Anda di halaman 1dari 12

TAFSIR

“TAFSIR AL-QUR’AN TENTANG KEWAJIBAN BBELAJAR ( DALAM AL-


QUR’AN SURAH AL-‘ALAQ AYAT 1-5 )”

REGULER B3 ( SEMESTER 2 )

Dosen pembimbing :

OLIS, M.Pd.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9 :

HAIRUNNISA

HARJO

SUHAIBATUL IKLIMATUZ ZAHRA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

KUALA KAPUAS

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Tafsir.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan...............................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1

Bab II Pembahasan..............................................................................................................2

A. Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq Ayat 1-5.............................................................................2


1. Redaksi Ayat dan Tafsirnya.............................................................................2
2. Asbab Al-Nuzul................................................................................................3
B. Analisis Tahlili.............................................................................................................
1. Tafsir Ibnu Katsir..............................................................................................
2. Tafsir Fi Zilalil Qur’an.....................................................................................
3. Tafsir Al-Misbah..............................................................................................

Bab III Penutup....................................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

Daftar Pustaka......................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makhluk memiliki kewajiban dalam belajar sebagaiman yang telah di jelaskan Allah dalam
kitab nya yang tertera dalam surah Al-Alaq ayat 1-5. Pada surah itu Allah
berusaha mengajarkan Nabi Muhammad tentang ilmu nya atau memerintah untuk
membacanya dengan tujuan agar Nabi bisa mengetahui semua ke esaan Allah, dan agar bisa
mengetahui asal musal manusia.
Allah memerintahkan manusia sebelum iya melakuak proses membaca agar untuk
mengingat Allah terlebih dahulu karena semua yang iya akan dapatkan tidak akan lepas dari
kehendaknya nya. Melakukan sesuatu yang di atas namakan Allah adalah akan bernilai
ibadah dan hal itu bisa memudahkan manusia untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan
yang banyak dan akan bermanfaat.
Tujuan utama mengetahui dan memahami surat Al-Alaq ini agar manusia selalu membaca,
bukan hanya membaca sekali saja namun dengan berulang-ulang, dengan membaca itu juga
manusia bisa mengetahui sesuatu.  Dan dengan ayat ini manusia di tuntut untuk
menyelipkan nama Tuhannya agar apa yang telah di milikinya bisa berguna bagi bangsa dan
sebagainya. Dengan tujuan lain manusia agara sadar kalok ad zat yang harus di agungkan
dan mulyakan keberadaannya yaitu adalah Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tafsir surah Al-Alaq ayat 1-5 ?
2. Bagaimana Analisis Tahlili tentang Surah Al Alaq ayat 1-5 ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tafsir surah Al-Alaq ayat 1-5
2. Mengetahui Analisis Tahlili tentang Surah Al-Alaq ayat 1-5

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. AL-QUR’AN SURAH AL-‘ALAQ AYAT 1-5

1. Redaksi Ayat dan Tafsirnya

َ َ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي خَ ل‬


‫ق‬
( 1 )   Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
{‫}اِ ْق َرْأ‬
‫َأوْ ِج ْد ْالقِ َرا َءة ُم ْبتَ ِدًئا‬
{‫}بِاس ِْم َربّك الَّ ِذي خلق‬
‫الخالئق‬
(Bacalah) maksudnya mulailah membaca dan memulainya (dengan menyebut nama Rabbmu yang
menciptakan)semua makhluk.
 
ٍ َ‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬
‫ق‬ َ َ‫َخل‬
( 2 )   Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
 
{‫ق اِإْل ْن َسان‬
َ َ‫}خَ ل‬
‫ْال ِج ْنس‬
{‫} ِم ْن َعلَق‬
ْ ِ‫َج ْمع َعلَقَة َو ِه َي ْالق‬
‫ط َعة ْاليَ ِسي َرة ِم ْن ال َّدم ْال َغلِيظ‬
(Dia telah menciptakan manusia) atau jenis manusia (dari ‘alaq) lafal ‘Alaq bentuk jamak dari lafal
‘Alaqah, artinya segumpal darah yang kental.
 
َ ُّ‫ا ْق َرْأ َو َرب‬
‫ك اَأْل ْك َر ُم‬
( 3 )   Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
 
{‫}اِ ْق َرْأ‬
‫تَْأ ِكيد لَِأْلو َِّل‬
{‫}و َربّك اَأْل ْك َرم‬ َ
‫ض ِمير فِي اِ ْق َرْأ‬
ِ ‫الَّ ِذي اَل يُ َو‬
َّ ‫ازيه َك ِريم َحال ِم ْن ال‬

2
(Bacalah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama (dan Rabbmulah Yang Paling
Pemurah)artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai
Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra’.
 
‫الَّ ِذي عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬
( 4 )   Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
 
{‫}الَّ ِذي َعلَّ َم‬
ّ‫ْالخَ ط‬
{‫}بِ ْالقَلَ ِم‬
‫َوَأوَّل َم ْن خَ طَّ بِ ِه ِإ ْد ِريس َعلَ ْي ِه ال َّساَل م‬
(Yang mengajar) manusia menulis (dengan qalam) orang pertama yang menulis dengan memakai
qalam atau pena ialah Nabi Idris a.s.
 
‫َعلَّ َم اِإْل ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
( 5 )   Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
 
{‫}عَلَّ َم اِإْل ْن َسان‬
‫ْال ِج ْنس‬
{‫} َما لَ ْم يَ ْعلَم‬
‫قَبْل تَ ْعلِيمه ِم ْن ْالهُدَى َو ْال ِكتَابَة َوالصِّ نَاعَة َو َغيْرهَا‬
(Dia mengajarkan kepada manusia) atau jenis manusia (apa yang tidak diketahuinya) yaitu sebelum
Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya.1
 

1
Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain (Ummul Quro, Oktober 2018)

3
2. Asbabun Nuzul

            Dalam hadist yang di riwayatkan oleh Aisyah r.a, ia berkata bahwa permulaan wahyu yang
diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang
dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbulah pada diri beliau keinginan
untuk meninggalkan keramaian. Untuk itu beliau pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau
melakukannya beberapa hari. Khadijah sang istri beliau menyediakan beberapa perbekalan untuk
beliau selama di Gua Hira.
Pada suatu ketika, datanglah malaikat jibril kepada beliau, malaikat itu berkata, “Iqra’
(bacalah)!” Beliau menjawab “Aku tidak pandai membaca.” Malaikat itu mendekap beliau sehingga
beliau merasa kepayahan. Kemudian malaikat itu kembali berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab
lagi “Aku tidak bisa Membaca.” Setelah tiga kali Beliau menjawab seperti itu, malaikat
membacakan surah Al-Alaq  1-5.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat jibril pun menghilang. Tinggal lah
beliau seorang diri dengan perasaan takut. Beliau langsung segera pulang menemui istrinya, yakni
Khadijah. Beliau terlihat gugup sambil berkata, “Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti
aku).” Setelah hilang rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menjelaskan
kejadian yang Rasulullah saw alami. Setelah mendengar kisah yang dialami beliau, Khadijah
berkata kepada Rasululluah saw, ” Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-
lamanya. Engkau adalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang dan memikul yang berat.
Khadijah segera mengajak Rasulullah untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia
adalah salah satu seorang pendeta nasrani yang sangat paham dengan kitab injil. Setelah bertemu
dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw untuk menjelaskan kejadian yang sudah dialaminya
tadi malam.
Setelah Rasulullah saw, selesai menjelaskan pengalamannya tadi malam, Waraqah berkata, “inilah
sebuah utusan, sebagaimana Allah swt pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku masih
dikarunia hidup sampai saatnya engkau di usir dari kaum mu.”  Rasulullah saw pun bertanya,
“Apakah mereka akan mengusir aku ?”  Waraqah menjawab, “Benar! belum pernah ada seorang
nabi yang diberikan sebuah wahyu seperti engkau, yang tidak di musuhi orang. Apabila aku masih
mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau sekuat-kuatnya.” (HR. Al-Bukhari, Bada’ ul
Wahyi No.3)

B. ANALISIS TAHLILI
4
Di dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 ini dapat dianalisa melalui beberapa kitab tafsir diantaranya :

1. Tafsir Ibnu Katsir

Aisyah ra, berkata: permulaan datangnya wahyu kepada Rasulullah saw, ialah berupa mimpi
yang benar terjadi pada pagi harinya, kemudian beliau suka menyendiri, lalu pergi ke Bukit
Hiraa’ untuk melakukan ibadah beberapa malam di sana sambil membawa bekal sekedarnya.
Kemudian kembali kerumah Khadijah untuk berbekl dan kembali ke Gua Hiraa’. Sampai tiba
saatnya datang wahyu di Gua Hiraa’ itu, yaitu datangnya Malaikat Jibril yang langsung
menyuruh Nabi saw. Iqra’ (bacalah). Nabi saw, menjawab Maa ana biqaari’ (Aku tak dapat
membaca). Langsung Jibril mendekap Nabi saw, dengan erat sehingga terasa sangat berat,
kemudian dilepasnya dan diperintah: Iqra’ (bacalah). Jawab Nabi Maa ana biqaari’ (Aku tak
dapat membaca). Maka didekapnya untuk kedua kalinya sehingga terasa lelah, kemudian
dilepas dan langsung diperintah iqra’. Jawab Nabi: Maa ana biqaari’, maka didekap untuk
ketiga kalinya. Allamal insaa na ma lam ya’lam. Setelah dibaca oleh Nabi saw, maka pergilah
Jibril, dan Nabi saw langsung turun dari bukit dan sambil gemetar seluruh tubuhnya sehingga
masuk ke rumah Khadijah dan berkata: Zammiluna, Zammiluna (selimutilah aku, selimutilah
aku), maka di selimutilah oleh Khadijah sanpai hilang rasa takut dan gemetarnya, lalu Nabi
saw bersabda kepada Khadijah memberitahukan segala kejadiannya, kemudian
bersabda: Sebenarnya aku merasa takut terhadap diriku. Khadijah berkata, Jangan takut,
bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya.
Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka
menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang
tertimpa musibah. Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal sepupu
Khadijah seorang Kristen (Nasrani) yang biasa menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa
Arab dia adalah seorang yang telah tua dan buta. Maka Khadijah berkata, "Hai anak pamanku,
dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini."

Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?" Maka Nabi Saw.
menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata,
itulah malaikan yang menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as. Aduhai, sekiranya diriku
masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu
mengusirmu. Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan
mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang
mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika
aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang
sekuat-kuatnya." kemudian tidak lama dari kejadian itu telah matilah Waraqah. (HR. Ahmad,
Bukhari, Muslim).
Inilah ayat pertama yang diturunkan Allah dari Al-Qur’an dan ia berupa rahmat Allah yang
terbesar untuk umat manusia. Dalam ayat-ayat permulaan ini Allah menyuruh nabi
Muhammad saw, supaya suka membaca dan memperhatikan ayat bukti kebesaran Allah di

5
alam ini, tetapi bacaan, perhatian itu harus dilandasi dengan mengharap selalu petunjuk
hidayat dari Allah.2

            Hal yamg paling di tekakan pada surat Al- Alaq ini iayalah membaca dengan
membaca manusia akan mendapatkan pengetahuan yang mereka tidak ketahui sebelumnya.
Dan ayat itu juga memerintahkan manusia agar jangan lupa menyembutkan tuhannya sebelum
iya melakukan pekerjaan bukan hanya membaca saja. Denagan menginagat Allah agar
manusia tetap mendapatak petunjuk darinya dan manusia juga agar sadar bahwasanya yang
memiliki ilmu dan yang akan memberiakannya itu hanya Allah. Sehinggan manusia yakin
kalok seandainya tuhan tidak memberiakn petunjuk dan hidayatnya iya tidak akan biasa
memahami apa yang dia baca. Maka dari itu pada ayat perta sudaj jelas jangan smapai
berpaling pada tuhannya, agar semua yang kita lakukan bernilai ibadah.

2. Tafsir Fi Zilalil Qur'an

ltulah surah pertama al-Qur’an. Ia dimulakan dengan nama Allah. Ia mengarahkan Rasul-Nya
s.a.w. pada kali yang pertama beliau berhubung dengan al-Mala’ul-A’la, dan pada kali
pertama beliau menghayunkan langkahnya di jalan da’wah di mana beliau dipilih Allah untuk-
Nya. Allah mengarah beliau supaya membaca dengan nama Allah. Yakni dari titik darah beku
yang melekat di dalam rahim. Iaitu dari asal mula yang sangat kecil dan bersahaja, kemudian
dengan limpah kemurahan-Nya dan dengan qudrat kuasa-Nya. Allah mengangkatkan
segumpal darah itu kepada darjat manusia yang mengerti dan boleh belajar.

Di samping menjelaskan hakikat penciptaan manusia, ayat itu juga menjelaskan hakikat
mengajar iaitu bagaimana Allah mengajar manusia dengan pena, kerana pena selama-lamanya
merupakan alat mengajar yang paling luas dan paling mendalam kesannya dalam kehidupan
manusia. Pada masa itu, hakikat peranan pena belum lagi jelas seperti yang kita ketahui dalam
kehidupan manusia sekarang ini. Tetapi Allah S.W.T. Amat mengetahui nilai pena, kerana
itulah Ia menyebutkannya pada detik pertama kemunculan agama yang terakhir bagi umat
manusia dan pada surah yang pertama dan surah-surah al-Quranul-Karim. Namun begitu
Rasulullah s.a.w. sendiri yang membawa surah ini bukanlah seorang yang pandai menulis
dengan pena. Oleh itu andainya al-Qur’an itu bukannya wahyu dari Allah, malah perkataan
yang dikarangkan oleh beliau tentulah beliau tidak akan menonjolkan hakikat peranan pena itu
pada detik pertama da’wahnya. hakikat ini tentulah tidak tertonjol andainya al-Quran itu
bukannya wahyu dan bukannya perutusan dari Allah.

Manusia bisa mengetahui sesuatu melalu tulisan, dalam bahsa akademiknya dalah media
visual, media bisa beruap biuku,kitab dan lain sebagainya. Intinya adalah setiap media yang
berbaur tulisan ia adala media visual. Dengan media itu manusi bisa mengetahui sesuatu
dengan membacanya. Tidak cukup dengan membaca saja tapi juga harus ada prkteknya, agar
apa yang sudah iya ketahui bisa di internalisasi, dalam jiwa nuraninya.3

2
H Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 9. (Surabaya : PT. Bina Ilmu. 1991) Hal 95-96
3
Sayyid Qutub, Tafsir Fii Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2004) hal. 201-204

6
3. Tafsir Al-Misbah.

Kata Iqra terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Dalam
suatu riwayat dinyatakan bahwa Nabi SAW bertanya “maa iqra” apakah yang saya harus
baca? Beraneka ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada yang
berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu al-quran sehingga perintah itu dalam arti bacalah
wahyu-wahyu al-quran ketika turun nanti. Ada yang berpendapat objeknya adalah “ismi
rabbika” sambil menilai huruf 'ba’ yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti
bacalah nama Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi jika demikian mengapa Nabi SAW menjawab
“saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang dimaksud adalah perintah berdzikir tentu
beliau tidak menjawab demikian karena jauh sebelum wahyu datang beliau senantiasa
melakukannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kata iqra’ digunakan dalam arti membaca,
menelaah, menyampaikan, dan sebagainya.

Huruf’ ba’ pada kata “bismi” ada yang memahaminya sebagai fungsi penyertaan atau


mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti bacalah disertai dengan nama
Tuhanmu. Sementara ulama memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian
harfiahnya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu
pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan. Kata’ khalaqa’ memiliki sekian
banyak arti antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih
dahulu), mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek khalaqa pada
ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana iqra’ bersifat umum dengan
demikian, allah adalah pencipta semua makhluk.4

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil Analisis Tahlili. Berdasarkan beberapa analisis di atas ada beberapa poin yang penting
yang harus dimiliki oleh siswa dan pendidk (guru). Siswa harus ,memiliki pemahaman yang
4
M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Kairo: Lentera Hati, 2009) hal. 392-393

7
lebih dan pemahaman itu akan di dapatkan dengan melalui membaca, dan mepraktekan apa
yang sudah diproleh oleh membaca tadi. Dan pendidik atau guru harus memiliki ilmu yang
lebih dari pada siswanya, agar apa yang akan di sampaikan bisa memberiakan pemahaman
kepada siswanya. Dan pemahaman yang paling di tekankan adalah tentang ke esaan Allah dan
asal muasal manusia.
Pada ayat ini ada suatu hal yang harus dimiliki oleh siswa maupun peserta didik. Siswa
sebelum membaca di tuntut untuk mengingatkan Allah terlebih dahulu, dan hal ini yang patut
untuk mengajarakan siswa ialah pendidik atau guru. Sehingga pendidik harus memiliki ilmu
yang lebih daripada siswanya. Dengan bertujuan siswa itu bisa memahami apa yang
sebenaranya dirnya dan siapa yang harus di mulyakan atau di sembahnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahalli Jalaluddin & As-Suyuthi Jalaluddin. 2018. Tafsir Jalalain. Ummul Quro

Qutb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Bahreisy, H Salim. 1991. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 9. Surabaya: PT Bina Ilmu.

M.Quraish Shihab. 2009. Tafsir al-Misbah, Kairo: Lentera Hati.

Anda mungkin juga menyukai