‘Aunul Ma’bud: 1/131 dan Ta’liq
Sunan Tirmidzi: 1/127)
16
kali, lima kali atau lebih jika dipandang perlu dengan
campuran air dan daun bidara” (HR. Bukhori: no.
1253 dan Muslim: no 939)
D. Hukum Bejana.
Di antara hukum-hukum yang berkaitan dengan bejana
(mangkok, piring, cangkir dan lainnya) yang patut diketahui adalah:
1. Hukum bejana yang terbuat dari emas dan perak.
Diharamkan menggunakan bejana yang terbuat dari emas
dan perak untuk tempat makan dan minum, baik untuk laki-laki
maupun perempuan.
Rosululloh bersabda:
َبفئ َّشن َب، َبو َب َب ْل ُعك ُع فى ص َب ِفف َب، ض ِف
)) َبو َب َبت ْلل َب ُعب فى آا َب َّشاذ َب َبو ْلال َّش
ِف ِف ِف ِف ِف
ِف ِف ِف
ْل
(( ا ُع ْل ِف ْل ادا َب وان ِف ْل ِفخ َب ِف
ُّل ْل َب َب َب َب
“...Dan janganlah kalian minum pada bejana emas dan
perak dan jangan pula makan pada piring yang terbuat
dari keduanya. Kedua bejana tersebut milik mereka
(orang-orang kafir) di dunia dan akan menjadi milik kita
di akhirat kelak.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits di atas menjadi dalil bagi pengharaman bejana
serta piring yang terbuat dari emas dan perak sebagai tempat
17
makan dan minum, baik dari emas murni maupun emas yang
dicampur dengan perak. [Subulus Salam 1/29]
Diharamkannya makan dan minum dalam bejana atau
piring emas dan perak, baik untuk laki-laki maupun perempuan
adalah karena keduanya digunakan atau untuk orang-orang
kafir di dunia. [Taisiir al-‘Allaam 2/532]
2. Bejana dari kulit bangkai.
Sama dengan hukum bejana yang terbuat dari emas dan
perak yaitu haram penggunaannya, karena kulit bangkai adalah
najis. Adapun jika kulit bangkai tersebut telah disamak
(dikeringkan setelah di cuci bersih), maka telah suci dan boleh
digunakan sebagai bejana untuk makan dan minum.
Rosululloh bersabda:
َب َب ْل َب َب َب ُع َب
(( ِف ِف ُع ف د ُع َب )) ِفإ
“Apabila kulit bangkai telah disamak, maka ia telah
suci.” (HR. Bukhori dan Muslim)
E. Benda-Benda Najis.
Benda-benda yang tergolong najis di antaranya:
1. Sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan yaitu dari
dubur dan qubul, seperti:
Tinja (kotoran/tahi)
Abdulloh bin Mas‟ud berkata (tentang cara istinja
Rosululloh )
ك ٌس َب َب ْل َب َب ْل َب َب َب َب َب َّش َب ْل
((ض ِف ))و ا ى ا وث و ا ِفإن
“Beliau membuang tinja (kering) dan beliau
bersabda: “Sesungguhnya itu adalah najis.” (HR.
Bukhori, Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
18
Air kencing
Abu Huroiroh berkata:
َب َب َب َب َب ُع َّش ُع َب َب َب
ف َبا ا ُع َّشان ِفب ُّلى،س
ْل َب
ِف ْل ْل ْلس ِفج ِفد فلن وا ان
َب
َب ِف ٌّىى ف َب َبا )) َب َب َب ْل
ًة ْل َب
((َب ْل ِفا ِف َب ْلج ِف َب ٍرا ِف ْل ُع ْل َب ى َب ُع ْل ُع َبو َب
“Seorang Arab berdiri dan buang air kecil di dalam
masjid. Maka orang-orang mencelanya, lalu Nabi
berkata: biarkanlah dan tuangkanlah satu ember air
untuk menyiram kencingnya tersebut.” (HR. Bukhori
dan Muslim)
Madzi (cairan encer akibat rangsangan syahwat yang keluar
dengan tidak disengaja).
Wadi (cairan putih encer setelah selesai kencing atau saat
mengalami keletihan).
Ali bin Abi Tholib berkata:
َب َب َب َب ُع َب ْل َب ْل َّش ُع َب َب ْل َب ْل َب ْل ْل َب َب ْل َب َب ْل َب َب
ِف ذ ْل ِف ا ص ف ِف ِف ا ا ش ى ألاش ِف ِفإ )) ش ن ِفْل د
َب َب َّش ْل ُع ُع َّش َب َب َب ْل ُع َب ْل َب َب ْل َب َب ْل َب
: ُعج ِف ِف ص ِف ك لل ُع ِف ِف ؟ ف َبا َب ش ا ا ِف
َب ْل َب َب َب َب
(( و ا ْل ف ْل ح
“Kami mengutus Miqdad bin al-Aswad kepada
Rosululloh untuk menanyakan tentang madzi yang
keluar dari manusia, apa yang harus diperbuatnya?
Beliau menjawab: wudhulah dan bersihkan
kemaluannya.” (HR. Muslim)
Darah Haidh
Asma‟ binti Abu Bakar berkata:
َب َب َب َبف َب َبا ْل َّش َب َب َب ْل َب َب ٌس
َب ْل َب ِفإ ْل َبد ا َب ُع ْل َب
َب ش ا ِف ا ِف َب ُعش َبا ))ش ا ِف
َب َب
ِف ؟ ف َبا ْل َبن ُع ِفف
َب ْل َب ْل َب َب ْل َب َب
ِف ل ض ِف ك َّشاد ُع إ َب َب َب َب ث ْل َبب َب
َب
ِف
19
ْل َب ُع َّش َّش ُع َب ْل َب ْل َب إ َب َب َب َب َبث ْل َب ُع ُع َّش
ِفإ د ك اد ِف ل ض ِف ِف َب ش ا ا ِف
ُع
((ِفال َب ِف ى ِفف ْل ِف َبف ْل َبل ْل ُع ْل ُع ُعث َّش ِفا َبل ْلن َب ْل ُع ْلْلَب ِفا ُعث َّش
ِف
“Seseorang wanita bertanya kepada Rosululloh : Ya
Rosululloh, apa pendapatmu apabila salah seorang
kami darah haidnya mengenai baju, apa yang harus
dilakukannya? Rosululloh menjawab: Apabila
darah haid mengenai baju, maka keriklah kemudian
bersihkanlah dengan air kemudian baru gunakan
untuk sholat.” (HR. Bukhori dan Muslim)
20
WUDHU
A. Definisi Wudhu.
Secara bahasa berasal dari akar kata ( ) ا ُع ُع ْل ُعاyang menunjukkan
pekerjaan yaitu pekerjaan mengambil air wudhu (berwudhu) atau
dari ( ) ا ُع ُع ْل ُعاyang artinya air wudhu.
Secara istilah, pekerjaan menggunakan atau mengambil jenis
air tertentu (yang suci) dengan gerakan-gerakan tertentu untuk
mencuci anggota-anggota tertentu yaitu anggota (badan) wudhu yang
disyari‟atkan Alloh .
B. Dalil Disyari’atkannya Wudhu.
Dalil pensyari‟atan wudhu ada tiga, yaitu:
1. Dalil dari al-Qur‟an.
Firman Alloh :
﴿
21
“Alloh tidak menerima sholat salah seorang di antara
kalian apabila berhadats, sampai ia berwudhu.” (HR.
Bukhori: Fathul Bariy 1/206, dan Muslim no. 225)
َّش ُع َّش ْل ْل َب َب َب َب َّش َب ْل َب
(( )) ِف لل ُعا ا َّش ِف اط ُع ْل ُع و ْلح ِف ْل ُع َب ال ِف ُع و ْلح ِف ْل َب ا ْلص ِف ْل ُع
“Kunci pembuka sholat adalah bersuci, tahrimnya
adalah takbir dan pembolehannya adalah salam.” (HR.
Abu Dawud no. 60, Tirmidzi no. 3, Ibnu Majah no.
275 dengan sanad yang shohih)
C. Keutamaan Wudhu
Banyak sekali hadits yang menerangkan dan menjelaskan
keutamaan wudhu, di antaranya:
Sabda Rosululloh :
َب ْل َب َب َب َب َب ُّل ُع َب
: لخط َب َبو َب ْل ف ُع ِف ِف َّشاد َب َبح ِفت؟ ا ِف ِف
ُع )) ُع ا ْل َب ى َب َب ْل ُعح
َب َب ْل َب ْل ُع َب َب ْل َب َب ْل َب ُع ْل ُع ُع ْل َب َب ْل َب َب َب َب ْل َب ُع
لخط ِفإ ى ْلص ِفح ِفد و ا ِفلظ ُع ا َّش ِف ِفا ى ْل ِف ِف وك ِفإش غ ا
ُع ُع َب َب ُع َب ْل َب َّش َب َب َب ُع ُع َب ُع َب َب ُع
((ُع ا ِف َبب ا فذ ِفا ُع ا ِف َبب ا لد ا ِف فذ ِفا ا ِف ب ا فذ ِفا
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian beberapa perkara
yang dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat
kalian? Mau ya Rosululloh, ujar para sahabat. Beliau pun
bersabda: (Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam keadaan
sulit, memperbanyak langkah ke masjid (untuk sholat
berjama‟ah) dan menunggu sholat sesudah selesai
22
mengerjakan sholat, yang demikian itu adalah perjuangan,
sebenar-benarnya perjuangan.” (HR. Muslim)
َب ْل َب َب َب ْل َب ْل َب َب َّش َب َب َب
ْل َبص َب ا ُع ُع َبا خ َب َبح ْل خط َب ُع ِف ْل َبح َبص ِفد ِف َب َّش ى ُع َبج ف ))
ْل َب ْل َب ْل َب
(( ِف ِف ِف ح ِف ل
“Barangsiapa yang berwudhu, kemudian menyempurna-
kannya, niscaya akan keluar dosa-dosa dari tubuhnya,
bahkan akan keluar pula dosa-dosa dari bawah kuku-
kuku jarinya.” (HR. Muslim)
Abu Huroiroh berkata bahwa Rosululloh bersabda:
َب ْل ُع ْل ُع َب َب َب َب ْل ُع َب َب ْل َب ْل ))إ َب َب َب َّش َب ْل َب ْل ُع ْل ُع ْل
ف ص َب وح َب خ َبج ِف وح ِف ِف- ِفو ْلؤ ِف- ال د ْلص ِف ُع
َب ْل ْل َب َب َب َب َب ْل ُع ِف ُّل َب َب َب َب َب َب ْل َب َب ْل َب ْل َب َب ْل َب َب
ف ِفئ- ِفآخ ِف ط ِف ْل ِفا و- ْل ِفا ك خ ِفط ئ ٍر اظ ِفإاي ِف ل ن ِف
ْلَب َب َب َب َب َب ْل َب َب َب ْل َب َب ْل ُع ُّل َب َب َب َب َب َب َب ْل َب َب َب ُع َب َب ْل َب
و- ْل ِفا اص د ِف خ ج ِف د ِف ك خ ِفط ئ ٍر ك طل د
َبفئ َب َبا َبص َب ْلح َب ْل ِف َبخ َب َبح ْل ُعك ُّل َبخ ِفط َبئ ٍر َب ل ْل َب- َب َب ِفآخ َب ْلط ْلْلَب ِفا
َب
ِف ِف ِف َب ِف
َب ْل ْل َب َب َّش َب ْل ُع َب َب ًّي َب ُّل ُع ْل َب َب
(( ج ا ِف ِف اذا ِف ى- ْلو َب َب ِفآخ ِف ط ِف ْل ِفا- ِف ْلح ُع َب َب ْل ِفا
“Apabila seorang hamba Muslim atau Mukmin
berwudhu, lalu mencuci wajahnya, maka keluar dari
wajahnya setiap kesalahan yang dipandang dua matanya
bersama air (atau bersama tetesan air terakhir). Apabila
ia mencuci kedua tangannya, niscaya keluar dari
tangannya setiap kesalahan yang dilakukan dua
tangannya bersama air (atau tetesan air terakhir).
Apabila ia mencuci kedua kakinya, niscaya keluar setiap
kesalahan yang dijalankan oleh kakinya bersama air
(atau tetesan air terakhir). Sehingga ia keluar dalam
keadaan bersih dari dosa.” (HR. Muslim no. 32)
23
D. Tata Cara Wudhu Rosululloh .
1. Niat berwudhu dalam hati, tanpa diucapkan dengan lisan.
Rosululloh bersabda:
َب ُع َب َّش
(( ِفوإا َب ِفا ِف ْل ِف ٍرا َب ا َب،)) ِفإا َب ألا َب ُعا ِف ِفان َّش ِفت
َب ْل َّش
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niat. Dan
seseorang tergantung pada apa yang ia niatkan…” (HR.
Bukori/Fathul Bari: 1/9 dan Muslim: 6/48)
24
7. Mengusap kepala satu kali, yaitu dengan membasuh kedua
tangan terlebih dahulu lalu mengusapkannya ke depan kepala
hingga bagian belakangnya, lalu menjalankannya kembali ke
depan. Setelah pekerjaan ini selesai, dilanjutkan dengan
mengusap kedua telinga satu kali, dengan air sisa mengusap
kepala, yaitu dengan memasukan kedua telunjuk ke lubang
telinga, sedang kedua ibu jari membasuh bagian luarnya.
8. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki tiga kali, mulai dari
ujung jari-jari kaki hingga dua mata kaki, dimulai dari kaki
kanan lalu kaki kiri.
َب َب ِف َب ُع ٍرا )) َب َّش ُع ْل َب َب َب ْل َب ى ُع ْلث َب َب َب ْلخ َب َب ُع َب َّش ُع ْلث َب َب ْل َب َب َّشل َب
ض َبو ْلش َب ْلن َب َب ُعث َّش َبا َبص َب ض َب َب َبف َبل َب َّش َب َبف َب َبص َب َبك َّشل ْل َبث َب َب َب َّش ت ُعث َّش َب ْل
ٍر ِف
َبو ْلح َب ُع َبث َب َب َب َّش ٍرت ُعث َّش َبا َبص َب َب َبد ُع ْلا ُع ْل َبنى إ َب ى ْل ِفْل ْل َبفق َبث َب َب َب َّش ٍرت ُعث َّش َبا َبص َب
ِف ِف
ُعث َّش َب َبس َب َب ْل َبش ُع ُعث َّش َبا َبص َب ْلح َب ُع َب ْلا ُع ْل َبنى إ ىَب، َب َبد ُع ْلا ُع ْلص َب ِف ْلث َب َب ِفا َب
ِف ِف
ْل َب ْل َب ْل َب َب َب َب َّش ُع َّش َب َب َب َب ْل ُع ْل َب ْل َب َب َب َب َب َب َب ْل ُع َب ُع َب َّش
ش ا ا ِف ٍرت ث اص ا ص ِف ث ِفا ا ا ل ِف ث
َب
)) َب َب ا ْلح َب: َب َّش َب ْل َّش َب َب َّش َب ا ْلح َب ُعو اْل ذ ث َّش َبا َب ُعش ُع
َب ُع َب َب ُع َب
ِف ا ا ِف
ُعو ُع ا ْل َب َبذ ُعث َّش َب َب َبف َب َبك َب َب ْلك َبل َبل ْل َب ُع َبحد ُع في َب َبا ْلل َبص ُع ُعال َب َبا ُع َب
ِف ِف ِف ِف ِف ِف
َب َب َّش َب ْل َب ْل
(()) ا ِف ِف د ِف
“Sesungguhnya Humron Maula Utsman (mengkabarkan)
bahwa Utsman bin Affan meminta air untuk
berwudhu, lalu beliau mencuci kedua telapak tangannya
tiga kali, lalu berkumur-kumur, memasukkan air kedalam
hidung dan menghembuskan-nya ke luar. Lalu beliau
mencuci mukanya tiga kali, lalu mencuci tangan
kanannya termasuk sikunya tiga kali, lalu mencuci
tangan kirinya termasuk sikunya tiga kali. Lalu beliau
menyapu kepalanya. Lalu mencuci kaki kanannya
25
termasuk mata kakinya tiga kali, lalu mencuci kaki
kirinya termasuk mata kainya tiga kali. Kemudian beliau
berkata: Saya pernah melihat Rosululloh mengambil
air wudhu seperti saya mengambil air wudhu ini, seraya
beliau bersabda: Barangsiapa berwudhu seperti
wudhuku ini, kemudian ia mengerjakan sholat dua
roka‟at yang ia tidak berkata-kata (yang jelek) kepada
dirinya, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR. Muslim: 560)
ْل
َب َّش ى، َّشد ِف َب ِفش ِف
َب َب َبد َب ُع، َب َبف َب ْل َب َب ب َب َبو َب ْل َب، َب َبس َب َب ْل َبش ُع َب َبد ْل
ِف ِف )) ُعث َّش
َّش َب ِف َب َب ِف ِف
ْل ُع َب َب َب َب ُع ُع َّش َب َّش ُع َب َب ْل َب َب َب َب َب
(( ِف ن ا ِفذ د ِفإ ى ْل ِف ث، ِفب ِف ِفإ ى ل
“Kemudian ia membasuh kepalanya dengan dua
tangannya dari depan ke belakang. Dimulai dari bagian
depan kepalanya sampai menjalankan kedua tangannya
itu ke arah tengkuknya, lalu mengembalikannya lagi ke
tempat semula (bagian depan kepalanya)...” (HR.
Bukhori: 1/47 dan Muslim: 1/118)
26
َب َب ْل ُع َب َب ْل َّش ْل َب َب َب ْل َّش
(( )) ا ُع َب ْلح َبل ِف ْل ِف ال َّش ِف و ْلح َبل ِف ْل ِف ْللط ِف ِف ْل
“Ya Alloh, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang
bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang membersihkan diri.”
27
wudhunya, apakah telah batal atau belum. Hal ini merupakan
kesepakatan jumhur (kebanyakan) ulama.
4. Menyentuh kemaluan secara langsung, tanpa ada batas atau
penghalang sedikitpun.
Rosululloh bersabda:
َب َب ْل َب َب ْل َب َب ْل َب ُع َب َب ْل َب َب َب ٌس َب َب
ِفإ ى ف ِفح ِف وا ض ن وب ن ِفحج و ِف ِفد ِف
َب ))إ َب ْلف َبط ى َب َب ُعد ُعك ْل
((ْل ُعا
ُع ْلا ُع َبش ْل ٌس َبف َب ْلد َبو َبح َب َب َب ْل
ِف
“Apabila salah seorang di antara kalian menyentuh
kemaluannya dengan tangan tanpa ada penghalang atau
batas (sedikitpun), maka ia wajib berwuhdu‟.” (HR.
Hakim: 1/13 dan yang lainnya dengan sanad yang
shohih)
28
MANDI
29
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Alloh kepada kalian. Sesungguhnya Alloh menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 222)
30
2. Bertemunya dua kemaluan (bersetubuh / berjima‟) sekalipun
tidak keluar mani.
Kata junub ( )ح ُعن ًة
ُعdalam surah (Al-Maa’idah: 6) ditujukan
31
ْل ْل َب َب َب َب ًة َب َب
(( )) ِفإا ِفص ن ث ث ْلو خ ْل ًةص
“Mandikanlah dia (oleh kalian) 3 kali atau 5 kali...”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Di antara hal yang dapat dipetik dari hadits ini adalah
wajibnya memandikan mayat Muslim dimana hal itu adalah
fardhu kifayah. [Taisir al-‘Allam: 1/364]
5. Orang kafir apabila masuk Islam.
Tsumamah Al-Hanafi diperintahkan mandi ketika ia
masuk Islam. (HR. Ahmad)
32
7. Mengguyur seluruh anggota badannya dari badan bagian kanan
lalu bagian kiri, dengan memperhatikan lubang-lubang kuping,
hidung dan lain-lain agar air masuk secara merata.
Tata cara mandi tersebut berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
a. Maimunah berkata:
َب َب َب َب َب ُع َب ْل َب َب َب َب َب ْل َب َب َب َب َب ْل ُع ُع ْل
))و ل ِفا َب ش ِفا ِف و ا لجن ِف ف كل ِف ِف ِفن ِف ى ص ِف ِف
َب َب ْل َب ْل َب َب ًة ُع َب َب َب َب ُع ُع َب َب َب َب ُع ْل َب َب ْل َب
ث َّش َب د ِف ا ْل ِف ِفو ل ِفب ِف، ث َّش اص َب ف ْل ح، و ث ث، َّش ِف
ُعث َّش، ُعث َّش َبا َبص َب َبو ْلح َب ُع َبو ِف َب َب ْل ِف،ض َبو ْلش َبل ْلن َبل َبق ُعث َّش َب ْل، َب َّش َب ْل َب ْلو َبث َب ًةث
ض َب َب
ِف
ُعث َّش َب َبن َّشحى َبف َب َبص َب، ُعث َّش َبا َبص َب َبش ِفب َب َبح َبص ِفد ِف،َب َبف َب َب َب ى َب ْل ِفش ِف ْلْلَب َبا
َب
(( ِف ْلح ْل ِف
“Aku menyediakan air mandi junub bagi Rosululloh ,
lalu beliau mencuci tangannya dengan menggunakan
tangan kanannya 2 atau 3 kali. Kemudian, beliau
mencuci kemaluannya. Lalu, membersihkan tangannya
dengan debu atau permukaan tanah 2 atau 3 kali.
Kemudian beliau berkumur-kumur, memasukkan air ke
hidung, mencuci wajah dan dua tangannya. Lalu, beliau
guyur kepalanya dengan air. Kemudian, mencuci
seluruh badannya. Lalu, mencuci dua kakinya.” (HR.
Bukhori: no. 249, Muslim no. 317, Abu Dawud no.
245, an-Nasa’i no. 1/2208, Ibnu Majah no. 467 dan
Tirmidzi no. 103, ia berkata: Hadits Hasan Shohih)
b. „Aisyah berkata:
ْل َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب ْل ُع َّش َب َب َب َّش ُع َب َب َب َب َب َّش ُع )) َبك َب إ َب ْلا َب َبص َب َب
ث ل ك ل، لجن ِف د ف ص د ِف ِف
َبف ُع َب ِف ُع ِفب َب ُع ُع َبا َب َبل ِف ُعث َّش َب ُع ُّل،َب َبل ُع فى ْلْلَب ِفا َّش َب ِف ُع َّش ُع ْل ُع َب
ِف ِف ِف ث د ِفخ، ِف ِفا
َب َب ْل ُع َّش ُع ُع ْل َب َب َب َب ْل ُع ُع َب َب َب ْل َب َب
(( ث ِفل ض ْل ا ى ِفح ِفد ِف ك ِف ِف، ِف د ِف ى َب ِفش ِف ث ا َب ٍر
33
“Rosululloh apabila mandi junub, beliau mencuci
kedua tangannya, kemudian berwudhu seperti wudhu untuk
sholat, lalu beliau memasukkan jari jemarinya ke dalam
air, lalu menyela-nyela rambutnya dengan dua tangannya,
lalu beliau mengguyurkan air di atasnya 3 kali.
Kemudian mencuci seluruh badannya.” (HR. Bukhori: no.
248, Muslim no. 316, an-Nasa’i no. 1/205 dan Tirmidzi
no. 104, ia berkata: Hadits Hasan Shohih)
c. „Aisyah berkata:
َب َب َب َب ْل َب َب َب َب َب َب َب َب ْل ْل َب َب
ف د، ف خذ ِف ِفل ِف، ا َبص َب ِف َب ل َبج َبن َب ِف َب َب ِف ْلى ٍرا ا ْلح َب ل ِف ِف )) ِفإ
َب ُع َب ْل
(( َب ِفش ِف ألا ْل َب ِف ث َّش ألا َبص ِف
ْل
ِف ِفل ِفق
“Nabi apabila mandi junub, beliau meminta air, lalu
mengambilnya dengan telapak tangannya, kemudian
memulainya dengan bagian kepalanya yang kanan,
kemudian yang kiri, beliau menggosok-gosokannya.”
(HR. Bukhori dan Muslim, al-Lu’lu wal Marjan no.
183)
“Dari Ummu Salamah , aku bertanya: “Ya
Rosululloh, saya seorang wanita yang memiliki rambut
tebal. Apakah aku harus membukanya untuk mandi
janabat?” Beliau menjawab: “Tidak perlu! Cukup
engkau guyur 3 kali.” (HR. Muslim no. 330)
“Asma‟ pernah bertanya kepada Nabi tentang
mandi haid. Beliau menjawab: “Hendaklah salah
seorang kalian mengambil air dan pewangi, lalu wudhu
dengan baik kemudian mengguyur di atas kepalanya,
lalu menggosok-gosoknya sampai dasar rambut…” (HR.
Muslim: 332/61)
34
TAYAMUM
A. Definisi Tayamum
Tayammum ( ) َب َّشال َب ُّل ُعmenurut asal bahasa artinya menyengaja/
bermaksud ( ) َب ْلا َب ْل ُعدsedangkan tayamum menurut syara‟ ialah:
ْل َب َب ْل َب ْل َب َب ٌس ُع ٌس َب ْل
)) َب َب َب ِف َّش تل َبل ِف ُع َب ى َب ْلس ِف ا َب ْلح ِف َبو ا َب َبد ْل ِف ِف ْلن َبد َب َبد ِف ْل ِفا ْلو
َب َب َب َب
(( ى د ِف ْلش ِفل ْلل َب ِفا ِف
“Pensucian dengan menggunakan debu yang mencakup
membasuh wajah dan dua tangan ketika tidak ada air
atau tidak mampu menggunakan air.” [Taisir al-‘Alam]
35
kalian mengerti apa yang kalian ucapkan, (jangan pula
hampiri masjid) sedang kalian dalam keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kalian mandi.
dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kalian telah
menyentuh perempuan, kemudian kalian tidak mendapat
air, Maka bertayamumlah kalian dengan tanah yang baik
(suci); sapulah muka kalian dan tangan kalian.
Sesungguhnya Alloh Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.” (QS. An-Nisa’ [4]: 43)
2. Firman Alloh :
﴿
36
37
- Bahwasanya setiap tanah layak untuk digunakan
tayammum. [Taisir al-‘Alam: 1/99]
38
selama 10 tahun.” (HR. Ahmad: 8/21624, Abu Dawud
no. 332, al-Hakim no. 627, beliau menshohihkannya
dan disepakati oleh adz-Dzahabi serta diriwayat pula
oleh al-Baihaqi dalam al-Kubro: 1/212/220, an-
Nasa’i: 1/171 dan at-Tirmidzi no. 124, beliau berkata:
Hadits Hasan Shohih)
39
3. Apabila kondisi air atau udara sangat dingin, sehingga
menggunakannya dikhawatirkan menimbulkan bahaya.
Diceritakan bahwa Amr bin al-„Ash pernah junub pada
malam yang sangat dingin, lalu beliau tayammum dan
membaca ayat:
﴾ ﴿
“Janganlah kalian membunuh diri kalian; Sesungguhnya
Alloh adalah Maha Penyayang kepada kalian.” (QS.
An-Nisa’ [4]: 29)
40
“Rosululloh mengutusku dalam satu keperluan, lalu
aku berjunub dan tidak mendapatkan air. Maka aku
berguling-guling di tanah sebagaimana berguling-
gulingnya binatang. Lalu hal itu aku ceritakan kepada
Nabi . Maka, beliau menjawab: Cukup engkau
melakukan ini. Beliau tempelkan telapak tangannya ke
arah, kemudian meniupkannya. Lalu membasuh bagian
depan tangannya, kemudian membasuh wajahnya.” (HR.
Bukhori: 1/91)
„Ammar bin Yasir berkata:
َب ْل َب َّش ْل ْل َّش
(( ( َب َب ِف ال َب ُّل ِف ِفا َب ْلح ِف و ا ل
َب ُع َّش
)) ان ِفبي َب ْل
“Sesungguhnya Nabi memerintahkannya untuk
tayammum pada wajah dan dua telapak tangan.” (HR.
Ahmad dalam musnadnya: no. 18347, Abu Dawud:
no. 337, at-Tirmidzi: no. 144, beliau berkata Hadits
‘Ammar Hasan Shohih)
41
42
SHOLAT DAN KEUTAMAANNYA
A. Definisi Sholat
Sholat ( ) ا َّش َب ُعmenurut bahasa artinya doa () ُّلاد َب ُعا. Sedangkan
menurut syariat, yang dimaksud dengan sholat adalah:
َّش ْل ُع ُع َب َب ُع ُع َّش َب ُع َب ُع َب ْل
(ْل ُع ْل َب ْل َب ن ُع د ْلو ْلو ِفة َب ِفف ْلي ال ِف َبل ِف ) ال َب
ِف
“Ibadah khusus yang telah dijelaskan batas-batas
waktunya dalam syariat.”1
1
[Al-Mu‟jam al-Washiit: 1/522]
2
[Lihat Fiqih Sunnah: 1/78]
3
[Bughyah al-Mutathowwi‟ fii Sholah at-Tathowwu‟: 9]
43
B. Keutamaan Sholat.
1. Sholat adalah rukun Islam yang kedua bahkan merupakan
rukun Islam yang terpenting setelah syahadatain.
Rosululloh bersabda:
ْل َب َب َب َّش َّش ُع َب َب َب َب َب َب )) ُع َب ْلش َب ُع َب َب َب ْل
َّش ُع َبح َّش ًةد َب ُعش ُعا ِفإا ِفإ ا و ِف ض
ى خ ٍر ِف ِف
َب َب
(( َب َب ض َب َب ْل َب ْل َب َّش َب َب َب َّش َب َّش َب َب
و ِف، و ل ِف، ِفوإ ل ِفا ازك ِف، ِفوإ ِف ا ِف، ا ِف
“Islam di bangun di atas lima pondasi, yaitu: Syahadat,
sholat, zakat, haji dan puasa di bulan Romadhon.”5
2. Sholat adalah munajat (komunikasi dan hubungan langsung)
antara hamba dengan Robbnya.
Rosululloh bersabda:
ُع َب َّش ُع َب َب َب َب َّش َب َب َب ُع
(( ف ِفئا ُع ن ِفج ْل َب َّشب، َب ِففى َب ِف ِف )) ِفإ دك ْل ِفإ
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian apabila
berdiri sholat, maka ia sedang bermunajat dengan
Robbnya.”6
3. Sholat adalah penolong dalam segala urusan penting dan
pencegah dari segala maksiat dan kemunkaran.
Alloh berfirman:
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 45)
4
[Miftah atau kunci pembuka artinya syarat sahnya, tahrim artinya setelah
mengucapkan takbir diharamkan melakukan perbuatan selain perbuatan sholat
sedangkan tahlil artinya setelah mengucapkan salam, maka perbuatan yang
tadinya dilarang boleh dikerjakan kembali]
5
[HR. Bukhori dan Muslim]
6
[HR. Bukhori: no. 405]
44
“Alloh memerintahkan mereka untuk meminta tolong
dalam seluruh urusan mereka dengan berbagai jenis
kesabaran yaitu sabar dari maksiat kepada-Nya sehingga
meniggalkannya, dan sabar atas takdir-Nya yang tidak
menyenangkan baginya sehingga tidak murka. Dengan sabar
dan pengendalian jiwa dalam menjalankan perintah Alloh
untuk bersabar merupakan sumber pertolongan terhadap
setiap perkara. Begitu pula meminta pertolongan dengan
sholat yang merupakan timbangan iman dan pencegah dari
kekafiran dan segala macam bentuk kemungkaran.”7
Alloh berfirman:
“Dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar.” (QS. Al-Ankabuut [29]: 45)
7
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 34]
8
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 581]
45
4. Sholat adalah cahaya bagi orang-orang beriman yang
memancar dari dalam hatinya dan akan menyinarinya ketika di
Padang Mahsyar.
Rosululloh bersabda:
ْل َب َب ًة َب َب َب ًة َب َب ْل َب ُع ُع ْل َب َب َب َب َب
((َب ْل َب ا ِف َب َب ِف فظ ْلي َب ك ا ا ا ْل ًة و ُعب ْل ا وا )) َب
“Barangsiapa yang menjaga sholatnya, niscaya ia akan
menjadi cahaya, bukti dan penyelamat (baginya) pada
hari kiamat.”9
6. Sholat adalah perkara yang pertama kali akan dihisab pada hari
kiamat.
Rosululloh bersabda:
َبفئ ْل َب َب َب ْل َب َب َب، ا َّش َب ُع
ِف
ْلا َبل ْل ُعد َب ْل َب ْلا َب َب
ِف ِف ِف )) َب َّشو ُعا َب ُع َبح َبش ُع
ِف
(( َب ِف ِف
َبف َبص َبد ْلت َبف َبص َبد َبش ب ُع َب َبا ُع َبش ب ُع َب َب َبوإ ْل
ِف ِف ِف ِف ِف
9
[HR. Ahmad, al-Mundziri berkarta isnadnya jayyid: 1/386, al-Haitsami
berkata: Perowi Ahmad semuanya tsiqot, ad-Darimi: 2/301 dan Ibnu Hibban:
3/14]
10
[HR. Ahmad: 5/231, at-Tirmidzi: 7/362 ia berkata: Hadits Hasan Shohih,
Ibnu Majah: 2/1314, Ibnu Hibban: 1/218, al-Baihaqi: 9/65 dan al-Hakim: 2/413,
ia berkata: Shohih menurut syarat Bukhori dan Muslim dan disepakati oleh adz-
Dzahabi]
46
“Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang
hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika baik, maka
baiklah seluruh amalnya, dan apabila rusak maka
rusaklah seluruh amalnya.”11
C. Disyariatkannya Sholat.
َبف َب َبح ْلل ُع. )) ُعث َّش ُعف َب ْل َب َب َّشى ا َّش َب َب ُعت َبخ ْل ص َب َب َب ًة ُعك َّش َب ْل
ٍر ِف ِف
َب َب َب ْل ُع َب َب ُع َب َب َب َب َب ُع ْل َب َب َب ُع ْل ُع َب ْل ْل َب َب َب ًة
ِف ت ِف ِفص: ِف ِف ت؟ ا: ف ا،ف ت ى و ى
َب ًة ُع َب َب َب ُع َب ُع
َب ِفوإ ِف ى، َبا ِفإ َّش َّش َبل َب ت ْلص َبل ِفط ْل ُع خ ْل ِفص ْل َب َب ك َّش َب ْل ٍر. ك َّش َب ْل ٍر
َب َب ْل ُع َب َب َب َّش َب ْل َب َّش ْل ُع َّش َب َب َب
، َبو َب ل ْلج ُع َب ِف ْل ِفإ ْلش َب ِفب ْل َب َّشد ْل َبل ل َبج ِف، س ْل َب و ا ِف د ح ب ان
َب َب َب ُع َب ْل ْل َب َب َب َب
ْل
ِف
َب َب َب ف، ف َب حل. ف ْل ِفح ْل ِفإ ى َب ِفب َب ف ْلش ا ال ِفل ا َّش ِفل
ُع ْل َب َب َّش ُع
ْل َب ْل َب َب َب َب َب ْل َب
، ف َب َبح ْلل ُع ف َب َب َب َب ِفنى َب ل ًة، ف َب َبح ْلل ُع ِفإ ى ُع َبو ى ف َبا ِف ث ُع، َب ل ًة
11
[HR. Ibnu Nashr: 2/211 dan Thobroni: no. 204, dishohihkan oleh syaikh al-
Albani dalam Silsilah al-Hadits ash-Shohihah: no. 1358]
12
[HR. Ahmad: 5/251, Ibnu Hibban: 8/253, al-Hakim: 4/92 dan beliau
menshohihkannya]
47
َبف َب َبح ْلل ُع، َبف َب َبح ْلل ُع َبف َب َب َب َب نى َب ْلل ًة، َبف َب َبح ْلل ُع إ َب ى ُع َبو ى َبف َب َبا ْلث َب ُع
ِف ِف ِف
ْل َب َّش َب ُع َب َب َب َب ْل َب ُع َب َب َب ْل ُع َب ُع ْل ُع َب ْل َب َب َب ُع
، ٍرت ك ٍر ف حل ُعف ِف ت ِف لل ِف، ِفإ ى و ى ف ا ِف ث
ُع َب َبف َب َبح ْلل ُع َبف ِف ْل ُعت َب ْل، َبف َب َبح ْلل ُع َبف َب َبا ِف ْلث َب ُع
، ض َب َب ٍرت ك َّش َب ْل ٍر ِف ِف
َبف َب َبا َب ُع ِف ْل َبت ُع ْل ُع ُع ِف ْل ُعت َب ْل ض َب َب َب ٍرت ُعك َّش،َبف َب َبح ْلل ُع إ َب ى ُع َبو ى
ِف ِف ِف ِف
َبوإ ى َب دْل، ض َب َب َب ت ُعك َّش َب ْل َب ْل َب ْل َب َب َّش ُع َّش َب َب َب َب ْل َب ْل ُع َب
ٍر ِف ِف ٍر تصل ِفط خ ِفإ ل: ا. ٍر
َب ْل َب
ف ْل ح ْل، َبو َب ل ْلج ُع َب ْل إ ْلش َب ب ْل َب َّشد ْل َبل ل َبج، س َب ْل َب َب
َب ُع َب َب َبح َّش ْلب ُع َّشان َب
ِف ِف ِف ِف ِف
َب ْل َب ْل َب ُع َب َب ْل َب
، َبا َبش ا ُع َب ِف ْل َب َّش ى ْلش َبل ْلح َب ْل ُع. ِفإ ى َب ِفب َب ف ْلش ا ُع َّشال ِفل ْل ا َّش ِفل َب
ض ْل ُع َبف َب َّش َبح َبو ْلز ُعت َبا َب ُع َبن َب ْل َب- َب َبا- َبو َبا ْل َب ْل َبض ى َبو ُع َبش ُع
ٍر ِف ِف
ْل َب ُع ْل َّش َب َب َب
(( ِف َب ِف ف ِف ض ِف ى َبوخلل
“Kemudian difardhukan kepadaku sholat 50 kali setiap
harinya, lalu aku kembali dan melewati tempat Musa ,
ia bertanya: apa yang diperintahkan kepadamu? Aku
menjawab: aku di perintahkan 50 kali sholat setiap hari.
Dia berkata: sesungguhnya umatmu tidak mungkin
sanggup melaksanakan 50 kali sholat setiap hari. Demi
Alloh, aku telah melakukan penelitian kepada orang-
orang sebelummu dan atau pernah mengatasi Bani Israil
dengan sangat berat. Kembalilah kepada Robbmu, dan
mintalah keringanan untuk umatmu. Lalu aku kembali,
maka Alloh menggugurkan 10 kali sholat (jadi sisa 40
kali sholat). Aku kembali lagi, maka Alloh
menggugurkan 10 kali sholat (jadi 30 kali sholat). Aku
kembali lagi kepada Musa, ia pun berkata yang sama.
Lalu aku kembali hingga diperintahkan 10 kali sholat
setiap hari. Aku kembali kepada Musa, ia pun berkata
yang sama. Lalu aku kembali hingga aku diperintahkan
sholat 5 kali setiap hari. Kemudian aku kembali kepada
Musa ia berkata: Apa yang diperintahkan kepadamu.
48
Aku menjawab: Aku diperintahkan sholat 5 kali setiap
hari. Dia pun berkata: sesungguhnya umatmu tidak akan
mampu melaksanakan setiap hari. Aku sudah meneliti
orang-orang sebelummu dan aku pernah mengatasi Bani
Israil dengan sangat berat. Kembalilah kepada Robbmu,
mintalah keringanan.”13
13
[HR. Bukhori: 3887]
14
[HR. At Tirmidzi: no. 2630, ia berkata: Ini hadits hasan shohih ghorib, an-
Nasa‟i: no. 462 dan Ibnu Majah: no. 1079]
15
[HR. Muslim: no. 82, Abu Dawud: no. 4678, Tirmidzi: no. 2629 dan Ibnu
Majah: no. 1079]
49
ًة َب َّشان َب ْل َب َبك َبا ْل َبا ُع ُعا ًة َبو ُعب ْل َب ا ًة َبو َبا َب َب َب َب
ظ َب َب ْلي َب ف )) َب ْل
ِف ِف
ًة َب َب ُع ْل َب ًة َب َب َب َب ًة ْل َب َب َب ُع َب ُع َب َب َب ْل ْلَب ْلا َب
، ا و ا و ُع َبح ِففظ َب ْلي َب ا ْل ْل ا ُع ا و ا، ِف ِف
َب ُع َب ْل َب َب َب َب َب ُع و َب َبوف ْل َب ْل َب َبو َب َب َب َب ْل َب ْل َب َب َبو َبك َب
(( و ِفى ِف خ ٍر ِف ا ِف ِف
“Barangsiapa memeliharanya, maka ia akan beroleh
cahaya, bukti keterangan dan kebebasan di hari kiamat,
dan siapa yang tidak mengindahkannya, maka ia tidak
akan beroleh cahayanya, bukti keterangan dan
kebebasan dan di hari kiamt ia akan bersama Qorun,
Fir‟aun, Haman dan Ubai bin Kholaf.”16
50
Tetapi kebanyakan ulama, baik salaf maupun kholaf, di
antaranya Abu Hanifah dan Malik serta Syafi‟i, berpendapat
bahwa ia tidak kafir, hanya fasik dan disuruh bertaubat jika ia
tidak mau berulah dihukum bunuh.
Ini pendapat Imam Malik, Syafi‟i dan imam yang lainnya,
sedangkan Abu Hanifah mengatakan: “Tidak dibunuh, tetapi
dihukum ta‟zir dan dipenjarakan sampai ia mau sholat.
Mengenai hadits-hadits yang mengkafirkan itu mereka
tujukan kepada orang yang menyangkal atau menghalalkan
ditinggalkannya, dan mereka bantah dengan mengemukakan
beberapa keterangan yang umum seperti firman Alloh :
“Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa
mempersekutu-kan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 116)
Dan misalnya lagi hadits Abu Huroiroh riwayat Ahmad dan
Muslim :
ْل ْل َب َب ُع ٌس َب ٌس ُع َب
ُّل ا ِفب ٍرى َب ْل َب ُع َب ِفوإ ِف ى خ َبل َب ُعت )) ِفا ِف ا ِفب ٍرى َب ْل َب ُع ْلص َبل َب َب ف َبل َبع َّشج َب ك
َب َب َب ٌس ْل َب َب َّش ُع َب ْل َب َب َب َب ْل َب َب َب َب ًة ُع َّش َب ْل َب ْل َب َب َب
ت ا ا ا ِفب ِفإ ا ِف ِف ِف
ف ِفتى ل ا ِف ى
ُع ْلل ُع ا َّش َب ْل ًة
(( ئ ِف ِف ِف
“Bagi setiap Nabi ada doa yang dikabulkan (Alloh).
Maka semua Nabi itu bersegera mengajukan
permohonannya. Tetapi say menyimpan doa saya itu
untuk memberi syafa‟at pada umatku di hari kiamat. Dan
ia akan didapat –Insya Alloh- oleh orang yang mati
51
tanpa mempersekutukan Alloh dengan suatupun
juga.”17
17
[[HR. Malik: no. 492, Ahmad: no. 10315, Bukhori: 6304, Muslim: 198, at-
Tirmidzi: 3613, Ibnu Majah: 4307 dan Ibnu Hibban: 46461]
18
[HR. Bukhori: no. 99]
52
MACAM-MACAM SHOLAT
A. Pembagian Sholat.
Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sholat fardhu ( ) ا َّش َب ُع ْلَب ْلل ُع ْلو َب ُع.
Yaitu sholat yang diwajibkan Alloh kepada hamba-
hamba-Nya sesuai dengan batas-batas yang telah dijelaskan-
Nya, baik melalui perintah maupun larangan. Dalam hal ini
adalah sholat (5) waktu dalam sehari semalam yaitu:
ُّل
a. Dzuhur ( اظ ْل ُع )
b. „Asar ( ) َبال ْل ُع
c. Maghrib ( ) ْلَب ْل ِف ُع
d. „Isya () ا ِفل َبل ُعا
e. Fajar ( ) َبال ْل ُعatau Subuh ( ) ا ُع ْل ُع
2. Sholat Tathowwu‟ ( ) َب َب ُع َّشال َبط ُع ْل
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat fardhu (5)
waktu, baik bersifat wajib maupun tidak wajib.
53
menerus seperti sunnah rawatib serta tidak mengarah kepada
bid‟ah atau serupa dengan pelakunya.
2. Sholat Tathowwu‟ muqoyyad (َّش د
) َّشال َبط ُع ُع ْلُع َب ُع
Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah
ditentukan oleh syara‟.
Dalam hal ini antara lain sholat-sholat sunnah rawatib,
yaitu:
- Sholat rotibah Fajar yaitu sholat 2 rokaat sebelum sholat
fajar.
- Sholat rotibah Dzuhur yaitu sholat 2 atau 4 rokaat sebelum
ataupun sesudah Dzuhur.
- Sholat rotibah Asar yaitu sholat 4 rokaat sebelum sholat
Asar.
- Sholat rotibah Maghrib yaitu sholat 2 rokaat sesudah
sholat Maghrib.
- Sholat rotibah „Isya yaitu sholat 2 rokaat sesudah sholat
„Isya.
Ibnu Umar berkata:
َب ُّل ْل َب َب ْل َب َب ْل َب ْل َب َب َب َب ْل َب َب ْل )) َب ِفل ْلظ ُع ِف َب َّشانبى َب ْلل َب
و كلل ِف، اظ ِف كل ٍرت كلل ِف ِف ِف
ْل َب َب ْل َب َب ْل َب َب ْل َب ْل َب َب َب َب ْل َب َب ْل َب ْل َب ْل َب ْل
َب ْلل َبد ا ِفلل ِفا ِففى و كلل ِف، ِففى ِفل ِف و كلل ِف لد ْل ِف ِف، لد
ًة َب َب َب َبو َبك َبا ْل َبش َب، ُّل ْل َب َب ْل
ُع ْلدخ ُع َب ى ِف َبو َب ك َبل َبل ْل ِف ْل َب َب ِف ا، َب ْل ِفل ِف
(( ِففي َب َّشان ِفب ِفى
“Aku menghafal 10 rokaat (sholat) dari Nabi . 2
rokaat sebelum dzuhur dan 2 rokaat sesudahnya, 2
rokaat sesudah maghrib di rumahnya 2 rokaat setelah
54
„isya di rumahnya, dan 2 rokaat sebelum sholat shubuh
disaat Nabi tidak boleh dimasuki orang lain.”19
Rosululloh bersabda:
ٌس اظ ْل َبو َب ْل َب َب ْلل َبد َب َب َّش َب ُع
َب ْل َب َب َب َب َب َب ْل َب َب َب َب َب ْل َب ُّل
فظ ى ِف كل ٍرت ))
ِف ٍر َب َب
َّش
(( ى ان ِف
“Barangsiapa yang menjaga 4 rokaat sebelum dzuhur
dan 4 rokaat sesudahnya, maka Alloh akan
mengharamkan api neraka baginya.”20
Rosululloh bersabda:
(( ْل َب َب ى ْل َب ا َبل ْل ِف ْل ًةل
َب َب
)) َب ِف َب ا
ْل َّش َب ًة َّش ُع
“Alloh merahmati seseorang yang sholat 4 rokaat
sebelum „Asar.”21
55
b. Sholat fardhu 2 rokaat sampai dengan 12
rokaat.
Rosululloh bersabda:
َب ُع َب ْل َب َب
(( )) ُع ح ِففظ ى َب ِف اضحى ِفإ َّشو ٌس و ِف َب َب ألا َّشو ِف
َّش َب ُّل َب َب ُع َب َب َب َب
“Tidak ada yang selalu menjaga sholat dhuha kecuali
orang-orang yang bertaubat. Itulah sholat awwabin.”23
c. Sholat Tahiyyatul Masjid.
Rosululloh bersabda:
َب ْل َب ْل َب ْل
))إ خ َب دك ُع ْل ْلسجد ف ْل ك ْل َب ك َبلل ْل َب َب ْل ِف َب
((ض
َب َب ْل َب َب ْل َب َب َب ُع ُع َب َب َب
ِف ِف ِف
“Apabila salah seorang kalian masuk masjid, maka
sholatlah 2 rokaat sebelum ia duduk.”24
d. Sholat Taubat.
Rosululloh bersabda:
ُعث َّش َب ُع ُع َبف َب َبل َبط َّش ُع ُعث َّش ُع َب ِف ى ُعث َّش َب ْلص َبل ْل ِفل ُع َب ْلا ًة )) َب ِف ْل َب ُعح ُع ْلذ ِفا ُع
ٍر
َب َب َب َّش َب َب َب َب ُع َب َب ًة َب َب َب (( ُعث َّش ا َّش َب إ َّش َبا َبل َب ا َّش ُع َبا ُع
(و ا ِفذ ِفإ فل ف ِف ل َب ِفِف
ذ ِف
ْل ُع َب ُع َب ْل َب َب ُع َب ْل
(()) الص و
“Tidak ada seorang yang melakukan dosa, kemudian ia
bangun dan bersuci kemudian sholat dan meminta
ampun kepada Alloh, kecuali Alloh akan
mengampuninya. Kemudian beliau membaca ayat ini
(QS. Ali ‘Imron: 135).”25
22
[HR. Muslim: no. 736]
23
[HR. Ibnu Khuzaimah: 2/228, lihat al-Ahaadits ash-Shohihah: no. 1994]
24
[HR. Bukhori: no. 444 dan Muslim: no. 714]
25
[HR. At-Tirmidzi: no. 406, Abu Dawud: no. 1521, Ibnu Majah: no. 1395 dan
Ibnu Hibban dalam Shohihnya: 2/389-390. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam shohih at-Tirmidzi: 1/128]
56
e. Sholat Tasbih yaitu 4 Rokaat.
Caranya adalah:
ك( ْلMembaca tasbih:
ُع َبو ُع َب ْل َب َب َب َب َب َّش ْل
ِف َبو ل َب ْل ُعد ِفا ِف و ِفإا ِفإ ) ُعش ْل َبح َب
15 kali setelah membaca surat (sebelum ruku‟).
10 kali di waktu ruku‟,
10 kali di waktu i‟tidal,
10 kali di waktu sujud,
10 kali di waktu duduk di antara dua sujud,
10 kali di waktu sujud kedua,
10 kali di waktu istirahat.26
26
[HR. Abu Dawud: no. 1297, dan Ibnu Majah: no. 1386, Ibnu Khuzaimah: no.
]1216, Thobroni di al-Kabair: 2/234-244, Hakim: 1/378 dan al-Baihaqi: 3/51-52
57
َ ْ ْ ْ ْ ْ َ َّْ ُْ ْ َ َ َق
اص ِسف ِن ْي َ ى ُ َواق ُد ْز ِل َي الخ ْي َر فاص ِسف ِني و- ِ اا ِل ِ َو ِا ِل ِ
َ :ال
َ َ َ
)) ِ ان ُ َّم أ ْز ِ ِن ْي ِب ك
ُ َْ
ح
“Rosululloh mengajarkan kami istikhoroh dalam
segala perkara, sebagaimana beliau mengajarkan kami
surat al-Qur‟an. Beliau bersabda: “Apabila salah
seorang kalian bercita-cita dalam satu masalah,
sholatlah 2 rokaat selain fardhu, kemudian berdoalah:
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat
kepada-Mu dengan ilmu pengetahuan-Mu dan aku
mohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi persoalanku)
dengan ke Maha Kuasaan-Mu. Aku mohon kepada Mu
sesuatu dari anugerah-Mu Yang Maha Agung,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak
kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak
mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui
hal yang ghoib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui
bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat
hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam
agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi
bersabda: …di dunia atau akhirat- sukseskanlah
untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah.
Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa
persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama,
per-ekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka
singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku
daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja
kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaan-Mu
kepadaku.”27
27
[HR. Bukhori: no. 162]
58
WAKTU-WAKTU SHOLAT
28
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 162]
59
“Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada
malam.” (QS. Huud [11]: 114)
“Alloh memerintahkan untuk menegakkan sholat
secara sempurna (pada kedua tepi siang) artinya: Awal
dan akhirnya pada waktu ini maksudnya sholat Fajar,
sholat zuhur dan Asar (serta pada bagian permulaan
daripada malam). Dalam hal tersebut masuk waktu shalt
Maghrib dan Isya serta Qiyamullail. Karena ia termasuk
sesuatu yang dapat mendekatkannya kepada Alloh .”29
2. Alloh berfirman:
29
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 347]
60
yaitu masuknya waktu sholat Maghrib dan Isya. Begitu
pula sholat Fajr.”30
Rosululloh menerangkan pula secara rinci waktu-waktu
sholat sesuai yang telah ditentukan oleh Alloh berdasarkan contoh
dari Jibril .
Dari Jabir bin Abdillah :
َب َب َب ُع َب َّش َّش َّش َب َب
، ْل ف َب ِف ِف: ف ا ُع، )) َّش َّشان ِفب َّشي َب ى ا ُع َب ْل ِف َبو َبش َب َبح َبا ُع ِفح ْل ِف ُع
ُع ْل: َبف َب َبا، ُعث َّش َبح َبا ُع ْلا َبل ْل َب،ض َّش َب َب َب ُّل َب َّش
ال ْل ُع ف َب ى اظ ْل َب ِف ز ا ِف
ْل َب ْل ْل َب ُع ُع َب َب َّش ْل َب
، ف َب ى ا َبل ْل َب ِف َب َب َب ِف ُّل ك ِف ش ْلي ٍرا ِف ث ُع ث َّش َبح َبا ُع ْل ِف َب، ف َب ِف ِف
ُعث َّش َبح َبا ُع،ض َّش َب َب َب َب َّش َب ْل َب ْل َب َب ُع َب
ال ْل ُع ف َب ى ْل ِف َب ِف وح َب ِف، ْل ف َب ِف ِف:ف َبا
ُعث َّش،ال َبل ُعق َب َب َب َّش َب َّش ْل َب َب َب ُع َب ْل َب
ِف ا، ْل ف َب ِف ِف ف َب ى ا ِفلل َبا: ف َبا،ا ِفلل َبا
ُع ْل: َبف َب َبا، ُعث َّش َبح َبا ُع ِف َب ْلا َب ِفد ِفا ُّلظ ْل، ِف َب َب َب َبق ْلا َبل ْل ُع، َبح َبا ُع ْلا َبل ْل َب
ِف
ُعث َّش َبح َبا ُع، َبش ْليا ْلث َب ُع ُّل ْل َب َب َب َب ُّل َب َب َب َب َب َب َب َّش
ٍر ِف ِف ك ث ِف ِف ِف ف ى اظ ِف، ف ِف ِف
ُع َب َب َّش ْل َب َب ُع َب ْل
ف َب ى ا َبل ْل َب ِف َب َب َب ِف ُّل ك ِف ش ْلي ٍرا، ْل ف َب ِف ِف: ف َبا، ِفا َبل ْل ِف
ْل َب ُع َب ْل ْل َب ْل ْل َب ُع
، ث َّش َبح َبا ِفا ِفلل ِفا، َبو ًةل َبو ِف ًةد ا ْل َب ُعز ْلا َب ْلن ُع، ث َّش َبح َبا ُع ْل ِف َب، ِف ث ْل ِف
ُع َب َب َّش ْل َب َب َب ُع َب َب َب ُع
: ث َّش َبا، ف َب ى ال ْل َب، ْل ف َب ِف ِف: ف َبا، ث َّش َبح َبا ُع ِف َب ْلشل َب ِفح ًّيد
َب َب ْل َب َب َب َب ْل ْل َب ْل َب ْل ٌس
(( ذ ْل ِف ا َب ل ِف و
“Sesungguhnya Nabi pernah di datangi Jibril , maka
Jibril berkata: “Berdirilah dan sholatlah! Lalu Nabi
sholat Zhuhur ketika mathari tergelincir, kemudian
datang waktu Asar. Jiril berkata: “Bangun dan sholat
Asarlah! Maka Nabi sholat Asar, ketika bayangan
setiap sesuatu sama dengan bendanya. Kemudian datang
waktu Maghrib, Jibril berkata: “Bangun dan sholat
Maghriblah! Maka Nabi sholat Maghrib, ketika
30
[Taisiir al-Kariim ar-Rohman: 416]
61
matahari terbenam. Kemudian datang waktu Isya, Jibril
berkata: “Bangun dan sholat Isyalah! Maka Nabi
sholat Isya, ketika mega merah hilang. Kemudian datang
waktu sholat Shubuh ketika Fajar terbit. Pada keesokan
harinya datang waktu Zhuhur. Maka Jibril berkata:
“Bangun dan sholat Dzhuhurlah! Lalu beliau sholat
Zhuhur disaat bayangan segala sesuatu sama dengan
bendanya. Kemudian datang waktu Asar disaat
bayangan sesuatu sebanding 2 kali dari bendanya.
Kemudian beliau melaksanakan sholat Maghrib pada
satu waktu saja, kemudian datang waktu Isya ketika
selesai pertengahan malam atau sudah masuk yang
malam, lalu beliau sholat Isya. Kemudian datang waktu
disaat cerah sekali, maka Jibril berkata: “Bangunlah
sholat Fajar, lalu beliau sholat Fajar dan bersabda: “Di
antara dua waktu inilah waktu-waktu sahlat.”31
31
[HR. Ahmad: 1/3081, Abu Dawud no. 393, at-Tirmidzi no. 150 dan Hakim
no. 693]
62
ض َبف َب ْلد َب ْل َب َب ْل َب ْل َب َب َب ْل َب ًة َب ْل َب ْل َب ْل َب َب ْل َب ْل ُع َب َّش
ال ْل ُع ت )) َب
كل ِف ال ِف
ْل
(( ْل َب ا َبل
“….Barangsiapa yang mendapatkan roka‟at dari sholat
Asar sebelum tenggelam suruf matahari, maka berarti ia
telah mendapatkan sholat Asar.”32
3. Waktu sholat Maghrib.
Dimulai dari saat tenggelamnya matahari hingga
hilangnya mega merah.
4. Waktu sholat Isya.
Dimulai dari saat hilangnya mega merah hingga
pertengahan malam.
5. Waktu sholat Shubuh.
Dimulai dari terbit fajar ke dua yaitu putih yang
membentang di ufuk bagian timur yang tidak lagi gelap
setelahnya, hingga terbit matahari.
32
[HR. Bukhori no. 579 dan Muslim no. 608]
63
64
ADZAN DAN IQOMAH
A. Makna Adzan
َب
Adzan ( )ألا َب ُعmenurut pengertian bahasa adalah: Pemberitahuan
َب
( ) ِف ْل ُع. Dalam bahasa Arab dikatakan :
َب ًة َب َب َب َب ْل َب َّش
ِفإ ْل ذ ا-- ُع ْلؤ َب-- ُع atau ِف ْل ًةن-- ُع ْلؤ ِف ُع-- َب
َب
Maka kalimat Adzan ( )ألا َب ُعberarti: memperdengarkan ( )الا ْلش ِفل َب ُع
ِف.
33
33
[Baca: Al-Qomus al-Muhith: 4/1954. Al-Mu‟jam al-Wasith: 1/11]
65
) َب ْل َب ُع َب ْل ا َّش َب َب ْلا َبل ظ َب ْل ُع ْل َب َب ْل َبد ُع ُع َّشان ْل ُع َب ْل
ٍر ِف ِف ٍر ِف ِف ِف
َّش
( َب ِف ِف ال ِف
ْل
“Pemberitahuan waktu sholat dengan lafadz-lafadz
khusus yang bersumber dari pembuat syari‟at (Alloh
dan Rasul-Nya).”34
B. Disyari’atkannya Adzan
Adzan disyari‟atkan pada tahun pertama dari hijriyah
Rosululloh inilah pendapat yang paling kuat menurut para ulama.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-„Asqolani berkata:
“Tahun diberlakukannya adzan itu diperselisihkan.
Maka yang paling kuat dalam masalah tersebut adalah
pada tahun pertama hijriah.”
Sedangkan mengenai hadits-hadits yang menerangkan tentang
disyari‟atkannya adzan di kota Makkah, beliau mengemukakan:
“Yang benar adalah bahwa hadits-hadits tersebut tidak
shohih sedikitpun. Sesungguhnya Ibnu al Mundzir
menegaskan bahwa nabi sholat tanpa adzan. Sejak
difardhukannya sholat di kota Makkah, hingga beliau
hijrah ke Madinah dan terjadinya musyawarah untuk hal
tersebut sebagaimana di dalam hadits Abdullah bin
Umar dan Abdullah bin Zaid.”35
“Ketika kaum Muslimin menuju Madinah, mereka mulai
berkumpul dan mereka mulai memasuki waktu sholat dan
belum ada seseorang yang adzan. Kemudian mereka
membicarakan hal tersebut. Sebagian mereka
berpendapat: Buat saja sebuah lonceng seperti Nashoro,
34
[Baca: Fathul Baari: 2/77 dan Subulus salam: 1/118]
35
[Fathul Baari: 2/78]
66
sebagian lagi berkata: Buat saja sebuah terompet seperti
Yahudi. Maka Umar bin Khoththob berkata: Apakah
tidak sebaiknya kalian utus saja seseorang untuk
memanggil sholat? Maka Rosululloh berkata: Ya Bilal,
bangun dan panggillah untuk sholat.”36
Cerita panjang dari hadits ini adalah apa yang diceritakan
oleh Abdullah bin Zaid ia berkata:
“Ketika terjadi peristiwa Rosululloh diusulkan
menggunakan lonceng untuk memberitahukan manusia
berkumpul untuk sholat, maka saya bermimpi bertemu
seorang laki-laki yang membawa lonceng di tangannya,
lalu aku bertanya: “Hai hamba Alloh, apakah engkau
menjual lonceng itu.” Maka laki-laki bertanya: “Untuk apa
lonceng itu?” Aku menjawab: “Untuk kami gunakan
memanggil sholat.” Laki-laki itu berkata: “Maukah engkau
ku beritahu sesuatu yang lebih baik dari hal tersebut?” Aku
menjawab: “Tentu.” Laki-laki itu berkata: “Engkau
ucapkan: Allohu Akbar-Allohu Akbar- Allohu Akbar-
Allohu Akbar-Asyahdu ala Ilaha Illalloh. Asyhadu anna
Muhammadar Rosululloh-Hayya „alash Sholah. Hayya „ala
Falaah-Hayya „ala Falaah. Allohu Akbar-Allohu Akbar.
Laa Ilah Illalloh. Kemudian ia mundur tidak terlalu jauh,
kemudian ia berkata: “Apabila engkau iqomah engkau
ucapkan: Allohu Akbar-Allohu Akbar. Asyahdu ala Ilaha
Illalloh. Asyhadu anna Muhammadar Rosululloh. Hayya
„alash Sholah. Hayya „ala Falaah. Qod Qoomatish Sholah-
Qod Qoomatish Sholah. Allohu Akbar-Allohu Akbar. Laa
Ilah IllAlloh. Ketika pagi hari, aku mendatangi Rosululloh
dan memberitahukan tentang mimpiku. Maka, Beliau
bersabda: “Sesungguhnya hal tersebut adalah mimpi yang
36
[HR. Bukhori no. 604, Muslim no. 377, Ahmad no. 6365, an-Nasa‟i: 2/2 dan
at- Tirmidzi no. 190 ia berkata, ini hadits hasan shohih]
67
benar –Insya Alloh-. Bangunlah bersama bilal, ajarkan
kepadanya mimpimu itu, perintahkanlah adzan kepadanya,
karena ia bersuara lebih lantang daripadamu. Maka, aku
berdiri bersama Bilal. Peristiwa itu di dengar oleh Umar
Ibnul Khoththob –sedang dia ada dirumahnya-, lalu ia
keluar dengan memakai selendangnya dan berkata: “Demi
Yang mengutusmu dengan kebenaran ya Rosululloh!
Sungguh aku bermimpi sepertinya.” Maka, Rosululloh
berkata: “Hanya bagi Alloh segala puji.”37
37
[HR. Abu Dawud no. 499, Ibnu Majah no. 706, Ahmad no. 16478 dan at-
Tirmidzi no. 189 dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaul Gholil no.
246]
38
[Tafsir al-„Alam: 1/146]
68
Rosululloh bersabda:
((ض )) َبو ْلْلُع َبؤ ُع ُع ْل َبل ُع َبا ُع َب َّشد َب ْل َبو ُع َب د ُع ُع َب ْل َبش َبل ُع ْل َب ْل َب َب
ٍر و ِف ٍر ِف ِف ِف ِف ِف ِف
“Muadzin diampuni dosanya sepanjang suaranya dan
ucapannya dibenarkan oleh para pendengarnya baik
dari kalangan yang basah maupun yang kering.”39
Rosululloh bersabda:
ُع َبؤ ُع َّش َّش ْل َب َب ْل َب ْل َب َب ْل َب َّش َب َب َب ُّلب َب )) َب ْلع َبج ُع
ِف ِفس ال ِفظ ِف ِفا ج ِف ز وح َّش ِف َب ِفاى ان ٍر ِف
ُع َبؤ ُع َب ُع ْل ُع َب َّش َب َب
ِف ِف ْل ف َب ُع ُعا ا ُع َب َّشز َبو َبح َّش اظ ُع ْلو ِفإ ى َب ْل ِفد ْل َب ذ َبو ُع َب
ِف ا َّش ِف
َب ْل ًة َب ْل َب َب ُع َب ُع َب َب ْل َب ْل ُع ُع ْل َب َّش َب َب ُع َبو ُع ُع َب
(( ئ د ال ْل ت ا و خ ل لجن ِف
“Robbmu kagum terhadap seorang penggembala domba
di sebuah padang di kaki bukit, dia serukan adzan lalu
sholat. Maka, berfirmanlah Alloh : Lihatlah khamba-
Ku ini ia adzan dan iqomat ketika hendak sholat. Ia takut
kepada-Ku, maka telah Kuampuni hamba-Ku dan
Kumasukkan ia ke dalam Jannah.”40
2. Para muadzin adalah orang-orang yang paling panjang
lehernya pada hari kiamat.
Rosululloh bersabda:
ْل َب ْل َب ًة َّش ْل ُع َب ُع َب َب ْل
(( س ن َب ْل َب ا ِف َب َب ِف َب ُع
ا ان ِف )) ْلؤ ِف ا
“Sesungguhnya para muadzin adalah orang-orang yang
paling panjang lehernya di hari kiamat.”41
39
[HR. Ahmad dan an-Nasa‟i dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shohihul Jami‟: 6644]
40
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa‟i. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohihul Jami‟ no. 8102]
41
[HR. Bukhori no. 610 dan Muslim no. 387]
69
3. Doa di antara adzan adalah mustajab (diterima / tidak
ditolak oleh Alloh )
َب ُّل َب ْل ُع َب َب َب ُّل َب ْل َب َب َب
(( ْل )) اد َب ألا ِف و ِف َب ِف ُع َب ف
“Doa di antara adzan dan iqomah diterima, maka
berdoalah kalian.”42
D. Hukum Adzan
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum adzan, akan
tetapi pendapat yang paling kuat berdasarkan analisa dalil-dalil
adalah hukum wajib (seperti pendapat Imam Ahmad, sebagian
ulama Malikiyah, Syafi‟iyah, „Atho, al-Auza‟iy, Dawud, Ibnu
Mudzir, dan lain-lain). Hal tersebut berdasarkan dalil-dalil sebagai
berikut:
1. Anas bin Malik berkata:
ْل َب ْل ًة َبا ْل َب ُع ْل َب َب َب َب
َب َّش ى ُع ْل َب
ِف َب ُعزو ِف َبن )) َّش َّشان ِفب َّشى ك َب ِفإ ا َبز ِف َبن
ًة َب َب َب َب َب ْل َب ْل َب َب َبوإ ْل َبا ْل، َب ْلن ُع ْل َب َب ْل ُع َب َب ْل َب َب َب َب ًة َب َّش
(( ا ا َب ي ِف
ْل ْل ص ِف ف ِفئ ش ِف ا ك، و نظ
“Apabila Nabi memerangi suatu kaum bersama kami,
beliau tidak menyerang hingga Shubuh, lalu beliau
meneliti. Apabila beliau mendengar adzan, beliau tidak
menyerang mereka dan apabila tidak terdengar adzan,
maka beliau mengepung mereka.”43
“Dalam hadits di atas terkandung makna bahwa adzan
merupakan bagian dari syi‟ar Islam dan tidak boleh
ditinggalkan. Seandainya penduduk satu negeri sepakat
42
[HR. Abu Ya‟la dalam al-Musnad dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohihul Jami‟ no. 3405]
43
[Fathul Bari: 2/107]
70
untuk meninggalkannya, maka pemerintah wajib
memerangi mereka.”44
“Sesungguhnya pendapat yang mengatakan bahwa adzan itu
adalah sunnah merupakan pendapat yang tidak perlu kita
ragukan kekeliruanya. Bagaimana mungkin itu sunnah,
padahal adzan merupakan bagian dari syi‟ar Islam yang
terbesar di mana Rosululloh apabila tidak mendengarnya
di suatu tempat, maka beliau memerangi dan mengepung
mereka. Sedangkan jika beliau mendengarnya, maka beliau
tidak melakukan penyerangan.”45
2. Asy-Syaukani memiliki penjelasan yang cukup lengkap
tentang dalil-dalil diwajibkannya adzan:
“Ibadah (adzan) ini merupakan bagian dari syi‟ar-syi‟ar Islam yang
terbesar dan unsur-unsur agama yang termasyhur. Karena, telah
dilaksanakan terus menerus baik siang maupun malam, baik dalam
perjalanan maupun diam di tempat sejak disyari‟atkan oleh Alloh
hingga Rosululloh wafat, dan tidak pernah terdengar bahwa
terjadi keteledoran atau keringanan untuk meninggalkannya.
Rosululloh memerintahkan para komandan pasukan untuk tidak
menyerang apabila mendengar adzan sedangkan jika mereka tidak
mendengarnya, mereka diperintahkan untuk menerangnya. Hal
tersebut dijadikan oleh Rosululloh sebagi tanda keislaman dan
penunjuk atas keteguhan di dalamnya. Disamping itu juga adanya
kelanggengan yang terus menerus yang diperintahkan oleh
Rosululloh berkali-kali. Di antaranya hadits Ibnu al Huwairits
bahwa Nabi bersabda:
44
[Tamamul Minnah: 1/144]
45
[Tamamul Minnah: 1/144]
71
َب َب َب َب َب َب ْل ُع ْل َب َب ُع ْل َب َب َّش ْل ُع ُع ُع ْل ُع ُع ُع ْل َب ْل ُع َب ُّل )) َبا ْل
َب كذ ِففى و ف، حلل ِفإ ى ِف ِف ك فل ل
ْل َب ُع َب
ض َب ت ا َّش ف ُع َبؤ ْل َب
َبوإ َب َب، كذ َب َب َب َب َب َب َب َب َب َب
ِف ِف ِف كذ ِفف َبى ِف ِف و، كذ ِف ِف
َب َب ُع ُع َب ُع ُع ْل َب ُع
ْل َبا ُع ْل
(( وا َب ؤ َّش ْل ك ُع ك ْل، دك ْل
“Seandainya kalian kembali ke negeri kalian, maka
ajarkanlah mereka, perintahkanlah mereka untuk sholat
seperti ini dan pada waktu ini. Dan apablila waktu sholat
telah tia, maka hendaklah salah seorang kalian
melakukan adzan dan hendaklah yang menjadi imam
adalah orang yang paling tua di antara kalian.”46
Dan sabda Rosululloh kepada Utsman bin Abil „Ash :
ْل َب ًة َب ْل ُع ُع َب َب ُع ُع َّش
ِف َّش ِف ذ ُع ؤ ِف ا َب خذ َب ى ْل آخ َب َب َب
ِف د ِفإ َبا َّش َب ش ا ا ِف ِفَب ِف ِف
))إ َّش
َب ِف
َب
(( ْلح ًة ِفا ِف
“Sesungguhnya di antara akhir perjanjian aku dengan
Rosul adalah mengangkat muadzin yang tidak
mengambil upah dari adzannya.”47
(( و ُع ِف َب ِف َب
َب َب َب َب َب َب َب ْل
))ف ِف َب ِف ٌسا لل َب ألا
َب َب ْل َب ْل َب َب ُع
“Bilal diperintahkan untuk menggenapkan adzan dan
mengganjilkan iqomah.”48
“Kesimpulannya bahwa tidak selayaknya seseorang ragu
tentang kewajiban ibadah yang cukup agung ini. Hal ini
tidak hanya dikhususkan untuk sholat jama‟ah, bahkan
untuk setiap orang yang sholat, wajib adzan dan iqomah.
Akan tetapi, bagi orang yang sholat berjama‟ah, cukup
baginya adzan dan iqomahnya muadzin. Begitu pula
46
[HR Bukhori no. 685 dan Muslim no. 674, pent.]
47
[HR. Ahmad no. 17926, Abu Dawud no. 531, at-Tirmidzi no. 209, an-Nasa‟i:
2/23 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya: 1/258]
48
[HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa‟i dan Ibnu Majah]
72
wanita sama dengan laki-laki... perintah untuk laki-laki
adalah perintah untuk wanita.”49
Mengenai kewajiban adzan bagi wanita, Aisyah
meriwayatkan:
َب َّش َب َب َب ُع َب َب ُع
(( )) ن َب ك ا ؤ ِف و ِف ُع و ؤ ُّل ِفان َبص َبا و ُع و َبشط ُع
َب َب ْل ُع َب ُع َب ُع َب َّش
“Bahwa beliau adzan dan iqomah dan mengimami
para wanita serta berdiri di tengah-tengah mereka.”50
Dari Wahb ibn Kaisan (ia) berkata:
َب َبا َب ْلا َبهى َب ْل:)) ُعشئ َب ْل ُع ُع َب َب َب ْل َب َب ى ان َبص ا َب َب ٌس ؟ َبف َب ض َب َبو َب َبا
ِف ِف ِف ِف
ْل
(( ِف ك ِف ِف
“Ibnu „Umar ditanya apakah wanita wajib adzan? Maka,
beliau marah dan berkata: Apakah aku akan melarang
dzikir kepada Alloh.”51
49
[As-Sail al-Jaror: 1/196]
50
[HR. Al-Baihaqi dan al-Hakim]
51
[HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf: 1/223]
52
[Fathul Baari: 2/34]
73
Akan tetapi, yang lebih sempurna adalah sebagaimana yang di
riwayatkan oleh Mahdzuroh (ia) berkata:
“Ya Rosululloh! Ajarkanlah sunnah adzan kepadaku.
Lalu, beliau mengusap bagian muka kepalanya dan
bersabda: “Engkau ucapkan.”
َب ْل ُع َب ْلك َب--- ﴿ ُع َب ْلك َب ُع َب ْلك َب
﴾ ُع ك َب
ْل َب َب َب َّش َّش َب ْل َب ُع َب ْل َب َب َب َّش َّش ُع َب
﴾ َب ُعد ْل ِفإا َب ِفإ ا ُع --- ِفإا ِفإ ا ﴿ د
[ Dengan suara lunak ]
َب ْل َب ُع َب َّش ُع َب َّش ًة َب ُع ُع َّش َب ْل ُع َب َّش ُع َب ًة ُع ُع َّش
﴾ د ح د ش ا ا ِف--- ﴿ َب د ح َّش د َب ش ا ا ِف
[ Dengan suara lunak ]
ْل َب َب َب َّش َّش َب ْل َب َب َب َّش َّش
﴾ َب َب ُعد ْل ِفإا َب ِفإ ا ُع--- ﴿ َب ُعد ْل ِفإا َب ِفإ ا ُع
[ Dengan suara keras ]
َب َب َب َب
﴾ َبا َّش َب ى ا َّش ِف--- ﴿ َبا َّش َب ى ا َّش ِف
[ Dengan suara keras ]
َب ْل َب َب َب ْل َب َب
﴾ َبا َّش َب ى ال ِفا--- ﴿ َبا َّش َب ى ال ِفا
Jika di waktu Shubuh, engkau ucapkan:
َب ُع َب َب ُع َب
﴾ ا َّش خ ْل ٌس ِف َب َّشان ْل ِف--- ﴿ ا َّش خ ْل ٌس ِف َب َّشان ْل ِف
53 ُع َب ْل َب ُع َب ْلك َب--- ﴿ ُع َب ْلك َب ُع َب ْلك َب
﴾ ك
53
[HR. Abu Dawud dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Takhrijul
Misyikat no. 645]
74
Muadzin berkata:
َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع maka dijawab:
ِف ِف
َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب إ َّش ا َّش ُع
ِف ِف
ُع ح َّش د َب ُعش ُعا ا ِف Muadzin berkata:
َّش َ maka dijawab:ب ْل َب ُعد َب َّش َب ًة
َب ْل ُع َب َّش ُع َب ًة ُع ُع َّش
َب د ح َّش د َب ش ا ا ِف
َب َب َب َب
maka dijawab:ا َّش ى ا َّش ِف Muadzin berkata:
َب ُع َب َّش َب
َب ْل َبا َبو َّش ِفإ ِف هللِف
َب َب َب ْل َب َب
maka dijawab:ا َّش ى ال ِفا Muadzin berkata:
َب ُع َب َّش َب
َب ْل َبا َبو َّش ِفإ ِف هللِف
ك Muadzin berkata:
ُ maka dijawab:ع َب ْلك َب ُع َب ْل َب
ُع َب ْلك َب ُع َب ْلك َب
54
][HR. Muslim: 4/85
75
َبا ُع َبو َب َّش ُع َبح َّش ًةد َب ْل ُعد ُع ْل َب َّش ُع َب ْل َب ُع َب َب
و د ِفإ َب ْل َب ُعد َب ْل َب إ َبا َب
ِف ِف
َب
َبو ِفب ِفإل ْلش ِف ِف ْل ًةن
ًة َب شُع َّش
ِف ا ِف َب ًّيب َبو ِفب ُع َبح َّش ٍرد َبو َب ُعش ُعا ُع َب ُع
ِف
(Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak
kecuali Alloh yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-
Nya. Aku ridho Alloh sebagai Robb-ku, Muhammad
sebagai Rosul, dan Islam sebagai agamaku).
Niscaya akan di ampuni dosanya.”55
Rosululloh bersabda:
َّ َّ َ ْ َّ َ َّ َّ َّ َب َب ْلص َب ُع َب َب:)) َب ْل َب َبا
ِ ِفاند ا الل ُهم َز ه ِر ِه الد و ِة التام ِف
َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ً َ َ ْ َ َّ َ
الص ِة ال ا ِئ َم ِ ِت ُمح َّمدا ال َو ِس ل َوال ِ ل َوابعث َم ًاما و
ْل َب َب َب َب َّش ُ َ ْ
َب ْل ُع، ودا الر َو َ دت َّ ً َم ْح ُم
(( ا ل ِف ْل َب ْل َب ا ِف َب َب ِف ِ
“Barangsiapa ketika selesai mendengar adzan berdoa:
ِت ُم َح َّم ًدا َ َ ْ َ َّ َ َّ َّ َ ْ َّ َ َّ َّ َّ
ِ الل ُهم َز ه ِر ِه الد و ِة التام ِ والص ِة ال ا ِئم
ُ َو َ ْد َت َّ ً ُ ْ َ ً َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ
ودا ال ِر الو ِس ل وال ِ ل وابعث م اما محم
(Ya Alloh, Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang
sempurna dan memiliki sholat yang didirikan. Berilah
Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, serta
kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia ke
tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau telah
janjikan)
Niscaya akan diperoleh syafa‟atku pada hari kiamat.”56
55
[HR. Muslim: 4/86]
56
[HR. Bukhori no. 614]
76
SIFAT SHOLAT NABI
57
[HR. Bukhori]
58
[HR. Bukhori dan Muslim]
77
Ibnul Qoyyim al-Jauziyah mengatakan:
“Rosululloh apabila berdiri melaksanakan sholat,
beliau mengucapkan Allohu Akbar, tidak ada sedikitpun
beliau ucapkan sesuatu sebelumnya dan tidak pula
melafadzkan niatnya. Tidak ada seorangpun yang
meriwayatkan masalah tersebut, baik dengan sanad yang
shohih, dho‟if, musnad ataupun mursal sekalipun, baik
dari pendapat seorang sahabat, istihsannya seorang
tabi‟in atau pendapat empat imam sekalipun.”59
2. Takbirotul ihrom.
Yaitu mengucapkan Allohu Akbar diiringi dengan mengangkat
kedua tangan (sebelum, bersamaan atau sesudah ucapan Allohu
Akbar) searah bahu atau telinga serta sedikit merenggangkan jari-jari
tangan ke arah kiblat.
3. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada.
Ini merupakan sunnah atau kebiasaan para nabi, dan
Rosululloh pun menyuruh para sahabatnya untuk melakukannya.
4. Kemudian, membaca secara sir (hanya terdengar oleh diri sendiri)
salah satu doa-doa iftitah di bawah ini.
ْل َب ْل ْل َب ْل َب َب َب َّش
، )) ا ُع َّش َب ِف ْلد َب ْل ِفن ْلي َبو َبب ْل َب خط َب َب ك َب َب َب ْلد َبت َب ْل َب ْلل ِف ِفق َبو ْل ِف ِف
ا َّش ُع َّش،ض ِف َب َّشاد َب ض َّش ُع َّش َب ْل َب ْل َب َب َب َب َب ُع َب َّش َّش ْل ُع َب
ألا ْل َب ُع
ِف ا ا ِف ِفني ِف لخط ك ن ى اث
ْل َب َب َّش ْل َب ْل َب َب َب
(( ا ِفص ْل خط َب َب ِف ْل ِفا و اث ِف و ا َب ِف
ْل
“Ya Allah, jauhkan antara aku dan kesalahan-
kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara
timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dan
kesalahan-kesalahanku, sebagaimana baju putih
59
[Al-Qoulul al-Mubin fi Akhtoil Mushollin/Masyhur Salman hal. 98]
78
dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari
kesalahan-kesa-lahanku dengan salju, air dan air es.”60
َب َب َب َّش َب َب َب َب
ألا ْل َب َب ن ْل ًةل َبو َب َب َبا َب َّش
ِف ِف )) َبو َّشح ْل ُع َبو ْلح ِفه َبي ِفا ِفذ فط اص ِفت و
َب ْل ُع ْل َب َّش َب َب ْل َب ُع ُع ْل َب َب ْل َب َب َب َب َب ْل َّش َب ْل َب َب ْل َب َب َب
َب ِف ِفت و ص ِف و ح و ِفت ِفا ِف ِف ال ِفْل ْلل ِف ِفك ِفإ
َب َب َب َب ْل َب
ْلا َب. َبا ُع َبوب َبذا َب ْل ُعت َبو َبا َب ْلُع ْلص َب ا ُع َّش ْلا َب ْل ُع إا َب إ َّش ْلا َب
َّش ْل َب ُع
ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف
َب ْل َبو َب َبا َب ْل ُعد َب َب َب ْل ُع َبا ْلل ْلي َبو ْل َب َب ْلف ُع َبذ ْلابى َبف ْلال ْل ْلي ُع ُعا ْل َبح لًة
ِف ِف َب ِف ِف َب ِف ِف ِف ِف
إ َّشا ُع َب َب ْل ِفل ُع ُّلاذ ُعا َب إ َّش َب ْلا و ِفد ِف ْل ِفا ْل َبص ألاخ ق َب ْل ِفد ْل ِفا ْل َبص ِفن َب
َب َب َب ْل ْل َب َب
ِف ِف ِف ِف
إ َّش َب ْلا َب َبو ْل ْل َب نى َبش َبئ َب َب َب ْل ُع َب نى َبش َبئ َب إ َّش َب ْلا َب َبا َّش ْل َب
ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف
ض إ َبا ْل َب َب َبا َب َبوإ َبا ْل َب َب َب َب ْلك َب ال ُّل َبا ْل َب
َب َب ْل َب ْل َب َب ْل َب ْل ُع ُع ُّل ُع َب َب ْل َب َب َّش
وشلد و لخ ك ِففى د و
ِف ِف ِف
َب َب َب َب َب َب ْل َب َب َب ْل َب َب َب ُع
(( ْلشل ِفل ُع و ُع ِفإا ْل وتل ا
“Aku hadapkan wajahku kepada Alloh yang telah
menciptakan langit dan bumi dengan penuh patuh, dan
tiadalah aku dari golongan musyrikin. Sesungguhnya
sholatku dan ibadahku, hidup serta matiku, adalah hanya
untuk Alloh Rabb seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-
Nya dan untuk itulah aku diperintah sedangkan aku
termasuk golongan Muslimin Ya Alloh, Engkaulah Malik
(raja) yang tidak ada ilah kecuali Engkau. Ya Alloh,
Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu aku telah
berbuat aniaya terhadap diriku dan aku akui
kesalahanku, maka ampunilah dosaku seluruhnya. Dan
tidak ada yang dapat mengampuni dosa itu kecuali
Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik,
dimana tidak ada yang dapat menjauhkan aku dari
akhlak jelek itu kecuali Engkau. Aku penuhi panggilan-
Mu ya Alloh dan aku patuhi perintah-Mu segala
kebaikan hanya di tangan-Mu sedangkan kejelekan
60
[HR. Bukhori dan Muslim]
79
bukanlah milik-Mu, aku berserah diri kepada-Mu, Maha
Suci Engkau dan Maha Tinggi, aku mohon ampunan-Mu
dan bertaubat kepada-Mu ”61
َب َب َب َب َب ُّل َب َب َب َب َب َب ْل َب
(( ْلش ُع وت َبل ى حد و ِفإا ا ُع
َب َب َب
)) ُعش ْل ح ا ا ُع َّش وبح ْل ِفد َب َب َب َب َب َب َب َّش
ِف
“Maha Berkah nama-Mu dan Maha Tinggi kekayaan-Mu
serta tidak ada ilah selain-Mu.”62
5. Membaca ta‟awwudz dan bacalah secara sir.
Bunyi ta‟awwudz adalah:
َب َب ْل َب َب ْل َب ْل َبْل ْل َّش َب
)) ْل َب َب ُع ُع
((ْل ِفز ِف و ال ِف ِف و ال ِفث ِف ِف هللِف ِف ال ط ِف ا َّش ِفح ِف و ِف
“Aku mohon perlindungan kepada Alloh dari Setan yang
terkutuk, bisikan dan hembusannya”63
َّش َب َب ْل َب ُع ُع
(( اص ِف ْل ِف ا َبل ِف ْل ُع ِف ال ْل ط ِف ا َّش ِفح ْل ِف
)) ْل هللِف َّش
ِف
“Aku mohon perlindungan kepada Alloh yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui dari (godaan) syetan
yang terkutuk”64
Kemudian dirangkai dengan membaca basmalloh.
ا َّش ْل َب ا َّش ْل ْل
(( ِف ِف ِف ِف )) ِف ص ِف
6. Membaca al-Fatihah dengan jahar pada dua rokaat pertama sholat
magrib, „isya dan shubuh, dan membacanya secara sir pada
seluruh rakaat sholat dzuhur dan „Asar atau dua rakaat terakhir
61
[HR. Muslim: 1/311]
62
[HR. Abu Dawud no. 775, Tirmidzi no. 242, an-Nasa‟i no. 898, Ibnu Majah
no. 804 dan Imam Ahmad no. 11657. Dishohihkan oleh al-Albani dalam
Shohih Tirmidzi: 1/77 dan Shohih Ibnu Majah: 1/135 serta dalam Shifat Sholat
Nabi : hal. 93]
63
[HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Daruquthni, Haitsmani dan Ibnu Hibban]
64
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]
80
sholat „isya dan satu roka‟at terakhir sholat magrib. [Al-Fatihah
ini hendaknya dibaca satu ayat satu ayat]
7. Setelah mengucapkan: Waladhdhoolliin, maka ucapkanlah:
Aamiin dengan jahar di waktu jahar dan dengan sir di waktu sir.
Bagi imam wajib mengeraskan bacaan aamiin. Kemudian
membaca salah satu surat al-Qur‟an (jahr dan sirnya sama
dengan ketentuan membaca al-Fatihah).
Membaca surat disunnahkan pada setiap dua rakaat
pertama.
8. Diam sejenak sebelum ruku‟ lalu mengangkat kedua tangan
(seperti pada takbiratul ihrom) dengan bertakbir (Allohu Akbar)
dan melakukan ruku‟ dengan meletakkan kedua tangan (jari-jari
sedikit renggang) di atas lutut serta sedikit menjauhkan kedua
sikunya dari lambungnya, sehingga antara kepala dan punggung
tampak rata dan lurus.
9. Membaca doa-doa ruku‟ secara sir.
Di antaranya:
ْل َب َب
(( )) ُعش ْل ح َب ِف َب ا َبل ِفظ ْل ِف
“Maha suci Robbku lagi Maha Besar.” (Dibaca 3x dan
terkadang lebih dari itu)65
65
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Daruquthni dan Ibnu Khuzaimah]
66
[HR. Abu Dawud, Daruquthni, Ahmad, Thobrani dan Baihaqi]
81
ْل َّش َب َب َب َب َب َب َب َّش
(( ا ُع َّش ا ِفل ْل ِف ْلي، )) ُعش ْل ح ا ا ُع َّش َب َّشبن و ِفبح ْل ِفد
“Maha Suci Engkau ya Alloh, dan dengan memujiMu ya
Alloh ampunilah aku”67
((وا ُّل ٌس َب ُّل ُع ُّل ٌس ْل َب َب َب َب ُع ُّل
))ش ا دوس ْل ِفب ِف و ا ِف
“Maha Suci Alloh Yang Maha Suci, lagi Rabbnya
Malaikat dan ruh”68
67
[HR. Bukhori: 1/148 dan Muslim: 1/201]
68
[HR. Muslim: 1/202]
69
[HR. Bukhori: 1/143 dan Muslim: 1/166]
70
[HR. Bukhori: 1/144]
82
dengan bahu atau telinga, serta seluruh jari-jari kaki diarahkan ke
kiblat dengan merapatkan seluruh tumit kaki.
16. Untuk duduk akhir, dilakukan dengan cara duduk tawarruk (yaitu
menegakkan kaki kanan sambil menghadapkan jari-jarinya ke
arah kiblat dan melipat kaki kiri di bawah kaki kanan sambil
71
[HR. Abu Dawud no.871, Tirmidzi no.261. dishohihkan oleh al-Albani
dalam sifat sholat Nabi hal. 146 serta dalam Shohih Tirmidzi:1/83]
72
[HR. Tentang doa tersebut ada pada doa-doa ruku‟ di pembahasan no. 9]
73
[Hadits ini sama dengan doa ruku‟]
74
[HR. Abu Dawud no.850, Tirmidzi no.284, Ahmad no.2897. Dishohihkan
oleh al-Albani dalam sifat shalat Nabi n hal.153]
83
duduk dengan pinggul di atas lantai). Kedua tangan diletakkan di
atas kedua paha dengan cara menggenggam empat buah jari yang
kanan kecuali jari telunjuk yang selalu memberikan isyarat dan
digerakan dari awal tasyahhud hingga selesai. Mata diarahkan ke
arah isyarat.
75
[HR. Bukhori dan Muslim]
84
rahmat kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Alloh, berilah berkah kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberi berkah kepada Ibarahim dan keluarga Ibrohim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”76
76
[HR. Bukhori: no. 904 Ahmad: 4/243 dan Darimi: 1/309]
77
[HR. Muslim: 1/237]
85
86
HUKUM-HUKUM
SEPUTAR SHOLAT
78
[HR. Abu Dawud no.907, Ibnu Asakir: 2/296 no.2, Ibnu Hibban dan
Thobroni. Dishohihkan oleh al-Albani dalam Sifat Sholat Nabi hal. 128]
87
“Barangsiapa yang ingin mengingatkan sesuatu di waktu
sholat, maka bertasbihlah. Sedangkan tashfiq (menepuk
tangan) hanya untuk wanita”79
3. Membunuh ular atau kalajengking.
Rosululloh bersabda:
َب ْل َب َب َب ْل ْل َب َب ْل ُع ُع
(( )) ل ألا ْلش َب ْل ِف ِففى ا َّش ِف ل َّش و ا َبل َب َب
“Bunuhlah dua binatang hitam di waktu sholat yaitu ular
dan kalajengking”80
4. Menghalangi orang yang lewat di hadapannya.
Rosululloh bersabda:
َبف َب َب َب َب َب ٌسد َب ْل َب ْل َبل َبز َب ْل َب،َب َّش ى َب َب ُعد ُعك ْل إ َب ى َبش ْلىا َب ْلص ُع ُع ُع َب َّشان س َب
)) ِفإ
ِف ِف ٍر ِف
ٌس َب ْل َب ْل َب ْل ُع َب ْل َب َب َب ْل ُع َب ْل ُع َب َّش َب ُع َب َب ْل َب َب َبد ْل
(( ط ف ِفئا، ف ِفئ ى ف ِف، ف دفل ِف
“Apabila salah seorang di antara kalian sholat
menghadap suatu sutroh, lalu ada orang yang hendak
lewat di hadapannya, maka halangilah. Jika ia tidak
mau, maka bunuhlah karena dia adalah setan.”81
5. Menjawab salam dengan isyarat (dengan menganggukan kepala,
isyarat telunjuk atau isyarat tangan).
Jabir bin „Abdulloh berkata:
َبو ُع َب ُع ْلن َبط ٌسق إ َب ى َب ن ْلي ْلْلُع ْل َبط ق َبف َب َب ْل ُعل ُع َبو ُع َب َّش َب َب
)) ْل َبش ِفنى َب ُعش ُعا
ِف ِف ِف َب َب ِف ِف ا ِف
ُعث َّش- َبو ْلو َب ُعز َب ْل ٌس َب ِفد ِف- َبف َب َّش ْل ُعل ُع َبف َب َبا ْلي َب ِفد ِف َب َب َبذ ُع َب َب َب َب ْل
ِف ْلي ى ِفل ِف ِف
ِف
َبو َب َبا َب ْلش َب ُعل ُع- ألا ْل َب َب َب َب ْل َب َب ُع َب ْل ِف ٌس َب ْل ِف ًة َب َب ْل َب َب َبك َّش ْل ُعل ُع َبف َب َبا ى َب
ِف ف و ز ض ِف ِفد ِف اح- ذ ِف
79
[HR. Bukhori dan Muslim]
80
[HR. Abu Dawud no. 921, Tirmidzi no. 388, ia berkata: Hadits Abu Huroiroh
adalah hadits Hasan Shohih. An-Nasai no. 1245 dan Imam Ahmad no. 7181
serta dishohihkan oleh al-Albani]
81
[HR. Bukhori: 1/99, Muslim no. 505, Abu Dawud no. 698 dan Imam Ahmad
no. 11299]
88
َبا « َب َبف َبل ْل َب فى َّشا ِفذ ْل َب ْل َبش ْل ُعل َب َبا ُع َبفئ َّشا ُع َبا ْل َب َب َب َب
فغ َب ْل ِفش ِف َبف َب َّش َب ْل َب ُع ُع ْل ُع
ِف
ِف ِف ِف
ُع ُع َب ُع ُع َب َب َب َّش َب ْل َبن ْللن ْلي َب ْل
((َب ِف ى ِف ْل ك ْلن ك ِف ِفإ ِف
“Rosululloh mengutusku sedangkan beliau bertolak
menuju Bani al Mustholiq. Lalu, aku mendatangi beliau,
sedangkan beliau sholat di atas kendaraannya. Maka aku
berbicara kepada beliau dan beliau menjawab dengan
isyarat tangannya. Kemudian aku berbicara kembali, maka
beliau menjawabnya dengan isyarat kepalanya. Ketika,
beliau selesai sholat, beliau berkata: apa yang sudah
engkau lakukan dari tugas yang telah aku berikan? Karena
tidak ada yang menghalangi aku berbicara denganmu
kecuali karena aku dalam keadaan sholat.”82
6. Menggendong anak kecil atau membawanya ketika sholat.
Abu Qotadah al-Anshori berkata:
َب ْل َب ُع َب َب ْل ْلا َب َب َب ْل ُع َّش َّش َب ُع ُّل َّش َب َب ُع َب َب ُع ْل ُع َب
ا و َبي ْل ن زْل ن َب ِف ن ِف ل ِف ن َب ِف ان ِفبى ؤ ان س و ))
َب َب َب َب َب َب َب ِف ُّل ُع َب َبفئ َب َب َبك َب َبو َب َبل َب وإَب َب َب ى َب َّش
(( ف ِف اسج ِف ِف ِف ِف ِف ِف ان ِفب ِفى
“Aku melihat Nabi sedang mengimani para sahabat,
sedangkan Umamah binti Abul „Ash (yaitu anak
Zainab putri Rosululloh , sedang berada di atas pundak
beliau. Apabila ruku‟ maka beliau menurunkannya, dan
apabila beliau bangun dari sujud, maka beliau
mengangkatnya kembali)”83
7. Sedikit berjalan untuk sebuah keperluan selama tidak berpaling
dari arah kiblat.
Aisyah berkata:
82
[HR. Muslim: 1/219, Abu Dawud no. 926, an-Nasai dan Imam Ahmad no.
14594]
83
[HR. Muslim 1/221]
89
ُع َب ْلي َبو ْلا َب ُع َب َب ْل ُع ْل َب ٌسق َبف ْلئ ُع- َب َبا َب ْل َب ُعد َب َب ُع ُع َّش
ِف ِف ِف ))ك َب ش ا ا ِف
َبف َب َب ى َبف َبل َبل َب ى ُعث َّش َب َبح َب إ َب ى ُع َب َّش ُع َبو َبو َب َبل ْل- َب َبا َب ْل َب ُعد- َبف ْلش َبل ْلل َبل ْلح ُع
ِف ِف
ْل َب َب َّش ْل
(( ا َب َب ِففى ا ِف ْل ِف
“Rosululloh sedang sholat di rumah, sedangkan pintu
rumah tertutup. Lalu aku datang dan meminta dibukakan
pintu, maka beliau berjalan dan membukakannya untukku.
Kemudian beliau kembali ke tempat sholatnya. Ia
mensifatkan bahwa pintu tersebut berada di arah kiblat.”84
84
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]
90
membenci kami. Lalu ia berkata: Rosululloh selalu
bertahlil dengan kalimat tersebut setiap selesai sholat.”85
85
[HR. Muslim: 1/239]
86
[HR. Muslim: 1/241, Ibnu Khuzaimah no.750 dan al-Baihaqi: 2/187]
91
87
[HR. Bukhori: 4/110 dan Muslim: 2/475]
88
[Al-I‟tishom: 1/352]
92
“Menjaharkan (mengeraskan) dzikir setelah sholat-sholat
fardhu atau sholat Jumat setelah salam merupakan hal
yang disunahkan berdasarkan hadits yang terdapat di
dalam Shohihain dari Ibnu „Abbas, bahwasanya
mengeraskan suara dzikir ketika orang-orang
menyelesaikan sholat fardhu terdapat pada masa Nabi
lalu Ibnu „Abbas berkata: Aku mengetahui apabila
mereka menyelesaikan sholat, aku mendengarnya...”89
89
[Fatawa Muhimmah Tata‟allaqu bish Sholat: hal.106]
90
[HR. Darimi dalam sunannya: 1/68-69]
93
94
SHOLAT BERJAMAAH
91
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa‟i dan Hakim. Dihasankan oleh Syeikh al-
Albani dalam Shohihul Jami‟ no. 5701]
92
[HR. Bukhori: 644 dan Muslim: 651]
95
adzan? Ia berkata: Ya. Nabi bersabda: kalau begitu
hendaklah engkau jawab.”93
Ibnu Mas‟ud berkata:
“Barangsiapa menginginkan perjumpaan dengan Alloh
kelak dalam keadaan Muslim, hendaklah ia menjaga
sholat-sholat itu di saat diseru untuk melaksanakannya.
Sesungguhnya Alloh telah mensyari‟atkan kepada Nabi
kalian sunnah-sunnah yang berfungsi sebagai petunjuk.
Sesungguhnya sholat-sholat itu adalah sunnah-sunnah
petunjuk. Dan andaikata kalian sholat di rumah-rumah
kalian seperti sholatnya orang yang menyelisihi
(meninggalkan sholat berjamaah) di rumahnya dalam
hal ini kalian berarti meninggalkan sunnah-sunnah nabi
kalian. Andaikata kalian meninggalkan sunnah nabi
kalian pasti kalian akan tersesat. Sungguh telah kita
saksikan tidaklah ada yang akan meninggalkan (sholat
berjamaah) kecuali munafik yang nyata.”94
96
diangkat satu derajat dan dihapus satu dosa. Dan bila ia
sholat selalu dido‟akan oleh para malaikat jika selama ia
berada di tempat sholat itu. Malaikat berdoa : Ya Alloh,
limpahkanlah sholawat kepadanya ya Alloh kasihanilah
dia. Dan tetap ia dianggap sholat selama ia menantikan
sholat.”95
97
Rosululloh besabda:
“Jangan kalian melarang kaum wanita menghadiri
masjid-masjid Alloh. Rumah-rumah mereka lebih baik
bagi mereka.”98
Rosululloh bersabda:
“Hendaknya kaum wanita keluar dari rumahnya tidak
memakai pakaian yang berlebihan dan harum-
haruman.”99
Rosululloh bersabda:
“Siapa saja kaum wanita yang memakai harum-
haruman, jangan ikut sholat Isya besama kami.”100
E. Perihal Imam
1. Orang yang Paling Utama Menjadi Imam
Orang yang paling utama menjadi imam adalah orang yang
paling banyak hafalan ayat Qur‟annya. Jika sama, maka orang
yang paling mengerti terhadap sunnah. Jika sama, maka orang
yang lebih dahulu hijrahnya. Dan jika sama, maka orang yang
paling tua umurnya.
Rosululloh bersabda:
“Orang yang menjadi imam bagi suatu kaum ialah orang
yang paling baik bacaan Qur‟annya. Bila sama-sama
baik bacaannya diambil yang paling „alim dalam bidang
agama. Bila sama-sama „alim, dipilih yang paling
98
[HR. Abu Dawud dan Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih Abu
Dawud no. 576]
99
[HR. Ahmad dan Abu Dawud dan Disohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shohihul Jami‟ no. 7457]
100
[HR. Muslim: 4/162. Abu Dawud no. 4175 dan an-Nasa‟i:8/154]
98
dahulu hijrohnya. Bila sama-sama terdahulu hijrah,
maka dipilih yang paling tua umurnya.”101
101
[HR. Muslim no. 673. Abu Dawud no. 582 dan at Tirmidzi no. 235]
102
[HR. Ibnu Abu Syaiban. Syeikh al-Albani berkata: Ini sanad
Shohih/Tamammul Minnah: 1/154]
103
[HR. Bukhori no. 697]
99
Anas berkata:
“Saya berada dalam satu shof dengan anak yatim di
belakang Rosululloh , sedang perempuan tua di
belakang kami.”104
4. Kewajiban Mengikuti Imam
Makmum wajib mengikuti imam, maka dilarang bagi
makmum mendahului atau menyamai (berbarengan) dengan imam
dalam seluruh gerakan sholatnya. Yang diperintahkan adalah
makmum melaksanakan gerakan setelah imam sempurna
melaksanakan gerakannya. Seperti setelah imam takbir secara
lengkap maka makmum baru takbir dan seterusnya.
Rosululloh bersabda:
“Apabila seseorang dari kamu tidak takut jika
mengangkat kepalanya sebelum imam, akan berubah
kepalanya menjadi kepala himar (keledai) atau Alloh
mengubah bentuk badannya menjadi bentuk himar
(keledai).”105
Rosululloh bersabda:
“Wahai manusia aku ini adalah imam kalian, jangan
kalian mendahului aku di waktu ruku‟, sujud, berdiri
atau berpaling (selesai).”106
5. Meluruskan Shof
Seseorang imam wajib memerintahkan makmum untuk
meluruskan shof dan membetulkannya hingga rapat (rapat kaki
dan pundak) serta lurus (tidak ada yang terlalu belakang dan tidak
ada yang terlalu depan). Jika diperlukan seorang imam dapat
104
[HR. Bukhori no. 380 dan Muslim no. 658]
105
[HR. Bukhori no. 380 dan Muslim no. 658]
106
[HR. Muslim no. 426]
100
memerintahkan salah seorang makmum untuk memeriksa shof-
shof di belakangnya.
Rosululloh bersabda:
“Rapatkanlah shof barisan kalian dan ratakanlah. Lalu
Nabi bersabda: Luruskan barisan kalian, karena
meluruskan shof-shof itu termasuk kesempurnaan
sholat”107
Rosululloh bersabda:
“Luruskan shof-shof kalian! (3X) Demi Alloh kalian
benar-benar meluruskan shof-shof kalian atau Alloh
akan menjadikan hati kalian berselisih. “Nu‟man
berkata: “Maka aku melihat seseorang menempelkan
bahunya dengan bahu kawannya, lututnya dengan lutut
kawannya serta mata kaki dengan mata kaki
kawannya.”108
Nafi‟ berkata:
“Sesungguhnya Umar bin Khottab memerintahkan
(beberapa orang, pent) untuk meluruskan shof. Apabila
mereka telah datang, lalu melaporkannya bahwa shofnya
sudah lurus, barulah beliau takbir.”109
107
[HR. Bukhori/Fathul Baari no. 723 2/244]
108
[HR. Abu Dawud no. 662, Ibnu Hibban: 396 dan Ahmad: 4/272.
Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as Shohih no. 32]
109
[HR. Malik dalam al-Muwaththo‟: 1/173]
101
tetapi hati-hati mereka tidak terikat oleh rasa persaudaraan yang
mendalam. Untuk itu, seorang imam memiliki kewajiban yang sangat
pokok untuk berusaha semaksimal mungkin memerintahkan dan
mengontrol makmum dalam kerapatan dan kelurusan shof-shof
mereka (sampai benar-benar nempel pundak lutut dan kaki mereka),
jangan ada sedikitpun terlihat adanya kerenggangan atau
ketidaklurusan shof walaupun sedikit. Semoga Alloh memberikan
ampunan kepada kita semua.
102
SHOLAT QOSHOR DAN JAMAK
A. Sholat Qoshor
1. Pengertiannya
Qoshor ialah meringkas sholat yang empat roka‟at menjadi dua
roka‟at dengan membaca Fatihah dan surat. Adapun Maghrib dan
Subuh tak boleh diqoshor, karena Magrib tiga roka‟at dan Subuh dua
roka‟at.
2. Hukum sholat qoshor
Qoshor disyari‟atkan dalam Islam berdasarkan firman Alloh :
“Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka
tidaklah mengapa kalian mengqoshorkan sholat
(kalian)….” (QS. An-Nisaa’ [4]:10)
110
[HR. Muslim no. 606, Abu Dawud: 1199, at-Tirmidzi: 3037 dan Ibnu
Majah: 10651]
103
Aisyah berkata:
“Ketika Alloh memfardhukan sholat wajib adalah 2
roka‟at-2 roka‟at diwaktu diam atau perjalanan, lalu hal
itu ditetapkan untuk sholat dalam perjalanan dan
ditambahkan untuk sholat di waktu diam (di tempat).”111
Ash-Shon‟ani berkata:
“Di dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan
wajibnya sholat qoshor di dalam perjalanan, karena
kata-kata: “memfardhukan” adalah “mewajibkan”. Hal
ini merupakan madzhab al-Hadawiyah, al-Hanafiyah
dan lain-lain.”112
Al-Khoththobi menggolongkan ini kepada madzhab
kebanyakan ulama salaf dan para fuqoha berbagai negara. Begitu
juga pendapat Umar, Ali, Ibnu Umar, Jabir, Ibnu „Abbas, Umar bin
Abdul „Aziz, al-Hasan dan Qotadah yang menyatakan wajibnya
sholat qoshor dalam perjalanan. 113
104
Asy-Syinqithi berkata:
“Pendapat yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil yang
paling jelas adalah pendapat yang mengatakan bahwa
setiap perjalanan yang dinamakan safar walaupun
pendek dibolehkan mengqoshor sholat, karena mutlaknya
(tidak di ikat oleh sifat tertentu) kata safar di dalam
berbagai nash-nash.”114
B. Sholat Jamak
1. Hukumnya
Sholat jamak merupakan rukhsoh, kecuali jika antara dua
Zhuhur pada hari Arofah di Arofah dan dua Isya malam hari di
114
[Adwa‟ al-Bayaan:1/320
115
[HR. Abdur Rozzaq dalam al-Mushonnaf no. 4321, al-Baihaqi dalam as-
Sunan al-Kubro: 3/146 dan al Bukhori dalam shohihnya: 2/569 dengan
mu‟allaq]
105
Muzdalifah, karena merupakan sunnah yang tak ada pilihan untuk
mengerjakannya, karena berdasarkan hadits shohih dari Nabi :
Bahwasannya Nabi melakukan sholat Zhuhur dan Asar di
Arofah dengan satu adzan dan dua iqomah. Dan tatkala sampai di
Muzdalifah beliau sholat Maghrib dan Isya dengan satu adzan dan
dua iqomah.
116
[HR. Bukhori dan Muslim]
117
[HR. Bukhori]
106
sholat jamak adalah karena adanya kesulitan. Dimana ada kesulitan,
di situ boleh jamak. Kadang-kadang ada keperluan mendesak bagi
seorang Muslim pada waktu biasa seperti takut jiwanya terancam,
khawatir atas kehormatannya atau takut hartanya lenyap. Maka pada
saat demikian boleh baginya jamak. Karena ada hadits shohih dari
Nabi yang menyatakan bahwa suatu kali Nabi menjamak
sholatnya dalam keadaan biasa, bukan karena hujan.
Ibnu Abbas berkata:
“Bahwasanya Nabi melakukan sholat di Madinah
tujuh roka‟at dan delapan roka‟at, yaitu Zhuhur, Asar,
Maghrib dan Isya”118
118
[HR. Bukhori: 1/46 dan Muslim: 1/491]
119
[HR. Ahmad dalam al-Musnad: 1/223. Isnadnya shohih menurut syarat
Bukhori dan Muslim]
107
108
SHOLAT ‘ IEDAIN
( DUA HARI RAYA )
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan
diri (dengan beriman),dan dia ingat nama( kebesaran)
Tuhannya, maka dirikanlah sholat.” (QS. Al-A’la [87]:
14-15)
Rosululloh terus menerus melakukan sholat „Iedain dan
tidak meninggalkannya. Beliau memerintahkan kaum Muslimin
untuk keluar menghadiri sholat „Iedain sampai-sampai beliau
memerintahkan untuk mengeluarkan wanita-wanita merdeka, gadis-
gadis pingitan dan wanita-wanita haidh pada hari „Iedain.
Ummu „Athiyah berkata:
َب ْل ْل ْل ْل َب َب ْل ُّل ْل َب َب َب ُع ْل ُع
ِف َبح ُع َّش ِفف ْلي ا ِفلط ِف َبوألا ْل َبحى ا َبل َب ِف َبق ا )) َب ا َب ش ا ِف
َب
َبو ِفف ْلي ا ْلل ٍرظ
ْل ُع َّش َب َب َب َب ْل َب ْل َب َّش َب َب
ل ض فص ل ِفا ا ض َبو َب َبو ِفت ْلل ُعخ ُعد ْلو َبف َب َّش
َبو ْلل ُع َّش َب
ِف
ْل ُع ْل َب
(( ْل ْلص ِف ِف
َب ْل ُع َب َّش َب َب ْل َب ْل َب ْل َب ْل َب َب َب ْل َب َب
ْل ى و ل د لخ و
109
“Rosululloh nmemerintahkan kami untuk mengeluarkan
mereka di saat „iedul Fitri dan Adha yaitu para wanita
merdeka, wanita-wanita haid. Sedangkan wanita-wanita
haid hendaklah mereka menjauhi sholat. Dalam riwayat
lain tempat sholat dan mereka menyaksikan kebaikan
serta doa kaum Muslimin.”
Dalam satu lafadz: “Menjauhi tempat sholat, dan tetap
menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslimin.”
Aku bertanya:
(( ٌس َب َب ُعد َبا َب َب ُع ْل ُع َبا َب ح ْل َب َب ُع ْل َب
ِف )) َب ش ا ِف
“Ya Rosululloh..! salah seorang dari kami tidak memiliki
jilbab?”
ض ُع ْلخ َب َب ْل ح ْل َب َب
)) ِفا َبل ْل ُع
(( ِف ِف ِف ِف
“Hendaklah saudarinya meminjamkan pakaian jilbab.” 120
120
[HR Bukhori no. 324, Muslim No. 980, Ahmad: 5/84, an-Nasa‟i dalam
Mujtaba: 3/180, Ibnu Majah no. 1307 dan at-Tarmidzi No. 539]
110
َب ْل َب َب َب َب
َب َب ُع َب َب
))إا كن َب َب َب ْل َب ْل َب َّش َّش ُع َّش
((ا ْلص ِف ْل ُع ان ِفب ِفي د ف َب ان ش ن ِفذ ِف و ِفا ِف ِف
“Dahulu kami bersama Nabi selesai disaat ini ketika
sholat dhuha.‟121
121
[HR. Abu Dawud dan Bukhori secara muallaq dan dishohihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shohih Abu Dawud no. 1040]
122
[Fathul Baari: 2/510]
123
[HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim. Dishohihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shohihuh Jaami no. 4845]
111
“Sesungguhnya Rosululloh keluar pada hari „Iedul
Fitri dimana beliau bertakbir sampai beliau tiba di
lapangan dan sampai sholat dilaksanakan, maka beliau
menyelesaikan takbirnya.” 124
Lafadz takbir ialah :
ُع َب ْل َب َب َّش ْل َب ُع
((ك ُع وِفا ِف ل ْل د
َب ْل
، ُع َبو ُع ك َب ُع
ُع َب ْل َب ُع َب َب َب َّش
ِفإا ِفإ، ك
َب ْل
، ُع ك َب ُع ))
“Alloh Maha Besar, Alloh Maha Besar, Tidak ada Tuhan
selain Alloh. Alloh Maha Besar, Alloh Maha Besar,
segala puji bagi Alloh. 125
124
[HR. Ibnu Abu Syaibah dalam al-Mushonnaf: 2/165 dan al-Faryabi dalam
al-Ahkam al-„Iedain no. 59, dishohihkan oleh syaikh al-Albani dalam Silsilah
Hadits Shohih no. 171]
125
[HR. Ibnu Abi Syaibah dan lihat Irwaul Gholil: 3/125-126]
112
4. Menggunakan jalan berbeda ketika pergi dan pulang dari
sholat,
Jabir berkata :
َّش َب َب َب َب َب َب َّش
(( )) ك ان ِفب ُّلي ِفإ ك َب ْل َب ِف ْل ٍرد خ َبا اط ِف ْل ق
َب َب
“Nabi menggunakan jalan yang berbeda (pergi dan
pulang).”126
5. Hendaklah didirikan sholat „Ied dilapangan (padang), kecuali
karena darurat disebabkan hujan dan lain-lain. Maka sholat
dilakukan di masjid. Karena Rosululloh selalu melaksanakan
sholat „Ied di mushola (tanah lapang), sebagaimana
dikemukakan dalam hadits shohih.
Abu Sa‟id al-Khudri berkata :
ْل ُع َّش
((ِفإ َبى ْل َب ى
ْل ْل َب ْل َب ْل َب ْل
))ك َب ُعش ْل ُعا ِف َب ُع ُعج َب ْل َب ا ِفلط ِف وألا َب َب
“Rosululloh keluar pada hari raya „Iedul fitri dan
Adha ke Musholla (lapangan) 127
6. Menyampaikan ucapan selamat
Orang Muslim berkata kepada saudaranya:
ُع َّش َب ْل ُع َب َب
(( ِف ن و ِف ن ْل )) َّش َب
“Semoga Alloh menerima amal kami dan amal kalian.”
Karena diriwayatkan bahwa para sahabat Rosululloh
bila bertemu satu sama lain pada hari „Ied mengucapkan:
Taqobballohu Minna wa minkum “ 128
126
[HR. Bukhori no. 986]
127
[HR. Bukhori no. 956 dan Muslim no. 889]
128
[Fathul Baari: 2/517, al-hafidz berkata: Kami riwayatkan di malam al-
Muhaamilliyat dengan isnad yang hasan]
113
7. Tidak dilarang bergembira dengan makan minum dan
permainan yang diperbolehkan, karena nabi bersabda :
Hadits dari Anas :
ُع ْل ُع َّش ُّل َب ْل َب ْل َب َب َب َب ُع ْل َب ْل َب َب ْل َب ُع ْل َب َب َب َب )) َب َبد َب
ف َبا َب ش ا ِف، ِفف ْلي ِف ِف ل ان ِفبي ْل ِفد ن و ا
َب
َب ْل َب الط َبو َب ْل َب ألا ْل َب، َب ْل َبد َبا ُع ُع ُع َبت َب َب ى ب َب خ ْل ًة ْلن ُع َب
ْل ْل ْل َب َب
(( ِف ِف ِف ِف ِف ْلد
“Nabi datang ke Madinah, sedang mereka mempunyai
dua hari besar, dimana mereka bermain-main pada hari
itu, lalu Rosululloh bersabda: “Alloh telah memberi
ganti buat dua hari itu dengan lebih baik dari keduanya,
yaitu „Iedul Fitri dan ‟Iedul Adha.” 129
129
[HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa‟i: Sanadnya shohih / Shohihul Jami‟ no.
4381]
130
[HR. Bukhori / Fathul Baari No. 952]
114
3. Pada roka‟at pertama bertakbir tujuh kali termasuk takbirotul
ihrom dan makmun bertakbir mengikuti imam (di sela-sela
takbir dapat membaca tasbih, tahmid, tahlil dn takbir).
4. Kemudian imam membaca al-Fatihah dan surat al-A‟laa atau
Qof dengan suara keras.
5. Pada roka‟at kedua bertakbir enam kali termasuk takbir berdiri,
lalu membaca al-Fatihah dengan surat al-Ghoosiyah atau al-
Qomar.
6. Setelah salam, imam pun berdiri di hadapan hadirin lalu
berkhutbah satu kali.
Bila Imam telah selesai berkhutbah, maka bubarlah semuanya,
karena tak ada sholat sunnah sebelum dan sesudahnya, kecuali orang
yang luput mengerjakan sholat „Ied, maka hendaklah ia sholat empat
roka‟at .
Jabir bin Samuroh berkata :
َب ْل ْل َب ْل َب ْل َب َب َّش َب َب َب َّش َب ْل َب ْل َب َب َب َب َب
ِف ِف ِف ٍر و ا ِفل د ِف ا ٍر و )) َب ْل ُع َب َب َّشان ِفب ِفي
َب
(( ِفإ َب ٍر
“Aku sholat dua „Ied bersama Rosululloh bukan satu
atau dua kali saja tanpa adzan dan iqomah.131
Umar bin Khottob bertanya kepada Abu Waqid al-
Laitsi : Apa yang dibaca Rosululloh pada „Iedul Fitri dan
Adha? beliau menjawab:
َّش ُع ْل َب ْل َب َب َب ْل ُع ُع ْل َب َب َب َب ْل ُع
اص َب َبو ل َبق َب ِفف ْلي ِف َب ِفـ )ق و ا ْل آ ْل ِف ْل ِفد ( و ) ِف َب ِف ))ك
َب ْل َب
((.( ا ُع
“Beliau membaca Qoof wal Qur‟anil majiid dan
Iqtarobatis Sa‟ah wan Syaqqol Qomaru.132
131
[HR. Muslim no. 887, Abu Dawud no. 1148 dan at-Tirmidzi no. 532]
115
Nu‟man bin Basyir berkata:
َب ْل َب ُع ْل ْلال ْل َبد ْل َبو ْل ْلل ُعج ْل َبل ( َبش ْلش َب َب ب َب ا)) َبك َب َب ُعش ْل ُع
ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف
َب ْل َب َب َب َب ُع ْل َب ْل َب َب
(( ) ِفد ْل ا ِف َب ( ألا ْل ى) و
“Rosululloh membaca (Sabbihisma Robikkal A‟la) dan
(Hal Ataaka haditsul Ghoosyiyah) di dalam „Iedain dan
Jum‟at.”133
132
[ HR. Muslim no. 891, an-Nasa‟i: 3/184 dan Ibnu Majah no. 1282]
133
[HR. Muslim no. 878, No 5706, at-Tirmidzi no. 533, an-Nasa‟i:3/184 dan
Ibnu Majah no. 1281]
134
[HR. Tirmudzi 536, Ibnu Majah no. 1279, ad-Daruqutni: 1/181, at-Thohawi:
2/399 dan lain-lain dengan sanad yang hasan]
116
SHOLAT JENAZAH
117
Setelah selesai, aku genggam tangannya, lalu
kutanyakan kepadanya. Ia menjawab: Aku mengeraskan
suara hanyalah agar kalian tahu bahwa itu sunnah dan
kebenaran.” 135
Dan membaca bacaan ini secara sir (pelan-pelan/hanya terdengar
seorang diri) berdasarkan hadits Abu Ummah Ibnu Sahl berkata :
اص َبن ُع ف ْلي ا َّش َب ِف َب َب ى َبح َبن َبز ٍر َب ْل َب ْل َب َب ْل َّش ْل ْل َب ْل ُع ْل َب ُع ْل ُع ْل
)) ُّل
ِففي ال ِف ِف ألاو ى ِف ِف ا آ ِف ِف
ْل َب ْل ْل َب َب ًة َب َّش َب َب ًة ُع
((َب ف ث َّش َب َب ُع ث ث و ا ْلص ِف ْل ُع ِف ند ِفخ َب ِف
“Merupakan Sunnah dalam sholat jenazah adalah takbir
yang pertama hendaklah membaca al-Fatihah secara sir,
kemudian bertakbir tiga kali, dan mengucapkan salam
saat bertakbir yang terakhir (ke-4).136
135
[HR. Al-Bukhori:3/158, Abu Dawud:2/68, an-Nasa‟i: 1/28, at-Tirmidzi:
2/142, Ibnu Jarud di dalam al-Muntaqo: 264, Daruqutni: 191 dan al-Hakim:
1/358, 286]
136
[HR. an-Nasa‟i: 1/281 dengan sanad yang shohih]
118
“Bahwa yang merupakan sunnah dalam sholat jenazah,
hendaklah Imam bertakbir, kemudian membaca al-
Fatihah secara sir didalam dirinya setelah takbir yang
pertama, kemudian membaca sholawat atas nabi dan
mengikhlaskan doa untuk jenazah dalam tiga takbir
berikutnya. Tidak membaca sesuatu (dari surat al-
Qur‟an) diantara takbir itu. Kemudian mengucapkan
salam secara sir di dalam dirinya yaitu ketika selesai
menoleh kekanannya, dan merupakan sunnah bagi orang
yang berada di belakang imam, hendaknya ia
mengerjakan seperti yang dikerjakan imamnya.137
Adapun bacaan sholawat atas Nabi dalam sholat jenazah
sama dengan bacaan sholawat yang terdapat dalam tasyahud pada
sholat fardhu.
Adapun bertakbir dengan sisa takbir selanjutnya
mengikhlaskan doa untuk mayat dalam takbir-takbir itu. Ini selain
berdasarkan hadits Abu Umamah yang telah tersebut tadi juga
sabda Rosululloh :
ُّل َب َب ُع َب َب ْل ْل َب َب َب َب ُع َب
((َب ْل ل ْل ى ْل ْل ِف ف خ ِف ُع ْل ا اد َبا )) ِفإ
138
“Bila kalian sholat untuk mayat, ikhlaskanlah doa untuk-Nya”.
Berdoa dalam tiga takbir itu dengan doa-doanya yang sudah
ditetapkan Nabi diantaranya ada empat doa:
َبو ْل َب ْل ُع َبو َب ف َبو ْل ُع َب ْلن ُع َبو َب ْلك ْل ُعا ُعزَبا ُع َبو َبوش ْل )) ا َّش ُع َّش ْلال ْل َبا ُع
ِف ِف ِف ِف ِف
ْل ْلل َبخ َبط َب َبك َب َبا َّش ْل َب ْل َب َب َّش ْل َب ْل َب َب َب َب ُع ْلد َبخ َب ُع َبو ْلاص ْل ُع
ِف ْل ِفا و اث ِف و ا ِف وا ِف ِف ِف ِف
137
[HR. Asy-Syafi‟i dalam al-Umm: 1/239-240, al-Baihaqi: /39 dan Ibnu Jarud:
265]
138
[HR. Abu Dawud: 2/68, Ibnu Majah: 1/456, Ibnu Hibban dalam Shohihnya:
754 dan al-Baihaqi: 4/40]
119
ض ْل َّشاد َب ض َبو َب ْل د ْلا ُع َب ًة َبخ ْل ًة ْل َب ْل َب
ألا ْل َب َب ( َبوف ْلي َبو َب ٍر ) َّشاث ْل َب
ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف
َبو َبز ْلو ًةح ( َبوف ْلي َبو َب َبز ْلو َبح ًة ) َبخ ْل ًة ْل َبز ْلوح َبو َب ْل خ ْل ُع َبو َب ْل ًة َبخ ْل ًة ْل َب ْل
ِف ِف ِف ِف ِف ِف ٍر ِف ِف ِف
َّش ْل َب ْل َب ْل ْل َب َب َب َب ْلل َبج َّشن َب َبو َب ْلذ ُع ْل
((ذ ِف ان ِف ذ ِف ا ِف و ِف ِف ِف
“Ya Alloh, ampunilah dan sayangilah dia, bebaskanlah
dan ma‟afkanlah dia, muliakanlah penginapannya dan
luaskanlah tempatnya, bersihkanlah dia dengan air salju
dan embun, sucikanlah dia dari dosa-dosanya
sebagimana engkau telah mensucikan (dalam suatu
riwayat: sebagaimana disucikannya) pakaian putih dari
kotoran. Berilah dia ganti dengan rumah yang lebih
daripada rumahnya dan keluarga yang lebih baik
daripada keluarganya dan pasangan (dalam suatu
riwayat: istri) yang lebih baik dari pasangannya.
Masukanlah dia ke surga, jauhkanlah dia dari siksa
kubur dan dari siksa neraka.” 139
َب َب َب َب َب ْل َّش
، َب ا َبوك ِف ا َبو، )) ا ُع َّش ا ِفل ْل ِفل َب ِف َبن َبو ِف ِف َبن و ِف ِفدا َبوا ِفب َبن
َبو َب ْل، ْل ْلش َب َب َب َب َب َب َب َب ُع ْل َب َب َّش
ِف ِف و ك ِف ا َبو اث ا ا ُع َّش َب ْل ْل َب ْل َبل ُع ِف َّشن ف ْل ِف ِف َب ى
َبو َب َب ْلللنَّش، َب ْلح َب ُع ْلح ِف ْل َبن
َّش ُع َّش َب َب َب َّش َب ْل َّش
ا، َب ف ْل َبل ُع ِف َّشن ف َبل َب ف ُع َب ى ِف ْل َب ِف
ِف
(( ْللد
َب َب ُع
“Ya Alloh, ampunilah yang hidup dan yang mati
diantara kami, yang hadir dan yang tak hadir, yang
besar dan yang kecil, yang laki-laki dan yang perempuan
diantara kami, hidupkanlah dengan memeluk Islam. Dan
yang engkau wafatkan diantara kami, wafatkanlah
bersama iman. Ya Alloh, jangan engkau hilangkan untuk
139
[HR. Muslim: 3/59-60, an-Nasai‟: 1/271, Ibnu Majah: 1/4256, Ibnu al-Jarud:
264-265, al-Baihaqi: 4/40. Ath-Thayalisi: 999, dan Ahmad: 6/23,28]
120
kami ganjaran dan jangan engkau sesatkan kami
sesudahnya. 140
ْل َب ْل َب َب َب ُع ُع )) ا َّش ُع َّش
، ا ْل ِف ف ِف ِف ِففلن، َبو َب ْل ِف ِفح َب ِف َب، ِفإ َّش ف َب ْل َب ف ٍر ِففي ِف َّش ِفل َب
َب ْلا َب َبف ْلال ْل َبا ُع َبو ْل َب ْل ُع إ َّشا َب, َبو َب ْلا َب َب ْل ُع ْلا َب َبف ا َبو ْلل َب ق, َّشان َبو َب َبذ َب
ِف ِف ِف ِف ِف
ُع
(( ا َّش ِف ْلا َب ُعل ُع
“Ya Alloh, sesungguhnya fulan dan anak fulan dalam
tanggungan Engkau dan dalam ikatan tetangga Engkau,
jagalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka. Engkau
adalah Maha Sempurna dan Maha Benar. Karena itu,
ampunilah dan sayangilah dia. Sesungguhnya Engkau
Maha pengampun dan penyayang.141
Kemudian berdoalah dengan doa yang dikehendaki. Berdoa
diantara takbir yang terakhir dan salam adalah disyariatkan. Ini
berdasarkan hadits Abu Ya‟fur dari Abdulloh Ibnu Abu Aufa ,
berkata:
ُع َب ًة َب ُع َب َب ُع َب َب
: ث َّش َبا- َب ْلل ِفن ْلي َب ْلد ُع ْل- )) َب ْلد ُع ك َب َب َب ى َبح َبن َبز ٍر ْل َب ًةل ث َّش َب َبش َب
َبك َب َب ْل َب ُع َّش ُع ْل َب َب َب ْل ُع ْل ُع َب ْل َب َب ًة َب ُع ْل َب َب
ِفإ َب ش ا ِف: َبا، : َب و ِف ْل كن ك ُع خ ْل ص ؟ ا
َب َب
(( ْل ًةل
“Aku pernah menyaksikan Abu Ya‟fur. Dia bertakbir empat
kali untuk jenazah kemudian berdiri sesaat yakni berdo‟a,
kemudian bertanya: Apakah kalian melihatku bertakbir
lima kali? Mereka menjawab: Tidak. Abu Ya‟fur berkata:
Sesungghnya Rosululloh bertakbir empat kali. 142
140
[HR. Ibnu Majah: 2/456, al-Baihaqi: 4/41]
141
[HR. Abu Dawud: 2/68, Ibnu Majah: 1/456 dan Ahmad: 3/471]
142
[HR. Baihaqi: 4/35. Dengan sanad yang shohih]
121
Kemudian mengucapkan salam dua kali, seperti salam yang
diucapkan dalam Sholat Fardhu, pertama dengan menoleh ke kanan
kemudian ke kiri. Ini berdasarkan hadits Ibnu Mas‟ud , berkata:
س إ ْل َبد ُع َّشَب ْل َب ْل ُع َّش َب َب َب َب ُع َّش َّش ُع َب َب َب ُع ْل ُع
ِفخ ِفا ك َب ش ا ِف
َب َب ُع
لل و ك ان ِف ))ث
َب
((ْل ِف ِفف ْلي ا َّش ِف َب َب َب َب َب ْل َب ْل ا َب ْلص ْل
ُع ى حن ز ٍر ِف ث َب ا ص ِف ِف
“Tiga perkara yang dikerjakan Rosululloh , tapi
manusia meninggalkannya. Salah satu dari tiga perkara
itu mengucapkan salam dalam sholat untuk jenazah
seperti salam yang diucapkan dalam sholat lainnya.143
143
[HR. Al-Baihaqi: 4/43. Dengan Isnad Hasan]
144
[HR. Ad-Daruquthni: 191, al-Hakim: 1/360, dan al-Baihaqi: 4/43]
122
اص َّشن ُع َب ْل َب ْل َب ْل َب َب
ف ْلي َبا ْللص ْل َب َب ْلن َب ُع َبو ُع ُع َبص ِف ُع )) ُعث َّش
لل َب ِف و ِفا ِف ِف ِف ِف ِف ِف
ِفش ًة
ُع َب ِف ْلث َب
(( ُع َب إ َب
ِف َب ف َبل
“Kemudian mengucapkan salam samar-samar di dalam
diri sendiri ketika selesai, dan merupakan sunnah bagi
orang yang ada di belakang imam, hendaknya ia
mengerjakan seperti yang dikerjakan imamnya.145
145
[HR. Al-Baihaqi: 4/39 dan Ibnul Jauzi: 265]
146
[HR. Muslim: 2/208, Abu Awanah di dalam kitab Shohihnya: 1/386, Abu
Dawud: 2/66, an-Nasai‟: 1/283, at-Tirmidzi: 2/44, dan dishohihkannya, Ibnu
Majah: 1/463, al-Baihaqi: 4/32, ath-Thoyalisi no. 1001 dan Ahmad: 4/152]
123
124
ASH-SHIYAM (PUASA)
(1)
A. Definisi Puasa
Secara etimologi as-Shiyam ( ُع ) ا َبadalah al-imsak ( ْل َبص ُع
ِف ِف )
yang berarti menahan diri.
Sedangkan secara terminologi atau syar‟i ash-shiyam adalah:
َب ْل َب ْل َب ُّل ُع َب ْل ْل َب ُع َب ْل َب ْل
و ال ْل ِف و ل ِفج َب ِف َب َب ِفان َب ِف ِفف ْلي و ٍر ِفi ِف
ك ) ِف ص
َب ْل ُع ْل ْل َب ْل َب ْل ُع ْل
(ا ٍر خ ٍر ا ِف
ٍر
“Menahan dari makan, minum dan jima‟ disertai dengan
niat dan dilaksanakan pada waktu khusus dan dari
orang-orang yang khusus pula.”147
B. Keutamaan Puasa
Di antara hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan puasa
adalah:
ْل ْل َب ُع َبو ْلح َب ُع َب َّشان َب
س ِف َب َّشل َبد )) َب ْل َب َب َب ْل ًة ْل َب ْل
ِف ِف ِف ِففي ش ِف ِف
َب ًة
(( خ ِف ْل ل
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Alloh, niscaya
Alloh jauhkan wajahnya dari jilatan api neraka sejauh
tujuh puluh musim panas.”148
147
[Hasyiah al-Ushulus Tsalasah Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin
Qosim al-Hambali an-Najdi: 58]
148
[HR. Bukhori dan Muslim]
125
َّش ب ُع ْل َب َب ْل َب َب ُع
ُع َب ْلدخ ُع ِف ْلن ُع ا ُعا َبا ُع ا َّش َب ْل َب َّش َب ًة ُع َب
ِفف ْلي ))إ َّش
ِف لجن ِف ِف
َب ْلا َب َبق َبف َب ْل َب ْلد ُعخ ْل َب إ َب َب َبخ ُع ْل، ُع ْل َب َب ٌسد َبا ْل ُع َب َب ْلد ُعخ ُع ْلن ُع
ِف ِف
َب ْلا َب
ِف
ِف
َب َب ٌس
((د
ْلن ُع
ِف
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang
dinamakan ar-Royyan, di mana orang-orang yang puasa
akan masuk surga melaluinya pada hari kiamat kelak,
padahal tidak ada orang lainpun yang memasukinya.
Apabila mereka telah masuk semua, kemudian pintu
tersebut ditutup hingga tidak ada seorangpun yang dapat
memasukinya”149
149
[HR. Bukhori: No. 2840 dan Muslim: 1153]
150
[HR. An-Nasa‟i dihasankan oleh al-Albani didalam “Shohih Sunan an-
Nasa‟i: 2106
126
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Romadhon, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 185)
151
[HR. Bukhori dan Muslim]
127
Kewajiban puasa Romadhon dimulai pada hari Senin, dua hari
setelah berlalunya bulan Sya‟ban pada tahun kedua Hijriah.
152
[HR. Muslim: No. 233]
153
[HR. Bukhori No. 1901 dan Muslim: No. 760]
154
[Ibid]
128
َب ٌس َب َب َب ٌس
((. َب َب ض ت ْلل ِفد ُعا ح َّشج ُع ْل َب ِفف ْلي ))
“Umroh di bulan Romadhon menyamai haji”155
155
[HR. Bukhori. Dalam riwayat Maimunah disebutkan: “Umroh di bulan
Romadhan seperti haji denganku”, dan ini adalah riwayat yang shohih]
156
[HR. Bukhori dan Muslim]
129
“......apabila berawan (tidak terlihat hilal), maka
genapkanlah hitungan (bulan Sya‟ban) tiga puluh
hari”157
G. Syarat Puasa
Syarat wajib puasa bagi seorang Muslim adalag berakal dan
baligh (dewasa). Rosululloh bersabda:
َب َب َب )) ُع ف َب ْلا َب َب ُع َب ْل َب َب َب
َّشان ِفب ِف َب َّش ى َب ْلص ْل ظ َبو َب ِف ا ِفب ِفي َب َّش ى ِف، ث ٍر ِف
(( ْلل ِف َب
َب َب ْلح َبل َب َبو َب ْلْلَب ْل ُعن ْل َب ىَّش
ِف ِف ِف
“Pena (catatan amal) diangkat dari tiga hal, yaitu orang
yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga dewasa dan
orang gila hingga sembuh”158
Selain itu, dia harus sehat dan tidak sakit, muqim dan tidak
musafir serta mampu mengerjakannya tanpa halangan. Dan bagi
seorang Muslimah, maka dia harus suci dari haidh dan nifas.
Rosululloh bersabda ketika menjelaskan kurangnya agama bagi
wanita:
(( ا ْل َب ِف وا ْل ُع ْل
َب َب َب
)) ا َبص ِف
ْل َب َب َب ْل َب ُع َب َب ْل
“Bukankah kalau dia haidh, maka dia tidak shalat dan
tidak puasa?”159
157
[HR. Muslim: No. 1081]
158
[HR. Abu Dawud dan lainnya dan sanadnya shohih]
159
[HR. Bukhori]
130
Ia boleh berbuka dan harus menggantinya sebanyak hari-hari
yang dia tidak berpuasa. Dan apabila dia sanggup untuk
mengerjakannya tanpa kesulitan, maka tidak apa-apa.
ُع َب َب َّش ٌس ْل َب
(( ))ف ِفلد ِف َّش ٍر خ ٍر
“Baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqoroh [2]: 184)
2. Musafir
Apabila seorang Muslim musafir sejauh perjalanan yang
diperbolehkan untuk mengqoshor shalat, maka dia boleh berbuka
dan mengqodhonya setelah kembali. Apabila dalam perjalanannya
dia berpuasa karena tidak mengalami kesulitan, maka itu lebih
baik. Dan apabila dia berbuka karena menemui kesulitan, maka
itu pun lebih baik baginya. Abi Sa‟id al-Khudri berkata:
“Kami pernah berperang bersama Rosululloh saw di
bulan Romadhon. Di antara kami ada yang berpuasa dan
ada pula yang berbuka, namun kami tidak saling
mencela. Karena kami beranggapan bahwa siapa yang
sanggup berpuasa maka itu baik baginya, dan siapa yang
merasa lemah untuk berpuasa kemudian berbuka, maka
itupun baik baginya.160
160
[HR. Muslim: 7/234]
131
ْل َب َب َب ْل ْل ُع
َب َبو َب َب َب ِف ْل َبص ِفف ِف ا َب ْل ُع َبو ط ُع ا َّش ِف َبو َب ْل ل ُع ْل ى ))إ َّش
ِف
(( ِف ِف ا َب ْل ُع َبو ْلْلُع ْل
“Sesungguhnya Alloh menggugurkan puasa dan
sebagian shalat kepada musafir. Dan menggugurkan
puasa kepada wanita hamil dan menyusui”161
161
[HR. Ahmad : 4 / 347 dan Ashab as-Sunan dengan sanad hasan]
162
[HR. Ad-Daruquthni dan al-Hakim serta dishohihkan dan disepakati oleh
adz-Dzahabi]
132
K. Rukun Puasa
1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti
makan, minum, jima‟ dan lainnya.
2. Niat, yaitu berupa „azm (tekad) hati untuk melaksanakan
perintah Alloh dalam ibadah puasa untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
Rosululloh bersabda:
ْل َب ْل
(()) ِفإا َب ألا َب ُعا ِف ِفان َب ِفت
َّش
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada
niatnya”163
163
[HR. Bukhori dan Muslim]
164
[HR. Abu Dawud: No. 2454, At-Tirmidzi: 730 dan lainnya dengan sanad
shohih]
133
ada. Beliau menyahut: Kalau begitu, hari ini saya
puasa”165
L. Waktu
Waktunya yaitu siang hari bulan Romadhon semenjak terbit
fajar hingga terbenam matahari.
M. Sunnah Puasa
1. Sahur, yaitu makan dan minum pada akhir malam dengan niat
puasa.
َب ٌس َب َّش ْل َب
(( اس ُع ْل ِف َب َب ك
))ت َبس َّش ُع و إ ِف ْل َّش
ِف
“Bersahurlah, karena sesungguhnya dalam sahur
terdapat berkah”166
165
[HR. Muslim: No. 1154]
166
[HR. Bukhori: No. 1923]
134
3. Menyegerakan berbuka apabila matahari telah benar-benar
terbenam.
ْل ْل َب ُع
)) َب ز ُعا ان ُع َب ْل َّش َب َب
(( س ِف ٍر َب ع َّشج ْل ا ِفلط َب
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka” 168
167
[HR. Ahmad dengan sanad shohih]
168
[HR. Bukhori: No. 1957 dan Muslim: No. 1098]
169
[HR. Abu Dawud: No. 2356 dan At-Tirmidzi: No. 696 dengan sanad hasan]
170
[HR. Al-Baihaqi dalam Syu‟ab al-Imam dan lainnya dengan sanad shohih]
135
“Sesungguhnya bagi yang berpuasa ada satu doa yang
tidak akan ditolak yaitu ketika dia berbuka”
171
[HR. Ibnu Majah dan al-Bushiri dalam az-Zawa‟id berkata: sanadnya
shohih]
136
ASH-SHIYAM (PUASA)
(2)
N. Makruh Puasa
1. Berlebih-lebihan dalam melakukan madhmadhoh dan
istinsyaq ketika wudhu
َّش َب ْل َب ُع َب ْل َب ْل َب ُع
(( َب ِفب ًة ْل ))و َبب ِفا ِفف ْلي ِفالا ٍرش ِفلنل ِفق ِفإ
“Sempurnakanlah istinsyaq, kecuali ketika engkau
sedang puasa”172
Hal ini karena dikhawatirkan menyebabkan masuknya air
ke dalam kerongkongan sehingga puasanya menjadi rusak.
2. Mencium atau meraba tubuh istri (suami) bagi yang tidak
dapat mengekang nafsunya.
3. Banyak melihat dengan syahwat kepada istri dan berkhayal
untuk berjima‟ dengannya.
4. Mencicipi makanan atau minuman tanpa udzur.
5. Mengunyah permen karet atau lainnya, karena dikhawatirkan
ada yang masuk ke kerongkongan.
O. Pembatal Puasa
Pembatal puasa ada dua, ada yang mewajibkan qodho‟ saja dan
ada yang mewajibkan qodho‟ serta kifaroh.
Pembatal Puasa Yang Mewajibkan Qodho’.
1. Makan dan minum dengan sengaja
172
[HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa‟i dan lainnya dengan sanad
shohih]
137
Sedangkan apabila karena lupa atau dipaksa, maka tidak
wajib qodho‟.
ُع )) َب ْل َب َبي َبو ُع َب َب ب ٌس َب َبك َب َب ْلو َب َب َبف ْل َب َبل َّش َب ْل َب ُع َبإ َّشا َب َب ْل َبل َب ُع
ِف ِف ِف ِف
َب َب ُع
(( و َبش
“Barangsiapa makan dan minum di saat puasa karena
lupa, maka puasanya karena Alloh-lah yang
memberinya makan dan minum”173
173
[HR. Bukhori: No. 1933]
138
“Barangsiapa yang muntah tidak dengan sengaja saat
dia berpuasa, maka tidak ada qodho‟ baginya. Dan
apabila muntahnya disengaja, maka dia harus
mengqodho”174
174
[HR. Abu Dawud: No. 2380, At-Tirmidzi: No. 720, Ibnu Majah: No. 676]
139
ini! Dia menjawab: Adakah orang yang lebih miskin dari
pada kami? Demi Alloh, sesungguhnya di Madinah tidak
ada yang lebih miskin selain kami. Mendengar hal ini
Nabi tertawa hingga kelihatan gigi-giginya dan
berkata kepadanya: Kalau begitu, pergi dan berikan
kepada keluargamu!”175
175
[HR. Bukhori: No. 984 dan Muslim: No. 81]
176
[HR. Bukhori: No. 980 dan Muslim: No. 78]
140
Nabi pun pernah mengguyurkan air di atas kepalanya
ketika puasa, baik karena haus maupun karena cuaca panas. 177
2. Berpagi hari dalam keadaan junub, berdasarkan hadits „Aisyah
di atas.
3. Makan, minum dan jima‟ di malam hari hingga terbit fajar.
Rosululloh bersabda:
))إ َّش َب ًة ُع َبؤ ُع َب ْل َبف ُع ُع َبو ْل َب ُعب ْل َب َّش َب ُع ُع ُع ْل ُع
(( ى ُع ؤ ِف ِفإ ْل ِف َب ل ْل ٍر ِف ِف ٍر ِف ِف
“Sesungguhnya ketika Bilal mengumandangkan adzan di
malam hari, maka makan dan minumlah (sepuas kalian)
hingga terdengar adzan Ibnu Ummi Maktum”178
4. Wanita haidh dan nifas apabila pendarahannya berhenti di
malam hari, dia boleh mengakhirkan mandi jinabahnya hingga
Shubuh, dan berpuasa kemudian bersuci untuk sholat.
5. Siwak pada siang hari.
Ini adalah madzhab jumhur berdasarkan keumuman dalil
tentang keutamaan siwak dan tidak ada pengkhususan waktu.
Adapun hadits-hadits lain yang menjelaskan makruhnya siwak
ketika puasa, menurut para ulama adalah hadits dho‟if.
6. Bepergian untuk tujuan yang mubah, meskipun terkadang
dalam perjalanannya dia berbuka.
7. Berobat dengan cara yang halal, asalkan tidak ada sesuatu yang
masuk ke dalam kerongkongannya. Di antaranya adalah
dengan suntikan, asalkan tidak mengenyangkan.
177
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya dengan sanad shohih]
178
[HR. Bukhori dan Muslim]
141
8. Mencicipi makanan, asalkan tidak sampai masuk ke dalam
tenggorokan.
9. Memakai wawangian dan menciumnya.
R. Puasa Sunnah
Rosululloh banyak memberikan motivasi untuk melaksanakan
puasa sunnah, diantaranya:
1. Puasa enam hari di bulan Syawwal.
Rosululloh bersabda:
َّش ْل َب َب َب
(( َب ٍرا ك ك ِف َب ِف اد ِف
ْل َب
َب َب ًّي
)) َب َب َب َب َب َب ُع َب ْل ُع ْل
َب ض ث َّش ل ِفشل ِف
“Barangsiapa berpuasa Romadhon kemudian
dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawwal,
maka bagaikan puasa setahun penuh”179
2. Puasa Senin-Kamis
Abu Huroiroh berkata:
“Sesungguhnya Nabi banyak mengerjakan puasa
Senin-Kamis, dan ketika ditanyakan kepadanya, beliau
bersabda:
َّش ْل َب ْل َب َب ُع ْل َب ُع ُع َّش ْل َب ْل َب َب ْل َب َب ْل ُع ُع ُع ُع ْل َب ْل ُع
ِفا ِف ص ِف ٍر و ِفا ِف ض ف ِفل )) ِفإ ألا ا تل ك ثن ِف و خ ٍر
َب
ْل ُع َب َب ُع
(( ِفخ ُع و َب:ُع ؤ ِف ٍر ِفإ ْل ُع ِفح ِف ْل ف َب ْل ُعا
َّش ْل ُع ُع ْل
“Sesungguhnya amalan disetorkan tiap hari Senin dan
Kamis, saat itulah Alloh mengampuni setiap Muslim atau
mukmin kecuali dua orang yang sedang bermusuhan,
seraya berfirman: Tundalah keduanya”180
179
[HR. Muslim: No. 1164 dan at-Tirmidzi: No. 759]
180
[HR. Ahmad dengan sanad shohih]
142
3. Puasa tiga hari setiap bulan.
Rosululloh bersabda,
:ض َبو َبي َب َّش ُع ْلا ْل، َب ُع َّشاد ْل: َب ْل ك
ْل ُع َب َّش َب َب ُع
ث ث
َب )) َب ُع
ِف ِف ِف ِف ٍر ِف ِف ِف َب ِف ِف
َب َب َب َب َب َب ْل َب َب َب َبل َب َبو ْل َب َب َب َب َب ْل َب ُع
(( ض ل ل وخ ِف ِف ث ِف ث ِف ح
“Puasa tiga hari setiap bulan adalah puasa setahun
penuh, yaitu puasa hari-hari putih (purnama), pada pagi
hari tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas”181
4. Puasa tanggal 9 Dzul Hijjah
Rosululloh bersabda:
َب َّشز َبو َبح َّش ْل َب َب َب ُع َّش ُع ْل َب َب َب َب َب
ِفذ ِف ِف َّش ِف ى ِف )) َب ِف ْل َّش ِف ال ا ِفل ِففي
َب َب َب ُع ْل َب ْل ْل َب َب ْل َب
َب َب ُعش ْل َبا ِف و: ألا َب ِف َب ْلل ِفن ْلي ا َبلل ُع ِفف َب ُعا ِف ْل ِف ْل ل ِف َّشج ِف ـ ا ْل
َب َّش َب ْل َب ْل
َبو ل ِفج َب ُع ِفف ْلي َبش ِف ْل ِف ِف ِفالا َب ُعح ٌس خ َب َبج:ل ِفج َب ُع ِفف ْلي َبش ِف ْل ِف ِف ؟ َبا
َب َب َب ُع ُع َّش َب ْل َب ْل ُع ْل َب َب َب َب ْل
((ِفا ِف ْلي ٍرا ِف نل ِفص ِف و ا ث ا ِفح ِف
“Tidak ada satu hari di mana amal sholih lebih dicintai
Alloh selain dari hari ini yaitu sepuluh hari pertama
bulan Dzul Hijjah. Mereka bertanya: Tidak juga jihad di
jalan Alloh ya Rosululloh? Beliau menjawab: Ya, tidak
juga jihad kecuali kalau ada seseorang yang keluar
(jihad) dengan jiwa dan hartanya kemudian kembali
dengan tidak membawa apa-apa lagi (mati syahid)”182
Terutama lagi adalah hari „Arofah, 9 Dzul Hijjah bagi yang
tidak sedang berhaji.
Rosululloh ditanya tentang puasa hari Arofah, lalu
beliau menjawab:
ُع َب ُع َب َب َب َب ْل َب َب َب َب ْل َب َب َب
(( )) ِفل اصن ْل ِف و ا ِف
181
[HR. An-Nasa‟i dan lainnya dengan sanad hasan]
182
[HR. Bukhori]
143
“(Puasa pada hari „Arofah) dapat menghapuskan dosa
setahun yang lalu dan yang akan datang”183
5. Puasa di bulan Muharrom
Ketika ditanya tentang puasa yang utama setelah
Romadhon, Rosululloh bersabda:
َب ْل ُع َب ُع ْل ُع َب
(( )) ْل ُع ِف ا ِفذ ْل د ْل ا ْلح َّش ُع
َّش َب
“(Yaitu) puasa di bulan Alloh yang dinamakan dengan
bulan Muharrom”184
6. Puasa „Asyura‟, 10 Muharrom.
Rosululloh bersabda:
ًة َب ًة َب َب ُع
(( ْل َب ِفا ُع ِفل ُع َبشن َب ِف َب )) ُع ْل ُع َب ْل َب
“Puasa „Asyuro‟ dapat menghapuskan dosa satu tahun
yang lalu”185
Disunnahkan pula selain puasa pada 10 Muharrom, juga
puasa satu hari sebelumnya, 9 Muharrom sebagai bentuk
penyelisihan terhadap orang-orang Yahudi dan Nashroni. Hal
ini dikarenakan ketika diberitahukan kepada Rosululloh
bahwa 10 Muharrom adalah hari yang diistimewakan oleh
orang Yahudi dan Nashrani, maka beliau bersabda:
“Kalau begitu, pada tahun depan kita puasa juga pada
tanggal 9 Muharrom”
Namun pada akhirnya Rosululloh tidak dapat
melaksanakannya karena beliau meninggal dunia. 186
183
[HR. Muslim: 1162]
184
[HR. Muslim]
185
[HR. Muslim]
186
[HR. Muslim]
144
S. Puasa Yang Diharamkan.
1. Puasa dua hari raya: „Iedul Fitri dan „Iedul Adha.
„Umar bin Al-Khoththob berkata:
َب َّش َب ْل ُع ْلا ِفل ْلط َبف ِفل ْلط ُع: ْل َب ْل َب َبذ ْل َب ْلا َب َبا َبهى َب ْل َب
ِف
َب
)) َّش َب ُعش ْل َبا
ِف ِف ِف ِف َب ِف
ْل ْل ُع ُع ْل ُع ُع ُع ْل َبحى َبف ُع ُع ْل ُع ْل َب َب َّش َب ْل ُع ْل ُعك ْل ْل َب ْل
(( ِف ل ِف ص ِف ألا و ِف ِف
“Sesungguhnya dua hari ini – Iedul Fithri dan „Iedul
Adha – adalah hari yang dilarang oleh Rosululloh
untuk puasa, karena hari itu adalah hari berbuka dan
hari untuk memakan hewan qurban” 187
2. Tiga Hari Tasyriq, 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah
Rosululloh pernah mengutus Abdullah bin Hudzafah
untuk thowaf dimana sambil mengucapkan sabda beliau :
َب ْل َب ْل َب ُع َب َّش َب ْل َب َب َب َّش َب َب
(( ِفذ ِف ألا َب َب ِفإن َب َب ُع ك ٍر و ْل ٍر و ِف ك ِف ِف ُع ْل ُع ْل ))
“Janganlah kalian berpuasa pada hari-hari tasyriq
karena hari-hari tersebut adalah hari-hari makan dan
minum dan hari-hari dzikir kepada Alloh”188
145
Para ulama telah sepakat tentang batalnya puasa wanita
haidh dan nifas.
4. Puasanya seorang istri di hadapan suaminya, kecuali dengan
seizin suaminya.
Rosululloh bersabda:
ٌس َّش ْل
ُع ْل ُع و زوح َب َب َب َب ْل َب
َب َب َب ْل َب ْل َب
(( ِف د ِفإ ِفإ ِفا ِف )) ِفح ُّل ِفا َب ْل ٍر
“Tidaklah halal bagi seorang istri berpuasa ketika
suaminya berada di sampingnya kecuali harus dengan
seizinnya.”190
N. Puasa Makruh.
1. Puasa hari „Arofah bagi yang sedang berhaji
Rosululloh bersabda:
َب َبف َبو َب ْل َب َّشان ْلح َبو َب َب ُع ا َّش ْلل ْل ق ْل ُعد َبا َب ْل ُع ْل ْلش َب َبو َبي َب َب ُع )) َب ْل َب َب
ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف
َب ْل َب ُع
(( ْل ٍر ك ٍر و
“Hari „Arofah, hari Qurban dan hari-hari tasyriq adalah
„ied kita ummat Islam yaitu hari makan-makan dan
minum-minum (berbuka, tidak puasa)”191
2. Puasa hari Jumat sendirian.
Rosululloh bersabda:
(( ٌس َب َب ُع ْل َب َّش َب َب ُعد ُعك ْل َب ْل َب ْلل ُعج ْل َبل إ َّش َبو َب ْل َب ُع َب ْل ٌس َب ْلو َب ْلل َبد ُع َب ْل
ِف ِف ))
190
[HR. Bukhori: No. 5195 dan Muslim No. 1026. Larangan dalam hadits ini
menunjukkan larangan, menurut pendapat jumhur ulama yang dikuatkan oleh
an-Nawawi dan Ibnu Hajar]
191
[HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan lainnya dengan sanad shohih. Para ulama
berpendapat bahwa hari „Arofah adalah hari „Ied bagi yang sedang wuquf,
berbeda dengan yang tidak sedang wuquf, maka „Iednya adalah di hari Qurban]
146
“Janganlah salah seorang kalian berpuasa pada hari
Jum‟at (sendirian) kecuali diiringi satu hari sebelum
atau sesudahnya”192
192
[HR. Bukhori: No. 1985 dan Muslim: No. 147]
193
[HR. At Tirmidzi: No. 744, Abu Dawud: No. 2421 dan Ibnu Majah: No.
1726]
194
[HR. Bukhori: No. 1977 dan Muslim]
195
[HR. Ahmad, An-Nasa‟i dan lainnya dengan sanad shohih]
147
((ُعا ))إ َّش ُعك ْل َبو ْلا َب
ِف ِف
“Jauhilah puasa wishol”196
196
[HR. Bukhori dan Muslim]
197
[HR. Bukhori: No. 1967]
198
[HR. Abu Dawud: No. 2334, at-Tirmidzi: No. 686 an-Nasa‟i: No. 2190 dan
Ibnu Majah: No. 1645. Berkata at-Tirmidzi: Hadits hasan shohih seperti yang
disebutkan oleh Bukhori secara mu‟allaq]
199
[HR. Muslim]
148
ZAKAT
(1)
A. Definisi Zakat
ُع ُع
Zakat ( ) َباز َبك ُعberarti kesucian ( اط ُع ُع ) pertumbuhan ( ) َبان َبdan
pertambahan ( ) ِفازَب َب ُع. Dinamakan zakat karena membuahkan dan
menumbuhkan harta. Dalam bahasa arab dikatakan ( َب)ز َبك َباز ْل ُعapabila
banyak hasilnya. Begitu pula kalimat ( َب)ز َبك ُعت َبان َبل َب ِفapabila nafaqoh itu
diberkahi. 200
Sedangkan pengertian zakat menurut al-Mawardi dalam kitab
al-Hawi adalah:
َب ْل ُع ْل ا ْل َب ا َب ْل ُع ْل ا َب َب ى َب ْلو َب َب ْل َب َب ُع
)) َبازك ِف ْلش ُع ِفاخ ِفذ ش ْلي ٍرا
ٍر ٍر ٍر ٍر ِف
َب َب َب ْل َب ْل
(( ُع ْل َب ٍر َب
ُع ْل ٍر ِفاط ِفبل ٍر
“Zakat adalah nama bagi pengambilan harta tertentu
menurut sifat-sifat tertentu untuk diberikan kepada
golongan tertentu.201
Asy-Syaukani berkata :
َب َب َب َب َب
)) ِفإ ْل ط ُعا ُعج ْلز ٍرا ِف َب ِفان َب ِف ِفإ َبى ف ِف ْل ٍر َبو ا ْلح ُع ُع ا ْل َب ُع َبل ِف ٍر ِف َب ِف ٍر ْل ٍراى
َب َب َب َّش
(( َب ْل ن ُع ِف ال َب ُع ِف ِفإا ْل ِف
“Memberikan satu bagian harta yang telah mencapai
nishob kepada orang fakir dan sebagainya, yang tidak
200
[Al-Mughni: 2/572]
201
[Al-Mughni: 5/ 325]
149
bersifat dengan sesuatu halangan hukum yang tidak
membolehkan kita memberikan kepadanya.202
202
[Nailul Author : 4/170]
203
[Fathul Baari: 3/309]
150
Rosululloh bersabda:
الا ُع َبو َب َّش ُع َبح َّش ًةد َّش ُعش ْل ُعا ُع
َب َب َب َب َب ْل َب َب َب َّش َب َب َب ْل ْل ْلش َب ُع )) ُع ْلن َبي
ِفإا ِف ضخ ٍر ِف
َب َب َبو إ ْل َبل ا َّشاز َبك َبو َبح ْل َب َب
(( اْل ِف و َب ْل ِف َب َب ض
َّش َب َب َب
ِف ِف ِف ِف ا ِف و ِفإ ِف
“Islam didirikan atas lima perkara, yaitu bersaksi tidak
ada Ilah selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu
hamba dan utusan Alloh, mendirikan sholat, menunaikan
zakat, haji dan puasa di bulan Romadhon.”204
204
[HR. Bukhori/Fathul Baari no. 8 dan Muslim no. 2116]
151
َب َب َب ِفا َبذ ِفا َب َبفئ َّش َب َبو َبك َب ِفب ُع ُع ْل َب َب ْلان َب ا ْل َبو ُع َب ُّل إ َب ى ُعف َب َب ا ْل َب إ ْل
ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف ِف
ٌس َب
(( ِف ِفحج
َب ْل َبن َب َبو َب ْل َب ض َبا ْل َب َب ْل َب ا ْل َبو َّش ق َب ْل َب َب ْلْلَب ْلظ ُع ْل َبفئ َّشا ُع
ِف ِف ِف ِف ِف
“Engkau akan berhadapan dengan ahli kitab oleh karena
itu serulah mereka agar meyakini bahwa tidak ada Ilah
selain Alloh dan muhammad adalah rosul-Nya, bila
mereka menyambt seruanmu itu, ajarkanlah kepada
mereka bahwa Alloh mewajibkan atas mereka sholat
lima kali dalam sehari semalam dan bila mereka
mengerjakannya ajarkan kepada mereka bahwa Alloh
mewajibkan agar menunaikan zakat yang diambil dari
mereka untuk diberikan kepada orang-orang miskin di
kalangan mereka, jika mereka telah mentaati kamu,
janganlah kamu sekali-kali mengganggu harta mereka,
takutlah kamu akan doa orang-orang yang teraniaya
karena tidak ada penghalang antara dia dengan
Alloh.”205
Alloh berfirman :
QS
205
[HR. Bukhori dan Muslim]
152
Rosululloh bersabda :
َب َب َّش َب ْل ُع َب َب َّش ُع َب َّش َب ْل َب ُع ْل َب ْل َب ُع
ِف ا َب ِفالا ُع َبو َّش ُع َبح َّش ًةد ِف ان س ى ل دو )) ِف ْل ُعت
َب ُع َب َب ُع ْل َب َّش َب َب َب ُع ْل ُع َب َب َب َب َب
ف َبل ْل ِفا َب َب َب ُع ْل ِف َّشنى و ؤ ازك ف ِفئ و ِف ا، ِف َب ُعش ْل ُعا
(( َب ًّي
“Aku diperintahkan untuk menerangi manusia sehingga
mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Alloh dan
Muhammad adalah Rosululloh, mendirikan sholat,
menunaikan zakat. Apabila mereka melaksanakan hal
tersebut, maka mereka telah menjaga darahnya dariku.”
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Alloh, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih,pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka
153
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu." (QS. At Taubah [9]: 34-35)
QS
154
4. Dan tiada mereka merusak janji Alloh dan Rosul, melainkan
dijajahlah mereka oleh musuh-musuh mereka.
5. Apabila para pembesar tidak lagi memutuskan hukum atau
mengendalikan negara dengan kitab Alloh , maka mereka
satu sama lain akan bermusuh-musuhan.”206
206
[HR. Ibnu Majah dan al-Hakim. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shohihul Jaami‟ no. 7978]
155
Alloh berfirman:
Sabda Rosululloh :
“Dan harta rikaz zakatnya seperlima. 208
2. Binatang ternak
Adapun binatang ternak yang mesti dizakati adalah unta,
sapi dan kambing
Nabi bersabda:
َب َب ُع ْل ُعت َب ُعح ٌس َبف َب َبد ُع إ ًة َب ْلو َب َب ًة َبا ْل ُع َبؤ ِف َبز َبك َبة َب َب
ض ْل ِف ِفد ِف
َب َّش ْل َب ْل
ِف ِف ))و ا ِفذ ال ِف
َب ْل َبظ ُع َب َبك َبا ْل َبو َب ْلش َب ُعن ُع َب َبط ُعؤ ُع َب ْلخ َبل ف َب وَب إ َّش َبح َبا ْل ُع َب ْل َب ْلا َب َب
ِف ِف ِف ِف ِف
َب
َبا َبد ْلت ْلخ َب َب َب َب ْلت َب َب ْل ِف َبو َب َب َب َّش ى َب ْل ض َب ُع َب ْل َب ُع ُع ُع ُع ْل َب ُع َبَّش
نطح ِف و ِفن ك
((س
َب ْل َب َّش
ان ِف
207
[HR. Bukhori / Faathul Baari no. 1447 dan Muslim no. 3979]
208
[HR. Bukhori / Fathul Baari no. 1499]
156
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada
seorang pun mati dan memiliki unta, sapi atau kambing
lalu tidak dibayarkan zakatnya, kecuali pada hari kiamat
ternak-ternak tersebut menjadi makhluk yang paling
besar dan paling gemuk. Ternak-ternak itu akan
menginjak-injaknya dengan telapak kakinya dan
menanduknya dengan tanduk-tanduknya. Setiap selesai
rombongan ternak yang terakhir maka yang pertama
mengulanginya, demikian seterusnya sampai umat
manusia diberi keputusan.”209
3. Buah-buahan dan Biji-bijian
Biji-bijian yang wajib dizakati adalah semua jenis biji-bijian
yang menjadi makanan pokok dan dapat disimpan, seperti
gandum, kacang, kedelai, kacang pendek, kacang tanah,
jagung, padi dan lain-lain. Adapun buah-buahan yaitu kurma,
zaitun, anggur dan kismis.
Alloh berfirman :
209
[HR. Bukhori no. 775, Muslim no. 30 dan at-Tirmidzi no. 617]
157
“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin)” (QS. Al-
An’am [6]: 141)
Rosululloh bersabda:
اص َب َبا َبو ْلا ُعل ُع ْل ُع َب ْلو َبك َب َب ْل ًة ُع
ال ُعل ْل ُع َبو ِفف ْل َب ُعش ِف َب ))ف ْل َب َبش َب ُع َب
ِف ِف
ْل ْل ْل ُع
(( ا ُعلل ِف ِف َبان َب ِف ِفا
“Pada tanaman yang disiram hujan atau mata air,atau
tanaman atsaru [tanaman yang mengambil air dengan
akarnya karena dekat dengan aliran air], maka zakatnya
sepersepuluh dan tanaman yang disiram dengan tenaga
manusia zakatnya separuh dari sepersepuluh (5%)”211
158
sama seperti emas yaitu 2,5 %. Lebih dari itu diperhitungkan
zakatnya.
3. Barang Dagangan
Barang dagangan bisa berbentuk barang keperluan sehari-
hari seperti makanan, pakaian, kelontong, dan sebagainya. Dan
bisa berbentuk barang spekulan, yaitu barang berupa tanah
pemukiman, lahan pertanian dan sebagainya.
Bila berbentuk barang keperluan sehari-hari, zakatnya bisa
dihitung dengan bentuk uang setiap akhir tahun , dari sejak dia
dagang dengan cara menggabungkan barang yang belum terjual,
uang tunai dan piutang yang ada di luar. Bila berdagang spekulan,
zakatnya dikeluarkan pada waktu barangnya terjual dalam satu
tahun, walaupun barang itu ada pada dirinya bertahun-tahun saat
ia menunggu naiknya harga barang dagangannya, maka besar
zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2.5 %, sedangkan nishobnya
sama dengan nishob emas dan perak.
4. Harta Rikaz
Yaitu harta terpendam. Siapa yang menemukan di tanah
miliknya atau di rumahnya harta terpendam tersebut, maka wajib
dikeluarkan zakatnya seperlima untuk fakir miskin dan badan
sosial.
5. Barang Tambang
Bila barang tambang berupa emas atau perak wajib
dizakatkan dari hasil tambangnya bila sampai senishob. Jumlah
zakatnya ada dua pendapat yaitu ada yang berpendapat seperlima
ada yang berpendapat yang sama dengan emas dan perak,
mengambil alasan dengan kemurnian dalil: “Dan tidak wajib zakat
159
harta yang kurang dari lima wasaq”. Lima wasaq mencakup
barang tambang dan yang lainya, perintah di sana luas artiya.
Adapun bila barang tambang berupa besi, tembaga, fosfor
dan sebagainya disunahkan mengeluarkan zakatnya dari
perolehannya dengan perbandingan 2,5%. Karena tidak ada nash
yang jelas mengenai kewajiban zakat pada barang tersebut, tapi
bila barang tambang berupa emas dan perak maka wajib
dizakatkan.
6. Kekayaan Hasil Produksi
Bila hasil produksi, baik berupa hasil peternakan maupun
perusahaan wajib dizakatkan dengan zakat asalnya, tidak
memandang pada haul setahun. Bila produksi itu bukan dari
keuntungan dagangnya atau peternakan maka dilihat dulu bila
sudah setahun dan sudah cukup nishobnya hendaknya dizakatkan.
Siapa yang mendapat hisab ataupun warisan tidak wajib
zakat sebelum hisab atau warisan itu cukup setahun.
7. Binatang Ternak
a) Unta
Syarat zakat untuk unta adalah haul dan cukup senishob.
Nishobnya sudah mencapi lima ekor atau lebih.
Nabi bersabda:
“Tidak wajib zakat pada unta yang kurang dari lima
ekor.”212
Zakat yang dikeluarkan dari lima ekor unta adalah satu
ekor kambing atau domba umur setahun masuk 2 tahun,
212
[ HR. Bukhori dan Muslim]
160
sebagaimana biasanya umur kambing yang harus
dizakatkan.
Untuk sepuluh ekor unta zakatnya 2 ekor kambing.
Untuk 15 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing.
Untuk 20 unta zakatnya 4 ekor kambing.
Untuk 25 ekor unta zakatnya 1 anak unta umur satu tahun
(bintu makhodh). Bila tidak ada, boleh denggan unta
jantan atau (bintu labun) umur 2 tahun lebih sampai 3
tahun.
Zakat 36 ekor unta adalah seekor anak unta betina (bintu
labun) umur 2 tahun lebih.
Untuk 46 ekor unta zakatnya seekor anak unta (hiqqoh)
umur 3 tahun lebih.
Bila mencapai 61 ekor unta zakatnya adalah seekor unta
jazzah yang berumur 4 tahun lebih.
Bila 91 ekor unta zakatnya 2 ekor hiqqoh umur 3 tahun
lebih.
Bika mencapai 120 ekor unta maka tiap 40 ekor unta
zakatnya seekor bintu labun umur 2 tahun lebih.
Perhatian :
Yang diwajibkan zakat dengan unta pada umur yang
ditentukan kemudian tidak didapatkannya, maka ia wajib
membayar dengan unta yang ada. Bila ternyata umur unta lebih
muda dari yang diminta, hendakanya ditambah dengan 2 ekor
kambing atau 20 dirham uang. Bila lebih tua dari yang
ditentukan, maka tetap harus ditambah dengan 2 ekor kambing
atau uang 20 dirham untuk menambah kekurangannya, kecuali
ibnu labun dianggap cukup untuk menutupi bintu labun.
161
b) Sapi atau kerbau
Syarat sapi yang diusahakan adalah haul dan nishob. Batas
nishob sapi adalah 30 ekor, zakatnya adalah seekor anak sapi
yang berumur satu tahun lebih. Bila mencapai 40 ekor sapi atau
kerbau zakatnya seekor musinnah (anak sapi berumur 2 tahun
lebih. Rosul bersabda:
“Setiap 30 ekor sapi zakatnya seekor sapi umur satu
tahun lebih dan setiap 40 ekor sapi sakitnya seekor
musinnah umur 2 tahun lebih.”213
c) Kambing
Yang termassuk kambing adalah domba dan sarat wajb
zakatnya, adalah ketika mencapai haul dan nishob. Nishob
kambing adalah:
40 ekor zakatnya 1 ekor kambing betina umur 2 tahun
lebih.
Bila mencapai 121 ekor, zakatnya 2 ekor kambing betina
umur 2 tahun lebih.
Bila lebih dari 300 ekor, zakatnya tiap seratus ekor satu
ekor kambing betina umur 2 tahun lebih.
Apabila lebih dari 300 ekor, Nabi bersabda:
“Bila lebih dari 300, maka zakatnya seekor
kambing betina umur dua tahun lebih.”
Perhatian :
Jumhur ulama mensyaratkan bahwa kambing yang
dizakatkan adalah kambing yang digembalakan lebih dari satu
213
[HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi]
162
tahun, sedangkan Imam Malik tidak memberi syarat
demikian, dan itulah yang dilakukan oleh penduduk Madinah.
Jumhur ulama berdalil dengan sabda Nabi :
“Kambing yang digembalakan di padang rumput bila mencapai
jumlah empat puluh ekor, zakatnya seekor kambing umur 2 tahun
lebih. Demikian bila berjumlah 120 ekor.”
Pada hadits tersebut fi saimatul ghonam (kambing yang
makan di padang rumput ), maka jumhur ulama mengambil
kata-kata tersebut sebagai dalil bagi persyaratan kambing yang
dizakatkan. Untuk unta dan sapi diqiyaskan kepada kambing.
Mereka berkata: “Dalam kesulitan memberi makan ternak
itulah, maka dikenakan persyaratan makan ditempat bebas.”
d) Kelebihan dari nishob zakat ternak
Kelebihan dari ketentuan nishob zakat ternak tidak wajib
dizakatkan. Maka yang memiliki kambing 40 ekor, wajib zakat
1 ekor demikian sampai jumlah 120 ekor zakatnya tetap, bila
lebih satu ekor dari batas tersebut, zakatnya 2 ekor. Maka
jumlah 40 ekor dengan 120 ekor sama saja. Itulah yang disebut
waqos.
“Tidak wajib zakat atas waqas dari semua tempat yang
wajib dizakatkan.”
Hal tersebut karena Nabi pernah menyebutkan untuk
zakat ternak: “Bila ternak mencapai jumlah sekian. Maka
diketahui bahwa jumlah antara dua batas yang diwajibkan
tidak wajib dizakatkan.”
e) Penggabungan dalam zakat
Kambing dan domba digabungkan jika mau dihitung
zakatnya. Demikian juga kerbau dengan sapi, juga unta Arab
163
dengan unta Khurosan, yang punya dua punggung, karena
kedua macam ternak itu sejenis, berdasarkan atas keumuman
lafadz dari Nabi :
“Pada kambing yang digembalakan di padang bebas,
bila mencapai 40 ekor, zakatnya seekor kambing.” Setiap
lima ekor unta, zakatnya seekor kambing, setiap 30 ekor
sapi (zakatnya seekor).”
164
ternak kecuali keduanya kembali bersama-sama
berzakat,”214
g) Zakat yang dibayar dengan kambing, sapi atau unta yang
kurus tidak di terima. Maka hendaknya diperhitungkan dari
pemiliknya berdasar ucapan Umar kepada pembantunya:
“Perhitungkan kepada mereka binatang yang kurus itu,
janganlah engkau mengambilnya.”
h) Zakat tidak boleh dipungut dari ternak yang sudah tua dan
cacat, karena harganya murah. Hal itu berdasar perkataan
Abu Bakar :
“Tidak di pungut zakat yang sudah tua, cacat dan
kambing jantan.”
Demikian pula tidak dipungut zakat dari ternak khusus,
seperti binatang bunting yang hampir beranak, ternak pejantan
dan kambing yang digemukkan untuk dimakan, juga ternak
yang diperas susunya.
Nabi bersabda kepada Muadz :
“Jangan engkau pungut zakat dari ternak-ternak
khusus.”
Umar melarang pada pemungut zakat untuk mengambil
ternak yang khusus untuk dimakan, ternak yang sedang diperas
susunya, ternak buntingan kambing pejantan.
8. Buah-Buahan dan Biji-Bijian
Syarat buah-buahan dan biji-bijian yang dizakatkan ialah,
buah yang matang kuning atau merah. Sedangkan biji-bijian
214
[HR. Bukhori dan Malik]
165
bila telah dapat dipecahkan atau digiling, dan anggur harus
yang sudah manis.
Nishobnya lima wasaq (1 wasaq = 60 sho‟, 1 sho‟ = 4 mud).
Rosululloh bersabda:
“Tidak ada zakat bagi biji-bijian yang kurang dari lima
wasaq.”
Yang wajib di zakatkan ialah bila digabung tanpa susah
payah seperti dengan air hujan, mata air atau sungai, maka dari
lima wasaq zakatnya setengah wasaq. Tetapi bila diairi dengan
susah payah seperti dengan kincir, maka zakatnya
seperduapuluh. Jadi dari lima wasaq zakatnya seperempat
wasaq, selebihnya dihitung dan dizakatkan .
Nabi bersabda:
“Pada biji yang diairi dengan air hujan dan atau mata
air, atau yang menghisap air dengan akarnya, zakatnya
sepersepuluh dan diairi dengan kincir adalah
seperduapuluh.”215
Perhatian :
Tanaman yang di sekali diairi dengan menggunakan alat
dan pada waktu yang lain tanpa alat, zakatnya ¾ dari
sepersepuluh (7,5 %). Demikian menurut pendapat ahli
ilmu. Ibnu Qudama berkata: “Kami tidak tahu, apakah
ada khilaf dalam soal tersebut.”
Bermacam-macam kurma, dicampur satu sama lain. Bila
sampai nishob wajib dizakatkan, dan tidak dipisah-pisah
mana yang baik dan mana yang buruk.
215
[HR. Bukhori dan Muslim]
166
Semua jenis gandum dijumlahkan. Bila jumalahnya
mencapai nishob, wajib dizakatkan dari bagian yang
terbanyak jumlahnya.
Bermacam-macam kacang-kacangan seperti kedelai,
kacang tanah dan lain-lain. Bila mencapai nishob, wajib
dizakatkan.
Bila biji zaitun dan biji-biji lainya yang dibuat minyak,
yang dikeluarkan zakatnya adalah minyaknya.
Bermacam-macam anggur dijumlahkan satu sama lain,
bila mencapai nishob, dizakatkan. Bila dijual sebelum
dibuat kismis dikeluarkan zakatnya dari hasil penjualan
yaitu seperempat puluh atau seperduapuluh.
Padi , jagung dan tembakau, masing-masing berdiri
sendiri, maka tidak dijumlahkan atau digabungkan. Bila
hanya dapat setengah nishob, maka tidak wajib
dizakatkan .
Siapa yang menyewa tanah dan hasilnya mencapai
nishob, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Siapa memiliki biji-bijian yang diperolehnya dengan
cara hibah, membeli atau warisan dalam keadaan telah
matang (dipanen), maka tidak wajib dizakatkan, karena
yang wajib mengeluarkan zakatnya yang membeli atau
menjualnya. Tetapi jika dimilikinya sebelum dipanen
maka berkewajiban baginya membayar zakatnya.
Orang yang mempunyai utang apabila hartanya akan
habis untuk membayar utangnya maka tidak wajib
zakat.
167
168
ZAKAT
(2)
F. SASARAN ZAKAT
Orang-orang yang berhak mendapatkan zakat terbagi menjadi
delapan golongan, sebagaimana dijelaskan oleh Alloh dalam
firmannya:
1. Fakir
Orang fakir ialah orang yang tidak mempunyai harta untuk
memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, baik makanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggal, meskipun ia mempunyai
harta senishob.
169
2. Miskin
Orang miskin kadang lebih ringan dari orang fakir, atau
lebih berat. Tetapi keduanya sama dalam segala hal.
Rosululloh bersabda:
“Orang miskin itu bukanlah orang yang suka datang ke
rumah-rumah orang menerima sesuap nasi, sebuah atau
dua buah kurma, tetapi orang miskin adalah orang yang
tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan orangpun
tidak mengetahuinya, sehingga tak bersedekah padanya.
Dan mereka menahan diri dari meminta-minta kepada
orang lain.”216
3. Amil Zakat
Yaitu orang yang memungut/mengumpulkan zakat, panitia
dan pencatat hasil zakat. Amil zakat diberi upah kerja dari hasil
zakat, walaupun dia kaya.
Nabi bersabda:
“Tidak halal sedekah bagi orang kaya, kecuali dalam
lima hal; yaitu amil zakat, orang yang membeli barang
sedekah dengan hartanya, orang berhutang, orang
berperang di jalan Alloh dan orang miskin yang
mendapat sedekah dari zakat lalu dihadiahkan kepada
orang kaya.”
4. Golongan Muallaf
Ialah orang Muslim yang keislamannya masih lemah tetapi
berpengaruh pada kaumnya, sehingga ia diharapkan akan
membantu kepada Islam. Muallaf diberi bagian dari zakat agar
216
[HR. Bukhori]
170
hatinya semakin cenderung kepada Islam sehingga ada
manfaatnya dalam membela dan menolong tegaknya Islam. Dan
kadang-kadang dimasukkan golongan ini yang tugasnya
merealisir kepentingan Islam dan kaum Muslimin dalam segi
dakwah, seperti para wartawan dan penulis.
217
[ HR. Tirmidzi dengan sanad hasan]
171
berjihad menegakkan agama Alloh . Maka mereka yang
berperang di jalan Alloh diberi bagian dari sedekah zakat.
Tercakup dalam golongan ini mereka yang berusaha dan bekerja
untuk kepentingan agama Alloh . Seperti mengurus masjid,
membangun rumah sakit, sekolah dan panti asuhan yatim piatu.
8. Ibnu Sabil
Adalah orang yang membutuhkan bantuan karena kehabisan
bekal ketika melakukan perjalanan yang jauh dari negerinya. Maka
ia diberi bagian zakat meskipun kaya di negerinya, karena dalam
perjalanan ia membutuhkan bantuan. Kepadanya diberikan zakat bila
ia tidak memperoleh pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhannya.
Bila ada yang meminjamkan uang ia wajib meminjamnya dan tidak
boleh diberi zakat, bila di negerinya ia kaya.
Perhatian :
Jika seorang Muslim memberikan zakat hartanya kepada
salah satu sasaran zakat dari delapan golongan itu maka
cukuplah. Tetapi hendaknya diberikan kepada yang sangat
membutuhkan. Bila harta zakat itu banyak, lalu dibagikan
kepada semua golongan yang delapan maka itu lebih utama.
Zakat tidak boleh diberikan kepada orang yang menjadi
tanggung jawab seorang Muslim dalam memberi nafkah,
seperti orang tua, anak dan istri walaupun mereka susah
hidupnya, karena mereka orang yang wajib diberi nafkah
pada saat membutuhkannya.
Zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga Nabi , karena
kemuliaan mereka. Mereka itu ialah keluarga Bani Hasyim,
keluarga „Ali, keluarga Uqoil dan keluarga Abbas.
172
Nabi bersabda:
“Sedekah itu tidak layak bagi keluarga Nabi
Muhammad dan sesungguhnya sedekah itu ialah
kotoran manusia.”218
Cukup dan boleh seorang Muslim yang menyerahkan
zakatnya pada imam, amil dari penguasa Muslim, walaupun
dia orang aniaya dan zakat itu berada di dalam tanggung
jawabnya.
Nabi bersabda:
“Bila kamu bayarkan zakat kepada utusanku, maka
engkau bebas dari kewajiban zakat. Dan engkau
mendapat pahalanya, dosanya bagi orang yang
menyelewengkannya.”219
Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kafir dan fasiq,
seperti orang yang tidak sholat dan orang yang tidak mau
menjalankan syariat Islam.
Nabi bersabda :
“Zakat dipungut dari orang-orang kaya di antara
mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir di
antara mereka. Yaitu orang-orang kaya di kalangan
kaum Muslimin, orang-orang miskin di kalangan
mereka. Maka zakat itu tidak boleh diberikan kepada
orang kaya dan orang yang status ekonominya kuat.”
Nabi bersabda: “Tidak ada bagian zakat untuk orang
kaya dan orang yang kuat ekonominya.”220
218
[HR. Muslim]
219
[HR. Ahmad dan dibawakan oleh al-Hafidz dalam at-Talqia dan tidak
diberikan komentar]
220
[HR. Ahmad, hadits hasan]
173
Tidak boleh memindahkan zakat dari satu daerah ke daerah
lain yang jaraknya dapat mengqoshor sholat atau lebih.
Nabi bersabda:
“Zakat diberikan kepada fakir miskin di antara
mereka”
174
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)
2. Hikmahnya
Di antara hikmah zakat fitroh adalah mensucikan jiwa orang
yang berpuasa dari pengaruh-pengaruh perbuatan yang tidak
berguna dan kata-kata keji. Demikian pula zakat fitroh
membantu memenuhi kebutuhan fakir miskin pada hari raya.
Ibnu Abbas berkata:
“Rosululloh mewajibkan zakat fitroh untuk mensucikan
jiwa orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan
kata-kata keji serta memberi makan orang-orang
miskin.”222 “Cukupkanlah kebutuhan mereka pada hari
ini.”223
221
[HR. Bukhori dan Muslim]
222
[HR. Abu Dawud, Ibnu Majah. Disahkan oleh Hakim dengan tambahan:
Siapa yang membayarkan zakatnya diterima, dan bila dibayarkan sesudah
sholat maka itu hanyalah sedekah biasa]
223
[HR. Baihaqi sanad dho‟if]
175
3. Besarnya Zakat Fitroh dan Jenis Makanan yang Dizakatkan
Banyaknya zakat fitroh adalah satu sho‟. Satu sho‟ itu ada
empat mud (3,1 liter) dan dibayarkan dalam bentuk makanan
pokok dari penduduk negeri itu, boleh berupa gandum, tepung,
kurma, beras, kismis, jagung, dan lain-lain, berdasar hadits dari
Abu Said :
“Tatkala kami berada bersama Rosululloh, kami selalu
mengeluarkan zakat fitroh dari semua anak kecil, orang
dewasa, orang merdeka dan hamba sahaya satu sho‟
dari makanan atau satu sho‟ dari susu yang dikeringkan
(susu bubuk) satu sho‟ dari gandum atau satu sho‟ dari
kismis (buah anggur yang dikeringkan)”224
224
[HR. Bukhori dan Muslim]
176
fitroh sebelum orang pergi untuk sholat „Iedul Fitri. Dari Ibnu
Abbas :
“Rosululloh mewajibkan zakat fitroh untuk mensucikan
jiwa orang-orang yang berpuasa dari perbuatan-
perbuatan sia-sia dan kata-kata keji serta memberi
makan orang-orang miskin. Siapa membayarkannya
sebelum sholat „Ied, maka zakatnya diterima dan siapa
yang membayarkannya sesudah sholat „Ied, maka itu
adalah sedekah biasa”225
Waktu qhodo zakat fitroh adalah sesudah sholat „Ied dan
seterusnya, karena dibayarkan pada hari itu tapi makruh.
6. Sasarannya
Sasaran zakat fitroh adalah seperti sasaran pada umumnya,
hanya fakir miskin harus lebih diutamakan dari sasaran yang
lainnya.
Rosululloh bersabda:
“Cukupkanlah kebutuhan mereka pada hari ini. Jangan
kau bayarkan fitroh kepada selain fakir miskin, kecuali
pada saat mereka tidak ada atau kebutuhan mereka tidak
seberapa atau mustahik yang lain sangat membutuhkan.”
Perhatian:
Seorang istri boleh membayarkan zakatnya kepada
suaminya yang fakir. Adapun sebaliknya tidak boleh,
karena wanita wajib diberi nafkah oleh laki-laki dan bukan
wanita memberi nafkah kepada laki-laki.
Tidak ada kewajiban membayar zakat fitroh dari orang
yang tidak punya bekal makan untuk „Iedul Fitri, karena
225
[HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, disahkan oleh Hakim]
177
Alloh tidak membebani seseorang, melainkan sesuai
dengan kemampuannya.
Siapa yang punya kelebihan makanan sedikit pada hari
raya, lalu ia keluarkan, cukuplah. Karena Alloh
berfirman:
“Maka bertaqwalah kalian kepada Alloh menurut
kesanggupan kalian.” (QS. At-Taghobun [64]: 16)
178
kefardhuan Alloh, dan Alloh Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]: 60)
Nabi bersabda:
“Bukanlah orang miskin itu, orang yang dapat
dikembalikan oleh sebiji dua biji kurma, sesuap dua suap
makanan. Hanya orang miskin itu ialah yang tetap
memelihara diri.”
179
memberikan pertolongan kepadanya, dan tidak pula ia
meminta-minta kepada manusia.”226
Umar berkata:
“Apabila kamu memberikan (dalam pemberian zakat),
maka berikanlah sehingga orang yang menerimanya
memperoleh kecukupan.” 227
226
[HR. Bukhori dan Muslim]
227
[HR. Abu Dawud, Ahmad, an-Nasa‟i]
180
AKHLAK & ADAB
181
182
PENGANTAR TENTANG AKHLAK
A. Definisi Akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari akar kata ( ) َخال ْل ُقyaitu gerakan
dan sikap lahiriyah yang dapat diketahui dengan indera penglihat,
dan juga berasal dari ( ) ُقال ْل ُقyaitu perangai dan sikap mental yang
diketahui dengan bashiroh (mata hati).
Secara istilah akhlak ialah sifat-sifat, perangai atau tabi‟at
seseorang dalam bergaul dengan orang lain atau dalam
bermasyarakat.
B. Jenis Akhlak
Ada dua yaitu:
1. Akhlak hasanah/ jamilah/ mahmudah/ karimah.
Yaitu akhlak yang terpuji, seperti: pemaaf, penyantun,
dermawan, sabar, rohmat (kasih sayang), lemah lembut dan lainnya.
2. Akhlak sayyiah/ qobihah/ madzmumah.
Yaitu akhlak yang tercela, yang merupakan lawan dari
akhlak yang terpuji seperti: pendendam, kikir, berkeluh kesah,
keras hati, pemarah dan lainnya.
Namun kata-kata akhlak ini biasanya diperguanakan untuk
menjelaskan akhlak yang terpuji.
184
6. Sebaik-baik warisan.
Hal ini berdasarkan kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa
dalam firman Alloh :
﴿
﴾ااا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang
anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda
simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar
supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 82)
186
PENYUCIAN JIWA
(TAZKIYATUN NUFUS)
﴾ااا
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rosul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 2)
187
Alloh berfirman:
﴿
188
Perjanjian ini menurut ulama dikenal sebagai Mitsaqul Fithroh
(perjanjian fitroh).
Hati adalah wadah yang harus disucikan guna menolak
syahwat (segala bentuk keinginan yang keluar dari fitroh) dan
syubhat (segala bentuk penyamaran hakekat).
Alloh mengaitkan baiknya seluruh bentuk aktivitas amal
seseorang dengan baiknya sebuah hati (pusat jiwa). Rosululloh
bersabda:
َخ ُّ ُق َخ َخ َّن ْل ْل َخ َخ ُق ْل َخ ً َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل
ا َخ ِإئر ا، اصل َخحا ا َخج َخع ُقذاك ُق ))أال ِإائنا ِإ ا اجع ِإذا ظغ ِإائر اصلح
ْل َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق ُق ُّ ُق َخ َخ َخ ْل َخ
(( ف َخعذ اف َخعذا اج َخعذاك اأالا ِإ َخىا اق ُق
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat
segumpal darah. Apabila dia baik, maka baiklah seluruh
jasad. Dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh
jasad. Ketahuilah, itulah hati.”(HR. Bukhori: No. 39)
189
190
HAKEKAT TAQWA
A. Ta’rif Taqwa.
Kata Taqwa ( ) َخال ْلق َخberasal dari Wiqoyah ( ) ا ِإ َخق َخي ُقyaitu kalimat
yang menunjukkan penolakan terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti
apa yang dapat menghalangi sesuatu. [Lisanul ‘Arob; 15/403 dan
Maqoyiisul Lugoh: 6/131]
Maka, taqwa seorang hamba kepada Robb-Nya berarti
menjadikan penghalang antara dia dengan apa yang ditakuti dari
Robb-Nya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksa-Nya yaitu
dengan cara menta‟ati-Nya dan menjauhi maksiat kepada-Nya.
[Manhajul Anbiya fii Tazqiyatin Nufuus: 28]
Hakekat taqwa adalah:
َخ َخ ْل َخ َخ َخ ُق َخ َخ َخ
ِإ ا ْلش ُقج ْل ا َخ َخبا ِإ ا َخ أ ْلنا ت ُقر َخكا ))أ ْلنات ْل َخ ُقل ِإابؼ َخ ِإ ا ِإ ا َخ لىا ْل ٍءسا ِإ َخنا
َخ َخ َخ ُق َخ ُق َخ
((ِإ ق َخبا ِإ ا َخ ْل ِإص َخي ا ِإ ا َخ لىا ْل ٍءسا ِإ َخنا ِإ ا
“Beramal dengan mentaati Alloh berdasarkan cahaya
ilmu dari Alloh dalam rangka mengharap pahala-Nya
serta menjauhi maksiat kepada-Nya berdasarkan cahaya
dari Alloh tersebut karena takut siksaan-Nya.”
Umar pernah bertanya kepada Ubay bin Ka‟ab tentang
taqwa. Maka Ubay bertanya: pernahkah engkau menempuh jalan
berduri? Umar menjawab: Tentu. Ubay bertanya lagi: Apa yang
engkau lakukan? Umar menjawab: Hati-hati dan sungguh-sungguh.
Maka Ubay berkata: Itulah taqwa.
191
B. Taqwa Dalam Al-Qur’an Dan As-Sunnah.
1. Firman Alloh :
﴾ا .. ﴿
“Dan bertakwalah kepada Alloh yang kepada-Nyalah
kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Maa’idah [5]: 96)
2. Alloh berfirman:
﴿
3. Alloh berfirman:
﴾ا ﴿
“Dan bertakwalah kepada Alloh agar kalian beruntung.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 189)
192
﴿
193
2. Rosululloh bersabda kepada Muadz ketika diutus ke
Yaman:
“Bertaqwalah (takutlah) kamu kepada doa orang yang
didzolimi, karena antara dia dan Alloh tidak terdapat
penghalang.” (HR. Bukhori: 3/357 Fathul Bari dan
Muslim: 1/197 Syarah An-Nawawi).
C. Sarana-Sarana Taqwa.
Alloh telah menetapkan sarana-sarana untuk mencapai
taqwa (tujuan tazkiyatunnufus). Semuanya dapat kita golongkan pada
3 kaidah:
1. Kaidah meneliti seluruh syi‟ar-syi‟ar agama.
Sesungguhnya Islam itu aqidah dan ahkam yang tujuannya
adalah taqwa atau tazkiyatunnufus agar manusia dapat istiqomah
pada perintah Alloh tidak secara individu, kelompok maupun
masyarakat.
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
“Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis.”
(QS. At-Taubah [9]: 28)
194
Sholat merupakan pensucian jiwa, karena ia mensucikan
jiwa dan anggota badan dari kekejian (fahsy) dan kemungkaran.
Alloh berfirman:
﴾ا ﴿
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
196
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (QS. Yunus: 62)
D. Rukun-Rukun Taqwa.
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama‟ah suatu amal hanya diterima
dari orang yagn bertaqwa yaitu orang yang amalnya ikhlas karena
Alloh dan sesuai dengan syari‟at yang ditetapkan oleh Rosululloh
. Sebagian ulama merumuskannya dengan dua point pokok:
َخ ْل َخ
االا َخ ْل َخ ُقذائ َّنالا َخ
1. ِإ ( أنtidak beribadah kecuali kepada Alloh ), dan
2. االا َخ ْل ُق َخذ ُقهائ َّنالاب َخ َخاأ َخ َخشا َخ َخ
ػس َخ َخ ْل َخ
( أنtidak beribadah kepada Alloh
ِإ ِإ
kecuali dengan apa yang telah diperintahkan dan disyari‟atkan-
Nya atau melalui lisan para Rosul-Nya).
Ketentuan ini didasarkan oleh dalil-dalil dari Al-Qur‟an dan
Sunnah sebagai berikut:
Alloh berfirman:
﴿
﴾اااا
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam
(Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku
pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya
Alloh hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Maa’idah: 27)
Alloh berfirman:
197
﴿
﴾ا
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Al-Mulk: 2)
َخ ْل َخ ُق َخ َخ َخ
Dalam menafsirkan yang lebih baik amalnya ( )أحعنا Al-
Fudhoil bin „Iyadh menjelaskan: Yaitu yang paling ikhlas dan
paling benar
ص ُق ا َخ َخاأ ْل ُق
( ص َخ َخ ) َخأ ْل َخ َخ, maka orang-orang pun bertanya: Hai
Abu „Ali, apa yang paling ikhlas dan yang paling benar itu? Beliau
menjawab: Sesungguhnya amal apaila ikhlas tetapi tidak benar, maka
tidak diterima. Dan amal apabila benar, tatapi tidak ikhlas, maka juga
tidak diterima. Sampai amal itu benar-benar ikhlas dan benar. Ikhlas
adalah karena Alloh dan benar itu adalah sesuai sunnah (tuntunan
Rosululloh ).
Dua syarat di atas ditambahkan dengan satu point penting
lainnya yaitu: Ilmu. Maksud ilmu yaitu mengilmui dua rukun di atas
dan mengilmui hakekat taqwa itu sendiri serta hal-hal lainnya yang
terkait.
198
TAHAPAN-TAHAPAN TAQWA
ُمل َش َش َش ُمل
B. Muroqobah ( ا ا / Pengawasan)
Apabila manusia sudah mewasiatkan dirinya sendiri serta
memberi persyaratan kepadanya, maka tidak ada lagi bagi dirinya
kecuali memberi pengawasan kepadanya. Karena ia memahami
tentang firman Alloh :
﴾ ﴿
“Dan ketahuilah bahwasanya Alloh mengetahui apa
yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 235)
ُمل ُمل
C. Tahapan Mujahadah ( ا َش َشا َش/ Berjuang Diri).
Ini adalah perjuangan umum dalam agama Alloh dan
mencari keridhoan-Nya. Di antara hal itu adalah memperjuangkan
jiwa serta terikat dalam menjaganya agar tidak terjatuh dalam tipu
daya setan di saat kelalaian manusia mucul.
﴿
﴾ااا
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Alloh,
supaya kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 200)
َّت
D. Tahapan Taslim ( ال ْس ِل ْس ُمل/ Berserah Diri Atau Menerima
Dengan Ridho).
Alloh berfirman:
﴿
َش
E. Tahapan Ridho (ى ا ِل ض / Rela).
Kerelaan ini memiliki beberapa perkara:
1. Rela menjadikan Alloh sebagai Robb ( ) اش َخضَشىاب هلل َخِإاسَخ.
ِإ ِإ
Rela menjadikan Alloh sebagai Robb mengandung
persaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak di ibadahi kecuali
Alloh . Dimana ia tidak akan menjadikan selain Alloh
sebagai Robb dan Ilah (Pencipta, Pengatur dan Pemilik seluruh
makhluk dan Dzat yang wajib diibadahi semata).
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
“Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain
Alloh, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu”.”
(QS. Al-An’am [6]: 164)
202
Hal-hal yang membantu tercapainya kerelaan menjadikan
Alloh sebagai Robb:
Tawakkal kepada Alloh .
Konsekuen terhadap sesuatu yang diridhoi Alloh .
Mengenal kedho‟ifan dan kelemahan diri sebagai manusia.
Mengenal rahmat dan kasih sayang Alloh .
2. Rela menjadikan Muhammad sebagai Rosul (ىاب ُق َخح َّن ٍءذ َخاس ُقظ ْل ًال ِّم َخ
) ِإاشضَش ِإ.
Rela menjadikan Muhammad sebagai Rosul mengandung
persaksian bahwa Muhammad adalah Rosululloh dengan
ketundukkan yang sempurna dan kepatuhan secara mutlak.
Dimana beliau lebih utama dari dirinya sendiri. Tidak akan
mengambil hidayah kecuali dari untaian kalimatnya, tidak akan
bertahkim kecuali kepadanya serta tidak ridho dengan hukum
selainnya.
﴿
ْل َخ
3. Rela menjadikan Islam sebagai Dien (agama) ( ىاب ا ِإإلا ْلظ ِإ ِإاد ْلي ًن َّن َخ
) اشضَش ِإ.
Orang yang rela menjadikan Alloh sebagai Robb, berarti
ia pun ridho dengan sesuatu yang diridhoi Alloh dan memilih
203
apa saja yang dikehendaki Alloh . Islam adalah agama yang
diridhoi oleh-Nya untuk para hamba-Nya. Dia memerintahkan
mereka untuk mengikuti agama-Nya serta tidak Dia terima
pengganti dan tebusan apapun kecuali beada di atas manhaj
(aturan tata hidupnya).
Alloh berfirman:
﴾ا ﴿
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Alloh
hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 19)
﴾ ﴿
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 85)
﴿
﴾
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
Al-Ma’idah [5]: 3)
204
َخ ً َخ َّن َخ
)) َخ ْلناق َخل َخاس ِإط ْلي ُق ِإاب ا ِإ َخاسًّ ا َخ ِإ ِإإل ْلظ ِإ ِإاد ْلي ًن ا َخ ِإ ُق َخح َّن ٍءذ َخاس ُقظ الا َخ َخج َخ ْل اا ُق ا
ْل َخ َّن ُق
(( اجن
“Barangsiapa yang mengucapkan: Aku ridho Alloh
sebagai Robb, Islam sebagai dien dan Muhammad
sebagai Rosul, niscaya ia wajib mendapatkan jannah.”
(HR. Abu Dawud no. 1529, dan lain-lain dengan
sanad yang shohih)
ُمل ُمل ُمل
F. Tahapan Sakinah Dan Tumaninah ( ا َّت ِل ْس َش َش ال َش ِلأ ْس َش/ Tenang
Dan Tentram).
Dasarnya adalah ketenangan dan ketentraman yang diberikan oleh
Alloh pada hati hamba-Nya yang beriman ketika goncangan jiwanya
dan sangat berat rasa takutnya. Sehingga apapun yang akan dihadapinya
tidak dapat menggoyahkannya, bahkan hal tersebut menambah luas
keyakinan dan kemantapan serta menambah keimanannya. Bahagialah
orang-orang seperti ini karena Alloh berfirman:
﴿
205
..﴿
206
KEADAAN HATI
Rosululloh bersabda:
ً َخ ْل ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ ُّ َخ َخ َخ َخ ْل ُق ْل َخ َخ
(( اغ ي اآد َخ اأ ْلظ َخش ُق ا ق ٍء ا ِإ نا ا ِإقذ ِإس ِإائر ا ظل )) اق ا ب ِإن
“Sesungguhnya hati anak Adam lebih cepat berbolak-
balik daripada periuk ketika didihannya menyatu.” (HR.
Ibnu Abi ‘Ashim no. 226 dan Dzilalul jannah: 1/102)
207
Karena cepat dan dahsyat berbolak-baliknya itulah, maka Rosul
berdoa:
َخ َخ َخ ْل ُق ُق َخ َخ َخ
(( اص ِّم ِإش اق ْل ُق ن ا لىاػ ِإل
صش ا اق ْل ب َخ َخ ْل ُق ُق
ُق َّن ُق َخ َخ َّن
ِإ )) ا ا ِإ
“Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikan hati,
palingkanlah hati kami dalam taat kepada-Mu.” (HR.
Muslim no. 2654)
B. Macam-Macam Hati
Hati bila ditinjau dari sudut hidup dan matinya terbagi menjadi
3 macam, yaitu:
)ق ْل ٌب ا َخ ح ْلي ٌب َخ
1. Hati yang sehat/ selamat ( اظ ِإ ْلي ٌب
َخ
ِإ
Qolbun Salim yang dapat membawa keselamatan di sisi
Alloh adalah:
208
ُق ُّ َخ َخ َخ َخ َّن ْل ْل َخ َخ ُق ْل َخ ً َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل
اصل َخحا ا َخج َخع ُقذاك ُق ا َخ ِإئر ا )) أال ِإائنا ِإ ا اجع ِإذا ظغ ِإائر اصلح
ْل َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق ُق ُّ ُق َخ َخ َخ ْل َخ
(( اأالا ِإ َخ ا اق ُق، ف َخعذ اف َخعذا اج َخعذاك
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada
segumpal darah. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh
jasadnya. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah
seluruh jasadnya. Itulah (gambaran) hati.” (HR.
Bukhori no. 53 dan Muslim no. 1599)
“Hati yang selamat dari syahwat yang menyalahi
perintah dan larangan Alloh serta selamat dari setiap
syubhat yang bertentangan dengan berita-berita-Nya.”
(Ighotsatul Lahfan: 1/12)
211
212
PENYAKIT HATI DAN OBATNYA
213
rahmat, karena dengannya orang-orang Mukmin bisa memperoleh
ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat.
﴿
﴾اا
“Dan apakah orang yang sudah mati. Kemudian dia
kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang
terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan
orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang
sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka
kerjakan.”(QS. Al-An’am [6]: 122)
214
Muhasabah dibagi menjadi dua macam:
a) Sebelum beramal.
Dalam hal ini perlu diperhatikan 4 hal:
1) Apakah amalan ini mampu dikerjakan?
2) Apakah mengerjakan amalan ini lebih baik daripada
meniggalkannya?
3) Apakah amalan ini ditujukan untuk memperoleh ridho
Alloh ?
4) Misalnya untuk mengamalkan amalan ini diperlukan
bantuan orang, apakah ada orang-orang yang membantu?
Jika jawabannya ada, maka ia bisa melaksanakan amalan
terebut. Bila tidak, ia perlu mengukur kemampuannya.
b) Setelah beramal.
Dalam hal ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1) Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan baik
yang belum dilaksanakan sebagaimana mestinya,
sehingga mengurangi hak Alloh di dalamnya. Di
antara hak-hak Alloh adalah keikhlasan, ketulusan,
mutaba‟ah (maksudnya, mengamalkan sesuai dengan
tuntunan syari‟at), perasaan senantiasa diawasi oleh
Alloh , pengakuan terhadap karunia Alloh di
dalamnya dan pengakuan akan kekurangan setelah
melaksanakan semua itu.
2) Melakukan muhasabah terhadap amalan yang lebih baik
ditinggalkan daripada dikerjakan.
3) Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan mubah
atau adat kebiasaan yang dikerjakan, apakah untuk
mencari ridho Alloh dan kebahagiaan di negeri
akhirat, sehingga ia menjadi orang yang beruntung,
215
ataukah untuk mencari kebahagiaan di dunia saja
sehingga ia akan merugi.
Kesimpulan dari semua itu, hendaklah ia melakukan
muhasabah terhadap amalan-amalan wajib, kemudian
menyempurnakannya apabila terdapat kekurangan, kemudian
melakukan muhasabah terhadap larangan-larangan Alloh jika
ia mengetahui bahwa dirinya melakukan salah satu darinya, ia
mengiringnya dengan bertaubat dan beristighfar, kemudian
melakukan muhasabah terhadap apa saja yang dikerjakan oleh
anggota badannya dan apa saja yang dilalaikannya.
4. Pengobatan penyakit hati yang terkena godaan setan.
Setan adalah musuh manusia. Untuk menyelamatkan diri
darinya, kita harus melakukan penyelamatan diri sesuai dengan
yang disyari‟atkan oleh Alloh , yaitu dengan cara beristi‟adzah
(memohon perlindungan). Nabi pernah menggabungkan
permintaan, perlindungan dari kejahatan nafsu dan setan sekligus.
Nabi bersabda kepada Abu Bakar :
ُق َّن ْل َخ
ضا َخ ِإا َخ ا اغ ْلي ِإ ا َخ اؽ َخ َخد ِإة َخاس َّنباك ِإ ِّملا ساع َخ َخ ِإ ا َخ ا َخ ْل
َخ ا َّن ُق َّن َخاف ِإػ َخشا َّن:)) ُقق ْلل
ِإ
اؼ ِّمشا َخ ْلفسَشىا َخ ا ناْل َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق َخ ْل َخ ُق َخ ْل َخ َخ َخ َّن َخ ْل َخ َخ ُق ْل ُق َخ ْل َخ
ِإ َشى ٍء ا ا ِإ يك اأؼ ذاأناال ِإائا ِإائالاأ اأ ر ِإب ا ِإ ن ِإ ِإ
ُق ْل ً َخ ْل َخ ُق َّن ُق َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َّن ْل َخ َخ َخ
اؼ ْلش ِإك ِإ ا َخ اأ ْلناأقت ِإر ا َخ لىا ْلف ِإسَشىاظ ؤ اأ اأجشه ِإائلىا ؼ ِّم ِإشا اؽيؼ ِإنا ِإ
(( ُق ْلع ِإ ٍء
“Katakanlah: “Ya Alloh, Pencipta seluruh langit dan
bumi, Yang Mengetahui apa yang ghoib dan apa yang
Nampak, Robb dan raja bagi sesuatu. Aku bersaksi
bahwa tiada ilah selain Engkau, aku berlindung kepada-
Mu dari kejahatan nafsuku dan dari kejahatan setan
beserta sekutunya dan dari melakukan kejahatan
216
terhadap diriku atau terhadap seorang Muslim”.” [Lihat
Shohih Tirmidzi: 3/142]
﴾اااا
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-
dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 135)
217
c) Firman Alloh :
ْل ُق ُق َخ ْل َخ ِّم َخ
﴿ َخ َخ ْلنا ُق َخ ِإ ْل اؼ َخ ِإة ِإشا ِإ اف ِإا َّن َخه ا ِإ ْلنا ق َخ ا اق ِإ ﴾ا
“Barangsiapa yang mengagungkan syi‟ar-syi‟ar Alloh
(amal sholeh), maka ia termasuk ketakwaan hati.” (QS.
Al-Hajj [22]: 32)
d) Rosululloh bersabda:
ً َخ َخ َخ ْل ُق
((اإلا ْلي َخ نا ِإ ْل اق ِإ ا ْل ٍءذاأ َخبذ ُّ َخ ْل
َخ ْل ُق ُّ َخ َخ
)) الاي ل ِإ عا اشحا ِإ
“Bakhil tidak dapat bersatu dengan iman di dalam satu
hati seorang hamba selama-lamanya.” (HR. An-Nasa’i
dalam Al-Mujtaba’: 6/13 dan tercantum dalam
shohih Al-Jami’ no. 2678)
218
ADAB TIDUR
219
A. Adab Sebelum Tidur.
1. Tidak mengakhirkan waktu tidur (begadang) kecuali untuk hal-
hal yang mendadak (mendesak) seperti mengulang pelajaran,
berbincang-bincang dengan tamu atau bercengkrama bersama
anggota keluarga.
2. Selalu menjaga wudhu‟ saat hendak tidur
Rosululloh bersabda:
َخ َخ ُق ْل َخ َخ َخ َخ َّن ْل
))ئر اأ ي ا َخ ج َخ افل َخ طأا ُق ط َخ ك ِإاا َّن
((ص ِإة
َخ َخ َخ ْل َخ
ِإ
“Jika kamu hendak merebahkan diri ke pembaringan,
berwudhu‟lah sebagaimana engkau berwudhu‟ untuk
sholat.”1
3. Tidur berbaring dengan lambung kanan menghadap kiblat.
َخ ِّم َخ َخ َخ ْل َخ ُق
((ىاؼ ِإق ا ْلي َخ ِإن ْل
)) َّن ا طؼ ِإ عا ل ِإ
“...kemudian berbaringlah di atas pinggang sebelah
kananmu.”2
4. Tidak tidur dengan posisi tengkurap.
5. Berdzikir dan berdoa.
Di antara dzikir, doa dan perbuatan yang bisa dilakukan
Rosululloh adalah:
a) Membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas,
kemudian ditiupkan pada kedua telapak tangan (dengan
sedikit meludah), sesudah itu diusapkan ke anggota tubuh
mulai dari kepada, wajah dan lainnya yang dapat dijangkau
sebanyak tiga kali. 3
1
[HR. Bukhori: no. 6311 dan Muslim: no. 2710]
2
[HR. Bukhori: no. 6311 dan Muslim: no. 2710]
3
[HR. Bukhori: no. 6319 dan Muslim: 4/1723]
220
b) Membaca Ayat Kursi. 4
﴿
4
[HR. Bukhori: no. 5010]
221
5
[HR. Bukhori: no. 6319 dan Muslim: 4/1723]
6
[HR. Abu Dawud: 4/311. Lihat Shohih at Tirmidzi: 3/143]
7
[HR. Tirmidzi dan Nasaa‟i. Lihat Shohih al Jamii‟: 4/255]
222
f) Berdoa, di antaranya:
ُق َخ َخ َخ َّن َخ
(( )) ِإ ْلع ِإ ا ا ُق َّن اأ ُق ْل ا اأ ْلح َخي
“Dengan nama-Mu ya Alloh, aku mati dan hidup.”8
َخ َخ ُق َخ َخ َخ َخ َّن
(()) ا ُق َّن ا ِإق ِإ ْل ا ز َخب َخاي ْل َخ ا ْل َخ ا ِإ َخ دك
“Ya Alloh, jauhkanlah aku dari siksaan-Mu pada hari Engkau
membangkitkan hamba-hamba-Mu.” (dibaca 3 kali).”9
8
[HR. Bukhori dan Muslim]
9
[HR. Abu Dawud]
10
[HR. Al-Hakim, adz-Dzahabi, an-Nasaa‟i dan Ibnu Suni. Lihat Shohih al-
Jamii‟: 4/321]
11
[HR. Abu Dawud, Shohih Tirmidzi 3/]
223
4. Jika bermimpi baik:
- Tidak diceritakan kecuali kepada orang yang sedang
mendengarkannya. 12
5. Jika bermimpi buruk:
- Meludah kekiri tiga kali (dengan sedikit percikan),
- Berta‟awudz 3 kali,
- Tidak menceritakannya kepada orang lain,
- Mengubah posisi tidur,
- Bangun dan sholat malam, jika mau. 13
12
[HR. Bukhori: 7/24 dan Muslim: 4/1772]
13
[Lihat hadits Muslim 4/1772-1773 dan Bukhori 7/24]
14
[HR. Bukhori dan Muslim]
224
ADAB BERSUCI
15
[HR. Abu Dawud no. 1, Tirmidzi no. 20, Ibnu Majah: no. 334, an Nasaa‟i:
1/17, dan Tirmidzi, berkata; Hasan Shohih]
225
4. Mendahulukan kaki kiri ke tempat buang air, sambil
mengucapkan:
َخ ْل َخ َخ ْل ُق ِّم َخ ُق ُق َخ َخ َّن
(( )) ِإ ْلع ِإ ا ِإ اأا ُق َّن ِإائ ِإ ىاأ ْل ر ِإاب ا ِإ نا ال ُق ِإ ا ا ال َخ ِإة ِإ
“Dengan nama Alloh. Ya Alloh, aku berlindung kepada-
Mu dari godaan setan laki-laki dan setan perempuan.”
5. Tidak menghadap atau membelakangi.
Abu Ayub Al-Anshori berkata: Rosululloh
bersabda:
َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق ُق ْل َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل ُق
ا ِإق ْل ِإ غ ِإة ٍءؽ َخ ال َخب ْل ِإلا َخ االا )) ِإئر أ يل اغ ِإةؽ ف تعلق ِإ
َخ َخ ْل ْل َخ
(( ت ْلعلذ ِإب ُقش ه
“Apabila kalian buang hajat, janganlah kalian
menghadap kiblat dan jangan membelakanginya, baik di
saat buang air besar atau kecil.”16
َخ َّن َّن َّن َخ َّن َخ ُق َّن
ا ِإز َخي َخل لى: ق ا ْل َخ َخ ا ِإ َخن ِإن َخي َخس ُقظ َخل ا ِإ ق َخل.» )) َّن ُقق ا ِإ َخن ْلي ِإن
َّن َخ ِّم َخ
(( ط أ ْل ِإ ِإ ِإ ْل
ِإ ى ػ ِإشي ِإ ان ِإ
“Takutlah kalian kepada dua perkataan yang
mendatangkan laknat? Sahabat bertanya: apakah itu ya
Rosululloh? Beliau berkata: yaitu orang yang buang
air di jalan-jalan (umum) dan di naungan (tempat
pertemuan).”17
16
[HR. Bukhori: no. 393, Muslim: no. 264, Abu Dawud: no. 9, ad-Darimi: no.
665 dan Malik dalam al-Muwaththo: no. 453 dan Tirmidzi: no. 8]
17
[HR. Muslim: no. 269]
226
B. Adab Istijmar (Bersuci Dengan Benda Keras, Seperti Batu,
Daun dan Tisu) dan Istinja’ (Bersuci Dengan Air).
1. Tidak beristijmar dengan tulang atau kotoran binatang.
2. Tidak beristijmar dan beristinja, ataupun menyentuh kemaluan
dengan tangan kanan.
3. Beristijmar dalam hitungan ganjil yaitu dengan tiga batu (atau
semisalnya). Dan jika dirasa belum bersih, maka dengan lima
batu. Hal ini berdasarkan pendapat Salman al-Farisi berikut:
َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ
أ ْلن ال ْلع َخل ْلق ِإ َخل ا ِإق ْل َخ أ ْلن ال ْلع ْلن ِإ َخى ِإبأ ْلي َخ ِإ َخن َخ ال َخ ْلك َخل ِإف َخى ِإب ُقذ ِإن ))أ ش
ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ ٌب َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ
(( ٌب ج ٍءس ايغ ِإفيه س ِإجيع ال ِإ أ
“Rosululloh melarang kami buang air besar dan kecil
menghadap kiblat, atau beristinja‟ dengan tangan kanan,
atau beristinja kurang dari tiga batu, atau beristinja‟
dengan tahi/kotoran atau tulang bintang.”18
4. Jika ingin beristinja‟ dan beristijmar sekaligus, maka
dahulukan istijmar. Dan jika dirasa cukup dengan salah
satunya, maka hal ini tidak apa-apa. Akan tetapi secara umum,
beristinja‟ lebih bersih dan lebih suci.
5. Memercikkan air ke kemaluan dan celana untuk
menghilangkan was-was.
6. Mengusap-usap tangan kiri ke tanah atau membasuhnya
dengan sabun (atau semisalnya).
18
[HR. Muslim: no. 262, Abu Dawud: no. 7, Ibnu Majah: no. 316, dan Tirmidzi
no. 16 ia berkata: Hadits Salman dalam bab ini adalah Hadits Hasan Shohih]
227
C. Adab Setelah Buang Air.
Mendahulukan kaki kanan, sambil bedoa:
ُق ْل َخ َخ
(( ))غف َخش
“Ya Alloh, ampunilah aku.”
Aisyah berakata:
ُق ْل َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َّن َخ َخ
(( غف َخش:ِإئر ا َخش ا ِإ نا ال ِإ اق َخل ))ك نا ان ِإ ا
“Nabi apabila keluar dari jamban, maka beliau
berdoa: “Ya Alloh, ampunilah aku.”19
19
[HR. Ahmad: no. 25275, Tirmidzi: no. 7, Abu Dawud: no. 30, Ibnu Majah:
no. 300 dan ad-Darimi: 68, sanadnya shohih]
228
ADAB BERPAKAIAN
Alloh berfirman:
﴿
21
[Taisiir al-Kariim ar-Rohmaan: 249]
22
[Taisiir al-Kariim ar-Rohmaan: 298]
23
[Shohih Sunnan an-Nasa‟i no. 2399]
231
Dari dalil-dalil di atas, karena pakaian bukan hanya sekedar
alat pembungkus tubuh bahkan erat kaitannya dengan perintah
ibadah, maka hendaknya seorang Muslim senantiasa
memperhatikan adab-adabnya, sebagaimana Rosululloh pun
telah menjelaskan jenis-jenis pakaian yang diperoleh, dilarang,
disunnahkan maupun yang dibenci. Di antara adab-adab
berpakaian adalah:
﴾ا
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-
anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.” (QS. Al-Ahzab [33]: 59)
30
[HR. Bukhori: no. 5788 dan Muslim: 48 [2087]]
31
[HR. Bukhori: no. 4758]
234
7. Berdoa disaat berpakaian:
ْل َخ ْل َخ ْل ُق َّن َّن ْل َخ َخ ْل َخ َخ َّن ْل َخ َخ َخ َخ َخ
اح ْل ٍءلا ِإ ِإ ِّم ىا
اغ ْلير َخ
)) اح ذ ِإاا ِإ ا ا ِإز اكع ِإن اهز ا( ا ب) سصق ِإني ِإ ا ِإ ن ِإ
َخ ُق
))َخ الاق َّن ٍءة
“Segala puji bagi Alloh yang menganugerahkan pakaian
ini kepadaku sebagai rezekiNya, tanpa daya dan
kekuatan dariku.”32
32
[HR. Ashabu Sunan kecuali Nasa‟i, Irwaul Gholil: 7/47]
33
[HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, al Bukhori dan terdapat dalam Mukhtasor
Syamail, Tirmidzi tahqiq Syaikh al Albani halaman, 147 ]
34
[HR. Abu Dawud: 4/41]
235
َخ
)) اح ِإ ْلي ًذ ا َخ ا ُق ْل اؼ ِإ ْلي ًذ اج ِإذ ْلي ًذ ا َخ ا ِإ ْل
ؾ َخ ((ئ ْلا َخ ْل
غ َخ
ِإ
“Berpakaianlah yang baru, hiduplah dengan terpuji dan
matilah sebagai syahid.”35
35
[HR. Ibnu Majah: 2/1178, al Bukhori: 12/41 dan dengan Shohih Ibnu Majah:
2/275]
36
[HR. at Tirmidzi: 2/505 dan lainnya. Lihat Shohihul Jami‟: 3/203]
236
ADAB MAKAN DAN MINUM
37
[Lihat Taisiir al Kariim ar Rahman: 63]
38
[HR. Ibnu Majah no. 3286]
39
[HR. Ahmad: 10/26148, Abu Dawud: no. 3767, Tirmidzi: no. 1865, ia
berkata: Ini hadits hasan shohih. Ibnu Majah: no. 3264, Ad Darimi: 2/94, Ibnu
Hibban dalam Shohihnya: 12/5214, Al Baihaqi: 7/276 dan Al Hakim: 4/7087]
238
„Umar bin Abi Salamah berkata:
ْل َخ َّن َخ ُق ْل َّن َخ َخ َخ َخ َّن ُق َخ ُق
اص ْلحف ِإ ا اي ِإذ ا ِإؼيؾا ِإ ا ))ك ْلن ُق اغ ً ا ِإ ىا ِإ ْلج ِإش َخاس ُقظ ِإلا ا ِإ ا ا ك
ُق ُق َخ ُق َخ ُق َخ ِّم َّن َّن َخ َخ
ا َخ ك ْلل ِإاب َخي ِإ ي ِإن َخ ا َخ ك ْللا ِإ َّن ا، َخ فق َخل ِإال َخاس ُقظ ُقلا ا ِإ اا ااي اغ اظ ِإ ا ا
َخ
(( َخي ِإ ي
“Dahulu, aku menjadi pembantu di rumah Rosululloh .
Dengannya aku pernah merambah piring makanan, lalu
Rosululloh bersabda kepadaku: “Hai nak!
Ucapkanlah Basmalah, makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.”40
3. Hendaklah sisa-sisa makanan yang ada di piring atau di tangan
dibersihkan dengan mulutnya agar tidak tersisa sedikitpun hal
yang mengandung barokah. Dan hendaklah makanan-makanan
yang jatuh ke tanah, dibersihkan lalu dimakan dengan baik.
Anas berkata:
َّن َخ َخ َخ
ق َخلا. ص ِإ َخ ُق ا ا اػ َخ ً َخاا َخ َخاأ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َّن
))أ َّنن َخاس ُقظ َخلا ا ِإ ا اك ن ِإائر اأكل
َخ
ِإ
َخ َخ َخ ْل ْل ُق ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ُق ُق َخ ُق َخ ْل ْل
اظقؼ ْل اا ْلق َخ اأ َخح ِإذك ْل اف ُقي ِإ ؽا َخ ْلن َخه ا ر ا َخ ا َخيأك َخ ا َخ الا ق ل ِإائر
َخ ْل َخ َخ ُق َّن َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق َخ َخ َخ َخ
َخي َخذ ْل َخ اا ؽ ْليؼ نا أ َخ َخش اأنا ْلع ا اق ْل
َخ ْل َخ َخ َّن
ص اق َخلاف ِإا ك ْل االا ذ ُقس نا ِإ ىا ِإ ِإ
َخ ِّم َخ َخ ُق ُق ْل َخ َخ َخ ُق
(( أ ِإ اػ ِإ ك ا ابرك
“Sesungguhnya Rosululloh apabila makan, beliau
menjilat 3 jarinya (yang digunakan untuk makan). Beliau
bersabda: “Apabila makanan kalian jatuh, cucilah
kotorannya, lalu makanlah. Dan jangan biarkan bagian
untuk syaitan. Beliau memerintahkan kami untuk
membersihkan (dengan mulut) piring makanan, beliau
bersabda: “Sesungguhnya kalian tidak tahu, makanan
kalian yang mana mengandung berkah.”41
40
[HR. Ahmad: 5/16334, Bukhori no. 5376, Muslim no. 2022, Tirmidzi: no.
1864, Abu Dawud no. 3777 dan Ibnu Majah no. 3265]
41
[HR. Muslim: 2034]
239
4. Disunnahkan untuk berjamaah ketika makan.
Sesungguhnya orang-orang berkata: “Ya
Rosululloh, kami makan tetapi tidak kenyang.”
Rosululloh bertanya: “Mungkin kalian saling sendiri-
sendiri?” mereka menjawab: “Ya.”
Rosululloh bersabda:
ْل َخ ُق َّن َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ ْل ُق َخ َخ
(( )) ف ْلجل ِإ ُق ا لىاػ َخ ِإ ك ْل ا رك ُقش ا ْلظ َخ ا ا ِإ ا ْلي ِإ ُقاي َخ َخسكااك ْل ا ِإفي ِإ
“Berkumpullah kalian ketika kalian makan, dan sebutlah
nama Alloh niscaya kalian diberi berkah.”42
5. Dilarang mencela makanan, jika tidak suka tinggalkan.
Abu Huroiroh berkata:
ْل َخ ُق َخ َخ َخ ُق َخ َّن َخ َخ ُق ُّ َخ َخ َّن
(( )) َخ ا َخب َخاس ُقظ ُقلا ا ِإ ا ػ َخ ً اقؽ ِإائ ِإنا ؼ َخه هاأك ا ِإائالا َخشك
َخ
“Rosululloh tidak pernah mencela makanan
sedikitpun. Jika ia suka, ia memakannya dan jika tidak,
ia tinggalkan.”43
6. Dilarang minum sambil berdiri, bernafas atau meniup minuman
dan minum langsung dari lubang botol.
(( اإلا ِإ
َخ
َخ ْل ُق َخ ْل َخ َخ َّن
))أناي نفغا ِإ ِإ
“Sesungguhnya Nabi melarang bernafas pada bejana.”44
42
[HR. Abu Dawud no. 3764, Ibnu Majah no. 3286, Ahmad 3/501. Syaikh
Salim Hilaly berkata: Akan tetapi hadits ini hasan lighoirihi: Shohih al-Wabil
[ash-Shoyyib: 231]]
43
[HR. Bukhori: Fathul Bari: 9/547 dan Muslim no. 2064]
44
[HR. Bukhori: 1/221 dan Muslim: 261]
240
َخ ْل )) َخ َخه َخ
(( ِإ ا ْلظ ِإف َخي ِإ ىاس ُقظ ْل َخلا ِإ ا ا َخ ِإنا ِإل َخن
“Rosululloh melarang minum dari ujung
botol/teko.”45
45
[HR. Bukhori: 10/78 dan Muslim: 2023]
46
[HR. Bukhori no. 5458 dan Tirmidzi: 3452]
47
[HR. Muslim: 2060]
241
َخ َخ ْل َخ ْل َخ ً َخ ْل ُق ْل ُق َخ ْل
((ىاظ ْل َخ ِإ اأ ْل َخ ٍء
)) ْلإ نا ؽ َخش ُقبا ىا ىا حذا ا ف ُقشا ؽ َخش ُقبا َخ
ِإ ِإ ِإ ٍء ِإ ِإ ِإ
“Orang Mukmin minum dalam satu usus, sedangkan
orang kafir minum dalam tujuh usus.”48
48
[HR. Muslim: 2063]
242
ADAB TERHADAP ORANG TUA
﴿
49
[HR. Bukhori no.5971]
244
“Sesungguhnya Alloh mengharamkan kepada kalian
mendurhakai orangtua, melarang sesuatu yang tidak
dilarang Alloh dan meminta sesuatu yang bukan haknya,
mengubur anak hidup-hidup dan Alloh benci kepada
orang yang mengatakan qila wa qola (kata si anu kata si
ini) dan banyak bertanya dan menghamburkan harta.” 50
َخ ُق َخ َخ َخ َخ ُق َخل َّن َخ َخ ْل
اإلاؼ َخش ُقكا َخ َخ ُق َخ ِّم ُق ُق ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ
))أالاأ ِإ ئك ِإابأكب ِإرا اك ِإة ِإش اق ا ابلىاي اسظ ا ا ِإ َخاق ل ِإ
َخ َخ َخ َخ َّن َخ ُق ُق ُق ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ
غا َخ ك َخنا ُق َّنل ِإك ًئ افق َخلاأالا َخ ق ْل ُقلا ُّاض ِإسا ا ق ا ا ِإاذي ِإنا ج، ِإب ا ِإ
َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ ِّم ُق َخ َخ َّن ُق ْل َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ
(( ق لاف اص لايك ِإشسه اح ىاق ن اايل اظك
“Maukah aku katakan pada kalian tentang dosa yang
paling besar? Mereka menjawab: Mau ya Rosululloh .
Nabi bersabda: Yaitu menyekutukan Alloh dan
durhaka kepada orangtua, sedang waktu itu Nabi
bersandar lalu duduk dan berkata: Ingatlah dan berkata
dusta serta bersaksi palsu. Ingatlah dan berkata dusta
serta bersaksi palsu. Nabi mengulang-ngulang hingga
Abu Bakroh berkata: Semoga beliau berhenti
mengatakannya kembali.”51
50
[HR. Bukhori no. 2408 dan Muslim no. 593]
51
[HR. Bukhori no. 6273 dan Muslim no. 87]
52
[HR. Bukhori dan Muslim]
245
ِّم َخ َخ ْل ِّم ْل ْل ْل
اأب ِّمشا اب ِّمراأن َخايص َخلا َّناش ُقج ُقلاأه َخلا ُق د َخ
َخ َّن
((اأب ْلي ِإ ا ْل ذاأن ُقاي ِإل َخ ِإ ِإ ))ئنا ِإ ن ِإ ِإ ِإ
“Sesungguhnya di antara amal yang paling baik adalah
seseorang menghubungkan tali silaturahmi dengan
keluarga kecintaan ayahnya sesudah ayahnya
meninggal.”53
﴾
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan
kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-
lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 8)
53
[HR. Muslim no. 2552]
246
tak boleh memanggil namanya, tapi harus memanggilnya dengan
panggilan bapak atau ibu. Dan jangan berpergian tanpa seizin dan
keridhoan mereka.
c. Hendaklah berbuat baik kepada orangtua dengan beragai macam
kebaikan, seperti memberinya makan, pakaian dan obat,
menghindarkan mereka dari berbagai bahaya dan ancaman dan
bersedia menjadi sandera bila diperlukan.
d. Bersilaturahmi dengan mereka yang telah terjalin hubungan
silaturahmi dengan kedua orangtua, mendoakan, memohonkan
ampun bagi keduanya dan melaksanakan janjinya serta
menghormati sahabatnya.
247
248
ADAB TERHADAP SESAMA MUSLIM
249
Rosululloh bersabda:
َخ ْل َخ ُق َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ ُق َخ ِّم
يل َخ لى اق ِإ، ْل ِإ َش ْل لى اق ِإ ِإذ، )) ع ِإ ُق َّناش ِإك ُق لى ْل ِإ َش ْل
ْل َخ
((ير
اك ِإ ِإ
“Yang berkendaraan hendaklah memberi salam kepada
yang berjalan kaki. Yang berjalan kaki memberi salam
kepada yang duduk dan yang sedikit memberi salam
kepada yang banyak.”54
ْل ْل َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق
(( َخ ن ا ْل ت ْل ِإش اع َخ لى َخ ن َخشف
)) ق َخشأ َّن
“Hendaklah memberi salam kepada orang yang engkau
kenal dan kepada yang tidak engkau kenal”55
َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل ْل
(( ص فح ِإن ِإئال غ ِإف َخش ا ُق َخ ق ْل َخل أن َخيلف َّنشق
)) َخ ن ُق ْلع َخ ين َخي لق َخي ن ف َخيل َخ
ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ
“Tidaklah kedua orang muslim bertemu kemudian
keduanya bersalaman, kecuali Alloh mengampuni
keduanya sebelum mereka berpisah.”56
54
[HR. Bukhori no. 6233 dan Muslim no. 2160]
55
[HR. Bukhori no. 12 dan Muslim no. 39]
56
[Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohih Jami‟ no. 5777]
250
“Apabila seseorang dari kamu bersin, maka ucapkanlah
padanya, yarhamukalloh. Apabila dia menjawab dengan
yarhamukalloh, maka hendaklah diucapkan padanya
yahdikumullah wa yushlih balakum.”57
ُق َخ َخ ْلي ِإ َخ َخظ َّن َخ ئ َخر َخ َخؼ َخ َّن ُقل َّن َخ َّن َخ َخ َخ َخ
غ َخ َخ
ط َخع ِإ صلى ا ا ِإ ((أ ُقب ْل ُقاه َخشْلي َخشة ق َخل ك َخن َخس ُقظ
ْلن َخ َخ
ع أ ْل َخغ َّن َخ َخف َخ َخ ْل َخ ُق َخأ ْل َخي َخذ ُقه َخ َخلى َخج ْل َخهل َخ
)) ص ْل ِإ ِإ ِإ ع ِإ ِإ
“Abu Huroiroh berkata: Rosululloh apabila bersin,
menutup mulutnya dengan tangan atau bajunya dan
merendahkan suaranya”58
57
[HR. Bukhori no. 6224]
58
[HR. Abu Dawud no. 5029 dan Tirmidzi no. 2746 dan dishohihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shohih Jami‟ no.4755]
59
[HR. Bukhori no. 1240 dan Muslim no. 2162]
251
5. Menghargai sumpahnya apabila dia bersumpah terhadap sesuatu,
jika sumpahnya bukan pada hal yang dilarang. Maka hendaklah ia
melaksanakan sumpahnya, sehingga ia tidak melanggar
sumpahnya. Hal itu didasarkan pada hadits Barro bin Azib . Ia
berkata:
“Rosululloh menyuruh kami menengok orang sakit,
mengantar jenazah, mendoakan orang bersin,
menghargai orang bersumpah, menolong orang
teraniaya, memenuhi undangan dan menyebarluaskan
salam.”
60
[HR. Bukhori]
61
[HR. Muslim]
252
7. Mencintainya seperti mencintai dirinya sendiri dan membencinya
seperti benci untuk dirinya.
Rosululloh bersabda:
ْل ْل َخ َخ َخ ُق َخ
ا َخ َخيك َخش ُقهاا ُق ا َخ َخيك َخش ُقها، ((ال ُقي ْلإ ِإ ُقن أ َخح ُقذك ْل َخح َّن ى ُقي ِإح َّن ِإ ي ِإ َخ ُقي ِإح ُّ ِإا َخن ْلف ِإع ِإ
))ِإا َخن ْلف ِإع ِإ ا
“Tidak sempurna iman seorang diantara kamu sebelum
ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri. Dan membenci sesuatu buat saudaranya seperti
ia benci bila buat dirinya.”62
Rosululloh bersabda:
َخ َخ َخ َخ ْل ْل ُق َخ ْل ُق
)) (( ْل ْلإ ِإ ُقن َخ ْلن أ ِإ َخن ُق ْل ْلإ ِإ ُقن ن َخ لى أ ُقف ِإع ِإ ْل ا َخ اأ ْل َخ ِإا ِإ ْل
“Orang Mukmin ialah orang yang menciptakan rasa
aman pada kaum Mukminin atas jiwa dan harta
mereka‟67
64
[HR. Bukhori no. 2443]
65
[HR. Tirmidzi no. 1928 dan dishohihkan oeh Syaikh al-Albani dalam Shohih
Jami‟ no. 6706]
66
[HR. Bukhori no. 6484]
67
[Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohih Jami‟ no. 6658]
254
﴿
Rosululloh bersabda:
َّن َّن َّن َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ
)) ط َخع أ َخح ٌبذ ِإا ِإ ِإئال َخسف َخ ُق ا ُق ((
“Tidak ada seorangpun yang tawadhu karena Alloh,
kecuali ia akan ditinggikan (derajatnya) oleh Alloh ”68
68
[HR. Ahmad: 2/235, ad-Darimi: no. 1683, Muslim: no. 2588, at-Tirmidzi: no.
2029 dan Ibnu Khuzaimah: no. 2438]
69
[HR. Ibnu Majah dan Hakim]
255
“Janganlah seseorang dari kamu menyuruh orang lain
berdiri dari tempat duduknya kemudian kamu duduk di
tempatnya. Akan tetapi berlapang-lapanglah dan berilah
keluasan.”70
﴿
70
[HR. Bukhori dan Muslim]
71
[HR. Bukhori dan Muslim]
72
[HR. Muslim]
256
Rosululloh bersabda:
َخك ب َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ ْل ُق َخ َخ َخ )) َخأ َخ ْلذ ُقس َخن َخ ْلاغي َخ ُق َخق ُقا ا َّن ُق َخ َخس ُقظ ُقا ُق
ِإ ِإركشك أ:أ اق ل ِإ
َخ ُقق لُق ئ ْلن َخك َخن ف ْلي َخ:ُقل َخق َخل َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ ُق ْل
ِإ ِإ ِإ أفشأي ِإئن ك ن ِإ ى أ ِإخى أق:ا ِإقيل،َخيك َخش ُقه
َخ َخ ْل َّن ُق َخ َخ ْل َخ ْل َخ ُق َخ ْل َخ ُق ْل
(( فق ِإذ غل ل ِإئن ا ْل َخيكن ِإفي ِإ فقذ َخ َخهل
“Tahukah kalian apa ghibah (menggunjing) itu? Mereka
menjawab: Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui. Nabi
bersabda: Yaitu kamu mengatakan sesuatu pada diri
seseorang yang dia membencinya. Nabi ditanya:
Bagaimana pendapatmu bila keburukan yang dikatakan
itu memang betul ada padanya? Nabi menjawab: Ya
kalau memang keburukan itu ada padanya, itulah
ghibah. Dan kalau yang engkau katakan itu tidak ada
padanya maka engkau telah memfitnahnya”73
73
[HR. Muslim no. 2001]
257
َخ َخ ُق َخ ُق ُق ُق ُق َخ َخ ْل
(( )) ِإئن ِإد َخ ُق ك ْل أ ْل َخ اك ْل أ َخش طك ْل ح َخش ٌب ا ْليك ْل
ُق َخ َخ َّن
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatannya haram
bagimu”74
ُق ُق َخ ُق َخ ُق ُق َخ َخ َخ َخ ْل ُق ْل ُق ُق
(( ))ك ُّل ْل ْلع ِإ ِإ لى ْل ْلع ِإ ِإ ح َخش ٌب د ُق َخ ا ِإ ْلشط
“Setiap muslim atas muslim lainnya haram darah, harta
dan kehormatannya”75
14. Tidak memaki dan mencerca seorang muslim tanpa hak, di waktu
hidup atau sesudah matinya.
Rosululloh bersabda:
ٌب َخ َخ ُق ُق ُق ْل ُق ْل ُق
(( ِإقل ا كف ٌبش، )) ِإظ َخ ُقب ْل ْلع ِإ ِإ ف ُقع
“Memaki seorang muslim itu fasik (dosa besar) dan
membunuhnya adalah kufur.” 76
﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk
sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan
74
[HR. Muslim]
75
[HR. Muslim]
76
[HR. Bukhori dan Muslim]
258
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurot [49]: 12)
﴿
Rosululloh bersabda:
َّنَخ َخ َخ ُق ُق َخ َخ َخ َخال َخ َخ َخغ ُق، )) َخ َخال َخ َخح َخظ ُقذ
ِإ د ا ِإ ك، َخ ال َخ َّنع ُقع، ظ
ً ْل
(( ِإئ َخ
“Janganlah kamu saling iri hati, saling benci-membenci,
saling mencari kesalahan dan saling memburukkan. Dan
jadilah hamba-hamba Alloh yang bersaudara.”77
ْل َخ َّن َّن َخ ْل َخ َّن َّن َخ َّن ُق َخ
(( ف ِإان ا ن أكز ُقب اح ِإذي ِإ،)) ِإئ َّني ك ْل ا ن
“Jauhilah olehmu prasangka, karena prasangka itu
perkataan yang paling bohong.”78
77
[HR. Muslim no. 2564]
78
[HR. Bukhori]
259
16. Janganlah menipu dan mengecoh seorang muslim.
Alloh berfirman:
﴿
﴿
﴾ا
“Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa,
kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah,
Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan
dosa yang nyata.” (QS. An-Nisaa [4]: 112)
Rosululloh bersabda:
ا َخ ا َخ ْلن َخغ َّنؽ َخن َخف َخ ْلي َخ َّن، غ َّنن )) َخ ْلن َخح َخ َخل َخ َخ ْلي َخن ِّم َخ َخ َخ َخ ْل
(( غ ِإ ن اع ف ي َخ ِإ ِإ
“Barangsiapa yang menghunus kami dengan senjata dan
menipu kami, maka dia bukan termasuk golongan
kami.”79
17. Tidak boleh berlaku khianat, mendustakan atau menangguhkan
pembayaran utang kepada seorang muslim.
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
79
[HR. Muslim]
260
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu…” (QS. Al-Maidah [5]: 1)
Rosululloh bersabda:
َخ ْل َخ ٌب ْل َخ َخ ُق َخ ً َخ ً َخ َخ ْل َخ َخ ُق َخ
ص ِإ ْلن ُقه َّنن ِإفي ِإ ن ك، ))أ ْلسَخ ٌبع َخ ْلن ك َّنن ِإفي ِإ ك ن ن ِإفق ِإاص
َخ َخ َخ َخ َخ َخ َّن َخ َخ ْل َخ ٌب َخ ِّم َخ َخ َّن َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق َخ َخ
ِإ ن ن ِإئر حذ ك ْل ِإفي ِإ ص ِإ ن ِإانف ِإ ح ى يذ ِإئر ؤ
َخ ئ َخر َخ َخ َخ َخ،َخك َخز َخب َخ ئ َخر َخ َخه َخذ َخغ َخذ َخس
((ص َخ ف َخش ِإ ِإ
“Ada empat sifat munafik. Bila keempat sifat itu
berkumpul pada diri seseorang, maka ia disebut munafik
murni. Bila satu ciri saja ada padanya, maka orang itu
punya satu sifat kemunafikan sampai ia membuang sifat
itu. Keempat sifat itu ialah: Apabila diberi kepercayaan
ia khianat, bila bicara ia berbohong, bila berjanji ia
ingkar dan bila bertengkar melampaui batas.”80
18. Wajib bergaul dengan sesama muslim dengan akhlak yang baik,
yaitu dengan berbuat baik kepadanya, tidak menyakitinya,
bersikap ramah, menerima segala kebaikannya, memaafkan
80
[HR. Bukhori no. 24 dan Muslim no. 58]
261
kesalahannya dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang ia
tidak mampu, tidak meminta ilmu dari yang bodoh dan tidak
minta penjelasan dari orang dungu.
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’rof [7]: 199)
Rosululloh bersabda:
اع ِّمي َخئ َخ ْلا َخح َخع َخن َخ َخ ْل ُقح َخ َخ َخ ِإا َّنان َخ
ط ا َّن َخ َخح ْلي ُق َخ ُقك ْلن َخ َخ َخأ ْل ع َّن َّن ))
ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ
ُق ُق
((ح َخع ٍءن
َخ
ِإب ٍء
“Bertakwalah kepada Alloh di mana saja engkau berada.
Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, maka kebaikan
itu akan menghapuskan keburukan. Dan bersikap baiklah
dalam pergaulan dengan manusia.”81
﴾ ﴿
“Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan
dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi maaf) membayar denda (diyat) kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula).” (QS. Al
Baqoroh [2]:178)
83
[HR. Abu Dawud dengan sanad hasan]
84
[HR. Bukhori]
263
﴾ ﴿
“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, Maka
pahalanya atas (tanggungan) Alloh.” (QS. Asy Syura
[42]: 40)
﴿
Rosululloh bersabda:
ًّ َّن َخ
(()) َخ ص دا ا ْل ذ ا ْل ف ْل ِإالِاا ض
ُق َخ ً َخ ُق َخ َخ
“Alloh tidak menambah kepada hamba yang memaafkan
itu, kecuali kemudian”85
Rosululloh bersabda:
ْل ُّ ْل َّن َخ ُق َّن ُق ً َخ َخ ُق َخ ٌب َخ
(( ))ال ْلعت ُقر ْل ذ ْل ذ ِإ ى اذ َخي ِإئال َخظت َخره ا َخي ْل َخ ا ِإق َخي َخ ِإ
85
[HR. Muslim]
264
“Tidaklah seorang menutup aib hamba yang lainnya,
kecuali Alloh akan menutupi keburukan dia pada hari
kiamat. ”86
86
[HR. Muslim no. 2590]
87
[HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud. Dishohihkan oleh Syaikh al Albani
dalam Shohihul Jami‟ no. 7984]
88
[HR. Thobroni. Dishohihkan oleh Syaikh al Albani no. 6028]
265
22. Menolong seorang muslim jika membutuhkan pertolongan dan
membantu memenuhi kebutuhannya, bila berkesanggupan.
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 2)
Rosululloh bersabda:
ً ُق ُّ ْل َخ َخ َّن َخ َّن ُق ً ُق )) َخ ْلن َخ َّنف َخ
غ ا ُق َخ ْلن ُق ك ْلشَخ ِإ ْلن غ َخ ْلن ُق ْلإ ِإ ٍءن ك ْلشَخ ِإ ْلن ك َخش ِإب اذ ي ف
ْل َّن َخ َخ ْل ُق
ك َخش ِإب َخي ْل ِإ ا ِإق َخي َخ ِإ َخ َخ ْلن َخ َّنع َخش َخ لى ُق ْل ِإع ٍءش َخ َّنع َخش ا ُق َخ ْلي ِإ ِإ ى ُّاذ َخي
َّن َخ َّن َخ
َخ ِإ َخش ِإة َخ َخ ْلن َخظت َخر ُق ْلع ِإ ً َخظت َخر ُقه ا ُق ِإ ى ُّاذ ْل َخي َخ ِإ َخش ِإة َخ ا ُق ِإ ى َخ ْل ِإن
َخ َخ ْل ُق َخ َخ ْل
(( ا َخ ْل ِإذ َخ ك ن ا َخ ْل ذ ِإ ى ْل ِإن أ ِإ ي ِإ
“Barangsiapa menghilangkan kerusuhan seorang
mukmin dari kesusahan dunia, maka Alloh akan
menghilangkan kesusahan orang itu di hari kiamat. Dan
barangsiapa memberi pertolongan kepada orang yang
kesusahan, maka Alloh akan memberi kemudahan
baginya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa
menutupi (aib) seseorang muslim, maka Alloh akan
menutupi aib orang itu di dunia dan akhirat. Dan Alloh
selalu menolong hambanya, selagi hamba itu menolong
saudaranya.” 89
89
[HR. Muslim]
266
ُق ْل َخ ْل ْل َخ
(( )) ِإ ؼف ُق ْل ا ئ ُقش
“Berilah pertolongan pada orang muslim, maka kamu
akan diberi pahala”90
90
[HR. Bukhori dan Muslim]
91
[HR. Bukhori dan Muslim]
92
[HR. Hakim, Nasa‟i dan lain-lain. Dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam
Shohih Jami‟ no. 6021]
267
268
ADAB TERHADAP ORANG KAFIR
﴾ ﴿
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan di terima (agama itu)
daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (Qs. Ali Imron [3]: 85)
269
1. Tidak Mengakui dan Ridho Dengan Kekufuran.
Alloh berfirman:
﴿
﴾
“Hai orang-orang yang beriman. Janganlah kalian
mengambil jadi pemimpin kalian orang-orang yang
membuat agama kalian jadi buah ejekan dan permainan,
(yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab
sebelum kalian, dan orang-orang kafir (orang-orang
musyrik). Dan bertakwalah kepada Alloh jika kamu
betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS. Al-
Maidah [5]: 57)
93
[HR. Thobroni dalam al-Kabir no. 11537, Abu Dawud ath-Thoyalisi no. 378,
al-Hakim: 2/480. Berkata Syaikh al-Albani: Isnadnya hasan-Silsilah Hadits
Shohih no. 998]
270
Sebab kita harus cinta dan benci karena Alloh . Selagi Alloh
benci kepada kekufuran, maka kaum muslimin juga benci kepada orang
kafir karena-Nya.
3. Tidak Mengangkat Orang Kafir Menjadi Pemimpin.
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin…..” (QS. An Nisaa’
[4]: 144)
﴿
﴾
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman
kepada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih sayang
dengan orang-orang yang menentang Alloh dan
rasulNya sekalipun orang itu bapak-bapak, atau anak-
anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka…”
(QS. Al Mujadilah [58]: 22)
4. Hendaklah Berlaku Adil dan Bersikap Baik Kepada Orang Kafir,
Jika Bukan Musuh.
Alloh berfirman :
﴿
﴾ا
271
“Alloh tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangi kalian karena agama dan tidak (pula)
mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Alloh
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-
Mumtahanah [60]: 8)
272
“Setiap orang yang disebutkan dalam ayat tersebut wajib
ditunaikan haknya sekalipun mereka orang kafir.”94
﴾
“…Tetapi jika mereka membiarkan kalian dan tidak
memerangi kalian serta mengemukakan perdamaian
kepada kalian, maka Alloh tidak memberi jalan bagi
kalian (untuk menawan dan membunuh) mereka.” (QS.
An-Nisaa’ [4]: 90)
94
[Ahkaam Ahli adz Dzimmah: 2/417]
273
Berdasarkan hadits shohih bahwasanya Nabi diundang
makan oleh orang Yahudi di Madinah. Lalu Beliau memenuhi
undangan itu dan makan makanan yang disediakan oleh mereka.
274
َخ ْل
9. Mendoakannya bila dia bersin dan mengucapkan ا َخح ْل ُقذاهللِإdengan
ucapan doa:
َخ ُق )) َخي ْله ِإذ ُقك ُق ا ُق ا َخ ُقي ْل
(( ْل ص ِإل ْلح َخاب اك
“Semoga Alloh menunjuki kalian dan memperbaiki keadaan
kalian”.
Rosululloh bersabda:
“Apabila ahli kitab memberi salam kepadamu, maka
ucapkanlah wa‟alaikum.”95
95
HR. Bukhori no. 6258 dan Muslim no. 2163]
275
Rosululloh bersabda:
“Dan barangsiapa meniru suatu kaum, maka dia dari
golongan mereka.”96
96
[HR. Bukhori dan Muslim]
97
[HR. Bukhori dan Muslim]
276
ADAB DUDUK DALAM MAJELIS
98
[HR. Bukhori dan Muslim]
99
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan]
277
Rosululloh bersabda:
“Apabila seseorang berdiri dan bangkit dari tempat
duduknya (dalam suatu majelis) lalu ia kembali ke situ,
maka ia lebih berhak untuk duduk lagi di situ”100
100
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan]
101
[HR. Abu Dawud]
278
4. Adab yang perlu diperhatikan apabila duduk di tepi jalan yaitu:
a. Menundukkan pandangan, tidak memandangi wanita yang
lewat, tak berdiri di depan pintu rumah wanita, duduk di teras
rumahnya atau menengok ke jendela rumahnya. Disamping itu
tidak boleh memandang orang dengan cara yang tak sopan atau
mengejeknya.
b. Jangan mengganggu orang-orang yang lewat di jalan.
Seseorang tidak boleh menyakiti orang lain dengan lidahnya,
baik dengan memaki, mengejek atau menjelek-jelekkan.
c. Tak boleh pula mengganggu orang dengan tangannya seperti
memukul atau menonjok, menjambret, merampas harta orang,
menghalangi jalan dan lain sebagainya.
d. Menjawab salam kepada setiap orang yang memberi salam,
karena menjawab salam adalah wajib, sebagaimana firman
Alloh :
﴾ ﴿
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik daripadanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa)…” (QS. An-
Nisaa’ [4]: 86)
102
[HR. Muslim]
280
rumah, toko-toko, warung-warung kopi, lapangan-lapangan
umum, taman-taman dan lin-lain.
Rosululloh bersabda:
“Jauhilah duduk-duduk di jalanan. Mereka berkata:
Kami tak biasa meninggalkannya, karena jalan itu
tempat kami duduk-duduk dan berbincang-bincang. Nabi
menjawab: Jika enggan dan tetap akan duduk di
majelis-majelis, berikanlah hak bagi pejalan. Mereka
bertanya: Apakah hak pejalan itu? Nabi menjawab:
Menahan pandangan, menghindari dari menyakiti orang
lain, menjawab salam, menyuruh kepada yang ma‟ruf
dan mencegah dari yang munkar. Pada sebagian riwayat
ditambah dengan: Memberi petunjuk kepada orang-
orang yang tersesat di jalan.”103
103
[HR. Bukhori dan Mulsim]
104
[HR. Tirmidzi, hadits shohih]
281
282
ADAB MENUNTUT ILMU
A. Ikhlas
Alloh berfirman:
﴿
283
﴿
﴾
“Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan
kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa
menghendaki keuntungan didunia kami berikan
kapadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak
ada baginya suatu bagianpun di akhirat.” (QS. Asy-
Syuura [42]: 20)
105
[HR. Bukhori, Muslim no. 1907 dan lainnya]
106
[HR. Abu Dawud no. 3664, Ibnu Majah: 1/93, al-Hikam dalam Mustadrok:
1/85, kemudian dishohihkan dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi dan juga
dishohihkan Imam Nawawi dalam Al-Majmu‟: 1/23]
284
Sufyan ats-Tsauri berkata :
“Tidak ada penyakit yang sulit bagiku untuk mendeteksi
selain dari niatku, karena dia senantiasa berubah-ubah
disetiap waktu.”107
107
[Al-Jaami‟ li Akhlaaq Ar Roowi wa aadab as Samii‟: 1/317]
285
ْل ُق َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ ْل ُق َخ
:َخي ف ُقنا َخ اا َخ اأا ْل ا ك ْلنا أ ُق ُقش ِإاب ْل ْل ُقش ْل ِإ ا َخ ْلن َخهىا َخ ِإنا ْل ْلنك ِإش اف َخي ُقق ْل ُقل
َخ َخ ْل َخ َخ ْل ُق ْل َخ َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ َخ ْل ُق ْل ُق
(( ا اأ هىا ِإنا ْلنك ِإشا اآ ِإ ْلي ِإ، َخبلىاقذاكن اآ ِإ ًش ِإاب ْل ْل ُقش ِإ ا الاآ ِإ ْلي ِإ
“Pada hari kiamat akan ada seseorang yang diseret
kemudian dilemparkan kedalam neraka hingga terurai
seluruh isi perutnya. Kemudian ia berputar-putar seperti
keledai yang menarik penggilingan. Hal ini membuat
para penghuni neraka keheranan seraya berkata: Wahai
fulan, bukankah engkau yang selama di dunia
memerintahkan kepada yang ma‟ruf dan melarang dari
yang munkar? Apa yang terjadi padamu? Dia menjawab:
Benar, selama di dunia aku memerintahkan kepada yang
ma‟ruf namun justru tidak pernah aku kerjakan, dan aku
pun melarang dari yang munkar namu justru aku sendiri
yang mengerjakan”108
108
[HR. Muslim no. 2989]
109
[Al-Jaami‟ lil Akhlaqi ar-Roowi wa Aadab as-Samii‟: 1/142]
286
﴿
﴾اا ﴿
“Demikianlah (perintah Alloh). Barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Alloh, maka sesungguhnya
itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj [22]: 32)
Pada suatu hari Ibnu Abbas berdiri di hadapan Zaid bin Tsabit
, lalu dia mengambil dan menuntun kendaraannya hingga Zaid
berkata: “Mengapa engkau berbuat demikian wahai anak paman
288
nabi? Ibnu Abbas pun berkata: “Beginilah kami bersikap
terhadap ulama dan orang-orang yang lebih utama dari kami.”112
E. Sabar
Alloh Berfirman:
﴾ ﴿
“Dan bersabarlah, karena Sesungguhnya Alloh tiada
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
kebaikan.” (QS. Huud [11]: 115)
112
[HR. Al-Hakim dan dishohihkannya: 3/423 dan Adz-Dzahabi pun
membenarkannya, Ibnu Sa‟ad: 2/360, al-Haitsami dalam Majma az-Zawaa‟id:
9/345]
113
[Jaami‟u Baayan al-Ilmi wa Fadhluhu: 1/91]
114
[Tadzkiroh as-Samii‟ wa al-Mutakallim: 183]
289
F. Berlomba-Lomba Dalam Menuntut Ilmu
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan." (QS. Thoha [20]: 114)
Rosululloh Bersabda :
َخ ْل َخ ْل َخ َخ ْل ُق ْل ُق ْل َخ ْل َخ ْل َخ ُق ُق َخ َّن َخ ُق َخ ْل َخ ُق َخ َّن َخ
(( ىاي ْل نا ُق ن َخه ها اجن )) انا ؽ عا ْلإ ِإ نا ِإ نا ي ٍءرا ع اح
“Seorang mukmin tidak akan merasa puas untuk mencari
kebaikan sebelum mencapai tujuan yang terakhirnya
yaitu surga.”115
115
[HR. At-Tirmidzi no. 2686 dan dia berkata: Hasan Ghorib]
116
[Tadzkiroh as-Samii‟ wa al-Mutakallim: /183]
290
dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.”
(QS. Al-Anfaal [8]: 27)
Rosululloh Bersabda :
َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ َّن َخ َخ َخ َخ ْل
ف َخي َخ َّن أا- َخ ِإ ْل ا ِإس َخ َخ ٍءة-))الا ك ِإز ُقب ْل ا َخ ل َّن اف ِإا َّن ُق ا َخ ْلناكز َخبا َخ ل َّن اف َخي ِإل ِإ ِّمجا َّنان ُقسا
ْل ُق ُق َخ َّن
((َخ ق َخ ذها ِإ نا ان ِإس
“Janganlah kalian berdusta kepadaku, karena
barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah
untuk masuk ke neraka (dalam riwayat lain: Bersiap-
siaplah untuk mengambil tempat duduknya di neraka).”
(HR. Bukhori)
Alloh berfirman:
﴿
117
[Adab al-Mufti wa al-Mustafti: 78 dan lihat pula I‟lam al-Muwaqqi‟iin:
2/165]
291
H. Menyebar (Mendakwahkan) Ilmu Dan Mengerjakannya
Alloh berfirman :
﴿
﴿
118
[HR. Bukhori: 6/108]
292
َخ ُق َخ َخ َخ َخ ً َخ َخ َخ
))ف َخ ِإ ا! ْلن َخاي ْله ِإذ َخ ا ُق ِإاب َخ َخاس ُقج ا َخ ِإح ًذ ا ْلي ٌبراا َخ ا ِإ ْلناأ ْلن َخاي ْل ناا َخ ا
ِّم
(( ُقح ْل ٌبشا ِإان َخ ِإ
“Demi Alloh, seandainya Aloh memberikan hidayah
kepada seseorang melalui perantaraan (dakwah)mu,
niscaya hal itu lebih baik bagimu dibandingkan dengan
onta merah.”119
I. Zuhud
Alloh berfirman :
﴿
Rosululloh bersabda :
َخ ُق َخ َخ ْل ُق َّن ُّ ْل َخ ُق ْل ٌب َخ ٌب
اف َخي ْلن ُقشاك ْليفا، ا َخ ِإئ َّننا َخ ا ُق ْلع َخل ِإ ُقفك ْل ا ِإف ْلي َخه،اح َخ ةا ِإظ َخشة ((ئنا اذ ي
ِّم ُق َّن ْل ُّ ُق َّن َخ َخ ُق َخ
)) ا ق ْل ا ِإال َخع َخ، اف ق ْل ا اذ َخي،ت ْل َخ ْل ن
119
[HR. Bukhori: 4/207]
120
[Al-Jaami‟ li Akhlaq ar-Rowi: 1/9]
293
“Sesungguhnya (kemegahan) dunia itu sangat
menggiurkan. Dan sesungguhnya Alloh akan menjadikan
kalian Kholifah di muka bumi untuk mengetahui apa
yang kalian perbuat, maka takutlah kalian terhadap
dunia dan terhadap wanita.”121
121
[HR. Muslim no. 2724]
122
[HR. Bukhori: 7/107]
123
[HR. Bukhori: 7/107]
124
[Miftaahu Daari as-Sa‟adah: 1/122]
294
K. Mudzakaroh (Mengulang-Ulang) Pelajaran Agar Tidak Lupa
Ali berkata :
“Saling berkunjunglah kalian untuk mengulang-ulang
hadist (ilmu) dan janganlah kalian melalaikannya hingga
kalian pun lupa.”125
Az Zuhri berkata :
“Ada dua hal yang dapat menghilangkan ilmu, lupa dan
meninggalkan mudzakaroh.”126
L. Bersahaja
Rosululloh bersabda :
َخ ْل ْل َخ ْل َخ َخ ْل ُق
ا َخيك َخشه َخ
(( اظف َخع ف َخ
َخ َّن
)) ِإئنا ُقاي ِإح ُّ ا َخ َخ ِإل َخ ا
ِإ
“Sesungguhnya Alloh menyenangi akhlak mulia dan
membenci akhlak yang hina.”127
125
[Al-Jaami li Akhlaaq ar-Rowi: 1/236]
126
[Al-Jami‟ul Bayan al-Ilmi: 1/108]
127
[HR. Ath-Thobroni dalam al-Kabiir dan Khotib al-Baghdadi dalam al-
Jamii‟: 1/92. Lihat Majma az-Zawaa‟id: 8/188]
128
[Al-Jaami‟ li Akhlaaq ar-Roowi: 1/236]
295
Rosululloh bersabda :
َخ ْل َخ ْل ْل ُق َخ َخ ُق ُق ُق َخ َخ َخ
((ينا ِإ ي ِإ ِإ اف َخين ْلشاأحذك ْل ا َخ ن ُقاي ِإا ُقل )) َّناشج ُقلا ل ِإ
ىاد ِإ
“Seseorang itu akan mengikuti agama teman akrabnya,
maka pilihlah orang yang akan kalian jadikan teman
akrab.”129
َخ ْل ُّ َخ اص احا َخ ْلا َخ ))ئ َّن َخ ا َخ َخ ُقلا ْلا َخج ِإ يغا َّن
اع ْل ِإ اك َخح ِإ ِإلا ِإْل ْلع ِإ ا َخ ِإف ِإخا يغا
ِإ ِإ ج ِإ ِإ ِإ ِإ
ْل
((ير
ا ِإك ِإ
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang sholih dan
yang jahat itu bagaikan penjual minyak dan tukang las
(pandai besi).”130
129
[HR. At-Tirmidzi no. 2379, ia berkata: Hasan dan Abu Dawud no. 4833
serta lainnya]
130
[HR. Muslim no. 2628]
296
ADAB SAFAR
A. Macam-Macam Safar
Ditinjau dari segi hukumya, safar ada empat macam yaitu :
1. Safar wajib
Yaitu Safar yang dilakukan dalam rangka menunaikan
kewajiban-kewajiban syari‟at, seperti menunaikan ibadah haji
bagi yang mampu, menuntut ilmu agama, hijrah meninggalkan
negeri musuh, berjihad di jalan Alloh , dan lain-lain.
297
3. Safar Mubah (dibolehkan)
Seperti dalam rangka mencari nafkah yang halal untuk diri
dan keluarga, rekreasi dalam rangka menghilangkan kepenatan
agar kembali segar dan semangat dalam beribadah dan belajar.
Adapun jika rekreasi tersebut tidak memberi pengaruh baik pada
agama, atau hanya semata-mata darmawisata, maka hal ini akan
menyia-nyiakan waktu, merusak hati dam memboroskan harta.
B. Adab-Adab Safar
Adab-adab safar yang harus diperhatikan seorang muslim agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan perjalanannya pun
mendapat berkah, diantaranya :
1. Mendahulukan Sholat Istikhoroh
Jika seseorang yang hendak melakukan safar, ada baiknya
jika ia melakukan sholat Istikhoroh terlebih dahulu untuk
memantapkan hatinya, apalagi dalam perkara yang ia tidak tahu
maslahat (baik) dan mafsadatnya (buruk) secara pasti.
2. Mencari Teman Yang Baik
Ibnu Umar berkata :
َخ َخ ْل َخ َخ
اأ ْل ا ُق َخع ِإف َخشا،)) ِإئ َّننا ِإ َّن ا ا َخهىا َخ ِإنا ا َخ ْلح َخذ ِإةاأ ْلن َخاي ِإ ْلي َخ ا َّناش ُقج ُقلا َخ ْلح َخذ ُقه
((ْلحذه
َخ َخ ُق
298
“Sesungguhnya Nabi melarang bersendiri, baik ketika
bermalam maupun ketika bersafar.”131
3. Mengangkat Pemimpin
Rosululloh bersabda :
4. Minta Izin
Yaitu minta izin pada kedua orang tua, sedang seorang istri
bila hendak bepergian dengan mahromnya yang lain selain
suaminya, ia berangkat harus dengan izin dari suaminya.
131
[HR. Ahmad dengan sanad shohih 8/38, tahqiq Ahmad Syakir]
132
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dengan sanad Hasan dari Abi Sa‟id.
Dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shohih Sunan Abi Dawud, juz 2:
no. 4045]
133
[HR. Abu Dawud dari Abi Sa‟id dan Abi Huroiroh, lihat Shohih Jami‟us
Shoghir: 1/197]
299
5. Berpamitan
Dalam berpamitan hendaklah orang yang akan melakukan
safar membaca doa yang ma‟tsur (diriwayatkan) dari Nabi ,
berikut ini:
Atau membaca :
َخ َخ ُق َخ َخ ْل َخ َخ َخ ُق ُق َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ ُق ُق ْل َخ
(( ))أ ْلظل ْل ِإد ا ا الق َخ ا غف َخش ر َخ ا ا َّنع َخشا ا الي َخراح ْلي ا َخ اكن
“Semoga Alloh membekalimu dengan taqwa,
mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkan bagimu
kebaikan dimanapun kamu berada.”136
134
[HR. Ahmad: 2/403, Ibnu Majah: no.2943, lihat Shohih Sunan Ibnu Majah:
2/1331]
135
[HR. Ahmad, Tirmidzi 5/499 dari Ibnu Umar . Lihat Shohih Sunan
Tirmidzi: 2/155]
136
[Lihat Shohih Sunan Tirmidzi: 5/490. Lihat Sunan Tirmidzi: 3/151]
300
7. Berdoa Ketika Hendak Menegendarai Kendaraaan dan
Memulai Perjalanan
Dari Ali bin Robi‟ah , ia berkata :
َخ ُقاأ ْل ت ْل اب َخذ َخب اا َخي ْلر َخك ُق َخه َخاف َخ َّن ا َخ َخ َخ َخ َخ
ط َخع ِإاس ْلج ُق ا ِإ ِإ ٍء ِإ ))ؼ ِإ ْلذ ُق ا َخ ِإل ْل ِإاب ْلناأ ِإ ْل اػ ِإا
ْل َخ ُق َّن َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ
ا اح ْل ذ ِإاا ِإ:اف َّن ا ظل ا لىا ْل ِإشه اق َخل، ِإ ع ِإ ا ِإ:ِإ ْل ا ِّم ِإاشك ِإباق َخل
ىاسِإِّم َخن ا َخ ئ َّن ائ َخل َخ. { ُقظ ْل َخح َخنا َّنا ِإز ْل ا َخ َّنل َخش َخاا َخن َخاه َخز ا َخ َخ ُقاك َّنن َخاا ُق ا ُق ْلقشِإ ْلي َخن:اق ل
ِإ ِإ ِإ
ُق َخ ُق َخ ْل َخ ُق ْل َخ ُق ْل َخ ُق َّن َخ َخ ْل َخ ْل ُق َّن ْل َخ ْل ُق َّن ْل َخ ْل ُق َّن
ا،ا اأكبر، ا اح ذ ِإاا ِإ، ا اح ذ ِإاا ِإ، اح ذ ِإاا ِإ:ْلنق ِإ ن{ا اق ل
َخ ْل َّن ِّم َخ َخ َخ ُق َخ ْل َخ ُق ُق َخ ْل َخ ُق ُق َخ
ا، اظ ْل َخح َخ ا ا ُق َّن ِإائ ِإ ْل ا ْل ُق ا ْلف ِإسَش ْل اف غ ِإف ْلش ِإال ْل، ا اأكبر،اأكبر
ناْل:ا ُق َّن ا َخ َخح َخ َخافق ْلي َخل َخاي َخأ ْلي ُقرا ْلْلُق ْلإ ن ْلي َخن، االا َخ ْلغف ُقشا ُّاز ُق ْل َخبائ َّنال َخاأ ْل َخ َخ َّن ُق َخ
ف ِإا
ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ
ا ُق َّن ا َخ َخح اَخ، َخف َخ َخل َخاك َخ َخاف َخ ْل ُق َخسأ ْلي ا ان َّن:َخأ ِّم ا َش ْل ٍء ا حك اق َخل
َّن ُق َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ
ِإ ِإ
ئ َّنن َخاسَّن َخ ا ُق ْلعج ُق ا ناْل:َخف ُقق ْل ُق َخاي َخاس ُقظ ْل َخلا ا ْلن َخاأ ِّم ا َخ َش ْل ا َخ َخح ْلك َخ َخاق َخل
ِإ ِإ ِإ ِإ ٍء ِإ ِإ
ْل ْل َخ ْل َخ َخ َخ ْل ْل ْل َخ ْل ْل َخ ْل َخ ُق َخ َّن ُق َخ َخ ْل ُق ُّ ُق ْل َخ َخ
((. اأ االا غ ِإفشا از باغي ِإر ا، ئغ ِإفشِإل ار ِإ:ِإذ ِإه ِإائر اق ل
“Aku saksikan Ali bin Abi Tholib didatangkan
kendaraan untuk ia kendarai, ketika ia meletakkan
kakinya di kendaraan tersebut ia berkata: “Bismillah”,
kemudian membaca: “Subhanaladzi… dan seterusnya,
(Maha Suci Alloh yang telah menundukan kendaraan ini
bagi kami, tidaklah kami mampu menundukannya, dan
sungguh kami kelak kembali kepada-Nya), setelah itu
mengucapkan: “Alhamdulillah” tiga kali, kemudian:
“Allohu Akbar” tiga kali, lalu berdo‟a: “Maha Suci
Engkau”, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku
sendiri, maka ampunilah aku, tidak ada yang
mengampuni dosa selain Engkau,” kemudian ia tertawa.
Dikatakan: “Wahai Amirul Mukminin, apa yang
137
[HR. Abu Dawud: 4/325, Tirmidzi: 5/490. Lihat Shohih Sunan Tirmidzi:
3/151]
301
membuatmu tertawa?” Ia menjawab: “Aku pernah
melihat Nabi melakukan seperti apa yang pernah aku
lakukan, kemudian beliau tertawa”, aku (Ali) bertanya:
“Wahai Rosululloh, apa yang membuatmu tertawa?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya Robbmu takjub dari
hamba-Nya bila berkata: Ampunilah dosa-dosaku,
hamba ini tahu bahwa tidak ada yang mengampuni dosa
selain Alloh”.”138
9. Saling Membantu
Diantara kesempurnaan akhlak seorang muslim adalah ia
berbuat baik atau mendoakan orang yang berbuat baik kepadanya,
membayar penuh kendaraan yang disewa, saling membantu
sesama teman, menolong bagi yang tidak mendapat bagian
kendaraan atau bekal, serta senantiasa mengisi kekosongan
dengan hal-hal yang bermanfaat.
Dari Abu Sa‟id al-Khudri , ia berkata :
“Ketika kami sedang dalam perjalanan, datanglah
seseorang di atas kendaraannya, lalu ia memalingkan
pandangannya kekanan dan kekiri, maka Rosululloh
bersabda: Siapa yang memiliki punggung (kendaraan)
yang lebih, hendaklah ia membantu orang yang tidak
138
[HR. Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan, lafadz ini
dari Abu Dawud. Dishohihkan oleh Salim al-Hilali dalam Bahjatun Nadzirin
juz 2, hal. 213]
139
[HR. Bukhori]
302
mempunyai kendaraan, dan siapa yang memiliki bekal
yang berlebih, hendaklah ia membantu orang yang tidak
memiliki bekal. Lalu beliau menyebutkan beberapa jenis
harta hingga kami lihat tidak ada lagi yang berhak
memiliki kelebihan diantara kami.”140
140
[HR. Muslim]
141
[HR. Abu Dawud dengan Sanad Hasan. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shohih Sunan Abi Dawud juz 2: no. 2288]
142
[HR. Abu Dawud dengan sanad hasan. Dishohihkan Syaikh al-Albani dalam
Shohih Sunan Abu Dawud Juz 2: no. 2241]
303
Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahdatun Nadzirin
mengatakan: Disukai berjalan dimalam hari, karena, lebih
segar bagi diri dan kendaraan, juga tidak merasakan letih
dan jauhnya perjalanan, seolah-olah bumi dilipat, jarak
yang jauh menjadi dekat, Allohu‟alam.
Rosululloh bersabda :
ص ِإسا )) َخ ْلن َخاس ُّب َخاه َخز ا ْلا َخج َخ ُقل اْلَخ ْلن َخاه َخز ا ْلا َخج َخ ُقل َخاف َخ َخ َخاف ً ىا َخنا ْل َخ ْل َخ
ِإ ِإ
َّن ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ
أف ا ل ِإ ا ِإ اه ِإز ِإها ا ِإهي ِإ ا ا ِإ ْل ا: َخهز ِإال ْل َخاي َخاس ُقظ ْل َخلا ِإ ا افق لا:فق َخل
َخ ْل َخ َخ ْل ْل َّن َخ
َخ َخ َخ َخ َخ َّن َخ َخ َّن َخ َخ ْل ُق ْل َخ َّن َخ ْل َخ ُق
(( لاأ ا ِإ ْلي ُق َخ ا ا ذة ه ك ِإائي ه اف ِإا ه اتؽ ِإائ
“Siapa pemilihara unta ini? Siapa pemiliknya? Maka
datanglah pemuda dari kaum Anshar lalu berkata : Ini
milikku wahai Rosululloh. Beliau bersabda :Tidakkah
304
engkau bertakwa kepada Alloh dalam memelihara
binatang yang Alloh serahkan kepada pemiliknya?
sungguh bahwa ia mengadu kepadaku bahwa engkau
membiarkanya lapar dan letih.”143
143
[HR. Muslim dan tambahannya shohih dari riwayat Abu Dawud: 2549]
144
[HR. Muslim: 4/2300]
145
[HR. Muslim]
305
Rosululloh bersabda :
َخ َخ َخ َخ َخ ُق َخ ْل َخ َّن َخ ْل ٌب
اعف ُقشا ِإقؼ َخ ا ِإ ْلنا ا َخ ز ِإب َخاي ْل َخن ُقعاأ َخح َخذك ْل اػ َخ َخ ُق ا َخ ؼ َخش َخب ُق ا َخ ْل َخ ُق اف ِإار ا ))
ْل َخ َخ َخ َخ ُق ُق ْل ْل َخ َخ ُق ْل َخ َخ َخ ْل ُق َخ ِّم ُق َخ َخ
(( ق َشىاأحذك ا ِإ ه ل ا ِإ ناظف ٍءشاف يع ِإجل ِإائلىاأه ِإ ِإ
“Safar adalah sebagian dari Azab, menghalangi makan,
minum, tidur. Maka bila kebutuhan salah satu dari
kalian telah selesai, hendaklah ia bersegera pulang
menjumpai keluarganya.”146
146
[HR. Bukhori dan Muslim]
147
[HR. Bukhori dan Muslim]
306
17. Dianjurkan Bagi Musafir Melakukan Sholat Dua Roka‟at di
Masjid Apabila Telah Tiba di Kampung Halaman (Tempat
Tinggal Tetap) Sebelum Ia Menjumpai Keluarganya.
Ibnu Umar berkata: “Aku pernah bersama Nabi dalam
suatu perjalanan, tatkala tiba di Madinah, Beliau bersabda
kepadaku:
ْل َخ ْل َخ َخ ْل َخ ُق ْل ُق
((ص ِإ ِّمل َخاسك َخ لي ِإن
)) د لا ْل ْلسجذاف َخ
ِإ ِإ
“Masuklah ke dalam masjid dan sholatlah dua
rakaat”148
148
[HR. Bukhori]
149
[HR. Bukhori dan Muslim]
307
308
ADAB MEMBACA AL-QUR’AN
309
Dan dalam sebuah Hadits, Rosululloh bersabda:
ِّم
(( َخ ُقل ِإاب ِإان َخي ِإ
))ئ َخ َخ ا ْل َخ ْل
ِإ
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung kepada
niatnya”. (HR. Bukhori dan Muslim)
﴾
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Alloh
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan
hari kemudian serta mendirikan sholat, menunaikan
zakat dan tidak takut kepada siapapun selain Alloh”.
(QS. At-Taubah [9]: 18)
310
“Apabila kamu hendak membaca al-Qur‟an, memintalah
perlindungan kepada Alloh dari godaan setan yang
terkutuk” (QS. An-Nahl [16]: 98)
311
d) Berdoa apabila membaca ayat yang memberitakan kabar
gembira (pahala, surga, kemenangan dan kabar gembira
lainnya)
Ibnu Mas‟ud berkata :
“Rosululloh berkata kepadaku: Bacakan al-Qur‟an
kepadaku!” Saya pun berkata: “Ya Rosululloh, apakah
saya harus membaca al-Qur‟an kepadamu, sedangkan
al-Qur‟an itu sendiri diturunkan kepadamu?” Beliau
menjawab: “Benar, akan tetapi saya ingin
mendengarnya dari bacaan orang lain. Kemudian saya
pun membaca surat an-Nisaa‟ sampai ayat yang ke 14.
Maka Beliau pun berkata: “Cukup, cukup.” Tatkala
saya melirik kepadanya, saya melihat beliau meneteskan
air mata.” (HR. Bukhori)
312
10. Tidak diperbolehkan membaca al-Qur‟an dengan
menggunakan bahasa „Ajam (selain bahasa Arab), baik di saat
sholat maupun di luar sholat.
11. Tidak diperbolehkan membaca al-Qur‟an dengan riwayat
yang syadz (menyimpang dan tidak terkenal).
12. Membaca sesuai dengan urutan surat.
13. Dimakruhkan untuk memutuskan bacaan al-Qur‟an hanya
sekedar untuk berbicara, tertawa, dan hal lainnya yang tidak
bermanfaat.
14. Disunahkan untuk bersujud tilawah pada saat membaca ayat
Sajadah.
313
314
ADABUL LISAN
315
Alloh berfirman:
﴾ ﴿
“Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah
mata, lidah, dan dua bibir.” (QS. Al-Balad [90]: 8-9)
Kita wajib mensyukuri nikmat tersebut dengan cara:
a. Mengakui dalam hati bahwa Alloh satu-satunya pemberi
nikmat.
b. Memuji Alloh melalui lisan kita.
c. Menggunakan nikmat-nikmat tersebut dalam hal-hal yang
diperintahkan dan diridhoi Alloh serta meninggalkan hal-
hal yang dilarang dan dimurkai-Nya.
Al-Imam Ibnu Qoyyim berkata: “Sesungguhnya Alloh
tidak menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia atau
dibiarkan begitu saja. Ia menjadikan mereka di muka
bumi ini untuk menjalankan tugas melaksanakan
perintah-perintah-Nya. Ia mewajibkan mereka untuk
memahami hal yang dibimbing-Nya (shirotul mustaqim)
baik secara garis besar maupun terperinci. Alloh
membagi para makhluk-Nya menjadi dua golongan, yaitu
orang yang sengsara dan orang yang bahagia. Masing-
masing golongan diberi-Nya tempat menetap (Neraka
Jahanam dan Surga yang penuh kenikmatan). Alloh
menganugerahkan pada mereka organ-organ tubuh untuk
menerima ilmu dan beramal, berupa hati, telinga, mata,
dan anggota tubuh lainnya sebagai suatu nikmat dan
keutamaan dari-Nya. Barangsiapa tidak menggunakan
nikmat-nikmat tersebut untuk taat kepada-Nya dan untuk
berjalan yang bengkok, maka ia berarti telah
menjalankan kufur atas nikmat-nikmat tersebut untuk
kepuasan pribadi dan syahwatnya serta tidak
memperhatikan hak pencipta-Nya (hak Alloh ), maka ia
316
menjadi orang yang rugi ketika ia (kelak) ditanya akan
segala nikmat yang diterimanya dan sedih selama-
lamanya. Sesungguhnya semua pasti akan dihisab,
sebagaimana firman Alloh :
﴿
ً َخ ْل َخ َخ ((ئ َّننا ْلا َخ ْل َخذ َخاا َخي َخل َخ َّن ُق اب ْلا َخ َخ ا ْلناس ْل
ِإ ا َخ ُقاي قىاا َخ َخاب ال َخاي ْلشف ُق ُق ا ط َخ ِإنا ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ
َخ َخ ْل
ِإ ا ِإ ْلنا ُق ل ِإؽا ِإ ات َخ َخلىاالا ا َخ ئ َّننا ْلا َخ ْل َخذ َخاا َخي َخل َخ َّن ُق اب ْلا َخ َخ، ُق ا َخه َخاد َخس َخج ٍء
ِإ ِإ ِإ ِإ
َخ َّن َخ َخ ْل َخ ْل ْل َخ ً ُق ْل َخ َخ َخ َخ
)) ي قىاا اب الايه ِإ ا ِإ ه ا ِإ اج ن
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata
yang Alloh ridhoi yang tidak terpikirkan olehnya, Alloh
tinggikan orang tersebut beberapa derajat dengannya.
Sebaliknya seorang hamba mengucapkan sesuatu yang
Alloh murkai yang tidak terpikirkan olehnya, maka ia
terjerumus ke dalam Jahanam karenanya.” (HR.
Bukhori)
318
Rosululloh bersabda :
َخ َخ َخ ُق ُق َخ َخ ْل ُق ُق ْل ْل َخ َّن َخ َخ َّن ُق ْل ُق ْل َخ َخ ُق ْل ُق ْل َخ َخ
اأ َخ الاأ ُقداك ْل ا، اح َّن ىا َخح ُقب ْل ا الا إ ِإ ن، ((الا ذا ا اجن اح ىا إ ِإ ن
َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل ُق ُق ْل ُق َخ َخ َخ ْل ُق ْل َخ ْل ُق ْل َّن َخ َخ َخ ْل َخ ْلُق
)) اأف ؽ ا اع ابينك، لىا َش ٍء ِإائر اف ل ها ح ب ل
“Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian
beriman dan tidaklah (sempurna) iman kalian sampai
kalian saling cinta-mencintai. Maukah aku beritahukan
kepada kalian suatu perbuatan yang jika kalian
melakukannya niscaya kalian akan saling cinta
mencintai, yaitu sebarkanlah salam di antara kalian”.
(HR. Muslim, Abu Dawud, Abu Awamah, Ibnu
Majah, dan Ahmad)
﴾
“Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali
Alloh (agama Alloh), dan janganlah kalian bercerai
berai. Ingatlah nikmat Alloh kepada kalian ketika kalian
dahulu (masih jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh
melunakkan antara hati kalian, menjadikan kalian
orang-orang yang bersaudara dengan nikmat Alloh. Dan
kalian tadinya berada di tepi jurang neraka, maka Alloh
telah menyelamatkan darinya. Demikianlah Alloh
menjelaskan ayat-ayatNya kepada kalian agar kalian
mendapat hidayah.” (QS. Ali Imron [3]: 103)
Cara mensyukuri nikmat ukhuwah adalah dengan menjalankan
sarana-sarana untuk memperoleh ruh ukhuwah diantara kita seperti
319
menyebarkan salam kepada kaum muslimin (baik yang kita kenal
ataupun yang tidak kita kenal), dengan mengunjunginya, saling
memberi hadiah, dan lain-lain. Selanjutnya kita harus menjauhi hal-
hal yang dapat meretakkan ukhuwah dan menyebabkan permusuhan
seperti memperolok-olok sesama muslim, berprasangka buruk
kepada saudaranya, memberi gelar yang buruk, mengintai dan
mencari-cari kesalahan orang lain, ghibah, mengadu domba, dan
semua perbuatan dosa pada umumnya yang dapat menyebabkan
perpecahan sebagaimana sabda Rasul :
ُق َخ َّن َخ ْل َخ ُق ْل َخ
)) (( َخ ا َخ ُّد ِإائ َخن ِإنا ِإ ْل ا ِإ اف َخي ْلف ُقش َخاب ْلي َخن ُقه َخ ِإائال ِإابز ٍء َخاي ْلح َخذ ُق اأ َخح ُقذ ُقه َخ
“Tidaklah dua orang yang saling menyayangi di jalan
Alloh lalu dipisahkan antara keduanya melainkan
disebabkan dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari
keduanya.” (HR. Bukhori dalam bukunya al-Adab al-
Mufrod).
Demikian pula perbuatan bid‟ah merupakan sebab berpecah
belahnya ummat.
Alloh berfirman :
﴿
320
C. Beberapa Kiat Untuk Dapat Menjaga Lisan
Setelah kita mengetahui pentingnya menjaga lisan, diharapkan
kita akan semakin berhati-hati dalam berbicara serta semakin giat
dalam meningkatkan ilmu dan amal.
Di bawah ini ada beberapa cara agar kita dapat menjaga lisan.
Semoga Alloh memberi taufiq-Nya kepada kita semua.
1. Sadarilah bahwa kita diuji dalam masalah lisan ini. Kesadaran
kita akan sebuah penyakit merupakan langkah awal dalam
rangka penyembuhan.
2. Selanjutnya bertaubat kepada Alloh atas segala dosa-dosa
yang kita lakukan baik berupa kewajiban yang belum kita
laksanakan ataupun larangan-larangan yang selalu kita langgar.
Janganlah diri kita merasa telah melaksanakan segala
kewajiban dengan semestinya dan telah meninggalkan sekalian
larangan-Nya.
3. Dengan mempelajari ayat-ayat Al Qur‟an dan hadits-hadits
shohih yang berkenaan dengan masalah lisan agar kita dapat
mengetahui ucapan-ucapan yang wajib serta yang disukai
kemudian setelah itu kita amalkan. Juga agar kita mengetahui
segala bahaya lisan yang dapat merugikan kita di dunia dan
akhirat agar kita menjauhinya.
4. Dengan banyak berdoa kepada Alloh agar Alloh
memudahkan kita untuk dapat selalu menjaga lisan-lisan kita.
Di antara doa-doa tersebut antara lain :
َخ َخ َّن ُق َّن ِّم ْل َخ ُق ْل ُق َخ ْل َخ ِّم َخ ْل ْل َخ ْل َخ
ص ِإش ْل ا َخ ِإ ْلناؼ ِّم ِإش ِإاا َخع ِإ ْل ا
اؼ ِّمش َخاب َخ
(( ا ِإائ ِإ اأ ر ِإاب ا ِإ ناؼ ِإشاظ ِإ ا ِإ ن ِإ
َخ َخ َخ ْل
)) َخ ِإ ْلناؼ ِّم ِإشاق ِإ ْل ا َخ ِإ ْلناؼ ِّم ِإشا َخ ِإن ْل ِإ
“Ya Alloh, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu
dari kejahatan-kejahatan telingaku, dari kejelekan
mataku, dari kejelekan lisanku, dari kejahatan hatiku,
321
dan dari kejahatan maniku.” (HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasai, dan Ahmad)
ْل ُق َخ َّن ُق َّن ْل َخ ْل َخ ْل َخ ُق ْل َخ َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ
لىا ال ِإ اأ ْلح ِإي ِإ ْل ا َخ ا َخ ِإ َخ ِإ ا ا َخح َخي ةا (( ا ا ِإ ِإ ِإ ا اغي ِإ ا قذسِإ ا
َخ ْل ً ْل َخ َّن ُق َّن َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل ْل َخ ْل َخ َّن َخ َخ َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ َخ َخ
ا ا أظأا ا ؽيل ا ِإ ا اغي ِإ ا اؽ د ِإةا أظأا اك ِإ ا. ير ِإل
َخ َخ ُق ْل ْل َخ ظ ا َخ َخأ ْلظ َخأ ُقا َخ ا ْلا َخق ْل ط ا َخ ْلا َخغ َخ ْلا َخح ِّم ا ْل ا ِّماش َخ
ص َخذا ِإ ْل ا اف ْلق ِإشا َخ ا ِإغ َخ ىا َخ أ ْلظأا َخ ا ِإ ِإ ِإ ِإ
ط ا َخ ْل ذاَخ اال َخاي ْلن َخقؼ ُقعا َخ َخأ ْلظ َخأ ُقا َخ ا ِّماش َخ َخ ْل ً َخ َخ ْل َخ ُق َخ َخ ْل َخ ُق َخ ُق َخ َخ َخ ُق َخ
َخ ِإ ي االين َخفذ َخا أظأا اقشةا ي ٍءن ْل ِإ َخ َخ َخ ِإ
ُق َخ َخ ظ ا َخ أ ْلظأ ُقا َخ َخاب ْلش َخدا ْلا َخ ْل ْلا َخق َخ
ؾا َخ ْل َخذا ْل ْل ِإ ا َخ أ ْلظأا َخ ااز َخ ا َّنان ِإش ِإائ َخلىا ِإ ي ِإ
َخ ا َّن ُق اَّن. اط ْلش ٍء ا ُق ِإظ َخش ٍءةا َخ َخالا ِإف ْلل َخن ٍء ا ُق ِإظ َخ ٍء اغ ْلير َخَخ ْل َخ َخ َّن ْل َخ َخ َخ َخ ْل َخ
ِإ ج ِإ ا اؽ ِإائلى ِإااق ِإة ا ِإ
ً ْل َخ ِّم َخ ْل َخ ْل
))اإلا ْلي َخ ِإنا َخ ْلج َخ َخن اهذ ةا ُق ْل ل ِإذ ْلين
َخ َخ َخ ُق
صِإين ِإاب ِإضين ِإ ِإ
“Ya Alloh, dengan melalui perantaraan ilmu-Mu yang
ghoib dan kekuasaan-Mu terhadap sekalian makhluk,
hidupkanlah aku apabila kehidupan itu menurut
pengetahuan-Mu lebih baik bagiku dan matikanlah aku
apabila kematian itu menurut pengetahuan-Mu lebih baik
bagiku. Wahai Alloh aku memohon kepada-Mu perasaan
takut kepada-Mu di kala sendiri maupun di hadapan orang
lain. Aku memohon kepada-Mu perkataan benar, baik
dalam keadaan senang atau pun marah. Aku memohon
kepada-Mu kesederhanaan baik dalam keadaan miskin
maupun kaya. Aku memohon kepada-Mu ridho terhadap
ketentuan-Mu dan aku memohon kepada-Mu kehidupan
yang sejuk setelah mati. Aku memohon kepada-Mu agar
dapat merasakan lezatnya memandang wajah-Mu dan
kerinduan untuk bertemu dengan-Mu tanpa adanya
mudhorot disebabkan kelakuan orang-orang yang
merugikan atau fitnah dari orang-orang yang menyesatkan.
Wahai Alloh, hiasilah kami dengan perhiasan iman dan
jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan bagi orang-orang
dan sebagai orang yang mendapat hidayah.” (HR. Nasa’i
dan Ahmad)
322
َخ َخ ُق َخ ُق َخ ِّم َخ ِّم ْل َخ َخ ُق ُق َخ َخ َّن َخ ْل ُق ْل ْل َخ َخ َخ ْل ُق َخ
ص ُقشا َخ ل َّن ا َخ ْل ك ْلشِإل ْل ا َخ ال ْل ك ْلش َخ ل َّن ا ((س ِإباأ ِإ ِإ ا الت ِإ نا ل ا صشِإ ا ال ن
َخ ْل ْل َخ َخ ِّم ْل ُق َخ َخ َّن َخ ْل ُق ْل ْل َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َّن َخ ِّم ْل َخ ْل ْل َخَخ
ه ِإذ ِإ ا ي ِإع ِإشا ا ذ ا ِإ ل ا صشِإ ا لىا نا غىا ل اس ِإبا ج ِإ اا ا
ْل َخ َخ َخ ْل َخ َخ َّن َخ َخ َّن َخ
ؼ ًس اا َخ ارك ًس اا َخ َخاس َخه ًب ا َخ ا َخ ؼ َخ ً ِإائا ْلي َخ ا ُق ِإ ًل ا َخ اأ َخ ًه ا ُق ِإن ْلي ً َخاس ِإ ِّمبا
َخ ْل َخ َخ َخ َخق َّن ْللا َخ ْل َخ ْل ا َخ َخغ ِّمع ْلل َخ
اح ْل َخ ِإ ْل ا َخ أ ِإج ْل َخاد ْل َخ ِإت ْل ا َخ ِإِّم ْل ا ُق َّنج ِإ ْل ا َخ ْله ِإذاق ِإ ْل ا ِإ ِإ
ْل َخ َخ ُق
)) َخ َخظ ِإذ ْلد ِإاا َخع ِإ ا ظ لا ِإلي اق ِإ
ْل َخ ْل َخ ْل ْل َخ ْل
“Wahai Robb, bantulah saya (dari sekalian musuh), dan
janganlah engkau tolong orang yang menguasaiku.
Berilah petunjuk kepadaku cara untuk mengalahkan
lawan dan janganlah Engkau beri petunjuk kepada
lawan untuk mengalahkanku. Berilah hidayah kepadaku
dan mudahkanlah hidayah itu agar sampai kepadaku.
Tolonglah saya terhadap orang yang mendzolimiku.
Rabb-ku, jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur
kepada-Mu, orang yang selalu mengingat-Mu orang-
orang yang selalu takut kepada-Mu, orang yang selalu
bersegera dalam ketaatan-Mu. Hanya kepada-Mu aku
khusyu‟ dan tunduk, merintih (menangis) dan bertaubat.
Robb-ku Terimalah taubatku, hapuskanlah dosaku,
kabulkanlah doaku, mantapkanlah hujjahku, berilah
hidayah hatiku, luruskanlah lisanku dan cabutlah
kotoran-kotoran hatiku (berupa dendam dan lainnya)”.
(HR. Ahmad dan lainnya)
5. Menyibukkan lisan kita dengan berdzikir kepada Alloh .
Karena salah satu faedah dzikir adalah membuat lisan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbuat ghibah, atau ucapan
bathil lainnya. Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah dalam bukunya al-Wabilus Shayyib, beliau
menyebutkan lebih dari tujuh puluh faedah dzikir.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata dalam bukunya Ad-
Daa‟ wa Dawa: “Dalam masalah lisan ini ada dua bahaya yang
323
sangat besar. Apabila selamat dari salah satunya belum tentu
selamat dari yang lainnya, yaitu bahaya berbicara dan bahaya
diam. Boleh jadi salah satu dari keduanya lebih besar dosanya
daripada yang lainnya pada saat tertentu. Orang yang diam dari
berbicara yang hak berarti dia adalah setan bisu, bermaksiat
kepada Alloh , melakukan riya‟ dan sebagai penjilat. Kecuali
kalau dia diam karena takut akan kecelakaan dirinya atau
keluarganya (dengan syarat takutnya adalah takut tobi‟i atau
secara fitrah bukan takut yang tercela seperti takut akan
terputusnya rezeki karena ini termasuk syirik). Sedangkan orang
yang berbicara dengan kebathilan maka berarti dia adalah setan
yang berbicara, bermaksiat kepada Alloh pula.
Kebanyakan makhluk menyimpang dari kebenaran dalam
ucapannya atau diamnya. Pada umumnya mereka bicara dengan
bathil atau diam dari menyampaikan kebenaran.
Sedangkan ahlul wasath (orang-orang yang pertengahan)
yang berjalan di atas shirotol mustaqim adalah orang-orang yang
menahan lisan mereka dari berbicara yang bathil serta
mengeluarkan ucapannya dalam hal yang membuat manfaat bagi
mereka di akhirat. Sehingga tidaklah engkau dapati salah seorang
diantara mereka berbicara dengan sia-sia, tanpa manfaat, apalagi
ucapan yang merugikan dia di akhirat kelak. Sesungguhnya
seorang hamba akan datang di hari kiamat dengan membawa
kebaikan sebesar gunung, lalu ia mendapatkan lisannya telah
menghacurkan semua amal buruknya dikarenakan di dunia banyak
berdzikir kepada Alloh dan hal-hal yang berhubungan
dengannya.
324
ZIARAH KUBUR
150
[HR. Muslim: 53/6;6/82, Abu Dawud: 2/72,131, al-Baihaqi: 4/77, an-Nasai:
1/285, 286; 2/239, 330 dan Ahmad: 5/350, 355, 356, 361]
325
Nabi telah memberi rukhshoh (keringanan) kepada kaum
wanita dalam ziarah kubur. Rukhshoh ini terdapat di dalam dua
hadits yang dihafal Aisyah , Ummul Mukminin:
ُق ْل ْل َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ
ق ُق ا.)) َخ ْلنا َخ ْل ِإذ ِإ ِإاب ْلنا َخ ِإ ْليك اأ َّننا َخ ِإتؽ اأق َخ ُق ار َخ َخاي ْل ٍء ا ِإ َخنا ْلق ِإب ِإش
َخ َخ َخ َخ َخ ْل ْل ُق ْل ُق َخ
ِإ ْلناق ْلب ِإرا َخ ْل ِإذا َّناش ْلح َخ ِإن ِإاب ْلنا: َخي اأ َّن ا ْل ْلإ ِإ ِإن ْلي َخنا ِإ ْلناأ ْلي َخناأق َخ ِإ اق ا ْل: ا َخ
ْل َخ َخ ْل َخ ْل َخ ُق ْل ُق َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ
غاك َخن َخاس ُقظ ْل ُقلا ِإ ا َخهىا َخ ْلن ِإاصَخي َخس ِإةا ا ُقق ُق ْل ِإسا ا أاي: فق اا.أ ِإ ابك ٍءش
صا أن َخاس ُقظ ْل َخلا ا َخاس َخ: َخ ْل اس َخي ٍء ا َخ ْلن َخه. ا ُق َّن َخاأ َخ َخشابضَخي َخسا َخه، َخ َخ ْل:َخق َخا ْل ا
َّن َخ َخ
ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ
ْل
))ِإ ْل ِإاصَخي َخس ِإةا ا ُقق ُق ْل ِإس
“Dari Abdulloh bin Abu Malikah , bahwa suatu hari
Aisyah datang dari satu kuburan. Maka aku bertanya
kepadanya: “Hai Ummul Mukninin, Anda datang dari
mana?” Jawabnya: “Dari kuburan Abdurrohman bin
Abu Bakar .” Lalu aku tanya lagi:“Bukankah
Rosululloh telah melarang ziarah kubur?” Jawabnya:
“Ya, (beliau melarang) kemudian beliau memerintahkan
ziarah kubur itu.”152
Namun, kaum wanita tidak boleh memperbanyak ziarah
kubur dan berulang kali. Sebab ini akan mengantarkan mereka pada
pertentangan syari‟at. Seperti menjerit, mempertontonkan kecantikan
pada orang lain, menjadikan kuburan sebagai tempat-tempat hiburan
dan membuang-buang waktu dalam berbicara yang tiada guna,
sebagaimana yang kita saksikan dewasa ini di beberapa negara Islam.
Insya Alloh inilah yang dimaksudkan hadits yang sudah terkenal ini:
ْل َخ َخ َخ َخ َخ ُق ْل ُق
)) ُقاص َخ َخس ِإ ا ا ُقق ُق ْل ِإس، ا َخ َخنا ُق: َخ ِإ ْل اا ْلف ٍء ((ا ن َخاسظ لا ِإ
151
[HR. Muslim: 3/65 dan Abu Dawud : 2/72]
152
[HR. Al-Hakim: 1/376 dan al-Baihaqi: 4/78]
326
“Rosululloh mengutuk (dalam suatu riwayat: Alloh
mengutuk) para wanita yang terlalu banyak ziarah
kubur.”153
Al-Qurthubi mengatakan :
“Kutukan di dalam hadits tersebut hanyalah buat para wanita
yang banyak berziarah. Karena bentuk katanya mubalaghoh
(berlebihan). Barangkali sebabnya karena ada suatu
kesempatan untuk menghilangkan hak suami, mempertontonkan
kecantikan pada orang lain, menjerit dan sebagainya. Boleh
dikata, bila semua ini dapat diamankan, maka tiada larangan
untuk mengizinkan kaum wanita. Karena mengingat mati itu
diperlukan kaum pria dan juga wanita.”
Asy-Syaukani mengatakan di dalam kitab Nailul Author (4/93):
“Pembicaraan ini perlu dipegang teguh dalam memadukan
antara hadits-hadits yang lahirnya tiada senada.”
Boleh berziarah ke kuburan orang-orang non muslim sebagai
upaya mengingat mati saja. Berdasarkan hadits Abu Huroiroh dan
lainnya.
با ِإ ْل ا َخ َخأ ْلب َخ ىا َخ ْلن َخ، َخاف َخ َخ ى، (( َخص َخس َّنان ُّ َخق ْلب َخر ُقاأ ِّم
اح ْل َخا ُق َخاف َخق َخلائ ْلظ َخل ْلأ َخر ْل ُق َخاس ِّم ْل
َخ ِإ َخ َخ ِإ ِإ ِإ ِإ
ْل َخ َخ ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ ْل ُق ْل ُق ْل َخ ْل َخ ْل َخ ْل ُق ْل ْل ُق ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ
ا، ظلأر ا ِإ اأناأص ساقبره افأ ِإرنا ِإ، اف ايإ ِإرن ِإال، أناأظلغ ِإفشاا
َخ ُق َخ ْل َخ ْل َخ
)) ف ُقض ْل ُقس ْل ا ا ُقق ُق ْل َخساف ِإا َّن َخه ا ز ِإك ُقشا ْل ْل َخ
“Nabi pernah berziarah ke kuburan ibunya, lalu beliau
menangis dan menangiskan orang-orang sekitarnya.
Beliau bersabda: “Aku minta izin kepada Tuhanku guna
memohonkan ampun untuk berziarah ke kuburannya,
maka Dia memberi izin kepadaku. Karena itu
153
[HR. Al-Jama‟ah]
327
berziarahlah kalian ke kuburan-kuburan, karena ziarah
itu mengingatkan pada kematian.”154
Maksud atau tujuan ziarah kubur ada dua:
1. Peziarah dapat mengingat kematian dan orang-orang yang
sudah mati. Dan mereka akan kembali entah ke surga atau ke
neraka. Inilah tujuan utama dari ziarah ke kubur itu sendiri,
seperti yang ditunjukkan hadits-hadits yang telah lalu.
2. Dapat berbuat baik kepada mayit dengan mengucapkan salam,
mendoakannya dan memohonkan ampun untuknya. Ini khusus
bagi orang Islam. Mengenai ini ada beberapa hadits di antaranya:
َخ
ا ْل َخ ُقذ ْل نا
ُق ا َخ ائ َّن ا َخ ائ َّني ُقك ْل ا َخ َخ،ٌب ا ُق ْلإ ن ْلي َخن اع َخ ُق ا َخ َخ ْلي ُقك ْل َخاأ ْله َخلا ِإِّماذ َخي س َخاق ْل(( ِّم َّن
ِإ ِإ ِإ ِإ ِإ
َخ اال ِإح ُقق ْل َخنا َخ ا َّن ُق َّن ا ْلغ ِإفشْل
ُق ُق ْل َخ ا َخ ائ َّننائ ْلن َخؼ َخ،َخغ ًذ ا ُق ْلإج َخ ُقا ْل َخن
ِإ ْله ِإل َخاب ِإق ِإعا ِإابك ِإ ِإ
ْل َخ َخ
))اغ ْلشق ِإذ
“Assalamu‟alaikum wahai penghuni kuburan kaum
mukminin. Sesungguhnya kami, kamu sekalian dan
segala yang dijanjikan esok, pasti akan datang. Dan
Insya Alloh kami akan mengikuti kalian. Ya Alloh,
ampunilah penghuni al-Baqi al-Ghorgod ini.”155
ْل ُق ْل ُق َخ َّن َخ َخ ُق َخ
اع ُق ا َخ ْليك ْل اأ ْله َخلا ِإِّماذ َخي ِإسا ِإ َخنا ْل ْلإ ِإ ِإن ْلي َخنا َخ ا ْل ْلع ِإ ِإ ْلي َخن َخ َخاي ْلش َخح ُق ا ُق ا ((
ْل ُق ْل َخ ْل ْل َخ َّن َخ ْل ُق ْل َخ ْل ْل َخ َخ َّن ْل َخ َخ ُق ُق ْل َخ ُق ْل نَخ
)) ِإابك اال ِإحق ْلعلق ِإذ ِإ ينا ِإ ن ا ا ْلعلأ ِإ ِإشينا ِإائن ِإائنؼ
“Assalamu‟alaikum wahai penghuni kuburan, mukminin
dan muslimin. Semoga Alloh memberi rahmat kepada
orang-orang yang telah mendahului kami dan yang
154
[HR. Ibnu Syaibah : 4/141, Ibnu Majah: 1/478, al-Baihaqi dan Ahmad 3/242
serta al-Hakim: 1/374]
155
[HR. Muslim 3/63, an-Nasai: 1/287, Ibnu as-Sunni: 585, al-Baihaqi: 4/79
dan ahmad: 6/180]
328
kemudian. Insya Alloh kami benar-benar akan mengikuti
kalian.”156
َخ ْل ُق ْل ُق َخ َّن َخ َخ ُق َخ
اع ُق ا َخ ْليك ْل اأ ْله َخلا ِإِّماذ َخي ِإسا ِإ َخنا ْل ْلإ ِإ ِإن ْلي َخنا َخ ْل ْلع ِإ ِإ ْلي َخنا َخ ِإائ َّنن ِإائ ْلن ؼ َخ ُق ا ((
ُق ْل َخ ُق ْل َخن َخ ْل ُق ْل َخ َخ َخ َخ ٌب َخ َخ ْل ُق َخ ُق ْل َخ َخ ٌب َخ ْل َخ ُق َخ َخ َخ َخ َخ ُقُق
ا ا حنااك ا عاأظألا اان ا ااك ا،ِإبك اال ِإحق اأ ل اان افشغ
َخ ْل
)) ا َخ ِإف َخي
“Assalamu‟alaikum wahai penghuni kubur, mukminin
dan muslimin. Insya Alloh kami benar-benar akan
mengikuti kalian. Kalian terlepas dari kami, dan kami
mengikuti kalian. Aku memohon kesejahteraan kepada
Alloh untuk kami dan kalian.”157
Adapun membaca al-Qur‟an ketika ziarah kubur, ini tidak ada
dasarnya di dalam as-Sunnah, justru hadits-hadits yang telah tersebut
mengenai masalah tadi memberi kesan bahwa bacaan itu tidak
disyari‟atkan. Sebab kalau disyari‟atkan, tentu telah dikerjakan
Rosululloh dan diajarkan para sahabatnya. Terutama sekali hal ini
telah ditanyakan Aisyah , ia adalah manusia yang paling dicintai Nabi
. Aisyah menanyakan tentang apa yang harus ia katakan bila
ziarah kubur? Maka beliau mengajarnya “assalamu‟alaikum...” Dan
doa tadi. Beliau tidak mengajarnya membaca al Fatihah atau ayat-ayat
lain dari al-Qur‟an. Kalaulah membaca ayat itu disyariatkan, tentu
beliau tidak menyembunyikan-nya terhadap Aisyah . Kalau ditunda
penjelasannya dari waktu keperluannya, ini jelas tidak boleh di dalam
Ilmu Ushul Fiqih, lalu bagaimana bisa disembunyikan? Kalau Nabi
pernah mengajarkan sesuatu dari bacaan ayat al-Qur‟an itu kepada para
shabatnya, tentu ini sampai atau pindah kepada kita. Oleh karena tidak
156
[HR. Muslim dan lain-lain]
157
[HR. Muslim 3/65, an-Nasai dan Ibnu Majah : 1/469, Ibnu Abi Syaibah:
4/138, Ibnu as-Sunni [538], al-Baihaqi dan Ahmad 5/355, 359, 360]
329
pernah dipindahkan dengan sanad tetap, maka ini menunjukkan bahwa
membaca ayat al-Qur‟an itu tidak pernah terjadi.
Ada sabda Nabi yang menguatkan bahwa hal ini tidak
disyariatkan:
ُق َّن ْل َّن َخ َخ ُق َخ َخ َخ ُق
اف ِإا َّننا اؽ ْليؼ َخن َخاي ِإف ُقشا ِإ َخنا ا َخ ْلي ِإ ا ا ِإز ْل َخاي ْلق َخشأ،((الا ْل َخ ْل ا ُقاب ُقي ْل ِإ ك ْل ا َخ ق ِإب َخش
ْل ُق ُق ْل َخ
))اظ ْل َخسةا ا َخ ق َخش ِإة ِإ ِإ
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai
kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang
dibacakan surah al-Baqoroh di dalamnya.”158
Dalam hadits ini, Nabi telah memberi isyarat bahwa
kuburan-kuburan itu bukanlah tempat untuk bacaan tersebut menurut
syara. Karena itu beliau menganjurkan agar membaca al-Qur‟an di
rumah-rumah, dan beliau melarang rumah-rumah itu dijadikan
seperti kuburan yang tidak dibacakan al-Qur‟an, sebagaimana
ditunjukkan hadits lain bahwa kuburan itu bukanlah tempat untuk
sholat juga. Rosululloh bersabda:
ُق َخ َخ ُق ُق ُّ َخ
)) ا َخ الا َّنل ِإ ز ْل َخاه اق ُق ْل ًس، ص ْل ا ِإ ْل ُقاب ُقي ْل ِإ ك ْل ((
“Sholatlah kalian di rumah-rumah kalian. Dan janganlah
rumah-rumah kalian itu dijadikan sebagai kuburan.”159
Hadits ini ditafsirkan Imam al-Bukhori dengan mengatakan:
“Bab makruhnya sholat di kuburan (Bab Karohiyat ash Salah Fi al
Maqobir)”. Demikian juga hadits yang sebelumnya ditafsirkan
makruh mambaca al-Qur‟an di kuburan, tiada bedanya. Karena itu,
madzhab jumhur ulama terdahulu seperti Abu Hanifah, Malik, dan
lain-lain, menghukumi haram membaca al-Qur‟an di sisi kuburan.
Dan inilah perkataan al Imam Ahmad, kata Abu Dawud mengenai
158
[HR. Muslim2/188, at-Tirmidzi: 4/42 dan dishohihkan Ahmad: 2/284, 337,
338, 378, 388 dari hadits Abu Huroiroh]
159
[HR. Muslim: 2/187 dan lain-lain dari Ibnu Umar]
330
masalah ini: “Aku pernah mendengar Ahmad ditanya tentang bacaan
tersebut di sisi kuburan,” Maka jawabnya: “Jangan, (tidak boleh).”
Boleh mengangkat kedua tangan dalam mendoakan mayat. Ini
berdasarkan hadits Aisyah :
ُق َخ ْل ً َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ
افأ ْلس َخظ ُق َخاب ِإشْلي َخشةا ِإ ْل ِإائ ِإش ِإه ِإاا َخل ْلن َخشاأ ْلي َخنا، (( َخش َخ َخاس ُقظ ْل ُقلا ِإ ا ار َخ اا ْلي ٍء
ُق َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ
ق ا ْل اف َخع َخ ا ْلح َخ َخاب ِإق ْلي ِإعا اغ ْلشق ِإذاف َخ قفا ِإ ْلاأ ْلد ىا ا َخ ِإق ْلي ِإعا َّن َخاسف َخعا. ر َخه َخ
َخ َخ ْل ُق َّن ْل َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ ْل َخ ْل َخ َخ َّن َخ ْل َخ َخ ْل َخ َخ ْل
اظأا ُقل ُق ا ا ا ِإئ صش افشج ِإائل اب ِإشيش ٍءةافأ بر ِإ اف اأص ح، ِإبيذي ِإ
َخ ْل َخ َخ َخ ْل َخ َّن ْل َخ َخ َخ َخ ُق ْل ُق َخ َخ ْل ْل َخ ْل
ِإ ا ِإ لىاأه ِإلا ا ِإقي ِإعا: َخي َخاس ُقظ ْل َخلا ِإ ا أينا شج ا ا ي اق ل: ف ُقق ُق
ْل َخ
َخ ُق َخ
)) ص ِإل َخ ا َخ ْلي ِإه ْل ِإ
“Suatu malam Rosululloh keluar. Maka aku mengutus
Bariroh di belakangnya untuk melihat ke mana beliau pergi.
Bariroh berkata: Rosululloh berjalan ke Baqi al-Ghorqod.
Beliau berhenti di bawah al-Baqi, kemudian mengangkat
kedua tangannya, lalu pulang. Maka Bariroh kembali
padaku, lalu memberitahu kabar itu kepadaku. Setelah tiba
waktu pagi, aku bertanya kepada beliau: Ya Rosululloh,
keluar ke mana Anda semalam? Jawabnya: Aku telah diutus
ke penghuni al-Baqi guna mendoakan mereka.”160
Namun ketika mendoakan, tidak menghadap ke kuburan, tapi
menghadap ke Ka‟bah. Karena Nabi melarang sholat ke kuburan,
sementara doa merupakan inti saripati daripada sholat, seperti telah
terkenal. Maka hukumnya adalah hukum sholat. Rosululloh bersabda:
ُق َخ ُق ُق َخ َخ َخ ْل َخ
)) َخ ق َخل َخاسُّ ك ْل اأ ْلد ُق ْل ِإ ْل: َّن اق َخشأ.(( ُّاذ َخ ُق ُقاه َخ ا ا ِإ َخ َخدةا
“Doa adalah ibadah. Kemudian beliau membacakan
ayat: “Dan Tuhan kamu berfirman: “Berdoalah kamu
kepada-Ku….”161
160
[HR. Ahmad: 6/92 dan an-Nasai: 1/287 dengan isnad Hasan]
161
[HR. Ibnu al-Mubarok di dalam buku al-Zuhud: 10/151, al-Bukhori di dalam
buku al-Adab al-Mufrod no. 714, Abu Dawud: 1/551, at-Tirmidzi: 4/178, 223,
331
Bila berziarah ke kuburan orang kafir, tidak boleh
mengucapkan salam dan tidak pula mendoakan. Tapi boleh
memberikan kabar tentang siksa neraka. Begitulah Rosululloh
memerintahkan dalam hadits Sa‟id bin Abi Waqosh :
َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ ٌب َخ َّن ُق َخ َخ َخ َّن َخ ْل َخ
افأ ْلي َخنا،ا َخ ك َخن، باك َخن َخاي ِإص ُقلا َّناش ِإح َخ ِإئناأ ِإ:((ج اأ شِإ ِإائلا ان ِإ ا افق َخل
َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ
َخي َخاس ُقظ ْل َخلا:افق َخل، اف َخنا ْل َخش ِإب ا َخ َخجذا ِإ ْلنار ِإا َخ، ِإ ْلا َّنان ِإس:ُقه َخ اق َخل
َخ
َخ َخ َخ َخ ِّم ُق َخ َخ َخ َخ
: ق َخل. َخح ْلي َخ ا َخ َخش ْلس َخ ِإابق ُقب ٍءراك ِإف ٍءشاف َخ ِإؽ ْلش ُقه ِإاب َّنان ِإس:ِإ ا! فأ ْلي َخناأ ُقب ْل َخك اق َخل
َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ َخ ْل َخ
اق ْلذاك ف ِإن َخاس ُقظ ْل ُقلا ِإ ا ات ْل ً ا َخ ا َخ َخش ْلس ُق ا:افق َخل،فأ ْلظ َخ ا ْل َخش ِإب ا َخ ْل ُقذ
َّن َخ ُق َخ َخ
))ِإبق ْلب ٍءراك ِإف ٍءش ِإائالا َخ ؽ ْلش ُق ِإاب َّنان ِإس
“Seorang Arab Badui datang kepada Nabi , ia
bertanya: Sesungguhnya ayahku menyambung
silaturrahim dan..... lalu di manakah ia tempatnya?
Jawab beliau: Di neraka. Orang Arab Badui itu seolah-
olah mendapatkan sesuatu dari jawaban tersebut. Maka
ia bertanya lagi: Lalu Ayah Anda dimanakah tempatnya?
Jawab beliau, kapan saja engkau lewat di kuburan orang
kafir, berilah kabar tentang neraka. Sesudah itu, orang
Arab Badui itu masuk Islam. Ia berkata: Rosululloh
telah membebani aku dengan suatu kepayahan! Setiap
aku lewat di kuburan orang kafir, pasti aku selalu
memberitakan kepadanya tentang neraka.”162
Ibnu Majah: 2/428-429, Ibnu Hibban [2396], al-Hakim: 1/491, Ibnu Manduh di
dalam buku at-Tauhid [q. 69/61] dan Ahmad: 4/267,276, 277]. Dan isnadnya
shohih, kata al-Hakim, lalu kata at-Tirmidzi: hadits hasan shohih]
162
[Isnadnya shohih ditakhrij al-Bukhori, 8/92, Muslim, 17/6, Ahmad, 3/101.
332
ADAB BERDOA
163
Isnadnya shohih, ditakhrij al-Bukhori 8/92, Muslim, 17/6, Ahmad, 3/101
333
dia meneguhkan permintaannya. Sesungguhnya Dia
tidak enggan kepadanya.”164
Kedua: Mengulang-ulang dalam berdoa. Ini adalah cara yang
terpuji. Sebab ini merupakan gambaran sikap merendahkan diri
kepada Alloh dan kepasrahan kepada keagungan-Nya serta
husnuzhon (berbaik sangka) kepada rahmat-Nya.
Dari Abu Huroiroh , bahwasanya Nabi bersabda:
“Masih tetap akan dikabulkan bagi seorang hamba
selagi dia tidak berdoa dengan dosa atau pemutusan tali
persaudaraan, dan selagi dia tidak terburu-buru. Ada
yang bertanya, wahai Rosululloh, apa maksud terburu-
buru itu? beliau menjawab, Dia berkata, “Aku sudah
berdoa, tetapi Alloh belum memenuhi bagiku‟. Lalu dia
pun merasa letih pada saat itu dan tidak lagi berdoa”.
336