Disusun Oleh:
Hana Dwi Prasiwi (191105010457)
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat muslim, kita perlu mengetahui empat sifat wajib bagi Rasul yang
menjadi suatu keistimewaan bagi mereka. Selain itu, kita juga wajib meneladani sifat-
sifat tersebut adalah kehidupan sehari-hari. Salah satu sifat wajib dari para rasul adalah
sifat fathonah (fatanah), yaitu cerdas dan bijaksana, selain dari shiddiq (jujur),
amanah, dan tablig. Umat Islam dianjurkan untuk meneladani sifat mulia ini. Karena
itulah, menuntut ilmu agar menjadi cerdas adalah salah satu kewajiban setiap muslim,
sejak ia lahir hingga meninggal dunia. Sifat fathonah ini merupakan salah satu akhlak
terpuji dalam Islam.
Salah satu panutan terbaik bagi umat Muslim yaitu Nabi Muhammad Saw.
Beliau adalah Nabi terakhir dan menjadi kekasih Allah SWT yang diberi mukjizat,
kelebihan-kelebihan, serta keistimewaan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh
manusia biasa pada umumnya. Beliau mempunyai sifat-sifat dan karakter yang amat
patut dicontoh oleh manusia. Bahkan sifat fathonah ini juga telah diimplementasikan
di sekolah untuk memengaruhi perilaku peserta didik. Para siswa di sekolah dituntut
untuk menjadi orang yang cerdas dan berilmu.
Apabila siswa adalah orang yang cerdas dan berilmu, maka mereka akan lebih
mudah dalam menentukan jalan hidup. Selain itu, kecerdasan juga akan membawa
kehidupan yang lebih tenang. Apalagi fathonah juga berpengaruh terhadap kehidupan
akhirat. Karena itulah, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Mencari ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap orang Islam, laki-laki dan perempuan. Setiap sesuatu yang di
dunia ini akan memintakan pengampunan kepada Allah Swt untuk para pencari ilmu,
hingga ikan di laut pun ikut memintakan pengampunan baginya," (H.R. Abu Daud,
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sifat fathonah?
2. Bagaimana bunyi dari surat Al-An’am ayat 83?
3. Bagaimana tafsir dari surat Al-An’am ayat 83?
4. Adakah kisah inspiratif dari surat Al-An’am ayat 83?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fathonah
Salah satu sifat wajib dari para rasul adalah sifat fathonah yang artinya
adalah cerdas. Kecerdasan yang dimaksudkannya ini bukan hanya kecerdasan
intelektual tapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Sifat fathonah ini merupakan salah satu akhlak terpuji dalam Islam. Kebalikan dari
sifat fathonah ini adalah baladah yang bermakna bodoh. Artinya, mustahil bagi
Nabi Muhammad bersikap bodoh dalam tindak-tanduk dan tutur katanya.
Allah SWT memberi kemampuan kepada para Rasul dalam menyampaikan
ajaran serta menyelesaikan perkara di antara kaumnya. Hal ini terdapat dalam
firman Allah SWT pada Surat Al-Baqarah ayat 269 yang artinya: “Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As-
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-
orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
Dan Allah swt. bahkan memberikan peringatan keras kepada orang-orang
yang tidak menggunakan akalnya, seperti dalam QS. Yunus/10: 100 yang artinya:
“Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan
akalnya.”
َ َّعلَ َٰى قَ ْو ِمِۦِه َن َْرَفَ ُُع َدَ ََر َٰ ََٰجٍت َّمن َن
َشا ٓ ُء ِإ َّن ََرب ََّك َ َوتِ ْل َك ُح َّجتُنَا ٓ َءات َ ْي َٰنَ َها ٓ ِإب َٰ َْر ِه
َ يم
ع ِلي ٌم
َ َح ِكي ٌم
Artinya: “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki
beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.”
Tafsir Jalalain:
(Dan itulah) menjadi mubtada lalu dijelaskan (hujah Kami)
yang dijadikan sebagai hujah oleh Nabi Ibrahim untuk membuktikan
keesaan Allah; yakni tenggelamnya bintang-bintang itu. Dan jumlah
yang sesudahnya menjadi khabar dari tilka (yang Kami berikan
kepada Ibrahim) yang Kami tunjukkan kepada Ibrahim sebagai
hujah (untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang
4
Kami kehendaki beberapa derajat) dengan dibaca idhafah dan juga
dibaca tanwin, yakni dalam masalah ilmu dan hikmah.
(Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana) dalam mengatur
ciptaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) seluk-beluk makhluk-Nya.
5
Seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, Dalam
ayat lain:
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap
mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang
kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka
menyaksikan azab yang pedih.
(QS. Yunus [10]: 96-97)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-
Nya:
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
6
Singkat cerita, bangunan Ka’bah pun diruntuhkan dan diganti dengan
konstruksi baru. Namun, saat peletakan Hajar Aswad terjadilah pertentangan di
kalangan pemuka-pemuka kabilah. Masing-masing dari mereka merasa yang paling
pantas mendapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Pertentangan dan perselisihan pun tak terelakkan. Bahkan, mereka hampir saling
membunuh.
Untuk menghindari pertikaian berdarah, kemudian mereka bersepakat:
Barangsiapa yang masuk pertama kali ke area Ka’bah keesokan harinya, maka
orang itulah yang berhak meletakkan Hajar Aswad.
Tak disangka, Nabi Muhammad-lah orang yang pertama kali masuk ke area
Ka’bah. Berdasarkan kesepakatan sebelumnya, Nabi Muhammad-lah yang berhak
meletakkan kembali Hajar Aswad ke dinding Ka’bah.
Tapi Nabi Muhammad bukan sosok yang egois. Beliau lantas
membentangkan selembar kain lebar, lalu diletakkanlah Hajar Aswad di atas kain
tersebut. Nabi meminta kepada semua perwakilan kabilah untuk turut serta
memegang tepi kain dan mengangkat Hajar Aswad bersama-sama. Meletakkan
Hajar Aswad ketempat semula secara bersama-sama. Dengan strategi cerdas nan
bijak itu, semua kabilah merasa puas dengan keputusan Muhammad SAW.
Pertikaian pun selesai tanpa menimbulkan pertumpahan darah.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu sifat wajib dari para rasul adalah sifat fathonah (fatanah), yaitu
cerdas dan bijaksana, selain dari shiddiq (jujur), amanah, dan tablig. Selain itu, kita
juga wajib meneladani sifat-sifat tersebut adalah kehidupan sehari-hari. Umat
Islam dianjurkan untuk meneladani sifat mulia ini. Karena itulah, menuntut ilmu
agar menjadi cerdas adalah salah satu kewajiban setiap muslim, sejak ia lahir
hingga meninggal dunia. Sifat fathonah ini merupakan salah satu akhlak terpuji
dalam Islam.
Jadi apabila kita memiliki sifat fathonah maka kita akan mudah menentukan
jalan hidup. Selain itu, kecerdasan juga akan membawa kehidupan yang lebih
tenang. Apalagi fathonah juga berpengaruh terhadap kehidupan akhirat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi. 2021. Rangkuman PAI: Apa Itu Fathonah, Arti, dan Keteladannya
dalam Islam. Diakses pada https://amp.tirto.id/rangkuman-pai-apa-itu-fathonah-arti-
dan-keteladannya-dalam-islam-gi8u
Kristina. 2021. Arti Fathonah, Sifat Wajib Rasul yang Istimewa. Diakses pada
https://news.detik.com/berita/d-5590964/arti-fathonah-sifat-wajib-rasul-yang-
istimewa/amp
Berita Terkini. 2021. Arti Fathonah SebagaiSifat Wajib Bagi Rasul dan
Implementasinya Dalam Kehidupan. Diakses pada https://kumparan.com/berita-
terkini/arti-fathonah-sebagai-sifat-wajib-bagi-rasul-dan-implementasinya-dalam-
kehidupan-1wTb3XARc0I
Irwan Misbach. 2017. Perilaku Bisnis Syariah. Jurnal Al Idarah Volume 5, Juni 2017:
33 – 44.
Zaen Musyrifin. 2020. Implementasi Sifat-Sifat Rasulullah Dalam Konseling Behavioral. Al-
Irsyad Jurnal Bimbingan Konseling Volume:11 Nomor: 2 Juli-Desember 2020.