KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta alam atas
izin dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir
kelak. Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih.
Kepada yang terhormat, Dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan
tugas dan petunjuk, sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan do’a serta pengertian yang
besar kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa penulis
ucapkan trima kasih kepada teman teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna atau banyak kekurangan, baik dalam hal mengupas materi Tafsir Al-
Qur’an, kiranya tidak lain karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis
yang belum luas dan mendalam. Oleh karena itu besar harapan penulis agar pembaca
berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran sebagai masukan yang
berharga demi kemajuan penulis di masa mendatang.
Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan, terima kasih atas semua pihak
yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini. Semoga bisa memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir QS. Al – Alaq 1-5..................................................................... 1
B. Tafsir QS. Al – Ghasyiyah ayat 17 – 20.............................................. 7
C. Tafsir QS. Ali Imran ayat 190 – 191................................................... 10
D. Tafsir QS. At – Taubah ayat 122........................................................ 13
E. Tafsir QS. Al – Ankabut ayat 19 – 20................................................ 15
A. Latar Belakang
Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari
kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses
pendidikan yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan
berlangsung dalam semua lingkungan pengalaman hidup manusia mulai
dari lingkup terkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat
luas. Hal ini berlangsung dalam semua tahapan perkembangan seseorang
sepanjang hayatnya yang dikenal dengan istilah longlife education.
Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu
tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (min al-mahd ila> al-
lahd). Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca,
menelaah dan meneliti segala sesuatu yang menjadi fenomena dan gejala
yang terjadi di jagad alam raya ini dalam rangka meningkatkan kualitas
keilmuan dan pengetahuan yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan Islam tua atau muda,
pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang sama dalam
menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait
urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan
yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena manusia dapat mencapai
kebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan dunia ini.
Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan
tentang kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari dunia pendidikan itu sendiri. Belajar mengajar memiliki peran yang
sangat penting karena tanpa itu proses transformasi dan aktualisasi
pengetahuan moderen sulit untuk diwujudkan. Maka pada kesempatan ini
penulis akan membahas tentang kewajiban belajar mengajar dalam Q.S.
Al-alaq ayat 1-5, Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, Q.S At-taubah ayat 122,
Q.S Ali-Imran ayat 191 Dan Q.S Al-Ankabut ayat 19-20.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir dalam QS. Al – Alaq ayat 1 – 5?
2. Bagaimana tafsir dalam QS. Al – Ghasyiyah ayat 17 – 20?
3. Bagaimana tafsir dalam QS. Ali Imran ayat 190 – 191?
4. Bagaimana tafsir dalam QS. At – Taubah ayat 122?
5. Bagaimana tafsir dalam QS. Al – Ankabut ayat 19 – 20?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tafsir dalam QS. Al – Alaq ayat 1 – 5.
2. Untuk mengetahui tafsir dalam QS. Al – Ghasyiyah ayat 17 – 20.
3. Untuk mengetahui tafsir dalam QS. Ali Imran ayat 190 – 191.
4. Untuk mengetahui tafsir dalam QS. At – Taubah ayat 122.
5. Untuk mengetahui tafsir dalam QS. Al – Ankabut ayat 19 – 20.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir QS. Al- ‘Alaq Ayat 1-5
)3( ) ا ْق َرْأ َو َرب ُّ َك اَأْل ْك َر ُم2( ) َخلَ َق ا ن ْ َس َان ِم ْن عَلَ ٍق1( ا ْق َرْأ اِب مْس ِ َرب ّ َِك اذَّل ِ ي َخلَ َق
ِإْل
)5( ْ ) عَمَّل َ ا ن ْ َس َان َما ل َ ْم ي َ ْعمَل4( ِ اذَّل ِ ي عَمَّل َ اِب لْ َقمَل
ِإْل
Bacalah dengan ( menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar ( manusia) dengan
pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. Al – ‘Alaq : 1- 5)
Mufradat
2
datanglah perintah Ilahi agar ia menjadi pandai membaca walaupun
tetap tidak dapat menulis. Sebab, akan diturunkan kepadanya kitab
yang akan dibacanya, walaupun ia tidak apat menuliskannya. Itulah
sebabnya ayat tersebut melukiskan Tuhan sebagai “Yang
menciptakan”. Yakni, yang menciptakan segalanya yang ada pada
segala macam ciptaan-Nya yang tak terhingga, maka dari itu jadilah
orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang
telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan
menulis. Kemudian datang perintah Illahi agar beliau membaca,
sekalipun tidak bisa menulis. Dan Allah menurunkan sebuah kitab
kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak bisa menulisnya.1
1
Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, Terj. Muhammad Bagir, (Bandung: Mizan,
1999), hlm. 248.
3
Makhluknya yang paling mulia ia menciptakan dari segumpal darah.
Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi,
dan dengan ilmu pengetahuan bisa mengolah bumi serta menguasai
apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab
itu Dzat Yang menciptakan manusia, mampu menjadikan manusia
yang paling sempurna, yaitu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bisa
membaca, sekalipun beliau belum pernah belajar membaca.
4
mulanya manusia itu bodoh, ia tidak mengetahui apa-apa. Lalu apakah
mengeherankan jika ia mengajarimu (Muhammad) membaca dan
mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau
memiliki bakat unutk menerimanya? Ayat ini merupakan dalil yang
menunjukkan tentang keutamaan membaca, menulis dan Ilmu
pengetahuan.3
1. Ayat 1 : Yaitu seorang muslim harus pandai baca tulis, Umat Islam
harus antusias membaca dan meneliti serta turut andil dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan
2. Ayat 2 : Yaitu, “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah”. Manusia disebut khusus dalam ayat ini, karena manusia
diberi kedudukan istimewa, dengan tubuh, panca indera, akal dan
hati yang sempurna. Alaqah adalah zygote yang sudah menempel
di rahim ibu, yang secara phisik tidak ada artinya dan lemah karena
sewaktu-waktu dapat gugur dari rahim ibunya.
3. Ayat 3 : Yaitu, didasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak
akan membekas dalamjiwa kecuali dengan pengulangan dan
pembiasaan, perintah Allah Ta’ala, untuk mengulang membaca
berarti pula mengulang apa yang dibaca Dengan cara demikian,
bacaan tersebut menjadi milik orang yang membacanya. Kata اقرأ
Sebagaimana telah diungkapkan diatas mengandung arti yang luas,
mencakup segala aktifitas yang berkaitan dengan membaca,
mambandingkan atau menganalisis, semua itu secara keseluruhab
berkaitan dengan proses mendapatkan dan memindahlan ilmu
pengetahuan.
3
Ibid., hlm. 252
5
4. Ayat 4 : Yaitu, “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam”. Maksudnya, Allah Ta’ala mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca. Allah menciptakan alam untuk dijadikan
pena, dan memberikan kemampuan kepada manusia untuk
menggunakan pena tersebut.
5. Ayat 5 : Yaitu, “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. Dengan adanya baca tulis manusia berkembang
ilmu pengetahunnya, agar dapat bermanfaat bagi generasi
berikutnya . Dan ketika semua keadaan orang yang terdahulu sudah
terbukukan baik yang baik maupun yang buruk, niscaya ilmu
mereka menjadi pelita yang memberikan petunjuk bagi pereode
berikutnya, dan menjadi tempat tolak untuk kemajuan kaum
berikutnya dan kemajuan segala bidang. Begitu juga ayat ini
menjadi pengingat bahwa Allah telah menjadikan manusia hidup,
bisa berfikir dari yang sebelumnya tidak hidup dan tidak berfikir,
tidak berbentuk dan tidak mempunyai rupa, kemudian Allah
mengajarkan hal penting yaitu tulisan dan pengetahuan tentang
segala sesuatu.4
c) Nilai Pendidikan dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5
1. Nilai Tauhid
Pendidikan islam tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai tauhid.
Hakikat ilmu bersumber dari Allah Ta’ala sebagaimana dijelaskan
dalam surah Al-‘Alaq. Dia megajari manusia dengan qalam dan
ilmu. Qalam adalah konsep tulis-baca yang memuat simbol
penelitian dan eksperimentasi ilmiah. Sedangkan ilmu adalah alat
pendukung manusia untuk meningkatkan harkat dan martabat
kemanusiaanya. Melalui konsep pendidikan dalam surah Al-‘Alaq,
mengacu kepada bagaimana membina manusia mengesakan Allah
sebagai Dzat yang maha mendidik
4
Colle Said,2016. Paradigma pendidikan dalam perspektif surah Al-‘Alaq ayat 1-5.
Jurnal Studia Islamika. Vol. 13, No. 1, Juni 2016, hlm. 11
6
2. Nilai Akhlak
Mencermati secara komprehensif spirit dan pesan 5 ayat
pertama dari surah Al-‘Alaq memberikan pengertian tentang
pentingnya pendidikan akhlak dalamkehidupan manusia, dimana
dengan pendidikan akhlak yang diberikan dan kepada manusia
akan menghasikan pribadi yang bermoral, memiliki jiwa yang
bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang
tinggi, menghormati kewajiban dan pelaksanaanya, menghormati
hak-hak manusia dan hak Allah sebagai pencipta.5
d) Analisis
5
Ibid., hlm.21-24
7
Mufradat
Ditegakkan ْ َصب
ت ِ ُن Unta اِإْل بِ ِل
Bumi ِ ْاَْألر
ض Diciptakan ْ َُخلِق
ت
6
Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, Terj. Muhammad Bagir, (Bandung: Mizan,
1999), hlm. 147
8
kejaran orang-orang zalim, disamping itu merupakan pemandangan
indah bagi siapa yang melihatnya
4. Ayat 20 : “Dan bumi, bagaimana dihamparkan” Yakni dengan
meratakan permukaanya dan menjadikanya mudah dimanfaatkan
oleh manusia, untuk bermukim diatasnya ataupun berjalan di
segala penjurunya.
Pemilihan unta, langit, gunung-gunung dan bumi sebagai
contoh, pengingat bahwa semua ciptaan ini adalah senantiasa
dilihat oleh orang-orang arab di lembah lembah dan gurun- gurun
pasir mereka. Karenanya, memang semua itu di sebutkan dalam
satu rangkaian, agar dapat pula tercakup dengan mudah dalam
pengamatan yang diminta dari mereka. Oleh sebab itu, seandainya
ada orang yang mengingkari maupun yang lalai itu mau
memperhatikan sbagian dari yang mereka saksikan sehari-hari,
niscaya mereka akan menyadari bahwa semua itu adalah ciptaan
yang tak mungkin terwujud dan terpelihara kecuali oleh adanya
pencipta, yaitu Allah Ta’ala. Dan Ia yang maha kuasa atas semua
penciptaan itu, lalu memeliharanya dan mengaturnya dalam suatu
tatanan yang dibangun-Nya atas dasar hikmah, nisacaya Dia
mahakuasa pula untuk membangkitkan kembali manusia pada
suatu hari ketika semua pelaku menerima setiap balasan atas segala
perbuatanya. Dan bagaimana Allah Ta’ala, telah menciptakan
semua itu, sedangkan manusia tidak mengetahui cara
penciptaanya, dan yang mereka ketahui hanyalah apa yang
disaksikanya saja, maka apabila keadaanya sudah begitu jelas,
maka yang diperlukan hanyalah sekedar peringatan dan penalaran,
yang dapat membuakan pelajaran dan kesadaran.7
b.) Analisis dan Opini
Penciptaan unta yang sungguh sangat luar biasa menunjukan
kekuasaan Allah dan merupakan suatu yang perlu kita renungkan. Dari
7
Ibid., hlm. 148-149.
9
bentuk lahirnya seperti yang kiat ketahui, unta benar-benar memiliki
potensi untuk menjadi kendaraan di wilayah gurun pasir, kemampuan
kerja unta terlihat lebih istimewa lagi. Pada musim dingin unta tidak
membutuhkan air. Bahkan unta dapat bertahan tanpa minum air selama
dua bulan berturut-turut, apabila makanan yang dimakan segar dan
berair, dan selama dua minggu berturut-turut, apabila makanannya
kering. Unta juga dapat menahan rasa haus saat terik panas selama
beberapa hari, karena unta mempunyai cadangan makanan yang
terdapat di punuknya. lalu ayat selanjutnya menyebut gunung dan
sesudahnya bumi. Uraian menyangkut ayat-ayat di atas, apakah
mereka tidak merenungkan tentang langit yang demikian luas dan yang
selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak yang
menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan
yang biasa mereka daki bagaimana ia ditegakkan? Yaitu,
menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga
bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya, dan telah
menjadikan berbagai macam manfaat untuk kehidupan. Dan bumi
tempat kediaman mereka dan yang tercipta bulat bagaimana ia
dihamaparkan? Yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan
dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-orang Arab tentang
apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa unta, langit, gunung
dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dan semua ini tentang
kekuasaan Dia yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb
Yang Maha Agung. Dialah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur, tidak ada
Tuhan selain Dia
c.) Nilai Pendidikan dari Surah Al Ghasyiyah Ayat 17-20
Dari uraian diatas dari surah Al Ghasyiyah ayat 17-20 kaitanya
dengan kewajiban belajar dan mengajar adalah kita seharusnya wajib
mengambil pelajaran mensyukuri bahwa semua kenikmatan yang telah
dikaruniakan kepada kita semua adalah atas kuasa Allah Ta’ala, dan
kita wajib untuk beriman kepadaNya, serta sebagai seorang muslim
10
hendaknya mengetahui bahwa Allah Ta’ala adalah sesembahan yang
tunggal, tidak ada sesembahan selain Allah, yang kedua kita
hendaknya senantiasa mendakwahi dan mengarahkan orang lain, serta
mengajak mereka untuk selalu berada dalam jalan kebenaran.
C. Tafsir QS. Ali Imran : 190-191
اذَّل ِ َين. الس َم َاو ِات َواَأْل ْر ِض َوا ْخ ِتاَل ِف الل َّ ْي ِل َوالهَّن َ ِار آَلاَي ٍت ُأِلويِل اَأْللْ َب ِاب َّ ِإ َّن يِف َخلْ ِق
الس َم َاو ِات َواَأْل ْر ِض َربَّنَا َّ ون يِف َخلْ ِق َ ي َ ْذ ُك ُر
َ ون اهَّلل َ ِق َيا ًما َوقُ ُعودًا َوعَىَل ٰ ُجنُوهِب ِ ْم َوي َ َت َفكَّ ُر
َما َخلَ ْق َت َهٰ َذا اَب ِطاًل ُس ْب َحان ََك فَ ِقنَا عَ َذ َاب النَّ ِار
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran : 190 – 191)
Mufradat
11
a.) Tafsir
1. Ayat 190 : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman memperingatkan
kepada hamba – hamba-Nya bahwa apa yang diciptakan oleh-Nya
berupa langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, planet
dan bintang – bintang yang gemerlapan, lautan, gunung – gunung,
hutan – hutan, pohon – pohon dan tetumbuhan, bermacam –
macam binatang dan beraneka tambang, semua itu mengandung
tanda – tanda yang nyata bagi orang – orang yang memiliki akal
yang sempurna, sehat dan cerdas dan bukannya orang yang buta
tuli pikirannya sebagaimana digambarkan Allah dalan firman-
Nya :8 “Dan banyak sekali tanda – tanda kekuasaan Allah di langit
dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling
dari padanya.” (QS. Yusuf : 105)
2. Allah menyifatkan orang – orang yang berakal dan sehat itu bahwa
mereka selalu ingat kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun
mereka berada; selagi duduk, berdiri, dan berbaringpun, mereka
memikirkan ciptaan Tuhan berupa langit dan bumi itu, mendalami
dan merenungkan hikmah yang terkandung dalam ciptaan itu yang
menandakan wujudnya Maha Pencipta yang Maha Agung dan
Maha Kuasa. Mereka merenungkan itu semua seraya berkata, “Ya
Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua tanpa hikmah.
Maha Suci Engkau akan menciptakan sesuatu sia – sia belaka.
Maka jauhkanlah kami dari siksa neraka dengan hikmah-Mu dan
kuasa-Mu, mudahkan bagi kami mengerjakan amal – amal yang
Engkau ridha, amal – amal yang menunjukkan kami ke surga dan
menjauhkan kami dari azab-Mu yang pedih.9
b.) Nilai Pendidikan dalam Surah Ali – Imran ayat 190 – 191
8
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Salim Bahreisy dan Said
Bahreisy, Jilid 2, ( Surabaya : Bina Ilmu, 2005), hlm. 283
9
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 284.
12
Ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh
Allah Ta’ala tidaklah sia – sia dan memiliki fungsi – fungsi tersendiri,
dimana fungsi tersebut jika digunakan sebagaimana mestinya akan
mendatangkan kemanfaatan yang banyak. Salah satu ciptaan Allah
yang mulia adalah akal. Akal manusia berfungsi untuk membedakan,
memikirkan, mengamati dan dan memahami segala fenomena yang
terjadi di muka bumi. Syariat memiliki pembatasan bahwa akal
manusia harus tunduk kepada wahyu, karena wahyu yang agung dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sempurna, sedangkan akal manusia
banyak memiliki kekurangan. Maka dari itu, dalam mengajarkan suatu
hal, akal perlu bimbingan wahyu agar selaras dengan tujuan penciptaan
manusia dan mendekati kepada kesempurnaan syariat.
Berbeda halnya, dengan orang – orang yang tidak menggunakal
akal mereka dan hanya menjalani kehidupan tanpa tujuan, maupun
mereka yang mengedepankan akalnya sehingga melupakan wahyu. Di
dalam penciptaan alam semesta dan segala isinya, orang – orang yang
berakal senantiasa berusaha untuk meraih maksud dan tujuan dari
semua ciptaan ini, serta menjalankan apa yang telah ditetapkan untuk
dirinya yaitu beribadah kepada Allah. Pendidik hendaknya
menanamkan bahwa segala sesuatu memiliki tujuan. Jika manusia
sudah mengetahui tujuan hidupnya, maka langkah selanjutnya adalah
mencari cara bagaimana mencapai tujuan tersebut, yaitu dengan
berfikir, belajar dan mengajarkan hal tersebut kepada oranglain sebagai
bentuk tanggungjawab kepada Allah atas nikmat berupa pengetahuan.
ون ِل َي ْن ِف ُروا اَك ف َّ ًة ۚ فَلَ ْواَل ن َ َف َر ِم ْن لُك ِ ّ ِف ْرقَ ٍة ِمهْن ُ ْم َطاِئ َف ٌة ِل َي َت َفقَّهُوا يِف ِّادل ِين
َ َُو َما اَك َن الْ ُمْؤ ِمن
َ َو ِل ُي ْن ِذ ُروا قَ ْو َمه ُْم َذا َر َج ُعوا لَهْي ِ ْم ل َ َعلَّه ُْم حَي ْ َذ ُر
ون
ِإ ِإ
13
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-
Taubah : 122)
Mufadat
14
( yang turut berperang). Kemudian diutus kepada pasukan lainnya.
Itulah makna firman Allah Ta’ala ‘... untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama..’. artinya, mempelajari apa – apa
yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi – Nya, lalu mengajarkannya
(yu’allimuu) kembali kepada pasukan perang yang telah pulang.
‘Supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.’10
Dia mendorong orang – orang mukmin agar mendalami
pengetahuan agama (mempelajari agama) dan mengingatkan kaumnya
seusai kembali (dari berjihd di jalan Allah) kepada mereka, maksudnya
mengajari mereka ilmu agama.
Para mufasir berbeda pendapat ihwal ayat ini. Dikatakan makna
ayat ini ialah orang – orang mukmin tidak sepatutnya pergi secara
keseluruhan untuk mendalami agama dan belajar. Tetapi, setiap
kelompok di antara mereka selayaknya pergi untuk mendalami agama,
lalu kembali lagi untuk mengajari orang – orang yang tidak pergi
mendalami agama. Dengan demikian, pergi yang dimaksud dalam ayat
ini adalah pergi untuk belajar. Tha’ifah atau kelompok disebut untuk
satu orang atau lebih.
Mufasir lain berkata makna ayat ialah tidak sepatutnya mukmin
berjihad secara keseluruhan. Tapi, sepatutnya sekelompok di antara
mereka bertahan agar bisa mendalami pengetahuan agama. Selanjutnya
ketika kelompok yang pergi berjihad pulang, kelompok yang tidak ikut
pergi berjihad itu mengajarkan agama yang diturunkan, mengajarkan
halal dan haram kepada mereka.11
a.) Nilai Pendidikan dalam QS. At – Taubah Ayat 122
10
Ali bin Abu Thalhah, Tafsir Ibnu Abbas, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), hlm. 415.
11
Ibnul Qayyim Al –Jauziyyah, Miftaah Daaris Sa’aadah, (Jakarta : Pustaka Imam
Syafi’i, 2017), hlm. 261
15
E. Tafsir QS. Al Ankabut 19-20
َأ َولَ ْم يَ َر ْوا َك ْي َف ي ُ ْب ِدُئ اهَّلل ُ الْ َخلْ َق مُث َّ ي ُ ِعيدُ ُه ۚ َّن َذٰكِل َ عَىَل اهَّلل ِ ي َِسريٌ ۞ قُ ْل ِس ُريوا يِف
ِإ
اَأْل ْر ِض فَان ُْظ ُروا َك ْي َف بَدَ َأ الْ َخلْ َق ۚ مُث َّ اهَّلل ُ يُن ْ ِشُئ الن َّ ْشَأ َة اآْل ِخ َر َة ۚ َّن اهَّلل َ عَىَل ٰ لُك ِ ّ يَش ْ ٍء
ِإ
۞قَ ِد ٌير
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya
(kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.” (QS. Al – Ankabut : 19 -20)
Mufradat
a.) Tafsir
1. Ayat 19 : Apakah mereka belum mengetahui bagaimana Allah
memulakan penciptaan dari ketiadaan, kemudian
mengembalikannya setelah kebinasaan seperti memulakan
penciptaan baru pertama kali, tiada penghalang untuk
melakukannya. Itu mudah bagi Allah, semudah ketika dulu Dia
memulakannya.
16
2. Ayat 20 : Wahai Rasul, katakan kepada orang – orang yang
mengingkari kebangkitan sesudah kematian: “Berjalanlah di bumi,
lalu perhatikan bagaimana Allah memulakan penciptaan dan tiada
penghalang bagi-Nya untuk itu. bagitu pula, tidak ada penghalang
bagi-Nya untuk mengulangi pada penciptaan terakhir. Sungguh
Allah Maha Kuasa atas segala sesuat. Tidak ada sesuatu yang Dia
kehendaki akan luput dari-Nya.12
b.) Nilai Pendidikan dalam QS. Al – Ankabut : 19 – 20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dimakud dengan belajar mengajar (pendidikan) dalam arti
yang seluas-luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti
formal seperti disekolah, tetapi juga yang informal dan nonformal.
Yaitu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh siapa saja yang
memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada siapa saja yang
membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa
saja, dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu.
17
4. Q.S Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir,
tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.
5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan
perjalanan Dan observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti
yang mendudkung pembelajaran.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad. 1999. Tafsir Juz ‘Amma, Terj. Muhammad Bagir. Bandung : Mizan
Al –Jauziyyah, Ibnul Qayyim. 2017. Miftaah Daaris Sa’aadah. Jakarta : Pustaka Imam
Syafi’i
Fahd, Tim Ulama Mushaf Syarif Mujamak Malik. 2019. Terjemah At – Tafsir Al –
Muyassar, Cet III. Sukoharjo : Al Qowam
Katsir, Ibnu. 2005. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Salim Bahreisy dan Said
Bahreisy, Jilid 2. Surabaya : Bina Ilmu
Said, Colle. 2016. Paradigma Pendidikan dalam Perspektif surah Al-‘Alaq Ayat 1-5.
Jurnal Studia Islamika. Vol. 13, No. 1, Juni 2016, hlm. 11
Thalhah, Ali bin Abu. 2009. Tafsir Ibnu Abbas. Jakarta : Pustaka Azzam
18
19