Dosen pembimbing :
Wa Salmi, S.Th.I.,M.Th.I
Kelompok 1
1. Nafsahu 1921201050
2. Ahmad Sabil 1921201052
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan
kehendaknya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya
dengan judul “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Kewajiban Belajar-Mengajar”
Tak lupa pula kita hanturkan salawat serta salam kepada nabi kita nabi
Muhammad SAW yang telah mnyebarkan agama islam hingga menjadi seperti
yang sekarang. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masi banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami butuhkan. Harapan kami makalah ini dapat menjadi
referensi bagi kami untuk kedepannya. Kami juga berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Kesimpulan............................................................................... 10
B. Saran.......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai kitab suci umat Islam tentu saja Al-Qur’an memiliki banyak
penafsiran ayat kandungan yang didalamnya membahas tentang pendidikan.
Diantaranya surat dan ayat Al-Qur’an yang membahas tentang pendidikan yakni
surat (QS. Al-Alaq: 1-5, QS. Al-Ghasyiyah: 17-20, QS. Ali Imran: 190-191, QS.
At-Taubah: 122, QS. Al-Ankabut: 19-20). yang menunjuk pada ilmu
pengetahuan, yaitu dengan memerintahkan membaca, dan mempelajari dan
memahami sebagai kunci ilmu pengetahuan.
Zaman Nabi, kemukjizatan Al-Qur’an terlihat dengan kekuatan sastranya
yang tinggi sehingga mengalahkan ahli sastra pada waktu itu dan memang pada
zaman Nabi adalah zaman keemasan dalam ilmu sastra. Namun, pada era
sekarang yang mana zaman ilmu pengetahuan dan teknologi seakan-akan
menuntut atau menguji kemukjizatan Al-Quran yang dipercaya kemukjizatannya
berlaku sepanjang masa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan kami mengangkat tema ini adalah sebagai
berikut :
1
BAB II
PEMBAHASAN
} الَّذِيْ َعلَّ َم3{ ك ااْل َ ْك َرم َ } َخلَ َق ااْل ِ ْن َس1{ ِّك الَّذِيْ َخلَ ۚ َق
َ } ِا ْق َر ْأ َو َر ُّب2{ ان مِنْ َعلَق َ ِا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َرب
َ } َعلَّ َم ااْل ِ ْن َس4{ ِب ْال َقلَ ۙ ِم
}5{ ان َما لَ ْم َيعْ لَ ْم
Artinya :
Jika diamati secara seksama ayat-ayat yang termaktub didalam surat Al-
Alaq itu mengandung nilai-nilai keterampilan bagi manusia itu sendiri, akan
terlihat bahwa surat tersebut telah memuat materi-materi dasar keterampilan
dalam pendidikan yang dapat dikembangkan dalam pendidikan-pendidikan
selanjutnya sesuai dengan perkembangan jiwa dan daya serap peserta didik.
Adapun materi pendidikan yang tergambar dalam surat Al-Alaq yaitu pada
ayat 1 dan 3 (membaca), ayat 4 (menulis), dan ayat 2 (mengenal diri melalui
proses penciptaan secara biologis).1
1) Membaca
2
2) Menulis
Pelajaran menulis tidak kalah pentingnya dari membaca, karena itu tidak
heran jika didalam ayat ke 4 surat Al-Alaq Allah menegaskan bahwa Dia
telah mengajar menulis kepada manusia dengan menggunakan qalam,
yaitu alat tulis yang pertama kali dikenal dalam dunia pendidikan. Menulis
merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Setelah ditulis, pengetahuan tersebut dapat diwarisi oleh
generasi berikutnya sehingga generasi selanjutnya dapat meneruskan dan
mengembangkan lebih jauh ilmu-ilmu yang dirintis oleh generasi
sebelumnya.
3) Biologi
3
Islam menginginkan pemeluknya cerdas dan pandai. Kecerdasan ditandai
dengan kemampuan menyelesaikan masala secara cepat dan tepat. Sedangkan
pandai ditandai dengan banyaknya pengetahuan dan informasi yang dimiliki.
Kecerdasan dan kepandaian dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu
pertama, memilki sains yang berkualitas tinggi yaitu sebuah pengetahuan
yang merupakan produk indera dan akal yang mengindikasikan tinggi dan
rendahnya mutu akal. Orang Islam diharapkan tidak hanya menguasai teori-
teori sains, tetapi berkemampuan menciptakan teori-teori baru dalam sains,
termasuk teknologi modern. Kedua, memahami dan menghasilkan filsafat.
Filsafat adalah jenis pengetahuan yang bersifat rasional, dengan demikian
orang Islam diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah filosofis.
Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal soleh.Oleh karena
itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan
amal.Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama,
maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan
masyarakat.Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan
Rosul, selanjutnya para ulama dan cendikiawan sebagai penerus tugas dan
kewajiban mereka.2
Artinya :
2. Tafsir Ayat
Dalam ayat-ayat ini dalam bentuk pertanyaan Allah mengungkapkan
bahwa apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan-Nya,
unta yang berada didepan mata mereka pergunakan pada setiap waktu. Dan
bagaimana pula langit yang berada ditempat yang tinggi dengan tidak
2 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm.25-28
4
bertiang, bagaimana gunung-gunung dipancangkan dengan kokoh, tidak
bergoyang sehingga mudah didaki setiap waktu dan dijadikan petunjuk bagi
orang yang dalam perjalanan terdapat diatasnya danau-danau dan mata air
yang dapat dipergunakan untuk keperluan manusia dan mengairi tumbuh-
tumbuhan dan memberi minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi
dihamparkan memberi kepada penghuninya untuk memanfaatkan apa yang
ada diatasnya. Oleh karena itu, hendaklah manusia memperhatikan
bagaimana Tuhan menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Sehingga mereka
mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan mereka kembali pada
hari kiamat nanti.3
5
meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi
terhampar.
6
orang yang berpikir. Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya.
Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.4
Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai
'Aisyah apakah engkau mengizinkankanda pada malam ini untuk beribadah
kepada Allah SWT sepenuhnya?". Jawab Aisyah ra: " wahai Rasulullah,
Sesungguhnya saya menyenangi apa yang kanda senangi, menyukai apa yang
kanda sukai. Dinda izinkan kanda melakukannya.”Kemudian nabi mengambil
qirbah (tempat air yang terbuat dari kulit domba) yang terletak didalam
rumah, lalu berwudu. Selanjutnya beliau mengerjakan shalat. Di waktu salat
beliau menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya, karena
merenungkan ayat Alquran yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk
memuji-muji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau
mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air
matanya membasahi tanah. Kemudian datanglah Bilal untuk azan subuh dan
melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah! Mengapakah
Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik
yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi menjawab: "Apakah saya ini
bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah SWT?
Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah SWT telah
menurunkan ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan
celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan
merenungkan kandungan artinya". Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang
yang mendalam pemahamannya dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang
yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil
faedah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah. Ia selalu mengingat
Allah (berdzikir) di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri,
duduk atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu
orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat
Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,
sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena
alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada
kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir.
Kandungan Hukum Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya
memiliki kandungan hukum yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk
menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita untuk
merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan
yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta
pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi
4 Abd.Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Tafsir, (Jakarta : sinar grafika offset, 2010), hlm.222
7
orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.
Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan
menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu
pengetahuan.
ِ ون لِ َي ْنفِرُوا َكا َّف ًة َف َل ْواَل َن َف َر مِنْ ُك ِّل فِرْ َق ٍة ِم ْن ُه ْم َطا ِئ َف ٌة لِ َي َت َف َّقهُوا فِي ال ِّد
ين َ ان ْالم ُْؤ ِم ُن َ َو َما َك
)122( ُون َ م إِ َذا َر َجعُوا إِلَي ِْه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َيحْ َذرJْ َولِ ُي ْن ِذرُوا َق ْو َم ُه
Artinya :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S At-Taubah : 122)
2. Asbabun Nuzul At-Taubah:122
Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan
perang, mereka berada didaerah badui atau pedalaman. Karena sibuk
mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik
memberikan komentarnya ”sungguh ada orang-orang yang tertinggal didaerah
pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu” kemudian turunlah
firmannya yang menyatakan tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin
itu pergi semuanya” (ke medan perang). Ibnu Abu Hatim telah
mengetengahkan pula hadits lainya melalui abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair
yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum mukminin yang sangat
besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila rasulullah SAW
mengirimkan syariahnya, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka
meninggalkan nabi. Di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah.
8
larangan kepada kaum Mukminin serta merta berangakat seluruhnya, tapi
harus ada yang menetap untuk memperdalam pengetahuan agama.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan firman-Nya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu
pergi semuanya (ke medan perang). (At-Taubah: 122) Yakni tidaklah
sepatutnya orang-orang mukmin berangkat semuanya ke medan perang dan
meninggalkan Nabi Saw. sendirian. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122) Yaitu suatu
golongan. Makna yang dimaksud ialah sepasukan Sariyyah (pasukan khusus)
yang mereka tidak berangkat kecuali dengan seizin Nabi Saw. Sedangkan
mereka yang tetap tinggal untuk memperdalam ilmu bersama Nabi Saw.
Akan mengatakan kepada Sariyyah, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan
ayat-ayat Al-Qur’an kepada Nabi kalian dan telah kami pelajari”.
9
ْف َبدَأَ ْال َخ ْل َق ۚ ُث َّم هَّللا ُ يُنشِ ئُ ال َّن ْشأ َ َة اآْل خ َِر َة ۚ إِنَّ هَّللا َ َعلَ ٰى ُك ِّل ِ ْقُ ْل سِ يرُوا فِي اأْل َر
ُ ض َف
َ انظرُوا َكي
}20{ شيْ ء َقدِير َ
Terjemah:
10
sangatlah mudah bagi allah. Katakanlah, wahai rasul, kepada orang-orang
yang mendustakan itu , “berjalanlah kalian di muka bumi, dan loerhatikanlah
bermacam- macam makhluk ciptaan allah yang ada didalamnya . Dan lihatlah
bekas orang- orang sebelum kalian yang ada di sana., setelah mereka mati dan
rumah – rumah mereka kosong dari mereka. Ketahuilah bahwa allah akan
mengembalikan itu semua dengan kekuasaannya di akhirat nanti dengan
kebangkitan, yaitu penciptaan kembali. Begitu pula keadaan kalian.
Sesungguhnya allah sangat sempurna kekuasannya atas segala sesuatu. (1)
ayat suci ini memperintahkan para ilmuan untuk berjalan dimuka bumi guna
menyingkap proses awal penciptaan segala sesuatu sepertu hewan, tumbuhan,
benda – benda mati. Sesungguhnya bekas- bekas penciptaan pertama terlihat
diantara lapisan- lapisan bumi dan permukaannya, maka dari itu, bumi
merupakan catatan yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai dari
permulaan sampai sekarang.5
BAB III
5 M. Quraish shihab. Tafsir Al- mishbab ( tanggerang : penerbit lentera hati 2002,) hlm.467
11
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
12
orang apabila mereka kembali kepada kaumnya masing-masing. “Supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya”. (At-Taubah: 122). Jadi dalam pasukan
tersebut ada dua kelompok yaitu kelompok yang berjihad dan kelompok yang
memperdalam agama melalui Rasul.
B. Saran
Dengan membaca makalah tafsir ayat-ayat tentang kewajiban belajar
mengajar ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan meng
implementasikan untuk masa yang akan datang. Mengingat keterbatasan
sumber dan referensi dari pustaka, maka kami menyarankan kepada dosen
mata kuliah dasar-dasar pendidikan memberi semacam usulan kepada pihak
yang berwenang atas hal demikian, agar memperkaya khazanah buku-buku
khususnya buku-buku tafsir Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
13
Shihab, M Quraish.2004.TafsirAl-Misbah:Pesan, Kesan dan KeserasianAl
Qur’an.Jakarta: Lentera hati.
14