Anda di halaman 1dari 17

TAFSIR II

“TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR-


MENGAJAR”

Dosen pembimbing :

Wa Salmi, S.Th.I.,M.Th.I

Kelompok 1

1. Nafsahu 1921201050
2. Ahmad Sabil 1921201052

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

STAI YPIQ (BAU-BAU)

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan
kehendaknya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya
dengan judul “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Kewajiban Belajar-Mengajar”
Tak lupa pula kita hanturkan salawat serta salam kepada nabi kita nabi
Muhammad SAW yang telah mnyebarkan agama islam hingga menjadi seperti
yang sekarang. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masi banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami butuhkan. Harapan kami makalah ini dapat menjadi
referensi bagi kami untuk kedepannya. Kami juga berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.

Bau-bau 7 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2

A. Tafsir QS. Al-Alaq Ayat 1-5..................................................... 2


B. Tafsir QS. Al-Ghasyiyah: 17-20............................................... 4
C. Tafsir QS. Al-Imran: 190-191................................................... 5
D. Tafsir QS. At-Taubah: 122………………………………........ 7
E. Tafsir QS. Al-Ankabut: 19-20................................................... 9

BAB III  KESIMPULAN................................................................................ 10

A. Kesimpulan............................................................................... 10
B. Saran.......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai kitab suci umat Islam tentu saja Al-Qur’an memiliki banyak
penafsiran ayat kandungan yang didalamnya membahas tentang pendidikan.
Diantaranya surat dan ayat Al-Qur’an yang membahas tentang pendidikan yakni
surat (QS. Al-Alaq: 1-5, QS. Al-Ghasyiyah: 17-20, QS. Ali Imran: 190-191, QS.
At-Taubah: 122, QS. Al-Ankabut: 19-20). yang menunjuk pada ilmu
pengetahuan, yaitu dengan memerintahkan membaca, dan mempelajari dan
memahami sebagai kunci ilmu pengetahuan.
Zaman Nabi, kemukjizatan Al-Qur’an terlihat dengan kekuatan sastranya
yang tinggi sehingga mengalahkan ahli sastra pada waktu itu dan memang pada
zaman Nabi adalah zaman keemasan dalam ilmu sastra. Namun, pada era
sekarang yang mana zaman ilmu pengetahuan dan teknologi seakan-akan
menuntut atau menguji kemukjizatan Al-Quran yang dipercaya kemukjizatannya
berlaku sepanjang masa.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan diatas kami menyimpulkan beberapa tema yang menjadi


pokok pembahasan. Adapun yang menjadi rumusan masalah atau pokok
pembahasan dalam makalah kami adalah sebagai berikut :

1. Jelaskan tafsir QS. Al-Alaq Ayat 1-5..!


2. Jelaskan tafsir QS. Al-Ghasyiyah: 17-20..!
3. Jelaskan tafsir QS. Al-Imran: 190-191..!
4. Jelaskan tafsir QS. At-Taubah: 122..!
5. Jelaskan tafsir QS. Al-Ankabut: 19-20..!

C. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan kami mengangkat tema ini adalah sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana tafsir QS. Al-Alaq Ayat 1-5


2. Untuk mengetahui bagaimana tafsir QS. Al-Ghasyiyah: 17-20
3. Untuk mengetahui bagaimana tafsir QS. Al-Imran: 190-191
4. Untuk mengetahui bagaimana tafsir QS. At-Taubah: 122
5. Untuk mengetahui bagaimana tafsir QS. Al-Ankabut: 19-20

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir Surah Al-Alaq Ayat 1-5

1. Lafal Qs Al- Alaq Ayat 1-5

‫} الَّذِيْ َعلَّ َم‬3{ ‫ك ااْل َ ْك َرم‬ َ ‫} َخلَ َق ااْل ِ ْن َس‬1{ ‫ِّك الَّذِيْ َخلَ ۚ َق‬
َ ‫} ِا ْق َر ْأ َو َر ُّب‬2{ ‫ان مِنْ َعلَق‬ َ ‫ِا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َرب‬
َ ‫} َعلَّ َم ااْل ِ ْن َس‬4{ ‫ِب ْال َقلَ ۙ ِم‬
}5{ ‫ان َما لَ ْم َيعْ لَ ْم‬
Artinya :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Quraish Shihab menafsirkan ayat Pendidikan yang terkandung dalam


Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 menjadi 3 Nilai Pendidikan, sebagai berikut :

a. Nilai-nilai Pendidikan Keterampilan

Jika diamati secara seksama ayat-ayat yang termaktub didalam surat Al-
Alaq itu mengandung nilai-nilai keterampilan bagi manusia itu sendiri, akan
terlihat bahwa surat tersebut telah memuat materi-materi dasar keterampilan
dalam pendidikan yang dapat dikembangkan dalam pendidikan-pendidikan
selanjutnya sesuai dengan perkembangan jiwa dan daya serap peserta didik.
Adapun materi pendidikan yang tergambar dalam surat Al-Alaq yaitu pada
ayat 1 dan 3 (membaca), ayat 4 (menulis), dan ayat 2 (mengenal diri melalui
proses penciptaan secara biologis).1

1) Membaca

Membaca merupakan materi pertama yang disebutkan didalam surat Al-


Alaq. Hal ini sesuai dengan perkembangan daya serap dan jiwa manusia
(peserta didik). Kondisi ini sesuai dengan penegasan Allah dalam surat
An-Nahl ayat 78 bahwa manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu
pendengaran, penglihatan dan perasaan (hati).

1 QuraishShihab,TafsirAl-Misbah:Pesan, Kesan dan KeserasianAl Qur’an.(Jakarta:


Lentera hati, 2004),hlm. 391

2
2) Menulis

Pelajaran menulis tidak kalah pentingnya dari membaca, karena itu tidak
heran jika didalam ayat ke 4 surat Al-Alaq Allah menegaskan bahwa Dia
telah mengajar menulis kepada manusia dengan menggunakan qalam,
yaitu alat tulis yang pertama kali dikenal dalam dunia pendidikan. Menulis
merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Setelah ditulis, pengetahuan tersebut dapat diwarisi oleh
generasi berikutnya sehingga generasi selanjutnya dapat meneruskan dan
mengembangkan lebih jauh ilmu-ilmu yang dirintis oleh generasi
sebelumnya.

3) Biologi

Materi pendidikan ketiga yang mengandung keterampilan dapat


diungkapkan didalam surat Al-Alaq ialah tentang penciptaan secara fisik
yang bermula dari Al-Alaq. Ilmu yang mempelajari manusia dari sudut
fisiknya disebut ilmu Biologi. Walaupun surat Al-Alaq tidak menyebut
secara eksplisit istilah Biologi, tidak salah jika penafsiran ayat itu dilihat
dari sedikit pendidikan Biologi. Dengan perkataan lain mengajak umat
manusia agar merenungkan sejarah asal-usul kejadian mereka dari sudut
biologi agar mereka mau menyadari kondisi dan hakekat diri mereka yang
sebenarnya. Dengan demikian surat Al-Alaq tidak berbicara secara
eksplisit tentang pendidikan Biologis, tetapi memberikan isyarat terhadap
kondisi awal pertumbuhan manusia secara biologis yang disebut Al-Alaq
supaya mereka tergugah untuk mempelajari lebih lanjut.

b. Nilai Pendidikan Ketuhanan

Ayat pertama surat Al-„Alaq yang berbunyi:

‫ِّك الَّذِيْ َخ َل ۚ َق‬


َ ‫ِا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َرب‬
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,”
Pada hakekatnya secara tidak langsung merupakan penanaman akidah kepada
peserta didik karena dia tidak mungkin membaca atas nama Tuhan jika dia
tidak meyakini dan mengikuti dan mengakui eksistensi-Nya terlebih dahulu.
Karena itu, secara implisit ungkapan ayat pertama tersebut sekaligus Allah
yang telah menciptakannya. Dengan demikian pendidikan tauhid merupakan
pendidikan yang harus ditanamkan kepada peserta didik sejak awal.

c. Nilai Pendidikan Akal (Intelek)

3
Islam menginginkan pemeluknya cerdas dan pandai. Kecerdasan ditandai
dengan kemampuan menyelesaikan masala secara cepat dan tepat. Sedangkan
pandai ditandai dengan banyaknya pengetahuan dan informasi yang dimiliki.
Kecerdasan dan kepandaian dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu
pertama, memilki sains yang berkualitas tinggi yaitu sebuah pengetahuan
yang merupakan produk indera dan akal yang mengindikasikan tinggi dan
rendahnya mutu akal. Orang Islam diharapkan tidak hanya menguasai teori-
teori sains, tetapi berkemampuan menciptakan teori-teori baru dalam sains,
termasuk teknologi modern. Kedua, memahami dan menghasilkan filsafat.
Filsafat adalah jenis pengetahuan yang bersifat rasional, dengan demikian
orang Islam diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah filosofis.

Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal soleh.Oleh karena
itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan
amal.Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama,
maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan
masyarakat.Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan
Rosul, selanjutnya para ulama dan cendikiawan sebagai penerus tugas dan
kewajiban mereka.2

B. Tafsir QS. Al-Ghasiyah: 17-20

1. Lafal Qs Al-Gasyiyah ayat 17-20

ِ ‫) َوإِلَى ْال ِج َب‬18( ‫ت‬


َ ‫ال َكي‬
‫ْف‬ َ ‫) َوإِلَى ال َّس َما ِء َكي‬17( ‫ت‬
ْ ‫ْف ُرف َِع‬ َ ‫ُون إِلَى اإْل ِ ِب ِل َكي‬
ْ ‫ْف ُخلِ َق‬ َ ‫ظر‬ُ ‫أَ َفاَل َي ْن‬
)20( ‫ت‬ ْ ‫ْف سُطِ َح‬ َ ‫ض َكي‬ ِ ْ‫) َوإِلَى اأْل َر‬19( ‫ت‬ ْ ‫ُنصِ َب‬

Artinya :

17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia


diciptakan. 
18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 
19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

2. Tafsir Ayat
Dalam ayat-ayat ini dalam bentuk pertanyaan Allah mengungkapkan
bahwa apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan-Nya,
unta yang berada didepan mata mereka pergunakan pada setiap waktu. Dan
bagaimana pula langit yang berada ditempat yang tinggi dengan tidak

2 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm.25-28

4
bertiang, bagaimana gunung-gunung dipancangkan dengan kokoh, tidak
bergoyang sehingga mudah didaki setiap waktu dan dijadikan petunjuk bagi
orang yang dalam perjalanan terdapat diatasnya danau-danau dan mata air
yang dapat dipergunakan untuk keperluan manusia dan mengairi tumbuh-
tumbuhan dan memberi minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi
dihamparkan memberi kepada penghuninya untuk memanfaatkan apa yang
ada diatasnya. Oleh karena itu, hendaklah manusia memperhatikan
bagaimana Tuhan menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Sehingga mereka
mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan mereka kembali pada
hari kiamat nanti.3

Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk


istifham (bertanya) yang mengandung pengertian sanggahan terhadap
keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran
mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan
ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal
penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung
ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan
mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian
Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi
dan bijaksana.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para


hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang
menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia
merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat
dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa.
“Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari
bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung
bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi
kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya.
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan,
dipanjangkan, dan dihamparkan.
Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi
orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya.
Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat
pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya
ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia

3  Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm.162

5
meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi
terhampar.

C. Tafsir surah al-imran ayat 190-191

1. Lafaz surah al-imran ayat 190-191

ِ ‫َ ْل ٰ َب‬ ‫ت أِّل ُ ۟ولِى ٱأْل‬


ٍ ۢ ‫ار َل َءا ٰ َي‬ ٰ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬ ِ ‫إِنَّ فِى َخ ْل ِق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
}190{‫ب‬ ِ ‫ٱخ ِتلَفِ ٱلَّي ِْل َوٱل َّن َه‬
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
 ‫ض‬ ِ ‫ُون فِى َخ ْل ِق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ َ ‫م َو َي َت َف َّكر‬Jْ ‫وب ِه‬ َ ‫ِين َي ْذ ُكر‬
ِ ‫ُون ٱهَّلل َ قِ ٰ َي ۭ ًما َوقُعُو ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُج ُن‬ َ ‫ٱلَّذ‬
}191{‫ار‬ ِ ‫اب ٱل َّن‬ َ ‫ت ٰ َه َذا ٰ َبطِ اًۭل ُسب ٰ َْح َن‬
َ ‫ك َفقِ َنا َع َذ‬ َ ‫َر َّب َنا َما َخلَ ْق‬
Artinya :

190. sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang –
orang yang berakal.
191. (yaitu) orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya tuhan kami, tiadalah
engkau menciptakan ini dengan sia – sia, Maha Suci Engkau, maka
periharalah kami dari siksa neraka.

2. Penafsiran Surah Al-Imran Ayat 190-191


Uraian dan Tafsir ayat Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa
sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan
keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara
teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada
tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya
malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan
tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan
pengetahuan dan kekuasaan-Nya. Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq
tersusun dengan sangat tertib. Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap
saat nampak hidup. Semua bergerak menurut aturan. Silih bergantinya malam
dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa.
Kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya. Musim pun silih
berganti. Musim dingin, panas, gugur, dan semi. Demikian juga hujan dan
panas. Semua ini menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi

6
orang yang berpikir. Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya.
Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.4
Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai
'Aisyah apakah engkau mengizinkankanda pada malam ini untuk beribadah
kepada Allah SWT sepenuhnya?". Jawab Aisyah ra: " wahai Rasulullah,
Sesungguhnya saya menyenangi apa yang kanda senangi, menyukai apa yang
kanda sukai. Dinda izinkan kanda melakukannya.”Kemudian nabi mengambil
qirbah (tempat air yang terbuat dari kulit domba) yang terletak didalam
rumah, lalu berwudu. Selanjutnya beliau mengerjakan shalat. Di waktu salat
beliau menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya, karena
merenungkan ayat Alquran yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk
memuji-muji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau
mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air
matanya membasahi tanah. Kemudian datanglah Bilal untuk azan subuh dan
melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah! Mengapakah
Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik
yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi menjawab: "Apakah saya ini
bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah SWT?
Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah SWT telah
menurunkan ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan
celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan
merenungkan kandungan artinya". Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang
yang mendalam pemahamannya dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang
yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil
faedah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah. Ia selalu mengingat
Allah (berdzikir) di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri,
duduk atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu
orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat
Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,
sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena
alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada
kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir.
Kandungan Hukum Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya
memiliki kandungan hukum yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk
menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita untuk
merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan
yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta
pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi

4 Abd.Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Tafsir, (Jakarta : sinar grafika offset, 2010), hlm.222

7
orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.
Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan
menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu
pengetahuan.

D. Tafsir QS At-Taubah ayat 122

1. Lafal Qs At-Taubah ayat 122

ِ ‫ون لِ َي ْنفِرُوا َكا َّف ًة َف َل ْواَل َن َف َر مِنْ ُك ِّل فِرْ َق ٍة ِم ْن ُه ْم َطا ِئ َف ٌة لِ َي َت َف َّقهُوا فِي ال ِّد‬
‫ين‬ َ ‫ان ْالم ُْؤ ِم ُن‬ َ ‫َو َما َك‬
)122( ‫ُون‬ َ ‫م إِ َذا َر َجعُوا إِلَي ِْه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َيحْ َذر‬Jْ ‫َولِ ُي ْن ِذرُوا َق ْو َم ُه‬
Artinya :

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S At-Taubah : 122)

2. Asbabun Nuzul At-Taubah:122

Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan
perang, mereka berada didaerah badui atau pedalaman. Karena sibuk
mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik
memberikan komentarnya ”sungguh ada orang-orang yang tertinggal didaerah
pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu” kemudian turunlah
firmannya yang menyatakan tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin
itu pergi semuanya” (ke medan perang). Ibnu Abu  Hatim telah
mengetengahkan pula hadits lainya melalui abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair
yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum mukminin yang sangat
besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila rasulullah SAW
mengirimkan syariahnya, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka
meninggalkan nabi. Di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah.

3. Penjelasan QS. At-Taubah: 122


Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abdullah bin Ubaid
bin Umar dikemukakan bahwa kaum Mukminin, karena kesungguhannya
ingin berjihad, apabila diseru oleh Rasulullah SAW untuk berangkat ke
medan perang, mereka serta merta berangkat meninggalkan Nabi SAW
beserta orang-orang yang lemah. Ayat ini QS at-Taubah:122 turun sebagai

8
larangan kepada kaum Mukminin serta merta berangakat seluruhnya, tapi
harus ada yang menetap untuk memperdalam pengetahuan agama.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan firman-Nya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu
pergi semuanya (ke medan perang). (At-Taubah: 122) Yakni tidaklah
sepatutnya orang-orang mukmin berangkat semuanya ke medan perang dan
meninggalkan Nabi Saw. sendirian. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122) Yaitu suatu
golongan. Makna yang dimaksud ialah sepasukan Sariyyah (pasukan khusus)
yang mereka tidak berangkat kecuali dengan seizin Nabi Saw. Sedangkan
mereka yang tetap tinggal untuk memperdalam ilmu bersama Nabi Saw.
Akan mengatakan kepada Sariyyah, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan
ayat-ayat Al-Qur’an kepada Nabi kalian dan telah kami pelajari”.

Yaitu untuk menjaga dari siksaan Allah dengan cara melaksanakan


perintah dan menjauhi larangannya. Mujahid mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan sehubungan dengan sejumlah orang dari kalangan sahabat Nabi
SAW yang pergi ke daerah-daerah pedalaman, lalu mereka beroleh kebajikan
dari para penduduknya dan beroleh manfaat dari kesuburannya, serta
menyeru orang-orang yang mereka jumpai ke jalan petunjuk (hidayah). Maka
orang-orang pedalaman berkata kepada mereka, “Tiada yang kami lihat dari
kalian melainkan kalian telah meninggalkan teman kalian (Nabi Saw) dan
kalian datang kepada kami.” Maka timbullah rasa berdosa dalam hati mereka,
lalu mereka pergi dari daerah pedalaman seluruhnya dan menghadap Nabi
Saw. Maka Allah Swt berfirman “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang”. (At-Taubah: 122) untuk
mencari kebaikan untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.
dan untuk mendengarkan apa yang terjadi di kalangan orang-orang serta apa
yang telah diturunkan oleh Allah. Allah memaafkan mereka. ”Dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya”. (At-Taubah: 122) Yakni semua orang
apabila mereka kembali kepada kaumnya masing-masing. “Supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya”.  (At-Taubah: 122). Jadi dalam pasukan tersebut
ada dua kelompok yaitu kelompok yang berjihad dan kelompok yang
memperdalam agama melalui Rasul.

E. QS Al Ankabut Ayat 19-20


1. Lafal Qs Al-Ankabut

}19{ َ ِ‫ئ هَّللا ُ ْال َخ ْل َق ُث َّم ُيعِي ُدهُ ۚ إِنَّ ٰ َذل‬


‫ك َعلَى هَّللا ِ يَسِ ير‬ َ ‫أَ َولَ ْم َي َر ْوا َكي‬
ُ ‫ْف ُي ْب ِد‬

9
‫ْف َبدَأَ ْال َخ ْل َق ۚ ُث َّم هَّللا ُ يُنشِ ئُ ال َّن ْشأ َ َة اآْل خ َِر َة ۚ إِنَّ هَّللا َ َعلَ ٰى ُك ِّل‬ ِ ْ‫قُ ْل سِ يرُوا فِي اأْل َر‬
ُ ‫ض َف‬
َ ‫انظرُوا َكي‬
}20{ ‫شيْ ء َقدِير‬ َ
Terjemah:

19. Dan apakah tidak mereka perhatikan bagaimana Allah menciptakan


(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah: "Mengembaralah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah memulai penciptaan (manusia) dari permulaannya,
kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

2. Tafsir surrah Al-Ankabut ayat 19-20

Dalam tafsir pada surat Al-Ankabut ayat 19 adalah Sebenarnya


menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan
kembali. Keduanya adalah memberi wujud terhadap sesuatu, kalau pada
penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud
maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia
tertentu lebih mudah serta lebih logis daripada penciptaan pertama itu. Dikali
pertama Allah mampu menciptakan manusia tanpa contoh terlebih dahulu.
Maka kini setelah kalian menjadi tulang atau bahkan natu atau besi pun Allah
akan mampu. Bukankah menurut logika kalian lebih mudah menciptakan
sesuatu yang telah ada bahannya dan ada juga pengalaman melakukannya,
daripada menciptakan pertama kali dan tanpa contoh terlebih dahulu.

Kemudian tafsir surat Al-Ankabut ayat 20 adalah pengarahan Allah swt


untuk melakukan riset tentang asal-usul kehidupan lalu kemudian
menjadikannya bukti ketika mengetahuinya tentang keniscayaan kehidupan
akhirat. Dalam Al-Qur’an surat ini memberi arahan-arahannya sesuai dengan
kehidupan manusia dalam berbagai generasi, serta tingkat, konteks, dan
sarana yang meraka miliki. Masing-masing menerapkan sesuai dengan
kondisi kehidupan dan kemampuannya dan dalam saat yang sama terbuka
peluang bagi peningkatan guna kemaslahatan hidup manusia dan
perkembangannya tanpa henti.

a) Tafsir qurais sahab


Mereka telah melihat dan mengetahui bahwa allahlah yang mengawali
penciptaan, kemudian dia akan mengembalikan penciptaan itu. Maka
bagaimana mungkin mereka mengingkari kebangkitan dihari akhir untuk
dihitung dan diberi balasan? Sesungguhnya pengembalian penciptaan

10
sangatlah mudah bagi allah. Katakanlah, wahai rasul, kepada orang-orang
yang mendustakan itu , “berjalanlah kalian di muka bumi, dan loerhatikanlah
bermacam- macam makhluk ciptaan allah yang ada didalamnya . Dan lihatlah
bekas orang- orang sebelum kalian yang ada di sana., setelah mereka mati dan
rumah – rumah mereka kosong dari mereka. Ketahuilah bahwa allah akan
mengembalikan itu semua dengan kekuasaannya di akhirat nanti dengan
kebangkitan, yaitu penciptaan kembali.  Begitu pula keadaan kalian.
Sesungguhnya allah sangat sempurna kekuasannya atas segala sesuatu. (1)
ayat suci ini memperintahkan para ilmuan untuk berjalan dimuka bumi guna
menyingkap proses awal penciptaan segala sesuatu sepertu hewan, tumbuhan,
benda – benda mati. Sesungguhnya bekas- bekas penciptaan pertama terlihat
diantara lapisan- lapisan bumi dan permukaannya, maka dari itu, bumi
merupakan catatan yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai dari
permulaan sampai sekarang.5

BAB III
5 M. Quraish shihab. Tafsir Al- mishbab ( tanggerang : penerbit lentera hati 2002,) hlm.467

11
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari ulasan tentang surat diatas penyusun dapat menyimpulkan bahwa


dalam surah al-‘alaq allah telah memerintahkan untuk membaca.  Ayat ini
menyatakan bahwa manusia dijadikan dari segumpal darah. Dengan ayat-ayat
ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu
pengetahuan Manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak
boleh lepas dari Aqidah Islam, karena “iqra`” haruslah dengan “bismi
rabbika”, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas
Aqidah Islam.

Demikian juaga ayat yang surat al-ghasiyah, dimana Allah mengajak


orang yang ingkar terhadap kuasanya untuk berfikir memfikirkan ciptaan-
ciptaan Allah yang sangat luar biasa yakni, bagaimana seekor unta yang
mempunyai keistimewaan yang sangat mengagumkan yang menjadi
kendaraan bagi manusia, dan bahan pangan mereka, bagaimana ia diciptakan
oleh Allah dengan sangat mengagumkan. Dan mereka (orang-orang yang
ingkar terhadap kekuasaan Allah ) untuk merenungkan tentang langit yang
demikian luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia
ditinggikan tanpa ada cagak yang menopangnya, dan juga gunung-gunung
yang demikian tegar, bagaimana ia ditergakkan! Dan bumi tempat kediaman
mereka dan yang tercipta bulat bagaiman ia dihamparkan!.

Kandungan Hukum Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya


memiliki kandungan hukum yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk
menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita untuk
merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan
yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta
pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi
orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.
Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan
menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu
pengetahuan.
Pada surah at-taubah Allah Swt berfirman “Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang”. (At-Taubah: 122)
untuk mencari kebaikan untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama. dan untuk mendengarkan apa yang terjadi di kalangan orang-orang
serta apa yang telah diturunkan oleh Allah. Allah memaafkan mereka. ”Dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya”. (At-Taubah: 122) Yakni semua

12
orang apabila mereka kembali kepada kaumnya masing-masing. “Supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya”.  (At-Taubah: 122). Jadi dalam pasukan
tersebut ada dua kelompok yaitu kelompok yang berjihad dan kelompok yang
memperdalam agama melalui Rasul.

Dalam tafsir pada surat Al-Ankabut ayat 19 adalah Sebenarnya


menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan
kembali. Keduanya adalah memberi wujud terhadap sesuatu, kalau pada
penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud
maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia
tertentu lebih mudah serta lebih logis daripada penciptaan pertama itu.

B. Saran
Dengan membaca makalah tafsir ayat-ayat tentang kewajiban belajar
mengajar ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan meng
implementasikan untuk masa yang akan datang. Mengingat keterbatasan
sumber dan referensi dari pustaka, maka kami menyarankan kepada dosen
mata kuliah dasar-dasar pendidikan memberi semacam usulan kepada pihak
yang berwenang atas hal demikian, agar memperkaya khazanah buku-buku
khususnya buku-buku tafsir Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

13
Shihab, M Quraish.2004.TafsirAl-Misbah:Pesan, Kesan dan KeserasianAl
Qur’an.Jakarta: Lentera hati.

Darajat,Zakiah.2011 Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara.

Hamka.1982. Tafsir Al-Azhar Juz XX.Jakarta: Pustaka Panjimas.

Dahlan, Abd.Rahman.2010. Kaidah-kaidah Tafsir.Jakarta : Sinar Grafika Offset.

Shihab M. Quraish.2002. Tafsir Al- mishbab.Tanggerang : Lentera hati.

14

Anda mungkin juga menyukai