Anda di halaman 1dari 16

Makalah Tafsir Tarbawi

Potensi Belajar dalam Al-Quran(Potensi Untuk Pengetahuan)


Qs.Al baqarah : 31, Qs.An-Nahl : 78, Qs.Al-Hajj : 46 dan
Qs. As-Sajadah : 7-9
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pembimbing: Drs. Abd Halim Nasution, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Khairunnisa Lubis (0301181011)

Muhammad Irfansyah Siregar (0301181024)

Fajar Rianda (0301182117)

Ramadhandi (0301181043)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-6)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
TA. 2019-2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Allah swt, karena atas limpahan rahmat serta hidayahNya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang sangat sederhana ini. Shalawat serta
salam selalu penyusun haturkan kepada Nabi junjungan kita yaitu Nabi Muhammad saw
beserta para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun agar dapat
kita manfaatkan bersama untuk kehidupan kita sehari-hari. Tidak lupa penyusun ucapkan
terima kasih kepada Bapak Drs. Abd Halim Nasuition, M.Ag sebagai Dosen Pengampu
Mata Kuliah “Tafsir Tarbawi”

Penyusun mengakui bahwa Makalah masih belum sempurna baik dari segi
peninjauan atau dari segi yang lain.. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita bersama.

Medan, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 2
A. Pengertian Potensi ..................................................................................................................... 2
B. Qs. Al-Baqarah : 31 .................................................................................................................. 2
C. Qs. An-Nahl : 78 ....................................................................................................................... 4
D. Qs. Al-Hajj : 46 ..................................................................................................................... 6
E. Qs. As-Sajadah : 7-9 ................................................................................................................. 8
BAB III............................................................................................................................................... 12
PENUTUP.......................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk
berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung daalam belajar. Karena kemampuan
berubahlah, manusia terbebas kebodohan.

Kemampuan belajar atau potensi belajar oleh manusia itu sudah ada semenjak lahir,
yaitu dengan diberikan pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya. Sehingga dengan
belajar manusia mampu memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan
sekelompok manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara
bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut,
kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar.

Berdasarkan fakta di atas, perlu rasanya kita mengkaji potensi-potensi belajar manusia
yang ada dalam Al-Quran yang mesti dikembangkaan sehingga mampu menciptakan individu
yang cinta ilmu dan yang akan membawa perubahan dan memakmurkan dunia ini, bukan
malah menimbulkan kemudharatan di muka bumi ini.

B. Rumusan Masalah
a) Apa saja ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang potensi belajar?
b) Bagaimaana mufassirin dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran tentang potensi belajar
(Potensi Untuk Pengetahuan) ?
c) Apa saja kandungan tarbawi (nilai pendidikan) yang terdapat pada Qs.Al baqarah :
31,Qs.An-Nahl : 78, Qs.Al-Hajj : 46 dan Qs. As-Sajadah : 7-9 ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kandungan tarbawi (nilai
pendidikan) yang terdapat pada Qs.Al baqarah : 31,Qs.An-Nahl : 78, Qs.Al-Hajj : 46 dan Qs.
As-Sajadah : 7-9

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Potensi

Potensi berasal dari bahasa Inggris to pattent yang berarti keras atau kuat. Dalam
pemahaman lain kata potensi bermakna kekuatan ,kemampuan, daya baik yang belum
terwujud. Sementara itu dalam kamus bahasa Indonesia potensi adalah kemampuan dan
kualitas yang dimiliki seseorang. Namun belum digunakan secara maksimal.
Berbagai pengertian diatas,memberi pemahaman bahwa potensi merupakan suatu daya
yang dimiliki oleh manusia tetapi daya tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Potensi-potensi belajar dalam diri seseorang siswa tidak sama yang dimiliki orang lain.
Sesuai yang dikemukakan oleh “Agus soejono” potensi seseorang tidak sama dengan potensi
yang dimiliki oleh orang lain. Seseorang lebih tajam pemikirannya halus perasan, atau lebih
kuat kemauannya atau lebih tegap kuat badannya dari pada yang lain”. Berbagai pengertian
diatas memberi pemahaman kita bahwa potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh
manusia, tetapi daya tersebut belum dimanfaatkan manusia. 1

B. Qs. Al-Baqarah : 31
Allah SWT berfirman:

ٓ َ ‫علَى اال َم ٰلٓ ِئ َك ِة فَقَا َل ا َ ان ِبـئ ُ او ِن اي ِبا َ اس َما ٓ ِء ٰٰۤه ُؤ‬


‫ْل ِء ا اِن ُك انت ُ ام‬ َ ‫ض ُه ام‬ َ ‫علَّ َم ٰادَ َم ااْلَ اس َما ٓ َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َو‬
َ‫صٰ ِد ِقيان‬
"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda)
ini, jika kamu yang benar!"(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 31).

Maksudnya dia mengajari Adam nama-nama yang melambangkan konsep-konsep.


Pentingnya mengkaji ayat ini juga karena :
1. Agar mahasiswa mengerti isi kandungan QS. Al-Baqarah ayat 31

2. Agar mahasiswa tahu bahwa segala ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT.

1
Huda Al-, Alamah Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur'an,(Jakarta: Al-Huda, 2006) Hlm. 420

2
3. Agar mahasiswa terhidar dari sikap sombong akan ilmu yang dimilikinya.

4. Agar mahasiswa senantiasa meningkatkan minat dan motivasinya dalam mencari


ilmu.

5. Agar mahasiswa tahu bahwa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat hanya dapat
diperoleh dengan ilmu pengetahuan. 2

Kandungan Tafsir ayat diatas menginformasikan bahwa manusia dianugrahi oleh


Allah swt potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda.

Dalam ayat ini Allah swt menunjukan suatu keistimewaannya yang telah
dikarunikannya kepada nabi Adam as yang tidak perna dikarunikannya kepada makhluk-
makhluk-Nya yang lain yaiyu ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang
memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu yang dalam-sedalamnya. Dan keturunan ini
diturunkan pula kepada keturunannya yaitu umat manusia. Oleh sebab itu manusia (Nabi
Adam as dan keturunannya) lebih patut daripada malaikat untuk dijadikan Khalifah.

Tafsir Mufradat

Kata ( ‫ ) ثم‬tsummah / kemudian pada firman-Nya : kemudian Dia memaparkannya


kepada malaikat ada yang memahaminya sebagai waktu yang relatif lama antara pengajaran
Adam dan pemaran itu, dan ada juga yang memahaminya bukan dalam arti selang waktu,
tetapi sebagai isyarat tentang kedudukan yang lebih tinggi, dalam arti pemaparan serta ketidak
mampuan malaikat dan jelasnya keistimewaan Adam as. melalui pengetahuan yang
dimilikinya, serta terbuktinya ketetapan kebijaksanaan Allah menyangkut pengangkatan
Adam as. sebagai kholifah, semua itu lebih tinggi nilainya dari pada sekedar informasi tentang
pengajaran Allah kepada Adam yang dikandung oleh penggalan ayat sebelumnya .

Tafsir Ibnu Katsir :

Hal ini merupakan sebutan yang dikemukakan oleh Allah Swt di dalamnya terkandung
keutamaan Adam atas malaikat berkat apa yang telah dikhususkan oleh Allah baginya berupa
ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat diperintahkan untuk
bersujud kepada Adam.

2
Ahmad Mustafa Al-maraghy,Terjemahan Tafsir Al-Marghy, (Semarang: CV. Toha Putra,1985) hlm.
137-139.

3
Sesungguhnya bagian ini didahulukan atas bagian tersebut (yang mengandung
perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam) karena bagian ini
mempunyai ikatan erat dengan ketidaktahuan para malaikat tentang hikmah penciptaan
khalifah, yaitu disaat mereka menanyakan hal tersebut.

C. Qs. An-Nahl : 78

‫َو َّللاَّ ُ أ َ اخ َر َج ك ُ ام ِم ان ب ُط ُ و ِن أ ُ َّم َه ا ت ِ ك ُ ام َْل ت َعا ل َ ُم و َن ش َ يا ئ ًا َو َج ع َ َل ل َ ك ُ مُ ال س َّ ام َع‬


‫اْل َف ا ئ ِ د َ ة َ ۙ ل َ ع َ ل َّ ك ُ ام ت َشا ك ُ ُر و َن‬ َ ‫اْل َبا‬
‫ص ا َر َو ا‬ ‫َو ا‬
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur

Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya tidak kalian
ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu kalian tanpa memahami dan
mengetahi sesuatu apa pun. Allah mengkaruniakan kepada kalian akal untuk memahami dan
membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata kalian untuk melihat
apa yang tidak kalian lihat sebelumnya, dan memberi kalian telinga untuk mendengar suara-
suara sehingga sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian
mata utuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan

membedakan. َ ‫ َواْل افئِدَة‬maksudnya adalah hati yang kalian gunakan untuk mengenal segala
sesuatu, merekamnya dan memikirkannya sehingga kalian memahaminya.

Ayat ini menurut Tafsir Al-Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah Allah
melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala
sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa
macam anugerah berikut ini:

1. Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu, terutama dengan akal itu kamu dapat
membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang lurus dan yang sesat, antara
yang benar dan yang salah.
2. Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan pendengaran
itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu.

4
3. Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan penglihatan
itu kamu dapat saling mengenal diantara kamu.
4. Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki
dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih mana yang
terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.
Semua yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya
kamu bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut diatas semata-mata
untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu :

a. ْ‫َر ِبِّ ِهم‬ ‫ يَ ابتَغُ اونَ فَض ًاًل ِم ان‬: mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang

tersebar di seluruh belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia.

b. ‫ َو ِرض َاوانًا‬: dan meraih keridaan-Nya, karena dengan keridaan-Nya itulah hidupmu
menjadi semakin bermartabat.
Begitulah selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai tugas hidupnya
sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi. Allah menjadikan ayat ini sebagai
contoh paparan sederhana dari proses awal kehidupan manusia yang mampu diketahuinya.
Manusia memang mengetahui tahapan-tahapan pertumbuhan janin, tetapi hal itu adalah ghoib
sejauh manusia belum mengetahui detil perkembangnya.

Ayat ini juga membuktikan suatu kuasa Allah dalam hal menghidupkan dan mematikan
makhluk. Tidak ada sesuatu yang sulit bagi Allah untuk melakukan hal semacam itu.
Pendahuluan urutan kata pendengaran atas penglihatan sungguh tepat karena berdasarkan
ilmu kedokteran modern, indra pendengaran memang berfungsi lebih dulu daripada indra
penglihatan. Adapun fungsi hati (dalam hal ini akal dan matahati) yang membedakan baik dan
buruk berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut.

Ayat tersebut juga berisi alat-alat pokok guna meraih pengetahuan. Pada objek
pengetahuan yang bersifat material, manusia dapat menggunakan mata dan telinga. Adapun
untuk objek yang bersifat ilmu pengetahuan yang sifatnya immaterial, manusia dapat
menggunakan akal dan hatinya.

Manusia dilahirkan tanpa pengetahuan sedikitpun. Pengetahuan dimaksud adalah yang


bersifat kasbiy, yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui upaya manusiawinya.
Meski demikian, manusia tetap membawa fitrah kesucian yang melekat pada dirinya sejak
lahir, yakni fitrah yang menjadikannya ‘mengetahui’ bahwa Allah Maha Esa. Allah Swt

5
dengan kekuasaan-Nya mengeluarkan bayi manusia melalui proses kelahiran oleh ibu yang
mengandungnya kurang lebih sembilan bulan. Bayi manusia lahir dengan lemah dan dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan diberi
pendidikan hingga menjadi kuat dan cerdas.3

Nilai Tarbawi

Adapun nilai pendidikan yang dapat dipetik dari ayat di atas yaitu: dalam ayat ini manusia
memiliki unsure material (jasmani) dan immaterial (ruhani/ akan dan jiwa). Pembinaan akal
yang menghasilkan ilmu, pembinaan jiwa yang menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan
pembinaan jasmaniyah menghasilkan keterampilan.

D. Qs. Al-Hajj : 46

ۖ ‫ب ي َ ع ا قِ ل ُو َن ب ِ َه ا أ َ او آ ذ َ ا ٌن ي َ سا َم ع ُ و َن ب ِ َه ا‬ٌ ‫ض ف َ ت َك ُ و َن ل َ هُ ام ق ُ ل ُو‬ ِ ‫اْل َ ار‬


‫س ي ُر وا ف ِ ي ا‬ ِ َ ‫أ َف َ ل َ ام ي‬
‫ُور‬ِ ‫ب ال َّ ت ِ ي ف ِ ي ال صُّ د‬ ُ ‫اْل َبا صَ ا ُر َو ٰل َ ِك ان ت َع ا َم ى ال ا ق ُ ل ُ و‬
‫ف َ إ ِن َّ َه ا َْل ت َعا َم ى ا‬
“Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar?, karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,tetapi yang buta ialah hati
yang didalam dada.”

Penjelasan ayat

Perjalanan dengan tujuan memperluas ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang


berharga, yang akan membawa pada perkembangan ilmu pengetahuan. Lebih buruk dari
kebutaan mata adalah butanya hati yang tidak memperoleh penglihatan dari nasihat-nasihat.
Allah menjelaskan bahwa mereka tidak bisa diharapkan untuk beriman , karena hati mereka
telah buta, sehingga tidak dapat melihat dalil-dalil.

Dalam ayat ini membicarakan hati dan telinga. Secara tidak langsung, ini menyatakan
bahwa untuk memahami kenyataan, hanya terdapat dua cara: entah manusia harus memiliki
sesuatu dalam dirinya yang dengannya ia dapat menganalisis masalah-masalah dan
memperoleh hasil yang diperlukan atau mendengarkan nasihat orang-orang yang baik, nabi-

3
M. Husain Thabathabai, Tafsir Al-Mizan, Fitrah Manusia, 1989 , Jilid 7, Jakarta: Beirut Dar al-Fikr

6
nabi tuhan dan para penegak kebenaran atau dapat menggunakan keduanya untuk memperoleh
fakta-fakta.

Nilai Tarbawi

Hati digunakan untuk memahami segala sesuatu. Seperti telinga yaitu indra yang
digunakan untuk mendengarkan. Dengan adanya telinga, seorang menjadikannya untuk
mendengar informasi apapun. Belajar mendengarkan penjelasan guru dengan seksama,
sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Menurut Tafsir Mufradat dijelaskan sebagai berikut:

 ‫أ َفَلَ ام يَ ٍسي ُار اوا فِي ااْل َ ارض‬ (Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi) lalu

menyaksikan peninggalan-peninggalan yang pernah dihuni oleh orang-orang yang


mendustakan para rasul Allah,

 ٌ ‫( فَت َ ُك اونَ لَ ُه ام قُلُ او‬lalu dengan demikian mereka mempunyai hati) yakni akal sehat dan
‫ب‬
hati suci,

 ‫يَ اع ِقلُ اونَ ِب َها‬ (yang dengannya mengantar mereka dapat memahami) apa yang mereka

lihat,

 ‫( أ او‬atau) kalaupun mata kepala mereka buta,


 ٌ َ‫( َءاذ‬mereka
‫ان يَ اس َمعُ اونَ ِب َها‬ mempunyai telinga yang dengannya mereka dapat

mendengar) ayat-ayat Allah dan keterangan para rasul serta pewaris-pewarisnya yang
menyampaikan kepada mereka tuntunan dan nasehat sehingga dengan demikian,
mereka dapat merenung dan menarik pelajaran, kendati mata kepala mereka buta,

 ‫ار‬
ُ ‫ص‬َ ‫( فَإِنَّ َها ْلَتَ اع َمى ااْل َ اب‬karena sesungguhnya bukanlah mata kepala yang buta) yang
menjadikan orang tidak dapat menemukan kebenaran,

 ‫( َولَ ِك ان ت َ اع َمى‬tetapi yang buta) dan menjadikan seseorang tidak dapat menarik pelajaran
dan menemukan kebenaran,

 ‫صد اُور‬ ُ ‫( االقُلُ او‬ialah hati yang berada di dalam dada).


ُّ ‫ب الَّ ِتي ِفي ال‬

Menurut tafsir Al-Maraghi (1974) dalam kitab tafsirnya menjelaskan tentang ayat
ini “Apakah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menginkari kekuasaan-
Nya itu tidak mengadakan perjalanan di dalam negeri, lalu memperhatikan bekas para

7
pendusta rasul-rasul Allah yang telah lalu sebelum mereka, seperti ‘Ad, Tsamud, kaum
Luth, dan kaum Syu’aib? Apakah mereka tidak melihat bekas negeri dan tempat tinggal
umat-umat itu, tidak mendengar berita tentang mereka, lalu berpikir tentang berita itu dan
mengambil pelajaran daripadanya, mengetahui perkara negeri itu dan perkara
penduduknya, serta bagaimana mereka ditimpa malapetaka? Sehingga, jika mereka mau,
mereka dapat mengambil pelajaran dari sejarah itu, kembali kepada Tuhan mereka dan
memahami hujjah-hujjah-Nya yang telah Dia bentangkan di ufuk.

Potensi belajar dalam ayat ini adalah,

1. ‫( قلوب‬hati) yakni akal sehat dan hati suci yang digunakan untuk memahami segala
sesuatu; Hasan Langgulung (1992) menjelaskan,

“Kata qalb kebanyakan artinya berkisar pada arti perasaan (emosi) dan
intelektual pada manusia. Oleh sebab itu ia merupakan dasar bagi fitrah yang sehat,
berbagai perasaan (emosi), baik mengenai perasaan cinta atau benci dan tempat
petunjuk, iman, kemauan, kontrol, dan pemahaman.”

2. ٌ َ‫َءاذ‬
‫ان‬ (telinga) yaitu indera yang digunakan untuk mendengarkan. Dengan adanya

telinga, sesorang menjadikannya untuk mendengar informasi apapun, belajar,


mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, sehingga mendapatkan ilmu yang
bermanfaat.4

E. Qs. As-Sajadah : 7-9

ُ ‫) ث ُ َّم َج َع َل نَ اسلَهُ ِم ان‬7( ‫ان ِم ان ِطي ٍن‬


ٍ‫سًللَ ٍة ِم ان َماء‬ ِ ‫س‬َ ‫ش ايءٍ َخ َلقَهُ َوبَدَأ َ خ اَلقَ اإل ان‬ َ ‫الَّذِي أ َ اح‬
َ ‫سنَ ُك َّل‬
َ‫ار َواْل اف ِئدَة َ قَ ِليًل َما ت َ اش ُك ُرون‬
َ ‫ص‬ َّ ‫وح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬
َ ‫س ام َع َواْل اب‬ َ ‫) ث ُ َّم‬8( ‫ين‬
ِ ‫س َّواهُ َونَ َف َخ ِفي ِه ِم ان ُر‬ ٍ ‫َم ِه‬
(9)

Terjemahan :

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air

4
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. (1974). Tafsir al-Maraghi. Penerj. Bahrun Abu Bakar, dkk.,
Terjemah Tafsir al-Maraghi. Bandung: al-Ma’arif.

8
yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)wya
roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Allah subhanahu wa ta'ala menceritakan bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu
dengan ciptaan yang sebaik-baiknya dan serapi-rapinya. Malik telah meriwayatkan dari Zaid
ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya:

ُ‫ش ايءٍ َخلَقَه‬ َ ‫الَّذِي أ َ اح‬


َ ‫سنَ ُك َّل‬

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya. (As-Sajadah:7)

Yakni Yang Menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, seakan-akan


menurut takwilnya terjadi taqdim dan ta'khir dalam ungkapan ayat.

Sesudah Allah menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian Dia
menyebutkan tentang penciptaan manusia. Untuk itu Dia berfirman:

ٍ ‫ان ِم ان ِط‬
‫ين‬ ِ ‫س‬َ ‫َوبَدَأ َ خ اَلقَ اإل ان‬

dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (As-Sajadah:7)

Maksudnya, Dia menciptakan bapak manusia Adam dari tanah.

ُ ‫ث ُ َّم َج َع َل نَ اسلَهُ ِم ان‬


ٍ ‫سًللَ ٍة ِم ان َماءٍ َم ِه‬
‫ين‬

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina. (As-Sajadah:8)

Yaitu mereka berkembang biak melalui nutfah (air mani) yang dikeluarkan dari antara
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.

َ ‫ث ُ َّم‬
ُ‫س َّواه‬

Kemudian Dia menyempurnakannya. (As-Sajdah:9)

Ketika Allah menciptakan Adam dari tanah, Dia menciptakannya dengan ciptaan yang
sempurna lagi utuh.

َ ‫ار َواْل افئِدَة‬


َ ‫ص‬ َّ ‫وح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬
َ ‫س ام َع َواْل اب‬ ِ ‫َونَفَ َخ فِي ِه ِم ان ُر‬

9
dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-iVya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati. (As-Sajadah:9)

َ‫قَ ِليًل َما ت َ اش ُك ُرون‬

(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah:9)

Yakni dengan adanya kekuatan tersebut yang telah dianugerahkan oleh Allah
subhanahu wa ta'ala kepada kalian. Maka orang yang berbah5agia adalah orang yang
menggunakannya untuk ketaatan kepada Tuhannya.

Penjelasan Ayat

Ayat di atas melukiskan sekelumit dari substansi manusia. Makhluk ini terdiri dari
tanah dan ruh Ilahi. Karena tanah, sehingga manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam, sama
halnya dengan makhluk-makhluk hidup di bumi lainnya. Ia butuh makan, minum dan lain-
lain.

Kalimat ‫وح ِه‬


ِ ‫ُر‬ ‫( ِم ان‬dari ruh-Nya) yakni ruh Allah. Ini bukan berarti ada bagian Ilahi
yang dianugrahkan kepada manusia. Karena Allah tidak terbagi, tidak juga terdiri dari unsur-
unsur. Yang dimaksud adalah ruh ciptaan-Nya.

Ruh pun memiliki kebutuhan-kebutuhan agar dapat terus menghiasi manusia. Dengan
ruh, manusia diantar menuju tujuan non materi yang tidak dapat diukur di laboratorium, tidak
juga dikenal oleh alam materi.

Nilai Tarbawi

َ ‫ش ايءٍ َخلَ َقهُ َوبَدَأ‬ َ ‫ الَّذِي أ َ اح‬mengisyaratkan bahwa seorang guru dan murid harus
َ ‫سنَ ُك َّل‬
berkarya dengan sebaik-baiknya (berkualitas), mengerjakan sesuatu harus dengan sebaik-
baiknya.

5
Al Quran terjemahan Bahasa Indonesia, Latin, Tafsir Ibnu Katsir. (Kalimantan Timur : Muslim
Media Pro) 2017, Qs. As-Sajadah : 7-9.

10
Kalimat ‫س ۡم َع‬
َّ ‫( ٱل‬pendengaran) agar kamu dapat mendengar kebenaran, mendengarkan
pelajaran.

Kalimat penglihatan, agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah.


Memperhatikan ciptaan Allah dan dengannya kita mendapatkan ilmu pengetahuan yang
sangat berpotensi untuk dikembangkan.6

6
Allamah Kamal Faqih Imani, TAFSIR NURUL QURAN, Terj. Ahsin Muhammad, (Jakarta: Al-Huda)
2006

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka dapat kita simpulkan, bahwasanya manusia telah
diberikan potensi-potensi oleh Allah SWT yang terdapat dalam organ-organ fisio-psikis
manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun
ragam alat fisio-psikis itu seperti terungkap dalam beberapa firman Allah SWT tersebut,
sebagai berikut:

Indera pendengaran (telinga), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi
visual, agar kamu dapat mendengar kebenaran yang datang dari Allah, kita dapat mendengar
ilmu yang mesti kita pelajari.

Indera penglihatan (mata), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi
verbal, agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Berarti kita dapat melihat alam
sekitar dan belajar dengan baik.

Akal, yaitu potensi kejiwaan manusia berupa sitem psikis yang kompleks untuk
menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan
pengetahuan (ranah kognitif), gabungan daya fikir dan daya kalbu, yang menjadikan
seseorang terikat, sehingga tidak terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan; potensi untuk
meraih ilham dan percikan cahaya Ilahi.

Hati, yaitu akal sehat dan hati suci, kebebaasan berfikir jernih, potensi untuk
menemukan sendiri kebenaran, serta mengikuti keterangan orang terpercaya dalam hal
kebenaran.

B. Saran
Semoga dengan selesainya Makalah ini, dapat memberikan informasi yang sangat
berguna tentang pembahasan ta’lim dalam pendidikan Islam. Kritik dan saran sangat
diperlukan dalam perbaikan Makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Quran terjemahan Bahasa Indonesia, Latin, Tafsir Ibnu Katsir. Kalimantan Timur : Muslim
Media Pro, 2017.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Penerj. Bahrun Abu Bakar, dkk.,
Terjemah Tafsir al-Maraghi. Bandung: al-Ma’arif, 1974.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa,Terjemahan Tafsir Al-Marghy, Semarang: CV. Toha Putra,


1985

http://cecepabdulaziz.blogspot.co.id/2014/09/potensi-belajar-dalam-al-quran.html

Imani, Allamah Kamal Faqih. TAFSIR NURUL QURAN, Terj. Ahsin Muhammad, Jakarta:
Al-Huda, 2006.

Thabathabai, M. Husain, Tafsir Al-Mizan, Fitrah Manusia, Jilid 7, Jakarta: Beirut Dar al-Fikr.
1989.

13

Anda mungkin juga menyukai