Anda di halaman 1dari 10

SIFAT RASUL YANG FATHONAH

Sebagai tugas individu mata kuliah Sistem Pembelajaran Aqidah Akhlak


Dosen Pengampu: Dr. Hj. Maemunah Sa’diyah, M. Ag.
Dosen Pendamping: Noor Isna Alfaien, S. Sos.I. M.Pd.

Disusun Oleh:
Hana Dwi Prasiwi (191105010457)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunianya
lah, saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sifat Rasul yang Fathonah” tepat pada
waktunya. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Pembelajaran Aqidah Akhlak. Dengan membuat tugas ini semoga wawasan saya dan juga yang
membacanya semakin bertambah, aamiin.
Dalam menyelesaikan makalah ini, saya telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih
kepada Ibu Dr. Hj. Maemunah Sa’diyah, M.Ag. Dan Ibu Noor Isna Alfaien, S. Sos.I. M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran Aqidah Akhlak yang telah memberikan tugas mengenai
makalah ini sehingga pengetahuan saya mengenai judul makalah ini semakin bertambah. Dan
kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah turut membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan saya semoga penulisan makalah
yang sederhana ini bisa memberikan manfaat kepada kita semua.

Bogor, Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
A. Pengertian Fathonah.......................................................................................................................... 4
B. Surat Al-An’am ayat 83 .................................................................................................................... 4
C. Kisah Inspiratif Yang Berkaitan Dengan Sifat Fathonah .................................................................. 6
BAB III ......................................................................................................................................................... 8
PENUTUP .................................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 9

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat muslim, kita perlu mengetahui empat sifat wajib bagi Rasul yang
menjadi suatu keistimewaan bagi mereka. Selain itu, kita juga wajib meneladani sifat-
sifat tersebut adalah kehidupan sehari-hari. Salah satu sifat wajib dari para rasul adalah
sifat fathonah (fatanah), yaitu cerdas dan bijaksana, selain dari shiddiq (jujur),
amanah, dan tablig. Umat Islam dianjurkan untuk meneladani sifat mulia ini. Karena
itulah, menuntut ilmu agar menjadi cerdas adalah salah satu kewajiban setiap muslim,
sejak ia lahir hingga meninggal dunia. Sifat fathonah ini merupakan salah satu akhlak
terpuji dalam Islam.
Salah satu panutan terbaik bagi umat Muslim yaitu Nabi Muhammad Saw.
Beliau adalah Nabi terakhir dan menjadi kekasih Allah SWT yang diberi mukjizat,
kelebihan-kelebihan, serta keistimewaan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh
manusia biasa pada umumnya. Beliau mempunyai sifat-sifat dan karakter yang amat
patut dicontoh oleh manusia. Bahkan sifat fathonah ini juga telah diimplementasikan
di sekolah untuk memengaruhi perilaku peserta didik. Para siswa di sekolah dituntut
untuk menjadi orang yang cerdas dan berilmu.
Apabila siswa adalah orang yang cerdas dan berilmu, maka mereka akan lebih
mudah dalam menentukan jalan hidup. Selain itu, kecerdasan juga akan membawa
kehidupan yang lebih tenang. Apalagi fathonah juga berpengaruh terhadap kehidupan
akhirat. Karena itulah, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Mencari ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap orang Islam, laki-laki dan perempuan. Setiap sesuatu yang di
dunia ini akan memintakan pengampunan kepada Allah Swt untuk para pencari ilmu,
hingga ikan di laut pun ikut memintakan pengampunan baginya," (H.R. Abu Daud,
Tirmidzi dan Ibnu Majah).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sifat fathonah?
2. Bagaimana bunyi dari surat Al-An’am ayat 83?
3. Bagaimana tafsir dari surat Al-An’am ayat 83?
4. Adakah kisah inspiratif dari surat Al-An’am ayat 83?

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Fathonah
Salah satu sifat wajib dari para rasul adalah sifat fathonah yang artinya
adalah cerdas. Kecerdasan yang dimaksudkannya ini bukan hanya kecerdasan
intelektual tapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Sifat fathonah ini merupakan salah satu akhlak terpuji dalam Islam. Kebalikan dari
sifat fathonah ini adalah baladah yang bermakna bodoh. Artinya, mustahil bagi
Nabi Muhammad bersikap bodoh dalam tindak-tanduk dan tutur katanya.
Allah SWT memberi kemampuan kepada para Rasul dalam menyampaikan
ajaran serta menyelesaikan perkara di antara kaumnya. Hal ini terdapat dalam
firman Allah SWT pada Surat Al-Baqarah ayat 269 yang artinya: “Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As-
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-
orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
Dan Allah swt. bahkan memberikan peringatan keras kepada orang-orang
yang tidak menggunakan akalnya, seperti dalam QS. Yunus/10: 100 yang artinya:
“Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan
akalnya.”

B. Surat Al-An’am ayat 83


1. Bunyi surat Al-An’am ayat 83:

َ َّ‫علَ َٰى قَ ْو ِمِۦِه َن َْرَفَ ُُع َدَ ََر َٰ ََٰجٍت َّمن َن‬
‫َشا ٓ ُء ِإ َّن ََرب ََّك‬ َ ‫َوتِ ْل َك ُح َّجتُنَا ٓ َءات َ ْي َٰنَ َها ٓ ِإب َٰ َْر ِه‬
َ ‫يم‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫َح ِكي ٌم‬
Artinya: “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki
beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.”

2. Tafsir QS. Al-An’am ayat 83:

 Tafsir Jalalain:
(Dan itulah) menjadi mubtada lalu dijelaskan (hujah Kami)
yang dijadikan sebagai hujah oleh Nabi Ibrahim untuk membuktikan
keesaan Allah; yakni tenggelamnya bintang-bintang itu. Dan jumlah
yang sesudahnya menjadi khabar dari tilka (yang Kami berikan
kepada Ibrahim) yang Kami tunjukkan kepada Ibrahim sebagai
hujah (untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang
4
Kami kehendaki beberapa derajat) dengan dibaca idhafah dan juga
dibaca tanwin, yakni dalam masalah ilmu dan hikmah.
(Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana) dalam mengatur
ciptaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) seluk-beluk makhluk-Nya.

 Tafsir Ibnu Katsir:


Firman Allah:
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim
untuk menghadapi kaumnya. Artinya, Kami arahkan dan Kami
ajarkan kepadanya cara mendebat mereka. Menurut Mujahid dan
lain-lainnya, hal yang dimaksud ialah seperti yang tertera di
dalam firman-Nya:
“Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kalian
persekutukan (dengan Allah), padahal kalian tidak takut memper-
sekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri
tidak menurunkan hujah kepada kalian untuk mempersekutukan-
Nya.”
Maka manakah di antara dua golongan itu yang berhak mendapat
keamanan?
(QS. Al-An’am [6]: 81), hingga akhir ayat).
Dan Allah telah membenarkannya serta menceritakan
baginya akan mendapat keamanan dan hidayah melalui firman-
Nya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang
yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am [6]: 82)

Setelah kesemuanya itu Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman:


Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan
kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa
yang Kami kehendaki beberapa derajat Lafaz darajatin man dapat
dibaca dengan susunan idafah, dapat pula dibaca tanpa susunan
idafah, seperti halnya yang ada pada surat Yusuf, kedua bacaan
tersebut mempunyai makna yang hampir sama (berdekatan).
Firman Allah:
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha
Mengetahui. Yakni Mahabijaksana dalam semua ucapan dan
perbuatan-Nya, lagi Maha Mengetahui terhadap siapa yang akan
diberi-Nya hidayah dan siapa yang akan disesatkan-Nya, sekalipun
telah terbukti baginya semua hujah dan bukti-bukti.

5
Seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, Dalam
ayat lain:
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap
mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang
kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka
menyaksikan azab yang pedih.
(QS. Yunus [10]: 96-97)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-
Nya:
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

 Tafsir Kementrian Agama:


Allah menegaskan bahwa bukti-bukti kebenaran yang
ditujukan Allah kepada Ibrahim dengan maksud agar kaumnya
dapat menggunakan pikirannya untuk dapat menilai kebenaran
bukti-bukti itu dan menerimanya dengan sepenuh hati, sehingga
mereka meninggalkan kemusyrikan, berpindah kepada agama
tauhid yang memang sesuai dengan fitrah. Untuk menarik minat
kaumnya agar kembali kepada agama tauhid dan sebagai hiburan
terhadap perjuangan Nabi Ibrahim, Allah menjanjikan bahwa Allah
akan mengangkat derajat hamba-hamba yang dikehendaki-Nya
beberapa derajat, dalam bidang ilmu pengetahuan dan hikmah atau
kearifan dan derajat yang diperoleh Nabi Ibrahim adalah
kemampuan memberikan hujjah, kemampuan memimpin dan
bertindak bijaksana. Kesemuanya adalah derajat kesempurnaan.
Selain itu, ia juga diberi derajat kenabian dan kerasulan yang
merupakan derajat tertinggi yang dapat dicapai manusia. Hal ini
sesuai dengan firman Allah: Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian
mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang
(langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang
ditinggikan-Nya beberapa derajat. (al-Baqarah/2: 253) Pada akhir
ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia Mahabijaksana dalam
mengangkat atau menjatuhkan derajat seseorang. Dia juga Maha
Mengetahui keadaan orang yang berhak menerima derajat itu.

C. Kisah Inspiratif Yang Berkaitan Dengan Sifat Fathonah


Dahulu, sekitar lima tahun sebelum Nabi Muhammad menerima mandat
kerasulan, bangunan Ka’bah akan dipugar. Alasan pemugaran itu karena konstruksi
Ka’bah yang sudah mulai rapuh. Sejak pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim
dibantu Nabi Ismail, Ka’bah belum pernah dipugar.

6
Singkat cerita, bangunan Ka’bah pun diruntuhkan dan diganti dengan
konstruksi baru. Namun, saat peletakan Hajar Aswad terjadilah pertentangan di
kalangan pemuka-pemuka kabilah. Masing-masing dari mereka merasa yang paling
pantas mendapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Pertentangan dan perselisihan pun tak terelakkan. Bahkan, mereka hampir saling
membunuh.
Untuk menghindari pertikaian berdarah, kemudian mereka bersepakat:
Barangsiapa yang masuk pertama kali ke area Ka’bah keesokan harinya, maka
orang itulah yang berhak meletakkan Hajar Aswad.
Tak disangka, Nabi Muhammad-lah orang yang pertama kali masuk ke area
Ka’bah. Berdasarkan kesepakatan sebelumnya, Nabi Muhammad-lah yang berhak
meletakkan kembali Hajar Aswad ke dinding Ka’bah.
Tapi Nabi Muhammad bukan sosok yang egois. Beliau lantas
membentangkan selembar kain lebar, lalu diletakkanlah Hajar Aswad di atas kain
tersebut. Nabi meminta kepada semua perwakilan kabilah untuk turut serta
memegang tepi kain dan mengangkat Hajar Aswad bersama-sama. Meletakkan
Hajar Aswad ketempat semula secara bersama-sama. Dengan strategi cerdas nan
bijak itu, semua kabilah merasa puas dengan keputusan Muhammad SAW.
Pertikaian pun selesai tanpa menimbulkan pertumpahan darah.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu sifat wajib dari para rasul adalah sifat fathonah (fatanah), yaitu
cerdas dan bijaksana, selain dari shiddiq (jujur), amanah, dan tablig. Selain itu, kita
juga wajib meneladani sifat-sifat tersebut adalah kehidupan sehari-hari. Umat
Islam dianjurkan untuk meneladani sifat mulia ini. Karena itulah, menuntut ilmu
agar menjadi cerdas adalah salah satu kewajiban setiap muslim, sejak ia lahir
hingga meninggal dunia. Sifat fathonah ini merupakan salah satu akhlak terpuji
dalam Islam.
Jadi apabila kita memiliki sifat fathonah maka kita akan mudah menentukan
jalan hidup. Selain itu, kecerdasan juga akan membawa kehidupan yang lebih
tenang. Apalagi fathonah juga berpengaruh terhadap kehidupan akhirat.

8
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi. 2021. Rangkuman PAI: Apa Itu Fathonah, Arti, dan Keteladannya
dalam Islam. Diakses pada https://amp.tirto.id/rangkuman-pai-apa-itu-fathonah-arti-
dan-keteladannya-dalam-islam-gi8u

Kristina. 2021. Arti Fathonah, Sifat Wajib Rasul yang Istimewa. Diakses pada
https://news.detik.com/berita/d-5590964/arti-fathonah-sifat-wajib-rasul-yang-
istimewa/amp

Berita Terkini. 2021. Arti Fathonah SebagaiSifat Wajib Bagi Rasul dan
Implementasinya Dalam Kehidupan. Diakses pada https://kumparan.com/berita-
terkini/arti-fathonah-sebagai-sifat-wajib-bagi-rasul-dan-implementasinya-dalam-
kehidupan-1wTb3XARc0I

Irwan Misbach. 2017. Perilaku Bisnis Syariah. Jurnal Al Idarah Volume 5, Juni 2017:
33 – 44.

Zaen Musyrifin. 2020. Implementasi Sifat-Sifat Rasulullah Dalam Konseling Behavioral. Al-
Irsyad Jurnal Bimbingan Konseling Volume:11 Nomor: 2 Juli-Desember 2020.

Kementrian Agama Kabupaten Purbalingga. 2021. Teladan Rekonsiliasi Dari Nabi.


Diakses pada http://purbalingga.kemenag.go.id/berita/read/teladan-rekonsiliasi-dari-
nabi

Tafsir.learn-quran. Tafsir Surat Al-An’am ayat 83. Diakses pada https://tafsir.learn-


quran.co/id/amp/surat-6-al-an'am/ayat-83

Risalah Muslim. Tafsir Al-Quran SuraT Al-An’am 6:83. Diakses pada


https://risalahmuslim.id/quran/al-an-aam/6-83/#elementor-tab-title-2004

Anda mungkin juga menyukai